Anda di halaman 1dari 17

SEJARAH PERKEMBANGAN

PONDOK PESANTREN DI
JAWA

Oleh:
MUHAMMAD MUHAJIR
NIM. 80100320067
NANANG ZAKARIA
NIM. 80100320063
Latar belakang
Kedatangan Islam di Indonesia telah banyak memberi
pengaruh dalam berbagai aspek kehidupan
masyarakatnya. Khususnya di Jawa yang mempunyai
banyak sejarah dan kebudayaan yang mengakar. Hal itu
bisa berupa budaya, kesenian, ritual, dan pendidikan.
Sejarah Pendidikan Islam di Jawa
 Pendidikan Pra Islam
Sistem pendidikan pada masa lalu baru dapat terekam
dengan baik pada masa Hindu-Buddha. Menurut Agus Aris
Munandar dalam tesisnya yang berjudul Kegiatan Keagamaan di
Pawitra Gunung Suci di Jawa Timur Abad 14—15(1990). Sistem
pendidikan Hindu-Buddha dikenal dengan istilah karsyan.
Karsyan adalah tempat yang diperuntukan bagi petapa dan
untuk orang-orang yang mengundurkan diri dari keramaian
dunia dengan tujuan mendekatkan diri dengan dewa tertinggi.
Karsyan dibagi menjadi dua bentuk yaitu patapan dan mandala.
 Masa Islam Masuk

Kerajaan Islam di Jawa. Salah seorang raja Majapahit yang bernama


Sri Kertabumi mempunyai istri yang beragama Islam yang bernama
Putri Cempa, dari Putri Cempa inilah lahir seorang putra yang
bernama Raden Fatah yang dikemudian hari menjadi raja kerajaan
Islam pertama di Jawa yaitu kerajaan Demak. Tentang berdirinya
kerajaan Demak para ahli sejarah berbeda pendapat, sebagian
berpendapat bahwa kerajaan Demak berdiri pada tahun 1478 M.
pendapat ini berdasarkan atas jatuhnya kerajaan Majapahit. Ada
pula yang berpendapat bahwa kerajaan Demak berdir pada tahun
1518 M. Hal ini berdasarkan bahwa pada tahun tersebut merupakan
tahun berakhirnya masa pemerintahan Prabu Udara Brawijaya VII
yang mendapat serbuan tentara Raden Fatah dari Demak.
Berdirinya kerajaan Islam Demak yang merupakan kerajaan
Islam pertama di Jawa tersebut maka penyiaran agama
Islam semakin luas serta pendidikan dan pengajaran Islam
pun bertambah maju.System pelaksanaan pendidikan dan
pengajaran agama Islam di Demak punya kemiripan dengan
yang dilaksanakan di Aceh yaitu denga mendirikan masjid di
tempat-tempat yang menjadi sentral di suatu daerah.Disana
diajarkan pendidikan agama di bawah pimpinan seorang
badal untuk menjadi seorang guru yang menjadi pusat
pendidikan dan pengajaran serta sumber agama Islam. Wali
suatu daerah diberi gelar resmi, yaitu gelar Sunan dengan
ditambah nama daerahnya, seperti Sunan Gunung Jati.
Sistem pendidikan yang ada pada masa Hindu-Buddha
kemudian berlanjut pada masa Islam. Bisa dikatakan sistem
pendidikan pada masa Islam merupakan bentuk akulturasi
antara sistem pendidikan patapan Hindu-Buddha dengan
sistem pendidikan Islam yang telah mengenal istilah uzlah
(menyendiri). Akulturasi tersebut tampak pada sistem
pendidikan yang mengikuti kaum agamawan Hindu-Buddha,
saat guru dan murid berada dalam satu lingkungan
permukiman (Schrieke, 1957: 237; Pigeaud, 1962, IV: 484—
5; Munandar 1990: 310—311). Pada masa Islam sistem
pendidikan itu disebut dengan pesantren atau disebut juga
pondok pesantren. Berasal dari kata funduq (funduq=Arab
atau pandokheyon=Yunani yang berarti tempat menginap).
 Pasca Indonesia Merdeka
Setelah melewati masa-masa sulit akibat
penjajahan perang, selanjutnya pesantren memasuki
era pascakemerdekaan dan berkiprah di zaman
pembangunan. Secara garis besar pendidikan di awal
kemerdekaan diupayakan untuk dapat menyamai dan
mendekati sistem pendidikan di negara-negara maju,
khususnya dalam mengejar keserbaterbelakangan di
berbagai sektor kehidupan.
 Sejarah Pondok Pesantren
Adapun term “pesantren” secara etimologis
berasal dari pe-santri-an yang berarti tempat
santri, asrama tempat saantri belajar agama
atau pondok. Sedangkan terminologi “santri”
sendiri menurut Zamakhsyari Dhofier berasal
dari ikatan kata “sant” (manusia baik) dan tri
(suka menolong) sehingga santri berarti
manusia baik yang suka menolong secara
kolektif. Pendapat berbeda dari Prof. John
mengatakan bahwa santri dalam bahasa Tamil
berarti guru mengaji.
Dalam catatan sejarah, Pondok Pesantren dikenal di
Indonesia sejak zaman Walisongo. Ketika itu pula Sunan
Ampel mendirikan sebuah padepokan di Ampel Surabaya
dan menjadikannya pusat pendidikan di Jawa. Para santri
yang berasal dari pulau Jawa datang untuk menuntut ilmu
agama. Bahkan di antara para santri ada yang berasal dari
Gowa dan Talo, Sulawesi.
Pesantren Ampel merupakan cikal bakal berdirinya
pesantren-pesantren di Tanah Air. Sebab para santri setelah
menyelesaikan studinya merasa berkewajiban mengamalkan
ilmunya di daerahnya masing-masing. Maka didirikanlah
pondok-pondok pesantren dengan mengikuti pada apa yang
mereka dapatkan di Pesantren Ampel.
Mengenai pendirian dan pelembagaan pesantren
pertama kali, baru muncul pada pertengahan abad ke-18
M. Dari pesantren-pesantren kuno yang terlacak,
pesantren Tegalsari Panaraga yang didirikan tahun 1742
adalah pesantren paling tua. Pada akhir abad 18 M,
lembaga pesantren di Jawa semakin bertambah dan
mengalami perkembangan pesat. Hal itu terjadi pada
rentang abad ke-19 M. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa pesantren muncul pada abad ke-18
M dan melembaga pada abad ke-19 M.
Dulu, pusat pendidikan Islam adalah langgar masjid atau
rumah sang guru, di mana murid-murid duduk di lantai,
menghadapi sang guru, dan belajar mengaji. Waktu
mengajar biasanya diberikan pada waktu malam hari
biar tidak mengganggu pekerjaan orang tua sehari-hari.
Banyaknya murid dan datang dari berbagai daerahlah
kemudian dibangun bilik-bilik sederhana untuk ditempati
sehari-hari bagi para santri. Pesantren di Jawa masa itu
pada umunya jauh dari kota besar atau terletak di
pedalaman.
Ada beberapa pendapat mengenai proses lahirnya pesantren, perbedaan
pandangan ini dapat dikategorikan menjadi dua pendapat, yaitu:
 Pertama, kelompok ini berpendapat bahwa pesantren merupakan hasil

kreasi sejarah anak bangsa setelah mengalami persentuhan budaya dengan


budaya pra islam. Pesantren merupakan sistem pendidikan islam yang
memiliki kesamaan dengan sistem pendidikan Hindu-Budha. Pesantren
disamakan dengan asyrama atau mandala dalam khazanah lembaga
pendidikan pra Islam.
 Kedua, kelompok yang berpendapat bahwa pesantren diadopsi dari

lembaga pendidikan Islam Timur-Tengah. Kelompok ini berpendapat


meragukan kebenaran pendapat yang menyatakan bahwa lembaga
pendidikan asyrama dan mandala yang sudah ada sejak zaman Hindu-
Budha merupakan tempat berlangsungnya praktek pengajaran tekstual
sebagaimana di pesantren. Termasuk dalam kelompok ini adalah Martin
Van Bruinessen, salah seorang sarjana Barat yang concern terhadap sejarah
perkembangan pesantren di Indonesia.
Unsur-unsur Pondok Pesantren
 Kiai
 Pondok (Asrama)
 Santri
 Masjid
 Pengajaran Kitab-kitab Klasik
Kategori Pondok Pesantren
Seiring dengan laju perkembangan masyarakat, maka
pendidikan pesantren baik tempat, bentuk hingga substansinya
telah jauh mengalami perubahan. Pesantren tidak lagi
sesederhana seperti apa yang digambarkan seseorang, akan
tetapi pesantren dapat mengalami perubahan sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangan zaman. Ciri-ciri pesantren
secara global hampir sama, namun dalam realitasnya terdapat
beberapa perbedaan terutama jika dilihat dari proses dan
substansi yang diajarkan.Adapun kategorisasi pondok pesantren
terbagi menjadi dua kelompok, yaitu:
 Pesantren Salaf
 Pesantren Khalaf
Pesantren-Pesantren di Jawa
 Pesantren Sidogiri
 Pesantren Jamsaren
 Pesantren Miftahul Huda
 Pondok Pesantren Al Kahfi Somalangu
 Pondok Pesantren Buntet, Cirebon, Jawa Barat
KESIMPULAN
 Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan islam di jawa sangat
dipengaruhi oleh keberadaan Walisongo. Diawali dengan dakwah beliau yang
menggunakan pendekatan kultural sehingga segera mendapat sambutan yang baik
dari massyarakat kala itu.
 Awalnya kegiatan dakwah dan pengajaran dilakukan di langgar atau surau-surau
kecil pada malam hari, sehingga tidak mengganggu waktu bekerja dan membantu
orang tua di pagi hari. Kegiatan meliputi belajar membaca Al-Qur’an, penyampaian
ajaran islam dan lainnya. Semakin banyak murid (santri) yang datang dari luar
daerahlah yang membuat dibangunnya bilik-bilik untuk ditinggali.
 Terlepas dari dinamika sistem sosio-kultural yang berkembang pada masa itu,
kuatnya peran wali songo dan ulama dalam mengembangkan ajaran dan
spiritualitas keagamaan, telah mendorong masyarakat mengembangkan pesantren
sebagai institusi pendidikan publik. Dengan spirit juang yang tinggi, wali songo,
para ulama, dan tokoh masyarakat pada masa lampau itu terus bergerak
memajukan pemikiran dan pendidikan masyarakat. Dorongan itulah yang lantas
melahirkan institusi pesantren dengan berbagai variasi dan keunikannya.
THANKS…..

Anda mungkin juga menyukai