Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PERADABAN ISLAM TURKI USMANI

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Sejarah Peradaban Islam

Dosen Pengampu : Muhammad Nurkhanif, M.SI.

Disusun Oleh :

Ihsanul I‟tiqod (1808066033)

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS


ISLAM NEGERI WAISONGO SEMARANG

2021

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latarbelakang Masalah
Setelah Khilafah Abbasiyah di Baghdad runtuh akibat serangan dari tentara
mongol, kekuatan politik Islam juga mengalami kemunduran-kemunduran secara
drastis. Wilayah kekuasaannya juga tercabik-cabik menjadi beberapa kerajaan kecil
dan antara yang satu dengan yang lainnya saling memerangi. Beberapa peninggalan
budaya dan peradaban Islam banyak yang hancur akibat serangan bangsa Mongol
yang dipimpin oleh Hulagu Khan.
Keadaan politik umat Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan
kembali setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar, yaitu: Usmani di
Turki, Mughal di India, dan Safawi di Persia. Kerajaan Usmani di Turki merupakan
kerajaan yang pertama berdiri, dan juga yang terbesar dan paling lama bertahan di
banding dua kerajaan lain. Kerajaan Turki Usmani inilah yang menjadi sebuah pioner
dalam perkembangan dunia Islam pada masanya dan juga kehancurannya menjadi
sebuah pembuka masuknya era industrialisasi ke dunia Islam.
B. RUMUSAN MASALAH
1)    Bagaimanakah sejarah berdirinya kerajaan Turki Usmani?
2)    Apa saja kemajuan yang dapat dicapai?
3)    Apa sebab runtuhnya kerajaan Turki Usmani?
C. TUJUAN
1)    Untuk mengetahui sejarah berdirinya kerajaan Turki Usmani.
2)    Untuk mengetahui kemajuan yang dicapai dan sebab runtuhnya.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Asal-Usul Dinasti Turki Usmani
Nama kerajaan Usmaniyah itu diambil dari dan dibangsakan kepada nenek
moyang mereka yang pertama, Sultan Usmani Ibnu Sauji Ibnu Arthogol Ibnu
Sulaimansyah Ibn Kia Alp, kepala Kabilah Kab di Asia Tengah.[1]  Awal mula
berdirinya Dinasti ini banyak tertulis dalam legenda dan sejarah sebelum tahun 1300.
Dinasti ini berasal dari suku Qoyigh Oghus. Yang mendiami daerah Mongol dan
daerah utara negeri Cina kurang lebih tiga abad. Kemudian mereka pindah ke
Turkistan, Persia dan Iraq. Mereka masuk Islam pada abad ke-9/10 ketika menetap di
Asia Tengah. Pada abad ke-13 M, mereka mendapat serangan dan tekanan dari
Mongol, akhirnya mereka melarikan diri ke Barat dan mencari perlindungan di antara
saudara-saudaranya yaitu orang-orang Turki Seljuk, di dataran tinggi Asia kecil.[2]
Dibawah pimpinan Orthogul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alaudin
II yang sedang berperang melawan Bizantium. Karena bantuan mereka inilah,
Bizantium dapat dikalahkan. Kemudian Sultan Alauddin memberi imbalan tanah di
Asia kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu mereka terus membina
wilayah barunya dan memilih kota Syukud sebagai ibukota.[3]
Ertoghrul meninggal Dunia tahun 1289. Kepemimpinan dilanjutkan oleh
puteranya, Usman. Putera Ertoghrul inilah yangdianggap sebagai pendiri kerajaan
Usmani. Usman memerintah antara tahun 1290-1326 M. Pada tahun 1300 M, bangsa
Mongol kembali menyerang Kerajaan Seljuk, dan dalam pertempuran tersebut Sultan
Alaudin terbunuh. Setelah wafatnya Sultan Alaudin tersebut, Usman
memproklamasikan kemerdekaannya dan berkuasa penuh atas
daerah yangdidudukinya. Penguasa pertamanya adalah Usman yang sering disebut
Usman I. Setelah Usman I mengumumkan dirinya sebagai Padisyah al-
Usman  (raja besar keluarga Usman) tahun 1300 M setapak demi setapak wilayah
kerajaan diperluas.[4]
Dipilihnya negeri Iskisyihar menjadi pusat kerajaan. Usman mengirim surat
kepada raja-raja kecil guna memberitahukan bahwa sekarang dia raja yang besar dan
dia menawar agar raja-raja kecil itu memilih salah satu diantara tiga perkara,
yakni ; Islam, membayar Jaziah dan perang. Setelah menerima surat itu, separuh
ada yang masuk Islam ada juga yangmau membayar Jizyah. Mereka yang tidak mau
menerima tawaran Usman merasa terganggu sehingga mereka meminta bantuan
kepada bangsa Tartar, akan tetapi Usman tidak merasa takut menghadapinya. Usman
menyiapkan tentaranya dalam mengahdapi bangsa Tartar, sehingga mereka dapat
ditaklukkan. Usman mempertahankan kekuasaan nenek moyang dengan setia dan
gagah perkasa sehingga kekuasaan tetap tegak dan kokoh sehingga kemudian
dilanjutkan dengan putera dan saudara-saudaranya yang gagah berani meneruskan
perjuangan sang ayah dan demi kokohnya kekuasaan nenek moyangnya.
B. Secara Singkat Masa Kepemimipinan Kerajaan Turki Utsmani Dapat Dibagi
Dalam 5 periode :

1. Periode I (1299-1402) Pertumbuhan dan perkembangan kekuasaan yang


disusul dengan perluasan wilayah hingga menyeberang ke daratan Eropa.
Kekuatan Timur Lenk kemudian dapat membendung langkah maju Turki
Utsmani, di mana mereka dapat merebut wilayah Timur kerajaan pada 1402.
2. Periode ke II (1403-1566) Masa transisi; anak-anak Bayazid berebut
kekuasaan, sampai akhirnya dikuasai penuh oleh Muhammad I. Muhammad II
(Al-Fatih) menaklukan Konstantinopel pada 1453, sementara Salim
menaklukan Mesir pada 1517.
3. Periode ke III (1566-1703) Hanya bertahan dan tidak terjadi perluasan
wilayah; bahkan ada wilayahnyayang sudah jatuh (seperti Hongaria) ke pihak
musuh.
4. Periode ke IV (1703-1839) masa kemunduran.
5. Periode ke V (1839-1924) terjadi modernisasi sampai kemudian jatuh pada
1924. Berdirilan Republik Islam Turki

C. Masa Pemerintahan Turki Utsmani


1. Masa Pemerintahan Utsman I (1290 – 1326 M)

Erthegrolmeninggal dunia tahun 1289 M. Kepemimpinan dilanjutkan oleh


puteranya, Utsman. Putera Al-thugril inilah yang dianggap sebagai pendiri kerajaan
Utsmani. Sebagaimana ayahnya, ia banyak berjasa kepada Sultan Alauddin II
dengan keberhasilannya menduduki benteng-benteng Bizantium yang berdekatan
dengan kota Broessa. Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol menyerang kerajaan
Saljuk dan Sultan Alauddin terbunuh. Kerajaan Saljuk Rum ini kemudian terpecah-
pecah dalam beberapa kerajaan kecil. Utsman pun menyatakan kemerdekaan dan
berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya. Sejak itulah kerajaan Utsmani
dinyatakan berdiri. Penguasa pertamanya adalah Utsman yang sering disebut juga
Utsman I.Setelah Utsman I mengumumkan dirinya sebagai Padisyah Al-Utsman
(raja besar keluarga Utsman) tahun 699 H (1300M) setapak demi setapak wilayah
kerajaan dapat diperluasnya. Ia menyerang daerah perbatasan Byzantium dan
menaklukkan kota Broessa tahun 1317 M, kemudian pada tahun 1326 M dijadikan
sebagai ibu kota kerajaan.

2. Masa Pemerintahan Orkhan (726 H/1326M – 761 H/1359M)

Pada masa pemerintahan Orkhan, Kerajaan Turki Utsmani ini dapat


menaklukkan Azmir (Smirna) tahun 1327 M, Thawasyanli (1330M), Uskandar
(1338M), Ankara (1354M), dan Gallipoli (1356M). Daerah ini adalah bagian benua
Eropa yang pertamakali diduduki kerajaan Utsmani.Faktor penting yang
mendukung keberhasilan ekspansi adalah keberanian, keterampilan, ketangguhan
dan kekuatan militernya yang sanggup bertempur kapan dan di mana saja.Untuk
pertama kali, kekuatan militer kerajaan ini mulai diorganisasi dengan baik dan
teratur ketika terjadi kontak senjata dengan Eropa. Ketika itu, pasukan tempur yang
besar sudah terorganisasi. Pengorganisasian yang baik, taktik dan strategi tempur
militer Utsmani berlangsung tanpa halangan berarti. Namun, tidak lama setelah
kemenangan tercapai, kekuatan militer yang besar ini dilanda kekisruhan.

Kesadaran prajuritnya menurun. Mereka merasa dirinya sebagai pemimpin-


pemimpin yang berhak menerima gaji. Akan tetapi keadaan tersebut segera dapat
diatasi oleh Orkhan dengan jalan mengadakan perombakan besar-besaran dalam
tubuh militer.Pembaruan dalam tubuh organisasi militer oleh Orkhan, tidak hanya
dalam bentuk mutasi personil-personil pimpinan, tetapi juga diadakan perombakan
dalam keanggotaan. Bangsa-bangsa non-Turki dimasukkan sebagai anggota,
bahkan anak-anak Kristen yang masih kecil diasramakan dan dibimbing dalam
suasana Islam untuk dijadikan prajurit. Program ini ternyata berhasil dengan
terbentuknya kelompok militer baru yang disebut pasukan Jenissari atau
Inkisyariah. Pasukan inilah yang dapat mengubah negara Utsmani menjadi mesin
perang yang paling kuat, dan memberikan dorongan yang amat besar dalam
penaklukkan negeri-negeri non muslim.Di samping Jenissari, ada lagi prajurit dari
tentara kaum feodal yang dikirim kepada pemerintah pusat. Pasukan ini disebut
tentara atau kelompok militer Thaujiah. Angkatan laut pun dibenahi, karena ia
mempunyai peranan yang besar dalam perjalanan ekspansi Turki Utsmani.

3. Masa Pemerintahan Murad I (761 H/1359 M – 789 H/1389 M)

Ketika Murad I, pengganti Orkhan, berkuasa, selain memantapkan keamanan


dalam negeri, ia melakukan perluasan daerah ke Benua Eropa. Ia dapat
menaklukkan Adrianopel (yang kemudian dijadikannya sebagai ibu kota kerajaan
yang baru), Macedonia, Sopia, Salonia, dan seluruh wilayah bagian utara Yunani.
Merasa cemas terhadap kemajuan ekspansi kerajaan ini ke Eropa, Paus
mengobarkan semangat perang. Sejumlah besar pasukan sekutu Eropa disiapkan
untuk memukul mundur Turki Utsmani. Pasukan ini dipimpin oleh Sijisman, raja
Hongaria.

4. Masa Pemerintahan Bayazid I (1389 - 1403 M)

Sultan Bayazid I, pengganti Murad I, dapat menghancurkan pasukan sekutu


Kristen Eropa tersebut. Peristiwa ini merupakan catatan sejarah yang amat
gemilang bagi umat Islam.Ekspansi kerajaan Utsmani sempat terhenti beberapa
lama. Ketika ekspansi diarahkan ke Konstantinopel, tentara Mongol yang dipimpin
Timur Lenk melakukan serangan ke Asia Kecil. Pertempuran hebat terjadi di
Ankara tahun 1402 M. Tentara Turki Utsmani mengalami kekalahan. Bayazid
bersama puteranya Musa tertawan dan wafat dalam tawanan tahun 1403 M.

5. Masa Pemerintahan Muhammad I (1403 -1421 M)

Kekalahan Bayazid di Ankara membawa akibat buruk bagi Turki Utsmani.


Penguasa-penguasa Saljuk di Asia Kecil melepaskan diri dari genggaman Turki
Utsmani. Wilayah-wilayah Serbia dan Bulgaria juga memproklamasikan
kemerdekaan. Dalam pada itu putera-putera Bayazid saling berebut
kekuasaan.Suasana buruk ini baru berakhir setelah Sultan Muhammad I dapat
mengatasinya. Sultan Muhammad berusaha keras menyatukan negaranya dan
mengembalikan kekuatan dan kekuasaan seperti sediakala.Setelah Timur Lenk
meninggal dunia tahun 1405 M, kesultanan Mongol dipecah dan dibagi-bagi
kepada putera-puteranya satu sama lain saling berselisih. Kondisi ini dimanfaatkan
oleh penguasa Turki Utsmani untuk melepaskan diri dari kekuasaan Mongol.
Namun, pada saat seperti itu juga terjadi perselisihan antara putera-putera Bayazid
(Muhammad, Isa, dan Sulaiman).

6. Masa Pemerintahan Murad II (1421 – 1451 M)

Setelah sepuluh tahun perebutan kekuasaan tedadi, akhirnya Muhammad


berhasil mengalahkan saudara-saudaranya. Usaha Muhammad yang pertama kali
ialah mengadakan perbaikan-perbaikan dan meletakkan dasar-dasar keamanan
dalam negeri.Usahanya ini diteruskan oleh Murad II, sehingga Turki Utsmani
mencapai puncak kemajuannya pada masa Muhammad II atau biasa disebut
Muhammad al-Fatih.

7. Masa Pemerintahan Muhammad al-Fatih (1451 – 1484 M)

Sultan Muhammad al-Fatih dapat mengalahkan Byzantium dan menaklukkan


Konstantinopel tahun 1453 M. Dengan terbukanya Konstantinopel sebagai benteng
pertahanan terkuat Kerajaan Byzantium, lebih mudahlah arus ekspansi Turki
Utsmani ke Benua Eropa.

8. Masa Pemerintahan Salim I (1512 – 1520 M)

Ketika Sultan Salim I naik tahta, ia mengalihkan perhatian ke arah timur


dengan menaklukkan Persia, Syria dan dinasti Mamalik di Mesir.

9. Masa Pemerintahan Sulaiman al-Qanuni (1520 – 1566 M)

Usaha Sultan Salim I ini dikembangkan oleh Sultan Sulaiman al-Qanuni. Ia


tidak mengarahkan ekspansinya ke salah satu arah timur atau barat, tetapi seluruh
wilayah yang berada di sekitar Turki Utsmani merupakan obyek yang menggoda
hatinya. Sulaiman berhasil menundukkan Irak, Belgrado, Pulau Rodhes, Tunis,
Budapest, dan Yaman. Dengan demikian, luas wilayah Turki Utsmani pada masa
Sultan Sulaiman al-Qanuni mencakup Asia Kecil, Armenia, Irak, Siria, Hejaz, dan
Yaman di Asia; Mesir, Libia, Tunis, dan Aljazair di Afrika; Bulgaria, Yunani,
Yugoslavia, Albania, Hongaria, dan Rumania di Eropa.

Pada abad ke-16 angkatan laut Turki Utsmani mencapai puncak kejayaannya.
Kekuatan militer Turki Utsmani yang tangguh itu dengan cepat dapat menguasai
wilayah yang amat luas, baik di Asia, Afrika, maupun Eropa. Faktor utama yang
mendorong kemajuan di lapangan kemiliteran ini ialah tabiat bangsa Turki itu
sendiri yang bersifat militer, berdisiplin,dan patuh terhadap peraturan.Tabiat ini
merupakan tabiat alami yang mereka warisi dari nenek moyangnya di Asia Tengah.

Keberhasilan ekspansi tersebut dibarengi pula dengan terciptanya jaringan


pemerintahan yang teratur. Dalam mengelola wilayah yang luas, sultan-sultan
Turki Utsmani senantiasa bertindak tegas. Dalam struktur pemerintahan, sultan
sebagai penguasa tertinggi, dibantu oleh shadr al-a’zham (perdana menteri), yang
membawahi pasya (gubernur). Gubernur mengepalai daerah tingkat I. Di bawahnya
terdapat beberapa orang al-zanaziq atau al-’alawiyah (bupati).Untuk mengatur
urusan pemerintahan negara, di masa Sultan Sulaiman I disusun sebuah kitab
undang-undang (qanun). Kitab tersebut diberi nama Multaqa al-Abhur, yang
menjadi pegangan hukum bagi kerajaan Turki Utsmani sampai datangnya
reformasi pada abad ke-19. Karena jasa Sultan Sulaiman I yang amat berharga ini,
di ujung namanya ditambah gelar al-Qanuni.Pada masa Sulaiman ini di kota-kota
besar dan kota-kota lainnya banyak dibangun mesjid, sekolah, rumah sakit,
gedung, makam, jembatan, saluran air, villa, dan pemandian umum. Disebutkan
bahwa buah dari bangunan itu dibangun di bawah koordinator Sinan,seorang
arsitek asal Anatolia.Sebagai bangsa yang berdarah militer, Turki Utsmani lebih
banyak memfokuskan kegiatan mereka dalam bidang kemiliteran, sementara dalam
bidang ilmu pengetahuan, mereka kelihatan tidak begitu menonjol. Bangsa Turki
juga banyak berkiprah dalam pengembangan seni arsitektur Islam berupa
bangunan-bangunan mesjid yang indah, seperti Masjid Al-Muhammadi atau
Mesjid Jami’ Sultan Muhammad Al-fatih, Mesjid Agung Sulaiman dan Mesjid Abi
Ayyub al-Anshari. Mesjid-mesjid tersebut dihiasi pula dengan kaligrafi yang indah.
Salah satu mesjid yang terkenal dengan keindahan kaligrafinya adalah mesjid yang
asalnya gereja Aya Sopia. Hiasan kaligrafi itu, dijadikan penutup gambar-gambar
Kristiani yang ada sebelumnya.

Pada masa Turki Utsmani tarekat mengalami kemajuan. Tarekat yang paling
berkembang ialah tarekat Bektasyi dan Tarekat Maulawi. Kedua tarekat ini banyak
dianut oleh kalangan sipil dan militer. Di pihak lain, kajian-kajian ilmu keagamaan,
Asy’ariyah mendapatkan tempatnya. Selain itu para ulama banyak menulis buku
dalam bentuk syarah (penjelasan) dan hasyiyah (semacam catatan) terhadap karya-
karya masa klasik.

10. Masa Pemerintahan Salim II (1566 – 1573 M)

Setelah Sultan Sulaiman al-Qanuni wafat (1566 M), kerajaan Turki Utsmani
mulai memasuki fase kemundurannya. Akan tetapi, sebagai sebuah kerajaan yang
sangat besar dan kuat, kemunduran itu tidak langsung terlihat. Sultan Sulaiman al-
Qanuni diganti oleh Salim II. Di masa pemerintahannya terjadi pertempuran antara
armada laut Kerajaan Utsmani dengan armada laut Kristen yang terdiri dari
angkatan laut Spanyol, angkatan laut Bundukia, angkatan laut Sri Paus, dan
sebagian kapal para pendeta Malta yang dipimpin Don Juan dari Spanyol.
Pertempuran itu terjadi di Selat Liponto (Yunani). Dalam pertempuran ini Turki
Utsmani mengalami kekalahan yang mengakibatkan Tunisia dapat direbut oleh
musuh. Baru pada masa Sultan berikutnya, Sultan Murad III, pada tahun 1575 M
Tunisia dapat direbut kembali.

11. Masa Pemerintahan Murad III (1574 – 1595 M)


Sultan Murad III berkepribadian jelek dan suka memperturutkan hawa
nafsunya, namun Kerajaan Utsmani pada masanya berhasil menyerbu Kaukasus
dan menguasai Tiflis di Laut Hitam (1577 M), merampas kembali Tabnz, ibu kota
Safawi, menundukkan Georgia, mencampuri urusan dalam negeri Polandia, dan
mengalahkan gubernur Bosnia pada tahun 1593 M. Namun kehidupan moral Sultan
yang jelek menyebabkan timbulnya kekacauan dalam negeri.

12. Masa Pemerintahan Muhammad III (1595 – 1603 M)

Kekacauan ini makin menjadi-jadi dengan tampilnya Sultan Muhammad III


yang membunuh semua saudara laki-lakinya berjumlah 19 orang dan
menenggelamkan janda-janda ayahnya sejumlah 10 orang demi kepentingan
pribadi. Dalam situasi yang kurang baik itu, Austria berhasil memukul Kerajaan
Utsmani.

13. Masa Pemerintahan Ahmad I (1603 – 1617 M)

Sultan Ahmad I sempat bangkit untuk memperbaiki situasi dalam negeri,


tetapi kejayaan Kerajaan Utsmani di mata bangsa-bangsa Eropa sudah mulai
memudar.
14. Masa Pemerintahan Mustafa I (1617 – 1623 M) dan Utsman II (1618 – 1622
M)

Sesudah Sultan Ahmad I, situasi semakin memburuk dengan naiknya


Mustafa I (masa pemerintahannya yang pertama (1617-1618 M) dan kedua, (1622-
1623 M). Karena gejolak politik dalam negeri tidak bisa diatasinya, Syaikh al-
Islam mengeluarkan fatwa agar ia turun dari tahta dan diganti oleh Utsman II.
Namun yang tersebut terakhir ini juga tidak mampu memperbaiki keadaan. Dalam
situasi demikian bangsa Persia bangkit mengadakan perlawanan merebut
wilayahnya kembali. Kerajaan Utsmani sendiri tidak mampu berbuat banyak dan
terpaksa melepaskan wilayah Persia tersebut.

15. Masa Pemerintahan Murad IV (1623 – 1640 M)

Langkah-langkah perbaikan kerajaan mulai diusahakan oleh Sultan Murad


IV. Pertama-tama ia mencoba menyusun dan menertibkan pemerintahan. Pasukan
Jenissari’ yang pernah menumbangkan Utsman II dapat dikuasainya. Akan tetapi,
masa pemerintahannya berakhir sebelum ia berhasil menjernihkan situasi negara
secara keseluruhan.

16. Masa Pemerintahan Ibrahim (1640 – 1648 M)

Situasi politik yang sudah mulai membaik itu kembali merosot pada masa
pemerintahan Ibrahim, karena ia termasuk orang yang lemah. Pada masanya ini
orang-orang Venetia melakukan peperangan laut melawan dan berhasil mengusir
orang-orang Turki Utsmani dari Cyprus dan Creta tahun 1645 M. Kekalahan itu
membawa Muhammad Koprulu (berasal dari Kopru dekat Amasia di Asia Kecil)
ke kedudukan sebagai wazir atau shadr al-a’zham (perdana menteri) yang diberi
kekuasaan absolut.

Ia berhasil mengembalikan peraturan dan mengkonsolidasikan stabilitas


keuangan negara. Setelah Koprulu meninggal (1661 M), jabatannya dipegang oleh
anaknya, Ibrahim.Ibrahim menyangka bahwa kekuatan militernya sudah pulih
sama sekali. Karena itu, ia menyerbu Hongaria dan mengancam Vienna. Namun,
perhitungan Ibrahim meleset, ia kalah dalam pertempuran itu secara berturut-turut.
Pada masa-masa selanjutnya wilayah Turki Utsmani yang luas itu sedikit demi
sedikit terlepas dari kekuasaannya, direbut oleh negara-negara Eropa yang baru
mulai bangun.Pada tahun 1699M terjadi “Perjanjian Karlowith” yang memaksa
Sultan untuk menyerahkan seluruh Hongaria, sebagian besar Slovenia dan Croasia
kepada Hapsburg; dan Hemenietz, Padolia, Ukraina, Morea, dan sebagian Dalmatia
kepada orang-orang Venetia.

17. Masa Pemerintahan Mustafa III (1757 – 1774 M)

Pada tahun 1770M, tentara Rusia mengalahkan armada kerajaan Utsmani di


sepanjang pantai Asia Kecil. Akan tetapi, tentara Rusia ini dapat dikalahkan
kembali oleh Sultan Mustafa III yang segera dapat mengkonsolidasi kekuatannya.

18. Masa Pemerintahan Abd al-Hamid (1774 – 1789 M)


Sultan Mustafa III diganti oleh saudaranya, Sultan Abd al-Hamid, seorang
yang lemah. Tidak lama setelah naik tahta, di Kutchuk Kinarja ia mengadakan
perjanjian yang dinamakan “Perjanjian Kinarja” dengan Catherine II dari Rusia. Isi
perjanjian itu antara lain:

• Kerajaan Utsmani harus menyerahkan benteng-benteng yang berada di Laut


Hitam kepada Rusia dan memberi izin kepada armada Rusia untuk melintasi selat
yang menghubungkan Laut Hitam dengan Laut Putih.

• Kerajaan Utsmani mengakui kemerdekaan Kirman (Crimea).

Demikianlah proses kemunduran yang terjadi di Kerajaan Utsmani selama


dua abad lebih setelah ditinggal Sultan Sulaiman al-Qanuni. Satu persatu negeri-
negeri di Eropa yang pernah dikuasai kerajaan ini memerdekakan diri. Bukan
hanya negeri-negeri di Eropa yang memang sedang mengalami kemajuan yang
memberontak terhadap kekuasaan Kerajaan Utsmani, tetapi juga beberapa daerah
di Timur Tengah mencoba bangkit memberontak.Di Mesir, kelemahan-
kelemanan Kerajaan Utsmani membuat Mamalik bangkit kembali. Di bawah
kepemimpinan Ali Bey, pada tahun 1770 M, Mamalik kembali berkuasa di Mesir,
sampai datangnya Napoleon Bonaparte dari Perancis tahun 1798 M.Di Libanon
dan Syria, Fakhral-Din, seorang pemimpin Dntze, berhasil menguasai Palestina,
dan pada tahun 1610 M merampas Ba’albak dan mengancam Damaskus. Fakhr
al-Din baru menyerah tahun 1635 M.Di Persia, Kerajaan Safawi ketika masih
jaya beberapa kali mengadakan perlawanan terhadap Kerajaan Utsmani dan
beberapa kali pula ia keluar sebagai pemenang.Sementara itu, di Arabia bangkit
kekuatan baru, yaitu aliansi antara pemimpin agama Muhammad ibn Abd al-
Wahhab yang dikenal dengan gerakan Wahhabiyah dengan penguasa lokal Ibn
Sa’ud. Mereka berhasil menguasai beberapa daerah di jazirah Arab dan
sekitarnya di awal paruh kedua abad ke-18 M.Pemberontakan-pemberontakan
banyak terjadi di Kerajaan Utsmani ketika sedang mengalami kemunduran.
Gerakan-gerakan seperti itu terus berlanjut hingga abad ke-19 dan ke-20 M.
Kerajaan Utsmani berakhir dengan berdirinya Republik Turki pada tahun 1924M.

D. Kemajuan-Kemajuan Turki Usmani


Akibat kegigihan dan ketangguhan yang dimiliki oleh para pemimpin dalam
mempertahankan Turki Usmani membawa dampak yang baik sehingga
kemajuankemajuan dalam perkembangan wilayah Turki Usmani dapat di raihnya
dengan cepat. Dengan cara atau taktik yang dimainkan oleh beberapa penguasa Turki
seperi Sultan Muhammad yang mengadakan perbaikan-perbaikan dan meletakkan
dasar-dasar keamanan dalam negerinya yang kemudian diteruskan oleh Murad II
(1421-1451M).[5] Sehingga Turki Usmani mencapai puncak kejayaan pada masa
Muhammad II (1451- 1484 M). Usaha ini di tindak lanjuti oleh raja-raja berikutnya,
sehingga dikembangkan oleh Sultan Sulaiman al-Qonuni. Ia tidak mengarahkan
ekspansinya kesalah satu arah timur dan Barat, tetapi seluruh wilayah yang berada
disekitar Turki Usmani itu, sehingga Sulaiman berhasil menguasai wilayah Asia kecil.
Kemajuan dan perkembangan wilayah kerajaan Usmani yang luas berlangsung
dengan cepat dan diikuti oleh kemajuan-kemajuan dalam bidang-bidang kehidupan
lain yang penting, diantaranya:
1. Bidang Kemiliteran
Para pemimpin kerajaan Turki Usmani adalah orang-orang yang kuat,
sehingga kerajaan dapat melakukan ekspansi dengan cepat dan luas. Namun, kerajaan
Turki Usmani mencapai masa keemasannya bukan semata-mata karena keunggulan
politik para pemimpinnya. Akan tetapi yang terpenting diantaranya adalah keberanian,
ketrampilan, ketangguhan, dan kekuatan militernya yang sanngup bertempur kapan
saja dan dimana saja.
Orkhan pemimpin Turki Usmani yang pertama kali mengorganisasi kekuatan
militer dengan baik serta taktik dan strategi tempur yang teratur. Pada periode ini
tentara Islam pertama kali masuk ke Eropa. Orkhan berhasil mereformasi dan
membentuk tiga pasukan utama tentara. Pertama, tentara Sipahi (tentara reguler) yang
mendapatkan gaji tiap bulannya. Kedua, tentara Hazeb (tentara ireguler) yang di gaji
pada saat mendapatkan harta rampasan perang (Mal al-Ghanimah). Ketiga, tentara
Jenissary atau Inkisyariyah (tentara yang direkrut pada saat berumur 12 tahun,
kebanyakan adalah anak-anak Kristen yang dibimbing Islam dengan disiplin yang
kuat). Pasukan inilah yang dapat mengubah negara Turki Usmani menjadi mesin
perang yang paling kuat dan memberikan dorongan yang amat besar dalam
penaklukan negeri-negeri non muslim.
Orkhan juga membenahi angkatan laut karena ia mempunyai peranan yang
besar dalam perjalanan ekspansi Turki Usmani. Pada abad ke-16, angkatan laut Turki
Usmani mencapai puncak kejayaan, karena dengan cepat dapat menguasai wilayah
yang amat luas baik di Asia, Afrika, maupun Eropa. Faktor utama yang mendorong
kemajuan di lapangan kemiliteran ini adalah tabiat bangsa Turki itu sendiri yang
bersifat militer, berdisiplin, dan patuh terhadap peraturan. Yang mana tabiat ini
merupakan tabiat yang mereka warisi dari nenek moyangnya di Asia Tengah.
2.  Bidang Pemerintahan
Suksesnya Ekspansi Turki Usmani selain karena ketangguhan tentaranya
juga dibarengi pula dengan terciptanya jaringan pemerintahan yang teratur. Dalam
mengelola wilayah yang luas para raja-raja Turki Usmani senantiasa bertindak tegas.
Dalam struktur pemerintahan, sultan sebagai penguasa tertinggi. Dibantu oleh shadr
al-a’zham (perdana menteri) yang membawahi pasya (gubernur). Gubernur
mengepalai daerah tingkat I. di bawahnya terdapat beberapa orang al-Zanaziq atau
‘Alawiyah (bupati). Contohnya, ketika Turki Usmani dipimpin oleh Murad II. Beliau
adalah seorang penguasa yang saleh dan dicintai rakyatnya, ia juga seorang yang
sabar, cerdas, berjiwa besar, dan ahli ketatanegaraan. Bahkan Murad II banyak
mendapat pujian dari sejarawan barat.Selain itu, di masa pemerintahan Sultan
Sulaiman I untuk mengatur urusan pemerintahan negara disusun sebuah kitab undang-
undang (Qanun) yang diberi nama Multaqa al-Abhur yang menjadi pegangan hukum
bagi kerajaan Turki Usmani.
3. Bidang Ilmu Pengetahuan
Turki Usmani merupakan bangsa yang berdarah militer, sehingga lebih banyak
memfokuskan kegiatan mereka dalam bidang kemiliteran. Sementara dalam bidang
ilmu pengetahuan tidaklah begitu menonjol. Karena itulah dalam khazanah intelektual
Islam kita tidak menemukan ilmuwan terkemuka dari Turki Usmani. Namun
demikian, mereka banyak berkiprah dalam pengembangan seni arsitektur Islam
berupa bangunan-bangunan masjid yang indah. Seperti masjid Al-Muhammadi atau
masjid Jami’ Sultan Muhammad Al-Fatih, masjid Agung Sulaiman, dan masjid Abi
Ayyub Al-Anshari. Masjid-masjid tersebut dihiasi pula dengan kaligrafi yang indah.
Ada salah satu masjid yang terkenal keindahan kaligrafinya adalah masjid yang
asalnya Gereja Aya Sopia. Yang mana hiasan kaligrafi itu dijadikan penutup gambar
Kristiani yang ada sebelumnya.[9]
Selain itu, pada masa sultan Sulaiman I di kota-kota besar dan kota-kota
lainnya banyak di bangun masjid, sekolah, rumah sakit, gedung, makam, jembatan,
saluran air, villa, dan pemandian umum.
4. Bidang Budaya
Pengaruh dari ekspansi wilayah Turki Usmani yang sangat luas, sehingga
kebudayaannya merupakan perpaduan macam-macam kebudayaan. Diantaranya
adalah kebudayaan Persia, Bizantium, dan Arab. Dari kebudayaan Persia, mereka
banyak mengambil ajaran-ajaran tentang etika dan tata krama dalam istana raja-raja.
Dari Bizantium, organisasi pemerintahan dan kemiliteran banyak diserap. Sedangkan
dari Arab, mereka banyak menyerap ajaran-ajaran tentang prinsip-prinsip ekonomi,
sosial kemasyarakatan, keilmuan, dan bahasa/huruf. Orang-orang Turki Usmani
memang terkenal sebagai bangsa yang suka dan mudah berasimilasi dengan bangsa
asing dan terbuka untuk menerima kebudayaan luar.
5. Bidang Keagamaan
Agama dalam tradisi masyarakat Turki Usmani mempunyai peranan besar
dalam lapangan sosial dan politik. Masyarakat digolong-golongkan berdasarkan
agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat dengan syariat sehingga fatwa ulama
menjadi hukum yang berlaku.
Pada masa pemerintahan Sulaiman al-Qanuni rakyat muslim diwajibkan harus
sholat lima kali dan berpuasa di bulan Ramadhan. Jika ada yang melanggar tidak
hanya dikenai denda namun juga sanksi badan. Sehingga sultan Sulaiman al-Qanuni
bukan hanya sultan yang paling terkenal di kalangan Turki Usmani, akan tetapi pada
awal ke 16 beliau adalah kepala negara yang paling terkenal di dunia. Beliau seorang
penguasa yang shaleh, dan juga berhasil menerjemahkan Al-Qur’an dalam bahasa
Turki. Bahkan pada saat Eropa terjadi pertentangan antara katolik, mereka diberi
kebebasan dalam memilih agama dan diberikan tempat di Turki Usmani. Bahkan Lord
Cerssay mengatakan, bahwa pada zaman dimana dikenal ketidakadilan dan
kedzaliman Katolik Roma dan Protestan, maka Sultan Sulaiman yang paling adil
dengan rakyatnya meskipun ada yang tidak beragama Islam.[10]
Di kerajaan Turki Usmani Tarekat juga mengalami kemajuan. Tarekat yang
paling terkenal ialah tarekat Bektasyi dan tarekat Maulawi. Kedua Tarekat banyak
dianut oleh kalangan sipil dan militer. Tarekat Bektasyi mempunyai pengaruh yang
sangat dominan di kalangan Jenissary, sehingga mereka sering disebut dengan tentara
Bektasyi. Sementara tentara Maulawi mendapat dukungan dari para penguasa dalam
mengimbangi Jenissary Bektasyi.
Di lain pihak, kajian-kajian ilmu keagamaan seperti: Fiqh, ilmu kalam, Tafsir,
dan Hadist boleh dikatakan tidak mengalami perkembangan yang berarti. Para
penguasa lebih cenderung untuk menegakkan satu paham (Madzab) keagamaan dan
menekan Madzab lainnya. Contoh Sultan Abd Al-Hamid II begitu fanatik terhadap
aliran Ash-‘Ariyah. Akibat kelesuan di bidang ilmu keagamaan dan fanatik yang
berlebihan, maka ijtihad tidak berkembang.
E. Kemunduran Kerajaan Turki Usmani
Kemunduran Turki Usmani terjadi setelah wafatnya Sulaiman Al-Qonuni.
Hal ini disebabkan karena banyaknya kekacauan yang terjadi setelah Sultan
Sulaiman meninggal diantaranya perebutan kekuasaan antara putera beliau
sendiri. Para pengganti Sulaiman sebagian besar orang yang lemah dan
mempunyai sifat dan kepribadian yang buruk. Juga karena melemahnya semangat
perjuangan prajurit Usmani yang mengakibatkan kekalahan dalam mengahadapi
beberapa peperangan. Ekonomi semakin memburuk dan system pemerintahan
tidak berjalan semestinya. Selaim faktor diatas, ada juga faktor-faktor yang
menyebabkan kerajaan Usmani mengalami kemunduran, diantaranya adalah :
1. Wilayah Kekuasaan yang Sangat Luas
Perluasan wilayah yang begitu cepat yang terjadi pada kerajaan Usmani,
menyebabkan pemerintahan merasa kesulitan dalam melakukan administrasi
pemerintahan, terutama pasca pemerintahan Sultan Sulaiman. Sehingga
administrasi pemerintahan kerajaan Usmani tidak beres. Tampaknya penguasa
Turki Usmani hanya mengadakan ekspansi, tanpa mengabaikan penataan sistem
pemerintahan. Hal ini menyebabkan wilayah-wilayah yang jauh dari pusat mudah
direbut oleh musuh dan sebagian berusaha melepaskan diri.
2. Heterogenitas Penduduk
Sebagai kerajaan besar, yang merupakan hasil ekspansi dari berbagai kerajaan,
mencakup Asia kecil, Armenia, Irak, Siria dan negara lain, maka di kerajaan
Turki terjadi heterogenitas penduduk. Dari banyaknya dan beragamnya
penduduk, maka jelaslah administrasi yang dibutuhkan juga harus memadai dan
bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka. Akan tetapi kerajaan Usmani pasca
Sulaiman tidak memiliki administrasi pemerintahan yang bagus di tambah lagi
dengan pemimpinpemimpin yang berkuasa sangat lemah dan mempunyai
perangai yang jelek.
3. Kelemahan para Penguasa
Setelah sultan Sulaiman wafat, maka terjadilah pergantian penguasa. Penguasa-
penguasa tersebut memiliki kepribadian dan kepemimpinan yang lemah akibatnya
pemerintahan menjadi kacau dan susah teratasi.
4. Budaya Pungli
Budaya ini telah meraja lela yang mengakibatkan dekadensi moral terutama
dikalangan pejabat yang sedang memperebutkan kekuasaan (jabatan).
5. Pemberontakan Tentara Jenissari
Pemberontakan Jenissari terjadi sebanyak empat kali yaitu pada tahun 1525 M,
1632 M, 1727 M dan 1826 M. Pada masa belakangan pihak Jenissari tidak lagi
menerapkan prinsip seleksi dan prestasi, keberadaannya didominasi oleh
keturunan dan golongan tertentu yang mengakibatkan adanya pemberontakan-
pemberontakan.
6. Merosotnya Ekonomi
Akibat peperangan yang terjadi secara terus menerus maka biaya pun semakin
membengkak, sementara belanja negara pun sangat besar, sehingga
perekonomian kerajaan Turki pun merosot.
7. Terjadinya Stagnasi dalam Lapangan Ilmu dan Teknologi
Ilmu dan Teknologi selalu berjalan beriringan sehingga keduanya sangat
dibutuhkan dalam kehidupan. Keraajan usmani kurang berhasil dalam
pengembagan Ilmu dan Teknologi ini karena hanya mengutamakan
pengembangan militernya. Kemajuan militer yang tidak diimbangi dengan
kemajuan ilmu dan teknologi menyebabkan kerajaan Usmani tidak sanggup
menghadapi persenjataan musuh dari Eropa yang lebih maju.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kerajaan Turki Usmani pada awalnya hanya memiliki wilayah yang sangat kecil,
namun dengan adanya dukungan militer, tidak beberapa lama Turki Usmani
menjadi kerajaan yang besar bertahan dalam kurun waktu yang lama. Kemajuan
dan perkembangan  kerajaan Turki dalam bidang –bidang kehidupan,
diantaranya:
1. Bidang Kemiliteran
2. Bidang Pemerintahan
3. Bidang Ilmu Pengetahuan
4. Bidang Budaya
5. Bidang Keagamaan
Puncak kejayaan Turki Usmani terjadi pada masa kekuasaan Sulaiman al-Qanuni.
Beliau raja yang sangat terkenal di dunia dan juga penguasa yang Shaleh.
Sedangkan periode kemundurannya dimulai karena terjadinya perjanjian
Carltouiz (26 Januari 1699) antara Turki Usmani dengan Australia, Polandia,
Venesia, dan Inggris.
DAFTAR  PUSTAKA
Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2008.
Mubarok, Jaih, Sejarah Peradaban Islam, Bandong: Bani Qurasy 
            2008.
Yatim, Badri. Sejarah Pendidikan Islam,  Jakarta: Raja Grafindo
            2008
Hasan, Ibrahim. Sejarah Kebudayaan Islam. Yogyakarta: Kota Kembang

[1] Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Yogyakarta:  Kota


Kembang1997), h. 325
[2] Ibid.
[3]Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafindo 2003), h. 130
[4]Ibid. h 131
[5]Ibid. H 135
[6] http://www.zum.de/whkmla/histatlas/asmin/.com
[7] Ibid.
[8]Ibid.
[9] Jaih Mubarok, Sejarah peradaban Islam,  (Bandung: Bani Quraisy). H.175
[10] Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, (Jakarta : Kencana 2008). h. 321

Dr. Badri Yatim, M. (2003). Seajarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Dr. Fatah Syukur NC, M. (2015). Sejarah Peradaban Islam. Semarang: PT. Pustaka
Rizki Putra.
Machfud Syaefuddin, d. (2013). Dinamika Peradaban Islam. Yogyakarta: Pustaka Ilmu.
Sunanto, P. D. (2011). Sejarah Islam Klasik : Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam.
Jakarta: Kencana Prenada Madia Group.

Anda mungkin juga menyukai