Anda di halaman 1dari 22

SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM DI JAWA

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah


Sejarah Pendidikaan Islam Indonesia
Dosen Pengampu : Purnomo, M.Pd.I

Disusun oleh:
1. Jihan Al Hanin 23010210014
2. Sayida Abqaria Fairuz 23010210095
3. Fajar Ainur Rahma 23010210101
4. Irfan Praditiya 23010210111

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam diperkirakan masuk di Indonesia pada abad ke-7 M
dan berkembang pada abad ke-13 M. Islam tersebar di Indonesia
lewat berbagai jalur baik dari perdagangan, perkawinan,
Pendidikan, politik, sosial budaya dan tasawuf.
Di Jawa pertumbuhan dan perkembangan perkembangan
Islam ditandai dengan munculnya Institusi Islam sebagai sentral
aktivitas Pendidikan. Pertumbuhan Institusi Pendidikan Islam yang
awalnya sederhana terus berkembang menyesuaikan fungsi
kebutuhan dan tuntutan dari masa ke masa. Perkembangan
Pendidikan Islam Jawa tidak lepas dari perkembangan islam di
daerah Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogjakarta, Jawa Barat dan
Jawa Timur. Selain itu wali sanga yang menjadi pemerkasa
Pendidikan Islam yang ada di tanah Jawa.
Pendidikan Islam pada waktu itu bertempat di Masjid,
Langgar, Pondok Pesantren. Instansi Pendidikan Islam pada waktu
itu memberikan sumbangsih yang besar dalam perjalanan islam di
Nusantara bahkan sampai detik ini dan terus berkembang sampai
sekarang, baik dulu yang sebelumnya berupa Pendidikan non
formal dan sekarang berubah menjadi pendidikan formal.
Oleh karena itu perlu ditegaskan, bahwa tulisan ini
mencoba menguraikan bagaiman kedatangan Pendidikan Islam di
Jawa sejak kedatangan islam di pulau tersebut yang meliputi
daerah Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Barat dan
Jakarta. Tulisan ini juga akan membahas tentang bagaiman
Pendidikan Islam pada masa itu,kajian kajian, serta perkembangan
Pendidikan Islam di Jawa dan bagaimana urgensi Pendidikan
Islam dalam peran penyebaran islam di tanah Jawa.

II
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Pendidikan Islam Jawa Timur


1. Masuknya Islam Jawa Timur
Penyebaran Islam di Jawa Timur umumnya dilakukan
dengan pendekatan sosio teologi yakni mengamati kondisi
masyarakat dan kondisi kepercayaan yang hidup dalam
masyarakat. Penyebaran Islam dilakukan dengan cara menyatu
dengan masyarakat. Para Mubaligh melakukan pendekatan
akulturasi Budaya Hindu-Budha yang didalamnya diisi dengan
nilai-nilai Islam (Purwaningrum & Ismail, 2019).
Di Jawa Timur ditemukan peninggalan Islam tertua dari
kaum Muslimin yang bertempat di Gresik, Jawa Timur, berupa
komplek makam Islam, diantaranya adalah makam seorang
Muslimah bernama Fathimah binti Maimun. Pada makamnya
tertulis angka tahun 475 H/1082 M, yang diperkirakan makam-
makam ini bukan dari penduduk asli, melainkan makam para
pedagang Arab (Nasir, 2018).
Islam diperkirakan masuk ke Jawa Timur pada abad ke-10
M. Hal ini dibuktikan dengan adanya penemuan batu nisan
Fatimah binti Maimun di Leran Gresik yang berangka tahun 475
H/1082 M. Mengenai adanya makam Fatimah binti Maimun di
Leran Gresik dengan bentuk maesan dan jiratnya menunjukkan
pola gaya hias makam dari abad ke-16 M. dan diperkirakan Islam
masuk dari jalur Persia.
Perkembangan Islam secara struktural atau pada level
birokrasi diawali dengan masuk Islamnya para raja-raja yang
kemudian diikuti oleh rakyatnya. Perpindahan agama para
penguasa ini memfasilitasi percepatan perkembangan Islam secara
kuantitatif (Daulay, 2019).

1
2. Sejarah Pendidikan Islam Jawa Timur
Menurut sejarah, Pendidikan di Jawa sebelum datangnya
agama Islam, telah ada lembaga pendidikan Jawa kuno yang
pelaksanaan kependidikannya sama dengan pesantren, yang
bernama Pawiyatan, di lembaga tersebut terdapat Ki Ajar dengan
cantrik. Ki Ajar sebagai orang yang mengajar, sedangkan Cantrik
sebagai orang yang diajar. Keduanya tinggal di kompleks yang
sama dan proses belajar mengajar berlangsung di sini. Dengan
menyamakan pendidikan pawiyatan ini dengan pesantren,
sebetulnya tidak terlalu sulit untuk menetapkan bahwa pesantren
itu telah tumbuh sejak awal perkembangan Islam di Indonesia
khususnya di Jawa. Karena model pendidikan pesantren sudah ada
sebelum masuknya Islam, yaitu Pawiyatan (Rahman, 2018).
Pada akhir abad 14, di Gresik hidup seorang wali keramat
keturunan arab Bernama Syeikh Maulana Malik Ibrahim yang
berlabuh di Jawa pada tahun 1371 M. Beliau mendapatkan ijin dari
Raja Majapahit Brawijaya untuk menyebarkan Islam sekaligus
berdagang di Jawa. Setelah sempat tinggal di daerah Tanah Sima
dekat area makam Fatimah binti Maimun dan mendirikan masjid di
Desa Pesu Tiongkok, Manyar Gresik, yaitu di Desa Gapuro dan
kemudian mendirikan Pesantren. Syekh Maulana Malik Ibrahim
wafat pada tahun 1419 M. Ia merupakan anggota Wali songo
Angkatan pertama.
Pada akhir abad ke-14 juga, Syeikh Jumadil Kubro
mendarat di Jawa. Disebutkan bahwa beliau itu tokoh wali paling
kuno di Jawa. Syeikh Jumadil Kubro konon lahir pada tahun 1349
M di Samarkand dekat Bukhara Negeri Azarbijan. Beliau
kemudian menyebarkan dakwah Islam dikalangan keluarga
Kerajaan Majapahit. Syeikh Jumadil Kubro cukup akrab dengan
keluarga kerajaan, sehingga beliau menerima hadiah sebidang
tanah disekitar Trowulan Mojokerto, ibukota Majapahit saat itu.

2
Beliau wafat pada tahun 1465 M dan dimakamkan di Tralaya, area
pemakaman anggota Kerajaan Majapahit di Kabupaten Mojokerto.
Syeikh Jumadil Kubro adalah anggota Walisongo Angkatan 1
sampai 3 (1404-1463).
Bersama dua orang putranya Ali Rahmatullah (Raden
Rahmat/Sunan Ampel), Ali Murtadho dan keponakannya Abu
Hurairoh (Raden Burareh), Syeikh Ibrahim Asmarakandi datang ke
Jawa pada tahun 1440 M. atau pada pertengahan abad ke-15.
Beliau mendarat di pelabuhan Tuban dan menyebarkan Islam di
Gresik, Beliau menulis kitab yang cukup dikenal dikalangan
pesantren berjudul “Kitab Usul Nem Bis” maksudnya satu jilid
kitab dengan berisi enam kitab dengan enam basmallah.
Setelah Syeikh Ibrahim Samarkandi wafat, Raden Rahmat
(Ali Rahmatullah) berkunjung ke bibinya putri Raja Campa yang
Bernama Putri Candrawulan (Putri Campa) istri Raja Majapahit
Brawijaya. Raja melarang Raden Rahmat Kembali ke Campa
karena campa telah dihancurkan oleh penjajah. Raja Majapahit lalu
mengirim Raden Rahmat ke Surabaya dan diserahkan kepada
Adipati Surabaya Arya Lembusura yang beragama Islam. Disana
Sunan Ampel menikahi Nyai Ageng Manila Putri dari Arya Teja
dan cucu Arya Lembusura di Tuban beliau diberi tanah sima di
Ampel Denta.
Raden Rahmat diangkat sebagai imam di Ampel Denta
dengan sebutan sunan Ampel dan nama Pangeran Katib. Sunan
Ampel lalu menyelenggarakan pengajaran Islam di Ampel Denta.
Kurikulum yang beliau ajarkan juga cukup beragam, mulai dari
pengajaran Al-Qurán, Ilmu Fikih (Syariah), Tarekat, Ilmu Hakikat
dan Tasawuf. Sunan Ampel diperkirakan wafat pada tahun 1479
M. Setelah Arya Lembusura wafat, Sunan Ampel
menggantikannya dan menjadi bupati pertama Surabaya, Ia

3
merupakan anggota walisongo Angkatan 4 sampai 6 (1463-1478)
(Abdurrahman 2020).
Melihat dari asal muasal sejarah pesantren di Indonesia
sendiri banyak peneliti yang meniliti bagaimana asal muasal
pondok pesantren masuk ke Indonesia, baik nama pesantren
ataupun tahun berdirinya. Perbedaan ini disebabkan kurangnya
data historis yang menjelaskan keberadaan pesantren. Pesanteren
diartika sebagai tempat seorang santri menimba ilmu yang
tempatnya menimba ilmu tersebut di sebut pesatren yang dimana
disebuah pesantren itu diajarkan oleh seorang ustadz atau guru
yang dumana di pesanteren mengkaji pelajran agama Islam yang
dimana pengertian pesanteren ini diungkapkan oleh Manfred
Ziemek.
Pelajaran mencakup berbagai bidang pengetahuan Islam.
Unsur-unsur utama pesantren adalah: pondok, masjid, santri,
pengajaran kitab-kitab klasik dan kiai. Ada juga yang mengatakan
bahwa pesantren hanya memiliki tiga unsur utama: Kiai yang
mendidik dan mengajar, Santri yang membaca, dan masjid tempat
mengaji. (Daulay, 2009).
Dalam sejarah Pesanteren, Pesantren yang pertama
didirikan oleh Syekh Mulana malik Ibrahim pada tahun 1399 M di
Kembang Kuning, dengan memiliki tiga santri. Tujuan pendirian
pesantren pada waktu itu adalah Mendakwahkan Islam di Jawa
diambil dari hasil Studi Ronald Alan Lukens Bull pada tahun 1977.
Pondok Pesanteren Giri oleh Sunan Giri, Pondok Pesantren
Demak oleh Raden Fatah, dan pondok pesantren tuban oleh Sunan
Bonang adalah pesantren yang muncul setelah pesantren Ampel
Denta. Ibadah untuk menanamkan iman, tabligh untuk
menyebarkan Islam, dan ilmu serta amal untuk mewujudkan
kegiatan sehari-hari dalam kehidupan masyarakat merupakan

4
gabungan tiga unsur dari fungsi pondok yang pada awalnya
berfungsi sebagai wadah islamisasi (Rahman, 2018).
B. Sejarah Pendidikan Islam di Jawa Tengah & DIY
1. Masuknya Islam Jawa Tengah & DIY
Runtuhnya Kerajaan Majapahit menjadi penanda berdirinya
kerajaan Demak yang didirikan oleh Raden Fatah yang ini menjadi
penanda masuknya Islam di Jawa Tengah. Kerajaan Demak tercatat
berdiri ditahun 1478. Kerajaan Demak makin berkembang dan
maritim makin kuat dalam kepemimpinan Raden Fatah. Selain itu
kekuasaan kerajaan menyebar hampir ke seluruh Jawa. Islam
mengalami banyak kemajuan dalam penyebaran Islam dari
kerajaan Demak.
2. Kerajaan Islam di Jawa Tengah dan DIY
Pertumbuhan kerajaan Islam di Jawa yang pertama adalah
kerajaan Demak yang didirikan oleh Raden Fatah pada tahun 1478.
Lalu pada masa Sultan Trenggono kerajaan Demak mengalami
masa Kejayaan dengan daerah kekuasaan Demak yang meliputi
seluruh Jawa dan Sebagian pulau-pulau lainnya. Pada saat itu
perluasan wilayah bersamaan dengan kegiatan dakwah ke seluruh
Jawa. Kerajaan Demak runtuh setelah Sultan Trenggono pada
tahun 1546 dan selanjutnya terjadi perebutan kekuasaan antara
Arya Panangsang dan Sunan Prawoto akhirnya dimenangkan oleh
Arya Penangsang.
Kerajaan Pajang sebelumnya merupakan wilayah kerajaan
Demak yang kemudian Kadipaten Pajang beranjak kuat dan
memiliki wilayah yang luas yang hal itu membuat adanya
pertikaian antara Jaka Tingkir dan Arya Panangsang yang berakhir
terbunuhnya Arya Panangsang lalu Jaka Tingkir menjadi raja
Pajang yang pertama yang bergelar Sultan Adi Wijaya dan
memindahkan ibukota Demak ke Pajang. Sultan Adi Wijaya

5
memperluas wilayah di Jawa pedalaman menuju ke Madiun
dialiran anak bengawan solo yang terbesar, Blora, Kediri.
Kerajaan Mataram merupakan imbalan keberhasilan Ki
Ageng Pemanahan yang berhasil membunuh Arya Penangsang
yang kemudian kerajaannya diserahkan kepada Sutawijaya karena
Ki Ageng Pemanahan wafat pada tahun 1575. Selanjutnya kerajaan
Mataram dipimpin Mas Jolang yang merupakan anak Sutawijaya
lalu dilanjutkan cucunya yaitu Sultan Agung. Pada masa Sultan
Agung yang dimana Mataram mengalami perpecahan karena
perbutan kekuasaan dan akhirnya hanya tersisa Kraton Yogyakarta
dan Surakarta.
3. Pendidikan Islam di Jawa Tengah dan DIY
Menurut Taufik Abdullah abad ke-7 islam telah masuk di
pulau jawa dan baru terlihat perkembangannya di abad ke -14,
sekitar tahun 1524-1546 M. Masyarakat masuk agama islam secara
massal. Diantara penyebab proses islamisasi berkembang pesat
pada abad ke-14 dan ke-15 yaitu padamnya pengaruh dan kekuatan
kerajaan Hindu ataupun Budha di Nusantara seperti Majapahit,
Sriwijaya dan Sunda ( Musyrifah Sunanto, 2005: 9).
Jawa tengah adalah salah satu daerah yang ikut andil dan
berperan penting dalam penyebaran islam di pulau jawa. Hal ini
juga tidak lain disebabkan oleh berdirinya kerajaaan pertama yaitu
Kerajaan Demak. Selain itu Walisongo juga berkontribusi dalam
proses penyebaran islam di pulau Jawa.
Korelasi antara kerajaan demak dengan walisongo
sangatlah erat, selain menyebarkan agama islam mereka juga
berperan sebagai penasehat kerajaan sehingga kerajaan dapat
memutuskan kebijakan sehingga menjadi dorongan penyebaran
islam di pulau jawa terkhusus di kepulauan nusantara.
Pada akhir abad ke-19, pendidikan yang dilaksanakan
dalam bentuk rumah,surau/langgar,masjid,dan pesantren sederhana

6
mulai diketahui masyarakat. Pendidikan yang diberikan lebih
menekankan pelajaran praksis seperti tauhid dan materi ibadah
dasar. Pada awal perkembangan masuknya islam,pendidikan islam
di jawa juga diselenggarakan secara informal,yaitu salah satunya
pendidikan yang diselenggarakan di langgar /masjid bersifat
elementer dimulai dengan mempelajari huruf hijaiyah atau
mengikuti guru menirukan bacaan al-qur’an.Tujuan pendidikan di
langgar/masjid ialah membaca al-qur’an secara baik dan benar
tanpa memahami kandungannya.Metode pembelajaran di
langgar/masjid menggunakan sistem sorogan anak secara
individual belajar kepada ustadz/kiai_dan sistem halaqoh_seorang
ustadz/kiai duduk bersila memberikan materi pelajaran di kelilingi
murid-murid (Hasbullah, 1991: 21-23).
Belanda melaukan upaya kristenisasi dengan mematahkan
kekuasan Islam. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1912 dan
menargetkan Yogyakarta sebagai basis kristenisasi. Yang pada
waktu itu Yogyakarta telah dikelilingi oleh sekolah-sekolah
Kristen milik Belanda. Di daerah Salatiga, Boyolali, Kebumen dan
Magelang yang waktu itu colonial sudah berhasil membuat
Lembaga pendidkan Kristen dalam upaya Kristenisasi.
Sebagaimana telah dijelaskan terdahulu bahwa lembaga-
lembaga pendidikan islam dimasa itu masih belum memenuhi
tuntutan zaman, hal ini membuat K.H. Ahmad Dahlan bertekad
dalam memajukan Pendidikan Islam yang kala itu Pendidikan
Islam mengalami kesenjangan yang menimbulkan adanya
perbedaan yang sangat mencolok terhadap lulusan Pendidikan
Lembaga Islam, karena pada waktu itu Belanda tidak menaruh
perhatian pada Pendidikan Islam di Indonesia ( Margono Poespa S,
1984: 149).
Ahmad Dahlan melakukan pembaharuan sistem
Pendidikan dikarenakan faktor sosio histori yang melatar

7
belakangi. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa pendidikan Islam
secara luas dikenal dengan istilah pesantren. Pesantren merupakan
lembaga pendidikan tingkat menengah dan tinggi, dimana tingkat
pemula pendidikan Islam diajarkan di Masjid, langgar atau surau.
Di pondok pesantren yang bertanggung jawab penuh ialah seorang
kiai ( M. Din Syamsudin, 1990: 221).
Menurut Mukhlis Sabir, sistem sorogan dan bendongan
atau weton merupakan sistem yang digunakan dalam mengajar. Di
pesantren tidak mengenalkan sistem kelas, ujian dan tidak ada
batas waktu santri tersebut harus tinggal di pesantren, di pesantren
lebih menekankan kepada hafalan, dan mendorong santri untuk
berdiskusi. Cabang-cabang ilmu terbatas pada ilmu agama saja dan
yang berkaitan dengannya, Hadits, Fiqih, Ilmu Tauhid, Tasawuf,
Ilmu Mantik, Ilmu Falaq, dan Ilmu Bahasa Arab yang didalamnya
ada Nahwu dan Sharaf, Balaghah dan sebagainya Sistem
Pendidikan yang demikian itu berlangsung awal abad ke-20 ( M,
Din Syamsudin, 1990: 221).
Pada awal abad ke-20, ada dua lulusan sistem pendidikan
yang memisahkan sangat berbeda, hal tersebut dapat dilihat dari
kegiatan-kegiatan sosial seperti dalam berbicara, berpakaian dan
cara berfikir. Keduanya merupakan usaha pembaharuan pendidikan
islamyang merupakan problem pokok ( Din Syamsudin, 1990:
222).
Melihat kenyataan tersebut, Ahmad Dahlan memiliki tekad
yang kuat guna memperbaharui sistem pendidikan ini, dengan
menggabungkan dua sistem, yaitu memasukkan kurikulum sains
modern ke dalam sistem pendidikan tradisional, dan memasukkan
pendidikan agama ke dalam kurikulum sekolah modern (netral
agama). Diharapkan sistem pendidikan tradisional akan
berkembang secara bertahap menuju sistem pendidikan modern.
Dan inilah tepatnya yang dilakukan K.H. Ahmad Dahlan dalam

8
pendidikan Islam yang berkiblat pada ajaran Islam murni rintisan
Al-Afghani dan Muhammad Abduh ( Zuhairini :125).
Dua pembaruan pengajaran oleh K.H. Ahmad Dahlan,
Pertama yakni mendirikan sekolah sendiri di mana agama dan ilmu
umum sama-sama diajarkan dan memberikan pelajaran agama di
sekolah sekuler Belanda (A. Mukti Ali, 1990: 123).
Untuk itu, di sekitar antara tahun 1908-1909 M, Secara
resmi pendirian sekolah pertama oleh Ahmad Dahlan, yaitu
Madrasah Ibtidaiyah (setingkat SD), dan Madrasah Diniyah di
rumahnya sendiri di ruang tamu sempit berukuran 2,5 x 6 M. M
(Abdul Munir Mulkhan, 1990: 19).
Bentuk pembaruan dengan mempertahankan kemurnian
ajaran agama Islam merupakan sistem pendidikan yang
diperkenalkan oleh Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah , dan
pembaruan dengan unsur baru yaitu metodologi yang diambil dari
sistem pendidikan barat dalam penerapannya. Dari perpaduan
tersebut, menurut Nakamura, pendidikan Muhammadiyah
memperoleh peningkatan, pertama, peningkatan kesadaran
kebangsaan Indonesia melalui ajaran Islam, kedua, melalui
sekolah-sekolah Muhammadiyah ide pembaruan dapat
disebarluaskan secara luas ( M. Din Syamsudin, 1990: 44).
Pendirian Pondok Muhammadiyah oleh KH Ahmad Dahlan
pada tahun 1920, sebagai alternatif dan pelengkap Qismul Aqro
sebagai sistem Pendidikan. Kyai Ahmad Dahlan adalah pelo[por
pembaruan dan penyempurnaan Pendidikan Islam di Indonesia
yang hal itu merupakan upaya dalam mengejar ketertinggalan
Pendidikan Islam dengan Pendidkan yang ada pada waktu itu, yaitu
Pendidikan Barat., dalam kehidupan yang semakin modern umat
Islam mulai sedikit terbuka dalam menerima realitas sosial ( A.
Jainuri, 1991: 71).
C. Sejarah Pendidikan Islam di Jawa Barat

9
1. Masuknya Islam Jawa Barat
Masuknya Islam di Jawa Barat tidak dapat dipisahkan dari
daerah Cirebon dan Banten. Daerah ini menjadi pusat
perkembangan Islam di Jawa Barat. Islam masuk di Jawa Barat
pada abad Ke-14, hal ini didasari adanya catatan sejarah lokal
Hageman yang menyebutkan bahwa Islam masuk ke Jawa Barat
pada tahun 1337 M. Catatan itu menyebutkan bahwa penganut
islam pertama di jawa barat adalah Haji Purwa disebutkan bahwa
beliau masuk Islam Ketika melakukan perjalanan dagang ke India
dan diislamkan oleh saudagar Arab yang menetap di India (Z,
2010). Masuknya islam di Jawa Barat juga dapat dilihat dari
adanya pondok Quro yang dikelola oleh Syekh Hasanudin Ulama’
dari daerah Campa (Vietnam).

2. Kerajaan Islam Jawa Barat


Kerajaan Cirebon adalah Kerajaan Islam pertama di Jawa
Barat. Pada waktu itu Islamisasi di Jawa Barat sudah menyebar ke
daerah Majalengka, Kuningan, Kawali (Galuh), Sunda Kelapa dan
Banten. Setelah Syarif Hidayatullah meninggal kerajaan Cirebon
akan digantikan oleh cucunya Dipati Carbon namun beliau terlebih
dulu meninggal pada tahun 1565 M. yang kemudian menjadi
kekosongan kekuasaan. Dan selanjutnya pemerintahan Cirebon
dilanjutkan oleh Fathillah namun hanya berlangsung dua tahun.
Kerajaan Banten ditaklukan oleh Syarif Hidayatullah pada
tahun 1525 M yang setelah menaklukkan banten Syarif
Hidayatullah Kembali ke Cirebon. Kekuasaan Kerajaan Cirebon
diserahkan kepada putranya Sultan Hasanuddin. Pada tahun 1525
M Banten menaklukkan Sunda Kelapa (Mihara, 2018)
3. Pendidikan Islam Jawa Barat
Berikut bentuk Pendidikan Islam di Jawa Barat dilihat dari
daerah pusat perkembangan islam Cirebon dan Banten:

10
Pendidikan Islam di Cirebon ditandai dengan adanya
pondok pesantren. Di Cirebon sendiri Pesentren pertama didirikan
oleh syeikh Datuk Kahfi atau yang lebih mashur dikenal dengan
nama Syeikh Nur Jati.pesantren ini didirikan di Ampararan Jati.
Pesantren itu menjadi pusat pengembangan Islam di Cirebon.
Bahkan penyebarannya sampai ke telinga Kerajaan Pajajaran.
Selanjutnya pesantren berkembang pesat Ketika Pesantren
dilanjutkan oleh Raden Walasungsang yang baru pulang dari
Mekah. Raden walasungsang memindahkan Pesantren di Amparan
Jati dengan membuka perdukuhan baru di dekat pesisir. Yang
disana beliau membuat sebuah Surau (Tajug/Masjid kecil) dengan
nama Jalagrahan.
Setelah itu Syarif Hidayatullah menghidupkan Kembali
Pesantren yang telah dibina Syekh Nur Jati, yaitu pesantren
Amprahan Jati yang terletak di Bukit Jati setelah beliau
menyelesaikan perjalanan studinya. Dan setelah Syarif
Hidayatullah wafat pesantren terus dikelola oleh keturunannya
pada sampai abad Ke-18 adanya campur tangan penjajah Belanda
sehingga membuat Syekh Muqayyim keluar dari istana dan
mendirikan Pondok Pesantren Buntet. Yang kemudian disusul oleh
podok-pondok pesantren lain yang berdiri pada abad ke-19 (Nor &
Hasani, 2017).
Banten adalah bagian kerajaan Tarumanagera sebelum
Banten diserahkan kepada Sunan Gunung Jati yang kemudian
menobatkan anaknya sultan Hasanudin untuk memimpin Banten
pada tahun 1526. Pembangunan Banten ditandai dengan
pembangunan Istana Sorosowan, Alun-alun dan Masjid atas
perintah Syarif Hidayatullah (sunan Gunung Jati). Yang pada saat
itu Banten menjadi jalun penting dalam perniagaan yang
merupakan jalur Internasional Perdagangan Asia (Kistoro &
Sibarani, 2019).

11
Penyebaran Islam di Banten tidak dapat dilepaskan dari
peran sentral yaitu Syarif Hidayatullah, Maulana Hasanuddin, dan
Maulana Yusuf sebagai pemimpin kesultanan Banten. Yang
bahkan berperan sebagai ulama’,penggerak Pendidikan,guru, dai
dan imam sholat. Ulama’ kesultanan Banten memiliki kedudukan
yang sangat di hormati. Yang pada saat itu banyak orang
berdatangan ke Banten untuk menimba ilmu agama islam. Pada
waktu itu didirikan masjid tan pesantren tradisional dan Istana
Sorosowan menjadi pusat pertemuan dan pembelajaran islam.
Selain itu ada juga syekh Nawawi al-batani al jawi pejuang
Pendidikan Islam yang terkenal dengan tulisan beliau yang tulisan-
tulisan itu menjadi rujukan pesanteren dalam maupun luar negeri.
Setelah itu dilanjutkan Pendirian Madrasah Masyarikul Anwar oleh
kyai Asnawi, Madrasah dan Pesantren Mathla'ul Anwar oleh kyai
Mas Abdurrahman, Pondok Al Khoiriyah oleh Syam'un bin
Alawiyah dan Madrasah dan Pesantren oleh kyai Abu Saleh dan
kyai Burhan. Latar belakang Pendidikan Lembaga Pendidikan
tersebut adalah respon dari Adanya aturan pelarangan dan
pembatasan Rakyat Pribumi di Sekolah Belanda. Selain dari
Lembaga pendidikan yang ada Pendidikan pada waktu itu juga
diselenggarakan di rumah-rumah Kyai atau Tokoh Agama
(Muslimah, 2017)
D. Sejarah Pendidikan Islam di Jakarta
1. Masuknya Islam di Jakarta
Awal masuknya Islam di Jakarta, ada yang berpendapat
bahwa Islam masuk di Jakarta pada abad ke-XII. Hal ini ditandai
dengan datangnya para pedagang yang berasal dari Gujarat, Persia,
dan semenanjung Arab. Sedangkan menurut Ridwan Saidi, awal
mula masuknya Islam di Jakarta dapat diruntut dari berdirinya
pesantren Quro yang didirikan oleh Syekh Hasanudin atau yang
lebih kerap disapa dengan nama syekh Quro, yang berada di daerah

12
Karawang. Beliau adalah seorang mubaligh dari Kamboja yang
datang ke tanah Jawa untuk berdakwah. Selama mendirikan
pesantren beliau mempunyai santri yang sangat banyak diantaranya
adalah Nyai Subang Larang putri dari seorang penguasa Pelabuhan
Cirebon yang nantinya dipersunting oleh prabu Siliwangi.
(Lasmiyati, 2009).
2. Pendidikan Islam di Jakarta
Dalam penyebaran Islam di Jakarta yang mana rata-rata
penduduknya adalah masyarakat suku Batawi, ada tiga jenis
institusi yang dijadikan tempat untuk mendidik anak-anak mereka
dalam bidang keagamaan, diantaranya adalah pondok pesantren,
madrasah, dan majlis taklim. Diantara ketiga institusi tersebut
pondok pesantren adalah lembaga tertua di Betawi, dibandingkan
dengan institusi yang lain. Berikut akan kami jelaskan satu persatu
dari ketiga institusi tersebut:
a) Pondok Pesantren
Sebelum kemerdekaan, model pondok pesantren di
Betawi adalah bercorak salafiyah. Salah satu pondok
pesantren yang terkenal pada saat itu adalah pondok
pesantren yang didirikan oleh Guru Marzuki Cipinang
Muara. Di Betawi model pondok pesantren yang
bercorak salafi sudah sangat jarang sekali ditemukan,
yang ada hanyalah pesantren non pondok seperti
pesantren Al-Ihsan pimpinan K.H. Hifdzillah di daerah
cakung. Di wilayah Jakarta Selatan pondok model salafi
yang masih bertahan adalah Darul Ishlah Pulo Kalibata
dan pondok pesantren Al-Tsaqofi.
b) Madrasah
Selain pondok pesantren, madrasah juga merupakan
institusi yang digemari masyarakat Betawi dalam
mendidik anak-anak mereka di bidang keagamaan.

13
Madrasah yang pertama kali didirikan di Jakarta
(Betawi) adalah madrasah Jami’at Khair Tanah Abang
yang didirikan oleh Ali dan Idrus dari kalangan
keluarga bani Shahab.setelah itu berdirilah madrasah
Unwanul Falah Kwitang yang didirikan oleh Habib Ali
Al-Habsyi. Madrasah ini yang nantinya melahirkan
ulama-ulama seperti K.H. Abdullah Syafi’i, K.H. Tohir
Rohili, K.H. Ziyadi Muhadjir dan yang lainnya.
c) Majlis Taklim
Tak kalah dari institusi-institusi yang telah
disebutkan diatas, majlis taklim adalah salah satu
Lembaga yang memiliki andil yang cukup besar dalam
mencetak ulama. Bagi orang Betawi majlis taklim
adalah media yang paling digemari dalam menuntut
ilmu. Menurut K.H. Saifuddin Amsir, majlis taklim
memiliki tiga keistimewaan dibandingkan media yang
lainnya, yakni:
1) Tidak ada batasan waktu dalam menyelesaikan
suatu disiplin ilmu atau mengkaji kitab tertentu.
2) Murid mempunyai keluasan waktu untuk
menanyakan materi atau pembelajaran yang
belum ia fahami dari apa yang telah
disampaikan oleh seorang guru.
3) Murid dihadapkan kepada permasalahan-
permasalahan keagamaan yang sering terjadi
dalam kehidupan sehari-hari sehingga
pemahaman yang mereka peroleh menjadi lebuh
komprehensif.(Rahmah, 2018).

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Islam masuk ke Jawa Timur diperkirakan pada Abad ke-10
M yang hal ini didasarkan dengan adanya penemuan makam
Fatimah binti Maimun di Gresik. Masuknya Islam di Jawa Timur
tidak lepas dari peran Walisongo Syekh Maulana Malik Ibrahim.
Pada waktu itu beliau mendirikan sebuah masjid dan melakukan
dakwah Islam dan pengajaran agama Islam. Pondok Pesantren
yang didirikan sunan Ampel yang merupakan pesantren pertama
yang ada di Jawa waktu itu menjadi cikal bakal berdirinya
pesantren-pesantren setelahnya misalnya pesantren sunan giri dan
sunan Bonang.
Islam masuk ke Jawa Tengah beriringan dengan berdirinya
kerajaan Demak oleh Raden Fatah. Di Jawa tengah Kerajaan-
kerajaan Islam sangat berpengaruh dalam penyebaran Islam di
Jawa Tengah. Pendidikan yang berkembang pada waktu itu berupa
pesantren, masjid langgar rumah-rumah kyai yang mengajarkan
kajian-kajian Islam. KH Ahmad Dahlan menjadi pemodern
pendidikan Islam di Jawa tengah dan DIY yang waktu itu banyak
terjadi kristenisasi oleh Belanda di berbagai daerah Di Jawa
tengah.
Islam masuk di Jawa barat diperkirakan pada abad ke-14
yang dibuktikan dengan adanya catatan sejarah lokal hageman
yang menyebutkan adanya orang Islam pertama di Jawa Barat
yaitu Haji Purwa. Dalam penyebaran Islam di Jawa barat tidak
lepas dari peran penting dari kerajaan Cirebon dan Banten.
Pendidikan Islam pada waktu itu berupa pondok pesantren masjid
dan surau Surau yang pada waktu itu menjadi pusat kajian Islam.

15
Di Jakarta Islam diperkirakan masuk pada abad ke-12 yang
di tandai dengan adanya pedangan Islam dari Gujarat, Pesia, dan
semenanjung Arab. Pendidikan Islam di Jakarta meliputi pondok
pesantren madrasah dan majelis taklim.
Lembaga Pendidikan Islam menjadi hal yang tidak dapat
dipisahkan dari perkembangan Islam di Indonesia dan merupakan
hal yang urgent dalam dalam penyebaran Islam. Pendidikan Islam
sekarang metode tradisional dan modern. Disini dapat diketahui
bahwa Pendidikan berperan dalam penyebaran Islam di Indonesia
terutama di daerah Jawa. Pendidikan Islam memberikan fasilitas
untuk masyarakat Pribumi yang memluk agama Islam untuk
mengenal Islam dan merasakan Pendidikan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, A. (2020). SEJARAH PESANTREN DI INDONESIA:: Sebuah


Pelacakan Genealogis. Jurnal Penelitian Ilmiah INTAJ.

Ali, Mukti, Ijtihad Dalam Pandangan Muhammad Abduh, Ahmad Dahlan dan
Muhammad Iqbal, Jakarta,Bulan Bintang, 1990.

Daulay, P. H. 2009. Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di


Indonesia. Jakarta : Kencana Departemen

Jainuri, Ahmad. Muhamadiyah Gerakan Reformasi Islam di Jawa abad ke-20,


Surabaya,Bina Ilmu, 1981

Kistoro, H. C. A., & Sibarani, A. N. L. (2019). Relevansi Konsep Nilai Petatah


Petitih Sunan Gunung Djati dalam Pendidikan Islam.
Jurnal Pendidikan Agama Islam.
Lasmiyati, 2009. PENYEBARAN AGAMA ISLAM DIJAKARTA ABAD XVII-
XIX. Bandung:Patanjala

Mihara, S. (2018). Pendidikan Islam Masa Kerajaan Islam di Nusantara. Rihlah:


Jurnal Sejarah Dan Kebudayaan.
Muslimah, M. (2017). Sejarah Masuknya Islam dan Pendidikan Islam Masa
Kerajaan Banten Periode Pra Kemerdekaan. Jurnal Studi
Agama Dan Masyarakat, 13(1), 136.
Nasir, M. J. M. (2018). Islamisasi Nusantara dan Proses Pembentukan Masyarakat
Muslim. Journal Multicultural of Islamic Education.
Poespa, Margono. Gerakan islam Muhammadiyah, Yogyakarta, Percetakan
Persatuan, 1983

Purwaningrum, S., & Ismail, H. (2019). Akulturasi Islam dengan Budaya Jawa:
Studi Folkloris Tradisi Telonan dan Tingkeban di Kediri
Jawa Timur.
Rahman, K. (2018). Perkembangan lembaga pendidikan islam di indonesia. Jurnal
Tarbiyatuna: Kajian Pendidikan Islam.

17
Sunanto, Musyrifah, Sejarah Peradaban Islamd di Indonesia, Jakarta: Raja
Grafindo Perkasa,2005

Untung, SM. Desember 2010. Telah Historis Pertumbuhan Pusat Pendidikan


Islam di Jawa Sampai Periode Perang Jawa, vol. 8, No. 2

Usman, M. I. (2013). Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan Islam. Al Hikmah,


XIV(1), 101–119.

Z, M. M. (2010). Penyebaran Agama Islam di Jawa Barat. Universitas


Padjajaran, 1–21.

Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta, PT. Bumi Aksara, 2004..

18
REKAP PERTANYAAN DAN JAWABAN

1. Afdaul Falah
Dijelaskan dimakalah islam masuk kejawa timur pada abad ke 10,
ke jawa barat pada abad ke 14, lalu pertanyaanya kenapa islam
tidak terlebih dahulu masuk ke jawa barat , karena secara letak
geografis lebih dekat jawa barat.
Jawaban :
Karena, jika diamati sebenarnya pesebaran islam pertama – tama
justru terjadi dijawa timur. Wilayah pesisir menjadi wilayah paling
awal menjadi pusat peneyebaran islam dari dunia luar, karena para
pendakwah islam yang hilir mudik diwilayah laut. Dibuktikan
dipelabuhan Gresik sekitar tahun 1371 ibrahim asmara kandi dan
maulana mashfur diangkat sebagai syah bandar yang menguasai
wilayah Pelabuhan di Jawa Timur dan adanya makam Fatimah
binti Maimun. Maka dari itu persebaran agama islam lebih tertuju
diwilayah jawa timur dan menjadikan wilayah jawa timur sebagai
wilayah masuknya agama Islam.
2. Meigi Safira
Apakah Lembaga Pendidikan pawiyatan itu sama dengan
Pendidikan pesantren dimasa sekarang? Lalu Pendidikan
pawiyatan pada jaman dulu beragama apa?
Jawaban :
Sebenarnya pawiyatan adalah Lembaga pendidikan Jawa kuno
yang praktik kependidikannya sama seperti pondok pesantren.
Yang mana dilembaga tersebut yang nantinya dijadikan acuan
dengan mengubah sistem yang ada ke sistem pendidikan Islam.
Pawiyatan pada zaman dahulu merupakan sebuah pendidikan yang
bercorak kejawen yang menganut ajaran kejawen. Yang mana
model pendidikan tersebut telah ada sebelum Islam masuk ke
Nusantara.

19
3. Ria Khasna
Bagaimana proses islamisasi Yogyakarta dan strategi Yogyakarta
mempertahankan keislamannya Ketika Yogyakarta dijadikan target
pemerintah kolonial belanda untuk dipatahkan kekuasaan islamnya
dan dijadikan medan kristenisasi?
Jawaban :
Pada intinya Jogja tidak pernah dijajah Belanda dan Kraton jogja
merupakan hasil bentukan Belanda yang saat itu menjadi penengah
dalam suatu konflik internal. Lalu Islamisasinya sudah sejak dulu
karena dulunya daerah jogja merupakan bagian dari kerajaan
Mataram Islam sebelum terpecah dan berdiri menjadi kraton Jogja
yang dulu dikenal dengan
Daerah Jogja tidak perlu dijajah karena yang menempati dari
lahirnya sudah Belanda, sudah milik Belanda sejak lahir, lewat
perjanjian giyanti, sudah menjadi daerah jajahan sejak lahir. Jadi
sejak dulu sudah Islam karena merupakan pecahan dari Mataram
Islam

4. M. Khusnul Abid
Apakah benar Lembaga Pendidikan tertua adalah pesantren ?
Apakah langar dan masjid termasuk dari lembaga Pendidikan
Jawaban :
Benar, pondok pesantren merupakan Lembaga Pendidikan tertua di
Indonesia karena sifat ke islaman dan ke indonesian terintegrasi
dalam pesantren menjadi daya tariknya. Belum lagi kesederhanaan,
yang terkesan apa adanya hubungan antara kiyai dan santri serta
keadaan fisik yang serba seadanya. Ya, karena dalam pondok
pesantren tempat bertanya dan pada zaman dahulu sebelum ada
pondok pesantren langar dan masjid dijadikan sebagai media
berdakwah dan pembelajaran.

20

Anda mungkin juga menyukai