Anda di halaman 1dari 16

Nama:R.M.

FIKRI ATHALLAH
Nim/Kelas:A1A219028/R-002
Mata kuliah:Sejarah Pendidikan
Dosen Pengajar:Isrina Siregar, S.Pd, M.Pd

perkembangan pendidikan dari masa hindu-budha hingga masa orde lama


Oleh:R.M.FIKRI ATHALLAH

A.Perkembangan pendidikan pada masa hindu-buddha


Sejarah hindu-buddha indonesia diawali dengan kemunculan beberapa kerajaan
di abad ke-5 M, antara lain: (1) kerajaan hindu di kutai (kalimantan) dengan raja
mulawarma, putra aswawarman atau cucu kudungga. (2) Di jawa barat muncul kerajaan
hindu Tarumanegara dengan raja Purnawarman.

Pada masa itu, pendidikan lekat dengan agama. Menurut I-Tsing, seorang peziarah dari
cina, ketika ia melewati Sumatera pada abad ke-7 M ia melihat banyak sekali kuil-kuil
budha dimana di dalamnya berdiam para cendekiawan yang mengajarkan ragam ilmu.
Kuil-kuil tersebut bukan hanya menjadi pusat transmisi etika dan nilai-nilai keagamaan
saja melainkan juga sebagai pusat seni dan ilmu pengetahuan.

Dikatan oleh I-Tsing setidaknya ada seribu biksu yang tinggal di Sriwijaya yang
menyebarkan ajaran seperti yang juga dikembangkan sejawatnya di india. Bahkan, di
antara para guru yang tinggal di sriwijaya ada guru yang terkenal di dan mempunyai
reputasi internasional, yaitu Sakyakirti dan Dharmapala.

Sementara itu, di pulau jawa muncul nama Djanabhadra. Pada masa itu, para peziarah
buddha yang berasal dari cina yang hendak ke tanah suci india, dalam perjalanan kerap
bersingggah di nusantara ini untuk melakukan studi pendahuluan dan persiapan
lainnnya.

Sejarah agama Hindu-Budha indonesia berbeda dengan hindu-budha di india. Namun,


dua agama tersebut dapat hidup berdampingan dengan baik. Bahkan ada upaya
memadukan figur syiwa dan budha sebagai satu sumber yang maha tinggi. Yang
tercermin dari satu bait syair sutasoma karya Mpu Tantular pada zaman majapahit
“Bhinneka Tunggal Ika”, yakni dewa-dewa yang ada dapat dibedakan (bhinna), tetapi
itu (ika), dan sejatinya adalah satu (tunggal).

Pada masa hindu-budha ini, kaum brahmana merupakan golongan yang mengadakan
pendidikan dan pengajaran. Adapun materi pelajaran yang diberikan yaitu:
1.teologi
2.bahasa dan sastra
3.ilmu-ilmu kemasyarakatan
4.ilmu-ilmu eksakta ( ilmu perbintangan, imu pasti, perhitungan waktu, seni bangunan,
seni rupa dan lain-lain).

Pola pendidikan pada masa hindu-budha mengambil model asrama khusus, dengan
fasilitas belajar seberti ruang diskusi dan ceramah.
Beberapa karya intelektual yang lahir pada masa hindu-buddha ini antara lain:
Arjurna wiwaha karya Mpu kanwa (Kediri, 1019), Bharata yudha karya Mpu sedah
(kediri, 1157), Hariwangsa karya Mpu panuluh (kediri, 1125), Gatotkacasraya karya
Mpu panuluh, Smaradhahana karya Mpu dharmaja (kediri, 1125), Negarakertagama
karya Mpu prapanca (majapahit, 1331-1389), Arjunawijaya karya Mpu tantular
(majapahit, ibid), Sotasoma karya Mpu tantular, dan pararaton. Pola pendidikan tidak
dilakukan dalam kompleks yanh bersifat kolosal, tetapi para guru padepokan dengan
jumlah relatif terbatas dan bobot materi ajar yang bersifat spiritual. Para murid sembari
belajar juga harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Jadi
secara umum dapat disimpulkan bahwa:
1.Pengelola pendidikan adalah kaum brahmana dari tngkat dasar sampai tingkat tinggi.
2.bersifat tidak formal, dimana murid dapat berpindah dari satu guru ke guru lain.
3.kaum bangsawan biasanya mengundang guru untuk mengajar di istana dan ada juga
yang mengutus anak-anaknya untuk belajar ke guru tertentu.
4.pendidikan kejuruan atau keterampilan dilakukan secera turun temurun melalui
kastanya masing-masing.

a.Metode pendidikan masa Hindu-Buddha


Metode pendidikan pada masa ini adalah “Sistem Guru Kula”. Dalam sistem ini
guru dan murid tinggal bersama dalam suatu rumah guru atau asrama, dimana murid
mengabdi sekaligus belajar kepada guru. Metode ini masih diterapkan sampai saat ini
terlihat pada metode yang diterapkan di pesantren yang kurang lebih mengadopsi
metode sistem guru kula ini.

b. Tujuan pendidikan pada masa Hindu-Buddha


Tujuan pendidikan pada masa hindu-buddha ini adalah agar para peserta didik
menjadi penganut agama yang taat, mampu hidup bermasyarakat sesuai tatanan
masyarakat yang berlaku saat itu, mampu membela diri dan membela negara. Hampir
semua tujuan pendidikan pada masa ini banyak yang diadopsi hingga sekarang karena
pada masa sekarang pendidikannya diberatkan pada pendidikan karakter sehingga
mempunyai kesinambungan dengan tujuan pendidikan pada masa hindu-buddha.

c.Kurikulum pendidikan pada masa hindu-buddha


Kurikulum pada masa hinfu-buddha meliputi pengajaran agama, membaca dan
menulis (huruf Palawa), kesasteraan, keterampillan memahat atau memahat candi, dan
bela diri (ilmu berperang). Sesuai dengan jenis lembaga pendidikannya (perguruan).

d.sifat pendidikan pada masa hindu-buddha


pendidikan pada masa ini bersifat aristokratis, artinya masih terbatas hanya
untuk anak-anak kasta braahmana dan ksatria, belum menjangkau anak-anak kasta
waisya, syudra, apalagi anak-anak kasta paria.

B.Perkembangan pendidikan pada masa Islam


Pada hakikatnya pendidikan islam berkembang sejak terjadinya kontak dagang
antara pedagang muslim dengan penduduk pribumi, nilai dan hukum dagang yang
dianut dalam sistem dagang internasional pada saat itu adalah nilai-nilai islam,
sehingga yang dapat membina hubungan dagang adaah mereka yamg menerima dan
mengamalkan hukum dagang islam tersebut.
Selain itu, sebagian dari mereka termotivasi untuk masuk ke agama islam
karena ingin membaca alqur’an. Para mubalig pedagang mensyaratkan harus lebih
dahulu mengakui Allah sebagai Tuhan dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul Allah.
Adapula yang masuk islam dengan perkawinan, yang syaratnya calon istri harus masuk
islam terlebih dulu, kemudian disusul oleh pembantu dan anggota keluarga lainnya.
Gambaran tadi menunjukkan bahwa pendidikan islam berlangsung tidak
terbatas pada satu tempat dan waktu tertentu, namun dimana dan kapan saja
berlangsung kontak antara pedagang mubalig dan penduduk pribumi, saat itu pula
terjadi dan berlangsungnya pendidikan islam. Adapun materi pendidikan mengenai
syahadat, membaca al-qur’an, nilai-nilai moral dan akhlak yang baik, kenudian
diajarkan cara-cara sholat lengkap dengan syaratnya dan seterusnya.

a.Sistem pendidikan pada masa islam(Tradisional-modern)

1.Sistem pendidikan surau


Pada awal perkembangan islam di indonesia, pendidikan islam dilaksanakan
secara informal, para mubalig melakukan penyiaran agama islam kapan dan dimana
saja pada tiap kesempatan dengan cara yang mudah diterima masyarakat. Mereka
membangun masjid sebagai tempat ibadah dan mengerjaka shalat jum’at di setiap desa
yang penduduknya dominan muslim, mereka mendirikan surau atau langgar untuk
tempat mengaji, membaca al-qur’an dan untuk tempat shalat lima waktu.

Pendidikan yang berlangsung di surau atau langgat bersifat elementer, mulai


dengan mempelajari huruf Hijaiyyah atau kadang langsung mengikuti guru dengan
meniru apa yang telah dibaca dari al-qur’an. Pendidikan ini dikelola oleh seorang ‘amil
yang memiliki tugas ganda, yaitu selain membacakan do’a pada waktu upacara
keluarga atau desa, juga berfungsi sebagai guru. Pelajaran biasa diberikan setiap pagi
dan petang hari, selama satu sampai dua jam yang makan waktu sampai beberapa bulan
bahkan sampai sekitar satu tahun.

Kegiatan belajar dilakukan dengan bentuk sorogan1 dan halaqah2. Materi


pelajaran yang diajarkan pertama adalah membaca al-qur’an, sesudah itu diajarkan tata
cara shalat, dan masalah keimanan yang lebih dikenal dengan sifat dua puluh tuhan,
serta pelajaran akhlak yang diberikan melalui cerita-cerita nabi, orang-orang saleh
sehingga murid-murid diharapkan dapat meneladaninya dengan baik.3

Tujuan utama dari pendidikan surau atau langgar ini adalah agar murid dapat
membaca al-qur’an dengan baik dan benar, dan belum ada kajian yang terlalu
mendalam untuk memahami isinya. Dengan demikian dikemukakan bahwa pendidikan
islam yang berlangsung di langgar, masih sangat sederhana jika dibandingkan dengan
penyelenggaraan pendidikan dewasa ini. Namun semangat untuk menyempaikan ilmu
tanpa memperhitungkan keuntungan dari segi material, dan semangat menuntut ilmu
tanpa fasilistas yang memadai itulah yang menjadi tulang punggung penyebaran islam

1
Sorogan yaitu murid-murid belajar pada guru atau kyai dengan cara seorang demi seorang
2
Halaqah adalah cara belajar dimana murid duduk mengelilingi guru yang juga memberi pelajaran sambil
duduk
3
Hasbullah, op. Cit., h. 22
pada masa-masa selanjutnya, dan dapat berkembang secara meluas seiring dengan
perkembangan islam yang hampir merata di seluruh nusantara.

2.sistem pendidikan pesantren


Sejarah telah membuktikan bahwa kehadiran kerajaan Bani Umayyah
menjadikan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, sehingga masyarakat Islam
tidak hanya belajar di masjid tetapi juga pada lembaga pendidikan lainnya seperti
Kuttab. Kuttab inilah yang kemudian lebih dikenal di Indonesia dengan istilah pondok
pesantren dengan karakternya sendiri yaitu adanya kyai, santri, masjid dan pondok.4

Sistem pendidikan pesantren yang dijelaskan di sini terbatas pada sistem


pendidikan sebelum masa pembaharuan pendidikan islam di indonesia. Secara historis
dapat dikatakan bahwa lahirnya sistem pendidikan pesantren di indonesia sudah ada
sebelum masa pembaharuan, hanya saja sistem nya masih tergolong tradisional dan
sangat sederhana.

Alasan pokok didirikannya pesantren adalah untuk mentransmisikan islam


tradisional sebagaimana yang terdapat dalam kitab-kitab klasik yang ditulis beberapa
abad yabg lalu yang kemudian dikenaal dengan kitab kuning.5 Namun, pandangan ini
melahirkan pertanyaan tentang kapan pertama kali munculnya pesantren. Hal ini tidak
mudah dijawab, sebab di jawa sendiri sebagai pusat pengembangan, lembaga ini
awalnya tidak memiliki bukti yang cukup. Diketahui bahwa sekitar abad ke-15 M.
Pesantren telah didirikan oleh para penyebar agama yang dikenal dengan wali songo,
seperti di ampel oleh sunan Ampel dan di Giri oleh Sunan Giri.6

Tujuan terbentuknya pondok pesantren, menurut H.M. Arifin membedekannya


menjadi dua yaitu; tujuan umum, yaitu membimbing murid menjadi manusia yang
berkepribadian muslim yang dengan ilmu agamanya sanggup menjadi mubalig di
tengah masyarakatnya sesuai dengan kapasitas ilmu agama yang dimilikinya. Tujuan
khusus, yaitu menyiapkan para santri untuk menjadi orang alim dalam ilmu agama yang
diajarkan olhe kyai yang bersangkutan serta mengamalkannya dalam masyarakat.7

Isi kurikulum pesantren terfokus pada ilmu-ilmu agama, seperti bahasa Arab,
fiqhi, hadits, tafsir, ilmu kalam, tarikh (sejarah) dan sebagainya. Literatur ilmu-ilmu
tersebut sebagaimana dikemukakan sebelumnya adalah kitab-kitab klasik yang disebut
kitab kuning dengan ciri-cirinya antara lain :
1.kitab-kitabnya berbahasa arab
2.umumnya tidak menggunakan syakal, bahkan ada yang tanpa titik atau koma
3.berisi keilmuan yang berbobot
4.metode penulisannya kuno dan relevansinnya dengan ilmu kontemporer kerap kali
tampak relatif tidak ada
5.lazimnya dikaji dan dipelajari di pondok pesantren
4
Hasbullah, op. Cit., h.24
5
Hanun Asrohoh,sejarah pendidikan islam, op. Cit., h. 146
6
Martin Van Bruinessen,kitab kuning, pesantren dan tarekat, Tradisi-tradisi islam di indonesia (Cet.III; Bandung
: Mizan, 1999), h. 17
7
H.M. Arifin, kapita selekta pendidikan islam dan umum (jakarta: Bina aksara, 1991), h. 248
6.kertasnya berwarna kuning

3.sistem pendidikan madrasah


Bentuk madrasah yang dikenal dari sistem pendidikan islam di timur tengah
sebagai lambaga pendidikan setelah kuttan dan halaqah di masjid agak berbeda dngan
madrasah yang dikenal dalam konteks indonesia, mengingat madrasah itu belum ikenal
pada awal penyebaran islam di indonesia,8 tapi istilah itu muncul setelah ada
pembaharuan yang dilakukan oleh kalangan modernis indonesia dengan memasukkan
sistem pendidikan modern di madrasah itu sendiri. Hal ini dibahas sebagai bahan
tambahan informasi tentang pendidikan pada masa islam.

Dikemukakan oleh Muhaimin dan Abd.Mujib bahwa hadirnya madrasah


sebagai lembaga pendidikan islam dilatar belakangi oleh beberapa faktor, yaitu: sebagai
manifestasi dan realisasi pembaharuan sistem pendidikan islam,sebagai penyempurnaan
terhadap sistem pesantren ke arah suatu sistem pendidikan yang memungkinkan
lulusannya dapat memiliki kesempatan yang sama dengan sekolah umum, ada sikap
mental segolongan umat, khususnya santri yang terpukau pada pendidikan barat sebagai
sistem pendidikan mereka. Sebagai upaya untuk menjadi jembatan antara sistem
pendidikan tradisional yang dilakukan pesantren dan sistem modern hasil akulturasi

d.metode pendidikan agama islam


Metode yang digunakan dalam pendidikan islam baik itu tradisonal atau modern
masih sering menggunakan metode ceramah atau tabligh (wetonan) 9, yang digunakan
untuk menyampaikan materi ajar bagi orang banyak. Biasanya dilakukan di masjid dan
metode sorogan. Dalam metode sorogan para santri bersama-sama dalam satu ruangan,
tetapi mereka belajar dan diajar oleh ustadz secara individual.

e.Tujuan pendidikan islam


Tujuan dari pendidikan islam ini adalah agar manusia bertaqwa kepada allah
S.W.T., sehingga mencapai keselamatan dunia akhirat.

C.Perkembangan pendidikan pada masa penjajahan (Abad 16-20)


1.pendidikan pada masa penjajahan portugis
Pada awal abad ke-16, bangsa Portugis adalah bangsa Eropa yang pertama
datang kc Indonesia. Kemudian, disusul oleh bangsa Spanyol.Tujuan utama mendatangi
Indonesia adalah mencari (berdagang) rempah-rempah yang banyak dihasilkan di
Maluku.Perdagangan mereka makin maju dan makin banyak bangsa Portugis dan
Spanyol yang datang kc Maluku. Selain berdagang, mereka bertujuan menyebarkan
agama Katolik. Untuk tugas-tugas ini, didatangkanlah para. Misionaris10 yaitu
Fransiskus Xaverius, yang telah menyelesaikan Studinya di Sarekat Yesus, ia diberi
tugas ke daerah-daerah timur Asia.Maka itu juga tujuan beliau datang kc Maluku.
Beliaulah yang dianggap sebagai peletak dasar agama Katolik di Indonesia.
8
Asyumardi Arza, pendidikan islam; tradisi, modernisasi menuju mellenium baru (Cet. I; jakarta: Logos Wacana
Ilmu, 1999), h. 89
9
Wetonan yakni suatu metode kuliah dimana para santri mengikuti pelajaran dengan duduk disekeliling kyai
yang menerangkan pelajaran. Santri menyimak kitab masing masing dan mencatat jika perlu. Pelajaran
diberikan pada waktu-waktu tertentu, yaitu sebelum atau sesudah melaksanakan sholat fardu.
10
misionaris adalah seorang pendakwah atau penyebar agama.
Untuk menyebarkan agama Katolik itu, para misionaris mendirikan
sekolah.Pada 1536, di Ternate didirikan sekolah yang mendidik calon-calon
misionaris/pekerja agama.Sekolah seminari ini juga didirikan di Pulau Solor.Banyak
anak-anak Indonesia yang masuk sekolah ini.Dengan adanya usaha-usaha sosial dari
para misionaris, kchidupan orang-orang Maluku makjn mcnjadi maju (Soemanto dan
Soeyarno, 1983:34-35)11.

Pada 1536, penguasa Portugis di Maluku Antonio Galvano mendirikan sekolah


seminari untuk anak-anak dari para pemuka-pemuka pribumi.Sclain pelajaran agama,
diajarkan juga membaca, menulis, dan berhitung.Sekolah serupa didirikan di Pulau
Solor, yang muridnya mencapai 50 orang.Sekolah .ini diketahui memakai bahasa
Latin.Murid-murid bumiputra yang ternyata dapat dan ingin melanjutkan studinya,
dapat melanjutkan studinya di Goa, pusat kekuatan Portugis di Asia. Sedangkan, pada
1547 fransiskus xaverius pergi kc Goa dari Ternate dengan membawa pemuda-pemuda
Maluku yang ingin melanjutkan pendidikan di Goa.

Penyebaran agama Katolik di pulau Maluku, demikian pula penyelenggaran


pendidikannya, tidak banyak mengalami kemajuan yang signifikan.Hal ini dikarenakan
selain hubungan orang-orang Portugis dengan Sultan Ternate yang kurang baik, mereka
harus bersaing melawan Spanyol dan kemudian dengan Inggris. Akhirnya, munculnya
kedatangan Belanda dan agama Kristen yang dibawanya dapat menghadang Portugis
sampai ke Timor-Timur, yang kemudian mengambil alih segala harta benda,termasuk
gereja Katolik beserta lembaga pendidikannya walaupun sebagian penduduk masih juga
ada yang setia kepada agama Katolik hingga sekarang.

2.perkembangan pendidikan pada saat penjajahan belanda


Belanda dalam perjalanan sejarahnya menunjukkan bagaimana ia menerapkan
kebijakan pendidikan yang diskriminatif dan menghalangi pertumbuhan pcndidikan
lokal masyarakat yang sudah ada. Pada 1882, Belanda membentuk pristermden yang
mempunyai tugas untuk mengawasi pengajaran agama yang ada di pesantren-pesantren.
Pada 1905, Belanda membuat peraturan bahwa orang yang akan memberi pengajaran
harus minta izin dulu. Pada 1925, muncul peraturan goeroe-ordormantie 12, yang
menyatakan bahwa para kiai atau guru yang ingin memberikan pelajaran kepada
muridnya, cukup memberitahukan kepada pihak Belanda. Semua Peraturan-peraturan
itu merupakan rintangan perkembangan pendidikan yang dihadapi oleh para pengikut
agama Islam. ini menunjukkan bahwa sampai abad ke-18 atau permulaan abad ke-19 di
indonesia belum ada pcndidikan dan pengajaran, yang diselenggarakan secara tidak
diskriminatif dan elitif menurut sistem yang kita miliki sekarang ini.
Belanda yang memiliki agama Kristen Protestan sambil berdagang juga
menyebarkan agamanya.Kegiatan penyebaran agama tersebut menjadi awal kebijakan
pendidikan kolonial Belanda.Sekolah-sekolah didirikan di Pulau Ambon dan Pulau
Bacan (Maluku).Sekolah-sekolah ini belum mengajarkan pengetahuah umum.Bahasa
pengantar yang dipakai adalah bahasa Melayu, baru pada kelas yang lebih tinggi
dipakai bahasa Belanda.Pihak Belanda juga mendirikan sekolah bagi calon pegawai
VOC. Sekolah itu didirikan di Ambon dan Jakarta (Batavia).Sekolah ini diperuntukkan
bagi anak-anak pegawai VOC. Pada tahun 1799, VOC runtuh karena pegawainya
11
Soemanto dan soeyarno, 1918:34-35
12
Goeroe-ordormantie: sebuah kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah Belanda terhadap ulama/guru
bekerja tanpa disiplin, korupsi, dan manajemen yang tidak jelas. Akhirnya , pemerintah
Belanda mengambil alih kekuasaan VOC. Mulailah negara kita berada di bawah
kekuasaan pemerintah Belanda, dengan nama Hindia-Belanda.

Pada saat zaman pemerintahan Hindia-Belanda ini, ada tiga jenis tingkatan
pendidikan, yaitu:
1. Pendidikan Rendah (Lagere Onderwijs)
2. Pendidikan Menengah (Middelbaar Onderwijs)
3. Pendidikan Tinggi

3.perkembangan pendidikan pada masa penjajahan jepang


Pendidikan yang menyebar pada saat Jepang menduduki Indonesia banyak
dipengaruhi oleh organisasi dan kebijakan-kebijakan jepang mengenai pergerakan di
Indonesia saat itu. Selain itu pemerintah jepang memperbolehkan bahasa Indonesia
sebagai bahasa resmi. Penggunaan bahasa Jepang yang menjadi pengantar dalam
pendidikan kala itu membuat adanya pengenalan budaya jepang di Indonesia yang juga
turut mempengaruhi pola pendidikan yang akhirnya berkembang dan diterapkan
masyarakat indonesia hingga saat ini. Pemerintah Jepang juga banyak melakukan
sosialisasi terhadap para guru untuk memperoleh kesamaan terhadap pandangan dan
tujuan dalam pendidikan. Tetapi, meski diskriminasi ditiadakan, pada masa
pendudukan Jepang terjadi penurunan mutu dalam pendidikan yang ada. Antara lain
dikarenakan karena penerapan pendidikan militer, pengalihan dari bahasa belanda
sebagai pengantar menjadi bahasa Jepang dan bahasa Indonesia, perubahan ini
diwajibkan bagi para guru untuk mempelajari bahasa jepang

a.sistem pendidikan pada masa pendudukan jepang


Selama pendudukan nya di indonesia, jepang memasukkan berbagai unsur dalam
pendidikan di Indonesia. Dan tidak dapat dihindari bahwa, jika hal itu mengakibatkan
adanya pengenalan terhadap budaya jepang yang menyebar pada masyarakat indonesia.
Pemerintah Jepang pun menerapkan konsep pengajaran sama seperti yang ada pada
negaranya dan menghapus segala jenis konsep pendidikan yang berhaluan barat.
Namun, akibat kegagalan mereka dalam mengaplikasikan sistem pendidikannya di
Manchuria13. Pada saat di Indonesia, jepang berusaha menerapkan perpaduan antara
kurikulum lokal dengan kurikulum yang ada di jepang. Dalam upaya penerapan
tersebut, jepang memiliki beberapa hal yang merupakan instrument penting dalam
pendidikan. Yaitu :

1.Tujuan dan fungsi pendidikan jepang


tujuan utama jepang dalam menanam pola pendidikannya di Indonesia adalah
untuk menarik simpati rakyat indonesia agar mau membantu dan membela Jepang di
Perang Dunia. Hal ini terlihat jelas dari perubahan yang terjadi pada pola pendidikan di
Indonesia yang diawali dengan penghapusan bahasa belanda di sekolah-sekolah dan
peggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi. Juga penerapan bahasa jepang dan
Indonesia sebagai bahasa pengantar pendidikan oleh guru. Tentu saja, dengan
menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi menjadikan rakyat Indonesia lebih
memihak pada jepang yang telah mengembalikan dan memberi hak mereka untuk
13
sebuah wilayah kuno di sebelah timur laut Tiongkok dekat perbatasan dengan Korea Utara dan Rusia.
Manchuria sekarang ini meliputi provinsi-provinsi Republik Rakyat Tiongkok seperti Liaoning, Jilin dan
Heilongjiang.
kembali mempelajari bahasa asli mereka. Ini adalah cara politik jepang dalam menarik
simpati rakyat indonesia. Agar rakyat indoneia mau membantu membela jepang dalam
peperangan dan memperkuat kekuatan militer jepang. Karena, dengan memberi sedikit
hadiah kepada indonesia. Jepang dapat memperoleh kepercayaan dan pembelaan
mereka untuk melawan kekuatan barat.

Selain itu, jepang juga memiliki konsep pendidikan yang luas dan merakyat. Ini
terlihat dari dihapusnya sistem kasta dalam pendidikan. Yakni, dimana hanya keluarga
bangsawan saja yang berhak mendapat pendidikan. Sistem kasta ini hanya berlaku pada masa
Belanda. Tapi, meskipun begitu, dalam kelompok sosial masyarakat tetap ada pembedaan
dasar pada tingkat sosial masyarakat dalam pendidikan. Yakni:
-Pendidikan Dasar (Kokumin Gakko / Sekolah Rakyat)
Lama pendidikan 6 tahun. SR adalah Sekolah Pertama yang merupakan konversi nama dari
Sekolah dasar 3 atau 5 tahun bagi rakyat indonesia di masa Hindia Belanda.

-Pendidikan Lanjutan
Terdiri dari Shoto Chu Gakko (Sekolah Menengah Pertama) dengan lama studi 3 tahun dan
Koto Chu Gakko (Sekolah Menengah Tinggi) juga dengan lama studi 3 tahun.

-Pendidikan Kejuruan
Mencakup sekolah lanjutan bersifat vokasional14, antara lain di bidang pertukangan,
pelayaran, pendidikan, teknik, dan pertanian.

-Pendidikan Tinggi
Setelah jepang berhasil merebut indoneia dari belanda, semua sekolah yang berbasis Belanda
ditutup. Akibatnya, para guru yang dulu bekerja disekolah tersebut terpaksa mengartikan atau
menerjemahkan segala sumber buku catatan Belanda kedalam bahasa jepang dan Indonesia.
Lalu, perubahan sekolah akademis menjadi sekolah-sekolah vokasi. Dan pelarangan untuk
membangun sekolah swasta yang mengakibatkan tutupnya Taman Guru dan Taman Madya.
Sementara, untuk pendidikan Islam. Jepang mengatur beberapa kebijakan. Karena, sebelum
menjajah Indonesia, jepang telah meneliti tentang mayoritas masyarakat yang tergabung
dalam ormas-ormas islam. Kebijakan itu antara lain:
-Mengubah Kantoor Voor Islamistische Zaken15, pada masa Belanda yang dipimpin kaum
orientalis menjadi Sumubi yang dipimpin tokoh Islam sendiri, yakni K.H. Hasyim Asy’ari. Di
daerah-daerah dibentuk Sumuka

-Pondok pesantren sering mendapat kunjungan dan bantuan pemerintah Jepang

-Mengizinkan pembentukan barisan Hizbullah yang mengajarkan latihan dasar seni


kemiliteran bagi pemuda Islam di bawah pimpinan K.H. Zainal Arifin

14
merupakan pendidikan yang bersifat khusus (terspesialisasi) yang meliputi semua jenis dan jenjang
pekerjaan.
15
Kantor urusan islam
-Mengizinkan berdirinya Sekolah Tinggi Islam di Jakarta di bawah asuhan K.H. Wahid
Hasyim, Kahar Muzakkir dan Bung Hatta

-Diizinkannya ulama dan pemimpin nasionalis membentuk barisan Pembela Tanah Air
(PETA) yang belakangan menjadi cikal-bakal TNI di zaman kemerdekaan

-Diizinkannya Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) terus beroperasi, sekalipun kemudian
dibubarkan dan diganti dengan Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) yang
menyertakan dua ormas besar Islam, Muhammadiyah dan NU.

Hakku Ichiu adalah sistem pendidikan jepang , yakni mengajak rakyat Indonesia
untuk bekerjasama dalam rangka mencapai kemakmuran bersama Asia Raya. Oleh
karena itu bagi setiap pelajar, setiap hari terutama pada pagi hari, harus mengucapkan
sumpah setia kepada Kaisar Jepang, lalu latihan kemiliteran. Penghapusan dualisme
pengajaran dilakukan jepang untuk melakukan perubahan pada sistem pendidikan di
Indonesia. Dengan begitu habislah riwayat pengajaran Belanda yang dualistis, yang
membedakan antara pengajaran barat dan pengajaran pribumi. Penghapusan ini
dimaksudkan karena dualisme dianggap tidak sesuai dengan strategi Niponisasi Jepang.
Karena dualisme pendidikan menyebabkan susahnya melakukan doktrinasi terhadap
para pelajar indonesia.

b.Kurikulum yang diterapkan pada masa penjajahan jepang


Setelah kegagalan sistem triple movement, jepang merekrut Ki Hajar dewantara
sebagai perwakilan dari rakyat indonesia dalam mengatur pendidikan di Indonesia.
Yaitu, dengan mengakomodasikan kurikulum lokal dalam pendidikan yang juga di
akulturasi dengan kurikulum jepang. Meskipun, menjelang akhir masa pendudukannya,
jepang masih berupaya untuk menerapkan sistem Nipponisasi kembali, yakni dengan
mengerahkan Sendenbu (propagator Jepang), untuk menanamkan ideologi yang
diharapkan dapat menghancurkan ideologi Indonesia Raya.

Jepang juga memandang perlunya melatih guru-guru agar memiliki


keseragaman pengertian tentang maksud dan tujuan pemerintahannya. Materi pokok
dalam latihan tersebut antara lain:
-Indoktrinasi ideologi Hakko Ichiu16

-Nippon Seisyin, yaitu latihan kemiliteran dan semangat Jepang

-Bahasa, sejarah dan adat-istiadat Jepang

-Ilmu bumi dengan perspektif geopolitics

-Olahraga dan nyanyian Jepang

Sementara untuk pembinaan kesiswaan, pemerintah Jepang mewajibkan bagi


setiap murid sekolah untuk rutin melakukan beberapa aktivitas berikut ini:

16
slogan persaudaraan universal yang digunakan Jepang untuk menciptakan Kawasan Kemakmuran
Bersama Asia Timur Raya dalam Perang Dunia II.
-Menyanyikan lagu kebangsaan Jepang, Kimigayo setiap pagi

-Mengibarkan bendera Jepang, Hinomura dan menghormat Kaisar Jepang, Tenno Heika
setiap pagi

-Setiap pagi mereka juga harus melakukan Dai Toa 17, bersumpah setia kepada cita-cita
Asia Raya

-Setiap pagi mereka juga diwajibkan melakukan Taiso, senam Jepang

-Melakukan latihan-latihan fisik dan militer

-Menjadikan bahasa Indonesia sebagai pengantar dalam pendidikan. Bahasa Jepang


menjadi bahasa yang juga wajib diajarkan.

b.Lembaga pendidikan
Tidak dapat dihindari jika sistem pendidikan jepang masin banyak digunakan
dalan sistem pedidikan nasional saat ini. Yaitu, pengelompokan usia dan tingkatan
belajar yang ada pada sistem pendidikan saat ini merupakan hasil peninggalan dari
sistem pendidikan jepang yang hanya menjajah Indonesia selama kurang lebih 3.5
tahun lamanya. Diantaranya yaitu:
-Pendidikan Dasar (Kokumin Gakko / Sekolah Rakyat) yang saat ini lebih dikenal
dengan Sekolah dasar yang lamanya jenjang pendidikan ini adalah 6 tahun. Sesuai
dengan yang di terapkan sejak masa pendudukan jepang.

-Pendidikan Lanjutan. Terdiri dari Shoto Chu Gakko (Sekolah Menengah Pertama)
yang lama pendidikannya 3 tahun dan Koto Chu Gakko (Sekolah Menengah Tinggi/
Atas ) yang juga memiliki lama pendidikan selama 3 tahun.

-Pendidikan Kejuruan. Yaitu sekolah setingkat SMA yang memfokuskan pada


kemampuan kerja siswa. Bukan pada hal akademik tapi dalam hal praktek. Seperti
dalam bidang-bindang pekerjaan pertukangan, pelayaran, pendidikan, teknik, dan
pertanian. Sekolah ini ditujukan untuk pelajar yang ingin langsung bekerja tanpa
melalui jenjang perguruan tinggi.

-Pendidikan/perguruan Tinggi. Yakni, tingkatan tertinggi dalam jejnag pencarian ilmu.


Program ini masih berlaku hingga saat ini. Selain menjajah dengan keji dan memperalat
rakyat Indonesia. Jepag juga memberi berbagai hal yang bermanfaat dan dapat
dipelajari bangsa Indonesia dalam pertumbuhanny menjadi suatu Negara yang besar.
D.Perkembangan pada masa awal kemerdekaan-orde lama
1.pendidikan pada awal kemerdekaan
setelah merdeka, para pemimpin Indonesia menjadikan pendidikan sebagai hak
setiap warga negara, mencerdaskan kehidupan bangsa menjadi tujuan nasional.
Direncanakanlah bahwa dalam 10 tahun ke depan, pada waktu itu seluruh anak
Indonesia harus bisa menikmati sekolah. Oleh karena itu, pemerintah melakukan
berbagai pembenahan seperti penambahan jumlah guru, pembangunan gedung sekolah,
dan sebagainya. Pemerintah juga membagi tingkat pendidikan seperti Sekolah Dasar
17
Asia Timur Raya
(SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan
Perguruan Tinggi. Pada awal kemerdekaan, pendidikan di sekolah-sekolah lebih
menekankan pada semangat nasionalisme dan membela tanah air.

Pendidikan sudah seharusnya menentukan masa depan suatu bangsa. Bila visi
pendidikan tidak jelas, yang dipertaruhkan adalah kesejahteraan dan kemajuan bangsa.
Visi pendidikan harus diterjemahkan ke dalam sistem pendidikan yang memiliki
sasaran jelas, dan tanggap terhadap masalah-masalah bangsa. Karena itu, perubahan
dalam subsistem pendidikan merupakan suatu hal yang sangat wajar, karena kepedulian
untuk menyesuaikan perkembangan yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.
Sudah seyogyanya sistem pendidikan tidak boleh jalan di tempat, namun setiap
perubahan juga harus disertai dan dilandasi visi yang mantap dalam menjawab
tantangan zaman.

Di Indonesia, berubahnya subsistem pendidikan (kurikulum, UU) biasanya tidak


ditanggapi dengan antusias, namun malah sebaliknya membuat masyarakat ragu apakah
penguasa di Indonesia memiliki visi pendidikan yang jelas atau tidak. Visi pendidikan
diharapkan mampu menentukan tujuan pendidikan yang jelas. Karena, tujuan
pendidikan yang jelas pada gilirannya akan mengarahkan ke pencapaian kompetensi
yang dibutuhkan serta metode pembelajaran yang efektif. Dan pada akhirnya, kelak
pendidikan mampu menjawab tuntutan untuk mensejahterakan masyarakat dan
kemajuan bangsa. Setidaknya ada empat tujuan yang menjadi idealisme pendidikan
yaitu:
-Perolehan pengetahuan dan keterampilan (kompetensi) atau kemampuan menjawab
permintaan pasar.

-Orientasi humanistic18

-Menjawab tantangan-tantangan sosial, ekonomi, serta masalah keadilan.


Kemajuan ilmu itu sendiri.

Dari keempat tujuan pendidikan di atas, setidaknya poin nomor dua yang
berorientasi pada tujuan memanusiakan manusia atau humanistis, menjadi poin yang
penting dalam proses pendidikan, dan sudah sepatutnya bahwa pendidikan harus
menjunjung hak-hak peserta didik dalam memperoleh informasi pengetahuan.

2.Pendidikan pasca kemerdekaan


Tidak jauh berbeda setelah masa kemerdekaan, pendidikan di masa pasca merdeka ini
melahirkan beberapa hal diantaranya :
1.Terdapat banyak sikap hidup yang bisu dan kelu. Kebudayaan bisu dan budaya pedagogi
yang hanya mengandalkan memori otak sehingga menjadikan sekolah hanya sebagai tempat
untuk mendengarkan guru ceramah tanpa siswa diberikan kesempatan untuk berpikir kritis.
Pada saat ini siswa tidak memiliki pilihan untuk tidak mengikuti metode ceramah ini, karena
guru diposisikan sebagai subjek sentral yang harus dihormati oleh murid.

18
2.Penduduk dipinggiran kota (di kampung-kampung kumuh) ternyata belum mampu
berkembang dan belum dapat diikutsertakan dalam proses pendidikan.

3.Model sekolah yang mengikuti model barat ternyata belum hilang bekas-bekas
pengaruhnya dalam mengalami kegagalan.

4.Di sekolah-sekolah, bahasa ibu (bahasa daerah asli) didiskualifikasi secara sistematis,
diganti dengan bahasa intelektual dan artifisial penguasa di bidang politik.

5.Kaum elit dan intelektual yang mendapatkan pendidikan dari luar negeri ternyata tidak
akrab dengan masyarakat pribumi.

secara garis besar, pendidikan di awal kemerdekaan diupayakan untuk dapat menyamai
dan mendekati sistem pendidikan di negara-negara maju, khususnya dalam mengejar
keserbaterbelakangan di berbagai sektor kehidupan.

3.pendidikan pada masa orde lama


Sejarah pendidikan indonesia pada masa orde lama dapat dilihat sesuai dengan
pembagian waktu yang ditandai dengan peristiwa penting diantaranya, periode 1945-1950
dan periode 1950-1966.

a.Periode 1945-1966
Sistem sekolah setelah Indonesia merdeka yang berdasarkan satu jenis sekolah untuk
tiga tingkat pendidikan seperti pada saat zaman Jepang tetap diteruskan.Sedangkan rencana
pembelajaran pada umumnya sama dan bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa
pengantar untuk pengajaran di sekolah. Buku-buku pelajaran yang digunakan adalah buku
terjemahan dari bahasa Belanda ke dalam bahasa Indonesia yang sudah ada sejak zaman
Jepang (Moestoko, 1986: 17)19. Adapun sistem pendidikan yang berlaku sejak tahun 1945-
1950 adalah sebagai berikut:

1.Pendidikan rendah
Pendidikan yang terendah di Indonesia sejak awal merdeka disebut dengan Sekolah
Rakyat (SR) dengan lama pendidikan yang awalnya 3 tahun ditambah menjadi 6 tahun.
Tujuan didirikannya SR adalah selain meningkatkan taraf pendidikan pada masa sebelum
kemerdekaan juga untuk dapat menampung hasrat yang besar dari mereka yang hendak
bersekolah.

kurikulum SR diatur sesuai dengan keputusan Menteri PK & K tanggal 19 November


1946 No 1153/Bhg A yang menetapkan daftar pelajaran SR yang menekankan terhadap
pelajaran bahasa dan berhitung. ini dapat terlihat bahwa dari 38 jam pelajaran seminggu, 8
jam adalah untuk bahasa Indonesia, 4 jam untuk bahasa daerah dan 17 jam untuk berhitung
(kelas 4, 5 dan 6). Tercatat ada 24.775 lembaga SR pada akhir tahun 1949 di seluruh
Indonesia (Sjamsudin dkk, 1993: 18)20.

19
Moestoko, somarsono. (1986). Pendidikan indonesia dari zaman ke zaman. Jakarta: Balai pustaka
20
Sjamsudin, helius, dkk. (1993). Sejarah pendidikan di indonesia: zaman kemerdekaan,1945-1966.jakarta:
departemen pendidikan dan kebudayaan
2.Pendidikan Guru
Dalam periode 1945-1950 terdapat tiga jenis pendidikan guru yaitu sebagai berikut
(Rifa’i, 2016: 136-137)21:

a).Sekolah Guru B (SGB) dengan lama pendidikan selama 4 tahun dan memiliki tujuan untuk
mendidik guru untuk dipekerjakan di sekolah rakyat (SR).

b). Sekolah Guru C (SGC) yang dibentuk karena permintaan penambahan jumlah guru SR
yang mendesak maka terasa diperlukannya pembukaan sekolah guru yang dalam tempo
singkat dapat menghasilkan calon guru.

c). Sekolah guru A (SGA) yang dibentuk karena ada banyak warga yang beranggapan bahwa
pendidikan guru 4 tahun belum menjamin pengetahuan cukup untuk taraf pendidikan guru.

3.pendidikan umum
Ada dua jenis pendidikan umum yaitu:

a).Sekolah Menengah Pertama (SMP). seperti pada saat zaman Jepang, SMP mempergunakan
rencana pelajaran yang sama. Tetapi dengan keluarnya surat putusan menteri PP & K tahun
1946, maka diadakanlah pembagian kelas A dan B pada saat mulai kelas II sehingga terdapat
kelas II A, II B, III A dan III B. Di bagian kelas A diberikan juga sedikit ilmu alam dan ilmu
pasti. Tetapi lebih banyak pelajaran bahasa dan praktek administrasi. Sedangkan di bagian
kelas B sebaliknya, diberikan banyak Ilmu Alam dan Ilmu Pasti. Tetapi lebih sedikit
pelajaran bahasa dan praktek administrasi.

b).Sekolah menengah Tinggi (SMT). merupakan pendidikan tiga tahun setelah SMP
dan setelah lulus dapat melanjutkan ke perguruan tinggi. Mengenai rencana pelajaran
belum jelas atau belum diketahui dan yang diberikan adalah rencana pelajaran dalam
garis besar saja. Karena pada waktu itu masih menyesuaikan dengan keadaan zaman
yang masih belum stabil. Demikian rencana pembelajaran yang berlaku yaitu: (1)
isinya memenuhi kebutuhan nasional,(2) bahasa pengantarnya adalah bahasa Indonesia,
dan (3) mutunya setingkat dengan SMT menjelang kemerdekaan. Ujian akhir dapat
diselenggarakan oleh masing-masing sekolah selama belum ada ujian Negara. Tetapi
setelah tahun 1947 baru berlaku ujian negara tersebut. Dapat dimaklumi apabila bobot
ujian penghabisan negara yang pertama kali diadakan masih sangat minim karena
pelajaran pun bersifat darurat (Sjamsudin dkk, 1993: 19-20)22.

4.Pendidikan kejuruan
Pendidikan kejuruan ini terfokus pada pendidikan ekonomi dan pendidikan
kewanitaan.

21
Rifa’i, Muhammad. (2016). Sejarah Pendidikan Nasional: Dari Masa Klasik Hingga Modern. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.

22
Sjamsudin, helius, dkk. (1993). Sejarah pendidikan di indonesia: zaman kemerdekaan,1945-1966.jakarta:
departemen pendidikan dan kebudayaan
5.Pendidikan teknik
Tidak seperti sekolah lain, sekolah pendidikan teknik ini tidak teratur karena,
disamping pelajarnya yang sering terlibat dalam pertahanan negara. Namun, sekolah
pendidikan teknik ini juga sering digunakan sebagai pabrik senjata.

6.Pendidikan Tinggi
Pada Periode 1945-1950, kesempatan untuk meneruskan studi pendidikan tinggi
semakin terbuka lebar bagi warga negara indonesia tanpa syarat. Lembaga pendidikan
ini berkembang pesat. Tetapi karena pelaksanaannya dilakukan dengan perjuangan
fisik, maka perkuliahan sering berada di sela-sela waktu dalam perjuangan garis depan.

b.Periode 1950-1966
Pada periode 1950-1966 ini Seperti yang sudah diketahui setelah KMB pada
1949 terbentuk Republik Indonesia Serikat atau yang dikenal dengan singkatan RIS. Di
dalam RIS diatur mengenai pendidikan dan pengajaran. Di dalam UUD RIS juga diatur
tentang pendidikan nasional. Melihat kebijakan pendidikan nasional di era ini dimulai
dari pasal 30 UUDS 1950 RI diantaranya, yaitu: 1).Tiap-tiap warga negara berhak
mendapat pengajaran, 2).Memilih pengajaran yang akan diikuti adalah bebas,3).
Mengajar adalah bebas,dengan tidak mengurangi pengawasan penguasa yang dilakukan
terhadap itu menurut peraturan UU (Rifa’i, 2016: 159)23.

Menurut Supomo, ayat 1 pasal ini berasal dari rumusan pasal 31 ayat 1 UUD
1945. Ayat 2 sama bunyinya dengan bunyi pasal 29 ayat 2 dari konstitusi RIS ayat 3
dari pasal ini rumusannya sama dengan pasal 29 ayat 12 konstitusi RIS. Diketahui salah
satu hal yang menentukan masa orde lama berkaitan dengan kebijakan pendidikan
adalah terciptanya atau terwujudnya Undang-Undang No. 4 tahun 1950 tentang dasar-
dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah untuk seluruh Indonesia.Semuanya
dijelaskan dibeberapa sub yaitu di bab II pasal 3 menjelaskan mengenai tujuan
pendidikan nasional dan bab III pasal 4 menjelaskan mengenai dasar pendidikan
nasional (Rifa’i, 2016: 160)24. Pada Masa revolusi pendidikan nasional sudah mulai
meletakkan dasar-dasarnya. Masa revolusi ini sangat terasa serba terbatas. Tetapi
bangsa kita dapat melaksanakan pendidikan nasional sebagaimana yang diamanatkan
dalam UUD 1945.

Sayangnya pada akhir era ini, pendidikan kemudian dimasuki oleh politik praktis
atau mulai dijadikan sebagai alat politik. Pada masa itu dimulai pendidikan indoktrinasi
yaitu menjadikan pendidikan sebagai alat untuk mempertahankan kekuasaan orde lama.
Pada Orde Lama sudah mulai diadakan ujian-ujian negara yang terpusat dengan sistem
Kolonial yang serba ketat tetapi tetap jujur dan mempertahankan kualitas. Hal ini juga
didukung dengan jumlah sekolah yang belum begitu banyak dan guru-guru yang
ditempa pada zaman kolonial.

23
Rifa’i, Muhammad. (2016). Sejarah Pendidikan Nasional: Dari Masa Klasik Hingga Modern. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.
24
Rifa’i, Muhammad. (2016). Sejarah Pendidikan Nasional: Dari Masa Klasik Hingga Modern. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.
Pada zaman itu siswa dan guru dituntut disiplin tinggi. Guru belum mulai
berorientasi kepada yang material tetapi kepada yang ideal. Citra guru sebagai
pahlawan tanpa tanda jasa yang tercipta pada era orde baru sebenarnya telah
dikembangkan pada orde lama. Kebijakan yang diambil orde lama dalam bidang
pendidikan tinggi yaitu dengan mendirikan universitas pada setiap provinsi (Tim UNY,
tanpa tahun: 90)25.

Daftar Referensi:
1. https://www.academia.edu/17327078/Pendidikan_masa_Jepang
2. I Wahyuni - Al-Ta'dib: Jurnal Kajian Ilmu Kependidikan, 2013 - digilib.iainkendari.ac.id
3. MR Fadli, D Kumalasari - AGASTYA: JURNAL SEJARAH …, 2019 - e-journal.unipma.ac.id
4. https://www.academia.edu/19041018/Pendidikan_Pada_Masa_Islam_Hindu-Budha
5.http://historyvitae.wordpress.com/2012/10/11/pendidikan-awal-kemerdekaan-dan-
orde-lama/
6.https://ardhansangpenjelajah.wordpress.com/2012/07/08/sejarah-pendidikan-pada-
masa-hindu-budha/

25
Tim UNY. (Tanpa Tahun). Peta Jalan Pendidikan Indonesia. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai