PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam
yang diampu oleh Bapak H. Asep Nursyamsi, M.Si
Disusun Oleh :
PRODI MANAJEMEN
2022
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT pemilik alam semesta yang
telah memberikan kekuatan dan kesehatan kepada penulis sehingga makalah ini telah selesai
dapat dituangkan dalam bentuk karya tulis, karena berkat limpahan rahmat-NYA sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Pendidikan Multikultural”.
Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam dan
juga bisa dijadikan sebagai bahan materi kuliah. Makalah ini menguraikan definisi pendidikan
multicultural sebagai paradigma penting dalam mengatasi keberagaman etnis di Indonesia.
Berbagai peristiwa yang terkait disajikan dalam bentuk teks maupun gambar. Dengan
membaca makalah ini, kita bisa menambah wawasan tentang pengertian pendidikan
multicultural dan sebagainya.
Sesungguhnhya makalah ini tidak akan terwujud sebagai mana mestinya jika tidak ada
bantuan atau dorongan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung
untuk itu perkenalkanlah penulis dengan hati yang tulus untuk menyampaikan rasa hormat
dan ucapan terimakasih sebesar - besarnya kepada rekan - rekan yang telah membantu
selesainya makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Istilah multikultur berasal dari kata kultur yang diartikan sebatas pada budaya
dan kebiasaan sekelompok orang pada daerah tertentu (Ainul Yaqin, 2005:6). Secara
etimologis multiculturalisme dibentuk dari kata multi (banyak), culture (budaya), dan
isme (aliran atau paham) (H.A.R Tilaar,2004: Punggung). Multicultural sebenarnya
merupakan kata dasar yang mendapat awalan. Kata dasar dasar itu adalah kultur yang
berarti kebudayaan, kesopanan, atau pemeliharaan sedang awalannya adalah multi
yang berarti banyak, ragam, atau aneka. Dengan demikian, multikultur berarti
keragaman kebudayaan, aneka kesopanan, atau banyak pemeliharaan.
ٰٓيَاُّيَها الَّناُس ِاَّنا َخ َلْقٰن ُك ْم ِّم ْن َذ َك ٍر َّو ُاْنٰث ى َو َجَع ْلٰن ُك ْم ُش ُعْو ًبا َّو َقَبۤا ِٕىَل ِلَتَع اَر ُفْو ۚا ِاَّن َاْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد ِهّٰللا
َاْتٰق ىُك ْۗم ِاَّن َهّٰللا َع ِلْيٌم َخ ِبْيٌر
Artinya : Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara
kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha
Mengetahui, Mahateliti.
ْاَألْد َياِن َأَح ُّب ِإَلى ِهَّللا َقاَل اْلَحِنيِفَّيُة الَّس ْمَح ُة
Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata; ditanyakan kepada Rasulullah SAW: “’Agama manakah
yang paling dicintai oleh Allah?, maka beliau bersabda: ‘Al-Hanifiyyah As-Samhah
(yang lurus lagi toleran)’,” (HR Bukhari).
6. Fuad Ihsan dalam kajian dan pemikiran tentang pendidikan ada 2 istilah yang
hampir sama bentuknya dan sering dipergunakan dalam dunia pendidikan yaitu;
Pedagogik yang berarti pendidikan dan pedagonik yang berarti Ilmu pendidikan.
Driyarkara memaknai pendidikan sebagai upaya memanusiakan manusia muda.
Pengangkatan manusia ke taraf insani itulah yang disebut mendidik. Ki Hadjar
Dewantara merumuskan pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan
bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek), dan tubuh
anak. Dalam Dictionary of Education menyebutkan bahwa pendidikan adalah
proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk
tingkah laku lainnya didalam masyarakat di mana ia hidup, proses sosial di mana
orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol
(khususnya yang dating dari sekolah), sehingga ia dapat memperoleh atau
mengalami perkembangan kemampuan sosial, dan perkembangan individu yang
optimum. Untuk lebih lengkap tentang pengertian pendidikan dan ruang
lingkupnya baca buku.19
7. Alo Liliweri M.S. (2003: 7-9), dalam bukunya Makna Budaya dalam Komunikasi
Antarbudaya, mengutip lebih dari lima makna kebudayaan.
Pertama, menurut Iris Varner dan Linda Beamer, dalam Inter-cultural
Communication in the Global Workplace, mengartikan kebudayaan
sebagai pandangan yang koheren tentang sesuatu yang dipelajari, yang
dibagi, atau yang dipertukarkan oleh sekelompok orang. Pandangan itu
berisi apa yang mendasari kehidupan, apa yang menjadi derajat
kepentingan, tentang sikap mereka yang tepat terhadap sesuatu, gambaran
suatu prilaku yang harus diterima oleh sesama atau yang berkaitan dengan
orang lain.
Kedua, kebudayaan, dalam arti yang luas, adalah perilaku yang telah
tertanam, ia merupakan totalitas dari sesuatu yang dipelajari manusia,
akumulasi dari pengalaman yang dialihkan secara sosial (disosialisasikan),
tidak sekedar sebuah catatan ringkas, tetapi dalam bentuk prilaku melalui
pembelajaran sosial (Social Learning).
Ketiga, kebudayaan adalah komunikasi simbolis, simbolisme itu adalah
ketrampilan kelompok, pengetahuan, sikap, nilai, dan motif. Makna dari
simbol-simbol itu dipelajari dan disebarluaskan dalam masyarakat melalui
institusi.
Ketiga hal tersebut telah mendorong lahirnya generasi baru Islam yang
melihat dan memahami agamanya tidak semata-mata sebagai „realitas wahyu‟
tapi juga sebagai realitas sosial. Generasi baru tersebut memahami Islam secara
liberal dengan melepaskan diri dari kungkungan masa lalunya. Gerakan
pemikiran semacam ini merambah hampir di semua wilayah Islam. Di
Indonesia, ide-ide Islam yang demikian telah digandrungi dan bahkan menjadi
trend peminat kajian ke-Islaman. Namun demikian, bukan berarti Islam dapat
dimaknai secara serampangan dan bisa diwarnai oleh multikultural yang
diciptakan manusia.
The National Council for Social Studies (Gorski, 2001) mengajukan sejumlah
fungsi yang menunjukan pentingnya keberadaan dari pendidikan multikultural.
Fungsi tersebut adalah :
1. Memberi konsep diri yang jelas.
2. Membantu memahami pengalaman kelompok etnis dan budaya ditinjau
dari sejarahnya.
3. Membantu memahami bahwa konflik antara ideal dan realitas itu memang
ada pada setiap masyarakat.
4. Membantu mengambangkan pembuatan keputusan (decision making),
partisipasi social, dan keterampilan kewarganegaraan (citizenship skills)
5. Mengenal keberagaman dalam penggunaan bahasa.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Multikulturalisme merupakan suatu paham atau situasi-kondisi masyarakat
yang tersusun dari banyak kebudayaan.
Pendidikan multikultural adalah suatu pendekatan progresif untuk melakukan
transformasi pendidikan yang secara menyeluruh membongkar kekurangan,
kegagalan dan praktek – praktek diskriminatif dalam proses pendidikan.
Dasar pendidikan multikultural yaitu Kesadaran Nilai Penting Keragaman
Budaya, Gerakan Pembaharuan Pendidikan dan Proses Pendidikan.
Tujuan Pendidikan Multikultural : Pengembangan Literasi Etnis dan Budaya,
Perkembangan Pribadi, Klarifikasi Nilai dan Sikap, Kompetensi Multikultural,
Kemampuan Keterampilan Dasar, Persamaan dan Keunggulan Pendidikan,
Memperkuat Pribadi untuk Reformasi Sosial, Memiliki Wawasan
Kebangsaan/Kenegaraan yang Kokoh, Memiliki Wawasan Hidup yang Lintas
Budaya dan Lintas Bangsa sebagai Warga Dunia dan Hidup Berdampingan Secara
Damai.
3.2 Saran
Pendidikan Multikultural seyogyanya memfasilitasi proses belajar mengajar yang
mengubah perspektif monokultural yang esensial, penuh prasangka dan
diskriminatif ke perspektif multikulturalis yang menghargai keberagaman dan
perbedaan, toleran dan sikap terbuka.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/63467692/makalah-Pendidikan-Multikultural
https://gapurakampus.blogspot.com/2017/11/makalah-pendidikan-
multikultural.html?m=1
https://id.scribd.com/doc/63467692/makalah-Pendidikan-Multikultural
http://gears99.blogspot.com/2012/04/pendidikan-multikultural.html?m=1