Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KELOMPOK 5

SEJARAH PERADABAN ISLAM

TENTANG
“MASA PEMERINTAHAN DAWLAH BANI UMAYYAH”

OLEH:

RIVALDO INDRA JAYA 1830201063


ROZI RAHMADIAN 1830201065
ZULFAHMI 1830201079

DOSEN PEMBIMBING:
JAMAL MIRDAD,S.Hum.,MA

JURUSAN AL AHWAL AS SYAKHSIYYAH


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
BATUSANGKAR
2018

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar belakang ........................................................................................................1


B. Rumusan masalah ....................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

1. Sejarah berdirinya dinasti bani Umayyah................................................................2


2. Bentuk pemerintahan dan proses pengangkatan Khalifah
Dawlah Bani Umayyah............................................................................................4
3. Orientasi politik Dawlah Bani Umayyah ................................................................5
4. Kedudukan Khalifah Dawlah Bani Umayyah.........................................................7
5. Khalifah Dawlah Bani Umayyah dan usahanya masing-masing ...........................7
6. Kesatuan masyarakat dari unsur politik,ekonomi,sistem sosial,
dan militer pada masa Dawlah Bani Umayyah...................................................12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................................................13
B. Saran.......................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA

2
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allal SWT yang telah melimpahkan rahmat dan kasih sayang
-Nya.selanjut nya shalawat dan salam kita junjungkan untuk Nabi Muhammad SAW, beserta
segenap keluarga dan para sahabatnya . rasa syukur yang mendalam penulis ucapkan ,karena
penulis telah dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktu nya.

Dalam kesempatan ini ,penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak dosen
pembimbing dalam pembuatan makalah ini,serta kepada teman-teman yang telah memberikan
dukungan demi selesai nya makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari sisi-sisi kelemahan.oleh karena
itu,penulis akan menerima saran-saran perbaikan untuk kesempurnaan makalah ini.

Akhir kalam,semoga Allah SWT menyertai setiap perbuatan kecil yang kita laksanakan
dalam mengabdi kepada bangsa dan Negara melalui bidang pendidikan dan pengajaran.

Batusangkar,01 Oktober 2018

Penulis

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Setelah pemerintahan Khulafaurrasyidin berakhir, maka Bani Umayyah muncul
yang dibentuk oleh Muawiyah bin Abi Sufyan. Bani Umayyah diakui secara resmi
melanjutkan khilafah Islam setelah berakhirnya sengketa antara Hasan bin Ali dengan
Muawiyah bin Abi Sofyan sebagai lambang penguasa Daulah Umayyah.
Dalam sistem pemerintahan, Bani Umayyah  telah mengubah sistem suksesi
kepemimpinan dengan jalan musyawarah menjadi monarkhi atau sistem kerajaan yang
diwariskan secara turun temurun. Hal ini dapat dilihat dari sikap Muawiyah
mengangkat anaknya sendiri Yazid, sehingga pada umumnya sejarawan memandang
negative terhadap Muawiyah karena pada awal keberhasilan memperoleh legalitas atas
kekuasaannya dalam perang di Shiffin dicapai melalui arbitrase.
Dawlah Bani Umayyah adalah dinasti tertua yang hadir di dunia islam sehingga
banyak yang mesti di jelas kan bagaiman perkembangan nya,dan juga dinasti ini lah
yang palig banyak mengalami oerluasan wilayah,sehingga wilyah kekuasaan nya sangat
luas.
Di samping ekspansi kekuasaan Islam, Bani Umayyah juga berjasa dalam
pembanguan diberbagai bidang seperti bidang politik, sastra, ilmu pengetahuan,
ekonomi dan administrasi.
Dengan melihat latar belakang di atas, penulis akan menjelaskan bagaimana
perkembangan Bani Umayyah sampai kepada kemundurannya yang membawa
kehancuran pada dinasti tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah berdirinya Dawlah Bani Umayyah ?

2. Bagaimana bentuk dan pengangkatan pemerintahan Dawlah Bani Umayyah ?

3. Bagaimana orientasi politik Dawlah Bani Umayyah ?

4. Kedudukan Khalifah Dawlah Bani Umayyah ?

5. Siapa saja khalifah Dawlah Bani Umayyah dan usaha nya masing-masing?

4
6. Bagaimana kesatuan masyarakat dari unsur politik,ekonomi,sistem sosisl,dan militer?

BAB II

PEMBAHASAN

1. Sejarah berdiri nya Dinasti Umayyah

Wafatnya khalifah Ali bin Abi Thalib pada tanggal 20 Ramadhan tahun  40


H/661 M, karena terbunuh oleh tusukan pedang beracun saat sedang beribadah di
masjid Kufah, oleh kelompok Khawarij yaitu Abdurrahman bin Muljam, menimbulkan
dampak politis yang cukup berat bagi kekuatan umat Islam khususnya para pengikut
setia Ali (Syi’ah). Oleh karena itu, tidak lama berselang umat Islam dan para pengikut
Ali bin Abi Thalib melakukan sumpah setia (bai’at) atas diri Hasan bin Ali untuk di
angkat menjadi khalifah pengganti Ali bin Abi Thalib1.
 Proses pengangkatan itu dilakukan dihadapan banyak orang. Mereka yang
melakukan sumpah setia ini (bai’at) ada sekitar 40.000 orang jumlah yang tidak sedikit
untuk ukuran pada saat itu. Orang yang pertama kali mengangkat sumpah setia adalah
Qays bin Sa’ad, kemudian diikuti oleh umat Islam pendukung setia Ali bin Abi Thalib.
Pengangkatan Hasan bin Ali di hadapan orang banyak tersebut ternyata tetap saja tidak
mendapat pengakuan dari Muawiyah bin Abi Sufyan dan para pendukungnya. Dimana
pada saat itu Muawiyyah yang menjabat sebagai gubernur Damaskus juga menobatkan
dirinya sebagai khalifah. Hal ini disebabkan karena Muawiyah sendiri sudah sejak
lama mempunyai ambisi untuk menduduki jabatan tertinggi dalam dunia Islam.
Namun Al-Hasan bin Ali sosok yang jujur  dan lemah secara politik. Ia sama
sekali tidak ambisius untuk menjadi pemimpin negara. Ia lebih memilih mementingkan
persatuan umat. Hal ini dimanfaatkan oleh muawiyah untuk mempengaruhi massa
untuk tidak melakukan bai’at terhadap Hasan Bin Ali. Sehingga banyak terjadi
permasalahan politik, termasuk pemberontakan – pemberontakan yang didalangi oleh
Muawiyah bin Abi Sufyan. Oleh karena itu, ia melakukan kesepakatan damai dengan
kelompok Muawiyah dan menyerahkan kekuasaannya kepada Muawiyah pada bulan
Rabiul Awwal tahun 41 H/661. Tahun kesepakatan damai antara Hasan dan Muawiyah

1
Firdaus,Harun Maidir,sejarah peradaban islam,(Padang: IAINIB Pres,2002),hal 82-83

5
disebut Aam Jama’ah karena kaum muslimn sepakat untuk memilih satu pemimpin
saja, yaitu Muawiyah ibn Abu Sufyan.2
Menghadapi situasi yang demikian kacau dan untuk menyelesaikan persoalan
tersebut, khalifah Hasan bin Ali tidak mempunyai pilihan lain kecuali perundingan
dengan pihak Muawiyah. Untuk  itu maka di kirimkan surat melalui Amr bin Salmah
Al-Arhabi yang berisi pesan perdamaian.
Setelah kesepakatan damai ini, Muawiyah mengirimkan sebuah surat dan kertas
kosong yang dibubuhi tanda tanggannya untuk diisi oleh Hasan. Dalam surat itu ia
menulis “Aku mengakui bahwa karena hubungan darah, Anda lebih berhak menduduki
jabatan kholifah. Dan sekiranya aku yakin kemampuan Anda lebih besar untuk
melaksanakan tugas-tugas kekhalifahan, aku tidak akan ragu berikrar setia
kepadamu.”
Itulah salah satu kehebatan Muawiyah dalam berdiplomasi. Tutur katanya
begitu halus, hegemonik dan seolah-olah bijak. Surat ini salah satu bentuk
diplomasinya untuk melegitimasi kekuasaanya dari tangan pemimpin
sebelumnya. Penyerahan kekuasaan pemerintahan Islam dari Hasan ke Muawiyah ini
menjadi tonggak formal berdirinya kelahiran Dinasti Umayyah di bawah pimpinan
khalifah pertama, Muawiyah ibn Abu Sufyan.
Proses penyerahan dari Hasan bin Ali kepada Muawiyah bin Abi Sufyan
dilakukan di suatu tempat yang bernama Maskin dengan ditandai pengangkatan
sumpah setia. Dengan demikian, ia telah berhasil meraih cita-cita untuk menjadi
seorang pemimpin umat Islam menggantikan posisi dari Hasan bin Ali sebagai
khalifah. Meskipun Muawiyah tidak mendapatkan pengakuan secara resmi dari warga
kota Bashrah, usaha ini tidak henti-hentinya dilakukan oleh Muawiyah sampai
akhirnya secara defacto dan dejure jabatan tertinggi umat Islam berada di tangan
Muawiyah bin Abi Sufyan.
Dengan demikian berdirilah dinasti baru yaitu Dinasti Bani Umayyah (661-750
M) yang mengubah gaya kepemimpinannya dengan cara meniru gaya kepemimpinan
raja-raja Persia dan Romawi berupa peralihan kekuasaan kepada anak-anaknya secara
turun temurun. Keadaan ini yang menandai berakhirnya sistem pemerintahan khalifah
yang didasari asas “demokrasi” untuk menentukan pemimpin umat Islam yang menjadi
pilihan mereka. Pada masa kekuasaan Bani umayyah ibukota Negara dipindahkan

2
Fatmawati,Sejarah Peradaban Islam,(Batusangkar:STAIN Batusangkar pres,2010) hal 185

6
muawiyah dari Madinah ke Damaskus, tempat Ia berkuasa Sebagai gubernur
Sebelumnya.

2. Bentuk dan Proses Pengangkatan Pemerintahan Dinasti Umayyah  


Muawiyah bin Abi Sufyan menjadi khalifah pertama dinasti Bani Umayah
setelah Hasan bin Ali bin Abu Thalib menyerahkan kekhalifahannya kepada
Muawiyah.
Sebelumnya, Muawiyah menjabat sebagai gubernur syiria. Selama berkuasa di
Syiria, Muawiyah mengandalkan orang-orang Syiria dalam mempeluas batas wilayah
Islam. Ia mampu membentuk pasukan Syria menjadi satu kekuatan  militer Islam yang
terorganisir dan berdisiplin tinggi. ia membangun sebuah Negara yang stabil dan
terorganisir.
Pada masa Muawiyah bin Abu Sufyan inilah suksesi kekuasaan
bersifat Monarchiheridetis  (kepemimpinan secara turun temurun) mulai diperkenalkan,
dimana ketika dia mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap
anaknya,Yazid
Muawiyah bin Abu Sufyan menerapkan sistem monarki dipengaruhi oleh sistem
monarki yang ada di Persia dan Bizantium. Dalamperkembanganselanjutnya,
setiapKhalifahmenobatkansalahseoranganakataukerabatsukunyauntuk menjadi
khalifah.
Sistem yang diterapkan Mu’awiyah mengakhiri bentuk demokrasi.
Kekhalifahan menjadi monarchi heridetis (kerajaan turun temurun), yang di peroleh
tidak dengan pemilihan atau suara terbanyak3.
Sehingga sejak itulah simtim pengangkatan khalifah berubah menjadi sistim
keturunan,dimana sampai kepada seluruh khalifah nya di dasar kan kepada keturunan,
yang berakhir di khalifah Marwan Bin Muhammad.

3
Yatim Badri,Sejarah Peradaban Islam(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2008) hal 42

7
3. Orientasi Politik dinasti Umayyah
Kekhalifahan Muawiyah diperoleh dengan bermacam-macam cara dan srategi,
bahkan dengan menggunakan kekerasan, deplomasi dan tipu daya, tidak dengan
pemilihan dan suara terbanyak. Suksesi kepemimpinan sejara turun-menurun dimulai
ketika Muawiyah mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadapnya.
Muawiyah bermaksud mencontoh manarchi di Persia dan Bazantium. Dia memang
tetap menggunakan istilah Khalifah, namun dia memberikan interpristasi baru dari
kata-kat untuk mengagungkan jabatan tersebut. Dia menyebut “ Khalifah Allah” dalam
pengertian “penguasa” yang diangkat oleh Allah SWT.4
Selama Bani Umayyah memerintah banyak terjadi kebijakan politik yang dilakukan
pada masa pemerintahannya seperti:
1. Pemisahan kekuasaan
Pemisahan kekuasaan terjadi antara kekuasaan agama (spiritual pawer), dengan
kekuasaan politik (timporer pawer). Sebelumnya pada masa Khalifah Rasidin
belum terjadi pemisahan antara kekuasaan politik dan kekuasaa agama. Pemisahan
kekuasaan yang dilakukan oleh Muawiyah dapat dipahami karena Muawiyah
sebagai penguasa pertama Negara ini bukanlah orang yang ahli dalam bidang
keagamaan, sehingga masalah keagamaan tersebut diserahkan kepada ‘Ulama.
Oleh karena itu dikota-kota besar dibentuk para qhadi/hakim, pada umumnya para
Hakim menghukum sesuai dengan ijtihatnya yang sesuai dengan landasan Al-
Qur’an dan Hadist.5
2. Pembagian Wilayah
Dalam hal pembagian wilayah, pada masa pemerintahan yang di pimpin oleh
Muawiyah terjadi perubahan yang besar. Pada masa Khalifah Umar bin Khatab,
terdapat lapan provinsi. Maka pada masa pemerintahan yang di pimping Muawiyah
menjadi sepuluh provinsi, seperti:
a. Syiria dan Palisrtina,
b. Kuffah dan Irak,
c. Basrah, Persia, Sijistan, Khurasan, Bahrain, Oman, Najd dan Yamamah
d. Armenia
e. Hijaz

4
Yatim Badri,Sejarah Peradaban Islam(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2008) hal 42
5
Firdaus,Harun Maidir,sejarah peradaban islam,(Padang: IAIN IB Pres,2002),hal 85

8
f. Karman dan India
g. Egypt
h. Afrikiyyah (Afrika utara)
i. Yaman dan Arab Selatan
j. Andalus6.

Disini Cuma Mesir saja yang tidak terjadi perubahan, selibihnya terdapat
perubahan wilayah.

Setiap provinsi tetap dikepalai oleh Gubernur yang bertanggung jawab langsung
terhadap Khalifah. Gubernur berhak menunjukkan wakilnya di daerah yang lebih
kecil dan mereka dinamakan dengan ‘Amil. Belanja daerah tiap-tiao provinsi
didapatkan dari sumber yang ada di daerah itu sendiri. Sisa dari keuangan di daerah
dikirimkan ke ibu kota untuk mengisi kas atau Bait Al-Mal Negara.
3. Bidang Administrasi Pemerintah
Pada masa pemerintahan Dinasti Bani Umayyah yang dipimping oleh
Muawiyah
dibentuk beberapa Dewan (depertemen) yang terdiri dari7:
a. Dewan Al- Rasail
Diistilah kan dengan Sekrataris Jenderal, berfungsi mengurus surat-surat
Negara yang ditujukan kepada para Gubernur atau menerima surat-surat dari
mereka. Dewan Al-Rasail terbagi kepada dua yaitu:
1) Sekratariat Negara (di pusat) yang menggunakan bahasa Arab sebagai
bahasa pengantar.
2) Sekratariat Provinsi yang menggunakan bahasa Yunani (Greek) dan persia
sebagai bahasa pengantar. Setelah bahasa arab dijadikan bahasa resmi
seluruh Negara Islam, bahasaYunani dan persi yang terdapat di provinsi
berubah kedalam bahasa arab.
b. Dewan Al-Kharraj
Dewan ini beroperasi disektor pengambilan pajak dan keuangan. Yang
dibentuk pada setiap provinsi yang dikepalai Shahib Al-Kharaj yang diangkat
oleh Khalifah dan bertanggung jawab kepadanya.

6
Fatmawati,Sejarah Peradaban Islam,(Batusangkar:STAIN Batusangkar pres,2010) hal 196
7
Firdaus,Harun Maidir,sejarah peradaban islam,(Padang: IAIN IB Pres,2002),hal 87-88

9
c. Dewa Al-Barid
Disebut juga dengan Badan Intelejen Negara yang berfungsi sebagai
penyampai berita-berita rahasia daerah kepada pemerintah pusat. Kepala dewan
ini memberikan emformasi tentang tingkah laku para gubernur di daerah atau
hal-hal lain yang ada hubungannya dengan kebijaksanaan pemerintah. Pada
masa pemerintahan Abdul Maalik, berkembang menjadi Depertemen Pos
khusus urusan pemerintah. Dengan demikian kerjanya semakin luas.
d. Dewan Al-Khatan
Dewan Al-Khartan ( Depertemen Pencatatan), pertama didirikan oleh
Muawiyah. Setiap peraturan yang dikeluarkan oleh Khalifah harus disalin
dalam satu regester, kemudian yang asli harus disegel dan dikirim ke alamat
yang dituju.
4. Politik Arabisasi
Pada masa pemerintahan Bani Umayya ( sejak khalifah Abd Malik bin
Marwan) berkembang istilah arabisasi usaha-usaha penggaraban oleh Bani
Umayyah diwilayah-wilayah yang dikuasai Islam. Termasuk disini
pengangkatan pengajaran bahasa arab, penerjemahan buku-buku asing kedalam
bahasa arab.8
4. Kedudukan Khalifah Bani Umayyah
Pada masa dinasti Umayyah,khalifah atau amir al-mukminin bertugas hanya
sebagai khalifah dalam bidang temporar(politik),sedangkan urusan keagamaan di
urus oleh para ulama. Hal ini berbeda dengan Amir Al- Mukminin pada masa
Khulafahurrasyidin yang mana khalifah di samping kepala politik juga kepala
agama. Pada masa Umayyah ini khalifah di angkat secara terun temurun dari
keluarga Umayyah.9
5. Khalifah Dawlah Bani Umayyah dan Usaha Nya Masing-masing
Para sejarawan umumnya sependapat bahwa khalifah terbesar dari daulah
Umayyah ialah Muawiyyah, Abdul Malik dan Umar bin Abdul aziz.Masa Kekuasaan
Dinasti Umayyah hampir satu abad, tepatnya selama 90 tahun, dengan 14 orang
khalifah. Adapun urutan khalifah umayyah adalah sebagai berikut:

8
Firdaus,Harun Maidir,sejarah peradaban islam,(Padang: IAIN IB Pres,2002),hal 89-90
9
Firdaus,Harun Maidir,sejarah peradaban islam,(Padang: IAIN IB Pres,2002),hal 90

10
1. Muawiyyah I bin Abi Sufyan (41-60 H/661-679M)
Muawiyyah bin Abi sufyan adalah bapak pendiri Dinasti Bani Umayyah dialah
tokoh pembangunan yang besar. Muawiyyah mendapat kursi kekuasaan setelah
Hasan bin Ali bin Abi Thalib berdamai dengannya pada tahun 4 H, karena Hasan
menyadari kelemahannya sehingga ia berdamai dan menyerahkan kepemimpinan
umat kepada Muawiyyah sehingga tahun itu dinamakan ‘Amul Jama’ah, tahun
persatuan. Muawiyyah dibaiat oleh umat Islam di kufah. Diantara jasa-jasa
Muawiyyah ialah mengadakan dinas pos dengan menggunakan kuda-kuda yang
selalu siap di tiap pos. Ia juga berjasa mendirikan kantor cap (percetakan mata
uang), dan lain-lain. Muawiyyah wafat pada tahun 60 H di Damaskus karena sakit
dan digantikan oleh anaknya Yazid.
2. Yazid I bin Muawiyyah (60-64H/679-683M)
Yazid tidak sekuat ayahnya dalam memerintah, banyak tantangan yang
dihadapinya, antara lain ialah membereskan pemberontakan kaum Syi’ah yang
telah membaiat Husein sepeninggal Muawiyyah. Terjadi perang di karbala yang
menyebabkan terbunuhnya Husain. Yazid menghadapi para pemberontak di
Mekkah dan Madinah dengan keras. Dinding ka’bah runtuh dikarenakan terkena
lemparan manjaniq, peristiwa tersebut merupakan aib besar terhadap masanya.
Yazid wafat pada tahun 64 H setelah memerintah 4 tahun dan digantikan oleh
anaknya, Muawiyyah II.
3. Muawiyyah II bin Yazid (64 H/683M)
Ia hanya memerintahkan kurang lebih 40 hari, dan meletakkan jabatan sebagai
khalifah tiga bulan sebelum wafatnya. Ia mengalami tekanan jiwa berat karena
tidak sanggup memikul tanggung jawab jabatan khalifah yang sangat besar
tersebut. Dengan wafatnya, maka habislah keturunan Muawiyyah dalam
melenggangkan kekuasaan dan berganti ke Bani Marwan.
4. Marwan I bin Hakam (64-65 H/683-684M)
Ia adalah gubernur Madinah di masa Muawiyyah dan penasihat Yazid di
Damaskus di masa pemerintahan putra pendiri daulah Umayyah itu. Ia di angkat
menjadi khalifah karena dianggap orang yang dapat mengendalikan kekuasaan
karena pengalamannya. Ia dapat menghadapi kesulitan satu demi satu dan dapat
mengalahkan kabilah Ad-Dahak bin Qais, kemudian menduduki mesir. Marwan
menundukan palestina, hijaz, dan irak. Namun ia cepat pergi hanya memerintah 1

11
tahun, ia wafat pada tahun 65 H dan menunjuk anaknya Abdul Malik dan Abdul
Aziz sebagai pengganti sepeninggalannya secara berurutan.10

5. Khalifah Abdul Malik (65-86H/684-705M)


Dia adalah orang kedua yang terbesar dalam deretan para khalifah Bani
Umayyah yang disebut-sebut sebagai ‘pendiri kedua’ bagi kedaulatan Umayyah. Ia
dikenal sebagai seorang khalifah yang dalam ilmu agamanya, terutama di bidang
fiqh. Ia telah berhasil mengembalikan sepenuhnya integritas wilayah dan wibawa
kekuasaan keluarga Umayyah dari segala pengacau negara yang merajalela pada
masa-masa sebelumnya. Mulai dari gerakan sparatis Abdullah bin Zubair di Hijaz,
pemberontakan kaum Syi’ah dan Khawarij, sampai kepada aksi teror yang
dilakuakn oleh Al-Mukhtar bin Ubaid As-Saqafy di wilayah kufah, dan
pemberontakan yang di pimpin oleh Mus’ab bin Zubair di Irak.
Khalifah abdul Malik memerintah selam 21 tahun dan wafat 86 H dan di ganti oleh
putranya Al-Walid.
6. Al Walid I bin Abdul Malik (86-96H/705-714M)
Memerintah 10 tahun lamanya. Pada masa pemerintahannya, kekayaan dan
kemakmuran melimpah ruah. Kekuasaan Islam melangkah ke Spanyol di bawah
pimpinan pasukan Thariq bin Ziyad ketika afrika utara dipegang oleh gubernur
Musa bin Nushair. Karena kekayaan melimpah maka ia sempurnakan pembanguna
gedung-gedung, pabrik-pabrik, dan jalan-jalan yang dilengkapi dengan sumur
untuk para khalifah yang berlalu lalang di jalan tersebut. Ia membangun masjid Al-
Amawi yang terkenal hingga masa kini di Damaskus.
7. Sulaiman bin Abdul Malik (96-99H/714-117M)
Dia tidak sebijak kakaknya, ia kurang bijaksana, suka harta sebagaimana yang
diperlihatkan ketika ia menginginkan harta rampasan perang (ghanimah) dari
Spanyol yang dibawa oleh Musa bin Nushair.
Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik dibenci oleh rakyatnya karena tabiatnya
Yang kurang bijaksana itu. Para pejabatnya terpecah belah, demikian pula
masyarakatnya. Orang-orang yang berjasa di masa para pendahulunya disiksanya,
seperti keluarga Hajjaj bin Yusuf dan Muhammad bin Qasim yang menundukan

10
Fatmawati,Sejarah Peradaban Islam,(Batusangkar:STAIN Batusangkar pres,2010) hal 187

12
India. Ia meninggal pada tahun 99 H11 dan menunjuk Umar bin Abdul Aziz sebagai
penggantinya.
8. Umar bin Abdul Aziz. (99-101H/717-719M)
Adapun khalifah yang besar ialah Umar bin Abdul Aziz. Meskipun masa
pemerintahannya sangat singkat, nama Umar merupakan ‘lembaran putih’ Bani
Umayyah dan sebuah periode yang berdiri sendiri, mempunyai karakter yang tidak
terpengaruh oleh berbagai kebijaksanaan daulah Bani Umayyah yang banyak
disesali. Ia merupakan personifikasi seorang khalifah yang takwa dan bersih, suatu
sikap yang jarang sekali ditemukan pada sebagian besar pemimpin Bani Umayyah.
Khalifah yang adil ini adalah putra Abdul Aziz, gubernur Mesir. Ia lahir di Hilwan
dekat Kairo, atau Madinah menurut sumber lain.Rupanya keadilannya menurun
dari Khalifah Umar bin Khatab yang menjadi kakeknya dari jalur ibunya. Ia
menghabiskan waktunya di Madinah untuk mendalami ilmu Agama Islam,
khususnya ilmu hadis dan ketika ia menjadi khalifah ia memerintahkan kaum
Muslimin untuk menuliskan hadis, dan inilah perintah resmi pertama dari penguasa
Islam. Umar adalah orang yang rapi dalam berpakaian, memakai wewangian
dengan rambut yang panjang dan cara jalan yang tersendiri, sehingga mode Umar
itu ditiru orang pada masanya.
Khalifah yang kaya itu menguasai tanah-tanah perkebunan di Hijaj, Syiria,
Mesir, Yaman dan Bahrain yang menghasilkan kekayaan 40.000 dinar tiap tahun.
Namun setelah menduduki jabatan barunya Khalifah Umar bin Abdul Azizi
mengembalikan tanah-tanah yang dihibahkan kepadanya dan meninggalkan
kebiasaan-kebiasaan lamanya serta menjual barang-barang mewahnya untuk
diserahkan hasil penjualannya ke baitul mal. Di samping itu ia mengadakan
perdamaian antara Amawiyah dan Syi’ah serta Khawarij, menghentikan
peperangan serta caci maki terhadap khalifah Ali bin Abi Thalib dalam khutbah
Jum’at dan diganti dengan bacaan ayat berikut :
“Sesungguhnya Allah memerintahkan untuk mengerjakan keadilan dan bijaksana,
serta memberi kaum kerabat, dan Dia melarang perbuatan keji, munkar dan
aniaya”. (QS An-Nahl : 90)
Khalifah Umar meninggal tahun 101 H dan di ganti Oleh Yazid II bin Abdul
Malik.12

11
Fatmawati,Sejarah Peradaban Islam,(Batusangkar:STAIN Batusangkar pres,2010) hal 188
12
Fatmawati,Sejarah Peradaban Islam,(Batusangkar:STAIN Batusangkar pres,2010) hal 189

13
9. Yazid II bin Abdul Malik (101-105H/719-723M)
Pada masa pemerintahannya timbul lagi perselisihan antara kaum Mudariyah
dan Yamaniyah. Pemerintahan yang singkat itu mempercepat proses kemunduran
Bani Umayyah. Kemudian diganti oleh Khalifah Hisyam bin Abdul Malik.
10. Hisyam bin Abdul Malik (105-125H/723-745M)
Meskipun tidak secemerlang tiga khalifah yang masyur sebagimana tersebut di
atas. Ia memerintah dalam waktu yang panjang, yakni 20 Tahun. Ia dapat
dikategorikan sebagai khalifah Umayyah yang terbaik karena kebersihan
pribadinya, pemurah, gemar kepada keindahan, berakhlak mulia dan tergolong
teliti terutama soal keuangan, disamping bertaqwa dan berbuat adil. Pada masa
pemerintahannya terjadi gejolak yang dipelopori oleh kaum Syi’ah serta bersekutu
dengan kaum Abbasiyyah. Mereka menjadi kuat karena kebijaksanaan yang
diterapkan oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang bertindak lemah lembut
terhadap semua kelompok. Dalam diri keluarga Umayyah sendiri terjadi
perselisihan tentang putra mahkota yang melemahkan posisi Umayyah.
11. Al-Walid II bin Yazid (125-126H/742-743M)
Beliau ini adalah seorang durjana yang bejat moral nya dan hanya menjatuh kan
nama bani Umayyah saja,karena itu para tokoh bani Umayyah sangat menentang
nya dan mengajak apra masyarakat untuk segera menjatuh kan nya sebagai
khalifah13.
12. Yazid III bin Al-Walid (126H/743M)
Beliau tidaj lama menjabat karna belum beberapa bulan menjabat Yazid ini
jatuh sakit karna itu dia menunjuk saudara nya untuk menggantikan nya yaitu
Ibrahim Ibn al walid ibn `abd al Malik.
13. Ibrahim bin Al-Walid (126-127H/743-744M)
Tidak lama menjadi khalifah maka datang serangan dari Marwan ibn
Muhammad, karna beliau menuntut atas kematian Walid ibn Yazid. Tapi karna
kalah dalam pertempuran maka ibrahim kabur yang tidak di ketahui kemana nya.
14. Marwan bin Muhammad (127-132H/744-750M)
Dia adalah penguasa terakhir yang terkenal dengan julukan marwan al-
himar(manusia keledai). Karena kebesarannya yang luar biasa dan kesanggupannya
13
Fatmawati,Sejarah Peradaban Islam,(Batusangkar:STAIN Batusangkar pres,2010) hal 190

14
menahan perasaan. Sebenarnya ia adalah penguasa yang besar tapi sayang, ia
muncul ketika daulat Bani Umayyah sedang merosot.
Dia wafat pada tahun 132 H/750M terbunuh di Mesir oleh pasukan Bani
Abbasiyyah.
6. Kesatuan Masyarakat Dari Unsur Politik,Ekonomi,Sistem Sosial dan Militer
a. Sistim politik dan ekonomi
Ekspansi wilayah Islam yang berlangsung dari abad tujuh sampai delapan
menghasilkan terintegrasinya daerah-daerah yang di taklukan itu dalam suatu
kesatuan sosial politik yang di sebut “Dunia Islam”.sehingga menjadikan dunia
Islam itu menjadi kawasan ekonomi yang terpadu dalam suatu jaringan pasaran
bersama.kemudian karna banyak nya kota bekas kerajaan yang di taklukan oleh
islam membuat masyarakat sangat beruntung dengan hadir nya pasar internasional.
b. Sistem sosial
Pada masa dinasti Umayyah ini kondisi sosial kurang bersatu atau kurang
berjalan dengan baik,karna orang arab menganggap diri nya lebih mulia dari orang-
orang di luar arab,sehingga orang-orang di luar arab di gelari “mawali”,sehingga
membuat orang-orang diluar arab merasa terasingkan karna asal kata mawali itu
sendiri berasal dari pengertian budak yang kemudian di merdekakan.14
c. Sistem militer
Organisasi militer pada masa Umayyah ini tidak jauah berbeda dengan yang di
buat khalifah Umar bin Khatab,hanya sja lebih disempurnakan. Hanya berbeda,
kalau di masa Umar tentra nya sukarela,sedangkan di masa Umayyah kebanyakan
di paksa atau setengah paksa.Untuk menjalan kewajiban ini di keluarkan semacam
undang-undang wajib militer”nidhamul tajnidil ijbari”.
Politik ketentaraan dari bani Umayyah,yaitu politik arab,dimana anggota
tentara harus lah terdiri dari orang-orang arab atau unsur arab,namun karna
semakin luas nya wilayah pada masa itu,maka mereka terpaksa meminta bantuan
kepada kaum barbari untuk menjadi tentara.15

14
Firdaus,Harun Maidir,sejarah peradaban islam,(Padang: IAIN IB Pres,2002),hal 92
15
Firdaus,Harun Maidir,sejarah peradaban islam,(Padang: IAIN IB Pres,2002),hal 93

15
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Nama dinsnti umayyah di ambil dari nama Umayyah bin Abd Al-syam
muawiyah bin abi sofian segenerasi pula dengan Ali bin Abi thalib, kakek abu syofian
Umayyah segenerasi dengan Abdul muthalib,maka muawiyah bin abi sofian segenerasi
pula dengan Ali bin Abi thalib .
Setelah pemerintahan Khulafaurrasyidin berakhir, maka Bani Umayyah muncul
yang dibentuk oleh Muawiyah bin Abi Sufyan. Bani Umayyah diakui secara resmi
melanjutkan khilafah Islam setelah berakhirnya sengketa antara Hasan bin Ali dengan
Muawiyah bin Abi Sofyan sebagai lambang penguasa Daulah Umayyah.
Berbicara mengenai dinasti ini tentu saja banyak sekali yang akan menjadi
pembahasan nya,sejak dari prosses berdir nya ,kemajuan nya,hingga kepada bagaimana
pola pemerintahan nya.
Terakhir,dinasty ini mengalami kemenduran karna banyak nya bentrokan yang
terjadi ketika itu,munsul nya gerakan oposisi yang di pelopori oleh pengikut Syi`ah
Sampai kepada politik pemerintahn nya yang bersifat diskriminatif golongan,dan
sampai juga kepada gaya hidup mewah yang menjadi-jadi.sehingga menyebab kan
dinasti ini runtuh,dan di sambut oleh dinasti ABBASIAH.

B. SARAN
Kami selaku penulis berharap semoga makalah ini dapat menjadi pedoman untuk
kita bersama,terkhusus bagi pembaca makalah ini,namun kami selaku penulis menyaran
kan kepada pembaca agar sebagus nya mencari referensi lain untuk menambah
keyakinan kita dalam menimba ilmu,dan membuat ilmu yang kita pegang menjadi
kokoh. Sekian dari kami,banyak maaf atas segala ke khilafan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Fatmawati.2010. Sejarah Peradaban Islam jilid 1.Batusngkar: STAIN Batusangkar


Pres

Harun,Maidir dan Firdaus.2002. Sejarah Peradaban Islam jilid I&II. Padang:IAIN IB


Pres

Yatim,Badri.2008.Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyyah II. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada

17

Anda mungkin juga menyukai