Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur saya haturkan kepada Allah Subhanahu


Wata’ala yang telah memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “peraturan HAM bidang politik,
hukum, ekonomi pendidikan dan sosial serta keamanan” dengan baik tanpa ada
halangan yang berarti.
Makalah ini telah saya selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu saya sampaikan banyak terima kasih
kepada segenap pihak yang telah berkontribusi secara maksimal dalam
penyelesaian makalah ini.
Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa
masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa,
susunan kalimat maupun isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati , saya
selaku penyusun menerima segala kritik dan saran yang membangun dari
pembaca.
Dengan karya ini saya berharap dapat membantu dan menambah wawasan
keilmuan kita tentang HAM dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya. Demikian
yang bisa saya sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah khazanah ilmu
pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk masyarakat luas.

sambas, 10 Juni 2022

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan penulisan.......................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
A. Peraturan HAM dalam UUD 1945............................................................3
B. HAM Dalam Konstitusi RIS.....................................................................6
C. HAM Dalam UUDS 1950.........................................................................9
D. HAM Setelah Amandemen 1945............................................................10
BAB III..................................................................................................................12
PENUTUP.............................................................................................................12
A. Kesimpulan..............................................................................................12
B. Saran........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Mirriam Budiardjo1, hak asasi manusia adalah hak yang
dimiliki manusia yang telah diperoleh dan dibawanya bersamaan dengan
kelahiran atau kehadirannya di dalam kehidupan masyarakat. Dianggap
bahwa beberapa hak itu dimilikinya tanpa perbedaan atas dasar bangsa,
ras, agama atau kelamin, dan karena itu bersifat asasi serta universal.
Dasar dari semua hak asasi ialah bahwa manusia harus memperoleh
kesempatan untuk berkembang sesuai dengan bakat dan cita-citanya.secara
sederhana bahwa HAM adalah hak yang melekat pada diri manusia yang
bersifat kodrati dan fundamental sebagai suatu anugerah Tuhan Yang
Maha Esa yang harus dihormati, dijaga, dan dilindungi oleh setiap
indvidu, masyarakat, dan negara.
Pandangan bahwa yang merupakan HAM adalah hak-hak sipil dan
politik, serta berkeberatan menonjolkan hak-hak ekonomi, sosial, dan
budaya muncul di negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat.
Sedangkan hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya, yang sesuai Perang
Dunia II secara gigih diperjuangkan oleh Uni Soviet dan kawan-kawan,
dengan mendapat dukungan kuat dari negara-negara Dunia Ketiga. Kedua
ragam HAM dimasukan ke dalam Deklarasi Universal Hak-hak Asasi
Manusia, sebagai hasil kompromi antara negara-negara “Barat” dengan
negara-negara “Timur”, yang kemudian mendapat rumusan hukum dalam
dua kovenan, yakni: Kovenan Internasional Hak-hak Sipil dan Politik
(International Covenan on Cipil and Political Right) dan Kovenan
Internasional Hak-hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya (International
Covenan on Economic, Social, and Cultural. 2

1
Mirriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta , Gramedia Pustaka Utama,
1990, hlm. 120.
2
Anak Agung Sri Utari, Penegakan Hukum Hak-Hak Ekonomi sosial dan budaya,
(Fakultas Hukum Undayana : Denpasar.), 2015, hlm 2

1
Makalah ini bermaksud untuk mendiskusikan bahwa dalam
dinamika perkembangan pemikiran dan penerapan peraturan HAM dalam
bidang ekonomi, sosial, dan budaya. Dinamika perkembangan ini, relevan
diwacanakan dalam upaya penegakan hak-hak ekonomi, sosial dan budaya
di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peraturan HAM dalam UUD 1945 ?
2. Bagaimana peraturan HAM dalam Konstitusi RIS ?
3. Bagaimana peraturan HAM dalam UUDS 1950 ?
4. Bagaimana peraturan HAM pasca Amandemen 1945 ?
C. Tujuan penulisan
1. Menjalaskan Bagaimana peraturan HAM dalam UUD 1945
2. Menjalaskan Bagaimana peraturan HAM dalam Konstitusi RIS
3. Menjalaskan Bagaimana peraturan HAM dalam UUDS 1950
4. Menjalaskan Bagaimana peraturan HAM pasca Amandemen 1945

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Peraturan HAM dalam UUD 1945
Undang-undang dasar 1945 adalah sebuah konstitusi yang lahir di
tengah perjllangan untuk menegakkan kemerdekaan nasional Indonesia, ia
merupakan konstitusi yang dibuat oleh putera-puteri Indonesia yang boleh
dikatakan mewakili berbagai aliran pikiran, dan golongan masyarakat yang
ada di Indonesia. Putera-puteri Indonesia itu juga memahami makna dari
kesatuan sebuah bangsa. Pengalaman , hidup di bawah penjajahan asing
mengajarkan kepada mereka, bahwa persatuan dan kesatuan bangsa itu
penting sebagai suatu kekuatan yang dapat memperkuat posisi tawar
Bangsa Indonesia. Namun demikian persatuan dan kesatuan bangsa itu
tidak hendak dimaksudkan untuk melebur dan menghapuskan pluralisme
budaya yang menjadi cm keanekaragaman kelompok-kelompok
masyarakat yang membentuk satu bangsa Indonesia tersebut. Pluralisme
budaya betapapunjustru memperkaya kehidupan bangsa Indonesia.3
Berdasarkan yang ditemukan dalam Pembukaan, Batang Tubuh
maupun dalam Penjelasan UUD 1945, penulis berkesimpulan bahwa UUD
1945 mengaku hak-hak asasi perseorangan (individu), namun tidak sarna
dengan hak asasi perseorangan menurut pandangan Liberal yang
mengutamakan hakhak dan kepentingan perseorangan ketimbang hak dan
kepentingan orang banyak/masyarakat, tetapi juga tidak sarna dengan
paham KomunismeFasisme yang hanya mengutamakan masyarakatnya
atau negaranya. Hak asasi perseorangan selalu diletakkan dalam rangka
kepentingan dan hak masyarakat. Dimana kedua hak dan kepentingan
dilihat keseimbangan dan keselarasannya. Hak asasi perseorangan diakui
substansinya, namun dibatasi jangan sampai melanggar hak asasi
perseorangan lainnya maupun hak asasi4
3
Abdul Hakim G Nusantara, Undang-Undang Dasar 1945 Dalam Perspektif Hak Asasi
Manusia, diakses dari https://www.researchgate.net/publication/318649953_UUD_1945
dalamPerspektifHAM/link/d pada 10 Juni 2022
4
H. azhari , HAK ASASI MANUSIA Dalam UNDANG-UNDANG DASAR 1945'
diakses dari https://www.researchgate.net/publication/318652233_HAM_dalam_UUD_1945/

3
Sejak Negara Indonesia diproklamasikan sebagai negara merdeka,
para pendiri Negara Republik Indonesia sepakat bahwa Negara
berdasarkan atas hukum, yang diartikan sebagai Undang-Undang Dasar
yang mencerminkan penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia. UUD
1945 menegaskan bahwa sistem pemerintahan Indonesia berdasarkan atas
hukum (rechstaat), bukan hanya berdasarkan kekuasaan belaka
(maachstaat). Undang-Undang Dasar 1945 merupakan Hukum Dasar
Tertulis yang berlaku di Indonesia meliputi Pembukaan dan Batang Tubuh
Undang-Undang Dasar 1945. Kedua komponen tersebut dikaji dengan
pendekatan filosofis (ontologis), historis-sosiologis, sistematis dan yuridis-
fungsional. Menunjukkan adanya komitmen kemanusiaan yang tinggi dari
bangsa Indonesia meskipun belum tersistematis secara lengkap dalam
daftar hak-hak asasi manusia seperti halnya piagam HAM sedunia.5
Undang-undang Nomor 39 tentang Hak Asasi Manusia tahun 1999
mendefinisikan hak asasi manusia sebagai seperangkat hak yang melekat
pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha
Esa yang merupakan anugerah dari-Nya dan harus dihormati, dipelihara,
dan dilindungi oleh Negara, Hukum, dan Pemerintahan. Dan setiap orang
untuk kehormatan dan perlindungan martabat manusia. Dari definisi
tersebut, kita dapat melihat bahwa kedua definisi tersebut meyakini bahwa
hak asasi manusia adalah anugerah alam dari surga dan harus dihormati
sebagai manusia. Hal ini sejalan dengan ideologi dan landasan negara kita
Panchasila, yaitu sila pertama yang berlandaskan keimanan kepada Tuhan
Yang Maha Esa.6
Dalam UUD 1945, awalnya hanya Berisi 6 pasal yang mengatur
hak asasi manusia, Kemudian mengalami perubahan sangat penting dan
kemudian dimasukkan dalam Perubahan Kedua UUD 1945 Agustus 2000.
Faktanya, Sebelum pelaksanaan Amandemen Kedua, sudah ada beberapa

link/597549fa0f7e9b4016a07626/download pada 10 Juni 2022


5
Fadjar, Mukthi (2004). Tipe Negara Hukum. Malang: Bayumedia Publising. hlm. 90.
6
Muhsinin, Mahmud (2018). "Studi Komparasi : Hak Asasi Manusia dalam Perspektif
Islam dan UUD 1945". Al-Hikmah: Jurnal Studi Agama-Agama. 4 (2).

4
peraturan perundang-undangan Ini bisa dikatakan sebagai awal dari
perubahan. Peraturan tersebut antara lain: Ketetapan MPR
XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia, Ketetapan MPR No
IV/MPR/1999 tentang GBHN dan UU No. 39 Tahun 1999 tentang
Tentang Hak Asasi Manusia.
1. Hak dalam mempertahankan hidup serta kehidupannya.
2. Hak dalam membentuk keluarga serta melanjutkan keturunan
lewat perkawinan sah.
3. Hak meneruskan kelangsungan hidup, tumbuh, hingga
berkembang, juga berhak atas perlindungan dari diskriminasi
dan kekerasan.
4. Hak mengembangkan diri lewat pemenuhn kebutuhan dasar.
Berhak mendapat pendidikan, seni, budaya, untuk meningatkan
kualitas hidup serta kesejakteraan manusia.
5. Hak memajukan diri dalam haknya secara kolektif serta
membangun masyarakat, bangsa, dan nagara.
6. Hak pengakuan, perlindungan, jaminan, maupun kepastian
hukum secara adil.
7. Hak bekerja dan memperoleh imbalan yang adil dan layak.
8. Hak mendapatkan kesempatan sama dalam lingkup
pemerintahan.
9. Hak status kewarganegaraan.
10. Hak memeluk agama, beribadah, hingga memilih tetap dalam
lingkup warga negara atau keluar.
11. Hak bebas menyakini kepercayaan.
12. Hak kebebasan menjalankan serikat, mengeluarkan pendapat.
13. Hak berkomunikasi serta mendapat informasi.
14. Hak mendapatkan perlindungan diri, keluarga, harta, hingga
kekuasaan.
15. Hak bebas dari penyiksaan juga perlakukan yang merendahkan
martabat.

5
16. Hak pemenuhan hidup sejahtera lahir dan batin.
17. Hak memperoleh kemudahan juga pelakukan khusus untuk
mendapatkan kesempatan.
18. Hak jaminan sosial.
19. Hak dalam hak milik pribadi atau hak milik tidak bisa diambil
paksa.
20. Hak dalam hidup dan tidak disiksa.
21. Hak bebas dari perlakukan yang diskriminatif.
22. Hak berbudaya yang dijadikan identitad masyarakat tradisional.
B. HAM Dalam Konstitusi RIS
Konstitusi RIS juga memuat pengaturan mengenai hal itu.
Pengaturan tersebut terdapat dalam Pasal 20 yang berbunyi “Hak
penduduk atas kebebasan berkumpul dan berapat secara damai diakui dan
sekadar perlu dijamin dalam peraturan-peraturan undang-undang”. Hal
tersebut maka hak asasi mengenai kebebasan berserikat dan berkumpul
yang dilaksanakan secara damai diakui dalam Konstitusi RIS, meskipun
pengakuan atas hak kebebasan berserikat dan berkumpul hanya
diperuntukkan bagi penduduk.
Konstitusi RIS mengatur hak-hak dan kebebasan-kebebasan

Dasar Manusia (Bab I, Bagian 5 ) yang terbentang dalam 27 pasal,

mengatur kewajiban hak asasi Negara dalam hubungannya dengan

upaya penegakan hak asasi manusia (Bab I, Bagian 6 Asas-asas Dasar)

yang terbentang dalam 8 pasal. Berdasarkan hal ini maka secara

keseluruhan perihal hak asasi manusia diatur dalam dua bagian yaitu

bagian 5 dan 6 pada Bab I) dengan jumlah 36 pasal.

Meskipun tidak ditemukan kata hak asasi manusia dalam

Konstitusi RIS, namun ada tiga kalimat yang dipergunakan, yaitu

setiap/segala/sekalian orang/siapa pun/tiada seorang pun, setiap warga

6
Negara, dan berbagai kata yang menunjukkan adanya kewajiban asasi

manusia, dan Negara. Seluruh kata ini dapat ditafsirkan kepada makna

dan pengertian hak asasi manusia yang sesungguhnya.7

Jaminan pemajuan hak asasi manusia, dalam Konstitusi RIS

1949, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Hak diakui sebagai person oleh UU (The Right to recognized as


a person under the Law), Pasal 7 Ayat (1)
2. Hak persamaan di hadapan hukum (The right to equality before
the law), Pasal 7 Ayat (2)
3. Hak persamaan perlindungan menentang diskriminasi (The right
to equal protection againts discrimination), Pasal 7 Ayat (3)
4. Hak atas bantuan hukum (The Right to Legal assistance), Pasal
7 Ayat (4)
5. Hak atas keamanan personal (The Right to personal security),
Pasal 8
6. Hak atas kebebasan bergerak (The Right to freedom or
removement and residence), Pasal 9 Ayat (1)
7. Hak untuk meninggalkan negeri (The Right to leave any
country), Pasal 9 Ayat (2)
8. Hak untuk tidak diperbudak (The Right not to be subjected to
slavery, servitude, or bondage), Pasal 10
9. Hak mendapatkan proses hukum (The Right to due process of
law), Pasal 11
10. Hak untuk tidak dianiaya (The Right not to be subjected to
turtore, or tocruel, inhuman or degrading treatement or
punishment), Pasal 12

7
Candra Perbawati, Konstitusi dan Hak Asasi Manusia (Lampung: Pusat Kajian Konstitusi dan
Peraturan Perundang-Undangan. 2019), hlm. 113.

7
11. Hak atas peradilan yang adil (The Right to impartial judiciary),
Pasal 13 Ayat (1)
12. Hak atas pelayanan hukum dari para hakim (The Right to an
effective remedy by the competent national tribunals), Pasal 13
Ayat (2)
13. Hak dianggap tidak bersalah (The Right to be persumed
innonence), Pasal 14 Ayat (1),(2),dan (3)
14. Hak atas kebebasan berpikir dan beragama (The Right to
freedom or thought, conscience, and religion), Pasal 18
15. Hak atas kebebasan berpendapat (The Right to freedom of
opinion and express), Pasal 19
16. Hak kebebasa berkumpul (The Right to association), Pasal 20
17. Hak atas penuntutan (The Right to petition the government),
Pasal 21 Ayat (1)
18. Hak turut serta dalam pemerintahan (The Right to take part in
the government), Pasal 22 Ayat (1)
19. Hak akses dalam pelayanan publik (The Right to equal acess to
public service), Pasal 22 Ayat (2)
20. Hak mempertahankan negara (The Right to national defence),
Pasal 23, setiap warga negara berhak dan berkewajiban turut
serta dan sungguh-sungguh dalam pertahanan kebangsaan.
21. Hak atas kepemilikan (The Right to own proverty alone as well
as in association with others), Pasal 25 Ayat (1)
22. Hak untuk tidak dirampas hak miliknya (The Right to be
arbitrary deprived of his property), Pasal 25 Ayat (2)
23. Hak mendapatkan pekerjaan (The right to work, to free choice
employment, to just and favourable conditions), Pasal 27 Ayat
(1)
24. Hak atas kerja (The Right to work and to pay for equal work),
Pasal 27 Ayat (2) Hak untuk membentuk serikat kerja (The
Right to labour union), Pasal 28

8
C. HAM Dalam UUDS 1950

Materi hak asasi manusia salah satunya pernah tercantum di dalam


UUDS 1950. Salah satu perubahan konstitusi adalah disahkannya Undang-
Undang Dasar Sementara 1950 yang menjadi dasar konstitusi Indonesia
melalui ketetapan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1950 yang berlaku
mulai tanggal 17 agustus 1950. Pasca berlakunya konstitusi RIS hasil
Konferensi Meja Bundar yang berlaku sejak tanggal 27 Desember 1949
sampai dengan tanggal 17 Agustus 1950 terdiri atas 6 bagian dan 43 pasal
dengan ketentuan hak asasi manusia diatur pada bagian V (Hak-hak dan
Kebebasan-kebebasan Dasar Manusia) dari mulai Pasal 7 sampai dengan
Pasal 33. Pemerintah juga memiliki kewajiban dasar konstitusional yang
diatur pada bagian VI (Asas-asas Dasar), Pasal 35 sampai Pasal 43.
Secara lebih rinci muatan HAM dalam UUDS 1950 setidaknya ada
sekitar 27 hak yang diakui oleh kontitusi yang termuat dalam sekitar 31
pasal. Pasal 1 dan 35 diatur tentang hak menetukan nasib sendiri, Pasal 7
diatur tentang hak diakui sebagai pribadi dihadapan undang undang, hak
persamaan di hadapan hukum, hak atas bantuan hukum, Pasal 8 diatur
tentang hak atas keamanan pribadi dan hak atas kepemilikan, Pasal 26
diatur kembali tentang hak atas kepemilikan, Pasal 9 diatur tentang hak
atas kemerdekaan bergerak, Pasal 10 diatur tentang hak untuk tidak
diperbudak, Pasal 11 – 16 diatur tentang hak atas pengakuan hukum, hak
untuk tidak dianiaya, hak untuk tidak ditangkap tanpa perintah yang sah,
hak atas peradilan yang tidak memihak, hak atas tidak dianggap tidak
bersalah, Pasal 17 diatur tentang hak atas rahasia pribadi, Pasal 18 dan 43
diatur tentang hak atas agama, Pasal 19 diatur tentang hak atas kebebasan
berpendapat, Pasal 20 diatur tentang hak atas kebebasan berkumpul, Pasal
21 diatur tentang hak atas demontrasi dan mogok, Pasal 22 diatur tentang
hak atas pengaduan kepada pemerintah, Pasal 23 dan 36 diatur tentang hak
atas partisifasi pemilihan umum, Pasal 24 diatur tentang hak atas
pertahanan Negara, Pasal 28 diatur hak atas kerja dan hak atas upah yang
adil, Pasal 29 diatur tentang hak membentuk serikat kerja, Pasal 30 diatur

9
tentang hak ats pendidikan, Pasal 31 diatur tentang hak atas kerja-kerja
sosial, Pasal 36 dan 39 diatur tentang hak atas jaminan sosial, Pasal 37 –
38 diatur tentang hak atas kesejahteraan sosial, Pasal 40 diatur tentang hak
atas kebebasan 67 kebudayaan dan ilmu pengetahuan, dan Pasal 42 diatur
tentang hak atas jaminan kesehatan.8
D. HAM Setelah Amandemen 1945
Amandemen UUD 1945 sesungguhnya telah memuat begitu
banyak pasal-pasal tentang pengakuan hak asasi manusia. Memang UUD
1945 sebelum amandemen, boleh dikatakan sangat sedikit memuat
ketentuan-ketentuan tentang hal itu, sehingga menjadi bahan kritik, baik
para pakar konstitusi, maupun politisi dan aktivis HAM. Dimasukkannya
pasal-pasal HAM memang menandai era baru Indonesia, yang kita
harapkan akan lebih memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan hak
asasi manusia. Pemerintah dan DPR, juga telah mensahkan berbagai
instrument HAM internasional, di samping juga mensahkan undang-
undang tentang HAM.
Rujukan yang melatarbelakangi perumusan Bab XA (Hak Asasi
Manusia) UUD 1945 adalah Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998.
Ketetapan MPR tersebut kemudian melahirkan UndangUndang Nomor 39
Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia. Semangat keduanya, baik itu
Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998, maupun Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 1999 adalah sama yakni menganut pendirian bahwa hak
asasi manusia bukan tanpa batas. Dikatakan pula bahwa semangat yang
sama juga terdapat dalam pengaturan tentang hak asasi dalam UUD 1945,
yaitu bahwa hak asasi manusia bukanlah sebebas-bebasnya melainkan
dimungkinkan untuk dibatasi sejauh pembatasan itu ditetapkan dengan
undang-undang. Semangat inilah yang melahirkan Pasal 28 J UUD 1945.
Pembatasan sebagaimana tertuang dalam Pasal 28 J itu mencakup
sejak Pasal 28 A sampai dengan Pasal 28 I UUD 1945. Oleh karenanya,
hal yang perlu ditekankan di sini bahwa hak-hak asasi manusia yang diatur
8
H.A.W. Widjaja, Penerapan NIlai-nilai Pancasila & Ham di Indonesia, (Jakarta: Rinerca
Cipta, 2000), hlm. 88-89

10
dalam UUD 1945 tidak ada yang bersifa mutlak, termasuk hak asasi yang
diatur dalam Pasal 28 I ayat (1) UUD 1945.
Jika ditarik dari perspektif original intent pembentuk UUD 1945,
bahwa seluruh hak asasi manusia yang tercantum dalam Bab XA UUD
1945 keberlakuannya dapat dibatasi. Original intent pembentuk UUD
1945 yang menyatakan bahwa hak asasi manusia dapat dibatasi juga
diperkuat oleh penempatan Pasal 28 J sebagai pasal penutup dari seluruh
ketentuan yang mengatur tentang hak asasi manusia dalam Bab XA UUD
1945 tersebut. Secara penafsiran sistematis (sistematische interpretatie),
hak asasi manusia yang diatur dalam Pasal 28 A sampai dengan Pasal 28 I
UUD 1945 tunduk pada pembatasan yang diatur dalam Pasal 28 J UUD
1945.9

9
Tenang Haryanto, dkk, “pengaturan tentang hak asasi manusia berdasarkan undang –
undang dasar 1945 sebelumdan setelah amandemen” dalam jurnal Dinamika Hukum Vol. 8 No. 2
Mei 2008 hlm. 139

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Undang-undang Nomor 39 tentang Hak Asasi Manusia tahun
1999 mendefinisikan hak asasi manusia sebagai seperangkat hak yang
melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa yang merupakan anugerah dari-Nya dan harus
dihormati, dipelihara, dan dilindungi oleh Negara, Hukum, dan
Pemerintahan.
Pembahasan tentang HAM telah tercantum dalam konstitusi
Indonesia, di Indonesia tersendiri memilliki empat kali perubahan
konstitusi mulai dari UUD 1945, Konstitusi RIS, UUDS 1950, dan
kembali lagi ke UUD 1945. Di ssetiap perubahan konstitusi indonesia,
masing-masing memberikan perhatian terhadap HAM. Dalam konstitusi
indonesia HAM menjadi sesuatu yang harus mendapat perhatian penuh.
Dalam hal ini pelaksanaan undang-undang harus sesuai dengan UUD
1945.
B. Saran
Penulis menyadari banyak kesalahan dalam penulisan makalah ini,
maka dari itu saran dan masukan diperlukan dalam perbaikan dalam
makalah ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Budiarjo Mirriam, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta , Gramedia Pustaka


Utama, 1990, .
Utari Anak Agung Sri, Penegakan Hukum Hak-Hak Ekonomi sosial dan budaya,
Fakultas Hukum Undayana : Denpasar., 2015,
Nusantara, Abdul Hakim G, Undang-Undang Dasar 1945 Dalam Perspektif Hak
Asasi Manusia, diakses dari https://www.researchgate.net/
publication/318649953UUD_1945 di pada 10 Juni 2022
H. azhari , Hak Asasi Manusia Dalam Undang-Undang Dasar 1945' diakses dari
https://www.researchgate.net/publication/318652233_HAM_dalam_UUD
_1945/link/597549fa0f7e9b4016a07626/download pada 10 Juni 2022
Mukhti Fadjar, Tipe Negara Hukum. Malang: Bayumedia Publising., 2004 .
Mahmud Muhsinin, (2018). "Studi Komparasi : Hak Asasi Manusia dalam
Perspektif Islam dan UUD 1945". Al-Hikmah: Jurnal Studi Agama-
Agama.
Perbawati Candra Konstitusi dan Hak Asasi Manusia (Lampung: Pusat Kajian
Konstitusi dan Peraturan Perundang-Undangan. 2019
H.A.W. Widjaja, Penerapan NIlai-nilai Pancasila & Ham di Indonesia, Jakarta:
Rinerca Cipta, 2000
Tenang Haryanto, dkk, “pengaturan tentang hak asasi manusia berdasarkan
undang –undang dasar 1945 sebelumdan setelah amandemen” dalam
jurnal Dinamika Hukum Vol. 8 No. 2 Mei 2008

13

Anda mungkin juga menyukai