Kelas 2H
2024/1441 H
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah yang berjudul Memahami hadist kepimpinan dan larangan korupsi,
Berbangsa dan Bernegara dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada bapak dosen yang telah memberikan
bimbingan serta pembelajaran.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Kelompok
ii
DAFTAR ISI
B. Rumusan Masalah...........................................................................................1
Umayyah .........................................................................................................6
A. Kesimpulan ...................................................................................................13
B. Saran ............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu berdirinya dinasti umayah?
2. Bagaimana pemerintahan dinasti umayah?
3. Bagaimana perkembangany?
4. Bagaimana kemajuan dinastiumayah?
5. Bagaimana peradabanya bani umayah?
C. Tujuan Makalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
Nama Dinasti Bani Umayah diambil dari Umayah bin Abd Al-Syam,
kakek Abu Sufyan. Umayah segenerasi dengan Abdul Muthalib, kakek Nabi
Muhammad Saw dan Ali bin Abi Thalib. Dengan demikian, Ali bin Abi
Thalib segenerasi pula dengan Mu'awiyah bin Abi Sufyan. Ali bin Abi Thalib
berasal dari keturunan Bani Hasyim sedangkan Mu'awiyah berasal dari
keturunan Bani Umayah. Kedua keturunan ini merupakan orang-orang yang
berpengaruh dalam suku Quraisy.
Namun karena Hasan ternyata lemah sementara Mu'awiyah bin Abi Sufyan
bertambah kuat, maka Hasan bin Ali menyerahkan pemerintahannya kepada
mu'awiyyah bin abi sufyan. Mu'awiyah sebagai pendiri dinasti Umayyah
adalah putra Abu Sufyan, seorang pemuka Quraisy yang menjadi musuh Nabi
Muhammad saw. Mu'awiyah dan keluarga keturunan Bani Umayyah
memeluk Islam pada saat terjadi penaklukan kota Makkah. Nabi pernah
mengangkatnya sebagai sekretaris pribadi dan Nabi berkenan menikahi
saudaranya yang perempuan yang bernama Umi Habibah. Karier politik
Mu'awiyah mulai meningkat pada masa pemerintahan Umar Ibn Khattab.
Setelah kematian Yazid Ibn Abu Sufyan pada peperangan Yarmuk, Mu'awiyah
diangkat. menjadi kepala di sebuah kota di Syria. Karena keberhasilan
kepemimpinannya, tidak lama kemudian dia diangkat menjadi gubernur Syria
2
oleh khalifah Umar. Mu'awiyah selama menjabat sebagai gubernur Syria, giat
melancarkan perluasan wilayah kekuasaan Islam sampai perbatasan wanyah
kekuasaan Bizantine. Pada masa pemerintahan khalifah Ali Ibn Abu Thalib,
Mu'awiyah terlibat konflik dengan khalifah Ali untuk mempertahankan
kedudukannya sebagai gubernur Syria. Sejak saat itu Mu'awiyah mulai
berambisi untuk menjadi khalifah dengan mendirikan dinasti Umayyah. 1
1. Dukungan yang kuat dari rakyat Syiria dan dari keluarga Bani Umayyah.
Kedudukan Khalifah
1
A.Hasymy,sejarah kebudayaan islam,(Jakarta,BulanBintang,1975)
3
“penguasa” yang diangkat Allah da-lam memimpin umat dengan-
mengaitkannya kepada al-Qur‟an. Atas dasar ini Dinasti menyatakan
bahwakepu-tusan-keputusan Khalifah berdasar-kan atas kehendak Allah,
siapa yangmenentangnya adalah kaf-ir. Dengan kata lain pemerintahan
Dinasti Bani Umayyah bercorak teo-kratis, yaitupenguasa yang harus di-
taati semata-mata karena iman. Seseorang selama menjadimukmin tidak
boleh melawan khalifahnya, sekalipun ia beranggapan bahwa
Khalifahadalah seseorang yang memusuhi agama Allah dan tinda-kan-
tindakan Khalifah tidaksesuai dengan hukum-hukum syariat. De-ngan
demikian, meskipun pemimpin Dinasti ini menyatakan sebagai Kha-lifah
akantetapi dalam prakteknya memimpin umat Islam sama sekali berbeda
dengan Khalifahyang empat sebelumnya, setelah Rasulullah.1
4
Bukan saja perang itu berakhir dengan Tahkim Shiffin yang tidak
menguntungkan Ali, tapi akibat itu pula kubu Ali sendiri menjadi terpecah
dua yaitu yang tetap setia kepada Ali disebut Syiah dan yang keluar disebut
Khawarij. Sejak peristiwa itu, Ali tidak lagi menggerakkan pasukannya untuk
menundukkan Muawiyyah tapi menggempur habis orang-orang Khawarij,
yang terakhir terjadi peristiwa Nahrawan pada 09 Shafar 38 H, dimana dari
1800 orang Khawarij hanya 8 orang yang selamat jiwanya sehingga dari
delapan orang itu menyebar ke Amman, Kannan, Yaman, Sajisman dan ke
Jazirah Arab.2 Pada Ali terbunuh oleh seorang anggota khawarij. Kedudukan
Ali sebagai khalifah kemudian dijabat oleh anaknya Hasan selama beberapa
bulan. Namun, karena Hasan ternyata lemah, sementara Mu‟awiyah semakin
kuat, maka Hasan membuat perjanjian damai. Perjanjian ini dapat
mempersatukan umat islam kembali dalam satu kepemimpinan politik, di
bawah Mu‟awiyah ibn Sufyan.1
2
Ahmad al-Usairi, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, (Jakarta:
Akbar Media Sarana, 2003) hal.176.
5
2. Yazid bin Muawiyah (60-64 H/680-683 M)
1. Sistem Sosial
6
tersebut kemudian melahirkan kre-atifitas baru yang menakjubkan
dibidang seni bangunan (arsitektur) dan ilmu pengetahuan.Seperti yang
terjadi pada masa pemerintahan Kha-lifah Walid bin Abdul Malik (705-
715 M) kekayaan dan kemakmuran melimpah ruah. Ia seorang yang
berkemauan kerasdan berkemampu-an melaksanakan pembangunan. Oleh
karena itu, ia menyempur-nakangedung-gedung, pabrik-pabrik dan jalan-
jalan yang dilengkapi dengan sumur untuk parakabilah yang berlalu lalang
dijalan tersebut. Ia membangun masjid al-Amawi yang terkenalhingga
masa kini di Damaskus. Disamping itu ia menggunakan kekayaan
negerinya untukmenyantuni para yatim piatu, fakir miskin, dan penderita
cacat seperti orang lumpuh, butadan se-bagainya.Akibat lainnya adalah
juga banyak orang-orang dari negeri taklukan yang memelukIslam. Mere-
ka adalah pendatang-pendatang baru dari kalangan bangsa-bangsa yang-
dikalahkan, yang kemudian mendapat gelar “al mawali”. Status tersebut
menggambarkaninferioritas di tengah-tengah keangkuhan bangsa Arab.
Mereka tidak mendapat fasili-tas dari penguasa Bani Umayyah se-
bagaimana yang didapatkan oleh orang-orang musliminArab.Dalam masa
Daulah Bani Umayyah, orang-orang muslimin Arab memandang dirinya
lebih mulia dari segala bangsa bukan Arab (mawali). Orang-orang Arab
memandang dirinya“saiyid” (tuan) atas bangsa bukan Arab, seakan-akan
mereka dijadikan Tuhan untuk-memerintah3.
2. Sistem Politik
3
Yatim, Badri. 2004. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Jakarta: Rajawali Grafindo
Persada.
7
A. Politik dalam Negeri
8
3. Sistem Ekonomi
Jadi, sumber ekonomi masa Daulah Bani Umayyah berasal dari potensi
ekonomi negeri-negeri yang telah ditaklukan dan sejumlah budak dari
negara-negara yang telah ditaklukkan diangkut ke Dunia Is-lam. Tetapi
kebijakan yang paling strategis pada masa Daulah Bani Ummayah adalah
adanya sistem penyamaan keuangan.
4. Kemajuan Intelektual
Kehidupan ilmu dan akal, pada masa Dinasti Bani Umayyah pada
umumnya berjalan seperti za-man khulafaur rasyidin, hanya be-berapa
saja yang mengalami kema-juan, yaitu mulai dirintis jalan ilmu naqli,
berupa filsafat dan eksakta. Pada saat itu, sebagaimana masa sebelumnya,
ilmu berkembang dalam tiga bidang, yaitu diniyah, tarikh dan filsafat.
Tokoh filsafat yang terkenal (beragama nasrani) adalah Yuhana al Dimaski,
yang dikenal dalam dunia Kristen sebagai Johannes Damacenes, yang
kemudian diterus-kan oleh muridnya yang bernama Abu Qarra.
9
Kebanyakan masyarakat dan Khalifah Bani Umayyah mencin-tai syair.
Pada masa itu lahir bebera-pa penyair terbesar, seperti Ghayyats Taghlibi
al-Akhtal, Jurair, dan Al-Farazdak.
Ekspansi yang terhenti pada masa khalifah Usman dan Ali, dilanjutkan
kembali oleh dinasti ini. Di zaman Muawiyah,Tuniasia dapat ditaklukan.
Disebelah timur, Muawiyah dapat menguasai daerah Khurasan sampai ke
sungai oxus dan Afghanistan sampai ke Kabul. Angkatan lautnya melakukan
serangan-serangan ke Ibukota Binzantium, Konstantinopel.ekspansi ke timur
yang dilakukan Muawiyah kemudian dilanjutkan oleh khalifah Abd al-Malik.
Ia mengirim tentara menyebrangi sungai Oxus dan dapat berhasil
menundukkan Balkh, Bukhara, Khawarizm, Ferghana dan Markhand.
4
Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya, (Jakarta: UI Press, jilid 1, Cet.
Ke 5, 1985) hal. 61.
10
Tentaranya bahkan sampai ke India dan dapat menguasaiBalukhistan, Sind
dan daerah Punjab sampai ke Maltan.1
11
1. Membangun pos-pos serta menyediakan kelengkapan peralatannya.
6. Membangun mesjid.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad al-Usairi, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX,
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, Joesoes
Bintang.
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2008) hlm13
Istian Aby Bakar, Sejarah Peradaban Islam untuk perguruan tinggi islam dalam
Siti Maryam (Ed), Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hingga Modern,
Syalaby, Ahmad. 1995. Sejarah dan Kebudayaan Islam II. Jakarta: al- Husna
14