Anda di halaman 1dari 30

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan Islam mengalami dua fase yaitu fase kemajuan dan fase

kemunduran. Fase kemajuan terjadi pada tahun 650 -1250 M yang ditandai

dengan sangat luasnya kekuasaan Islam, ilmu dan sains mengalami kemajuan dan

penyatuan antar wilayah Islam dan fase kemunduran terjadi pada tahun 1250 –

1500 M. yang ditandai dengan kekuasaan Islam terpecah-pecah dan menjadi

kerajaan-kerajaan yang terpisah pisah.

Terlebih lagi setelah, pasukan Mughal yang dipimpin oleh Hulagu Khan

berhasil membumihanguskan Baghdad yang merupakan pusat kebudayaan dan

peradaban Islam yang kaya dengan ilmu pengetahuan, hal ini terjadi pada tahun

1258 M. Saat itu kekhalifahannya dipimpin oleh khalifah Al-Mu’tashim,

penguasa terakhir Bani Abbas di Baghdad.

Setelah Baghdad ditaklukkan Hulagu, umat islam dikuasai oleh Hulagu

Khan yang beragama Syamanism tersebut, kekuatan politik Islam mengalami

kemunduran yang sangat luar biasa. Wilayah kekuasaannya terpecah-pecah dalam

beberapa kerajaan kecil yang tidak bisa bersatu, satudan lainnya saling

memerangi. Peninggalan-peninggalan budaya dan peradaban Islam hancur

ditambah lagi kehancurannya setelah diserang oleh pasukan yang dipimpin oleh

Timur Lenk.

Setelah khalifah Abbasiyah di Baghdad runtuh akibat serangan tentara

Mongol, kekuatan politik Islam mengalami kemunduran secara drastis. Wilayah


2

kekuasaannya tercabik-cabik dalam beberapa kerajaan kecil yangsatu sama lain

bahkan saling memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan peradaban Islam

banyak yang hancur akibat serangan bangsa mongol itu.

Namun, kemalangan tidak berhenti sampai disitu. Timur Lenk,

sebagaimana telah disebut, menghancurkan pusat-pusat kekuasaan Islam yang

lain.

Keadaan politik umat Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan

kembali setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar: Usmani di Turki,

Mughal di India, dan Safawi di Persia. Kerajaan Usmani, disamping lama

bertahan dibanding dua kerajaan lainnya. Kerajaan Usmani ini adalah kerajaan

terbesar. Untuk mengetahui lebih jelasnya maka dalam makalah ini penulis akan

menjelaskan lebih lanjut mengenai Turki Usmani.

Keadaan perkembangan Islam secara keseluruhan baru mengalami

kemajuan kembali walaupun tidak sebanding dengan masa sebelumnya ( klasik)

setelah berkembangnya tiga kerajaan besar yaitu kerajaan Usmani di Turki,

kerajaan Mughal di India dan kerajaan Safawi di Persia. Diantara ketiga kerajaan

tersebut yang terbesar dan paling lama bertahan adalah kerajaan Usmani.

B. Rumusan Masalah

Dari pemaparan di atas, maka penulis memberikan beberapa permasalahan

yang menjadi ruang lingkup pada pembahasan kali ini, yaitu:

1. Bagaiman sejarah berdirinya kerajaan Usmani di Turki dan

perkembangannya, kemajuan serta kemundurannya?


3

2. Bagaimana sejarah berdirnya kerajaan Dinasti Safawiyah dan

perkembangannya, kemajuaan serta kemundurannya?

3. Bagaiman sejarah berdirinya kerajaan Mughal dan perkembangannya,

kemajuan serta kemundurannya?


4

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Kerajaan Usmani di Turki

1. Asal Usul Berdirinya Kerajaan Usmani dan Perkembangannya

Pendiri kerajaan ini adalah bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang

mendiami daerah mongol dan daerah utara negeri cina. Dalam jangka waktu kira-

kira tiga abad, mereka pindah ke Turkistan kemudian Persia dan Irak. Ketika

mereka menetap di Asia Tengah, di bawah tekanan serangan-serangan Mughal

pada abad ke-13 M, mereka melarikan diri ke daerah barat dan mencari tempat

pengungsian di tengah saudara-saudara mereka, orang-orang Turki Seljuk, di

dataran tinggi Asia Kecil. 1

Di sana di bawah pimpinan Ortoghrul, mereka mengabdikan diri kepada

Sultan Alauddin 11, Sultan Seljuk yang kebetulan sedang berperang melawan

Bizantium. Berkat bantuan mereka, Sultan Alauddin mendapat kemenangan. Atas

jasa baik itu, Alauddin menghadiakan sebidang tanah di Asia kecil yang

berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu mereka terus membina wilayah barunya

dan memilih kota Syukud sebagai ibu kota.2

Ketika Ertoghrul meninggal dunia tahun 1289 M. kepemimpinan

dilanjutkan oleh putranya, Usman. Usman memerintah antara tahun 1290 M dan

1326 M. sebagaimana ayahnya banyak berjasa kepada sultan Alauddin 11 dengan

keberhasilannya menduduki benteng-benteng Bizantium yang berdekatan dengan

kota Broessa. Pada tahun 1300 M, bangsa Mughal menyerang kerajaan Seljuk dan
1
Hassan Ibrahim Hassan, sejarah dan kebudayaan islam, (Yogyakarta:kota kembang,
1989), h. 324-325.
2
Ahmad Syalabi, sejarah dan kebudayaan islam: Imperium turki usman, (Jakarta: Kalam
Mulia, 1988), h. 2.
5

Sultan Alauddin terbunuh. Kerajaan Seljuk Rum ini kemudian terpecah-terpecah

dalam beberapa kerajaan kecil. Usmanpun menyatakan kemerdekaan dan

berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya. Sejak itulah kerajaan usman

dinyatakan berdiri. Penguasa pertamanya disebut Usman yang sering juga disebut

usman 1.

Setelah Usman 1 mengumumkan dirinya sebagai Padisyah Al-Usman (raja

besar keluarga Usman) tahun 699 H (1300 M), setapak demi setapak wilayah

kekuasaannya dapat di perluasnya. Ia menyerang daerah perbatasan Bizantium

dan menaklukkan kota Broessa tahun 1317 M, kemudian pada tahun 1326 M

dijadikan sebagai ibu kota kerajaan. Pada masa pemerintahan Orkhan (726 H/

1326 M- 761 H/ 1359 M) kerajaan Turki Usmani menaklukkan Azmir (Smirna)

tahun 1327 M, Thawasyanli (1330 M), Uskandar (1338 M) Ankara (1354 M),

dan Gallipoli (1356 M). daerah ini adalah bagian benua Eropa yang pertama

kali diduduki kerajaan Usmani.

Ketika Murad 1 pengganti Orkhan, berkuasa (761 H/ 1359 M- 789 H/

1359) selain memantapkan keamanan dalam negri, ia melakukan perluasan ke

Benua Eropa. Ia dapat menaklukkan Adrianopel yang kemudian dijadikan sebagai

ibu kota kerajaan yang baru Macedonia, Sopia, Salonia, dan seluruh wilayah

bagian utara Yunani. Merasa cemas terhadap ekspansi kerajaan ini ke Eropa, Paus

mengobarkan semangat perang. Sejumlah besar pasukan sekutu Eropa disiapkan

memukul mundur Turki Usmani. Pasukan ini di pimpin oleh Sijisman, raja

hongaria. Namun sultan Bayzid 1 (1389-1403 M), pengganti Murad 1, dapat


6

menghancurkan pasukan sekutu kristen Eropa tersebut. Peristiwa ini merupakan

cacatan sejarah yang amat gemilang bagi umat islam.

Ekspansi kerajaan Usmani sempat terhenti beberapa lama. Ketika ekspansi

diarahkan ke Konstantinopel, tentara Mughal yang dipimin Timur Lenk

melakukan serangan ke Asia Kecil pertumpuran hebat terjadi di Angkara tahun

1402 M. tentara Turki Usmani mengalami kekalahan. Bayazid dan putranya

wafat dalam tawanan tahun 1403 M.3

Kemudian Kerajaan Usmani bangkit kembali pada masa pemerintahan

Murad II. Ia digelari Al-Fatih (Sang Penakluk) karena pada masanya ekspansi

Islam berlangsung secara besar-besaran. Kota penting yang berhasil ditaklukkan

adalah Konstantinopel pada tahun 1453. Dengan demikian usaha menaklukkan

Islam atas kerajaan Romawi Timur yang dimulai sejak zaman Umar Bin Khattab

telah tercapai. Konstantinopel dijadikan ibu kita kerajaan dan namanya diubah

menjadi Istanbul (Tahta Islam). Kejatuhan Konstantinopel memudahkan tentara

Usmani menaklukkan wilaya lainnya seperti Serbia, Albania dan Hongaria.4

Sekalipun Konstatinopel telah jatuh di tangan Usmani dibawa kekuasaan

Muhammad al-Fatih, namun umat Kristen sebagai penduduk asli daerah tersebut

tetap diberikan kebebasan beragama. Bahkan mereka dibiarkan memilih ketua-

ketua dilantik oleh Sultan.5

3
Ibid., h. 7.
4
Syafik A, Mughani, Sejarah Kebudayaan Islam di Turki. (Cet. I;
Jakarta: Logos, 1997), h. 59-60.
5
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam ( Jakarta: PT. Raja Graindo Persada, 1997), h.
59.
7

Akan tetapi ketika sultan Salim 1 naik tahta, ia mengalihkan perhatian ke

arah timur dengan menaklukkan Persia, Syiria, dan dinasti Mamalik di Mesir.6

Usaha Sultan Salim 1 satu ini dikembangkan oelh Sultan Sulaiman Al-

Qanuni (1515-1520 M) ia tidak mengarahkan ekspansinya ke salah satu timur atau

barat, tetapi seluruh wilayah yang berada di sekitar Turki Usmani merupakan

obyek yang menggoda hatinya. Pada masanya wilayahnya meliputi dataran Eropa

hingga Austria, Mesir dan Afrika Utara hingga ke Aljazair dan Asia hingga

Persia, serta meliputi lautan Hindia, Laut Arabia, Laut merah, Laut tengah,dan

Laut Hitam.

Kerajaan Turki Usmani mulai melemah semejak Sulaeman al-Qanuni

meninggal. Para pemimpin lemah dan pada umumnya tidak berwibawa. Selain itu,

para pembesar kerajaan hidup dalam kemewahan sehingga sering terjadi

penyimpangan keuangan Negara. Sekalipun demikian, serangan Eropa masih

terus berlangsung terutama penaklukkan terhadap kota Wina di Austria. Usaha

penaklukkan ini ternyata juga tidak berhasil.

2. Kemajuan-Kemajuan yang Dicapai Kerajaan Usmani Di Turki

Perkembangan ekspansi Turki Usmani yang sangat luas diikuti dengan

kemajuan-kemajuan diberbagai bidang, seperti:

a. Bidang Kemiliteran dan Pemerintahan

Salah satu yang menentukan keberhasilan ekspansi Usmani adalah

keberanian, keterampilan, ketangguhan dan kekuatan militernya yang sanggup

6
Harun Nasution, Islam di tinjau dari berbagai aspek, jilid 1, (Cet. 5; Jakarta: UI Press,
1985), h. 84.
8

bertempur di mana saja dan kapan saja. Hal ini karena tabiat bangsa Turki sendiri

yang bersifat militer berdisiplin dan patuh terhadap aturan.

Selain itu, keberhasilan ekspansinya juga didukung oleh terciptanya

jaringan pemerintahan yang teratur. Dalam struktur pemerintahan, Sultan sebagai

penguasa tertinggi dibantu oleh Shadr al-Azham (perdana menteri) yang

membawahi pasya (gubernur). Di bawah gubernur terdapat al-Awaliyah (bupati).7

Untuk mengatur pemerintahan urusan Negara dibentuk undang-undang

(qanun) pada masa Sulaeman I, yang disebut Multaqa al- Abhur.8 Undang-undang

ini menjadi pegangan hukum bagi Turki Usmani sampai datangnya reformasi

pada abad 19. Undang-undang ini memiliki arti historis yang sangat penting

karena merupakan undang-undang pertama di dunia.

b. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya

Walaupun pengembangan ilmu pengetahuan tidak mendapat perhatian

besar Usmani, namun mereka mengembangkan seni arsitektur berupa bangunan

Masjid yang indah, misalnya masjid al-Muhammadi atau masjid Jami’ Sultan

Muhammad al-Fatih, masjid agung Sulaeman dan masjid Ayyub al-Ansari, masjid

al-Ansari merupakan sebuah masjid yang semula adalah gereja Aya Shopia.

Masjid ini dihiasi dengan kaligrafi yang indah.9

Pada masa Sulaeman banyak dibangun masjid, sekolah, rumah sakit,

gedung-gedung, pemakaman, saluran air, villa dan permandian umum terutama di

7
Badri Yatim, op. cit. h.135
8
Phillip K. Hitti, History of The Arabs; from the Earliest Times to The Present, dialih
bahasakan oleh Cecep Lukman Yasin dkk, History of the Arabs (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta,
2006), h. 911
9
Ajid Thahir, Perkembangan Peradaban di Kawasan dunia Islam, Melacak Akar-Akar
Sejarah Sosial, Politik dan Budaya Islam (Jakarata: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h.185.
9

kota-kota besar. Disebutkan bahwa 235 buah dari bangunan itu dibangun dibawah

kordinator hojasinan. Seorang arsitek asal Anatolia.10

Kemajuan di bidang intelektual pada masa pemerintahan Turki Usmani

tidak begitu menonjol, adapun aspek-aspek intelektual yang dicapai yaitu:

1. Terdapat dua buah surat kabar yang muncul pada masa itu, yaitu berita

harian terkini Feka (1831) dan jurnal Tasfiri efkyar (1862) dan terjukani

ahfal (1860).

2. Terjadi tranfomasi pendidikan, dengan mendirikan sekolah-sekolah dasar

dan menengah (1881) dan perguruan tinggi (1869), juga mendirikan

Fakultas kedokteran dan fakultas Hukum. Disamping itu para belajar yang

berprestasi dikirim ke Perancis untuk melanjutkan studinya, yang

sebelumnya hal itu tidak pernah terjadi.11

c. Bidang keagamaan

Dalam tradisi, Agama memiliki peranan penting dalam kehidupan sosial

dan politik. Pihak penguasa sangat terikat dengan syariat Islam sehingga fatwa

Ulama menjadi hukum yang berlaku. Mufti sebagi pejabat urusan Agama tertinggi

berwenang memberi fatwa resmi terhadap problem keagamaan. Tanpa legitimasi

Mufti keputusan hukum kerajaan tidak bias berjalan. Pada masa ini kegiatan terus

berkembang pesat. al-Bektasi dan al-Maulawi merupakan dua aliran tarekat yang

paling besar. Tarekat bektasi sangat berpengaruh terhadap kalangan tentara

sehingga mereka sering disebut tentara bektasi Yennisari. Sementara tarekat

maulawi berpengaruh besar dan mendapat dukungan dari penguasa dalam

10
Badri yatim , op cit., h. 136.
11
Ajid Tahir , op. cit., h.187-188.
10

mengimbangi Yennisari bektasi. Ilmu pengetahuan seperti fikhi, tafsir, kalam dan

lain-lain, tidak mengalami perkembangan. Kebanyakan penguasa Usmani

cenderung bersikap taklid dan fanatik terhadap suatu mazhab dan menentang

mazhab-mazhab lainnya.12

Menurut Ajid Tahir dalam bukunya menyebutkan bahwa faktor-faktor

yang menyebabkan sehingga Turki Usmani memperoleh keamjuan antara lain :

1) Ada sistem pemberian hadiah berupa tanah kepada tentara yang berjasa,

2) Tidak ada diskriminasi dari pihak penguasa,

3) Kepengurusan organisasi yang cakap,

4) Pihak Turki memberikan perlakuan baik terhadap saudara-saudara baru

dan memberikan kepada mereka hak rakyat secara penuh,

5) Turki telah menggunakan tenaga-tenaga profesional dan terampil,

6) Kedudukan sosial orang-orang Turki telah menrik minat penduduk negeri-

negeri Balkan untuk memeluk agama Islam,

7) Rakyat memeluk agama Kristen hanya dibebani biaya perlindungan

(jizyah) yang relatif murah dibandingkan pada masa Bizantium,

8) Semua penduduk memperoleh kebebasan untuk menjalankan

kepercayaannya masing-masing dan

9) Turki tidak fanatik agama, wilayah-wilayah Turki menjadi tempat

perlindungan orang-orang Yahudi dari serangan kerajaan Kristen di

Spanyol dan Portugal pada abad XII. 13

12
Badri Yatim, op. cit., h. 137
13
Ajid Thahir, op. cit., h. 189-190.
11

3. Faktor mundurnya kerajaan Usmani Di Turki

Banyak faktor yang menyebabkan kerajaan Usmani itu mengalami

kemunduran diantaranya :14

1. Wilayah kekuasaan yang sangat luas, administrasi pemerintahan bagi suatu

negara yang amat luas wilayahnya sangat rumit dan kompleks, sementara

administrasi pemerintahan kerajaan usmani tidak beres. Dipihak lain penguasa

sangat berambisi menguasai wilayah yang sangat luas sehingga mereka

terlibat perang terus-menerus dengan berbagai bangsa. Hal ini tentu menyedot

banyak potensi yang seharusnya dapat digunakan untuk membangun negara.

2. Heterogenitas penduduk, sebagai kerajaan besar Turki Usmani menguasai

wilayah yang amat luas mencakup Asia Kecil, Armenia, Irak, Siria, Hejaz, dan

Yaman Di Asia; Mesir, Libia, Tunis, Dan Aljazair Di Afrika; Dan Bulgaria,

Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria, Dan Rumania Di Eropa. Wilayah

yang luas itu didiami oleh penduduk yang beragam baik dari segi agama, ras,

etnis, maupun adat istiadat. Untuk mengatur penduduk yang beragam dan

tersebar di wilayah yang luas itu diperlukan suatu organisasi pemerintah yang

teratur.

3. Kelemahan para penguasa, sepeninggal sulaiman Al-Qanuni kerajaan usmni

diperintah oleh sultan-sultan yang emah, baik dalam kepribadian terutama

dalam kepemimpinannya. Akibatnya pemerintahan menjadi kacau. Kekacauan

itu tidak pernah dapat diatasi secara sempurna bahkan semakin lama semakin

semakin parah.

14
Badri Yatim Op. Cit 167-168.
12

4. Budaya pungli, pungli merupakan perbuatan yang sudah umum terjadi dalam

kerajaan usmani. Setiap jabatan hendak diraih oleh seseorang harus di bayar

dengan sogokan kepada orang yang berhak memberikan jabatan tersebut.

Berjangkitnya budaya pungli ini mengakibatkan dekadensi moral kian

merajalela yang membuat pejabat semakin rapuh.

5. Pemberontakan tentara Jenissari, kemajuan ekspansi kerajaan usmani banyak

ditentukan oleh kuatnya tentara jenissari. Dengan demikian dapat dibayangkan

bagaimana kalau tentara ini memberontak. Pemberontakan tentara Jenissari

terjadi sebanyak empat kali, yaitu pada tahun 1525 M,1632 M, 1727 M, dean

1826 M.

6. Merosotnya ekonomi, akibat perang yang tak pernah berhenti perekonomian

negara merosot. Pendapatan berkurang sementara belanja negara sangat besar

termasuk untuk biaya perang.

7. Terjadinya stagnasi dalam lapangan ilmu dan teknologi kerajaan usmani

kurang berhasil dalam pengembangan ilmu kekuatan militer. Kemajuan militer

yang tidak diimbangi oleh kemajuan dan teknologi menyebabkan kerajaan ini

tidak sanggup mengahadapi persenjataan musuh dari Eropa yang lebih maju.

B. Sejarah Berdirinya Dinasti Safawiyah

1. Asal Usul Lahirnya Dinasti Safawiyah dan Perkembangannya

Dinasti Safawiyah dipersia bekuasa antara tahun 1502-1722 M. Dinasti

Safawiyah15 merupakan kerajaan islam Persia yang cukup besar. Awalnya

kerajaan safawi berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di Ardabil,
15
Hasan Ibrahim Hasan, sejarah dan kebudayaan islam, (Yogyakarta: Kota Kembang,
1989), h. 336.
13

sebuah kota di Azerbaijan. Tarekat ini di beri nama tarekat safawiyah yang

diambil dari nama pendirnya, yaitu Shafi Ad-Din (1252-1334 M). dan nama

Safawi. Itu terus dipertahankan sampai tarekat ini menjadi gerakan politik.

Bahkan nama itu terus di lestarikan setelah gerakan ini berhasil mendirikan

kerajaan, yakni kerajaan Safawiyah.16

Shafi ad-Din berasal dari keturunan orang yang berada dan memilih sufi

sebagai jalan hidupnya. Shafi Ad-Din merupakan keturunan dari Imam Syiah

yang keenam, Musa Al-Kazmi. Gurunya bernama Syaikh Tajuddin Ibrahim

Zahidi (1216-1301 M) yang di kenal dengan julukan Zahid Al-Gilani.

Dikarenakan prestasi dan ketekunannya dalam kehidupan tasawuf, Shafi Ad-Din

diambil menantu oleh gurunya tersebut. Shafi Ad-Din mendirikan taarekat

Safawiyah setelah ia menggantikan guru dan sekaligus mertuanya yang wafat

pada tahun 1301 M. pengikut tarekat ini sangat teguh memegang ajaran agama.

Pengikut tarekat ini sangat teguh memegang ajaran agama. Pada mulanya gerakan

tasawuf Safawiyah bertujuan memerangi orang-orang ingkar, kemudian

memerangi yang mereka sebut “ahli-ahli bid’ah”.

Tarekat yang dipimpin Shafi Ad-Din ini semakin penting terutama setelah

ia mengubah bentuk tarekat itu dari pengajian tasawuf murni yang bersifat lokal

menjadi gerakan kenamaan yang besar pengaruhnya di Persia, Syiria, dan anotolia

di negara-negara di luar di luar Ardabil, Shafi Ad-Din menempatkan seorang

wakil untuk memimpin muri-muridnya. Wakil tersebut diberi gelar Khalifah.

Kerajaan ini mengatakan Syiah sebagai mazhab Negara.

16
Badri Yatim, op.cit., h. 138.
14

Suatu ajaran yang dipegang secara fanatik biasanya kerapkali

menimbulkan keinginan di kalangan ajaran itu untuk berkuasa. Oleh karena itu,

lama kelamaan murid-murid tarekat Safawiyah berubah menjadi tentara yang

teratur, fanatik dalam kepercayaan dan menentang setiap orang yang bermazhab

selain Syi’ah.17

Kecenderungan memasuki dunia politik secara konkret tampak pada masa

kepemimpinan junaid (1447-1460 M) dinasti Safawi memperluas geraknya

dengan menambahkan kegatan politik pada kegiatan keagamaan. Perluasan

wilayah ini menimbulkan konflik antara Junaid dengan penguasa Kara Koyunlu

(domba hitam), salah satu suku bangsa Turki yang berkuasa di wilayah itu.

Dalam konflik tersebut junaid kalah dan diasingkan ke suatu tempat. Di tempat

baru ini ia mendapatkan perlindungan dari penguasa Diyar Bark, Ak. Koyunlu

(domba putih), juga suatu suku bangsa Turki.

Selama dalam pengasingannya, Junaidi tidak tinggal diam, ia justru dapat

menghimpun kekuatan untuk kemudian beraliansi politik dengan Uzun Hasan. Ia

juga berhasil mempersunting salah seorang saudara perempuan Uzun Hasan.18

Anak Junaidi yaitu Haidar ketika masih kecil dalam asuhan Uzun Hasan.

Oleh karena itu, kepemimpinan gerakan safawi baru dapat diserahkan kepdanya

secara resmi pada tahun 1470 M. Hubungan Haidar dan Uzur Hasan makin erat

setelah Haidar mengawini salah seorang putri Uzun Hasan. Dari perkawinan ini

lahirlah ismail yang kemudian hari menjadi pendiri kerajaan Safawi di Persia.19

17
Badri Yatim, op.cit., h. 139.
18
Carl brockelmann, Tarikh al-Syu’ub al-Islamiyah, (Beirut: Dar Al-Ilm, 1974) h. 494.
19
Carl brockelmann, , op.cit., h. 494.
15

Kemenangan AK Koyunlu tahun 1476 M terhadap kara koyunlu, membuat

gerakan militer Safawi yang dipimpin oleh Haidar dipandang sebagai rival politik

oleh AK Koyunlu dalam meraih kekuasaan selanjutnya. Padahal sebagaimana

telah disebutkan, Safawi adalah sekutu AK koyunlu berusaha melenyapkan

kekuatan meliter dan kekuasaan dinasti safawi karena itu, ketika safawi Safawi

menyerang wilayah Sircassia dan pasukan Sirwan, sehingga pasukan Haidar kalah

dan Haidar sendiri terbunuh dalam peperangan itu.20

Ali, putra dan pengganti Haidar, didesak oleh bala tentaranya untuk

menuntuk balas akan kematiannya ayahnya, terutama terhadap AK Koyunlu.

Tetapi Ya’kub pemimpin AK koyunlu dapat menangkap dan memenjarakan Ali

bersama saudaranya Ibrahim dan Ismail dan ibunya, di Fars selama empat

setengah tahun (1489-1493 M) mereka dibebaskan oleh Rustam, putra mahkota

AK koyunlu, dengan syarat mau membantunya memerangi saudara sepupunya.

Setelah saudara sepupu Rustam dapat dikalahkan. Ali bersudara kembali Ke

Ardabil. Akan tetapi tidak lama kemudian Rustam berbalik memusuhi dan

menyerang Ali bersaudara, dan Ali terbunuh dalam serangan ini (1494).21

Kepemimpinan gerakan Safawi, selanjutnya berada ditangan Ismail

beserta pasukannya bermarkas di Gilan, mempersiapkan kekuatan dan

mengadakan hubungan dengan para pengikutnya di Azerbaijan, Syiria, dan

Anatolia. Pasukan yang dipersiapkan itu dinamai Qizilbash (baret merah).22

20
P. M. Holt, The Cambridge History Of Islam (London: Cambridge University Press,
1970), h. 396.
21
Ibid., h. 397.
22
Ibid., h. 397-398.
16

Di bawah pimpinan Ismail, pada tahun 1501 M, pasukan Qizilbash

menyerang dan mengalahkan AK Koyunlo di Shahrur, dekat Nakchivan. Pasukan

ini terus berusaha memasuki dan menaklukkan Tabriz, ibu kota AK Koyunlu dan

berhasil merebut serta mendudukinya. Di kota ini Ismail memproklamasikan

dirinya sebagai raja pertama dinasti Safawi.23 Ia disebut juga Ismail 1.

Ismail 1 berkuasa selama lebih kurang 23 tahun, yaitu antara tahun 1501

dan 1524 M. pada sepeluh tahun pertama ia berhasil memperluas wilayah

kekuasaannya. Ia dapat menghancurkan sisa-sisa kekuatan AK Koyunlu di

Hamadan (1503 M).

Menguasai propinsi Kaspia di Nazandaran, Gurgan, dan Yazd (1504 M),

Diyar Bark (1505-1507 M), Baghdad dan daerah barat daya Persia, (1508 M),

Sirwan (1509 M) dan Khurasan (1510 M). dalam waktu sepuluh tahun itu

wilayah kekuasaannya sudah meliputi seluruh Persia dan bagian timur Bulan Sabit

Subur (Fortile crescent).24

Tidak sampai disitu, ambisi politik mendorongnya untuk mengembangkan

sayap-sayap menguasai daerah-daerah lainnya, seperti ke Turki Usmani. Namun,

Ismail bukan hanya menghadapi musuh yang sangat kuat, tetapi juga musuh yang

sangat membenci golongan Syi’ah. Demikianlah sejarah asal usul

pembentukan kerajaan Safawi, yang dengan eksistensinya sangat penting

dalam sejarah Persia. Hal tersebut disebabkan oleh konsolidasi Syi’ah – Persia

mendapatkan cita baru solidaritas dan kebanggaan yang membuat dunia dapat

23
Ibid., h. 398.
24
Ibid., h. 399.
17

memasuki zaman modern dengan keutuhan integritas teritorial dan semangat

kebangsaannya.

2. Kemajuan Yang Dicapai Dinasti Safawiyah

Sama halnya dengan kerajaan-kerajaan lainnya, dalam sejarah

perjalanan Safawi telah dicapai kemajuan-kemajuan dalam berbagai bidang

antara lain, politik, ekonomi, ilmu pengetahuan dan kebudayaan, militer.

Pada masa awal, kerajaan Safawi berbentuk suatu pemerintahan

teokratik, pejabat tertinggi negara dipegang oleh wakil Syah, baik dalam

urusan politik maupun keagamaan. Jabatan ini pertama kali dipegang oleh

seorang Qizilbasy dari suku Syamlu. Demikian juga panglima perang dipegang

oleh Qizalbasy. Sedangkan wazir, pemimpin birokrasi pe-merintahan dan sadr,

pemimpin lembaga keagamaan di pegang oleh orang-orang Persia. 25 Kondisi

perpolitikan ini berlangsung hingga wafatnya Ismail I. Kebijaksanaan-

kebijaksanaan Ismail tersebut, pada akhir pemerintahannya menimbulkan

dampak negatif bagi kerajaan Safawi. Hal ini ditandai dengan adanya

persaingan tidak sehat dalam tubuh kerajaan antar suku-suku Turki, pejabat-

pejabat keturunan Persia dan Qizilbasy dalam merebut pengaruh untuk

memimpin kerajaan.

25
Tim Penyusun, Sejarah Kebudayaan Islam, JIl. III (Ujung Pandang: Depatemen
Agama, Direktoral Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam 1982-1983), h.69.
18

Pada masa Abbas I 26 (1588-1628), kondisi politik Safawi yang menurun

bangkit kembali. Abbas I mampu mengatasi situasi politik kerajaan. Adapun

langkah-langkah pemilihan kerajaan yang ditempuhnya pertama,

menghilangkan dominasi pasukan Qizilbasy atau kerajaan Safawi dangan cara

membentuk pasukan baru yang anggotanya terdiri dari budak-budak yang

berasal dari tawanan perang bangsa Georgia, Armenia dan Sircassia yang telah

ada sejak masa Tahmasap I., kedua, mengadakan perjanjian damai dengan

Turki Usmani. Dengan perjanjian tersebut Abbas I harus melepaskan wilayah

Azerbijan, Georgia dan sebagian wilayah Luristan. 27 Di sisi lain Abbas juga

berjanji tidak menghina tiga khulafah al-Rasyidin setiap hari jumat.

Usaha-usaha Abbas I berhasil memperkokoh kekuatan Safawi. Setelah

itu Abbas I berusaha merebut kembali daerah kekuasaannya yang telah direbut

oleh pasukan Turki Usmani. Pada tahun 1598, ia menaklukkan Herat, Mard

dan Balkh. Setelah itu menyerang wilayah kekuasaan Turki Usmani dipimpin

oleh Sultan Mahommad III (1602 M). Pasukan Abbas I berhasil menguasai

Tibris, Syirwan, Baghdad. Demikian pula daerah-daerah lainnya satu persatu

ditaklukkan, dan pada tahun 1622 M pasukan Abbas I berhasil merebut

kepulauan Hurmuz dan mengubah pelabuhan Gumrun menjadi pelabuhan

bandar Abbas.28

26
Pada masa tiga raja sebelumnya Tahmasap I (1524-1576 M), Ismail II (1576-
1577) dan Muhammad Khudabanda (1577-1588) peperangan antara kerajaan Turki Usman
dengan Safawi beberapa kali terjadi, juga terjadinya pertentangan antar kelompok
melemahkan kerajaan Safawi. Lihat Badri Yatim, Sejarah dan Peradaban Islam (Jakarta:
Rajawali Pres, 1993), h.142.
27
K.Ali, op.cit., h.346. Lihat juga Karl Brockleman, op.cit., h.503.
28
ibid., h. 503-504.
19

Masa kekuasaan Abbas I merupakan puncak kejayaan Safawi secara

politik ia mampu mengatasi berbagai kemelut di dalam negeri yang meng-

ganggu stabilitas negara dan sekaligus berhasil merebut kembali wilayah

kekuasaannya yang pernah direbut oleh Turki Usmani. Adapun kemajuan

dalam bidang ini pasca Abbas I, tidaklah terlalu menonjol sebagaimana

dilakukan oleh Abbas I.

Kondisi politik yang stabil pada masa Abbas I, sangat mempengaruhi

kondisi perekonomian kerajaan Safawi, apalagi setelah direbutnya kepulauan

Hurmuz dan diubahnya Gumrun menjadi Bandar Abbas. Jalur perdagangan

laut antara timur dan barat dikuasainya, otomatis dapat memperbaiki

perekonomian kerajaan. 29 Hasil pertanian dari daerah bulan sabit yang sangat

subur (fertil cresent) pun menambah pendapatan kerajaan.

Selanjutnya dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan juga

mengalami kemajuan. Tradisi keilmuan bangsa Persia terus berlanjut hingga

kerajaan Safawi. Ada beberapa ilmuan yang selalu hadir di istana, seperti Baha

al-Din al-Syirazi (generalis ilmu pengetahuan) Sadr al-Din al-Syirazi (filosof),

Muhammad Baqir ibn Muhammad Damad (sejarahwan, teolog dan ilmuan).

Dalam bidang pengkajian keislaman kaum Syi’ah gemar melakukan ijtihad dan

bagi mereka pintu ijtihad tidak pernah tertutup. 30

Dalam bidang kebudayaan, kota Isfahan sebagai ibu kota kerajaan

Safawi dan merupakan kota yang sangat indah. Di kota ini berdiri bangunan-

29
Ibid.
Ibid. Bahkan dikatakan oleh Karl Brockelman bahwa Muhammad Baqir telah
30

melakukan eksprimen-eksrimen mengenai lebah.


20

bangunan yang megah lagi indah seperti mesjid, rumah-rumah sakit, sekolah-

sekolah, jembatan raksasa dan istana Chihil Sutun,31 dari segi arsitekturnya

nampak jelas keindahannya. Kota ini diperindah oleh taman wisata yang ditata

secara apik. Dan ketika Abbas I wafat, di Isfahan terdapat 162 mesjid, 48

akademi 1802 penginapan dan 273 permandian umum. 32 Unsur seni lain

terdapat pula dalam bentuk kerajinan tangan, keramik, karpet permadani,

pakaian tenunan, tembikar dan lain-lain.

Demikian pula Bidang militer ini sangat mewarnai sejarah per-

kembangan kerajaan Safawi. Mulai dari Safi al-Din sampai Abbas III. Pada

masa Ismail I tentara-tentara tersebut terbentuk dalam satu pasukan Qizilbasy

yang bermaskas di Ghilan. Pada masa Abbas I, dua orang Inggris, Sir Antony

dan saudaranya Sir Robert Shearley, datang di kerajaan safawi untuk bekerja

sama dalam bidang ini. Keduanya mengajarkan tentang ilmu perang supaya

kerajaan dapat melawan musuh, terutama cara membuat meriam. 33 Rupanya

kedua orang Inggris tersebut memperalat kerajaan Safawi untuk memerangi

Turki, karena Turki adalah musuh nomor wahid Inggris pada saat itu.

Dengan bekal persenjataan ini Abbas I menyusun tentara baru sebagai

pengawal pribadinya yang terdiri dari orang-orang Turki yang tidak menyukai

31
Marshal G.R.Hodgon, The Venture of Islam, vol III (Chicago: The University of
Chicago Press, 1974), h.40.
32
Badri Yatim, op.cit., h.145.
33
Dengan meriam inilah tentara Turki dapat melumpuhkan kekuatan kerajaan
Safawi. Lihat ibid., h.445
21

orang-orang Usmani. 34 Tentara tersebut dipersiapkan untuk menandingi tentara

Inkisyariah, tentara utama Turki Usmani.

3. Kemunduran Dinasti Safawiyah

Setelah wafatnya Abbas I (1628 M), Kerajaan Safawi diperintah oleh

enam orang raja, yaitu Syafi Mirza (1628-1742 M), Abbas II (1742-1667 M),

Sulaeman (1669-1694 M), Husain (1694-1722 M), Tahmasab II (1722-1732

M) dan Abbas III (1732-1736 M). Kejayaan pada masa Abbas I tidak dapat

berkembang, yang akhirnya membawa kepada kemunduran dan mengakibatkan

runtuhnya kerajaan Safawi.

Faktor-faktor intern mundur dan kehancuran kerajaan Safawi adalah

sebagai berikut:

1) Pada masa Safi Mirza dan Shah Abbas II, administrasi

pemerintahan dirubah beberapa propinsi kaya dibawahi oleh

pemerintahan pusat, di-perintah langsung oleh Shah. Kebijaksanaan ini

membawa akibat negatif bagi kerajaan yaitu; melemahkan kelompok

Qizilbasy yang menguasai daerah propinsi-propinsi sehingga kerajaan

kehilangan kekuatan, karena kelemahan tersebut tidak segera

ditanggulangi dan kekuatan yang Ghulam (budak-budak) yang tidak

memiliki mutu tempur seperti kelompok Qizilbasy. 35

2) Terjadinya perebutan kekuasaan dalam kerajaan yang disebabkan

oleh tradisi penunjukan raja


34
Karl Bokckelman, op.cit. 503
Pasukan Gulam tersebut tidak disiapkan secara terlatih dan tidak melalui proses
35

pendidikan rohani, lagi pula pasukan ini tidak memiliki semangat dan militasi sebagai mana
pasukan Qizilbasy. Lihat Badri Yatim, op.cit., h.158-159.
22

3) Dekadensi moral para raja-raja dan watak mereka yang kejam,

seperti Safi Mirza yang tidak segan-segan membunuh pembesar-

pembesar kerajaan. Abbas dan Sulaiman yang pemabuk dan tidak terlalu

memperhatikan kondisi kerajaan, akibatnya rakyat bersikap apatis

terhadap pemerintah.

Selanjutnya, faktor ekstern menyebabkan kemuduran, bahkan menjadi

faktor kehancuran Kerajaan Safawi adalah :

1) Konflik berkepanjangan dengan Turki Usmani dengan Safawi yang

tidak pernah berhenti, mengakibatkan lemahnya kekuasaan Safawi

2) Kelemahan-kelemahan tersebut mengundang keberanian musuh untuk

merampas daerah-daerah kekuasaannya, ditambah lagi dengan

banyaknya daerah dalam wilayah kekuasaan Safawi melepaskan diri

dan melakukan pemberontakan-pemberontakan daerah-daerah yang

melepaskan diri ter-hadap kerajaan.

Dari faktor intern dan ekstern di atas, kerajaan Safawi akhirnya

mengalami kehancuran dan berakhirlah kekuasaan Dinasti Safawi di Persia,

pada tahun 1736 M yang dijatuhkan oleh Nadir Syah, seorang kepala salah satu

suku bangsa Turki yang ada di Persia ketika itu.

C. Sejarah Berdirinya Kerajaan Mughal di India

1. Asal Usul Lahirnya Dinasti Mughal dan Perkembangannya

Kerajaan Mughal berdiri seperempat abad sesudah berdirnya kerajaan

Safawi. Jadi, diantara tiga kerajaan besar tersebut, kerajaan inilah yang

termuda. Kerajaan Mughal bukanlah kerajaan islam pertama di India. Awal


23

kekuasaan Islam di India terjadi pada masa Khalifah Al-Walid, dari dinasti

Bani Umayyah. Penaklukkan Negara ini dilakukan oleh tentara Bani Umayyah

di bawah pimpinan Muhammad Ibnu Qasim. 36

Pada masa desintegrasi, dinasti Ghaznawi mengembangkan

kekuasaannya di India di bawah sultan Mahmud pada tahun 1020 M, ia

berhasil menaklukkan hampir semua kerajaan Hindu di wilayah ini, sekaligus

mengIslmkan sebagian masyarakatnya. 37 Setelah dinasti Ghaznawi hancur,

muncul dinasti-dinasti kecil seperti Mamluk (1206- 1290 M) Khalji (1296-

1316 M) Tuglug (1320- 1412 M), dan dinasti-dinasti lain. 38

Kerajaan Mughal di India dan Delhi sebagai ibu kotanya, didirikan oleh

Zaharuddin Babur Ayahnya bernama Umar Mirza, penguasa Ferghana.

Babur mewarisi daerah Ferghana dari orang tuanya dari orang tuanya

ketika ia masih berusia 11 tahun. Setelah naik tahta ia merencanakan

obsesinya untuk menguasai seluruh Asia Tengah, sebagaimana Timur

Lenk tempo dulu. Namun, ambisinya itu terhalang oleh kekuatan

Urbekiztan, dan mengalami kekalahan Namun berkat bantuan Ismail I

(1500-1524 M), raja Safawi, Babur dapat menguasai Samarkand tahun

1494 M. Pada tahun 1504 M, ia menduduki Kabul, ibukota Afganistan.

Setelah Kabul dapat ditaklukan, Babur meneruskan ekspansinya ke india.

Kala itu Ibrahim Lodi, penguasa india, dilanda krisis sehingga stabilitas

pemerintahan menjadi kacau. Alam Khan, paman dari Ibrahim Lodi bersama

36
Syed Mahmudunnasir, Islam Its Consepts and History, (New Delhi: Kitab Bahavan,
1981), h. 282.
37
Ibid
38
Harun Nasution, Op. Cit., h. 82
24

Daulat Khan, Gubernur Lahore mengirim utusan ke Kabul, meminta bantuan

Babur untuk menjatuhkan pemerintahan Ibrahim di Delhi.39 Permohonan itu

langsung diterimanya. Pada tahun 1525 M, Babur berhasil menguasai Punjab

dengan ibu kotanya Lahore. Setelah itu ia memimpin tentaranya menuju Delhi.

Pada tanggal 21 April 1526 M terjadilah pertempuran yang dahsyat di Panipat.

Ibrahim beserta ribuan tentaranya terbunuh dalam pertempuran itu.40 Babur

memasuki kota Delhi sebagai pemenang dan menegakkan pemerintahannya

disana. Dengan demikian, berdirilah Kerajaan Mughal di India.

Setelah kerajaan Mughal berdiri, Raja-raja hindu diseluruh dunia

menyusun angkatan perang yang besar untuk menyerang Babur. Namun, pasukan

hindu ini dapat dikalahkan Babur. Sementara itu, di Afganistan masih ada

golongan yang setia kepada keluarga Lodi. Mereka mengangkat adik kandung

Ibrahim Lodi, yaitu Mahmud untuk menjadi sultan. Tetapi sultan Mahmud Lodi

dengan mudah dikalahkan Babur dalam pertempuran dekat Gogra tahun 1529 M.

Pada tahun 1530 M Babur meninggal dunia dalam usia 48 tahun setelah

memerintah selama 30 tahun, dengan meninggalkan kejayaan-kejayaan yang

cemerlang. Pemerintahan selanjutnya dipegang oleh anaknya Humayun.

Humayun (putra sulung Babur) dalam melaksanakan pemerintahan banyak

menghadapi tantangan. Sepanjang massa kekuasaannya selama Sembilan tahun

(1530-1539 M) negara tidak pernah aman. Ia senantiasa berperang melawan

musuh. Diantara tantangan yang muncul adalah pemberontakan Bahadur Syah,

penguasa Gujarat yang memisahkan diri dari Delhi. Pemberontakan ini dapat

39
P.M Holt, Op. Cit., h. 22.
40
Ibid., h. 36.
25

dipadamkan, sedangkan Bahadur Syah melarikan diri dan Gujarat dapat dikuasai.

Pada tahun 1540 M terjadi pertempuran dengan Sher Khan di Kanauj. Dalam

pertempuran ini Humayun mengalami kekalahan. Ia terpaksa melarikan diri ke

Kandahar dan selanjutnya ke Persia. Di Persia ia menyusun kembali tentaranya.

Kemudian dari sini ia menyerang musuh-musuhnya dengan bantuan raja setelah

hampir 15 tahun berkelana meninggalakan Delhi. Ia kembali ke India dengan

menduduki tahta kerajaaan Mughal pada tahun 1555M. Setahun setelah itu (1556

M) ia meninggal dunia karena terjatuh dari tangga perpustakaannya. Humayun

digantikan oleh anaknya, Akbar, yang berusia 14 tahun. Karena ia masih muda

maka urusan kerajaan diserahkan kepada Bairan Khan, seorang Syi’i. Sultan

Akbar adalah sultan yang sangat terkenal dari dinasti ini, dan ialah yang

menciptakan sistem kerajaan ini.41 Sultan Akbar terkenal dengan gagasan-

gagasannya yang sangat radikal dan liberal baik dalam aspek sosial atau

pemikiran keagamaan. Masa pemerintahannya sangat berhasil dan cukup stabil

bahkan wilayah-wilayah kekuasaanya semakin luas seperti Chundar, Ghond,

Chitor, Rantabar, Surat, Behar, Bengal, Kashmir, Orissa, Dekan, Gawilghard,

Narhala, Alamghar, dan Asirghar.

Diantara kebijakan politiknya yang paling berani pada awal - awal

pemerintahannya adalah menyingkirkan Bairan Syah, penasihat politik Syiah

yang dipercayai Humayun (ayahnya). Kebijakan lainnya adalah menata sistem

pemerintahannya dengan sistem militer termasuk keseluruh wilayah

taklukannya.42 Dalam pemerintahan tersebut, sultan adalah penguasa diktator,


41
Badri Yatim, Op. Cit., 148.
42
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban Dikawasan Dunia Islam, (Jakarta : Rajawali
Pers, 2010) , h. 205.
26

pemerintahan daerah dipegang oleh seorang sipah salar (kepala komandan),

sedang sub-distrik dipegang oleh faujdar (komandan). Jabatan-jabatan sipil juga

diberi jenjang kepangkatan yang bercorak kemiliteran. Pejabat-pejabat itu

memang diharuskan mengikuti latihan kemiliteran. Akbar juga menerapkan apa

yang dinamakan dengan politik sulakhul (toleransi universal). Dengan politik ini,

semua rakyat india dipandang sama. Mereka tidak dibedakan karena perbedaan

etnis dan agama.43 Meskipun elite pemerintah secara resmi adalah warga muslim,

namun terdapat sekitar 20% warga hindu sebagai aristokrasi Mughal. Kebanyakan

mereka adalah Hindus Rajput dan Marathas.44

Kemajuan yang dicapai Akbar masih dapat dipertahankan oleh tiga sultan

berikutnya, yaitu Jehangir (1605-1628 M), Syah Jehan (1628-1658 M), dan

Aurangzeb (1658-1707 M). tiga sultan penerus Akbar ini memang terhitung raja-

raja yang besar dan kuat. Setelah itu, kemajuan kerajaan Mughal tigak dapat

dipertahankan oleh raja-raja berikutnya.

2. Kemajuan yang Dicapai Kerajaan Mughal


Stabilitas politik yang berhasil diciptakan oleh Akbar mendukung

pencapaian kemajuan dibidang perekonomian, ilmu pengetahuan dan peradaban.

Kemajuan bidang ekomoni ditandai dengan kemajuan sektor pertanian dan

perindustrian. Pada masa ini dikembangkan penanganan pertanian secara

terstruktur karena sumber keuangan negara lebih banyak bertumpu pada sektor

pertanian tersebut. Komunitas petani dipimpin oleh Seorang Mukaddam, melalui

43
. Badri Yatim. M.A, Op Cit , hlm 149.
44
Ira M Rapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, (Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 2000),
H .69.
27

para mukaddam itulah pemerintah berhubungan dengan para petani. Sehingga

Kerajaan berhak atas sepertiga dari hasil pertanian dinegeri itu.

Bersamaan dengan majunya bidang ekonomi, bidang seni dan budaya juga

berkembang. Karya seni yang menonjol adalah karya sastra gubahan penyair

istana, baik yang berbahasa Persia maupun bahasa India. Penyair india yang

terkenal adalah Malik Muhammad Jazali, seorang sasterawan sufi yang

menghasilkan karya besar yang berjudul Padmavat, sebuah karya alegoris yang

mengandung pesan kebajikan jiwa manusia. Pada masa Aurangzeb, muncul

seorang sejarawan bernama Abu Fadl dengan karyanya Akbar Nama dan Aini

Akhbari, yang memaparkan sejarah kerajaan Mughal berdasarkan figur

pemimpinnya.45

Ilmu pengetahuan tidak banyak mengalami kemajuan dibandingkan

dengan kemajuannya dimassa sebelumnya. Yang lebih menonjol adalah kemajuan

dalam bidang seni syair dan seni arsitektur. Karya seni yang masih dapat

dinikmati sekarang merupakan karya seni terbesar yang dicapai kerajaan Mughal

adalah karya arsitektur yang indah yang mengagumkan, seperti istana Fatpur Sikri

di Sikri, villa, mesjid-mesjid yang indah (pada masa Akhbar) dan Pada masa Syah

Jehan dibangun masjid berlapis mutiara dan Taj Mahal di Arga, Mesjid Raya

Delhi dan Istana indah di Lahore.46

3. Kemunduran kerajaan mughal

45
. Badri Yatim, Op cit., H. 150-151
46
Syukur, Fatah.. Sejarah Peradaban Islam. (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2000),
h. 143.
28

Ada beberapa faktor yang meneyebabkan kekuasaan dinasti Mughal itu

mundur pada satu setengah abad terakhir, dan membawa pada kehancurannya

pada tahun 1858 M, yaitu :47

1) Terjadi stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer

inggris diwilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau kekuatan

maritim Mughal. Begitu juga kekuatan pasukan darat. Bahkan mereka kurang

terampil dalam mengoperasikan persenjataan buatan Mughal sendiri.

2) Kemerosotan moral dan hidup mewah dikalangan elite politik, yang

mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang negara.

3) Pendekatan Aurangzeb yang terlampau “kasar” dalam melaksanakan ide-ide

puritan dan kecenderungan asketisnya, sehingga konflik antaragama sangat

sukar diatasi oleh sultan-sultan sesudahnya.

4) Semua pewaris tahta tahta kerajaan pada paro terakhir adalah orang-oarang

lemah dalam bidang kepemimpinan.

BAB III

KESIMPULAN

Pada abad pertengahan muncul 3 kerajaan Islam yang sangat berpengaruh

besar, yaitu kerajaan Usmani di Turki, kerajaan Safawi di Persia, kerajan Mughal

di India.

47
. Badri Yatim.. Op. cit, h .163.
29

1. Kerajaa Usmani di Turki merupakan salah satu kerajaan Islam terbesar dan

terlama pada abad pertengahan kekuasaannya (1300-1924 M). Kerajaan ini

didirikan oleh Usman I pada tahun 1300 dan runtuh pada masa Abdul Majid

pada tahun 1924. Dalam masa kekuasaan yang cukup lama tersebut, Pada

masa kejayaannya, kerajaan Usman melebarkan sayapnya dari wilayah Asia

Kecil sampai ke Eropa Tengah, Selatan, dan Afrika Utara. Pada masa itu,

perkembangan kebudayaan cukup pesat, baik di bidang seni, sastera, mistik,

dan hukum. Mundurnya Kerajaan Usman disebabkan oleh beberapa fakor.

2. Perkembangan dan kemajuan kerajaan Safawi dapat ditandai dengan

berbagai kemajauan, baik dalam bidang politik, ekonomi, ilmu

pengetahuan dan kebudayaan maupun bidang militer. Hal yang sama

dialami pula Kerajaan Mughal, terutama kemajuan dalam bidang

keagamaan, sosial, dan politik. Namun pada akhirnya kedua kerajaan

tersebut mengalami kemunduran, sampai kehancurannya.

DAFTAR PUSTAKA

Brockelmann, Carl. Tarikh al-Syu’ub al-Islamiyah. Beirut: Dar Al-Ilm, 1974.


Fatah, Syukur. Sejarah Peradaban Islam. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra,
2000.
Hassan, Hassan Ibrahim. sejarah dan kebudayaan islam. Yogyakarta: kota
kembang, 1989.
30

Hitti, Phillip K. History of The Arabs; from the Earliest Times to The Present,
dialih bahasakan oleh Cecep Lukman Yasin dkk, History of the Arabs
Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2006.

Hodgon, Marshal G.R., The Venture of Islam. vol III. Chicago: The University
of Chicago Press, 1974.

Holt, P. M. The Cambridge History Of Islam. London: Cambridge University


Press, 1970.

Mahmudunnasir, Syed Islam Its Consepts and History. New Delhi: Kitab
Bahavan, 1981.

Mughani, Syafik A, Sejarah Kebudayaan Islam di Turki. Cet. I; Jakarta: Logos,


1997.

Nasution, Harun. Islam di tinjau dari berbagai aspek. jilid 1, Cet. 5; Jakarta: UI
Press, 1985.

Rapidus, Ira M. Sejarah Sosial Umat Islam. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada,
2000.

Syalabi, Ahmad. sejarah dan kebudayaan islam: Imperium turki usman. Jakarta:
Kalam Mulia, 1988.

Thahir, Ajid. Perkembangan Peradaban di Kawasan dunia Islam, Melacak Akar-


Akar Sejarah Sosial, Politik dan Budaya Islam. Jakarata: PT. Raja
Grafindo Persada, 2004.

Thohir, Ajid. Perkembangan Peradaban Dikawasan Dunia Islam. Jakarta :


Rajawali Pers, 2010.

Tim Penyusun, Sejarah Kebudayaan Islam. JIl. III Ujung Pandang: Depatemen
Agama, Direktoral Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam
1982-1983.

Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam . Jakarta: PT. Raja Graindo Persada,
1997.

Anda mungkin juga menyukai