Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PERADABAN ISLAM DINASTI BANI UMAYYAH

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah:

Sejarah peradaban islam

Dosen pengampu:

A. Muzakki, M.H.

Disusun oleh:

Robi'atul Adawiyah

Syafariyah Karomah

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADHZAB


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM ZAINUL HASAN
GENGGONG KRAKSAAN PROBOLINGGO
2023
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.

Dengan menyebut Asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha penyayang. Segala puji
bagi Allah yang telah memberikan taufik dan Hidayah-Nya.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Agung kita, suri tauladan
kita, yakni Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya yang membawa kita dari
zama jahiliyah menuju zaman yang terang benderang yakni Addinul Islam.

Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yakni Bapak A.
Muzakki M.H. yang telah membimbing serta mengajarkan kami, dan mendukung kami
sehingga terselesaikan makalah yang berjudul ”Peradaban Islam pada masa dinasti Bani
Umayyah” dan juga terima kasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada semua pihak
yang telah membantu kami sehingga terselesaikan makalah ini.

Ucapan terimakasih tak lupa kami ucapkan, sebagai wujud rasa Syukur dengan
tersusunnya makalah ini, yang telah dengan tulus dan ikhlas membantu baik secara moril
maupun materil, terutama kepada Dosen Pembina dan teman-teman sekalian.

Penyusun

2
DAFTAR ISI
MAKALAH .............................................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 2
DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 4
A. Latar belakang ................................................................................................................. 4
B. Rumusan masalah ......................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB II ....................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 5
BAB III.................................................................................................................................... 10
PENUTUP ............................................................................................................................... 10
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 11

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Bangsa yang maju dan beradap adalah bangsa yang tidak terlepas dari beradaban (civilization)
dan memakaikan agama (religion) sebagai baju bangganya, HAR. Gibb (1859- 1940)
mengatakan, Islam is a complete civilization (Islam adalah sebuah peradaban yang sempuma).
Meskipun demikian, kenyataannya masyarakat masih banyak yang belum mengerti betul apa
itu peradaban dan Islam sebagai agama yang sempurna belum masuk di hati bangsa ini.

Ro aitu al-Muslimah duna al-Islam, wa ro aitu al-Islama duna al-Muslimah, yaitu nilai- nilai
Islam dapat ditemukan di tengah-tengah non-Muslim, dan sebaliknya nilai-nilai non- Muslim
banyak ditemukan pada masyarakat Islam. Mengapa? Karena masyarakat Muslim sekarang
sudah banyak melakukan penyimpangan-penyimpangan yang membuat Islam sendiri runtuh
dari nilai tauhidnya. Dalam perkembangan dan tuntutan zaman yang semakin lama dikuasai
oleh non-Muslim,

alangkah baiknya, sebagai negara yang menghormati peradaban dan sejarah. Khususnya
Muslim ditekankan mengetahuai sejarah-sejarah nenek moyang yang sudah mendahuluinya
sebagai bahan renungan dan pembelajaran.

B. Rumusan Masalah

1.Bagaimana sejarah berdirinya sejarah Bani Umayyah?

2.Siapa sajakah khalifah-khalifah Bani Umayyah?

3.Bagaimana masa kemajuan Bani Umayyah?

4.Bagaimana masa kemunduran Bani Umayyah?

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH BERDIRINYA SEJARAH BANI UMAYYAH
Nama Dinasti Umayyah dinisbatkan kepada Umayyah bin Abd Syams bin Abdu Manaf. Ia
adalah salah seorang tokoh penting di tengah Quraisy pada masa Jahiliyyah. Ia dan pamannya
Hasyim bin Abdu Manaf selalu bertarung dalam memperebutkan kekuasaan dan kedudukan.

Dinasti Umayyah didirikan oleh Muawiyyah bin Abu Sufyan bin Harb. Muawiyyah sebagai
pendiri daulah Bani Abbasiyyah juga sekaligus menjadi khalifah pertama. Ia memindahkan
ibukota kekuasaan Islam dari Kuffah ke Damaskus.

Muawiyyah dipandang sebagai pembangun Dinasti yang oleh sebagian besar sejarawan
awalnya dipandang negatif. Keberhasilannya memperoleh legalitas atas kekuasaannya dalam
perang saudara di Siffin dicapai melalui cara yang curang. Lebih dari itu, Muawiyyah juga
dituduh sebagai pengkhianat prinsip-prinsip demokrasi yang diajarkan Islam, karena dialah
yang mula-mula mengubah pimpinan negara dari seorang yang dipilih oleh rakyat menjadi
kekuasaan raja yang diwariskan turun-temurun (monarchy heredity).

Diatas segala-galanya jika dilihat dari sikap dan prestasi politiknya yang menakjubkan,
sesungguhnya Muawiyyah adalah seorang pribadiyang sempurna dan pemimpin besar yang
berbakat. Didalam dirinya terkumpul sifat-sifat seorang penguasa Politikus, dan Administrator.

Muawiyyah tumbuh sebagai pemimpin karier. Pengalaman politik telah memperkaya dirinya
dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam memerintah, mulai dari menjadi salah seorang
pemimpin pasukan di bawah komando Paglima Abu Ubaidah bin Jarrah yang berhasil merebut
wilayah Palestina, Suriah, dan Mesir dari tangan Imperium Romawi yang telah menguasai
ketiga daerah itu sejak tahun 63 SM. Kemudian Muawiyyah menjabat kepala wilayah di Syam
yang membawahi Suriah dan Palestina yang berkedudukan di Damaskus selama kira-kira 20
tahun semenjak diangkat oleh Khalifah Umar. Khalifah Utsman telah menobatkannya sebagai
"Amr Al-Bahr" (prince of the sea) yang memimpin armada besar dalam penyerbuan ke kota
Konstantinopel walaupun belum berhasil.

Muawiyyah berhasil mendirikan Dinasti Umayyah bukan hanya dikarenakan kemenangan


diplomasi di Siffin dan terbunuhnya khalifah Ali. Melainkan sejak semula gubernur Suriah itu
memiliki "basis rasional" yang solid bagi landasan pembangunan politiknya di masa depan.

5
B. KHALIFAH-KHALIFAH BANI UMAYYAH

Para sejarawan umumnya sependapat bahwa khalifah terbesar dari daulah Umayyah ialah
Muawiyyah, Abdul Malik dan Umar bin Abdul aziz. Masa Kekuasaan Dinasti Umayyah
hampir satu abad, tepatnya selama 90 tahun, dengan 14 orang khalifah. Adapun urutan khalifah
umayyah adalah sebagai berikut: Muawiyyah I bin Abi Sufyan (41-60 H/661-679M)

Muawiyyah bin Abi sufyan adalah bapak pendiri Dinasti Bani Umayyah dialah tokoh
pembangunan yang besar. Muawiyyah mendapat kursi kekuasaan setelah Hasan bin Ali bin
Abi Thalib berdamai dengannya pada tahun 4 H, karena Hasan menyadari kelemahannya
sehingga ia berdamai dan menyerahkan kepemimpinan umat kepada Muawiyyah sehingga
tahun itu dinamakan Amul Jama'ah, tahun persatuan. Muawiyyah dibaiat oleh umat Islam di
kufah. Diantara jasa-jasa Muawiyyah ialah mengadakan dinas pos dengan menggunakan kuda-
kuda yang selalu siap di tiap pos. Ia juga berjasa mendirikan kantor cap (percetakan mata uang),
dan lain-lain. Muawiyyah wafat pada tahun 60 H di Damaskus karena sakit dan digantikan oleh
anaknya Yazid. Yazid I bin Muawiyyah (60-64H/679-683M)

Yazid tidak sekuat ayahnya dalam memerintah, banyak tantangan yang dihadapinya, antara
lain ialah membereskan pemberontakan kaum Syi'ah yang telah membaiat Husein sepeninggal
Muawiyyah. Terjadi perang di karbala yang menyebabkan terbunuhnya Husain. Yazid
menghadapi para pemberontak di Mekkah dan Madinah dengan keras. Dinding ka'bah runtuh
dikarenakan terkena lemparan manjaniq, peristiwa tersebut merupakan aib besar terhadap
masanya. Yazid wafat pada tahun 64 H setelah memerintah 4 tahun dan digantikan oleh
anaknya, Muawiyyah II Muawiyyah II bin Yazid (64 H/683M)

Ia hanya memerintahkan kurang lebih 40 hari, dan meletakkan jabatan sebagai khalifah tiga
bulan sebelum wafatnya. Ia mengalami tekanan jiwa berat karena tidak sanggup memikul
tanggung jawab jabatan khalifah yang sangat besar tersebut. Dengan wafatnya, maka habislah
keturunan Muawiyyah dalam melenggangkan kekuasaan dan berganti ke Bani Marwan.
Marwan I bin Hakam (64-65 H/683-684M) Ia adalah gubernur Madinah di masa Muawiyyah
dan penasihat Yazid di Damaskus di masa pemerintahan putra pendiri daulah Umayyah itu. Ia
di angkat menjadi khalifah karena dianggap orang yang dapat mengendalikan kekuasaan
karena pengalamannya. Ia dapat menghadapi kesulitan satu demi satu dan dapat mengalahkan
kabilah Ad-Dahak bin Qais, kemudian menduduki mesir.

Khalifah Umar meninggal tahun 101 H dan di ganti Oleh Yazid II bin Abdul Malik Yazid II
bin Abdul Malik (101-105H/719-723M). Pada masa pemerintahannya timbul lagi perselisihan

6
antara kaum Mudariyah dan Yamaniyah. Pemerintahan yang singkat itu mempercepat proses
kemunduran Bani Umayyah.

Kemudian diganti oleh Khalifah Hisyam bin Abdul Malik. Hisyam bin Abdul Malik (105-
125H/723-745M)

Meskipun tidak secemerlang tiga khalifah yang masyur sebagimana tersebut di atas. Ia
memerintah dalam waktu yang panjang, yakni 20 Tahun. Ia dapat dikategorikan sebagai
khalifah Umayyah yang terbaik karena kebersihan pribadinya, pemurah, gemar kepada
keindahan, berakhlak mulia dan tergolong teliti terutama soal keuangan, disamping bertaqwa
dan berbuat adil. Pada masa pemerintahannya terjadi gejolak yang dipelopori oleh kaum Syi'ah
serta bersekutu dengan kaum Abbasiyyah. Mereka menjadi kuat karena kebijaksanaan yang
diterapkan oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang bertindak lemah lembut terhadap semua
kelompok. Dalam diri keluarga Umayyah sendiri terjadi perselisihan tentang putra mahkota
yang melemahkan posisi Umayyah.

C.MASA KEMAJUAN BANI UMAYYAH

Masa pemerintahan Bani Umayyah terkenal sebagai era agresif, dimana perhatihan

tertumpu pada usaha perluasan wilayah dan penaklukan, yang terhenti sejak zaman kedua
Khulafa Arrasyidin terakhir. Hanya dalam jangka waktu 90 tahun, banyak bangsa di empat
penjuru mata angin beramai-ramai masuk ke dalam kekuasaan Islam, yang meliputi tanah
Spanyol, seluruh wilayah Afrika Utara, Jazirah Arab, Syiria, Palestina, sebagian daerah
Anatholia, Irak, Persia, Afganistan, India, dan negeri-negeri yang sekarang dinamakan
Turkmenistan, Usbekistan, dan Kirgististan yang termasuk Soviet dan Rusia.

Menurut Prof. Ahmad Syalabi, Penaklukan militer di zaman Umayyah mencakupfront tiga
penting, yaitu sebagai berikut:

Pertama, front melawan bangsa Romawi di Asia kecil dengan sasaran utama pengepungan ke
Ibukota Konstantinopel, dan peneyrangan ke pulau-pulau di jlaut tengah. Kedua, front Afrika
Utara. Selain menundukkan derah hitam Arfika, pasukan Muslim juga menyebrangi selat
Gibraltar, lalu masuk ke Spanyol.

Ketiga, front timur menghadapi wilayah yang sangat luas, sehingga operasi ke jalur ini dibagi
menjadi dua arah. Yang satu menuju utara ke daerah-daerah di seberang sungai Jihun

7
(Amudarya). Sedangkan yang lainnya ke arah selatan menyusuri Syin, wilayah India bagian
Barat.

Saat-saat yang paling mengesankan dalam ekspansi ini ialah terjadi pada paruh pertama dari
seluruh masa Kekhalifahan Bani Umayyah, yaitu ketika kedaulatan dipegang oleh Muawiyyah
bin Sofyan dan tahun-tahun terkahir dari zaman kekuasaan Abdul Malik. Diluar masa-masa
tersebut, usaha-usaha penaklukan mengalami degradasi atau hanya mencapai kemenangan-
kemenangan yang sangat tipis.

Pada masa pemerintahan Muawiyyah diraih dalam kemajuan besar dalam perluasan wilayah,
meskipun pada beberapa tempat masih bersifat rintisan. Peristiwa paling mencolok ialah
keberaniannya mengepung kota Konstantinopel melalui suatu ekspedisi yang di pusatkan di
kota pelabuhan Dardanela, setelah terlebih dahulu menduduki pulau pulau di Laut Tengah
seperti Rodhes, Kreta, Cyprus, Sicilia dan sebuah pulau yang bernama Award, tidak jauh dari
ibukota Romawi Timur itu. Di belahan timur, Muawiyyah berhasil menaklukkan Khurasan
sampai ke sungai Oxus dan Afghanistan.

Ekspansi ke Timur yang telah dirintis oleh Muawiyyah, lalu disempurkan oleh Khalifah Abdul
Malik. Dibawah komando gubernur Irak. Hajjaj bin Yusuf, tentara kaum Muslimin
menyeberangi sungai Amudaria dan menundukan Balk, Bukhoro, Khawarizm Fargana,
Samarkhand, pasukan Islam juga melalui Makron masuk ke Balukhistan, Syin.

D.MASA KEMUNDURAN BANI UMAYYAH

Meskipun kejayaan telah diraih oleh Bani Umayyah ternyata tidak bertahan lebih lama,
dikarenakan kelemahan-kelemahan internal dan semakin kuatnya tekanan dri pihak luar.
Menurut Dr. Badri Yatim, ada beberapa faktor yang menyebabkan Dinasti Umayyah lemah
dan membawanya pada kehancuran, yaitu sebagai berikut: Sistem pergantian khalifah melalui
garis keturunan adalah suatu yang baru bagi tradisi Arab yang lebuh menentukan aspek
senioritas, pengaturannya tidak jelas. Ketidakjelasan sistem pergantian khalifah ini
menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat dikalangan anggota keluarga istana.

Latar belakang terbentuknya Dinasti Umayyah tidak dapat dipisahkan dari berbagai konflik
politik yang terjadi di masa Ali bin Abi Thalib. Sisa-sisa Syi'ah (para pengikut Ali) dan
Khawarij terus terjadi gerakan oposisi, baik secara terbuka seperti di masa awal dan akhir
maupun secara tersembunyi seperti di masa pertengahan kekuasaan Dinasti Umayyah.
Penumpasan terhadap gerakan-gerakan ini banyak menyedot kekuatan pemerintah.

8
Pada masa kekuasaan Dinasti Umayyah, pertentangan etnis antara Suku Arabia Utara (Bani
Qais) dan Arab Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum Islam semakin
runcing. Perselisihan ini mengakibatkan para penguasa Dinasti Umayyah mendapat kesulitan
untuk menggalang persatuan dan kesatuan. Disamping itu, sebagian besar golongan Timur
lainnya merasa tidak puas karena status Mawali itu menggambarkan suatu inferioritas.
ditambah dengan keangkuhan bangsa Arab yang diperhatikan pada masa Bani Umayyah.

Lemahnya pemerintah daulah Dinasti Umayyah juga disebabkan oleh sikap hidup mewah di
lingkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan
tatkala mereka mewarisi kekuasaan. Di samping itu, sebagian besar golongan awam kecewa
karena perhatian penguasa terhadap perkembangan agama sangat kurang. Penyebab langsung
runtuhnya kekuasaan Dinasti Umayyah adalah munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh
keturunan Al-Abbas bin Abbas Al-Muthalib. Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari Bani
Hasyim dan golongan Syi'ah, dan kaum Mawali yang merasa dikelasduakan oleh pemerintah
Dinasti Umayyah.

Beberapa penyebab tersebut muncul dan menumpuk menjadi satu, sehingga akhirnya
mengakibatkan keruntuhan Dinasti Umayyah, disusul dengan berdirinya kekuasaan orang-
orang Bani Abbasiyyah yang mengejar-ngejar dan membunuh setiap orang dari Dinasti
Umayyah yang dijumpainya. Demikianlah, Dinasti Umayyah pasca wafatnya Umar bin Abdul
Aziz yang berangsur- angsur melemah. Kekhalifan sesudahnya dipengaruhi oleh pengaruh-
pengaruh yang melemahkan dan akhirnya hancur. Dinasti Bani Umayyah diruntuhkan oleh
Dinasti Bani Abbasiyyah pada masa khalifah Marwan bin Muhammad (Marwan II pada tahun
127 H/744 M.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada masa Muawiyyah bin Abu Sofyan perluasan wilayah yang terhenti pada masa khalifah
Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib di lanjutkan kembali.

Ekspansi ke Barat secara besar-besaran di lanjutkan di zama Al-Walid bin Abdul Malik. Masa
pemerintahan Al Walid adalah masa ketentraman, kemakmuran, dan ketertiban. Disamping
ekspansi kekuasaan Islam, Bani Umayyah juga banyak berjasa dalam pembangunan di
berbagai bidang Muawiyyah bin Abu Sofyan mendirikan dinas pos dan tempat-tempat tertentu
dengan menyediakan kuda yang yang lengkap dengan peralatanya di sepanjang dalam. Dia
juga berusaha menertibkan angkatan bersenjatan dan mencetak mata uang. Pada masanya,
jabatan khusus seorang hakim atau qodhi mulai berkembang menjadi profesi tersendiri. Qodhi
adalah seorang spesialis di bidangnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Hitti, Philip K., Dunia Arab, terj. Ushuluddin Hutagalung dan O.D.P Sihombing, Bandung:
Sumur Bandung, tth

Suryanegara, Ahmad Mansur, Api Sejarah, Bandung: Salamadani, 2012.

Amin, Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah, 2010, Nasution, Harun,
Islam Ditinjau Dari Beragai Aspeknya, Jakarta: UI Press, 1978. Osman, A.Latif, Ringkasan
Sejarah, Jakarta: Widjaya, 1951.

Sunanto, Musyrifah, Sejarah Islam Klasik, Jakarta: Prenada Media, 2010.

11

Anda mungkin juga menyukai