FIKRI ATHALLAH
Nim/Kelas:A1A219028/R-002
Mata kuliah:Sejarah Pendidikan
Dosen Pengajar:Isrina Siregar, S.Pd, M.Pd
Pada masa itu, pendidikan lekat dengan agama. Menurut I-Tsing, seorang peziarah dari
cina, ketika ia melewati Sumatera pada abad ke-7 M ia melihat banyak sekali kuil-kuil
budha dimana di dalamnya berdiam para cendekiawan yang mengajarkan ragam ilmu.
Kuil-kuil tersebut bukan hanya menjadi pusat transmisi etika dan nilai-nilai keagamaan
saja melainkan juga sebagai pusat seni dan ilmu pengetahuan.
Dikatan oleh I-Tsing setidaknya ada seribu biksu yang tinggal di Sriwijaya yang
menyebarkan ajaran seperti yang juga dikembangkan sejawatnya di india. Bahkan, di
antara para guru yang tinggal di sriwijaya ada guru yang terkenal di dan mempunyai
reputasi internasional, yaitu Sakyakirti dan Dharmapala.
Sementara itu, di pulau jawa muncul nama Djanabhadra. Pada masa itu, para peziarah
buddha yang berasal dari cina yang hendak ke tanah suci india, dalam perjalanan kerap
bersingggah di nusantara ini untuk melakukan studi pendahuluan dan persiapan
lainnnya.
Pada masa hindu-budha ini, kaum brahmana merupakan golongan yang mengadakan
pendidikan dan pengajaran. Adapun materi pelajaran yang diberikan yaitu:
1.teologi
2.bahasa dan sastra
3.ilmu-ilmu kemasyarakatan
4.ilmu-ilmu eksakta ( ilmu perbintangan, imu pasti, perhitungan waktu, seni bangunan,
seni rupa dan lain-lain).
Pola pendidikan pada masa hindu-budha mengambil model asrama khusus, dengan
fasilitas belajar seberti ruang diskusi dan ceramah.
Beberapa karya intelektual yang lahir pada masa hindu-buddha ini antara lain:
Arjurna wiwaha karya Mpu kanwa (Kediri, 1019), Bharata yudha karya Mpu sedah
(kediri, 1157), Hariwangsa karya Mpu panuluh (kediri, 1125), Gatotkacasraya karya
Mpu panuluh, Smaradhahana karya Mpu dharmaja (kediri, 1125), Negarakertagama
karya Mpu prapanca (majapahit, 1331-1389), Arjunawijaya karya Mpu tantular
(majapahit, ibid), Sotasoma karya Mpu tantular, dan pararaton. Pola pendidikan tidak
dilakukan dalam kompleks yanh bersifat kolosal, tetapi para guru padepokan dengan
jumlah relatif terbatas dan bobot materi ajar yang bersifat spiritual. Para murid sembari
belajar juga harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Jadi
secara umum dapat disimpulkan bahwa:
1.Pengelola pendidikan adalah kaum brahmana dari tngkat dasar sampai tingkat tinggi.
2.bersifat tidak formal, dimana murid dapat berpindah dari satu guru ke guru lain.
3.kaum bangsawan biasanya mengundang guru untuk mengajar di istana dan ada juga
yang mengutus anak-anaknya untuk belajar ke guru tertentu.
4.pendidikan kejuruan atau keterampilan dilakukan secera turun temurun melalui
kastanya masing-masing.
Tujuan utama dari pendidikan surau atau langgar ini adalah agar murid dapat
membaca al-qur’an dengan baik dan benar, dan belum ada kajian yang terlalu
mendalam untuk memahami isinya. Dengan demikian dikemukakan bahwa pendidikan
islam yang berlangsung di langgar, masih sangat sederhana jika dibandingkan dengan
penyelenggaraan pendidikan dewasa ini. Namun semangat untuk menyempaikan ilmu
tanpa memperhitungkan keuntungan dari segi material, dan semangat menuntut ilmu
tanpa fasilistas yang memadai itulah yang menjadi tulang punggung penyebaran islam
1
Sorogan yaitu murid-murid belajar pada guru atau kyai dengan cara seorang demi seorang
2
Halaqah adalah cara belajar dimana murid duduk mengelilingi guru yang juga memberi pelajaran sambil
duduk
3
Hasbullah, op. Cit., h. 22
pada masa-masa selanjutnya, dan dapat berkembang secara meluas seiring dengan
perkembangan islam yang hampir merata di seluruh nusantara.
Isi kurikulum pesantren terfokus pada ilmu-ilmu agama, seperti bahasa Arab,
fiqhi, hadits, tafsir, ilmu kalam, tarikh (sejarah) dan sebagainya. Literatur ilmu-ilmu
tersebut sebagaimana dikemukakan sebelumnya adalah kitab-kitab klasik yang disebut
kitab kuning dengan ciri-cirinya antara lain :
1.kitab-kitabnya berbahasa arab
2.umumnya tidak menggunakan syakal, bahkan ada yang tanpa titik atau koma
3.berisi keilmuan yang berbobot
4.metode penulisannya kuno dan relevansinnya dengan ilmu kontemporer kerap kali
tampak relatif tidak ada
5.lazimnya dikaji dan dipelajari di pondok pesantren
4
Hasbullah, op. Cit., h.24
5
Hanun Asrohoh,sejarah pendidikan islam, op. Cit., h. 146
6
Martin Van Bruinessen,kitab kuning, pesantren dan tarekat, Tradisi-tradisi islam di indonesia (Cet.III; Bandung
: Mizan, 1999), h. 17
7
H.M. Arifin, kapita selekta pendidikan islam dan umum (jakarta: Bina aksara, 1991), h. 248
6.kertasnya berwarna kuning
Pada saat zaman pemerintahan Hindia-Belanda ini, ada tiga jenis tingkatan
pendidikan, yaitu:
1. Pendidikan Rendah (Lagere Onderwijs)
2. Pendidikan Menengah (Middelbaar Onderwijs)
3. Pendidikan Tinggi
Selain itu, jepang juga memiliki konsep pendidikan yang luas dan merakyat. Ini
terlihat dari dihapusnya sistem kasta dalam pendidikan. Yakni, dimana hanya keluarga
bangsawan saja yang berhak mendapat pendidikan. Sistem kasta ini hanya berlaku pada masa
Belanda. Tapi, meskipun begitu, dalam kelompok sosial masyarakat tetap ada pembedaan
dasar pada tingkat sosial masyarakat dalam pendidikan. Yakni:
-Pendidikan Dasar (Kokumin Gakko / Sekolah Rakyat)
Lama pendidikan 6 tahun. SR adalah Sekolah Pertama yang merupakan konversi nama dari
Sekolah dasar 3 atau 5 tahun bagi rakyat indonesia di masa Hindia Belanda.
-Pendidikan Lanjutan
Terdiri dari Shoto Chu Gakko (Sekolah Menengah Pertama) dengan lama studi 3 tahun dan
Koto Chu Gakko (Sekolah Menengah Tinggi) juga dengan lama studi 3 tahun.
-Pendidikan Kejuruan
Mencakup sekolah lanjutan bersifat vokasional14, antara lain di bidang pertukangan,
pelayaran, pendidikan, teknik, dan pertanian.
-Pendidikan Tinggi
Setelah jepang berhasil merebut indoneia dari belanda, semua sekolah yang berbasis Belanda
ditutup. Akibatnya, para guru yang dulu bekerja disekolah tersebut terpaksa mengartikan atau
menerjemahkan segala sumber buku catatan Belanda kedalam bahasa jepang dan Indonesia.
Lalu, perubahan sekolah akademis menjadi sekolah-sekolah vokasi. Dan pelarangan untuk
membangun sekolah swasta yang mengakibatkan tutupnya Taman Guru dan Taman Madya.
Sementara, untuk pendidikan Islam. Jepang mengatur beberapa kebijakan. Karena, sebelum
menjajah Indonesia, jepang telah meneliti tentang mayoritas masyarakat yang tergabung
dalam ormas-ormas islam. Kebijakan itu antara lain:
-Mengubah Kantoor Voor Islamistische Zaken15, pada masa Belanda yang dipimpin kaum
orientalis menjadi Sumubi yang dipimpin tokoh Islam sendiri, yakni K.H. Hasyim Asy’ari. Di
daerah-daerah dibentuk Sumuka
14
merupakan pendidikan yang bersifat khusus (terspesialisasi) yang meliputi semua jenis dan jenjang
pekerjaan.
15
Kantor urusan islam
-Mengizinkan berdirinya Sekolah Tinggi Islam di Jakarta di bawah asuhan K.H. Wahid
Hasyim, Kahar Muzakkir dan Bung Hatta
-Diizinkannya ulama dan pemimpin nasionalis membentuk barisan Pembela Tanah Air
(PETA) yang belakangan menjadi cikal-bakal TNI di zaman kemerdekaan
-Diizinkannya Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) terus beroperasi, sekalipun kemudian
dibubarkan dan diganti dengan Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) yang
menyertakan dua ormas besar Islam, Muhammadiyah dan NU.
Hakku Ichiu adalah sistem pendidikan jepang , yakni mengajak rakyat Indonesia
untuk bekerjasama dalam rangka mencapai kemakmuran bersama Asia Raya. Oleh
karena itu bagi setiap pelajar, setiap hari terutama pada pagi hari, harus mengucapkan
sumpah setia kepada Kaisar Jepang, lalu latihan kemiliteran. Penghapusan dualisme
pengajaran dilakukan jepang untuk melakukan perubahan pada sistem pendidikan di
Indonesia. Dengan begitu habislah riwayat pengajaran Belanda yang dualistis, yang
membedakan antara pengajaran barat dan pengajaran pribumi. Penghapusan ini
dimaksudkan karena dualisme dianggap tidak sesuai dengan strategi Niponisasi Jepang.
Karena dualisme pendidikan menyebabkan susahnya melakukan doktrinasi terhadap
para pelajar indonesia.
16
slogan persaudaraan universal yang digunakan Jepang untuk menciptakan Kawasan Kemakmuran
Bersama Asia Timur Raya dalam Perang Dunia II.
-Menyanyikan lagu kebangsaan Jepang, Kimigayo setiap pagi
-Mengibarkan bendera Jepang, Hinomura dan menghormat Kaisar Jepang, Tenno Heika
setiap pagi
-Setiap pagi mereka juga harus melakukan Dai Toa 17, bersumpah setia kepada cita-cita
Asia Raya
b.Lembaga pendidikan
Tidak dapat dihindari jika sistem pendidikan jepang masin banyak digunakan
dalan sistem pedidikan nasional saat ini. Yaitu, pengelompokan usia dan tingkatan
belajar yang ada pada sistem pendidikan saat ini merupakan hasil peninggalan dari
sistem pendidikan jepang yang hanya menjajah Indonesia selama kurang lebih 3.5
tahun lamanya. Diantaranya yaitu:
-Pendidikan Dasar (Kokumin Gakko / Sekolah Rakyat) yang saat ini lebih dikenal
dengan Sekolah dasar yang lamanya jenjang pendidikan ini adalah 6 tahun. Sesuai
dengan yang di terapkan sejak masa pendudukan jepang.
-Pendidikan Lanjutan. Terdiri dari Shoto Chu Gakko (Sekolah Menengah Pertama)
yang lama pendidikannya 3 tahun dan Koto Chu Gakko (Sekolah Menengah Tinggi/
Atas ) yang juga memiliki lama pendidikan selama 3 tahun.
Pendidikan sudah seharusnya menentukan masa depan suatu bangsa. Bila visi
pendidikan tidak jelas, yang dipertaruhkan adalah kesejahteraan dan kemajuan bangsa.
Visi pendidikan harus diterjemahkan ke dalam sistem pendidikan yang memiliki
sasaran jelas, dan tanggap terhadap masalah-masalah bangsa. Karena itu, perubahan
dalam subsistem pendidikan merupakan suatu hal yang sangat wajar, karena kepedulian
untuk menyesuaikan perkembangan yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.
Sudah seyogyanya sistem pendidikan tidak boleh jalan di tempat, namun setiap
perubahan juga harus disertai dan dilandasi visi yang mantap dalam menjawab
tantangan zaman.
-Orientasi humanistic18
Dari keempat tujuan pendidikan di atas, setidaknya poin nomor dua yang
berorientasi pada tujuan memanusiakan manusia atau humanistis, menjadi poin yang
penting dalam proses pendidikan, dan sudah sepatutnya bahwa pendidikan harus
menjunjung hak-hak peserta didik dalam memperoleh informasi pengetahuan.
18
2.Penduduk dipinggiran kota (di kampung-kampung kumuh) ternyata belum mampu
berkembang dan belum dapat diikutsertakan dalam proses pendidikan.
3.Model sekolah yang mengikuti model barat ternyata belum hilang bekas-bekas
pengaruhnya dalam mengalami kegagalan.
4.Di sekolah-sekolah, bahasa ibu (bahasa daerah asli) didiskualifikasi secara sistematis,
diganti dengan bahasa intelektual dan artifisial penguasa di bidang politik.
5.Kaum elit dan intelektual yang mendapatkan pendidikan dari luar negeri ternyata tidak
akrab dengan masyarakat pribumi.
secara garis besar, pendidikan di awal kemerdekaan diupayakan untuk dapat menyamai
dan mendekati sistem pendidikan di negara-negara maju, khususnya dalam mengejar
keserbaterbelakangan di berbagai sektor kehidupan.
a.Periode 1945-1966
Sistem sekolah setelah Indonesia merdeka yang berdasarkan satu jenis sekolah untuk
tiga tingkat pendidikan seperti pada saat zaman Jepang tetap diteruskan.Sedangkan rencana
pembelajaran pada umumnya sama dan bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa
pengantar untuk pengajaran di sekolah. Buku-buku pelajaran yang digunakan adalah buku
terjemahan dari bahasa Belanda ke dalam bahasa Indonesia yang sudah ada sejak zaman
Jepang (Moestoko, 1986: 17)19. Adapun sistem pendidikan yang berlaku sejak tahun 1945-
1950 adalah sebagai berikut:
1.Pendidikan rendah
Pendidikan yang terendah di Indonesia sejak awal merdeka disebut dengan Sekolah
Rakyat (SR) dengan lama pendidikan yang awalnya 3 tahun ditambah menjadi 6 tahun.
Tujuan didirikannya SR adalah selain meningkatkan taraf pendidikan pada masa sebelum
kemerdekaan juga untuk dapat menampung hasrat yang besar dari mereka yang hendak
bersekolah.
19
Moestoko, somarsono. (1986). Pendidikan indonesia dari zaman ke zaman. Jakarta: Balai pustaka
20
Sjamsudin, helius, dkk. (1993). Sejarah pendidikan di indonesia: zaman kemerdekaan,1945-1966.jakarta:
departemen pendidikan dan kebudayaan
2.Pendidikan Guru
Dalam periode 1945-1950 terdapat tiga jenis pendidikan guru yaitu sebagai berikut
(Rifa’i, 2016: 136-137)21:
a).Sekolah Guru B (SGB) dengan lama pendidikan selama 4 tahun dan memiliki tujuan untuk
mendidik guru untuk dipekerjakan di sekolah rakyat (SR).
b). Sekolah Guru C (SGC) yang dibentuk karena permintaan penambahan jumlah guru SR
yang mendesak maka terasa diperlukannya pembukaan sekolah guru yang dalam tempo
singkat dapat menghasilkan calon guru.
c). Sekolah guru A (SGA) yang dibentuk karena ada banyak warga yang beranggapan bahwa
pendidikan guru 4 tahun belum menjamin pengetahuan cukup untuk taraf pendidikan guru.
3.pendidikan umum
Ada dua jenis pendidikan umum yaitu:
a).Sekolah Menengah Pertama (SMP). seperti pada saat zaman Jepang, SMP mempergunakan
rencana pelajaran yang sama. Tetapi dengan keluarnya surat putusan menteri PP & K tahun
1946, maka diadakanlah pembagian kelas A dan B pada saat mulai kelas II sehingga terdapat
kelas II A, II B, III A dan III B. Di bagian kelas A diberikan juga sedikit ilmu alam dan ilmu
pasti. Tetapi lebih banyak pelajaran bahasa dan praktek administrasi. Sedangkan di bagian
kelas B sebaliknya, diberikan banyak Ilmu Alam dan Ilmu Pasti. Tetapi lebih sedikit
pelajaran bahasa dan praktek administrasi.
b).Sekolah menengah Tinggi (SMT). merupakan pendidikan tiga tahun setelah SMP
dan setelah lulus dapat melanjutkan ke perguruan tinggi. Mengenai rencana pelajaran
belum jelas atau belum diketahui dan yang diberikan adalah rencana pelajaran dalam
garis besar saja. Karena pada waktu itu masih menyesuaikan dengan keadaan zaman
yang masih belum stabil. Demikian rencana pembelajaran yang berlaku yaitu: (1)
isinya memenuhi kebutuhan nasional,(2) bahasa pengantarnya adalah bahasa Indonesia,
dan (3) mutunya setingkat dengan SMT menjelang kemerdekaan. Ujian akhir dapat
diselenggarakan oleh masing-masing sekolah selama belum ada ujian Negara. Tetapi
setelah tahun 1947 baru berlaku ujian negara tersebut. Dapat dimaklumi apabila bobot
ujian penghabisan negara yang pertama kali diadakan masih sangat minim karena
pelajaran pun bersifat darurat (Sjamsudin dkk, 1993: 19-20)22.
4.Pendidikan kejuruan
Pendidikan kejuruan ini terfokus pada pendidikan ekonomi dan pendidikan
kewanitaan.
21
Rifa’i, Muhammad. (2016). Sejarah Pendidikan Nasional: Dari Masa Klasik Hingga Modern. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.
22
Sjamsudin, helius, dkk. (1993). Sejarah pendidikan di indonesia: zaman kemerdekaan,1945-1966.jakarta:
departemen pendidikan dan kebudayaan
5.Pendidikan teknik
Tidak seperti sekolah lain, sekolah pendidikan teknik ini tidak teratur karena,
disamping pelajarnya yang sering terlibat dalam pertahanan negara. Namun, sekolah
pendidikan teknik ini juga sering digunakan sebagai pabrik senjata.
6.Pendidikan Tinggi
Pada Periode 1945-1950, kesempatan untuk meneruskan studi pendidikan tinggi
semakin terbuka lebar bagi warga negara indonesia tanpa syarat. Lembaga pendidikan
ini berkembang pesat. Tetapi karena pelaksanaannya dilakukan dengan perjuangan
fisik, maka perkuliahan sering berada di sela-sela waktu dalam perjuangan garis depan.
b.Periode 1950-1966
Pada periode 1950-1966 ini Seperti yang sudah diketahui setelah KMB pada
1949 terbentuk Republik Indonesia Serikat atau yang dikenal dengan singkatan RIS. Di
dalam RIS diatur mengenai pendidikan dan pengajaran. Di dalam UUD RIS juga diatur
tentang pendidikan nasional. Melihat kebijakan pendidikan nasional di era ini dimulai
dari pasal 30 UUDS 1950 RI diantaranya, yaitu: 1).Tiap-tiap warga negara berhak
mendapat pengajaran, 2).Memilih pengajaran yang akan diikuti adalah bebas,3).
Mengajar adalah bebas,dengan tidak mengurangi pengawasan penguasa yang dilakukan
terhadap itu menurut peraturan UU (Rifa’i, 2016: 159)23.
Menurut Supomo, ayat 1 pasal ini berasal dari rumusan pasal 31 ayat 1 UUD
1945. Ayat 2 sama bunyinya dengan bunyi pasal 29 ayat 2 dari konstitusi RIS ayat 3
dari pasal ini rumusannya sama dengan pasal 29 ayat 12 konstitusi RIS. Diketahui salah
satu hal yang menentukan masa orde lama berkaitan dengan kebijakan pendidikan
adalah terciptanya atau terwujudnya Undang-Undang No. 4 tahun 1950 tentang dasar-
dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah untuk seluruh Indonesia.Semuanya
dijelaskan dibeberapa sub yaitu di bab II pasal 3 menjelaskan mengenai tujuan
pendidikan nasional dan bab III pasal 4 menjelaskan mengenai dasar pendidikan
nasional (Rifa’i, 2016: 160)24. Pada Masa revolusi pendidikan nasional sudah mulai
meletakkan dasar-dasarnya. Masa revolusi ini sangat terasa serba terbatas. Tetapi
bangsa kita dapat melaksanakan pendidikan nasional sebagaimana yang diamanatkan
dalam UUD 1945.
Sayangnya pada akhir era ini, pendidikan kemudian dimasuki oleh politik praktis
atau mulai dijadikan sebagai alat politik. Pada masa itu dimulai pendidikan indoktrinasi
yaitu menjadikan pendidikan sebagai alat untuk mempertahankan kekuasaan orde lama.
Pada Orde Lama sudah mulai diadakan ujian-ujian negara yang terpusat dengan sistem
Kolonial yang serba ketat tetapi tetap jujur dan mempertahankan kualitas. Hal ini juga
didukung dengan jumlah sekolah yang belum begitu banyak dan guru-guru yang
ditempa pada zaman kolonial.
23
Rifa’i, Muhammad. (2016). Sejarah Pendidikan Nasional: Dari Masa Klasik Hingga Modern. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.
24
Rifa’i, Muhammad. (2016). Sejarah Pendidikan Nasional: Dari Masa Klasik Hingga Modern. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.
Pada zaman itu siswa dan guru dituntut disiplin tinggi. Guru belum mulai
berorientasi kepada yang material tetapi kepada yang ideal. Citra guru sebagai
pahlawan tanpa tanda jasa yang tercipta pada era orde baru sebenarnya telah
dikembangkan pada orde lama. Kebijakan yang diambil orde lama dalam bidang
pendidikan tinggi yaitu dengan mendirikan universitas pada setiap provinsi (Tim UNY,
tanpa tahun: 90)25.
Daftar Referensi:
1. https://www.academia.edu/17327078/Pendidikan_masa_Jepang
2. I Wahyuni - Al-Ta'dib: Jurnal Kajian Ilmu Kependidikan, 2013 - digilib.iainkendari.ac.id
3. MR Fadli, D Kumalasari - AGASTYA: JURNAL SEJARAH …, 2019 - e-journal.unipma.ac.id
4. https://www.academia.edu/19041018/Pendidikan_Pada_Masa_Islam_Hindu-Budha
5.http://historyvitae.wordpress.com/2012/10/11/pendidikan-awal-kemerdekaan-dan-
orde-lama/
6.https://ardhansangpenjelajah.wordpress.com/2012/07/08/sejarah-pendidikan-pada-
masa-hindu-budha/
25
Tim UNY. (Tanpa Tahun). Peta Jalan Pendidikan Indonesia. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta