Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
“MULTIKULTURAL SEBAGAI LANDASAN PEMBELAJARAN”

DISUSUN OLEH:
R.M. Fikri Athallah (A1A219028)
Mia Febiana (A1A219002)
Diah Al-Benni Putri (A1A219022)
Diah Ayu Puspitasari (A1A219072)

DOSEN PENGAMPU:
Isrina Siregar, S.Pd, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Dengan memanjatkan puji serta syukur atas kehadirat Allah SWT, Karena berkat
rahmat dan karunia-Nya memberikan kesehatan di masa pandemi ini sehingga penulis dapat
dengan lancar menulis makalah ini dengan segala bentuk kelancaran yang diberikan-Nya.
Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi Muhammad SAW
yang telah membawa manusia dari zaman kebodohan menuju zaman penuh ilmu pengetahuan,
sehingga penulis dapat dengan lancar menulis makalah ini yang berjudul “Multikultural
Sebagai Landasan Pembelajaran”, sehingga dengan hal itu perlu kiranya penulis
mengucapkan terima kasih Ibu Isrina Siregar, S.Pd, M.Pd. Selaku dosen pengampu mata kuliah
Pendidikan Multikultural.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis banyak mendapatkan kesulitan dalam
mengumpulkan data-data, sumber yang sangat terbatas. Namun berkat bantuan dari berbagai
pihak kami dapat menyelesaikan tugas ini dapat diselesaikan dengan semestinya. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih atas semua pihak yang memberikan penulis
informasi yang sangat berguna untuk penulis maupun orang yang membaca makalah ini. Tidak
ada kata sempurna melainkan Allah SWT, begitupun dengan makalah yang kami buat yang
masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu kami selaku pembuat makalah ini minta maaf jika terjadi kesalahan dan
kekurangan. Jika terdapat saran dan kritik mengenai apa yang dibahas dalam makalah ini
penulis dapat untuk menerimanya agar makalah yang penulis buat lebih baik dan berguna
dimasa yang akan mendatang.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jambi, 17 April 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………..


DAFTAT ISI …………………………………………….....
BAB I PENDAHULUAN ………………………………….
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Multikultural Sebagai Landasan Pembelajaran
2.2 Kegunaan Pendidikan Multikultural
2.3 Landasan Hukum Pendidikan Multikultural di Indonesia
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PEMBAHASAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan multikultural juga merupakan proses di mana tidak semua tujuan tercapai
sepenuhnya. Persamaan pendidikan seperti kebebasan dan keadilan adalah cita-cita yang tidak
disetujui orang, tetapi tidak sepenuhnya terwujud. Tujuan pendidikan multikultural tidak
pernah sepenuhnya tercapai, sehingga kita perlu bekerja secara sistematis dan berkelanjutan
untuk meningkatkan keadilan pendidikan bagi semua siswa. Pendidikan multikultural harus
dilihat sebagai proses yang berkelanjutan, bukan apa yang kita lakukan sekarang. Oleh karena
itu, pemecahan masalah ini adalah tujuan reformasi pendidikan multikultural. Ketika ditanya
kepada staf sekolah yang mencoba menerapkan pendidikan multikultural di sekolahnya,
mereka mengatakan bahwa mereka "melaksanakan" pendidikan multikultural tahun lalu dan
sekarang. Reformasi lainnya seperti.
Meningkatkan hasil membaca. Manajer ini tidak hanya tidak memahami sifat dan ruang
lingkup pendidikan multikultural, tetapi juga tidak memahami bahwa tujuan utama pendidikan
multikultural adalah untuk meningkatkan kinerja akademik. Multikulturalisme merupakan
realitas masyarakat dan bangsa Indonesia. Kenyataan ini memang diposisikan sebagai subyek
dari proses pengembangan rencana dan pelaksanaan pendidikan, termasuk pendidikan
multikultural. Namun posisinya sebagai objek yang diabaikan dalam pengembangan,
perencanaan, dan pelaksanaan pembelajaran ini menjadi isu penting dalam pelaksanaannya.
Multikulturalisme sebenarnya menjadi penentu pelaksanaan, tetapi tidak dijadikan
dasar bagi guru untuk mengembangkan pembelajaran. Multikulturalisme secara langsung
mempengaruhi kemampuan belajar guru, kemampuan memberikan pengalaman belajar di
sekolah, dan kemampuan siswa mengolah informasi dalam proses pembelajaran menjadi
sesuatu yang dapat ditransformasikan menjadi hasil belajar.
Singkatnya, multikulturalisme merupakan penentu keberhasilan pembelajaran, baik
sebagai proses maupun sebagai hasil. Oleh karena itu, multikulturalisme harus menjadi faktor
yang harus dipertimbangkan dalam menentukan filosofi, teori, visi, dan pengembangan
pembelajaran pedagogis, termasuk pendidikan multikultural.
1.2 Rumusan Masalah
• Apa itu Multikultural Sebagai Landasan Pembelajaran ?
• Bagaimana kegunaan Pendidikan Multikultural?
• Apa Landasan Hukum Pendidikan Multikultural di Indonesia?
1.3 Tujuan
• Mengetahui maksud dari Multikultural Sebagai Landasan Pembelajaran
• Mengetahui Kegunaan Pendidikan Multikultural
• Mengetahui Landasan Hukum Pendidikan Multikultural di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Multikultural Sebagai Landasan Pembelajaran
Kebudayaan merupakan salah satu landasan pengembangan kurikulum (Taba, 1962)
Menurut Ki Hajar Dewantara, kebudayaan adalah akar dari terbentuknya suatu negara. Print
(1993:15), yang menyatakan bahwa kurikulum merupakan komponen budaya, menunjukkan
hal yang sama. Kebudayaan adalah keseluruhan gaya hidup dan rencana hidup manusia, yang
tidak hanya menjadi dasar, tetapi juga menjadi tujuan dari hasil perencanaan dan pelaksanaan
pengembangan pembelajaran. Longstreet dan Shane (1993: 87) memandang budaya sebagai
lingkungan kurikulum. Lingkungan dapat dilihat dari dua perspektif: lingkungan eksternal dan
lingkungan internal. Lingkungan eksternal (tatanan sosial) adalah tempat sekolah berada, dan
lingkungan internal adalah visi masing-masing pendidik tentang bagaimana sekolah bekerja
dan bagaimana kurikulum digunakan. Kedudukan budaya dalam proses pembelajaran sangat
penting, namun dalam praktiknya proses pembangunan seringkali ditentukan semata-mata oleh
cara pandang pengembang terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.2.2 Dasar
Pendidikan Multikultural.
Pada hakikatnya, filosofi, visi, dan tujuan pendidikan pengembang pembelajaran sangat
dipengaruhi oleh akar budaya pengembang yang mendasari pandangan hidupnya. Longsreet
dan Shane (1993: 162) menunjukkan bahwa kita umumnya tidak menyadari fitur berbentuk
budaya yang mencirikan perilaku kita.
Landasan lain yang diperlukan untuk pengembangan pembelajaran adalah teori
pembelajaran. Sejauh ini, banyak teori belajar terkenal datang dari sekolah psikologi seperti
aktivisme dan kognisi. Belajar teori dari perspektif ini sangat membantu karena dikembangkan
berdasarkan hasil penelitian intensif selama bertahun-tahun. Namun, teori belajar
mengasumsikan bahwa siswa belajar dalam situasi tidak bernilai, yaitu tanpa budaya. Teori
tersebut memandang bahwa peserta didik yang belajar adalah individu yang hidup dan
berespon terhadap lingkungannya, baik yang hidup dalam lingkungan fisik, sosial, maupun
metafisik. Maehr (1974), dalam bukunya , Sociocultural Origins of Achievement, menyatakan
bahwa hubungan antara budaya dan bahasa, persepsi, kognisi, dan kemauan untuk berprestasi,
dan motivasi untuk mencapai merupakan faktor yang mempengaruhi belajar siswa. Webb
(1990) dan Burnett (1994) menunjukkan pentingnya pertimbangan budaya dalam
meningkatkan pembelajaran siswa. Delpit (Darling Hammond, 1996: 12) menyatakan bahwa
kita menafsirkan semua tindakan, informasi, dan situasi melalui lensa budaya kita sendiri yang
terkandung dalam perspektif kita.
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Wloodkowski dan Ginsberg (1995). Dia
mengidentifikasi budaya sebagai dasar motivasi esensial dan mengembangkan model
pembelajaran yang komprehensif dalam hal pendidikan peka budaya. Model ini merupakan
pedagogi interdisipliner dan lintas budaya. Oleh karena itu, sudah saatnya memandang budaya
sebagai dasar penting untuk menentukan komponen perencanaan dan pelaksanaan, serta tujuan,
materi, proses, dan penilaian kegiatan belajar seorang siswa.
2.2 Kegunaan Pendidikan Multikultural
Pendidikan multikultural digunakan oleh pendidik untuk menggambarkan kegiatan
yang melibatkan siswa yang berbeda berdasarkan ras, jenis kelamin, kelas, atau kecacatan.
Tujuan sosial dari pendekatan ini adalah untuk mengurangi prasangka dan diskriminasi
terhadap kelompok tertindas, untuk mengatasi kesempatan yang sama dan keadilan sosial
untuk semua kelompok, dan untuk mendistribusikan kekuasaan secara adil di antara anggota
budaya yang berbeda. Pendekatan multikultural terhadap pendidikan berusaha untuk
mereformasi seluruh proses sekolah, apakah sekolah tersebut merupakan sekolah pinggiran
kota yang terbelakang atau sekolah kota yang tinggi. Berbagai praktik dan proses di sekolah
telah direstrukturisasi menjadi model sekolah yang berbasis kesetaraan dan pluralisme.
Misalnya, pembelajaran dipusatkan di sekitar konsep lapangan, tetapi materi rinci tentang
konsep tersebut disajikan dari pengalaman dan perspektif kelompok yang berbeda.
Pembelajaran tidak lagi menggunakan kekuatan siswa dan pengelompokan berbasis praktik
untuk membedakan siswa. Siswa didorong untuk menganalisis masalah dari perspektif yang
berbeda.
Andaikan Anda sedang mengajar sastra, Anda dapat memilih literatur yang ditulis oleh
anggota kelompok yang berbeda. Ini bukan hanya mengajari siswa bahwa kelompok di luar
kelompoknya telah menghasilkan karya sastra, namun juga memperkaya konsep sastra karena
memungkinkan siswa menyelami bentuk sastra yang berbeda, di samping sastra universal
tertentu semisal karya Shakespiere. Perjuangan universal dapat diuji lewat bacaan dari
kelompok yang saling berhadapan, misalnya, tentang gadis Alaska dalam Julie of the Wolves
dan gadis Polynesia dalam Island of the Blue Dolphins di samping orang kulit putih dalam The
Call of the Wild.
Juga penting bahwa kontribusi dan perspektif yang dipilih menggambarkan
kelompoknya sendiri secara aktif dan dinamis. Ini mempersyaratkan bahwa Anda belajar
tentang berbagai kelompok dan mejadi sadar tentang apa yang penting dan bermakna bagi
mereka. Misalnya, guru mengajar tentang nilai kehormatan dan kesetiaan dari bangsa Jepang
yang terdapat dalam tindakan “bunuh diri”. Atau tindakan melukai tubuhnya sendiri hingga
berdarah dan menceburkan dirinya ke sungai Gangga bagi sebagian bangsa India.
Tindakan itu hanya bisa dipahami bila kita memahami apa yang penting dan bermakna
bagi mereka. India adalah bangsa yang sangat majemuk, namun kemajemukan masih kalah
dibandingkan dengan kemajemukan Indonesia.Kenyataan ini diakui pula oleh seorang ahli
sejarah India berbangsa Amerika, Wolpert (1965:7) yang mengatakan bahwa masyarakat India
adalah lebih pluralistik dalam segala hal dibandingkan dengan negara lain di muka bumi ini
kecuali Indonesia.
Indonesia adalah negara yang kaya dengan budaya seperti dinyatakan dalam motto
nasional "Bhinneka Tunggal Ika (Bhina = berbeda; Tunggal = Satu; Ika = itu). Oleh karena itu,
apabila kebudayaan adalah salah satu landasan kuat dalam pengembangan pembelajaran di
Indonesia maka pembelajaran harus pula memperhatikan multikultural yang ada.
2.3 Landasan Hukum Pendidikan Multikultural di Indonesia
Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Masyarakat
tidak serta merta menerapkan pendekatan multikultural dalam pembangunan pembelajaran di
Indonesia. Undang-undang yang memberdayakan pemerintah daerah untuk mengelola
pendidikan tidak secara otomatis melatih berdasarkan pendekatan multikultural. Perencanaan
dan pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan multikultural membutuhkan kesadaran,
pemahaman yang mendalam dan pengembangan pendekatan multikultural.
Andersen dan Cusher (1994: 320) menyatakan bahwa pendidikan multikultural adalah
pendidikan tentang keragaman budaya. Posisi budaya adalah sesuatu untuk dipelajari. Oleh
karena itu, berstatus sebagai objek pembelajaran. Dengan kata lain, keragaman budaya
merupakan isu yang perlu dipertimbangkan oleh para pengembang pembelajaran. Ini disebut
budaya belajar. Pengertian pendidikan multikultural di atas tentunya terbatas dan hanya
bermakna bagi para pengembang pembelajaran dalam satu aspek proses pengembangan isi
pembelajaran.
Ini ditentukan untuk digunakan dalam pengembangan pembelajaran. Untuk itu, definisi
pendekatan multikultural dapat membantu pengembang mengembangkan prinsip-prinsip
perencanaan dan pelaksanaan serta memaksimalkan potensi siswa dan lingkungan budayanya
agar dapat belajar dengan lebih baik. Artinya, dengan memahami pendekatan multikultural,
kita harus mampu beradaptasi dengan perbedaan budaya siswa kita. Kami menggunakan
budaya itu tidak hanya sebagai sumber konten, tetapi juga sebagai titik awal untuk
pengembangan budaya itu sendiri. Pemajuan kewarganegaraan siswa berdasarkan Bhinneka
Tunggal Ika mengembangkan perilaku etis dan, yang tidak kalah pentingnya, memanfaatkan
budaya pribadi siswa sebagai bagian dari perilaku penerimaan siswa, "Siswa unggul Untuk
dapat "mendapatkan kesempatan yang sama" (Boyd, 1989: 4950).
Singkatnya, konsep pendekatan pembelajaran multikultural harus mencakup konsep
pendidikan multikultural sebagai dasar pengembangan dan ruang lingkup materi yang
dipelajari. Inilah yang disebut belajar dengan budaya. Pendekatan pembelajaran multikultural
dimulai dengan posisi multikultural sebagai pendekatan dalam pengembangan, perencanaan,
dan penyampaian pembelajaran, serta memanfaatkan keragaman budaya siswa dalam
pengembangan filosofi, misi, tujuan, dan komponen perencanaan dan penyampaian. Selain
lingkungan belajar, siswa akan dapat menggunakan budayanya untuk memahami dan
mengembangkan berbagai wawasan, konsep, keterampilan, nilai, sikap dan moral yang
diharapkan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Basis belajar adalah dasar atau ukuran interaksi antara siswa dan pendidik yang
digunakan sebagai acuan dalam lingkungan belajar. Sumber belajar serat. Letak kebudayaan
dalam pembelajaran sangat penting karena pendidikan merupakan bagian dari sistem
pengetahuan yang merupakan unsur kebudayaan. Namun dalam proses pembangunannya
biasanya hanya dipengaruhi oleh cara pandang pengembang terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Teori belajar adalah usaha untuk menjelaskan bagaimana manusia
dan hewan belajar, sehingga membantu untuk memahami proses belajar.
DAFTAR PUSTAKA
• Sutarno. (2007). Pendidikan Multikultural. Jakarta: Depdiknas
• Mahfud, Choirul. (2006). Pendidikan Multikultural. Yogyakarta; Pustaka Pelajar
• Naim, Ngainum dan Achmad Sauqi. (2008). Pendidikan Multikultural, Konsep
dan Aplikasi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
• Sunarto, Kamanto dkk. (2004). Multicultural Education in Indonesia and
Southeast Asia Stepping into the Unfamiliar. Jakarta: UI
• Banks, J.A. (1993). Multicultural Education: Issues and Perspectives. Needham
Height, Massachusetts : Allyn and Bacon

Anda mungkin juga menyukai