Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur saya haturkan kepada Allah Subhanahu


Wata’ala yang telah memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PROBLEMA PENDIDIKAN
MULIKULTURRAL DI INDONESIA” dengan baik tanpa ada halangan yang
berarti.
Makalah ini telah saya selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu saya sampaikan banyak terima kasih
kepada segenap pihak yang telah berkontribusi secara maksimal dalam
penyelesaian makalah ini.
Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa
masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa,
susunan kalimat maupun isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati , saya
selaku penyusun menerima segala kritik dan saran yang membangun dari
pembaca.
Dengan karya ini saya berharap dapat membantu dan menambah wawasan
keilmuan kita tentang Pendidikan Multikultural. Demikian yang bisa saya
sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dan
memberikan manfaat nyata untuk masyarakat luas.

sambas, 19 Juni 2022

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang..........................................................................................4
B. Rumusan Masalah.....................................................................................5
C. Tujuan penulisan.......................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................6
PEMBAHASAN.....................................................................................................6
A. Pengertian pendidikan multikultural.........................................................6
B. Konsep pendidikan multikultural di Indonesia.........................................9
C. Problema pendidikan Multikultural di Indonesia....................................12
BAB III..................................................................................................................15
PENUTUP.............................................................................................................15
A. Kesimpulan..............................................................................................15
B. Saran........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang besar dengan segala budaya dan adat
istiadat yang melekat di dalamnya, beragam budaya tersebut tidak bisa
dipungkiri bahwa akan melahirkan berbagai pandangan bahwa Indonesia
negara dengan beragam etnis, ras budaya serta agama yang majemuk. Ilmu
yang mempelajari tentang kemajumakn tersebut dewasa ini sering disebut
sebagai istilah pendidikan Multikultural.1
Menurut Yudi Hartono pada prinsipnya, pendidikan multikultural
adalah pendidikan yang menghargai perbedaan. Sehingga nantinya
perbedaan tersebut tidak menjadi sumber konflik dan perpecahan. Sikap
saling toleransi inilah yang nantinya akan menjadikan keberagaman yang
dinamis, kekayaan budaya yang menjadi jati diri bangsa yang patut untuk
dilestarikan.2
Dalam pendidikan multikultural, setiap peradapan dan kebudayaan
yang ada berada dalam posisi yang sejajar dan sama, tidak ada kebudayaan
yang lebih tinggi dari kebudayaan yang lain, dialog meniscayakan adanya
persamaan dan kesamaan di antara pihak-pihak yang terlibat, anggapan
bahwa kebudayaan tertentu lebih tinggi dari kebudayaan yang lain akan
melahirkan fasisme, nativisme dan chauvinism, dengan dialog, diharapkan
terjadi sumbang pemikiran yang pada gilirannya akan memperkaya
kebudayaan atau peradaban yang bersangkutan sehingga nantinya
terwujud masyarakat yang makmur, adil, sejahtera yang saling menghargai
perbedaan.3 Maka dari itu dalam makalah ini penulis akan menjabarkan
tentang problema pendidikan multikultural di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1
Muh. Amin, “Pendidikan Multikultural” dalam JURNAL PILAR Volume 09, No. 1,
Tahun 2018 , hlm. 25
2
Yudi Hartono, Dardi Hasyim,, Pendidikan Multikultural di Sekolah. (Surakarta: UPT
penerbitan dan percetakan UNS, 2003), hlm.. 40
3
Muh. Amin, “Pendidikan Multikultural”… hlm..25
1. Apa pengertian pendidikan multikultural ?
2. Bagaimana konsep pendidikan multikultural di Indonesia ?
3. Bagaimana problema pendidikan multikultural di Indonesia ?
C. Tujuan penulisan
1. Mengetahui Apa pengertian pendidikan multikultural
2. Menjelaskan Bagaimana konsep pendidikan multikultural di Indonesia
3. Menjelaskan Bagaimana problema pendidikan multikultural di
Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian pendidikan multikultural
Akar kata multikulturalisme adalah kebudayaan. Pengertian
kebudayaan menurut para ahli sangat beragam, namun dalam konteks ini
kebudayaan dilihat dalam perspektif fungsinya sebagai pedoman bagi
kehidupan manusia. Dalam konteks perspektif kebudayaan tersebut, maka
multikulturalisme adalah ideologi yang dapat menjadi alat atau wahana
untuk meningkatkan derajat manusia dan kemanusiannya.
Multikulturalisme mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam
kesederajatan baik secara individual maupun secara kebudayaan.4
Multikulturalisme memandang sebuah masyarakat mempunyai
sebuah kebudayaan yang berlaku umum dalam masyarakat yang coraknya
seperti sebuah mosaik. Di dalam mosaik tercakup semua kebudayaan dari
masyarakat-masyarakat lebih kecil yang membentuk terwujudnya
masyarakat yang lebih besar, yang mempunyai kebudayaan seperti sebuah
mosaik tersebut. 5
Pendidikan multikultural adalah bentuk gerakan reformasi
pendidikan di Amerika pada tahun 1960-an. Reformasi pendidikan yang
dulunya merupakan pendidikan segregasi atau mengkotak-kotakan kelas
sosial, suku agama, dan ras, kemudian berubah dengan memberikan
peluang yang sama bagi setiap orang untuk mendapatkan pendidikan.6
Banks berpendapat bahwa pendidikan multikultural merupakan
suatu rangkaian kepercayaan (set of beliefs) dan penjelasan yang mengkaji
dan menilai pentingnya keragaman budaya dan etnis di dalam membentuk
gaya hidup, pengalaman sosial, identitas pribadi, kesempatan pendidikan
dari individu, kelompok maupun negara. Banks mendefinisikan
4
Rustan Ibrahim, “PENDIDIKAN MULTIKULTURAL: Pengertian, Prinsip, dan
Relevansinya dengan Tujuan Pendidikan Islam” dalam jurnal ADDIN, Vol. 7, No. 1, Februari
2013, hlm. 133
5
Ibid
6
Okta Hadi Nurcahyono, “Pendidikan Multikultural di Indonesia: Analisis Sinkronis dan
Diakronis” dalam jurnal Habitus: Jurnal Pendidikan, Sosiologi dan Antropologi Vol. 2 No.1
Maret 2018 , hlm. 108
pendidikan multikultural adalah ide, gerakan pembaharuan pendidikan dan
proses pendidikan, yang tujuan utamanya adalah merubah struktur
lembaga pendidikan supaya siswa baik pria dan wanita, siswa
berkebutuhan khusus, dan siswa yang merupakan anggota dari kelompok
ras, etnis, dan budaya (kultur) yang bermacam-macam itu akan memiliki
kesempatan yang sama untuk mencapai prestasi.7
Kamanto Sunarto menjelaskan bahwa pendidikan multikultural
biasa diartikan sebagai pendidikan keragaman budaya dalam masyarakat,
dan terkadang juga diartikan sebagai pendidikan yang menawarkan ragam
model untuk keragaman budaya dalam masyarakat, dan terkadang juga
diartikan sebagai pendidikan untuk membina sikap siswa agar menghargai
keragaman budaya masyarakat.8
Secara etimologi istilah pendidikan multikultural terdiri dari dua
term, yaitu pendidikan dan multikultural. Pendidikan berarti proses
pengembangan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dalam usaha
mendewasakan melalui pengajaran, pelatihan, proses dan cara mendidik.
Sedangkan multikultural diartikan sebagai keragaman kebudayaan, aneka
kesopanan.
Sedangkan secara terminologi, pendidikan multikultural berarti
proses pengembangan seluruh potensi manusia yang menghargai pluralitas
dan heterogenitasnya sebagai konsekwensi keragaman budaya, etnis, suku
dan aliran (agama). Pengertian seperti ini mempunyai implikasi yang
sangat luas dalam pendidikan, karena pendidikan dipahami sebagai proses
tanpa akhir atau proses sepanjang hayat. Dengan demikian, pendidikan
multikultural menghendaki penghormatan dan penghargaan setinggi-
tingginya terhadap harkat dan martabat manusia.
Tujuan pendidikan multikultural dalam UU Sisdiknas ialah:
menambahkan sikap simpati, respek, apresiasi dan empati terhadap

7
Nana Najmina, “Pendidikan Multikultural Dalam Membentuk Karakter Bangsa
Indonesia” dalam Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial vol. 10 No1 tahun 2018 hlm. 54
8
Dede Rosyada, “Pendidikan Multikultural di Indonesia Sebuah Pandangan
Konsepsional” dalam jurnal Sosio Didaktika: Vol. 1, No. 1 Mei 2014, hlm.. 3
penganut agama dan kultur yang berbeda.Tujuan utama dari pendidikan
multikultural adalah untuk menanamkan sikap simpatik, respek, apresiasi,
dan empati terhadap penganut agama dan budaya yang berbeda.
pendidikan multikultural bertujuan untuk memfasilitasi pengalaman
belajar yang memungkinkan peserta didik mencapai potensi maksimal
sebagai pelajar dan sebagai pribadi yang aktif dan memiliki kepekaan
sosial tinggi di tingkat lokal,nasional dan global serta mewujudkan sebuah
bangsa yang kuat, maju, adil, makmur dan sejahtera tanpa perbedaan etnik,
ras, agama dan budaya. Dengan semangat membangun kekuatan diseluruh
sektor sehingga tercapai kemakmuran bersama, memiliki harga diri yang
tinggi dan dihargai bangsa lain.9
Ada tiga tantangan besar dalam melaksanakan pendidikan
multikultural di Indonesia, yaitu:
1. Agama, suku bangsa dan tradisi
Agama secara actual merupakan ikatan yang terpenting dalam
kehidupan orang Indonesia sebagai suatu bangsa.hal ini akan dapat
menjadi perusak apabila digunakan sebagai senjata politik atau fasilitas
individu-individu atau kelompokekonomi.
2. Kepercayaan
Kepercayaan merupakan unsur yang terpenting dalam hidup
bermasyarakat. Munculnya kecurigaan/ketakutan atau
ketidakpercayaan terhadap yang lain dapat juga timbul ketika tidak ada
komunikasi di dalam masyarakat plural.
3. Toleransi Toleransi merupakan bentuk tertinggi ketika kita mencapai
keyakinan yang dapat berubah. Toleransi juga merupakan suatu
pendekatan dalam perubahan pandangan, wawasan dan akal pikiran.10
B. Konsep pendidikan multikultural di Indonesia

9
Ainul Yakin, M., Pendidikan Multicultural, Cross-cultural Understandinguntuk
Demokrasi dan Keadilan. (Yogyakarta: Pilar Media, 2005), hlm. 13
10
Yenny Puspita, “Pentingnya Pendidikan Multikultural” dalam jurnal Prosiding Seminar Nasional
21 Universitas PGRI Palembang 05 Mei 201, hlm. 287
Konsep Multikulturalisme sebenarnya telah dituangkan oleh para
pendiri bangsa Indonesia untuk menggambarkan kebudayaan bangsa
Indonesia kedalam sebuah konsep ideologi bangsa (Pancasila). namun
tidaklah dapat disamakan konsep Multikulturalisme dengan konsep
keanekaragaman secara suku bangsa atau kebudayaan suku bangsa yang
menjadi ciri masyarakat majemuk, karena multikulturalisme menekankan
keanekaragaman kebudayaan dalam kesederajatan (Bhineka Tunggal Ika).
Permasalahan yang mendukung ideologi ini, yaitu politik dan demokrasi,
keadilan dan penegakan hukum, kesempatan kerja dan berusaha, HAM,
hak budaya komuniti dan golongan minoritas, prinsip-prinsip etika dan
moral dan tingkat serta mutu produktivitas.11
Pada konteks Indonesia, perbincangan tentang konsep pendidikan
multikultural semakin memperoleh momentum pasca runtuhnya rezim
otoriter militeristik orde baru karena hempasan badai reformasi. Era
reformasi ternyata tidak hanya membawa berkah bagi bangsa kita namun
juga memberi peluang meningkatnya kecenderungan primordialisme.
Untuk itu, dirasakan kita perlu menerapkan paradigma pendidikan
multikultural untuk menangkal semangat primordialisme.
Paradigma pendidikan multikultural dalam konteks ini memberi
pelajaran kepada kita untuk memiliki apresiasi respek terhadap budaya dan
agama-agama orang lain. Atas dasar ini maka penerapan multikulturalisme
menuntut kesadaran dari masing-masing budaya lokal untuk saling
mengakui dan menghormati keanekaragaman budaya yang dibalut
semangat kerukunan dan perdamain. Paradigma multikultural secara
implisit juga menjadi salah satu concern dari pasal 4 UU No.20 tahun
2003 sistem pendidikan nasional. Dalam pasal itu dijelaskan, bahwa
pendidikan diselenggarakan secara demokratis, tidak diskriminatif, dengan
menjunjung tinggi HAM, nilai keagamaan, nilai kultural, dan
kemajemukan bangsa.12
11
Zaenal Abidin As, “Menanamkan Konsep Multikulturalisme di Indonesia” dalam jurnal
Dinamika Global| Volume 01 | No.2 Desember 2016, hlm. 130
12
Ainul Yakin, M., Pendidikan Multicultural,… hlm. 56
Sejalan dengan dibukanya demokrasi di Indonesia, berdampak juga
pada proses pendidikan. Pada proses pendidikan menjamin kesamaan hak
semua anak bangsa dalam memperoleh pendidikan. Pendidikan
multicultural sangat tepat dijalankan di Indonesia mengingat bangsa ini
memiliki keberagaman suku, adat istiadat, agama, dan bahasa. Untuk
mempersatukan dan memberikan kesadaran akan keberagaman tersebut
diperlukannya pendidikan multicultural di Indonesia. Pada penerapannya
pendidikan multikultural di Indonesia diposisikan menjadi tiga yaitu
sebagai falsafah pendidikan, sebagai pendekatan pendidikan, dan bidang
kajian dan bidang studi.
Sebagai falsafah pendidikan, kekayaan dan keberagaman
(multikultural) yang dimiliki oleh Indonesia hendaknya dapat
dimanfaatkan dalam meningkatkan dan mengembangkan sistem
pendidikan. Sebagai pendekatan pendidikan, pendekatan pendidikan yang
kontekstual harus memeperhatikan keragaman budaya yang ada. Sebagai
bidang ilmu kajian dan studi, yaitu wacana multikulturalisme yang masuk
ke dalam mata pelajaran tertentu seperti sosiologi, antropologi dan
kewarganegaraan. ada akhir-akhir ini juga ada wacana untuk menjadikan
pendidikan multikulturalisem sebagai mata pelajaran tersendiri. Dari
ketiga hal tersebut baik sebagai falsafah, sebagai pendekatan, dan bidang
kajian atau bidang studi belum ada kajian yang spesifik dan detail meneliti
ketiga hal tersebut. 13
Tujuan pendidikan multikultural di Indonesia, berbeda dengan
tujuan pendidikan di Amerika Serikat. Dijelaskan oleh Zamroni bahwa
tujuan pendidikan multikultural di Indonesia “... merupakan refleksi atas
kesadaran diri atas realitas masyarakat yang mejemuk”. Oleh karena itu,
pendidikan multikultural difokuskan kepada pengembangan kesadaran dan
kebersamaan dalam konteks perbedaan kultur masyarakat. Ditegaskan oleh
Zamroni bahwa pendidikan multikultural adalah suatu gerakan

13
Okta Hadi Nurcahyono, “Pendidikan Multikultural di Indonesia: Analisis Sinkronis dan
Diakronis” … hlm. 111
pembaharuan dan proses untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang
setara bagi seluruh siswa14
Poin penting yang harus diperhatikan dalam melihat pelaksanaan
pendidikan multikultural di sekolah setelah menganalisis penelitian-
penelitian di atas adalah dari pemikiran pelaku pendidikan di sekolah
seperti: kepala sekolah, guru, siswa, komite sekolah, serta orangtua siswa;
dan praktik implementasi pendidikan multikultural di sekolah, seperti:
pengembangannya melalui kurikulum, pembuatan modul pembelajaran
bagi guru serta modul belajar siswa, praktik dalam proses pembelajaran di
kelas oleh semua guru mata pelajaran, dan kebijakan-kebijakan yang
memihak demi terwujudnya pendidikan multikultural di lingkungan
sekolah.15
Sekolah memiliki peran penting untuk membantu siswa
membangun pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan yang diperlukan
agar mereka dapat menjadi warganegara efektif dalam suatu masyarakat
pluralistik dan demokratik. Sekolah yang dapat berfungsi sebagaimana
diharapkan di atas, hanya bisa terwujud ketika sekolah mau melakukan
transformasi. Pendidikan multikultural menawarkan suatu cara untuk
mewujudkan warganegara yang ideal. Terdapat tiga alasan mengapa
pendidikan multikultural harus diajarkan kepada warganegara. Alasannya
adalah: pertama, pendidikan mutlikultural menawarkan cara menciptakan
pendidikan bagi semua; kedua, pendidikan multikultural dapat membantu
warganegara sadar akan tanggungjawabnya; dan ketiga, pendidikan
multikultural mengajarkan kepada para siswa menghargai hak-hak azasi
manusia lainnya.16

C. Problema pendidikan Multikultural di Indonesia

14
Taat Wulandari, Konsep dan Praksis Pendidikan Multikultural,( Yogyakarta : UNY
Press, 2020) hlm. 60-62
15
Ibid
16
Ibid
Dalam kerangka strategi pembelajaran, pembelajaran berbasis
multikultural diharapkan dapat mendorong terjadinya proses imajinatif,
metaforik, berpikir kreatif dan sadar budaya. Namun pada prakteknya,
penggunaan budaya lokal (etnis) dalam pembelajaran berbasis
multikultural tidak terlepas dari berbagai problematik yang terdapat dalam
setiap komponen pembelajaran, sejak persiapan awal dan
implementasinya. Beberapa permasalahan awal pembelajaran berbasis
multikultural pada tahap persiapan awal, antara lain:
1. Guru kurang mengenal budayanya sendiri, budaya lokal maupun
budaya peserta didik
2. Guru kurang menguasai garis besar struktur dan budaya etnis peserta
didiknya, terutama dalam konteks mata pelajaran yang akan
diajarkannya; dan
3. Rendahnya kemampuan guru dalam mempersiapkan peralatan yang
dapat merangsang minat, ingatan, dan pengenalan kembali peserta
didik terhadap khasanah budaya masing-masing dalam konteks budaya
masing-masing dalam konteks pengalaman belajar yang diperoleh.
Beberapa peristiwa budaya yang negatif dan sering muncul di tanah
air seperti peristiwa di Poso, Ambon, Papua, Sampit, Aceh, Bali, Jakarta,
dan lain-lain ini disebabkan oleh problema kemasyarakatan sebagai
berikut:17
1. Keragaman Identitas Budaya Daerah
Masalah itu muncul jika tidak ada komunikasi antar budaya
daerah. Tidak adanya komunikasi dan pemahaman pada berbagai
kelompok budaya lain ini justru dapat menjadi konflik. Sebab dari
konflik-konflik yang terjadi selama ini di Indonesia dilatar belakangi
oleh adanya keragaman identitas etnis, agama dan ras. Misalnya
peristiwa Sampit.
Dalam mengantisipasi hal itu, keragaman yang ada harus diakui
sebagai sesuatu yang mesti ada dan dibiarkan tumbuh sewajarnya.
17
Sutarno. 2007. Pendidikan Multikultural. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Nasional. Hlm 50-53
Selanjutnya, diperlukan suatu manajemen konflik agar potensi konflik
dapat terkoreksi secara dini untuk ditempuh langkah-langkah
pemecahannya, termasuk di dalamnya melalui Pendidikan
Multikultural. Dengan adanya Pendidikan Multikultural itu diharapkan
masing-masing warga daerah tertentu bisa mengenal, memahami,
menghayati dan bisa saling berkomunikasi.
2. Pergeseran Kekuasaan dari Pusat ke Daerah
Dalam arena budaya, terjadinyapergeseran kekuasaan dari
pusat ke daerah membawa dampak besar terhadap pengakuan budaya
lokal dan keragamannya. Bila pada masa Orba, kebijakan yang terkait
dengan kebudayaan masih tersentralisasi, maka kini tidak lagi.
Kebudayaan, sebagai sebuah kekayaan bangsa, tidak dapat lagi diatur
oleh kebijakan pusat, melainkan dikembangkan dalam konteks budaya
lokal masing-masing. Ketika sesuatu bersentuhan dengan kekuasaan
maka berbagai hal dapat dimanfaatkan untuk merebut kekuasaan
ataupun melanggengkan kekuasaan itu, termasuk di dalamnya isu
kedaerahan.
3. Kurang Kokohnya Nasionalisme
Nasionalisme perlu ditegakkan namun dengan cara-cara yang
edukatif, persuasif dan manusiawi bukan dengan pengerahan kekuatan.
Sejarah telah menunjukkan peranan Pancasila yang kokoh untuk
menyatukan kedaerahan ini. Kita sangat membutuhkan semangat
nasionalisme yang kokoh untuk meredam dan menghilangkan isu yang
dapat memecah persatuan dan kesatuan bangsa ini.
4. Fanatisme Sempit
Kecintaan dan kebanggaan pada korps memang baik dan sangat
diperlukan. Namun kecintaan dan kebanggaan itu bila ditunjukkan
dengan bersikap memusuhi kelompok lain dan berperilaku menyerang
kelompok lain maka fanatisme sempit ini menjadi hal yang destruktif.
Terjadinya perseteruan dan perkelahian antara oknum aparat kepolisian
dengan oknum aparat tentara nasional Indonesia yang kerap terjadi di
tanah air ini juga merupakan contoh dari fanatisme sempit ini. Apalagi
bila fanatisme ini berbaur dengan isu agama (misalnya di Ambon,
Maluku dan Poso, Sulawesi Tengah), maka akan dapat menimbulkan
gejala ke arah disintegrasi bangsa.
5. Konflik Kesatuan Nasional dan Multikultural
  

Ada tarik menarik antara kepentingan kesatuan nasional dengan


gerakan multikultural. Di satu sisi ingin mempertahankan kesatuan
bangsa dengan berorientasi pada stabilitas nasional. Namun dalam
penerapannya, kita pernah mengalami konsep stabilitas nasional ini
dimanipulasi untuk mencapai kepentingan-kepentingan politik tertentu.
6. Kesejahteraan Ekonomi yang Tidak Merata di antara Kelompok
Budaya
Orang akan dengan mudah terintimidasi untuk melakukan
tindakan yang anarkhis ketika himpitan ekonomi yang mendera
mereka. Mereka akan menumpah kekesalan mereka pada kelompok-
kelompok mapan dan dianggap menikmati kekayaan yang dia tidak
mampu meraihnya. Hal ini nampak dari gejala perusakan mobil-mobil
mewah yang dirusak oleh orang yang tidak bertanggung dalam
berbagai peristiwa di tanah air ini. Mobil mewah menjadi simbol
kemewahan dan kemapanan yang menjadi kecemburuan sosial bagi
kelompok tertentu sehingga akan cenderung dirusak dalam peristiwa
kerusuhan. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari pun sering kita jumpai
mobil-mobil mewah yang dicoreti dengan paku ketika mobil itu
diparkir di daerah tertentu yang masyarakatnya banyak dari kelompok
tertindas ini.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan multikultural adalah ide, gerakan pembaharuan
pendidikan dan proses pendidikan, yang tujuan utamanya adalah merubah
struktur lembaga pendidikan supaya siswa baik pria dan wanita, siswa
berkebutuhan khusus, dan siswa yang merupakan anggota dari kelompok
ras, etnis, dan budaya (kultur) yang bermacam-macam itu akan memiliki
kesempatan yang sama untuk mencapai prestasi.
pendidikan multikultural bertujuan untuk memfasilitasi
pengalaman belajar yang memungkinkan peserta didik mencapai potensi
maksimal sebagai pelajar dan sebagai pribadi yang aktif dan memiliki
kepekaan sosial tinggi di tingkat lokal,nasional dan global serta
mewujudkan sebuah bangsa yang kuat, maju, adil, makmur dan sejahtera
tanpa perbedaan etnik, ras, agama dan budaya.
pendidikan multikultural adalah suatu gerakan pembaharuan dan
proses untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang setara bagi seluruh
siswa Poin penting yang harus diperhatikan dalam melihat pelaksanaan
pendidikan multikultural di sekolah setelah menganalisis penelitian-
penelitian di atas adalah dari pemikiran pelaku pendidikan di sekolah
seperti: kepala sekolah, guru, siswa, komite sekolah, serta orangtua siswa;
dan praktik implementasi pendidikan multikultural di sekolah, seperti:
pengembangannya melalui kurikulum, pembuatan modul pembelajaran
bagi guru serta modul belajar siswa, praktik dalam proses pembelajaran di
kelas oleh semua guru mata pelajaran, dan kebijakan-kebijakan yang
memihak demi terwujudnya pendidikan multikultural di lingkungan
sekolah.
B. Saran
Penulis menyadari banyak terdapat kesalahan dalam membuat
makalah ini, maka dari itu saran dan masukan sangaat di butuhkan untuk
perbaikan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Amin Muh, “Pendidikan Multikultural” dalam JURNAL PILAR Volume 09, No.
1, Tahun 2018
As Zaenal Abidin, “Menanamkan Konsep Multikulturalisme di Indonesia” dalam
jurnal Dinamika Global| Volume 01 | No.2 Desember 2016,
Hartono Yudi, Dardi Hasyim,, Pendidikan Multikultural di Sekolah. Surakarta:
UPT penerbitan dan percetakan UNS, 2003
Ibrahim Rustan Ibrahim, “PENDIDIKAN MULTIKULTURAL: Pengertian,
Prinsip, dan Relevansinya dengan Tujuan Pendidikan Islam” dalam jurnal
ADDIN, Vol. 7, No. 1, Februari 2013
Najmina Nana, “Pendidikan Multikultural Dalam Membentuk Karakter Bangsa
Indonesia” dalam Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial vol. 10 No1 tahun
2018
Nurcahyono Okta Hadi, “Pendidikan Multikultural di Indonesia: Analisis
Sinkronis dan Diakronis” dalam jurnal Habitus: Jurnal Pendidikan,
Sosiologi dan Antropologi Vol. 2 No.1 Maret 2018
Rosyada Dede, “Pendidikan Multikultural di Indonesia Sebuah Pandangan
Konsepsional” dalam jurnal Sosio Didaktika: Vol. 1, No. 1 Mei 2014,
Sutarno. 2007. Pendidikan Multikultural. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Departemen Nasional, 2007
Taat Wulandari, Konsep dan Praksis Pendidikan Multikultural, Yogyakarta :
UNY Press, 2020
Yakin Ainul, M., Pendidikan Multicultural, Cross-cultural Understandinguntuk
Demokrasi dan Keadilan. Yogyakarta: Pilar Media, 2005
Yenny Puspita, “Pentingnya Pendidikan Multikultural” dalam jurnal Prosiding
Seminar Nasional 21 Universitas PGRI Palembang 05 Mei 201

Anda mungkin juga menyukai