Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PERADABAN ISLAM PADA MASA DINASTI UTSMANIYAH

guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Sejarah Peradaban Islam

Dosen Pengampu: Bapak Drs. Wahyudi,M.Pd.

Disusun Oleh

1. Mohamad Ibrahim (222170001)

JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB dan DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI DATOKARAMA PALU
2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Setelah Khalifah Abbasiyah di baghdad runtuh akibat serangan tentara ongol ,
Kekuatan Politik Islam mengalami kemunduran secara drastis. Wilayah kekuasaanya
tercabik-cabik dalam beberapaa keraajan kecil yang satu sama lain bahkan salin
memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan peradaban islam yang hancur akibat
serangan bangsa mongil itu. Namun kemalangan tidak berhenti sampai di situ. Timur
lenk, sebagaimana telah di sebut, menghancurkan pusat-pusat kekuasaan islam yang
lain.
Keadaan politik Islam secara keseluruhan mengalami kemajuan kembali
setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar:
Usmani di Turki, Mughal di India, dan Safawi di Persia, kerajaan Usmani, di samping
yang pertama berdiri, yang terbesar, dan paling lama bertahan di banding dua kerajaan
lainya .
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah berdirinya kerajaan Turki Usmani.
2. Bagaimana sejarah kejayaan kerajaan usmani.
3. Faktor apa yang menyebabkan mundurnya kerajaan usmani.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah berdirinya Kerajaaan Turki Utsmani


Kerajaan turki usmani telah muncul pada periode yang biasanya di sebut
periode mongol. Negara bagian yang di pimpin oleh usman, pendiri dinasti di akhir
abad ke-13, pada awalnya hanyalah salah satu bagian terkecil dari pemerintahan turkis
dan anatolia. Mereka masuk Islam sekitar abad ke sembilan dan sepuluh, ketika
mereka menetap di asia Tengah . dibawah tekanan serangan-serangan Mongol pada
abad ke-13, mereka melarikan diri ke daerah barat dan mencari tempat pengungisan di
tengah-tengah saudara-saudara mereka, orang-orang turki Seljuk, di dataran tinggi
Asia Kecil. Disana, dibawah pimpinan Ertoghrul, mereka mengabddikan diri kepada
Sultan Alauddin II, Sultan Seljuk yang kebetulan sedang berperang melawan
Byzantium. Berkat bantuan mereka, sultan Alauddin mendapat kemenangan. Atas jasa
tersebut, Alauddin menghadiahkan sebidang tanah di Asia Kecil yng berbatasan
dengan Byzantium. Sejak saat itu mereka terus membina wilayah barunya dan
memilih kota Syukud sebagai ibu kota.
Ertoghrul meninggal dunia pada tahun 1289 M. Kepemimpinan dilanjutkan
oleh putranya, Usman. Putra Ertoghrul inilah yang dianggap sebagai pendiri kerajaan
Usmani. Usman memerintah antara tahun 1290-1326 M. Sebagaimana ayahnya, ia
banyak berjasa kepada Sultan Alauddin dengan keberhasilanya menduduki benteng-
benteng byzantium yang berdekatan dengan kota Broessa. Pada tahun 1300 , bangsa
mongol meyerang kerajaan Saljuk dan Sultan alauddin terbunuh. Kerajaan saljuk rum
ini kemudian terpecah-pecah dalam beberapa kerajaan kecil. Usman pun menyatakan
kemerdekaan dan berkuasa penuh aatas daerah yang didudukinya. Sejak saat itulah
kerajaan usmani dinyatakan berdiri. Penguasa pertamanya adalah usman yang sering
disebut Usman I.
Setelah usman I mnegumukan dirinya sebagai padisyah al-Usman (raja besar
keluarga usman) tahun 669 H (1300M), setapak demi setapak kekuasaan wilayah
dapat diperluas. Ia menyerah daerah perbatasan Byzantium dan berhasil menaklukan
Boessa tahun 1317 M, kemudian pada tahun 1326 dijadikan sebagaai ibu kota
kerajaan. Pada masa pemerintahan Orkhan (1326-1359 M) kerajaan turki Usmani ini
dapat menaklukan Azmir ( Smirna) tahun 13227 m, Thawasyanli (1330M), uskandar
(1338 M), Ankara (1354 M) dan Gallipoli (1356 M). Daerah ini adalah bagian benua
eropa yang pertama kali diduduki kerajaan Usmani.
Ketika Murad I, pengganti Orkhan berkuasa (1359-1389 M), selain
memantapkan keamanan dalam negeri, ia melakukan perluasan daerah hingga ke
Benua Eropa. Ia dapat menaklukan Andrianopel yang kemudian dijadikanya ibu kota
kerajaan yang baru, Macedonia, Sopia, Salonia, dan seluruh wilayah bagian utara
Yunani. Mereka cemas terhadap kemajuan ekspansi kerajaan ini di eropa, paus
mengobarkan semangat perang. Sejumlah besar pasukan sekutu Eropa disiapkan
untuk memukul mundur Turki Usmani. Pasukan ini dipimpin oleh Sijisman, raja
Hongaria. Namun, Sultan Bayazid (1989-1203 M) pengganti Murad I, dapat
menghancurkan pasukan sekutu kristen Eropa tersebut. Peristiwa ini merupakan
catatan sejarah yang amat gemilang bagi umat islam. Ekspansi Usmani sempat
berhenti beberapa lama. Ketika ekspansi diarahkan ke Konstantinopel, tentara Mongol
yang dipimpin Timur Lenk melakukan serangan ke Asia Kecil. Pertempuran hebat
terjadi di Ankara 1402 M. Tentara kerajaan Turki Usmani mengalami kekalahan.
Bayazid bersama putranya Musa tertawan dan wafat dalam tawanan tahun 1403 M.
Kekalahan Bayazid di Ankara tersebut membawa akibat buruk terhadap
Kerajan Usmani. Penguasa-penguasa Seljuk di Asia Kecil melepaskan diri dari
genggaman Turki usmani. Wilayah-wilayah Sebia dan Bolgaria juga
memproklamasikan kemerdekaan. Dalam pada itu putera-putera Bayazid saling
berebut kekuasaan. Suasana buruk ini baru berakhir setalah Sultan Muhammad I
(1403-1421 M) dapat mengatasinya. Sultan Muhammad berusaha keras untuk
menyatukan negaranya dan mengembalikan kekuasaan dan kekuatan seperti sedia
kala.
Setelah Timur Lenk meninggal dunia tahun 1405 M, kesultanan Mongol
dipecah dan dibagi-bagi kepada putera-puternya yang saling berselisih satu sama lain.
Kondisi ini dimanfaatkan oleh pengusa kerajaan Turki Usmani untuk melepaskan diri
dari kekuasaan Mongol. Namun, pada saat seperti itu juga terjadi perselisihan antara
putera-putranya Bayzid (Muhammad, Isa dan Sulaiman). Setelah sepuluh tahun
perebutan kekuasaan terjadi, akhirnya Muhammad berhasil mengalahkan saudara-
saudaranya. Usaha pertama yang dilakukan Muhammad yaitu mengadakan perbaikan-
perbaikan ada meletakkan dasar-dasar keamanan dalam negeri. Usahanya teru
dilanjutkan oleh Murad II (1421-1451), sehingga Turki Usmani mencapai puncak
kejayaannya pada masa Muhammad II atau disebut Muhammad al-Fatih (1451-1484
M).
Sultan Muhammad al-Fatih dapat mengalahkan Byzantium dan menaklukan
Konstantinopel tahun 1453 M. Dengan terbukanya Konstantinopel sebagai benteng
pertahanan terkuat Kerajaan Byzantium, lebih mudahlah arus ekspansi Turki Usmani
ke benua Eropa. Akan tetapi pada Sultan Salim I (1512-1520 M) naik tahta, ia
mengalihkan perhatianya ke arah timur dengan menaklukan Persia, Syiria dan dinasti
mamalik di Mesir. Usaha sultan Salim I ini dikembangkan oleh sultan Sulaiman al-
Qonuni (1520-1566 M). Ia tidak mengarahkan ekspansinya ke salah satu arah timur
dan barat, tetapi seluruh wilayah yang berada di Turki Usmani merupakan obyek yang
menggoda hatinya.1

Karakteristik institusi usmani termasuk kasta kepemimpinan kaum elit,


perawatan militer kaum elit melalui pembelian dan pengiriman budak dari balkan,
administrasi terpusat di bawa staf tinggi dan pendirian administrasi provinsi
berdasarkan pada berbagai macam bentuk kepemilikan tanah dan pajak pertenakan,
dan pada akirnya otonomi resmi komunitas keagamaan. Dengan ini meninggalkan
kepemikiran bahwa pemerintahan dan umah adalah satu di sebut wahdahislamiyah.

Setelah puncak kekuasaan di bawah sulaiman al qonuni I (1520-1566 M)


periode panjang keruntuhan di mulai dengan manivestasi kerja tuan di dalam struktur
bagian dalam pemerintahan. Dari paruh kedua abad ke-16, perluasana kekuasaan
pegawai utama membawa kepada kekuasaan pusat terpusatkan pada sang sultan,
sebagai titik pusat kesetiaan. Kemudian aristokrat turkish dan setelah 1579 M, juga
pegawai utama kehilangan kekuasaan mereka terhadap elite militer aghast dan
janissari. Setelah itu gagal merebut vienna (1683 M) untuk kedua kalinya, dimulailah
proses kemunduran panjang tuki usmani bersamaan dengan periode intelektual,
indisutri dan pertumbuhan ekonomi yang semakin giat pada bangsa eropa yang besar.
Segera turki dikenal dengan „si sakit dari eropa‟ kekuatan ero[a bertambah domina,
otoritas usmani berkurang karena tuntutan nasional lokal dari kalangan eropa.
Perkembangan kerajaan dari abad ke-18 dikelompokkan melalui usaha
menghadapi tantangan eropa dalam hal ekonomi, teknologi dan kebudayaan, melalui
kefleksibilatasan daerah ekonomi dan melalui reformasi dalam institusi kerajaan.

1
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2003) hlm129-132
Periode tulip (pegawai damad Ibrahim, 1718-1730 M mengunkapkan keterbukaan
terhadap eropa. Di tahun 1789 M seri rformasi dalam pemerintahan dan administrasi
militer dimulai, reformasinya yang tidka dapat menghentikan ketergantungan politik
dan ekonomi kepada eropa dan kerajaan besar hancur berangsur-angsur.
Di Maroko pada abad ke-15, dinasti baru arab sharifs (surafa, alit keturunan
sang nabi) memperoleh kejayaan dari konflik berkelanjutan dan mengatur keluasan
tanah dan perluasan tanah kerajaan terhadap daerah utara melalui kebijakan yang
pandai dari sekutu dengan suku-suku maghrib tengah dan timur pada kerajaan turki
usmani dipertengahan turki usmani pada abad ini.2
B. MASA KEJAYAAN TURKI UTSMANI
Pada awalnya kerajaan turki Usmani hanya memiliki wilayah yang sangat
kecil, namun dengan adanya dukungan militer, kerajaan yang besar dapat bertahan
dalam kurun waktu yang lama. Pada masa sulaiman bin salim adalah puncak kejayaan
Turki Usmani. Ia dapat gelar al-Qanuni karena jasanya menyusun kembali sistem-
sistem undang-undang kesultanan Turki Usmani dan pelaksanaanya secara teratur dan
tanpa kompromi menurut keadaan masyarakat islam. Kemajuan dan perkembangan
ekspansi kerajaan Turki usmani yang demikina luas dan berlangsung secara cepat itu
diikuti pula oleh kemajuan-kemajuan lain dalam bidang-bidang kehidupan yang lain.
Yang terpenting diantaranya ialah
1. Bidang kemiliteran dan pemerintahan
Para pemimpin kerajaan turki utsmani pada masa-masa pertama, adalah
orang-orang yang kuat, sehingga kerajaan dapat melakukan ekspansi
dengan cepat dan luas. Untuk pertama kalinya, kekuatan militer kerajaan
ini mulai diorganisasi dengan baik dan teratur ketika terjadi kontak senjata
dengan Eropa. Ketika itu, pasukan tempur yang besar sudah teroganisasi.
Pengorganisasian yang baik, taktik dan strategi tempur Militer Turki
Usmani berjalan tanpa halangan berarti.
Keberhasilan ekspansi tersebut juga dibarengi pula dengan terciptanya
jaringan pemerintahan yang teratur. Dalam mengelola wilayah yang luas,
sultan-sultan turki Usmani senantiasa bertindak tegas. Untuk mengatur
urusan pemerintahan negara, dimasa Sultan Sulaiman I disusun sebuah
kitab udang-undang (qanun). Kitab tersebit diberi nama Multaqa al-Abhur,

2
Rusyidi Sulaiman, Pengantar Metodologi Studi Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2014) hlm 274
yag menjadi pegangan hukum bagi kerajaan Turki Usmani sampai
datangnya reformasi pada abad ke -19.
2. Bidang ilmu pengetahuan dan budaya
Kebudayaan turki usmani juga merupakan perpaduan bermacam-macam
kebudayaan. Diantaranya kebudayaan Persia, Bizantium dan arab. Dari
kebudayaan Persia, mereka banyak mengambil tentang ajran etika dan tata
krama dalam istana raja-raja. Organisasi pemerintahan dan kemiliteran
banyak mereka serap dari Bizantium. Sedangkan ajaran-ajran tentang
prinsip-prinsip ekonomi, sosial, dan kemasyarakatan, keeilmuwan dan
huruf merka serap dari Arab.
Sebagai bangsa yang berdarah militer, Turki Usmani lebih banyak
memfokuskan kegiatan mereka dalam bidang kemiliteran, sementara
dalam bidang ilmu pengetahuan, mereka tidak begitu menonjol. Karena
itulah di dalam khazanah intelektual islam tidak ditemukan ilmuwan
terkemuka dari Turki. Namun demikian , mereka banyak berkiprah dalam
pengembangan seni arsitektur islam berupa banguna-banguna masjid yang
indah.
3. Bidang keagamaan
Agama dalam tradisi masyarakat Turki mempunya peranan besar dalam
lapangan sosial dan politik. Masyarakat digolongkan berdasarkan agama
dan kerajaan sendiri sangat terikat dengan syriat, sehingga fatwa ulama
menjadi hukum yang berlaku. Karena itu, ulama mempunyai tempat
tersendiri dalam kerajaan dan masyarakat.3
C. Faktor yang menyebabkan mundurnya kerjaan usmani
Ada banyak faktor yang menyebabkan kemunduran kerajaan utsmani dintaranyaa
adalah :
a. Wilayah kekuasaan yang sangat luas
Administrasi pemerintahan bagi suatu negara yang amat luas wilayahnya sangat
rumit dan kompleks, sementara administrasi pemerintahan Kerajaan Utsmani
tidak beres. Di pihak lain, para penguasa sangat berambisi menguasai wilayah
yang sangat luas, sehingga mereka terlibat perang terus menerus dengan berbagai

3
Badri Yatim.......hlm 133-138
bangsa. Hal ini tentu menyedot banyak potensi yang seharusnya dapat digunakan
untuk membangun negara.
b. Hetergonitas penduduk
Sebagai kerajaan besar, Turki Utsmani menguasai wilayah yang amat laus,
mencakup Asia Kecil, Armenia, Irak, Siria, Hejaz dan yaman. Di Asia; Mesir,
Libia, Tunis, dan Aljazir. Di Afrika daan Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania,
Hongaria, dan rumania di Eropa. Wilayah yang amat luas tersebut ditempati
penduduk yang sangat beragam, baik daris segi agama, ras, etnis maupun adat
istiadat. Untuk mengatur penduduk yang bergam dan luas itu, diperlukan suatu
organisasi pemerintahan yang teratur. Tanpa didukung administrasi yang baik,
Kerajaan Ustmani hanya akan menanggung beban berat akibat heterogenis
tersebut. Perbedaan bangsa dan agama acap kali yang melatarbelaknagi
pemberontakan dan peperangan.
c. Kelemahan para penguasa
Sepeninggal Sulaiman al-Qanuni, kerajaan utsmani diperintah oleh sultan-sultan
yang lemah, baik dalam kepribadian terutama pada dalam kepemimpinanya.
Akibatnya pemerintahan menjadi kacau. Kekacauan ini tidak pernah dapat diatasi
secara sempurna, bahkan ssemakin lama menjadi semakin parah.
d. Budaya Pungli
Pungli merupakan perbuatan yang sudah umum terjadi dalam kerajaan Utsmani.
Setiap jabatan yang hendak diraih oleh seseorang harus “dibayar” dengan
sogokan kepada orang yang berhak memberikan jawaban tersebut. Adanya
budaya pungli ini mengakibatkan dekadensi moral kian merajalela yang membuat
pejabat semakin ra[uh.
e. Pemberontakan tentara Jenissari
Kemajuan ekspansi Kerajaan Utsmani banyak ditemtukan oleh kekuatan tentara
Jenissari. Dengan demikian dapat dibayangkan bagaimana kalau tentara ini
memberontak. Pemberontakan tentara Jenissari terjadi selama empat kali.
f. Merosotnya Ekonomi
Akibat perang yang tak pernah berhenti perekonomian merosot. Pendapatan
berkurang belanja negara sangat besar, termasuk untuk biaya perang.
g. Terjadinya Stagnasi dalam lapangan Ilmu dan Teknologi
Kerajaan Usmani kurang berhasil dalam pengembangan Ilmu dan teknologi,
karena hanya mengutamakaan pengembangan kekuatan Militer. Kemajuan militer
yang tidak diimbangi oleh kemajuan teknologi menyebabkan kerajaan ini tidak
sanggup menghadapi persentajaan musuh dari Eropa yang lebih maju.4

4
Badri Yatim......hlm 167-168
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan

Sejarah Turki Usmani berdiri pada awal mula abad ke-13 dari Sultan
Alauddin yang menghadiahkan sebidang tanah untuk mereka karena telah
membantu melawan Byzantium. Masa kejayaan Turki Usmani yaitu ketika
pada masa Sulaiman al-Qanuni yang memerintah, dengan kekuatan dan
tatanan pemerintahan yang baik dan semua terorgansisir dari bidang
kemiliteran, bidang kebudayaan bahkan bidang Ilmu pengetahuan. Tapi tidak
lama setelah sepeninggalnya Sulaiman al-Qanuni Turki Usmani mengalami
kemerosotan hal itu dipengaruhi karena perebutan kekuasaan oleh putera-
puteranya dan lemahnya kepribadian mereka dalam memimpin. Faktor-faktor
yang menyebabkan runtuhnya Turki Usmani yaitu
1. Wilayah kekuasaan yang sangat luas.
2. Heterogenitas penduduk.
3. Kelemahan para penguasa
4. Budaya pungli.
5. Pemberontakan tentara Jenissari.
6. Merosotnya ekonomi.
7. Terjadinya stagnasi dalam lapangan Ilmu pengetahuan dan Teknologi.
B. Saran dan Kritik
Banyak hal yang harus diperbaiki dalam penulian makalah ini karena kita
juga lagi belajar. Kritik dan saran dari para pembaca sangat diharapkan dari
penulis agar kedepanya makalah lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Sulaiman, Rusydi 2014 Pengantar Metodologi Studi Sejarah Peradaban Islam,
Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.
Yatim,Badri 2003 Sejarah peradaban Islam, jakarta:PT Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai