Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

DINASTI UMAYYAH (661-750)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Sejarah Peradaban Islam

Dosen Pengampu : Nurhafifah, M.Pd. I

Disusun Oleh Kelompok 6 :

1. Ade Nadia Putri Suryono (2311100157)


2. Giarti (2311100226)

Kelas 2H

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

2024/1441 H
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah yang berjudul Memahami hadist kepimpinan dan larangan korupsi,
Berbangsa dan Bernegara dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada bapak dosen yang telah memberikan
bimbingan serta pembelajaran.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan


serta bermanfaat bagi para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Bandar Lampung, 03 Maret 2024

Kelompok

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

A. Latar Belakang ................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................1

C. Tujuan Makalah ..............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................2

A. Berdirinya Dinasti Umayyah ..........................................................................2

B. Pemerintahan Dinasti Umayyah .....................................................................3

C. Perkembangan Pada Dinasti Umayah .............................................................4

D. Kemajuan dalam sistem Sosial, Politik dan Ekonomi Daulah Bani

Umayyah .........................................................................................................6

E. Peradaban Islam Pada Masa Bani Umayyah ................................................10

BAB III PENUTUP ..............................................................................................13

A. Kesimpulan ...................................................................................................13

B. Saran ............................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berakhirnya kekuasaan khalifah Ali bin Abi Thalib mengakibatkan


lahirnya kekuasan yang berpola dinasti atau kerajaan. Pola kepemimpinan
sebelumnya (khalifah Ali) yang masih menerapkan pola keteladanan Nabi
Muhammad, yaitu pemilihan khalifah dengan proses musyawarah akan terasa
berbeda ketika memasuki pola kepemimpinan dinasti-dinasti yang
berkembang sesudahnya.

Dinasti Bani Umayyah merupakan dinasti yang berkuasa selama lebih


kurang 90 tahun (41-132/661-750). Dinasti Umayyah merupakan kerajaan
Islam pertama yang didirikan oleh Muawiyah Ibn Abi Sufyan. Perintisan
dinasti ini dilakukannya dengan cara menolak pembantaian terhadap khalifah
Ali bin Abi Thalib, kemudian ia memilih berperang dan melakukan
perdamaian dengan pihak Ali dengan strategi politik yang sangat
menguntungkan baginya. dan lain sebagainya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu berdirinya dinasti umayah?
2. Bagaimana pemerintahan dinasti umayah?
3. Bagaimana perkembangany?
4. Bagaimana kemajuan dinastiumayah?
5. Bagaimana peradabanya bani umayah?
C. Tujuan Makalah

Tujuan penulisan makalah ini untuk memberi tahu kepada


pemateri,pembaca,pendengar tentang dinasti umayyah

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Berdirinya Dinasti Umayyah

Nama Dinasti Bani Umayah diambil dari Umayah bin Abd Al-Syam,
kakek Abu Sufyan. Umayah segenerasi dengan Abdul Muthalib, kakek Nabi
Muhammad Saw dan Ali bin Abi Thalib. Dengan demikian, Ali bin Abi
Thalib segenerasi pula dengan Mu'awiyah bin Abi Sufyan. Ali bin Abi Thalib
berasal dari keturunan Bani Hasyim sedangkan Mu'awiyah berasal dari
keturunan Bani Umayah. Kedua keturunan ini merupakan orang-orang yang
berpengaruh dalam suku Quraisy.

Memasuki tahun ke 40 H/660 M, banyak sekali pertikaian politik


dikalangan ummat Islam, puncaknya adalah ketika terbunuhnya Khalifah Ali
bin Abi Thalib oleh Ibnu Muljam. Setelah khalifah terbunuh, kaum muslimin
diwilayah Iraq mengangkat al-Hasan putra tertua Ali sebagai khalifah yang
sah. Sementara itu Mu'awiyah sebagi gubernur propinsi Suriah (Damaskus)
juga menobatkan dirinya sebagai Khalifah.

Namun karena Hasan ternyata lemah sementara Mu'awiyah bin Abi Sufyan
bertambah kuat, maka Hasan bin Ali menyerahkan pemerintahannya kepada
mu'awiyyah bin abi sufyan. Mu'awiyah sebagai pendiri dinasti Umayyah
adalah putra Abu Sufyan, seorang pemuka Quraisy yang menjadi musuh Nabi
Muhammad saw. Mu'awiyah dan keluarga keturunan Bani Umayyah
memeluk Islam pada saat terjadi penaklukan kota Makkah. Nabi pernah
mengangkatnya sebagai sekretaris pribadi dan Nabi berkenan menikahi
saudaranya yang perempuan yang bernama Umi Habibah. Karier politik
Mu'awiyah mulai meningkat pada masa pemerintahan Umar Ibn Khattab.
Setelah kematian Yazid Ibn Abu Sufyan pada peperangan Yarmuk, Mu'awiyah
diangkat. menjadi kepala di sebuah kota di Syria. Karena keberhasilan
kepemimpinannya, tidak lama kemudian dia diangkat menjadi gubernur Syria

2
oleh khalifah Umar. Mu'awiyah selama menjabat sebagai gubernur Syria, giat
melancarkan perluasan wilayah kekuasaan Islam sampai perbatasan wanyah
kekuasaan Bizantine. Pada masa pemerintahan khalifah Ali Ibn Abu Thalib,
Mu'awiyah terlibat konflik dengan khalifah Ali untuk mempertahankan
kedudukannya sebagai gubernur Syria. Sejak saat itu Mu'awiyah mulai
berambisi untuk menjadi khalifah dengan mendirikan dinasti Umayyah. 1

B. Pemerintahan Dinasti Umayyah

Keberhasilan Muawiyah mendirikanDinasti Umayyah bukan hanya akibat


dari kemenangan diplo-masi Siffin dan terbunuhnya Kha-lifah Ali, akan
tetapi ia memiliki ba-sisrasional yang solid bagi landasan pembangunan
politiknya di masa de-pan.

Adapun faktor keberhasilan ter-sebut adalah:

1. Dukungan yang kuat dari rakyat Syiria dan dari keluarga Bani Umayyah.

2. Sebagai administrator, Muawiyah mampu berbuat secara bijak da-lam


menempatkanpara pemban-tunya pada jabatan-jabatan pent-ing.

3. Muawiyah memiliki kemampuan yang lebih sebagai negarawan se-jati,


bahkanmencapai tingkat sifat tertinggi yang dimiliki oleh para pembesar
Mekkah za-mandahulu, yang mana seorang manusia seperti Muawiyah
dapat menguasai dirisecara mut-lak dan mengambil keputusan-keputusan
yang menentukan, mes-kipun ada tekanan dan intimidasi.1

 Kedudukan Khalifah

Walaupun Muawiyah mengu-bah sistem pemerintahan dari


musyawarah menjadi monarki, namun Di-nasti ini tetap memakai gelar
Kha-lifah. Namun, ia memberikaninter-pretasi baru untuk mengagungkan
jabatan tersebut. Dia menyebutnya „Khalifah Allah”dalam pengertian

1
A.Hasymy,sejarah kebudayaan islam,(Jakarta,BulanBintang,1975)

3
“penguasa” yang diangkat Allah da-lam memimpin umat dengan-
mengaitkannya kepada al-Qur‟an. Atas dasar ini Dinasti menyatakan
bahwakepu-tusan-keputusan Khalifah berdasar-kan atas kehendak Allah,
siapa yangmenentangnya adalah kaf-ir. Dengan kata lain pemerintahan
Dinasti Bani Umayyah bercorak teo-kratis, yaitupenguasa yang harus di-
taati semata-mata karena iman. Seseorang selama menjadimukmin tidak
boleh melawan khalifahnya, sekalipun ia beranggapan bahwa
Khalifahadalah seseorang yang memusuhi agama Allah dan tinda-kan-
tindakan Khalifah tidaksesuai dengan hukum-hukum syariat. De-ngan
demikian, meskipun pemimpin Dinasti ini menyatakan sebagai Kha-lifah
akantetapi dalam prakteknya memimpin umat Islam sama sekali berbeda
dengan Khalifahyang empat sebelumnya, setelah Rasulullah.1

C. Perkembangan Pada Dinasti Umayah

Pada saat itu Mu‟awiyah yang menjabat sebagai gubernur di Damaskus


yang juga masih kerabat Utsman menuntut atas kematian Ustman.

Dengan taktik dan kecerdikannya, ia mempermainkan emosi umat islam.


mu‟awiyah tidak mau menghormati ali, dan menyudutkannya pada sebuah
dilema: menyerahkan para pembunuh Utsman, atau menerima status sebagi
orang yang bertanggung jawab atas pembunuhan itu, sehingga ia harus
diturunkan dari jabatan khalifahDari perselisihan tersebut terjadilah
peperangan antara Ali dan Mu‟awiyah. Peperangan tersebut dikenal sebagai
perang Siffin, karena terjadi di daerah bernama Siffin.

Dalam pertempuran itu hampir-hampir pasukan Muawiyyah dikalahkan


pasukan Ali, tapi berkat siasat penasehat Muawiyyah yaitu Amr bin 'Ash,
agar pasukannya mengangkat mushaf-mushaf Al Qur'an di ujung lembing
mereka, pertanda seruan untuk damai dan melakukan perdamaian (tahkim)
dengan pihak Ali dengan strategi politik yang sangat menguntungkan
Mu‟awiyah.1

4
Bukan saja perang itu berakhir dengan Tahkim Shiffin yang tidak
menguntungkan Ali, tapi akibat itu pula kubu Ali sendiri menjadi terpecah
dua yaitu yang tetap setia kepada Ali disebut Syiah dan yang keluar disebut
Khawarij. Sejak peristiwa itu, Ali tidak lagi menggerakkan pasukannya untuk
menundukkan Muawiyyah tapi menggempur habis orang-orang Khawarij,
yang terakhir terjadi peristiwa Nahrawan pada 09 Shafar 38 H, dimana dari
1800 orang Khawarij hanya 8 orang yang selamat jiwanya sehingga dari
delapan orang itu menyebar ke Amman, Kannan, Yaman, Sajisman dan ke
Jazirah Arab.2 Pada Ali terbunuh oleh seorang anggota khawarij. Kedudukan
Ali sebagai khalifah kemudian dijabat oleh anaknya Hasan selama beberapa
bulan. Namun, karena Hasan ternyata lemah, sementara Mu‟awiyah semakin
kuat, maka Hasan membuat perjanjian damai. Perjanjian ini dapat
mempersatukan umat islam kembali dalam satu kepemimpinan politik, di
bawah Mu‟awiyah ibn Sufyan.1

Dengan meninggalnya Ali (661), pemerintahan yang dapat kita sebut


sebagai periode ke khalifahan republic-dimulai sejak ke khalifahan abu Bakar
(623)-telah berakhir. Empat khalifah pada masa ini dikenal oleh para
sejarawan Arab sebagai al-Rasyidin. Pendiri khalifah kedua, Mua‟awiyah dari
keluarga Umayyah, menunjuk putranya sendiri, Yazid, sebagai penerusnya
sehingga ia menjadi seorang pendiri sebuah dinasti. Dengan demikian,
konsep pewarisan kekuasaan mulai diperkenalkan dalam suksesi
kekhalifahan, dan sejak itu tidak pernah sepenuhnya ditinggalkan.
Kekhalifahan Umayyah adalah dinastu (Mulk) pertama dalam sejarah islam1

Berikut nama-nama ke 14 khalifah Dinasti Bani Umayyah yang


berkuasa:

1. Muawiyah bin Abi Sufyan (41-60 H/661-680 M)

2
Ahmad al-Usairi, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, (Jakarta:
Akbar Media Sarana, 2003) hal.176.

5
2. Yazid bin Muawiyah (60-64 H/680-683 M)

3. Muawiyah bin Yazid (64-65 H/683-684 M)

4. Marwan bin Hakam (65-66 H/684-685 M)

5. Abdul Malik bin Marwan (66-86 H/685-705 M)

6. Walid bin Abdul Malik (86-97 H/705-715 M)

7. Sulaiman bin Abdul Malik (97-99 H/715-717 M)

8. Umar bin Abdul Aziz (99-101 H/717-720 M)

9. Yazid bin Abdul Malik (101-105 H/720-724)

10. Hisyam bin Abdul Malik (105-125 H/724-743 M) 1

11. Walid bin Yazid (125-126 H/743-744 M)

12. Yazid bin Walid (126-127 H/744-745 M)

13. Ibrahim bin Walid (127-127 H/745-745 M)

14. Marwan bin Muhammad (127-132 H/745-750 M)7

D. Kemajuan dalam sistem Sosial, Politik dan Ekonomi Daulah Bani


Umayyah

1. Sistem Sosial

Dalam lapangan sosial, Bani Umayyah telah membuka terjadinya


kontak antarabangsa-bangsa Muslim (Arab) dengan negeri-negeri taklu-
kan yang terkenal memiliki ke-budayaan yang telah maju seperti Persia,
Mesir, Eropa dan sebagainya. Hal tersebut menyebabkan terjadinya
akulturasi budaya antara Arab (yang memiliki ciri-ciri Islam)dengan tradi-
si bangsa-bangsa lain yang bernaung dibawah kekuasaan Islam. Hubungan

6
tersebut kemudian melahirkan kre-atifitas baru yang menakjubkan
dibidang seni bangunan (arsitektur) dan ilmu pengetahuan.Seperti yang
terjadi pada masa pemerintahan Kha-lifah Walid bin Abdul Malik (705-
715 M) kekayaan dan kemakmuran melimpah ruah. Ia seorang yang
berkemauan kerasdan berkemampu-an melaksanakan pembangunan. Oleh
karena itu, ia menyempur-nakangedung-gedung, pabrik-pabrik dan jalan-
jalan yang dilengkapi dengan sumur untuk parakabilah yang berlalu lalang
dijalan tersebut. Ia membangun masjid al-Amawi yang terkenalhingga
masa kini di Damaskus. Disamping itu ia menggunakan kekayaan
negerinya untukmenyantuni para yatim piatu, fakir miskin, dan penderita
cacat seperti orang lumpuh, butadan se-bagainya.Akibat lainnya adalah
juga banyak orang-orang dari negeri taklukan yang memelukIslam. Mere-
ka adalah pendatang-pendatang baru dari kalangan bangsa-bangsa yang-
dikalahkan, yang kemudian mendapat gelar “al mawali”. Status tersebut
menggambarkaninferioritas di tengah-tengah keangkuhan bangsa Arab.
Mereka tidak mendapat fasili-tas dari penguasa Bani Umayyah se-
bagaimana yang didapatkan oleh orang-orang musliminArab.Dalam masa
Daulah Bani Umayyah, orang-orang muslimin Arab memandang dirinya
lebih mulia dari segala bangsa bukan Arab (mawali). Orang-orang Arab
memandang dirinya“saiyid” (tuan) atas bangsa bukan Arab, seakan-akan
mereka dijadikan Tuhan untuk-memerintah3.

2. Sistem Politik

Perubahan yang paling men-onjol pada masa Bani Umayyah ter-jadi


pada sistem politik,diantaranya adalah:

3
Yatim, Badri. 2004. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Jakarta: Rajawali Grafindo
Persada.

7
A. Politik dalam Negeri

1) Pemindahan pusat pemerintahan dari Madinah ke Damaskus. Kepu-


tusan ini berdasarkan pada pertim-bangan politis dan keamanan.
Karena letaknya jauh dari Kufah, pusat kaum Syi‟ah (pendukung
Ali), dan juga jauh dari Hijaz, tempat tinggal Bani Hasyim dan Bani
Umayyah, sehing-ga bisa terhindar dari konflik yang lebih
tajamantar dua bani tersebut dalam memperebutkan kekuasaan.
Lebih dari itu, Damaskusyang ter-letak di wilayah Syam (Suriah)
ada-lah daerah yang berada di bawah-genggaman Muawiyah selama
20 tahun sejak dia diangkat menjadi Gubernur di distrikini sejak
zaman Khalifah Umar bin Khattab

2) Pembentukan lembaga yang sama sekali baru atau pengembangan


dari Khalifah arrasyidin, untuk memen-uhi tuntutan perkembangan
admin

B. Politik Luar Negeri

Politik luar negeri Bani Umayyah adalah politik ekspansi yaitu


melakukan perluasandaerah kekuasaan ke negara–negara yang belum
tunduk pada kerajaan Bani Umayyah.Pada zaman Khalifah ar-Rasyidin
wilayah Islam sudah demikian luas, tetapi perluasanterse-but belum
mencapai tapal batas yang tetap, sebab di sana-sini masih selalu
terjadipertikaian dan kontak-kontak pertempuran di daerah perbatasan.
Daerah-daerah yangtelah dikuasai oleh Islam masih tetap menjadi sasa-
ran penyerbuan pihak-pihakdi luarIs-lam, dari belakang garis perebutan
tersebut.

Bahkan musuh diluar wila-yah Islam telahberhasil merampas


beberapa wilayah kekuatan Islam ketika terjadi perpecahan-
perpecahandan permberontakan-pemberontakan dalam negeri kaum
muslimin 1

8
3. Sistem Ekonomi

Pada masa Bani Umayyah ekonomi mengalami kemajuan yang luar


biasa. Denganwilayah penaklukan yang begitu luas, maka hal itu
memungkinkannya untuk mengeks-ploitasi potensi ekonomi negeri-negeri
taklukan. Mereka juga dapat mengangkut sejumlah besar budak ke Dunia
Islam. Penggunaan tenaga kerja ini membuat bangsa Ar-ab hidup dari
negeri taklukan dan menjadikannya kelas pemungut pa-jak dan sekaligus
memungkinkannya meng-eksploitasi negeri-negeri ter-sebut seperti Mesir,
Suriah dan Irak Tetapi bukan hanya eksplotasi yang bersifat menguras saja
yang dilakukan oleh BaniUmay-yah, tetapi ada juga usaha untuk
memakmurkan negeri taklukannya. Hal ini terlihat dari kebijakan Gu-
bernur Irak yang saat itu dijabat oleh al-Hajjaj bin Yusuf. Dia berhasil
memperbaiki saluran-saluran air sungai Euphrat dan Tigris, memajukan
perdagangan, dan mem-perbaiki sistem ukuran timbang, takaran dan
keuangan

Jadi, sumber ekonomi masa Daulah Bani Umayyah berasal dari potensi
ekonomi negeri-negeri yang telah ditaklukan dan sejumlah budak dari
negara-negara yang telah ditaklukkan diangkut ke Dunia Is-lam. Tetapi
kebijakan yang paling strategis pada masa Daulah Bani Ummayah adalah
adanya sistem penyamaan keuangan.

4. Kemajuan Intelektual

Kehidupan ilmu dan akal, pada masa Dinasti Bani Umayyah pada
umumnya berjalan seperti za-man khulafaur rasyidin, hanya be-berapa
saja yang mengalami kema-juan, yaitu mulai dirintis jalan ilmu naqli,
berupa filsafat dan eksakta. Pada saat itu, sebagaimana masa sebelumnya,
ilmu berkembang dalam tiga bidang, yaitu diniyah, tarikh dan filsafat.
Tokoh filsafat yang terkenal (beragama nasrani) adalah Yuhana al Dimaski,
yang dikenal dalam dunia Kristen sebagai Johannes Damacenes, yang
kemudian diterus-kan oleh muridnya yang bernama Abu Qarra.

9
Kebanyakan masyarakat dan Khalifah Bani Umayyah mencin-tai syair.
Pada masa itu lahir bebera-pa penyair terbesar, seperti Ghayyats Taghlibi
al-Akhtal, Jurair, dan Al-Farazdak.

E. Peradaban Islam Pada Masa Bani Umayyah

Terbentuknya Dinasti Umayyah merupakan gambaran awal bahwa umat


Islam ketika itu telah kembali mendapatkan identitasnya sebagai negara yang
berdaulat, juga merupakan fase ketiga kekuasaan Islam yang berlangsung
selama lebih kurang satu abad (661 - 750 M). Perubahan yang dilakukan,
tidak hanya sistem kekuasaan Islam dari masa sebelumnya (masa Nabi dan
Khulafaurrasyidin) tapi jugaperubahan-perubahan lain di bidang sosial
politik, keagamaan, intelektual dan peradaban. 1

Pemindahan ibukota dari Madinah ke Damaskus melambangkan zaman


imperium baru dengan menggesernya untuk selama-lamanya dari pusat
Arabia, yakni Madinah yang merupakan pusat agama dan politik kepada
sebuah kota yang kosmopolitan. Dari kota inilah daulat Umayyah
melanjutkan ekspansi kekuasaan Islam dan mengembangkan pemerintahan
sentral yang kuat, yaitu sebuah imperium Arab. 4

Ekspansi yang terhenti pada masa khalifah Usman dan Ali, dilanjutkan
kembali oleh dinasti ini. Di zaman Muawiyah,Tuniasia dapat ditaklukan.
Disebelah timur, Muawiyah dapat menguasai daerah Khurasan sampai ke
sungai oxus dan Afghanistan sampai ke Kabul. Angkatan lautnya melakukan
serangan-serangan ke Ibukota Binzantium, Konstantinopel.ekspansi ke timur
yang dilakukan Muawiyah kemudian dilanjutkan oleh khalifah Abd al-Malik.
Ia mengirim tentara menyebrangi sungai Oxus dan dapat berhasil
menundukkan Balkh, Bukhara, Khawarizm, Ferghana dan Markhand.

4
Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya, (Jakarta: UI Press, jilid 1, Cet.
Ke 5, 1985) hal. 61.

10
Tentaranya bahkan sampai ke India dan dapat menguasaiBalukhistan, Sind
dan daerah Punjab sampai ke Maltan.1

Ekspansi ke barat secara besar-besaran dilanjutkan di zaman Walid ibn


Abdul Malik. Masa pemerintahan Walid adalah masa ketentraman,
kemakmuran, dan ketertiban. Umat Islam mersa hidup bahagia. Pada masa
pemerintahannya yang berjalan kurang lebih sepuluh tahun itu tercatat suatu
ekspedisi militer dari Afrika Utara menuju wilayah barat daya, benua Eropa,
yaitu pada tahun 711 M. setelah al-Jajair dan Marokko dapat ditaklukan,
Tariq bin ziyad, pemimpin pasukan Islam,menyeberangi selat yang
memisahkan antara Marokko dengan benua Eropa, dan mendapat di suatu
tempat yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Tariq).

Tentara Spanyol dapat ditaklukkan. Dengan demikian Spanyol menjadi


sasaran ekspansi selanjutnya. Ibu kota Spanyol, Kordova, dengan cepat
dikuasai. Menyusul kota-kota lain seperti Seville, Elvira dan Toledo yang
dijadikan ibu kota Spanyol yang baru setelah jatuhnya Kordova. Pada saat itu,
pasukan Islam memperoleh kemenangan dengan mudah karena mendapat
dukungan dari rakyat setempat yang sejak lama menderita akibat kekejaman
penguasa.

Di zaman Umar bin Abdul Aziz, serangan dilakukan ke Prancis melalui


pegunungan Piranee. Serangan ini dipimpin oleh Abdurahman ibn Abdullah
al-Ghafiqi. Ia mulai menyerang Bordeau, Poitiers. Dari sana ia menyerang
Tours. Namun dalam peperangan di luar kota Tours, al-Qhafii terbunuh, dan
tentaranya mundur kembali ke Spanyol. Disamping daerah-daerah tersebut
pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah juga jatuh ke tangan Islam pada
zaman Bani Umayyah ini.1

Selain keberhasilan bani Umayyah dalam ekspansi wilayah, bani Umayyah


juga menorehkan prestasi dalam bidang pembangunan fisik. Pembangunan
fisik tersebut adalah:

11
1. Membangun pos-pos serta menyediakan kelengkapan peralatannya.

2. Membangun jalan raya.

3. Mencetak mata uang.

4. Membangun panti asuhan.

5. Membangun gedung pemerintahan.

6. Membangun mesjid.

7. Membangun rumah sakit.

8. Membangun sekolah studi kedokteran.1

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebuah dinasti yang mempunyai dampak positif dan negatif terhadap


perkembangan Islam. Dinasti ini berhasil melahirkan perkembangan yang
cukup pesat, seperti ekspansi kekuasaan Islam, pembangunan, dan pembuatan
jabatan khusus seperti hakim dan qodhi.

Tetap, Dinasti Bani Umayyah juga mengalami kebobrokan moral,


kesukaran dalam mengatasi konflik politik, dan kemajuan yang tidak terus
menerus

Bani Umayyah merupakan dinasti yang memerintah dalam sejarah Islam


setelah masa Khulafaur Rasyidin. Meskipun mereka mencapai kemakmuran
ekonomi dan perluasan wilayah, banyak kritik terhadap pemerintahan mereka
karena dianggap cenderung otoriter dan korup. Kesimpulan tergantung pada
sudut pandang sejarah dan interpretasi masing-masing.

B. Saran

Dengan adanya pembahasan pemakalah berharap pengoreksian pada


ibu atau bapak dosen Selain itu, pemakalah juga berharap agar
pembahasan ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita
semua serta dapat mengajarkannya dengan baik ketika telah menjadi
seorang guru di masa yang akan datang.

13
DAFTAR PUSTAKA

A.Hasymy,sejarah kebudayaan islam,(Jakarta,BulanBintang,1975)

Ahmad al-Usairi, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX,

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, Joesoes

Bintang.

Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2008) hlm13

Hasjmy. 1993. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

Istian Aby Bakar, Sejarah Peradaban Islam untuk perguruan tinggi islam dalam

Jousouf Souyb, Sejarah Umayyah, (Jakarta: Bulan Bintang, , 1977) hal.236.

Manshur, Amin Muhammad. 2004. Sejarah Peradaban Islam. Bandung


Fundation

Siti Maryam (Ed), Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hingga Modern,

Souyb. 1997. Sejarah Daulah Umaiyyah II di Cordova. Jakarta: Bulan

Syalaby, Ahmad. 1995. Sejarah dan Kebudayaan Islam II. Jakarta: al- Husna

umum, (UIN malang pres, Cet-1 2008) hlm.49

14

Anda mungkin juga menyukai