Disusun Oleh :
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latarbelakang Masalah
Setelah Khilafah Abbasiyah di Baghdad runtuh akibat serangan dari tentara
mongol, kekuatan politik Islam juga mengalami kemunduran-kemunduran secara
drastis. Wilayah kekuasaannya juga tercabik-cabik menjadi beberapa kerajaan kecil
dan antara yang satu dengan yang lainnya saling memerangi. Beberapa peninggalan
budaya dan peradaban Islam banyak yang hancur akibat serangan bangsa Mongol
yang dipimpin oleh Hulagu Khan.
Keadaan politik umat Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan
kembali setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar, yaitu: Usmani di
Turki, Mughal di India, dan Safawi di Persia. Kerajaan Usmani di Turki merupakan
kerajaan yang pertama berdiri, dan juga yang terbesar dan paling lama bertahan di
banding dua kerajaan lain. Kerajaan Turki Usmani inilah yang menjadi sebuah pioner
dalam perkembangan dunia Islam pada masanya dan juga kehancurannya menjadi
sebuah pembuka masuknya era industrialisasi ke dunia Islam.
B. RUMUSAN MASALAH
1) Bagaimanakah sejarah berdirinya kerajaan Turki Usmani?
2) Apa saja kemajuan yang dapat dicapai?
3) Apa sebab runtuhnya kerajaan Turki Usmani?
C. TUJUAN
1) Untuk mengetahui sejarah berdirinya kerajaan Turki Usmani.
2) Untuk mengetahui kemajuan yang dicapai dan sebab runtuhnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Asal-Usul Dinasti Turki Usmani
Nama kerajaan Usmaniyah itu diambil dari dan dibangsakan kepada nenek
moyang mereka yang pertama, Sultan Usmani Ibnu Sauji Ibnu Arthogol Ibnu
Sulaimansyah Ibn Kia Alp, kepala Kabilah Kab di Asia Tengah.[1] Awal mula
berdirinya Dinasti ini banyak tertulis dalam legenda dan sejarah sebelum tahun 1300.
Dinasti ini berasal dari suku Qoyigh Oghus. Yang mendiami daerah Mongol dan
daerah utara negeri Cina kurang lebih tiga abad. Kemudian mereka pindah ke
Turkistan, Persia dan Iraq. Mereka masuk Islam pada abad ke-9/10 ketika menetap di
Asia Tengah. Pada abad ke-13 M, mereka mendapat serangan dan tekanan dari
Mongol, akhirnya mereka melarikan diri ke Barat dan mencari perlindungan di antara
saudara-saudaranya yaitu orang-orang Turki Seljuk, di dataran tinggi Asia kecil.[2]
Dibawah pimpinan Orthogul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alaudin
II yang sedang berperang melawan Bizantium. Karena bantuan mereka inilah,
Bizantium dapat dikalahkan. Kemudian Sultan Alauddin memberi imbalan tanah di
Asia kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu mereka terus membina
wilayah barunya dan memilih kota Syukud sebagai ibukota.[3]
Ertoghrul meninggal Dunia tahun 1289. Kepemimpinan dilanjutkan oleh
puteranya, Usman. Putera Ertoghrul inilah yangdianggap sebagai pendiri kerajaan
Usmani. Usman memerintah antara tahun 1290-1326 M. Pada tahun 1300 M, bangsa
Mongol kembali menyerang Kerajaan Seljuk, dan dalam pertempuran tersebut Sultan
Alaudin terbunuh. Setelah wafatnya Sultan Alaudin tersebut, Usman
memproklamasikan kemerdekaannya dan berkuasa penuh atas
daerah yangdidudukinya. Penguasa pertamanya adalah Usman yang sering disebut
Usman I. Setelah Usman I mengumumkan dirinya sebagai Padisyah al-
Usman (raja besar keluarga Usman) tahun 1300 M setapak demi setapak wilayah
kerajaan diperluas.[4]
Dipilihnya negeri Iskisyihar menjadi pusat kerajaan. Usman mengirim surat
kepada raja-raja kecil guna memberitahukan bahwa sekarang dia raja yang besar dan
dia menawar agar raja-raja kecil itu memilih salah satu diantara tiga perkara,
yakni ; Islam, membayar Jaziah dan perang. Setelah menerima surat itu, separuh
ada yang masuk Islam ada juga yangmau membayar Jizyah. Mereka yang tidak mau
menerima tawaran Usman merasa terganggu sehingga mereka meminta bantuan
kepada bangsa Tartar, akan tetapi Usman tidak merasa takut menghadapinya. Usman
menyiapkan tentaranya dalam mengahdapi bangsa Tartar, sehingga mereka dapat
ditaklukkan. Usman mempertahankan kekuasaan nenek moyang dengan setia dan
gagah perkasa sehingga kekuasaan tetap tegak dan kokoh sehingga kemudian
dilanjutkan dengan putera dan saudara-saudaranya yang gagah berani meneruskan
perjuangan sang ayah dan demi kokohnya kekuasaan nenek moyangnya.
B. Secara Singkat Masa Kepemimipinan Kerajaan Turki Utsmani Dapat Dibagi
Dalam 5 periode :
Pada abad ke-16 angkatan laut Turki Utsmani mencapai puncak kejayaannya.
Kekuatan militer Turki Utsmani yang tangguh itu dengan cepat dapat menguasai
wilayah yang amat luas, baik di Asia, Afrika, maupun Eropa. Faktor utama yang
mendorong kemajuan di lapangan kemiliteran ini ialah tabiat bangsa Turki itu
sendiri yang bersifat militer, berdisiplin,dan patuh terhadap peraturan.Tabiat ini
merupakan tabiat alami yang mereka warisi dari nenek moyangnya di Asia Tengah.
Pada masa Turki Utsmani tarekat mengalami kemajuan. Tarekat yang paling
berkembang ialah tarekat Bektasyi dan Tarekat Maulawi. Kedua tarekat ini banyak
dianut oleh kalangan sipil dan militer. Di pihak lain, kajian-kajian ilmu keagamaan,
Asy’ariyah mendapatkan tempatnya. Selain itu para ulama banyak menulis buku
dalam bentuk syarah (penjelasan) dan hasyiyah (semacam catatan) terhadap karya-
karya masa klasik.
Setelah Sultan Sulaiman al-Qanuni wafat (1566 M), kerajaan Turki Utsmani
mulai memasuki fase kemundurannya. Akan tetapi, sebagai sebuah kerajaan yang
sangat besar dan kuat, kemunduran itu tidak langsung terlihat. Sultan Sulaiman al-
Qanuni diganti oleh Salim II. Di masa pemerintahannya terjadi pertempuran antara
armada laut Kerajaan Utsmani dengan armada laut Kristen yang terdiri dari
angkatan laut Spanyol, angkatan laut Bundukia, angkatan laut Sri Paus, dan
sebagian kapal para pendeta Malta yang dipimpin Don Juan dari Spanyol.
Pertempuran itu terjadi di Selat Liponto (Yunani). Dalam pertempuran ini Turki
Utsmani mengalami kekalahan yang mengakibatkan Tunisia dapat direbut oleh
musuh. Baru pada masa Sultan berikutnya, Sultan Murad III, pada tahun 1575 M
Tunisia dapat direbut kembali.
Situasi politik yang sudah mulai membaik itu kembali merosot pada masa
pemerintahan Ibrahim, karena ia termasuk orang yang lemah. Pada masanya ini
orang-orang Venetia melakukan peperangan laut melawan dan berhasil mengusir
orang-orang Turki Utsmani dari Cyprus dan Creta tahun 1645 M. Kekalahan itu
membawa Muhammad Koprulu (berasal dari Kopru dekat Amasia di Asia Kecil)
ke kedudukan sebagai wazir atau shadr al-a’zham (perdana menteri) yang diberi
kekuasaan absolut.
Dr. Badri Yatim, M. (2003). Seajarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Dr. Fatah Syukur NC, M. (2015). Sejarah Peradaban Islam. Semarang: PT. Pustaka
Rizki Putra.
Machfud Syaefuddin, d. (2013). Dinamika Peradaban Islam. Yogyakarta: Pustaka Ilmu.
Sunanto, P. D. (2011). Sejarah Islam Klasik : Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam.
Jakarta: Kencana Prenada Madia Group.