Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Tradisi dan Nalar Sejarah Dinasti Mu’awiyah


Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu: Muhammad Nur Salim, M. Ag

Disusun oleh:
Mohammad Kholilur Rohman (2193044146)
Nabilun Nauval (2193044158)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI
JOMBANG
2022
KATA PENGANTAR

Alkhamdulillahi rabbil ‘alamin. Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada


Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Hanya kepada-Nya lah
kami memuji dan bersyukur, meminta ampunan dan memohon pertolonga. Tak lupa
sholawat juga tercurahkan bagi Nabi Muhammad SAW karena telah menyampaikan
ajaran-ajaran Islam dan petunjuk dari Allah SWT, yaitu syariat agama Islam yang
sempurna. Satu-satunya syariat Islam dari Rasulullah SAW adalah karunia terbesar bagi
alam semesta. Penulisan makalah berjudul “Tradisi dan Nalar Sejarah Dinasti Mu’awiyah”
berikut disusun guna menyelesaikan tugas dari dosen mata kuliah Sejarah Peradaban Islam.
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk menambah wawasan dan pengetahuan
pada mata kuliah tersebut. Harapannya, kami sebagai mahasiswa pada khususnya, dan para
pembaca pada umumnya mendapatkan sudut pandang baru. Penyusun makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, kami menyadari banyak kekurangan dan kelemahan dalam
penyusunan dan penulisan. Demi kesempurnaan makalah ini, kami sangat berharap adanya
perbaikan, kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun. Semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah..............................................................................................1
1.3 Tujuan.................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................2
BAB III PENUTUP..................................................................................................8
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berbicara tentang sejarah peradaban Islam tidak hanya berpusat pada masa Rasulullah di
Mekkah maupun di Madinah, berbicara mengenai Sejarah Peradaban Islam juga berarti
menguak apa yang terjadi setelah kepergian Rasul. Perkembangan Islam selepas wafatnya sang
pembawa pesan memiliki banyak warna yang tentu saja mengandung banyak ibrah yang sudah
seharusnya jadi teladan bagi umat Islam dimasa sekarang. Pusat titik terang ajaran Islam
memang adalah Rasulullah SAW, manusia pilihan yang menjadi suri tauladan bagi seluruh
umatnya. Namun, diluar itu perlu kita ketahui ada banyak pribadi mengagumkan yang lahir
dari cetakan tarbiyah Rasul, para sahabat dengan kualiatas akidah yang tidak perlu diragukan
karena hasil bimbingan intensif yang dilakukan secara langsung oleh Rasul, pribadi pribadi
yang kemudian melanjutkan misi Rasul setelah kepergiannya. Pribadi pribadi berjiwa tauhid
yang dengan niat jihadnya telah mampu mengusung tatanan baru peradaban dunia yang sempat
menjadi pengendali dunia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana asal usul dan basis sosial Dinasti Mu’awiyah ?
2. Bagaimana sistem kepemimpinan dan penegakan Dinasti ?
3. Siapa saja khalifah khalifah pada masa Dinasti Mu’awiyah ?
4. Bagaimana karakteistik tradisi danperadaban muslim masa Mu’awiyah ?
5. Apa saja faktor kemunduran Dinasti Mu’awiyah?
6. Apa kritik, refleksi dan objektifikasi peradaban Islam masa Mu’awiyah ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui asal usul dan basis sosial Dinasti Mu’awiyah ?
2. Mengetahui sistem kepemimpinan dan penegakan Dinasti ?
3. Mengetahui khalifah khalifah pada masa Dinasti Mu’awiyah ?
4. Mengetahui karakteistik tradisi danperadaban muslim masa Mu’awiyah ?
5. Mengetahui faktor kemunduran Dinasti Mu’awiyah?
6. Mengungkapkan kritik, refleksi dan objektifikasi peradaban Islam masa Mu’awiyah ?

1
2
BAB II
PEMBAHASAN
TRADISI DAN NALAR SEJARAH DINASTI MUAWIYAH

2.1 Asal Usul Pertumbuhan dan Basis Sosial Dinasti Mu’awiyah

Mu’awiyah bin Abi Sufyan lahir kira kira 15 tahun sebelum Hijriyah. Dia masuk Islam
bersama sama dengan penduduk Makkah lainnyayang berbondong bondong masuk Isalam pada
peristiwa Futtuh Makkah, ketika itu beliau berusia 23 tahun. Mu’awiyah mulai memegang tempuk
pemerintahan pada masa khalifah Umar bin Khattab, saat itu ia diangkat menjadi gubernur
Yordania. Saat itu pula saudaranya Yazid diangkat menjadi gubernur Damaskus, akan tetapi Yazid
wafat karena terjangkit penyakit Harpes yang mewabah dikota Amuas, maka saat itu Umar
menggabung wilayah Damaskus dengan wilayah Mu’awiyah. Saat menjadi gubernur, Mu’awiyah
merupaka sosok pemimpin yang memiliki pribadi yang kuat, amat jujur dan ahli dalam berpolitik.

Mu’awiyah berhasil memegang kekuasaan penuh setelah Hasan bin Ali menyerahkan jabatan
khalifah dengan beberapa syarat, antara lain :

1. Agar Mu’awiyah tidak menaruh dendam sedikitpun pada masyarakat Irak;


2. Menjamin keamanan dan memaafkan kesalahan mereka;
3. Agar pajak tanah negri Ahwaz diperuntukan padanya dan diberikan setiap tahun:
4. Agar Mu’awiyah membayar kepada saudaranya, yaitu Husein bin Ali sebesar 2 juta dirham,
dan
5. Pemberian kepada bani Hasyim harus lebih besar kepada bani Syam.

Perjanjian tersebut kembali menyatukan ummat Islam dalam satu pemerintahan dibawah
kepemimpinan Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Dengan kata lain Hasan bin Ali telah menjual haknya
sebagai khalifah kepada Mua’wiyah, akibatnya Mu’awiyah menjadi penguasa absolut. Naiknya
Mu’awiyah menjadi khalifah, awalnya tidak melalui proses pembai’atan oleh ummat secara
keseluruhan, Mu’awiyah dibai’at pertama kali oleh penduduk Syam, kemudian dibai’at secara
keseluruhan setelah tahun persatuan (‘am jama’ah) tahun 661 M, pengakuan itu awalnya hanya
pengakuan terpaksa terhadap realita dan upaya menjaga persatuan ummat. Maka dari sini telah
masuk unsur kekuatan dan keterpaksaan menggantikan musyawarah, karena pada masa ini dpat
dikatakan telah terjadi perceraian ideologi antara idealisme dan realita.

2
2.2 Sistem Pemerintahan dan Penegakan Dinasti

Mu’awiyah adalah penguasa Islam yang pertama yang menggantikan sistem sistem
demokratis republik Islam menjadi sistem monarkis (absolute). Mu’awiyah pernah menegaskan
bahwa dirinya adalah seorang raja Islam yang pertama. Ia membentuk kekuasaan berdasarkan garis
keturunannya, dengan menunjuk puteranya sendiri, yaitu Yazid menjadi putera mahkota. Sikapnya
menunjuk putera mahkota ini akhirnya menjadi model pemerintahan yang diikuti oleh penguasa
penguasa dari bani Umayyah selanjutnya. Karenanya Mu’awiyah diapndang sebagai pendiri sistem
kerajaan yang turun temurundalam sejarah umat islam. Tradisi demokrasi kesukuan nenek moyang
bangsa Arab seketika itu hilang untuk selama lamanya. Dan digunakan dengan pola kekuasdaan
individu dan otokrasi. Dalam hal ini Mu’awiyah mengikuti tradisi kekuasaan absolutisme yang
berkembang di Persia dan Bizantium.

Meskipun sistem yang ditrapkan Mu’awiyah tidak sama dengan sistem yang diterapkan
khalifah khalifah sebelumnya, namun Mu’awiyah masih menjalankan kedudukan dan fungsi
khalifah, sepertti menyampaikan khutbah dan menjadi imam shalat jumat. Hanya saja ia terlalu
menjaga jarak dengan kehidupan masyarakat. Mu’awiyah hidup dalam kemewahan istana, yang
selalu dijaga pengawal bersenjata, baitul mal dijadikan sebagai harta kekayaan pribadi dan
memutuskan segala sesuatu uang penting hanya dengan pertimbangan sendiri. Inilah perbedaan
paling mencolok dari Mu’awiyah dengan khalifah khalifah sebelumnya . selama pemerintahannya
Mu’awiyah berhasil menegakkan kerukunan bangsa Arab wilayah utara (kaisaniyyah) dan bangsa
Arab wilayah selatan (kalbiyyah). Sekalipun nasab Mu’awiyah lebih dekat dengan Kiasaniyyah,
namun ia justru mengangkat putera mahkota dari istrinya yang keturunan Kalbiyyah. Selama masa
pemerintahannya penguasa dan rakyat hidup rukun, ia juga berlaku bijaksana kepada para penganut
agama kristen. Hal ini terbukti dengan diangkatanya beberapa orang nasrani sebagai pejabat
negara, yang salah sataunya menjadi dewan penasehat.

Dinasti Dinasti Umayyah


Mu’awiyyah bin Abi Sufyan (661-681)
Mu’awiyah adalah pendiri dinasti Umayyah dan menjabat sebagai khalifah pertama. Ia
memindahkan ibu kota dari Madinah ke Damaskus, wilayah Suriyah. Pada masa pemerintahannya
ia melanjutkan perluasan wilayah Islam yang terhenti di masa Utsman. Disamping itu ia juga
mengatur tentang tentara dengan cara baru yang meniru atuaran Bizantium, membangun aturan
administrasi pemerintahan dan menetapkan aturan kiriman pos.

3
Mu’awiyah meninggal pada usia 80 tahun dan dimakamkan di Damaskus, dipemakaman Bab Al
Shagier.

Yazid bin Mu’awiyah (681 – 683 M)


Yazid bin Mu’awiyah lahir pada tahun 22 H / 643 M. Pada tahun 679 M, Mu’awiyah mencalonkan
Yazid untuk menjadi penggantinya. Usia Yazid 34 tahun saat menjabat sebgai khalifah. Ketika
Yazid naik tahta, sejumlah tokoh madinah tidak mau menyatakan setia kepadanya, ia kemudian
mengirim surat kepada gubernur madinah, agara memaksa penduduknya mengambil sumpah setia
kepadanya. Dengan cara ini semua orang tunduk kecuali Husein bin Ali dan Abdullah bin Zubair .
bersama dengan itu Syi’ah (pengikut Ali) melakukan konsolidasi (penggabungan) kekuatan
kembali.

Perlawanan terhadap Bani Umayyah dimulai oleh Husein bin Ali, pada tahun 680 M, ia pindah dari
Makkah ke Kuffahatas permintaan golongan Syi’ah yang ada di Irak. Umat islam didaerah ini tidak
mengakui Yazid. Mereka mengangkat Husein sebagai khalifah, dlam pertempuran yang tidak
seimbang itu yang tejadi di daerah Karbala (daerah dekat Kuffah) tentara Husein kalah, dan Husein
pun terbunuh. Kepalanya dipenggal dan dikirim ke Damaskus, sedang tubuhnya dikubur dikarbala.
Selama masa pemerintahan Yazid terkenal empat peristiwa kelam, yaitu :

Pembunuhan terhadap Husein bin Ali yang notabenenya adalah cucu nabi Muhammad saw.
Pelaksanaan al ibahat terhadap kota Madinah
Penggempuran terhadap bai’at Allah
Pertama kalinya menggunakan orang orang kebiri untuk barisan pelayan rumah tangga khalifah di
dalam istana.
Yazid meninggal dalam usia 38 tahun, yaitu pada tahun 64 H / 683 M, masa pemerintahannya 3
tahun, 6 bulan.

Mu’awiyah bin Yazid (683 – 684 M)


Mu’awiyah bin Yazid menjabat sebagai khalifah dalam usianya yang ke 23 tahun. Dia adalah
seseorang yang berwatak lembut. Dalam pemerintahannya terjadi masa krisis dan ketidak pastian
yaitu terjadinya perselisihan antar suku diantara orang orang arab sendiri, ia hanya memerintah
selama 6 bulan.

Marwan bin Al Hakam ( 684 – 685)


Sebelum menjabat sebagai penasihat khalifah Utsman bin Affan, ia berhasil mendapat dukungan
dari sebagian orang Syiria dengan cara menyuap dan memberikan berbagai hak kepada masing

4
masing kepala suku. Untuk megokohkan jabatan khalifah, Marwan sengaja mengawini janda
Yazid, Ummu Khalid. Selama masa pemerintahannya tidak meninggalkan jejak yang penting bagi
sejarah Islam. Ia wafat dalam usia 63 tahun dan masa pemerintahannya selama 9 bulan, 18 hari.

Abdul Malik bin Marwan (685 – 705)


Abdul Malik bin Marwan dilantik menjadi khalifah setelah kematian ayahnya (685 M) dibawah
kekuasannya Bani Umayyah mencapai kejayaan dan kemuliaannya, ia terpandang sebagai khalifah
yang perkasa dan negarawan yang cakap dan berhasil memulihkan kembali kesatuan dunia Islam
dari para pemberontak. Sehingga pada masa pemerintahan selanjutnya, dibawah pemerintahan
Walid bin Abdul Malik, daulah Bani Umayyah dapat mencapai puncak kejayaannya. Abdul Malik
wafat pada tahun 705 M dalam usia 60 tahun. Beliau meninggalkan karya terbesar didalam sejarah
Islam. Masa pemerintahannya 21 tahun 8 bulan, dalam masa pemerintahannya beliau menghadapi
sengketa dengan khalifah Abdullah bin Zubair.

Al Walid bin Abdul Malik (705 – 715)


Pada masa pemerintahan Al Walid adalah masa ketentraman, kemakmuran dan ketertiban ummat
Isalam, pada masa pemerintahannya tercatat satu peristiwa besar yaitu perluasan wilayah
kekuasaan dari Afrika utara menju wilayah barat daya, serta Benua Eropa pada tahun711 M.
Perluasan wilayah Islam juga sampai ke Andalusia (Spanyol) dibawah pemerintahan Thariq bin
Ziad. Perjuangan panglima Thariq bin Ziad mencapai kemenangan, sehingga dapat menguasai
Cordova, Cranada dan Toledo. Selain melakukan perluasan wilayah kekuasaan Islam, Walid juga
melakukan pembangunan besar besaran selama pemerintahannya untuk kemakmuran rakyatnya.
Walid bin Abdul Malik meninggalkan nama yang harum dalam sejarah Bani Umayyah dan
merupakan puncak kebesaran daulah tersebut.

Sulaiman bin Abdul Malik


Sulaiman bin Abdul Malik menjadi khalifah dalam usia 42 tahun, masa pemerintahannya
berlangsung selama 2 tahun 8 bulan. Beliau tidak memiliki kepribadian yang kuat, sehingga
mudah dipengaruhi penasehat penasehat disekelilingnya. Menjelang saat terakhir pemerintahannya,
barulah ia memanggil gubernur wilayah Hijaz yaitu Umar bin Abdul Aziz yang kemudian diangkat
menjadi penasehatnya dengan memegang jabatan wazir besar. Hasratnya untuk menaklukan
konstantinopel gagal, satu satunya jasa beliau adalah menyiapkan pembangunan Jami’ul Umawi
yang terkenal megah di Damaskus.

Umar bin Abdul Aziz (717 – 720 M)

5
Saat menjabat khalifah usianya 37 tahun, ia terkenal adil dan sederhana, ia ingin mengembalikan
corak pemerintahan sebagaiman pada zaman khulafaurrasyidin. Pemerintahannya meninggalkan
semua kemegahan dunia yang selalu ditunjukan oleh bani umayyah. Ketika diangkat sebgai
khalifah, beliau menyatakan bahwa memperbaiki dan meningkatkan negri yang berada dlam
wilayah islam lebih baik dari pada memperluasnya. Ini berarti yang menjadi prioritas beliau adalah
pembangunan dalam negri. Meskipun masa pemerintahannya sangat singkat, beliau berhasil
manjalin hubungan baik dengan Syi’ah. Ia juga memberi kebebasan kepada penduduk agama lain
untuk melakukan ibadah sesuai tuntunan agamanya. Pajak diperingan dan kedudukan mawali
(muslim non arab) disamakan dengan orang aran. Kalifah Umar bin Abduk Aziz wafat pada tahun
720 M, di uasia 39 tahun dan dimakamkan di Deir Simon.

Yazid bin Abdul Malik (720 – 724 )


Yazid bin Abdul Malik adalah seorang penguasa yang sangat gandrung terhadap kemewahan dan
kurang memperhatikan rakyat, masyarakat yang semula damai berubah kacau dimasanya. Dengan
latar belakang kepentingan etnis dan polotik, masyarakat menyatakan konfrontasi terhadap
pemerintahan Yazid. Pemerintahan Yazid yang singkat itu hanya memepercepat proses kehancuran
Imperium Umayyah, pada masa inilah propaganda bagi keturunan Bani Abbas mulai diluncurkan
secara aktif, dia wafat diusi 40 tahun, masa pemerintahannya terhitung 4 tahun, 1 bulan.

Hisyam bin Abdul Malik (724 – 743)


Beliau menjabat khalifah diusia 35 tahun. Ia terkenal sebagai negarawan yang cakap dan ahli
startegi militer. Pada masa pemerintahannya muncul satu kekuatan baru yang menjadi tantangan
berat bagi pemerintahan Bani Umayyah. Kekuatan ini berasal dari Bani Hasyim yang didukung
golongan mawali dan merupakan ancaman yang serius dalam perkembangan selanjutnya kelompok
ini berhasil menggulingkan daulah umayyah dan menggantinya dengan dinasti Abbasiyah.
Pemerintahan Hisyam yang lunak dan jujur menyumbangkan jasa yang banyak untuk pemulihan
keamanan dan kemakmuran. Tetapi kebajikannya tidak bisa membayar kesalahan kesalahan
pendahulunya., karena gerakan oposisi terlalu kuat sehingga ia tidak mampu mematahkannya, pada
masanya kebudayaan serta kesusastraan arab serta lalu lintas dagang mengalami kemajuan. Dua
tahun setelah penaklukan Sisily tahun 743, beliau wafat diusia 53 tahun, masa pemerintahnnya 19
tahun, 9 bulan.

Walid bin Yazid (743 – 744)


Daulah umayyah mengalami kemunduran dimasa ini, Walid bin Yazid berkelakuan buruk dan suka
melanggar ketentuan norma agama, kalangan keluargapun membencinya. Ia mati terbunuh.
Meskipun demikian , kebijakan paling utama yang dilakukan Walid adalah melipatkan bantuan

6
sosial bagi pemeliharaan orang orang buta dan orang orang lansia yang tidak punya family untuk
merawatnya. Ia menyiapkan anggaran khusus untuk itu dan menyediakan perawat untuk masing
masing orang. Dia semapat melarikan diri dari penangkapan besar besaran di Damskus oleh
keponakannya. Ia wafat di usia 40 tahun, masa pemerintahannya hanya 1 tahun, 2 bulan.

Yazid bin Walid (Yazid III) (744 M)


Pemerintahannya tidak mendapat dukungan rakyat, karena perbuatannya yang suka mengurangi
anggaran belanja negara, masa pemerintahannya penuh kemelut dan pemeberontakan, beliau wafat
diusia 46 tahun setelah memerintah selama 16 bulan saja.

Ibrahim bin Malik (744 M)


Diangkatnya Ibarhim bin Malik tidak memeperoleh suara bulat dikalangan bani Umayyah juga
rakyatnya, karenanya keadaan negara semakin kacau dengan munculnya pemberontak. Ia
menggerakkan pasukan besar berkekuatan 80.000 orang dari Armenia menuju Syiria. Ia dengan
suka rela mengundurkan diri dari jabatannya setelah 3 bulan menjadi khalifah dan membai’at
Marwan bin Muhammad, beliau wafat pada tahun 132 H.

Marwan bin Muhammad (745 – 750 )


Beliau adalah seorang ahli negara yang bijaksana dan juga seorang pahlawan. Beberapa
pemberontak dapat ditumpas, tapi beliau tidak mampu menghadapi gerakan bani Abbasiyah.
Marwan melarikan diri ke Hurah, lalu ke Damaskus. Namun Abdullah bin Ali yang ditugaskan
Abu Abbas Asafah untuk membunuh Marwan selalu mengejarnya. Akhirnya Marwan sampai di
Mesir, dia mati terbunuh oleh Shalih bin Ali, orang yang menerima penyerahan tugas dari
Abdullah.. Marwan terbunuh pada tanggal 27 Dzulhijjah 132 H / 5 Agustus 750 M, dengan
terbunuhnya Marwan runtuhlah daulah Umayyah, dan setekah itu negara islam terpecah menjadi 30
negara yang terdiri beberapa dinasti, yaitu :

Dinasti Murabithun (1086 – 1143)


Berpusat di Maraskey, Maroko pasukan dinasti ini datang dalam rangka membantu ummat islam
melawan kerajaan Castilla, mereka memutuskan umtuk menguasai Andalus setelah ummat Islam
terpecah belah.

Dinasti Muwahidin (1146 – 1235)


Dinasti ini menggantikan dinasti Murabithun di Afrika Utara, kemudian melanjutkan
kepemimipinannya di Andalus. Dimasa ini hidup Ibn Rusyd. Seorang pemikir besar yang banyak
menafsirkan pemikiran Aristoteles.

7
Bani Ahmar (1232 – 1292)
Tahun 1283, Cordova jatuh ketangan Kristen, lalu Seville tahun 1248 dan akhirnya seluruh
Spanyol, hanya Granada yang bertahan dibawah pemerintahan bani Ahmar. Kepemimpinan Islam
masih berlangsung sampai Abdullah meminta bantuan Raja Ferdinand dan Ratu Isabella untuk
merebut kekuasaan dari ayahnya. Abu Abdullah sempat anik tahta saat ayahnya terbunuh. Namun
kemudian Ferdinand dan Isabella menikah dan menyatukan kerajaan dan melawan Abdullah untuk
mengakhiri kepemimpinan Islam.

Sejak saat itu pemeluk Islam (juga Yahudi) dikejar kejar untuk dihabisi atau dipaksa pindah agama,
kekejaman itu dibawa oleh bangsa Spanyol yang kemudian menjajah Filipin, kesultanan Islam di
Manila dibumihanguskan dan dibantai.

Memasuki abad ke 16, tanah Andalus yang sebelumnya selama abad 8 abad dikuasai Islam,
kemudian menjadi bersih dari budaya Islam.

Karakteristik Tradisi dan Peradaban Muslim Masa Mu’awiyah


Peradaban Muslim masa Mu’awiyah sebagai mana khalifah khalifah sbelumnya, ke 14 khalifah
dari keluarga Umayyah ini telah menorehkan sejarah dengan karekteristik tersendiri. Inilah yang
kemudian dinyatakan keberhasilan atau kelemahan dalam keberadaannya. Sedikit tentang sejarah
yang ditorehkannya antara lain :

Mulai adanya penyempitan calon calon yang diajukan sebagai khalifah pengganti dari khalifah
sebelumnya. Yaitu calon calonnya harus dari keluarga Umayyah, ini termasuk salah satu
penyimpangan dari Islam.
Perluasan wilayah Islam dapat dipeoleh dalam waktu yang singkat, dalam kekuasaannya selam 90
tahun, wilayah Islam semakin luas, mulai dari Spanyol sampai India, penaklukan militer ini
berjalan cepat terutam pada masa khalifah Al Walid bin Abdul Malik. Segenapa Afrika utara di
duduki 91 H/ 710 M, pasukan muslim menyebrangi selat Gibraltar, lalu masuk ke Spanyol,
kemudian menyebrangi sungai Pyrenees dan menyerang Carolingian Prancis. Di timur, seorang
wali Arab menyusup melaului Makran, masuk ke Sind, menancapkan Islam untuk pertama kalinya
di India. Bagi beberapa kalangan luas wilayah Islam pada masa ini adalah yang terluas
dibandingkan yang sebelumnya. Perluasan perluasan sebelumnya hanya berupa pengembangan dari
yang telah ada. Dan pada akhir khalifah Utsamani, wilayah Islam semakin sempit akibat
berkembanganya Nation State, sampai akhirnya hilanglah wilayah kekahalifahan Islam pada tahun

8
1924 (3 Maret). Sejak runtuhnya khalifah islam, dan wilayah Islam terpecah menjadi negara negara
Islam.
Pembangunan fisik semakin marak dilakukan. Apabila pada masa khalifah sebelumnya,
pembangunan lebih terfokus pada ruhul isalam, dalam artian penerapan hukum hukum Islam
dimuka bumi. Pada masa Umayyah pembangunan fisik dan perkembangan ilmu pengetahuan
semakin berkembang. Hal hal yang khusus antara lain penghijauan daerah Makkah dan Madinah
pada masa khalifah Mu’awiyah, pembuatan mata uang Islam di zaman Abdul Malik,
penghimpunan hadits di maa Umar bin Abdul Aziz. Masjid raya Damaskus dan Madianah Al
Nuriyah di Damaskus dibangun pada masa Al Walid I.
Yurisprudensi dan Tata Hukum Ajaran Islam Masa Mu’awiyah
Politik pemerintahan dimasa dinasti Umayyah, menurut imam Az Zuhri bahwa pada masa
Rasulullah dan para khulafaurrasyidin yang empat berlaku hukum bahwa orang orang kafir tidak
mewarisi seorang muslim, begitupun sebaliknya. Tapi pada masa Mu’awiyah ia telah mewariskan
seorang muslim dari seorang kafir, tapi tidak mewariskan seorang kafir dari seorang muslim.
Ketentuan yang berupa bid’ah itu telah dibatalkan pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz ,
tapi Hisyam bin Abdul Malik mengembalikannya lagi. Ibnu Katsir juga berkata bahawa
Mu’awiyah telah merubah sunnah Rasul dan khalifah yang empat dalam urusan diyat, sebelumnya
diyat pembunuhan terhadap seorang non muslim yang telah mengikat perjanjian dengan negara
Islam, jumlahnya sama dengan seorang muslim, tapi Mu’awiyah mengurangi sampai setengahnya,
dan dia mengambil bagian setengahnya untuk dirinya sendiri.

Begitu banyak prestasi yang ditoehkan Mu’awiyah, termasuk pembagian departemen departeman,
dari setiap lembaga yang ada, termasuk An Nidzam Al Qadha’i, yaitu lembaga penegak hukum,
yang terdiri dari 3 bagian, yaitu Al Qadha, Al Hisbat dan Al Madzalim

Al Qadha, dipimpin seorang yang disebut al Qadhi, bertugas membuat fakta hukum yang digali
langsung dari Al Qur’an, sunnah / ijma’, badan ini tidak dipengaruhi oleh pemerintah dan
menetapkan hukum bagi para pejabat.
Pejabat Al Hisbat, disebut muhtasib , tugasnya menanagani kasus kriminal,
Pejabat Al madzalim yang disebut al madzalim atau shahib madzalim, kedudukannya lebih tinggi
dari dua lembaga diaatas, karena bertugas meninjau kembali keputusan yang dibuat Al Qadhi dan
al hisbat. Badan ini menyelenggarakan mahkamat al madzalim yang mengambik tempat dimasjid.
Sidang tersebut dihadiri lima unsur lengkap, yaitu :
Para pembantu (juri)
Para hakim
Para fuqaha

9
Para katib
Para saksi
Faktor Penyebab Kehancuran Bani Umayyah
Sistem pergantian khilafah melalui garis keturunan adalah hal yang baru bagi bangsa Arab,
sehingga menimbulkan persaingan yang tidak sehat antara anggota keluarga kerajaan,
Latar belakang dinasti Umayyah berkaitan dengan politik masa Ali, sisa sisa Syi’ah dan khawarij
terus menjadi oposis dan penumpasan kelompok ini banyak menyedot kekuatan pemerintah,
Meruncingnya pertentangan etnis suku Arab Utara (Bani Qays) dan Arabia Selatan (Bani Kalb),
serta pemberontakan bangsa mawalli di Irak.
Sikap hidup mewah beberapa anggota kerajaan menjadikan pemerintahan melemah,
Munculnya kekuatan baru dari bani abasiyah
Krtik Refleksi Objektifikasi Peradaban Masa Mu’awiyah
Dinasti Umayyah berhasil berkuasa selama kurang lebih 90 tahun, dalam kurun waktu itulah terjadi
perubahan, ada juga perubahan yang tidak seharusnya terjadi, seperti sistem pemerintahan.
Perubahan yang dilakukan secara tidak langsung menggerogoti kekuatan umat Islam. Karena
sistem yang awalnya demokrasi dan berubah jadi monarki membuat umat Islam mudah diadu
domba, sehingga muncul banyak pemberontakan yang mengats namakan kebenaran.

Faktanya, salah satu dari faktor runtuhnya dinasti ini, adalalah sikap anak cucu Mu’awiyah sendiri.
Tapi setidaknya dinasti ini berhasil memperluas daerah Islam sampai ke Spanyol, Afrika Utara
bahkan India. Hanya saja kini semuanya sudah berakhir, dan hany tersisa kepingan sejarah dari
semua itu.
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Jadi perkembangan manusia dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor-faktor
seperti yang telah disebutkan dan di jelaskan diatas. Faktor-faktor ini mempengaruhi
perkembangan manusia mulai sejak lahir sampai menginggal dalam mempengaruhi
ke arah yang lebih baik maupun yang tidak baik.

10
DAFTAR PUSTAKA

11

Anda mungkin juga menyukai