Anda di halaman 1dari 13

KERAJAAN UTSMANI DI TURKI

Makalah Sejarah Islam Pertengahan

Dosen pengampuh mata kuliah:

Dr. Hj. Surayah Rasyid, M.Pd.

Oleh:

Faizah Nurfatiha (40200121019)

Masda Nugraha Khalik (40200121021)

Nabila Khansah (40200121032)

Adam Maulana (40200121052)

Alisa Fitrianna (40200121095)

Fahruly Aditiaray (40300121102)

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i


BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
A. Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Turki Usmani .................................... 3
B. Peradaban Islam Pada Masa Kerajaan Turki Usmani ................................. 5
C. Kemunduran Kerajaaan Turki Usmani ........................................................ 8
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 10
A. Kesimpulan ................................................................................................ 10
B. Saran ........................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 11

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dinasti Turki Usmani merupakan kekhalifahan yang cukup besar dalam Islam
dan memiliki pengaruh cukup signifikan dalam perkembangan wilayah Islam di
Asia, Afrika, dan Eropa. Bangsa Turki memiliki peran yang sangat penting dalam
perkembangan peradaban Islam. Peran yang paling menonjol terlihat dalam
birokrasi pemerintahan yang bekerja untuk para khalifah Bani Abbasiyah.
Kemudian mereka sendiri membangun kekuasaan yang sekalipun independen,
tetapi masih tetap mengaku loyal kepada khalifah Bani Abbasiyah. Hal tersebut
ditunjukkan dengan munculnya Bani Saljuk (1038-1194.M ).
Independensi dari khalifah Abbasiyah mulai ditunjukkan secara lebih jelas
oleh Dinasti Danisymandiyah (1671-1177 M ) dan Qaramaniyah ( 1256-1483 M ).
Setelah hancurnya Baghdad di tangan Bangsa Mongol, orang-orang Turki
semakin mempertegas kemandirian mereka dalam membangun kekuasaannya
sendiri, seperti yang dilakukan oleh Turki Usmani ( 1281-1924 M ). Bahkan
pengaruh dinasti tersebut menjangkau wilayah yang sangat luas, termasuk Eropa
Timur, Asia Kecil, Asia Tengah, Timur Tengah, Mesir, dan Afrika Utara.
Munculnya dinasti Usmani di Turki terjadi pada saat dunia Islam mengalami
fragmentasi kekuasaan pada periode kedua dari pemerintahan Abbasiyah ( kira-
kira abad ke-9 ). Sebelum itu, sekalipun telah ada kekuasaan Bani Umayyah di
Andalusia ( 755-1031 M ) dan Bani Idris di bagian barat Afrika Utara ( 788-974
M ), fregmentasi itu semakin menjadi sejak abad ke-9 M. Pada abad itu muncul
berbagai dinasti seperti Bani Aghlab di Kairawan ( 800-909 M ), Bani Thulun di
Mesir ( 858-905 M ), Bani Saman di Bukhara ( 874-1001 M ) dan Bani Buwaih di
Baghdad dan Syiraz ( 932-1000 M ).
Kerajaan Usmani ( Ottoman ) berkuasa secara meluas di Asia Kecil sejak
munculnya pembina dinasti ini yaitu Ottoman, pada tahun 1306 M. Golongan
Ottoman mengambil nama mereka dari Usman I ( 1290 1326 M ), pendiri
kerajaan ini dan keturunannya berkuasa sampai 1922.
1
2

Di antara negara muslim, Turki Usmani yang dapat mendirikan kerajaan yang
paling besar serta paling lama berkuasa. Pada masa Sultan Usman, orang Turki
bukan hanya merebut negara-negara Arab, tetapi juga seluruh daerah antara
Kaukasus dan kota Wina. Dari Istambul, ibu kota kerajaan itu , mereka menguasai
daerah-daerah di sekitar laut tengah dan berabad-abad lamanya Turki merupakan
faktor penting dalam perhitungan ahli-ahli politik di Eropa Barat.
Dinasti Turki Usmani merupakan kekhalifahan Islam yang mempunyai
pengaruh besar dalam peradaban di dunia Islam. Hal ini membuat penulis sangat
tertarik untuk membahas bagaimana latar belakang berdirinya kerajaan Turki
Utsmani sehingga mampu melahirkan peradaban-peradaban baru sehingga
menjadi bagian dari kemajuan peradaban islam? Maka di bawah ini akan penulis
uraikan secara rinci mengenai kerajaan Turki Usmani.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana latar belakang berdirinya Kerajaan Turki Usmani?
2. Bagaimana peradaban Islam pada masa Kerajaan Turki Usmani?
3. Apa penyebab kemunduran Kerajaan Turki Usmani?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Turki Usmani


Pendiri kerajaan ini adalah bangsa Turki dari kabilah Oghus yang mendiami
daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina. Dalam jangka waktu kira-kira tiga
abad, mereka pindah ke Turkistan kemudian Persia dan Irak. Mereka masuk Islam
sekitar abad kesembilan atau kesepuluh, ketika mereka menetap di asia Tengah.
Dibawah tekanan serangan Mongol pada abad ke-13, mereka melarikan diri ke
daerah barat dan mencari tempat pengungsian di tengah-tengah saudara mereka,
orang-orang Turki saljuk, di dataran tinggi Asia Kecil.
Di bawah pimpinan Ertoghul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan
Alauddin II, Sultan Saljuk yang kebetulan sedang berperang melawan Bizantium.
Berkat bantuan mereka, Sultan Alauddin mendapat kemenangan. Atas jasa baik
itu, Alauddin menghadiahkan sebidang tanah di Asia Kecil yang berbatasan
dengan Bizantium. Sejak itu mereka terus membina wilayah barunya dan memilih
kota Syuhud sebagai ibu kota. Tahun 1300 M, bangsa Mongol menyerang
kerajaan Saljuk dan Sultan Alauddin terbunuh. Kerajaan Saljuk Rum ini
kemudian terpecah-pecah dalam beberapa kerajaan kecil. Usmani kemudian
menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya.
Sejak itulah Kerajaan Usmani dinyatakan berdiri.
Penguasa pertama adalah Usman yang disebut juga dengan Usman I. Setelah
Usman I mengumumkan dirinya sebagai Padisyah Usman ( Raja besar keluarga
Usman ) tahun 699 H ( 1300 M ) setapak setapak wilayah kerajaan dapat
diperluasnya. Ia menyerang daerah perbatasan Bizantium dan menaklukan kota
Broessa tahun 1317 M, kemudian tahun 1326 M dijadikan sebagai ibukota
kerajaan Turki Usmani. Pada masa pemerintahan Orkhan ( 1326-1359 M ) Turki
Usmani dapat menaklukkan Azumia ( 1327 ), Tasasyani ( 1330 M ), Uskandar
1328 M ), Ankara ( 1354 M ), Gallipoli ( 1356 M ). Daerah ini adalah bagian
bumi Eropa yang pertama kali diduduki Kerajaan Usmani..
3
4

Ketika Murad I berkuasa ( 1359-1389 M ) selain memantapkan keamanan


dalam negeri, ia melakukan perluasan daerah ke benua Eropa. Ia dapat
menaklukan Adrianopel, Macedonia, Sopia, Salonia dan seluruh wilayah bagian
utara Yunani. Merasa cemas kemajuan ekspansi kerajaan ini ke Eropa, Paus
mengobarkan semangat perang. Sejumlah besar pasukan sekutu Eropa disiapkan
untuk memukul mundur Turki Usmani. Pasukan ini dipimpin oleh Sijisman , raja
Honggaria. Namun Sultan Bayazid I ( 1389-1403 M) pengganti Murad I dapat
menghancurkan pasukan sekutu Kristen Eropa tersebut. Peristiwa ini merupakan
catatan sejarah yang sangat gemilang bagi umat Islam. Turki Usmani mencapai
kegemilangannya pada saat kerajaan ini dapat menaklukkan pusat peradaban dan
pusat agama Nasrani di Bizantium, yaitu Konstantinopel. Sultan Muhammad II
yang dikenal dengan Sultan Muhammad Al-Fatih ( 1451-1484 M ) dapat
mengalahkan Bizantium dan menaklukkan Konstantinopel pada tahun 1453 M.
Ibu kota Bizantium itu akhirnya dapat ditaklukkan oleh pasukan Islam di
bawah Turki Usmani pada masa pemerintahan Sultan Muhammad II yang
bergelar Al-Fatih, sang penakluk. Telah berulang kali pasukan muslim sejak masa
Umayyah berusaha menaklukkan Konstantinopel, tetapi selalu gagal karena
kokohnya benteng di kota tua itu. Dengan terbukanya kota Konstantinopel sebagai
benteng pertahanan terkuat Kerajaan Bizantium, lebih memudahkan arus ekspansi
Turki Usmani ke benua Eropa. Dan wilayah Eropa bagian timur semakin
terancam oleh Turki Usmani karena ekspansi Turki Usmani juga dilakukan ke
wilayah ini, bahkan sampai ke pintu gerbang kota Wina, Austria.
Akan tetapi, ketika Sultan Salim I ( 1512-1520 M ) naik tahta, ia mengalihkan
perhatian ke arah timur dengan menaklukkan Persia, Syiria dan Dinasti Mamalik
di Mesir. Usaha Sultan Salim ini dikembangkan oleh Sultan Sulaiman Al-Qanuni
( 1520-1566 M ). Sulaiman berhasil menundukkan Irak, Belgrado, Pulau Rhodes,
Tunis, Budhapest dan Yaman. Dengan demikian, luas wilayah Turki Usmani pada
masa Sultan Sulaiman Al-Qanuni mencakup Asia Kecil, Armenia, Irak, Syiria,
Hijaz dan Yaman di Asia, Mesir, Libia, Tunis dan Aljazair Afrika, Bulgaria,
Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria, dan Rumania di Eropa. Setelah Sultan
Sulaiman meninggal dunia, terjadilah perebutan kekuasaan antara putra-putranya,
5

yang menyebabkan Kerajaan Turki Usmani mundur. Akan tetapi, meskipun


mengalami kemunduran, kerajaan ini untuk masa beberapa abad masih dipandang
sebagai negara yang kuat, terutama dalam bidang militer.
Kerajaan Turki Usmani yang memerintah hampir tujuh abad lamanya ( 1299-
1924 M ), diperintah oleh 38 Sultan. Kejayaan Turki Usmani dialami pada abad
ke-16, ketika Dinasti Turki Usmani mencapai kejayaannya sehingga daerah
kekuasaannya itu membentang dari Selat Persia di Asia sampai ke pintu gerbang
Kota Wina di Eropa dan dari laut Gaspienne di Asia sampai ke Aljazair di Afrika
Barat. Penduduk Dinasti Turki Usmani terdiri dari bangsa Eropa yang berasal dari
Hongaria dan bahkan yang beragama Nasrani dan mereka ini pula yang
melanjutkan pengaruh Barat menjangkit kepada minoritas Turki yang ada di
tempat itu.

B. Peradaban Islam Pada Masa Kerajaan Turki Usmani


Kemajuan dan perkembangan ekspansi kerajaan Turki Utsmani yang demikian
luas dan berlangsung dengan cepat diikuti pula oleh kemajuan-kemajuan dalam
berbagai bidang kehidupan yang lain. Di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Bidang Kemiliteran dan Pemerintahan
Para pemimpin atau raja kerajaan Turki Utsmani pada masa-masa pertama,
adalah orang-orang yang kuat, sehingga kerajaan dapat melakukan ekspansi
dengan cepat dan luas. Hal tersebut didukung juga dengan sikap keberanian,
keterampilan, ketangguhan dan kekuatan militernya yang sanggup bertempur
kapan dan dimana saja. Untuk pertama kalinya, kekuatan militer kerajaan ini
mulai diorganisasi dengan baik dan teratur ketika terjadi kontak senjata
dengan pasukan Eropa. Dengan pengorganisasian yang baik, taktik, dan
strategi tempur militer Utsmani berlangsung tanpa halangan. Akan tetapi tidak
lama setelah kemenangan tercapai, kekuatan militer yang besar ini dilanda
kekisruhan. Kesadaran prajuritnya atau tentaranya menurun. Mereka merasa
dirinya sebagai pemimpin-pemimpin yang berhak menerima gaji. Akan tetapi,
keadaan tersebut segera dapat diatasi oleh Orkhan dengan jalan mengadakan
perombakan besar-besaran dalam tubuh militer kerajaan Turki Utsmani.
6

Keberhasilan ekspansi tersebut dibarengi pula dengan terciptanya jaringan


pemerintahan yang teratur dan terkoordinasi dengan baik. Dalam mengelola
kekuasaan wilayah yang luas, para sultan Turki Utsmani senantiasa bertindak
tegas. Dalam struktur pemerintahan, sultan sebagai penguasa tertinggi, dibantu
oleh shadr al- a’zham (perdana menteri), yang membawahi pasya (gubernur).
Gubernur mengepalai daerah-daerah tingkat I. Di bawahnya terdapat beberapa
orang al-zanaziq atau al- ‘alawiyah (bupati atau wali kota).

2. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya


Kebudayaan Turki Utsmani merupakan perpaduan dari bermacam-macam
kebudayaan, diantaranya adalah kebudayaan Persia, Bizantium, dan Arab.
Dari kebudayaan Persia, mereka banyak mengambil ajaran-ajaran tentang
etika dan tata krama dalam istana raja-raja. Organisasi pemerintahan dan
kemiliteran banyak mereka serap dari Bizamtium. Sedangkan, ajaran-jaran
tentang prinsip-prinsip ekonomi, sosial dan kemasyarakatan, keilmuan dan
huruf mereka terima dari bangsa Arab. Orang-orang Turki Utsmani memang
dikenal sebagai bangsa yang suka dan mudah berasimilasi dengan bangsa
asing dan terbuka untuk menerima kebudayaan luar. Hal ini mungkin karena
mereka masih miskin dengan kebudayaan. Bagaimanapun, sebelumnya
mereka adalah orang nomaden (berpindah-pindah) yang hidup di dataran Asia
Tengah.
Sebagai bangsa yang berdarah militer, Turki Utsmani lebih banyak
memfokuskan kegiatan mereka dalam bidang kemiliteran, sementara dalam
bidang ilmu pengetahuan, mereka kelihatan tidak begitu menonjol. Karena
itulah, dalam khazanah intelektual Islam kita tidak menemukan ilmuan
terkemuka dari Turki Utsmani.

3. Bidang Arsetektur
Disamping itu, mereka banyak berkiprah dalam pengembangan seni
arsitektur Islam berupa bangunan-bangunan masjid yang indah, seperti Masjid
Al-Muhammad atau Masjid Jami’ Sultan Muhammad Al-Fatih, Masjid Agung
Sulaiman, dan Masjid Ayyub Al-Anshari. Masjid-masjid tersebut dihiasi pula
7

dengan kaligrafi yang indah. Salah satu masjid yang terkenal dengan
keindahan kaligrafinya adalah masjid yang asalnya gereja Aya Sopia. Hiasan
kaligrafi itu dijadikan penutup gambar-gambar Kristiani yang ada sebelumnya.
Pada masa Sulaiman di kota-kota besar dan kota-kota lainnya, banyak
dibangun masjid, sekolah, rumah sakit, gedung, makam, jembatan, saluran air,
vila dan pemandian umum. Disebutkan bahwa 235 buah dari bangunan itu
dibangun dibawah koordinator Sinan, seorang arsitek asal Anatolia.
Pembangunan Istana Topkali (istana kerajaan) dan harem. Istana Topkali
merupakan pusat kekuasaan Kerajaan Turki Utsmani di Istanbul yang di
dalamnya terdapat tempat tinggal sultan yang disebut harem. Ukir-ukiran
kaligrafi menghiasi istana dan harem.

4. Bidang Keagamaan
Agama dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai peranan besar dalam
lapangan sosial dan politik. Masyrakat digolongkan berdasarkan agama dan
kerajaan sendiri sangat terikat dengan syariat sehingga fatwa ulama menjadi
hukum yang berlaku. Karena itu, ulama mempunyai tempat sendiri dan
berperan besar dalam kerajaan dan masyarakat. Mufti, sebagai pejabat urusan
agama tertinggi, berwenang memberi fatwa resmi terhadap problematika
keagaaman yang dihadapi masyarakat. Tanpa legitimasi Mufti, keputusan
hukum kerajaan tidak bisa berjalan atau berlaku.
Pada masa Turki Utsmani tarekat juga mengalami kemajuan. Tarekat yang
paling berkembang ialah tarekat Bektasyi dan tarekat Maulawi. Kedau tarekat
ini banyak dianut oleh kalangan sipil dan militer. Tarekat Bektasyi mempunyai
pengaruh yang amat dominan dikalangan tentara Jenissari, sehingga mereka
sering disebut Tentara Bektasyi, sementara tarekat Maulawi mendapat
dukungan dari para penguasa dalam mengimbangi Jenissari Bektasyi.
Di pihak lain, kajian-kajian ilmu keagamaan, seperti fikih, ilmu kalam,
tafsir, dan hadits boleh dikatakan tidak mengalami perkembangan yang berarti.
Para penguasa lebih cenderung untuk menegakkan satu paham atau mazhab
keagamaan dan menekan mazhab lainnya. Sultan Abdul Hamid II, misalnya
8

begitu fanatik terhadap aliran Asy’ariyah. Ia merasa perlu mempertahankan


aliran tersebut dari kritikan-kritikan aliran lain. Sehingga ia memerintahkan
kepada Syekh Husain Al-Jisri menulis kitab Al-Hushum Al-Hamidiyah
(bentang pertahanan Abdul Hamid) untuk melestarikan aliran yang dianutnya.
Akibatnya, kelesuan di bidang ilmu keagamaan dan fanatik yang berlebihan,
maka ijtihad tidak berkembang. Ulama hanya suka menulis buku dalam
bentuk syarah (penjelasan) dan hasyiyah (semacam catatan) terhadap karya-
karya klasik.

5. Bidang Manejeman Politik


Dalam konselasi sosial politik kerajaan Turki Utsmani lebih maju dari
kerajaan sebelumnya, khususnya terkait dengan karir di pemerintahan. Sistem
rekruitmen abdi negara (pegawai pemerintah maupun militer) didasarkan pada
skill dan bukan pada keturunan (nepotisme). Istana Turki Utsmani tidak
memandang latar belakang kesukuan dalam mengelola pemerintahan, kecuali
jabatan sultan yang digariskan berdasarkan keturunan darah biru. Sistem dan
cara tersebut telah mengantarkan kerajaan Turki Utsmani menjadi Kerajaan
yang jauh dan terhindar dari nepotisme.
Oleh karena itu, kerajaan Turki Utsmani selain membuat undang-undang
(al-Qanun) dalam mengatur pemerintahan, juga memperhatikan dan mengatur
pengrekrutan abdi negara yang bebas atau demokrasi jauh dari unsur
nepotisme, kesukuan dan fanatisme. Sehingga Turki Utsmani sangat kuat dari
segi militer dan birokrasinya

C. Kemunduran Kerajaaan Turki Usmani


Awal dari kemunduran dan kehancuran kerajaan Turki Usmani adalah sejak
wafatnya Sultan Sulaiman I dan digantikan putranya Sultan Salim II (1566-1574
M). Ia adalah seorang pemimpin yang tidak sesuai dengan harapan warganya,
karena memiliki banyak kelemahan. Kebiasaannya adalah mabuk dan “gila”
wanita dan menyerahkan urusan negara sepenuhnya kepada menteri besar Sokoli,
seorang negarawan pada saat itu. Kerajaan semakin lemah setelah sultan ini
9

meninggal, karena pemimpin-pemimpin berikutnya justru lebih lemah dari yang


sebelumnya.
Pada masa sultan Salim II terjadi pertempuran laut di selat Liponto Yunani,
melawan armada laut Kristen yang terdiri dari angkatan laut Malta yang dipimpin
oleh Don Juan dari Spanyol. Dalam pertempuran itu Turki Usmani mengalami
kekalahan dengan jatuhnya Tunisia ke tangan armada laut Kristen. Kemudian
pada tahun 1593 M pemberontakan dilakukan Transylvania dan Wallehia dengan
bantuan Austria dan Hongaria, untuk melepaskan diri dari kekuasaan Turki
Usmani. Turki Usmani mengalami kekalahan, dan inilah awal kemunduran Turki
Usmani.
Pada tahun 1696 M. Turki Usmani kalah kembali melawan pasukan Austria,
dan setahun kemudian Turki Usmani menyerang Hongaria, tapi tidak memperoleh
hasil karena mereka kalah kembali, sehingga dibuatlah perjanjian Carlowitz tahun
1699 M. Maka sebahagian daerah kekuasaannya di Hongaria, Morea,
Transylvania, Albania, Podolia, Azov diserahkan kepada Austria, Polandia, dan
Rusia. Inilah awal kemenangan pertama Eropa terhadap Turki Usmani.
Kekalahan tersebut membawa dampak yang besar terhadap Turki Usmani,
dimana mereka tidak diperhitungkan lagi sebagai kekuatan yang harus ditakuti
seperti sebelumnya. Apalagi pada tahun 1717 M mereka mengalami kekalahan
kembali dengan Austria, sehingga pada tahun 1718 M dibuatlah perjanjian di
Passarowitch yang menyatakan bahwa seluruh Hongaria merdeka penuh.
Kemudia tahun 1787 M Turki Usmani kembali mengalami kekalahan dengan
Rusia, sehingga mengubah teritorial yang merugikan Turki Usmani.
Kekalahan-kekalahan ini menjadi pelajaran yang berharga bagi Turki Usmani,
sehingga mereka berusaha mengadakan pembaharuan-pembaharuan,
mengevaluasi diri, dimana letak kelemahan mereka, dan letak keunggulan lawan.
Maka sultan Ahmad III memulai pembaharuannya, yang dilanjutkan peminpin-
pemimpin Turki Usmani berikutnya. Akan tetapi tidak membuahkan hasil yang
memuaskan seperti pada masa kejayannya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dinasti utsmani di Turki merupakan kerajaan Islam yang berkuasa cukup lama
hampir 7 abad lamanya (1290-1924 M) dan merupakan kerajaan besar. Kerajaan
Usmani didirikan oleh Usman I putra Ertoghul bangsa Turki dari kabilah Oghus
yang mula-mula mendiami daerah Mongol dan daerah utara Cina.
Dinasti Turki Usmani mengalami kemajuan dalam berbagai bidang, terutama
dalam ekspansi atau perluasan agama Islam. Sebagai bangsa yang terkenal dengan
militer yang kuat, wilayah kekuasaannya meliputi tiga benua, yaitu Afrika, Eropa,
dan Asia.
Peradaban Islam di Turki Usmani mengalami kemajuan antara lain di bidang
kemiliteran dan pemerintahan, di mana militer dan pemerintahan Turki sangat
kuat. Dalam segi budaya, sastra, dan arsitek bangunan sangat berhasil. Dalam
bidang keagamaan, suasana keagamaan Islam juga cukup berhasil dengan baik.
Adapun dalam bidang ilmu pengetahuan, Turki Usmani tidak mengalami
kemajuan yang berarti.
Turki Usmani yang pernah Berjaya sebagai kekhalifahan terakhir dalam dunia
Islam, akhirnya mengalami masa kemunduran karena beberapa factor yang
melatarbelakangi. Walaupun demikian, kebesaran yang pernah dialami oleh
Dinasti Turki Usmani telah membawa pengaruh besar dalam dunia peradaban
khususnya dunia peradaban Islam.

B. Saran
Kami berharap bahwa penyusunan makalah ini dapat menjadi pintu ilmu bagi
siapa saja yang mempelajarinya. Kami sebagai penyusun dari makalah ini sadar
betul akan banyaknya kekurangan, sehingga kami siap menerima kritik dan saran
yang membangun dari pembaca agar dapat menjadi batu loncatan untuk
menambah khazanah keilmuan penulis.

10
DAFTAR PUSTAKA

Samsul Munir Amin. 2019. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah


Muhammad Basyrul Muvid. “Sejarah Kerajaan Turki Utsmani dan Kemajuanya
Bagi Dunia Islam.” Tsaqofah & Tarikh Vol. 7 No. 1 (2022).
Megawati, Betti. “Kerajaan Turki Usmani.” Tarbiyah bil Qalam: Jurnal
Pendidikan Agama dan Sains 4.1 (2020).

11

Anda mungkin juga menyukai