Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam
yang diampu oleh Bapak H. Asep Nursyamsi, M.Si

Disusun Oleh :

Endah Dapidah 20210101285

Fahmi Yurahmi 20210101287

Mega Putri Santiva 20210101283

Rista Saumuniyah 20210101289

Windi Triani 20210101297

PRODI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS CIPASUNG TASIKMALAYA

2022
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT pemilik alam semesta yang
telah memberikan kekuatan dan kesehatan kepada penulis sehingga makalah ini telah selesai
dapat dituangkan dalam bentuk karya tulis, karena berkat limpahan rahmat-NYA sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Pendidikan Multikultural”.

Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam dan
juga bisa dijadikan sebagai bahan materi kuliah. Makalah ini menguraikan definisi pendidikan
multicultural sebagai paradigma penting dalam mengatasi keberagaman etnis di Indonesia.

Berbagai peristiwa yang terkait disajikan dalam bentuk teks maupun gambar. Dengan
membaca makalah ini, kita bisa menambah wawasan tentang pengertian pendidikan
multicultural dan sebagainya.

Sesungguhnhya makalah ini tidak akan terwujud sebagai mana mestinya jika tidak ada
bantuan atau dorongan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung
untuk itu perkenalkanlah penulis dengan hati yang tulus untuk menyampaikan rasa hormat
dan ucapan terimakasih sebesar - besarnya kepada rekan - rekan yang telah membantu
selesainya makalah ini.

Tasikmalaya, 26 Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................................

Daftar Isi .................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................

1.1 Latar Belakang ......................................................................................


1.2 Rumusan Masalah..................................................................................
1.3 Tujuan Pembahasan...............................................................................

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................

2.1 Pengertian Pendidikan Multikultural.....................................................


2.2 Pengertian Pendidikan Multikultural Menurut Pendapat......................
2.3 Dasar Pendidikan Multikultural.............................................................
2.4 Tujuan Pendidikan Multikultural...........................................................
2.5 Fungsi Pendidikan Multikultural...........................................................
2.6 Paradigma Baru Pendidikan Multikultural ...........................................

BAB III PENUTUP ..............................................................................................

3.1 Kesimpulan ...........................................................................................

Daftar Pustaka .........................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada dasawarsa terakhir, wacana multikulturalisme menjadi isu penting dalam
upaya pembangunan kebudayaan di Indonesia. Hal ini berdasarkan beberapa
alasan.
Pertama, bahwa secara alami atau kodrati, manusia diciptakan Tuhan dalam
keanekaragaman kebudayaan, dan oleh karena itu pembangunan manusia harus
memperhatikan keanekaragaman budaya tersebut. Dalam konteks ke-Indonesia-an
maka menjadi keniscayaan bahwa pembangunan manusia Indonesia harus
didasarkan atas multikulturalisme mengingat kenyataan bahwa negeri ini berdiri di
atas keanekaragaman budaya.
Kedua, bahwa ditengarai terjadinya konflik sosial yang bernuansa SARA
(suku, agama, dan ras) yang melanda negeri ini pada dasawarsa terakhir berkaitan
erat dengan masalah kebudayaan. Dari banyak studi menyebutkan salah satu
penyebab utama dari konflik ini adalah akibat lemahnya pemahaman dan
pemaknaan tentang konsep kearifan budaya. Menurut AlQadrie (2005), Profesor
Sosiologi pada Universitas Tanjungpura Pontianak, berbagai konflik sosial yang
telah menimbulkan keterpurukan di negeri ini disebabkan oleh kurangnya
kemauan untuk menerima dan menghargai perbedaan, ide dan pendapat orang lain,
karya dan jerih payah orang lain, melindungi yang lemah dan tak berdaya,
menyayangi sesama, kurangnya kesetiakawanan sosial, dan tumbuhnya sikap egois
serta kurang perasaan atau kepekaan sosial. Hal sama juga dikemukakan oleh
Rahman (2005) bahwa konflik-konflik kedaerahan sering terjadi seiring dengan
ketiadaan pemahaman akan keberagaman atau multikultur. Oleh karena untuk
mencegah atau meminimalkan konflik tersebut perlu dikembangkan pendidikan
multikulturalisme.
Ketiga, bahwa pemahaman terhadap multikulturalisme merupakan kebutuhan
bagi manusia untuk menghadapi tantangan global di masa mendatang. Pendidikan
multikultural mempunyai dua tanggung jawab besar, yaitu menyiapkan bangsa
Indonesia untuk siap menghadapi arus budaya luar di era globalisasi dan
menyatukan bangsa sendiri yang terdiri dari berbagai macam budaya. Bila kedua
tanggung jawab besar itu dapat dicapai, maka kemungkinan disintegrasi bangsa
dan munculnya konflik dapat dihindarkan
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian pendidikan multikultural ?
2. Sebutkan pengertian pendidikan multikultural menurut pendapat
3. Apa saja dasar pendidikan multikultural ?
4. Apa saja tujuan pendidikan multikultural ?
5. Apa saja fungsi pendidikan multikultural ?
6. Bagaimanakah paradigma baru pendidikan multikultural ?
1.3 Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian pendidikan multikultural
2. Untuk mengetahui pengertian pendidikan multikkultural menurut pendapat
3. Untuk mengetahui dasar pendidikan multikultural
4. Untuk mengetahui tujuan pendidikan multikultural
5. Untuk mengetahui fungsi pendidikan multikultural
6. Untuk mengetahui paradigma pendidikan multikultural
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendidikan Multikultural

Kata budaya/kultur (culture)di pandang penting karena kata ini membentuk


dan merupakan bagian dari istilah Pendidikan Multikultural. Bagaimana kita
mendefinisikan budaya akan menentukan arti dari istilah Pendidikan Multikultural.
Tanpa kita mengetahui apa arti budaya / kultur, kita akan sulit memahami implikasi
pendidikan multicultural secara utuh. Misalnya jika budaya didefinisikan sebagai
warisan dan tradisi dari suatu kelompok social, maka pendidikan multicultural berarti
mempelajari tentang berbagai (multi) warisan dan tradisi budaya.

Istilah multikultur berasal dari kata kultur yang diartikan sebatas pada budaya
dan kebiasaan sekelompok orang pada daerah tertentu (Ainul Yaqin, 2005:6). Secara
etimologis multiculturalisme dibentuk dari kata multi (banyak), culture (budaya), dan
isme (aliran atau paham) (H.A.R Tilaar,2004: Punggung). Multicultural sebenarnya
merupakan kata dasar yang mendapat awalan. Kata dasar dasar itu adalah kultur yang
berarti kebudayaan, kesopanan, atau pemeliharaan sedang awalannya adalah multi
yang berarti banyak, ragam, atau aneka. Dengan demikian, multikultur berarti
keragaman kebudayaan, aneka kesopanan, atau banyak pemeliharaan.

Multikulturalisme merupakan suatu paham atau situasi-kondisi masyarakat


yang tersusun dari banyak kebudayaan. Multikulturalisme sering merupakan perasaan
nyaman yang dibentuk oleh pengetahuan. Pengetahuan dibangun oleh keterampilan
yang mendukung suatu proses komunikasi yang efektif, dengan setiap orang dari sikap
kebudayaan yang ditemui dalam setiap situasi dengan melibatkan sekelompok orang
yang berbeda latar belakang kebudayaannya. Multikulturalisme sebagai sebuah paham
menekankan pada kesenjangan dan kesetaraan budaya-budaya local tanpa
mengabaikan hak-hak dan ekstensi budaya yang ada.

Pengertian “Multikultural” secara luas mencakup pengalaman yang


membentuk persepsi umum terhadap usia, gender, agama, status social ekonomi, jenis
identitas budaya, bahasa, ras, dan berkebutuhan khusus.
Pendidikan multikultural adalah suatu pendekatan progresif untuk melakukan
transformasi pendidikan yang secara menyeluruh membongkar kekurangan, kegagalan
dan praktek – praktek diskriminatif dalam proses pendidikan.

Pendidikan multikultural mengakui adanya keragaman etnik dan budaya


masyarakat suatu bangsa. Terdapat tiga prinsip pendidikan multikultural yang
dikemukakan oleh Tilaar. Pertama, pendidikan multikultural didasarkan pada
pedagogic kesetaraan manusia (equality pedagogy). Kedua, pendidikan multikultural
ditujukan kepada terwujudnya manusia Indonesia yng cerdas dan mengembangkan
pribadi – pribadi Indonesia yang menguasai ilmu pengetahuan dengan sebaik –
baiknya. Ketiga, prinsip globalisasi tidak perlu ditakuti apabila bangsa ini mengetahui
arah serta nilai – nilai baik dan buruk yang dibawanya.

QS. Al-Hujurat: Ayat 13 (Juz 26)

‫ٰٓيَاُّيَها الَّناُس ِاَّنا َخ َلْقٰن ُك ْم ِّم ْن َذ َك ٍر َّو ُاْنٰث ى َو َجَع ْلٰن ُك ْم ُش ُعْو ًبا َّو َقَبۤا ِٕىَل ِلَتَع اَر ُفْو ۚا ِاَّن َاْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد ِهّٰللا‬
‫َاْتٰق ىُك ْۗم ِاَّن َهّٰللا َع ِلْيٌم َخ ِبْيٌر‬

yâ ayyuhan-nâsu innâ khalaqnâkum min dzakariw wa untsâ wa ja‘alnâkum


syu‘ûbaw wa qabâ'ila lita‘ârafû, inna akramakum ‘indallâhi atqâkum, innallâha
‘alîmun khabîr

Artinya : Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara
kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha
Mengetahui, Mahateliti.

‫ْاَألْد َياِن َأَح ُّب ِإَلى ِهَّللا َقاَل اْلَحِنيِفَّيُة الَّس ْمَح ُة‬

Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata; ditanyakan kepada Rasulullah SAW: “’Agama manakah
yang paling dicintai oleh Allah?, maka beliau bersabda: ‘Al-Hanifiyyah As-Samhah
(yang lurus lagi toleran)’,” (HR Bukhari).

2.2 Pengertian Pendidikan Multikultural Menurut Beberapa Pendapat

Pengertian Pendidikan Multikultural beberapa pendapat


1. Menurut Zakiyyudin Baidowi, pendidikan multikultural adalah suatu cara untuk
mengajarkan keragaman. Pendidikan multikultural menghendaki rasionalisasi
etnis, intelektual, sosial dan prakmatis secara inter-relatif: yaitu mengajarkan ideal-
ideal inklusivisme, pluralisme, dan saling menghargai semua orang dan
kebudayaan merupakan imperatif humanistik yang menjadi prasyarat bagi
kehidupan etis dan dunia manusia yang beragam, mengintegrasikan studi tentang
fakta-fakta, sejarah, kebudayaan, nilai-nilai, struktur, perspektif, dan kontribusi
semua kelompok ke dalam kurikulum sehingga dapat membangun pengetahuan
yang lebih kaya, komplek, dan akurat tentang kondisi kemanusian di dalam dan
melintasi konteks waktu, ruang dan kebudayaan tertentu.
2. Adapun Howard dalam wacana Farida Hanum, berpendapat bahwa pendidikan
multukultural memberi kompetensi multikultural. Pada masa awal kehidupan
siswa, waktu banyak dilalui di daerah etnis dan kulturnya masing-masing.
Kesalahan dalam mentransformasi nilai, aspirasi, etiket dari budaya tertentu,
sering berdampak pada primordialisme kesukuan, agama, dan golongan yang
berlebihan.
Faktor ini penyebab timbulnya permusuhan antar etnis dan golongan. Melalui
pendidikan multikultural sejak dini diharapkan anak mampu menerima dan
memahami perbedaan budaya yang berdampak pada perbedaan usage (cara
individu bertingkah laku), folkways (kebiasaan-kebiasaan yang ada di
masyarakat), mores (tata kelakuan di masyarakat), dan customs (adat istiadat suatu
komunitas).
3. Selain itu James Banks berpendapat bahwa pendidikan multikultural merupakan
suatu rangkaian kepercayaan (set of beliefs) dan penjelasan yang mengakui dan
menilai pentingnya keragaman budaya dan etnis di dalam bentuk gaya hidup,
pengalaman sosial, identitas pribadi, kesempatan pendidikan dari individu,
kelompok maupun negara.
Banks juga mendefinisikan pendidikan multikultural adalah ide, gerakan,
pembaharuan pendidikan dan proses pendidikan yang tujuan utamanya adalah
untuk mengubah struktur lembaga pendidikan supaya siswa baik pria maupun
wanita, siswa berkebutuhan khusus, dan siswa yang merupakan anggota dari
kelompok ras, etnis, dan kultur yang bermacam-macam itu akan memiliki
kesempatan yang sama untuk mencapai prestasi akademis di sekolah.
Bahkan Banks meyakini bahwa sebagian dari pendidikan lebih mengarah pada
mengajari bagaimana berpikir daripada apa yang dipikirkan. Ia menjelaskan bahwa
siswa harus diajari memahami semua jenis pengetahuan, aktif mendiskusikan
konstruksi pengetahuan (knowledge construction) dan interpretasi yang berbeda-
beda. Siswa yang baik adalah siswa yang selalu mempelajari semua pengetahuan
dan turut serta secara aktif dalam membicarakan konstruksi pengetahuan. Siswa
juga perlu disadarkan bahwa di dalam pengetahuan yang diterima itu terdapat
beraneka ragam interpretasi yang sangat ditentukan oleh kepentingan masing-
masing, mungkin saja interpretasi itu nampak bertentangan sesuai dengan sudut
pandang pandangnya. Siswa harus dibiasakan menerima perbedaan.
Pendidikan multikultural merupakan suatu wacana lintas batas. Dalam
Pendidikan multikultural terkait masalah-masalah keadilan sosial (sosial justice),
demokrasi, dan hak asasi manusia. Tidak mengherankan apabila Pendidikan
Multikultural berkaitan dengan isu-isu politik, sosial, kultural, moral, edukasional
dan agama.
4. Blum dalam Yaya Suryana dan Rusdina mengatakan bahwa multikulturalisme
meliputi sebuah pemahaman, penghargaan, penilaian atas budaya seseorang serta
sebuah penghormatan dan keinginan tentang budaya etnis orang lain.
Multikulturalisme meliputi sebuah penilaian terhadap kebudayaan orang lain,
bukan dalam menyetujui seluruh aspek dari kebudayaan tersebut, melainkan
mencoba melihat kebudayaan tertentu dapat mengeksikan nilai bagi anggotanya.
Mundzier Suparta dalam bukunya Islamic Multikultural Education, mencatat lebih
dari sepuluh definisi tentang pendidikan multikultural, diantaranya adalah :
a. Pendidikan Multikultural adalah sebuah filosofi yang menekankan
pada makna penting, legitimasi dan vitalitas keragaman etnik dan
budaya dalam membentuk kehidupan individu, kelompok maupun
bangsa,
b. Pendidikan Multikultural adalah menginstitusionalkan sebuah
filosofi pluralisme budaya ke dalam system pendidikan yang
didasarkan pada prinsip - prinsip persamaan (equality), saling
menghormati dan menerima, memahami dan adanya komitmen
moral untuk sebuah keadilan sosial,
c. Pendidikan Multikultural adalah sebuah pendekatan pengajaran dan
pembelajaran yang didasarkan atas nilai-nilai demokratis yang
mendorong berkembangnya pluralisme budaya; dalam hampir
seluruh bentuk komprehensifnya. Pendidikan multikultural
merupakan sebuah komitmen untuk meraih persamaan pendidikan,
mengembangkan kurikulum yang menumbuhkan pemahaman
tentang kelompok-kelompok etnik dan memberangus praktek -
praktek penindasan,
d. Pendidikan Multikultural merupakan reformasi sekolah yang
komprehensif dan pendidikan dasar untuk semua anak didik yang
menentang semua bentuk diskriminasi dan intruksi yang menindas
dan hubungan antar personal di dalam kelas dan memberikan
prinsip-prinsip demokratis keadilan sosial.

Lalu Blum juga berpendpat bahwa pendidikan multibudaya sarat dengan


penghargaan, penghormatan dan kebersamaan dalam suatu komunitas yang
majemuk. Lebih lanjut Blum menegaskan bahwa pendidikan multibudaya
meliputi sebuah pemahaman, penghargaan dan penilaian atas budaya seseorang,
dan sebuah penghormatan dan keingintahuan tentang budaya etnis orang lain. Ia
meliputi penilaian terhadap kebudayaan - kebudayaan orang lain, bukan dalam arti
menyetujui seluruh aspek dari kebudayaan - kebudayaan tersebut, melainkan
mencoba melihat bagaimana kebudayaan tertentu dapat mengekspresikan nilai
bagi anggota-anggotanya sendiri.

Blum juga membagi tiga elemen dalam pendidikan multibudaya, pertama,


menegaskan identitas kultural seseorang, mempelajari dan menilai warisan budaya
seseorang. Kedua, menghormati dan berkeinginan untuk memahami serta belajar
tentang etnik/kebudayaan-kebudayaan selain kebudayaannya. Ketiga, menilai dan
merasa senang dengan perbedaan kebudayaan itu sendiri; yaitu memandang
keberadaan dari kelompok - kelompok budaya yang berbeda dalam masyarakat
seseorang sebagai kebaikan yang positif untuk dihargai dan dipelihara.

5. Tilaar juga menyimpulkan, pendidikan multikultural berawal dari berkembangnya


gagasan dan kesadaran tentang “interkulturalisme” seusai perang dunia II.
Kemunculan gagasan dan kesadaran “interkulturalisme” ini selain terkait dengan
perkembangan politik internasional menyangkut HAM, kemerdekaan dari
kolonialisme, dan diskriminasi rasial dan lain-lain, juga karena meningkatnya
pluralitas di negara-negara Barat sendiri sebagai akibat dari peningkatan migrasi
dari negara-negara baru merdeka ke Amerika dan Eropa.

Mengenai fokus pendidikan multikultural, Tilaar mengungkapkan bahwa


dalam program pendidikan multikultural, fokus tidak lagi diarahkan semata-mata
kepada kelompok rasial, agama dan kultural domain atau mainstream. Fokus
seperti ini pernah menjadi tekanan pada pendidikan interkultural yang
menekankan peningkatan pemahaman dan toleransi individu-individu yang
berasal dari kelompok minoritas terhadap budaya mainstream yang dominan, yang
pada akhirnya menyebabkan orang-orang dari kelompok minoritas terintegrasi ke
dalam masyarakat mainstream. Pendidikan Multikultural sebenarnya merupakan
sikap “peduli” dan mau mengerti (difference), atau “politics of recognition”
politik pengakuan terhadap orang-orang dari kelompok minoritas.

Pendidikan Multikultural melihat masyarakat secara lebih luas. Berdasarkan


pandangan dasar bahwa sikap “indiference” dan “Non-recognition” tidak hanya
berakar dari ketimpangan struktur rasial, tetapi paradigma Pendidikan
Multikultural mencakup subjek-subjek mengenai ketidakadilan, kemiskinan,
penindasan dan keterbelakangan kelompok - kelompok minoritas dalam berbagai
bidang: sosial, budaya, ekonomi, pendidikan dan lain sebagainya. Paradigma
seperti ini akan mendorong tumbuhnya kajian-kajian tentang “ethnic studies”
untuk kemudian menemukan tempatnya dalam kurikulum pendidikan sejak dari
tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Tujuan inti dari pembahasan tentang
subjek ini adalah untuk mencapai pemberdayaan (empowerment) bagi kelompok-
kelompok minoritas dan disadvantaged.

Pendidikan multikultural juga memandang manusia sebagai makhluk makro


yang tidak akan terlepas dari akar budaya dan kelompok etnisnya.

6. Fuad Ihsan dalam kajian dan pemikiran tentang pendidikan ada 2 istilah yang
hampir sama bentuknya dan sering dipergunakan dalam dunia pendidikan yaitu;
Pedagogik yang berarti pendidikan dan pedagonik yang berarti Ilmu pendidikan.
Driyarkara memaknai pendidikan sebagai upaya memanusiakan manusia muda.
Pengangkatan manusia ke taraf insani itulah yang disebut mendidik. Ki Hadjar
Dewantara merumuskan pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan
bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek), dan tubuh
anak. Dalam Dictionary of Education menyebutkan bahwa pendidikan adalah
proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk
tingkah laku lainnya didalam masyarakat di mana ia hidup, proses sosial di mana
orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol
(khususnya yang dating dari sekolah), sehingga ia dapat memperoleh atau
mengalami perkembangan kemampuan sosial, dan perkembangan individu yang
optimum. Untuk lebih lengkap tentang pengertian pendidikan dan ruang
lingkupnya baca buku.19
7. Alo Liliweri M.S. (2003: 7-9), dalam bukunya Makna Budaya dalam Komunikasi
Antarbudaya, mengutip lebih dari lima makna kebudayaan.
Pertama, menurut Iris Varner dan Linda Beamer, dalam Inter-cultural
Communication in the Global Workplace, mengartikan kebudayaan
sebagai pandangan yang koheren tentang sesuatu yang dipelajari, yang
dibagi, atau yang dipertukarkan oleh sekelompok orang. Pandangan itu
berisi apa yang mendasari kehidupan, apa yang menjadi derajat
kepentingan, tentang sikap mereka yang tepat terhadap sesuatu, gambaran
suatu prilaku yang harus diterima oleh sesama atau yang berkaitan dengan
orang lain.
Kedua, kebudayaan, dalam arti yang luas, adalah perilaku yang telah
tertanam, ia merupakan totalitas dari sesuatu yang dipelajari manusia,
akumulasi dari pengalaman yang dialihkan secara sosial (disosialisasikan),
tidak sekedar sebuah catatan ringkas, tetapi dalam bentuk prilaku melalui
pembelajaran sosial (Social Learning).
Ketiga, kebudayaan adalah komunikasi simbolis, simbolisme itu adalah
ketrampilan kelompok, pengetahuan, sikap, nilai, dan motif. Makna dari
simbol-simbol itu dipelajari dan disebarluaskan dalam masyarakat melalui
institusi.

Secara umum, multikultural berarti paham keberagaman (majemuk) terhadap


kultur (adat) yang dimiliki oleh sebuah komunitas. Keberagaman di sini
meliputi keberagaman suku, agama, ras dan adat istiadat. Di Indonesia,
diskursus multikultural dalam aspek pluralisme khususnya Islam dan
pluralisme merupakan tema yang banyak menjadi sorotan dari para
cendekiawan pada dekade 1980-an, bahkan sampai hari ini.

Urgensi memperbincangkan diskursus pluralisme berangkat dari kondisi


obyektif bangsa Indonesia yang memiliki tingkat kemajemukan yang cukup
tinggi, baik secara fisik (negara kepulauan) maupun sosial budaya; bukan saja
suku, bahasa, adat istiadat, bahkan agama yang menunjukkan tingkat
heterogenitas yang cukup signifikan.
Dalam perspektif yang lebih luas, isu multikultural dalam aspek pluralisme
perspektif Islam mengandung simplifikasi yang luar biasa, bahkan seringkali
mengalami reduksi dan terkesan liberal. Di antaranya adalah:

pertama, memang Islam agama wahyu, namun pemahaman orang


terhadap Islam bisa bermacam-macam (multi interpretation). Kesalahpahaman
ini bukan saja di kalangan umat Islam, tapi juga pada pengamat-pengamat
asing yang sering memandang Islam dengan wajahnya yang tunggal, termasuk
dalam memandang pluralisme. Sifat multi interpretasi terhadap Islam
memungkinkan terjadinya diversifikasi terhadap pemahaman keagamaan, baik
pada tingkat kognisi maupun aksi.

Kedua, di samping agama wahyu, Islam merupakan produk sejarah.


Oleh karena itu, prinsip-prinsip ilmu sejarah dapat digunakan untuk melihat
tahapan-tahapan perkembangan Islam. Dalam kaitan ini juga orang bisa
melihat teks-teks ajaran agama dengan menggunakan kritik historis,
fenomenologi dan sebagainya.

Ketiga, dialektika Islam dengan dunia luar telah melahirkan sebuah


sudut pandang baru terhadap Islam dengan dunia luar telah melahirkan sebuah
sudut pandang baru terhadap Islam yang terkadang keluar dari mainstream
esensialnya.

Ketiga hal tersebut telah mendorong lahirnya generasi baru Islam yang
melihat dan memahami agamanya tidak semata-mata sebagai „realitas wahyu‟
tapi juga sebagai realitas sosial. Generasi baru tersebut memahami Islam secara
liberal dengan melepaskan diri dari kungkungan masa lalunya. Gerakan
pemikiran semacam ini merambah hampir di semua wilayah Islam. Di
Indonesia, ide-ide Islam yang demikian telah digandrungi dan bahkan menjadi
trend peminat kajian ke-Islaman. Namun demikian, bukan berarti Islam dapat
dimaknai secara serampangan dan bisa diwarnai oleh multikultural yang
diciptakan manusia.

Dalam paragraf di atas menggunakan metode dogmatik yaitu


pendekatan yang melihat pendidikan agama sebagai media transmisi ajaran dan
keyakinan agama. Tujuannya adalah terwujudnya komitmen dogmatik peserta
didik terhadap agamanya. Kelemahan pendekatan ini terletak pada potensinya
untuk menumbuhkan fanatisme keagamaan yang tidak pada tempatnya.
2.3 Dasar Pendidikan Multikultural

1. Kesadaran Nilai Penting Keragaman Budaya


Pendidikan multikultural ini memberikan pemahaman mengenai berbagai jenis
kegiatan pendidikan sebagai bagian integral dari kebudayaan universal.
2. Gerakan Pembaharuan Pendidikan
Ini ditujukan agar tidak ada kesenjangan sosial dan diskriminasi di
masyarakat.Contohnya seperti kesenjangan ketika muncul fenomena sekolah
favorit yang didominasi oleh golongan orang kaya karena ada kebijakan lembaga
yang mengharuskan untuk membayar uang pangkal yang mahal untuk bisa masuk
ke sekolah favorit itu.Sedangkan siswa dengan karakteristik budaya yang berbeda
tidak memiliki kesempatan itu.
3. Proses Pendidikan
Pendidikan multikultural juga merupakan proses (pendidikan) yang tujuannya
tidak akan pernah terealisasikan secara penuh. Pendidikan Multikultural harus
dipandang sebagai suatu proses yang terus menerus, dan bukan sebagai sesuatu
yang langsung bisa tercapai. Tujuan utama dari pendidikan multicultural adalah
untuk memperbaiki prestasi secara utuh bukan sekedar meningkatkan skor.

2.4 Tujuan Pendidikan Multikultural


1. Pengembangan Literasi Etnis dan Budaya
Mempelajari tentang latar belakang sejarah, bahasa, karakteristik budaya,
sumbangan, peristiwa kritis, individu yang berpengaruh, dan kondisi social,
politik, dan ekonomi dari berbagai kelompok etnis mayoritas dan minoritas.
2. Perkembangan Pribadi
Menekankan pada pengembangan pemahaman diri yang lebih besar, konsep
diri yang positif, dan kebanggaan pada identitas pribadinya yang berkontribusi
pada perkembangan pribadi siswa, yang berisi pemahaman yang lebih baik tentang
diri yang pada akhirnya berkontribusi terhadap keseluruhan prestasi intelektual,
akademis, dan social siswa
3. Klarifikasi Nilai dan Sikap
Merupakan langkah kunci dalam proses melepaskan potensi kreatif individu
untuk memperbarui diri dan masyarakat untuk tumbuh-kembang lebih lanjut.
4. Kompetensi Multikultural
Dengan mengajarkan keterampilan dalam komunikasi lintas budaya, hubungan
antar pribadi, pengambilan perspektif, analisis kontekstual, pemahaman sudut
pandang dan kerangka berpikir alternatif, dan menganalisa bagaimana kondisi
budaya mempengaruhi nilai, sikap, harapan, dan perilaku.
5. Kemampuan Keterampilan Dasar
Untuk memfasilitasi pembelajaran untuk melatih kemampuan keterampilan
dasar dari siswa yang berbeda secara etnis dengan memberi materi dan teknik
yang lebih bermakna untuk kehidupan dan kerangka berpikir dari siswa yang
berbeda secara etnis.
6. Persamaan dan Keunggulan Pendidikan
Tujuan persamaan multikultural berkaitan erat dengan tujuan penguasaan
ketrampilan dasar, namun lebih luas dan lebih filosofis. Untuk menentukan
sumbangan komparatif terhadap kesempatan belajar, pendidik harus memahami
secara keseluruhan bagaimana budaya membentuk gaya belajar, perilaku
mengajar, dan keputusan pendidikan.
7. Memperkuat Pribadi untuk Reformasi Sosial
Tujuan terakhir dari Pendidikan multikultural adalah memulai proses
perubahan di sekolah yang pada akhirnya akan meluas ke masyarakat. Tujuan ini
akan melengkapi penanaman sikap, nilai, kebiasaan dan ketrampilan siswa
sehingga mereka menjadi agen perubahan sosial (social change agents) yang
memiliki komitmen yang tinggi dengan reformasi masyarakat untuk memberantas
perbedaan (disparities) etnis dan rasial dalam kesempatan dan kemauan untuk
bertindak berdasarkan komitmen ini. Untuk melakukan itu, mereka perlu
memperbaiki pengetahuan mereka tentang isu etnis di samping mengembangkan
kemampuan pengambilan keputusan, ketrampilan tindakan sosial, kemampuan
kepemimpinan, dan komitmen moral atas harkat dan persamaan.
8. Memiliki Wawasan Kebangsaan/Kenegaraan yang Kokoh
Dengan mengetahui kekayaan budaya bangsa itu akan tumbuh rasa kebangsaan
yang kuat. Rasa kebangsaan itu akan tumbuh dan berkembang dalam wadah
negara Indonesia yang kokoh. Untuk itu Pendidikan Multikultural perlu
menambahkan materi, program dan pembelajaran yang memperkuat rasa
kebangsaan dan kenegaraan dengan menghilangkan etnosentrisme, prasangka,
diskriminasi dan stereotipe.
9. Memiliki Wawasan Hidup yang Lintas Budaya dan Lintas Bangsa sebagai Warga
Dunia.
Hal ini berarti individu dituntut memiliki wawasan sebagai warga dunia (world
citizen). Namun siswa harus tetap dikenalkan dengan budaya lokal, harus diajak
berpikir tentang apa yang ada di sekitar lokalnya. Mahasiswa diajak berpikir
secara internasional dengan mengajak mereka untuk tetap peduli dengan situasi
yang ada di sekitarnya - act locally and globally.
10. Hidup Berdampingan secara Damai
Dengan melihat perbedaan sebagai sebuah keniscayaan, dengan menjunjung
tinggi nilai kemanusian, dengan menghargai persamaan akan tumbuh sikap toleran
terhadap kelompok lain dan pada gilirannya dapat hidup berdampingan secara
damai.

2.5 Fungsi Pendidikan Multikultural

The National Council for Social Studies (Gorski, 2001) mengajukan sejumlah
fungsi yang menunjukan pentingnya keberadaan dari pendidikan multikultural.
Fungsi tersebut adalah :
1. Memberi konsep diri yang jelas.
2. Membantu memahami pengalaman kelompok etnis dan budaya ditinjau
dari sejarahnya.
3. Membantu memahami bahwa konflik antara ideal dan realitas itu memang
ada pada setiap masyarakat.
4. Membantu mengambangkan pembuatan keputusan (decision making),
partisipasi social, dan keterampilan kewarganegaraan (citizenship skills)
5. Mengenal keberagaman dalam penggunaan bahasa.

2.6 Paradigma Baru Pendidikan Multikultural


Dalam menghadapi fluralism budaya diperlukan paradigma baru yang lebih
toleran yaitu paradigma Pendidikan Multikultural.Paradigma Pendidikan
Multikultural itu penting sebab dapat mengarahkan anak didik untuk bersikap dan
berpandangan toleran dan inklusif terhadap realitas masyarakat yang beragam baik
dalam hal budaya, suku, ras, etnis, maupun agama.
Pendidikan multikultural sebagai pendidikan alternatif patut dikembangan dan
dijadikan sebagai model pendidikan di Indonesia dengan alasan, Pertama, realitas
bahwa Indonesa adalah negara yang dihuni oleh berbagai suku, bangsa, etnis
agama, dengan bahasa yang beragam dan membawa budaya yang heterogen serta
tradisi dan perdaban yang beraneka ragam. Kedua, pluralitas tersebut secara
inheren sudah ada sejak bangsa Indonesia ini ada.Ketiga, masyarakat menentang
pendidikan yang berorientasi bisnis, komersialisasi, dan kapitalis, yang
mengutamakan golongan atau orang tertentu.Keempat, masyarakat tidak
menghendaki kekerasan dan kesewenang-wenangan pelaksanaan hak setiap
orang.Kelima, pendidikan multikultur sebagai resistensi fanatisme yang mengarah
pada berbagai jenis kekerasan dan kesewenang-wenangan.Keenam, pendidikan
multikultural memberikan harapan dalam mengatasi berbagai gejolak masyarakat
yang terjadi akhir-akhir ini.ketujuh, pendidikan multikultutral sarat dengan nilai-
nilai kemanusiaan, social, kalaman, dan ketuhanan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Multikulturalisme merupakan suatu paham atau situasi-kondisi masyarakat
yang tersusun dari banyak kebudayaan.
Pendidikan multikultural adalah suatu pendekatan progresif untuk melakukan
transformasi pendidikan yang secara menyeluruh membongkar kekurangan,
kegagalan dan praktek – praktek diskriminatif dalam proses pendidikan.
Dasar pendidikan multikultural yaitu Kesadaran Nilai Penting Keragaman
Budaya, Gerakan Pembaharuan Pendidikan dan Proses Pendidikan.
Tujuan Pendidikan Multikultural : Pengembangan Literasi Etnis dan Budaya,
Perkembangan Pribadi, Klarifikasi Nilai dan Sikap, Kompetensi Multikultural,
Kemampuan Keterampilan Dasar, Persamaan dan Keunggulan Pendidikan,
Memperkuat Pribadi untuk Reformasi Sosial, Memiliki Wawasan
Kebangsaan/Kenegaraan yang Kokoh, Memiliki Wawasan Hidup yang Lintas
Budaya dan Lintas Bangsa sebagai Warga Dunia dan Hidup Berdampingan Secara
Damai.

Fungsi pendidikan multikultural : Memberi konsep diri yang jelas, Membantu


memahami pengalaman kelompok etnis dan budaya ditinjau dari sejarahnya,
Membantu memahami bahwa konflik antara ideal dan realitas itu memang ada
pada setiap masyarakat, Membantu mengambangkan pembuatan keputusan
(decision making), partisipasi social, dan keterampilan kewarganegaraan
(citizenship skills) dan Mengenal keberagaman dalam penggunaan bahasa.

3.2 Saran
Pendidikan Multikultural seyogyanya memfasilitasi proses belajar mengajar yang
mengubah perspektif monokultural yang esensial, penuh prasangka dan
diskriminatif ke perspektif multikulturalis yang menghargai keberagaman dan
perbedaan, toleran dan sikap terbuka.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/63467692/makalah-Pendidikan-Multikultural
https://gapurakampus.blogspot.com/2017/11/makalah-pendidikan-
multikultural.html?m=1

https://id.scribd.com/doc/63467692/makalah-Pendidikan-Multikultural

http://gears99.blogspot.com/2012/04/pendidikan-multikultural.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai