Disusun oleh:
Mohammad Kholilur Rohman (2193044146)
Nabilun Nauval (2193044158)
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah..............................................................................................1
1.3 Tujuan.................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................2
BAB III PENUTUP..................................................................................................8
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
BAB II
PEMBAHASAN
TRADISI DAN NALAR SEJARAH DINASTI MUAWIYAH
Mu’awiyah bin Abi Sufyan lahir kira kira 15 tahun sebelum Hijriyah. Dia masuk Islam
bersama sama dengan penduduk Makkah lainnyayang berbondong bondong masuk Isalam pada
peristiwa Futtuh Makkah, ketika itu beliau berusia 23 tahun. Mu’awiyah mulai memegang tempuk
pemerintahan pada masa khalifah Umar bin Khattab, saat itu ia diangkat menjadi gubernur
Yordania. Saat itu pula saudaranya Yazid diangkat menjadi gubernur Damaskus, akan tetapi Yazid
wafat karena terjangkit penyakit Harpes yang mewabah dikota Amuas, maka saat itu Umar
menggabung wilayah Damaskus dengan wilayah Mu’awiyah. Saat menjadi gubernur, Mu’awiyah
merupaka sosok pemimpin yang memiliki pribadi yang kuat, amat jujur dan ahli dalam berpolitik.
Mu’awiyah berhasil memegang kekuasaan penuh setelah Hasan bin Ali menyerahkan jabatan
khalifah dengan beberapa syarat, antara lain :
Perjanjian tersebut kembali menyatukan ummat Islam dalam satu pemerintahan dibawah
kepemimpinan Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Dengan kata lain Hasan bin Ali telah menjual haknya
sebagai khalifah kepada Mua’wiyah, akibatnya Mu’awiyah menjadi penguasa absolut. Naiknya
Mu’awiyah menjadi khalifah, awalnya tidak melalui proses pembai’atan oleh ummat secara
keseluruhan, Mu’awiyah dibai’at pertama kali oleh penduduk Syam, kemudian dibai’at secara
keseluruhan setelah tahun persatuan (‘am jama’ah) tahun 661 M, pengakuan itu awalnya hanya
pengakuan terpaksa terhadap realita dan upaya menjaga persatuan ummat. Maka dari sini telah
masuk unsur kekuatan dan keterpaksaan menggantikan musyawarah, karena pada masa ini dpat
dikatakan telah terjadi perceraian ideologi antara idealisme dan realita.
2
2.2 Sistem Pemerintahan dan Penegakan Dinasti
Mu’awiyah adalah penguasa Islam yang pertama yang menggantikan sistem sistem
demokratis republik Islam menjadi sistem monarkis (absolute). Mu’awiyah pernah menegaskan
bahwa dirinya adalah seorang raja Islam yang pertama. Ia membentuk kekuasaan berdasarkan garis
keturunannya, dengan menunjuk puteranya sendiri, yaitu Yazid menjadi putera mahkota. Sikapnya
menunjuk putera mahkota ini akhirnya menjadi model pemerintahan yang diikuti oleh penguasa
penguasa dari bani Umayyah selanjutnya. Karenanya Mu’awiyah diapndang sebagai pendiri sistem
kerajaan yang turun temurundalam sejarah umat islam. Tradisi demokrasi kesukuan nenek moyang
bangsa Arab seketika itu hilang untuk selama lamanya. Dan digunakan dengan pola kekuasdaan
individu dan otokrasi. Dalam hal ini Mu’awiyah mengikuti tradisi kekuasaan absolutisme yang
berkembang di Persia dan Bizantium.
Meskipun sistem yang ditrapkan Mu’awiyah tidak sama dengan sistem yang diterapkan
khalifah khalifah sebelumnya, namun Mu’awiyah masih menjalankan kedudukan dan fungsi
khalifah, sepertti menyampaikan khutbah dan menjadi imam shalat jumat. Hanya saja ia terlalu
menjaga jarak dengan kehidupan masyarakat. Mu’awiyah hidup dalam kemewahan istana, yang
selalu dijaga pengawal bersenjata, baitul mal dijadikan sebagai harta kekayaan pribadi dan
memutuskan segala sesuatu uang penting hanya dengan pertimbangan sendiri. Inilah perbedaan
paling mencolok dari Mu’awiyah dengan khalifah khalifah sebelumnya . selama pemerintahannya
Mu’awiyah berhasil menegakkan kerukunan bangsa Arab wilayah utara (kaisaniyyah) dan bangsa
Arab wilayah selatan (kalbiyyah). Sekalipun nasab Mu’awiyah lebih dekat dengan Kiasaniyyah,
namun ia justru mengangkat putera mahkota dari istrinya yang keturunan Kalbiyyah. Selama masa
pemerintahannya penguasa dan rakyat hidup rukun, ia juga berlaku bijaksana kepada para penganut
agama kristen. Hal ini terbukti dengan diangkatanya beberapa orang nasrani sebagai pejabat
negara, yang salah sataunya menjadi dewan penasehat.
3
Mu’awiyah meninggal pada usia 80 tahun dan dimakamkan di Damaskus, dipemakaman Bab Al
Shagier.
Perlawanan terhadap Bani Umayyah dimulai oleh Husein bin Ali, pada tahun 680 M, ia pindah dari
Makkah ke Kuffahatas permintaan golongan Syi’ah yang ada di Irak. Umat islam didaerah ini tidak
mengakui Yazid. Mereka mengangkat Husein sebagai khalifah, dlam pertempuran yang tidak
seimbang itu yang tejadi di daerah Karbala (daerah dekat Kuffah) tentara Husein kalah, dan Husein
pun terbunuh. Kepalanya dipenggal dan dikirim ke Damaskus, sedang tubuhnya dikubur dikarbala.
Selama masa pemerintahan Yazid terkenal empat peristiwa kelam, yaitu :
Pembunuhan terhadap Husein bin Ali yang notabenenya adalah cucu nabi Muhammad saw.
Pelaksanaan al ibahat terhadap kota Madinah
Penggempuran terhadap bai’at Allah
Pertama kalinya menggunakan orang orang kebiri untuk barisan pelayan rumah tangga khalifah di
dalam istana.
Yazid meninggal dalam usia 38 tahun, yaitu pada tahun 64 H / 683 M, masa pemerintahannya 3
tahun, 6 bulan.
4
masing kepala suku. Untuk megokohkan jabatan khalifah, Marwan sengaja mengawini janda
Yazid, Ummu Khalid. Selama masa pemerintahannya tidak meninggalkan jejak yang penting bagi
sejarah Islam. Ia wafat dalam usia 63 tahun dan masa pemerintahannya selama 9 bulan, 18 hari.
5
Saat menjabat khalifah usianya 37 tahun, ia terkenal adil dan sederhana, ia ingin mengembalikan
corak pemerintahan sebagaiman pada zaman khulafaurrasyidin. Pemerintahannya meninggalkan
semua kemegahan dunia yang selalu ditunjukan oleh bani umayyah. Ketika diangkat sebgai
khalifah, beliau menyatakan bahwa memperbaiki dan meningkatkan negri yang berada dlam
wilayah islam lebih baik dari pada memperluasnya. Ini berarti yang menjadi prioritas beliau adalah
pembangunan dalam negri. Meskipun masa pemerintahannya sangat singkat, beliau berhasil
manjalin hubungan baik dengan Syi’ah. Ia juga memberi kebebasan kepada penduduk agama lain
untuk melakukan ibadah sesuai tuntunan agamanya. Pajak diperingan dan kedudukan mawali
(muslim non arab) disamakan dengan orang aran. Kalifah Umar bin Abduk Aziz wafat pada tahun
720 M, di uasia 39 tahun dan dimakamkan di Deir Simon.
6
sosial bagi pemeliharaan orang orang buta dan orang orang lansia yang tidak punya family untuk
merawatnya. Ia menyiapkan anggaran khusus untuk itu dan menyediakan perawat untuk masing
masing orang. Dia semapat melarikan diri dari penangkapan besar besaran di Damskus oleh
keponakannya. Ia wafat di usia 40 tahun, masa pemerintahannya hanya 1 tahun, 2 bulan.
7
Bani Ahmar (1232 – 1292)
Tahun 1283, Cordova jatuh ketangan Kristen, lalu Seville tahun 1248 dan akhirnya seluruh
Spanyol, hanya Granada yang bertahan dibawah pemerintahan bani Ahmar. Kepemimpinan Islam
masih berlangsung sampai Abdullah meminta bantuan Raja Ferdinand dan Ratu Isabella untuk
merebut kekuasaan dari ayahnya. Abu Abdullah sempat anik tahta saat ayahnya terbunuh. Namun
kemudian Ferdinand dan Isabella menikah dan menyatukan kerajaan dan melawan Abdullah untuk
mengakhiri kepemimpinan Islam.
Sejak saat itu pemeluk Islam (juga Yahudi) dikejar kejar untuk dihabisi atau dipaksa pindah agama,
kekejaman itu dibawa oleh bangsa Spanyol yang kemudian menjajah Filipin, kesultanan Islam di
Manila dibumihanguskan dan dibantai.
Memasuki abad ke 16, tanah Andalus yang sebelumnya selama abad 8 abad dikuasai Islam,
kemudian menjadi bersih dari budaya Islam.
Mulai adanya penyempitan calon calon yang diajukan sebagai khalifah pengganti dari khalifah
sebelumnya. Yaitu calon calonnya harus dari keluarga Umayyah, ini termasuk salah satu
penyimpangan dari Islam.
Perluasan wilayah Islam dapat dipeoleh dalam waktu yang singkat, dalam kekuasaannya selam 90
tahun, wilayah Islam semakin luas, mulai dari Spanyol sampai India, penaklukan militer ini
berjalan cepat terutam pada masa khalifah Al Walid bin Abdul Malik. Segenapa Afrika utara di
duduki 91 H/ 710 M, pasukan muslim menyebrangi selat Gibraltar, lalu masuk ke Spanyol,
kemudian menyebrangi sungai Pyrenees dan menyerang Carolingian Prancis. Di timur, seorang
wali Arab menyusup melaului Makran, masuk ke Sind, menancapkan Islam untuk pertama kalinya
di India. Bagi beberapa kalangan luas wilayah Islam pada masa ini adalah yang terluas
dibandingkan yang sebelumnya. Perluasan perluasan sebelumnya hanya berupa pengembangan dari
yang telah ada. Dan pada akhir khalifah Utsamani, wilayah Islam semakin sempit akibat
berkembanganya Nation State, sampai akhirnya hilanglah wilayah kekahalifahan Islam pada tahun
8
1924 (3 Maret). Sejak runtuhnya khalifah islam, dan wilayah Islam terpecah menjadi negara negara
Islam.
Pembangunan fisik semakin marak dilakukan. Apabila pada masa khalifah sebelumnya,
pembangunan lebih terfokus pada ruhul isalam, dalam artian penerapan hukum hukum Islam
dimuka bumi. Pada masa Umayyah pembangunan fisik dan perkembangan ilmu pengetahuan
semakin berkembang. Hal hal yang khusus antara lain penghijauan daerah Makkah dan Madinah
pada masa khalifah Mu’awiyah, pembuatan mata uang Islam di zaman Abdul Malik,
penghimpunan hadits di maa Umar bin Abdul Aziz. Masjid raya Damaskus dan Madianah Al
Nuriyah di Damaskus dibangun pada masa Al Walid I.
Yurisprudensi dan Tata Hukum Ajaran Islam Masa Mu’awiyah
Politik pemerintahan dimasa dinasti Umayyah, menurut imam Az Zuhri bahwa pada masa
Rasulullah dan para khulafaurrasyidin yang empat berlaku hukum bahwa orang orang kafir tidak
mewarisi seorang muslim, begitupun sebaliknya. Tapi pada masa Mu’awiyah ia telah mewariskan
seorang muslim dari seorang kafir, tapi tidak mewariskan seorang kafir dari seorang muslim.
Ketentuan yang berupa bid’ah itu telah dibatalkan pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz ,
tapi Hisyam bin Abdul Malik mengembalikannya lagi. Ibnu Katsir juga berkata bahawa
Mu’awiyah telah merubah sunnah Rasul dan khalifah yang empat dalam urusan diyat, sebelumnya
diyat pembunuhan terhadap seorang non muslim yang telah mengikat perjanjian dengan negara
Islam, jumlahnya sama dengan seorang muslim, tapi Mu’awiyah mengurangi sampai setengahnya,
dan dia mengambil bagian setengahnya untuk dirinya sendiri.
Begitu banyak prestasi yang ditoehkan Mu’awiyah, termasuk pembagian departemen departeman,
dari setiap lembaga yang ada, termasuk An Nidzam Al Qadha’i, yaitu lembaga penegak hukum,
yang terdiri dari 3 bagian, yaitu Al Qadha, Al Hisbat dan Al Madzalim
Al Qadha, dipimpin seorang yang disebut al Qadhi, bertugas membuat fakta hukum yang digali
langsung dari Al Qur’an, sunnah / ijma’, badan ini tidak dipengaruhi oleh pemerintah dan
menetapkan hukum bagi para pejabat.
Pejabat Al Hisbat, disebut muhtasib , tugasnya menanagani kasus kriminal,
Pejabat Al madzalim yang disebut al madzalim atau shahib madzalim, kedudukannya lebih tinggi
dari dua lembaga diaatas, karena bertugas meninjau kembali keputusan yang dibuat Al Qadhi dan
al hisbat. Badan ini menyelenggarakan mahkamat al madzalim yang mengambik tempat dimasjid.
Sidang tersebut dihadiri lima unsur lengkap, yaitu :
Para pembantu (juri)
Para hakim
Para fuqaha
9
Para katib
Para saksi
Faktor Penyebab Kehancuran Bani Umayyah
Sistem pergantian khilafah melalui garis keturunan adalah hal yang baru bagi bangsa Arab,
sehingga menimbulkan persaingan yang tidak sehat antara anggota keluarga kerajaan,
Latar belakang dinasti Umayyah berkaitan dengan politik masa Ali, sisa sisa Syi’ah dan khawarij
terus menjadi oposis dan penumpasan kelompok ini banyak menyedot kekuatan pemerintah,
Meruncingnya pertentangan etnis suku Arab Utara (Bani Qays) dan Arabia Selatan (Bani Kalb),
serta pemberontakan bangsa mawalli di Irak.
Sikap hidup mewah beberapa anggota kerajaan menjadikan pemerintahan melemah,
Munculnya kekuatan baru dari bani abasiyah
Krtik Refleksi Objektifikasi Peradaban Masa Mu’awiyah
Dinasti Umayyah berhasil berkuasa selama kurang lebih 90 tahun, dalam kurun waktu itulah terjadi
perubahan, ada juga perubahan yang tidak seharusnya terjadi, seperti sistem pemerintahan.
Perubahan yang dilakukan secara tidak langsung menggerogoti kekuatan umat Islam. Karena
sistem yang awalnya demokrasi dan berubah jadi monarki membuat umat Islam mudah diadu
domba, sehingga muncul banyak pemberontakan yang mengats namakan kebenaran.
Faktanya, salah satu dari faktor runtuhnya dinasti ini, adalalah sikap anak cucu Mu’awiyah sendiri.
Tapi setidaknya dinasti ini berhasil memperluas daerah Islam sampai ke Spanyol, Afrika Utara
bahkan India. Hanya saja kini semuanya sudah berakhir, dan hany tersisa kepingan sejarah dari
semua itu.
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Jadi perkembangan manusia dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor-faktor
seperti yang telah disebutkan dan di jelaskan diatas. Faktor-faktor ini mempengaruhi
perkembangan manusia mulai sejak lahir sampai menginggal dalam mempengaruhi
ke arah yang lebih baik maupun yang tidak baik.
10
DAFTAR PUSTAKA
11