Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

HAK ASASI MANUSIA ( HAM ) DAN KEHIDUPAN


BERDEMOKRASI

KELOMPOK 5 :
1. Abdillah oktavian Saputra : (701220174)
2. Nadila eka putri : (701220167)
3. Indriani saputri : (701220067)
4. Andi wirda handayani : (701220272)
5. Fariza bakrie : (701220271)
6. Nazaruddin : (701220274)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN THAHA


SAIFUDDIN JAMBI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan segala
rahmat,hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
dengan judul membuat paragraf dengan benar, sebagai tugas mata kuliah Bahasa Indonesia

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai sumber edukasi, dengan diskusi bersama dalam menggali materi sehingga dapat
memperlancar pembautan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua anggota yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk kita
semua agar dapat membuat paragraf dengan metode dan ciri-ciriyang benar.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………2
DAFTAR ISI………………………...……………………………………………………………3
BAB 1..............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN………………………………………………………………………………..4
1.1 Latar belakang ………………………………………………………………………..4
1.2 Rumusan masalah………………………..……………………………………………5
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………5
BAB II…………………………………………………………………………………………….6
PEMBAHASAN………………………………………………………………………………….6
2.1 Hak Asasi Manusia……………………………………………………………………6
2.2 Sejarah perkembangan HAM di dunia………………………………………………..7
2.3 Rule of law…………………………………………………………………………...11
2.4 Pelanggaran HAM/HAM…………………………………………………………….13
2.5 Gender dan HAM dalam islam………………………………………………………16
2..6 Korupsi sebagai bentuk pelanggaran HAM…………………………………………18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………16
3.2 Saran……………………………………………………………………………………16
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................17
BAB 1
PENDAHULUAN
1. 1 Latar belakang masalah
Hak Asasi Manusia (HAM) dan demokrasi merupakan konsepsi kemanusiaan dan relasi
sosial yang dilahirkan dari sejarah peradaban manusia di seluruh penjuru dunia. Konsepsi HAM
dan demokrasi dalam perkembangannya sangat terkait dengan konsepsi negara hukum. Dalam
sebuah negara hukum, sesungguhnya yang memerintah adalah hukum, bukan manusia.
Hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku tidak boleh ditetapkan dan
diterapkan secara sepihak hanya untuk kepentingan penguasa, hal ini bertentangan dengan
prinsip demokrasi. Hukum tidak dimaksudkan untuk hanya menjamin kepentingan beberapa
orang yang berkuasa, melainkan menjamin kepentingan keadilan bagi semua orang. Dengan
demikian negara hukum yang dikembangkan bukan absolute rechtsstaat, melainkan
democratische rechtsstaat.
Tujuan negara Indonesia sebagai negara hukum yang bersifat formal tersebut mengandung
konsekuensi bahwa negara berkewajiban untuk melindungi seluruh warganya dengan suatu
undang-undang terutama melindungi hak-hak asasinya demi kesejahteraan hidup bersama.
Pengakuan akan Hak Asasi Manusia di Indonesia telah tercantum dalam Undang-Undang
Dasar 1945 yang sebenarnya lebih dahulu ada dibandingkan dengan Deklarasi PBB yang lahir
pada 10 Desember 1948. Pengakuan akan Hak Asasi Manusia di Indonesia telah tercantum
dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya adalah sebagai
berikut:
1. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Alinea Pertama
2. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Alinea Keempat
3. Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945
4. Ketetapan MPR
Hak Asasi Manusia merupakan hak-hak dasar yang dibawa manusia semejak lahir sebagai
anugerah Tuhan Yang Maha Esa, maka perlu dipahami bahwa Hak Asasi Manusia tersebut
tidaklah bersumber dari negara dan hukum, tetapi semata-mata bersumber dari Tuhan Yang Maha
Esa sebagai pencipta alam semesta beserta isinya, sehingga Hak Asasi Manusia itu tidak bisa
dikurangi (non derogable rights).Oleh karena itu, yang diperlukan dari negara dan hukum adalah
suatu pengakuan dan jaminan pelindungan terhadap Hak Asasi Manusia tersebut.
1. 2 Rumusan masalah
 Apa itu hak asasi manusia ?
 Bagaimana sejarah perkembangan HAM di dunia s/d konvensi PBB 1948, pandangan
bangsa Indonesia tentang HAM. Pasal 28 UUD 1945 yang telah diamandemen !
 Apa itu rule of law ?
 Bagaimana tentang pelanggaran HAM/HAM berat, UU No. 39 tahun 1999, tentang
hak – hak dasar manusia !
 Apa itu gender dan HAM dalam islalm !
 Mengapa korupsi sebagai bentuk pelanggaran HAM !

1. 3 Tujuan
 Mengetahui apa itu hak asasi manusia.
 Dapat mengetahui sejarah perkembangan HAM di dunia s/d konvensi PBB 1948,
pandangan bangsa Indonesia tentang HAM. Pasal 28 UUD 1945 yang telah
diamandemen.
 Mengetahui apa itu rule of law.
 Dapat mengetahui bagaimana tentang pelanggaran HAM/HAM berat, UU No. 39
tahun 1999, tentang hak – hak dasar manusia.
 Mengetahui apa itu gender dan HAM dalam islalm.
 Dapat mengetahui mengapa korupsi sebagai bentuk pelanggaran HAM.
BAB II
PEMBAHASAN

2. 1 Hak asasi manusia (HAM)

A. Pengertian HAM
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak yang melekat pada setiap manusia, tanpa terkecuali,
karena ia adalah manusia. HAM merupakan hak yang mendasar dan universal yang tidak boleh
dicabut oleh siapapun dan dalam keadaan apapun. Hak Asasi Manusia meliputi hak sipil dan
politik, hak ekonomi, sosial dan budaya, serta hak solidaritas. HAM juga meliputi hak untuk
hidup, kebebasan, kesetaraan, dan martabat manusia. Pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia
dianggap sebagai tindakan yang melanggar nilai-nilai kemanusiaan dan norma hukum
internasional.
Hak asasi manusia dilindungi dan didukung oleh hukum dan perjanjian internasional dan
nasional. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (UDHR) adalah dasar dari sistem internasional
untuk perlindungan hak asasi manusia. Deklarasi tersebut diadopsi oleh Sidang Umum PBB pada
10 Desember 1948, untuk melarang kengerian Perang Dunia II agar tidak berlanjut. 30 pasal
UDHR menetapkan hak sipil, politik, sosial, ekonomi dan budaya semua orang. Ini adalah visi
martabat manusia yang melampaui batas dan otoritas politik dan membuat pemerintah
berkomitmen untuk menghormati hak-hak dasar setiap orang. UDHR adalah pedoman di seluruh
pekerjaan Amnesty International.

B. Pengertian Kehidupan Berdemokrasi

Kehidupan Berdemokrasi adalah suatu sistem pemerintahan yang memberikan kesempatan


pada setiap warga negara untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan politik. Dalam
kehidupan berdemokrasi, setiap warga negara memiliki hak untuk berpendapat dan berorganisasi
secara bebas. Tujuan utama dari kehidupan berdemokrasi adalah untuk menciptakan suatu sistem
pemerintahan yang adil, transparan, dan akuntabel

.
2. 2 Sejarah perkembangan HAM di dunia

1.Piagam Atlantik (1941)


Pada tahun 1941, Perdana Menteri Inggris Winston Churchill dan Presiden Amerika Serikat
Franklin D. Roosevelt bertemu di atas kapal perang HMS Prince of Wales di lepas pantai
Newfoundland, Kanada. Mereka sepakat untuk menentang imperialisme dan merumuskan
prinsip-prinsip yang menjadi dasar bagi HAM, seperti kemerdekaan politik, kemerdekaan
ekonomi, dan kesejahteraan sosial.

2.PBB dibentuk (1945)


Setelah Perang Dunia II, PBB dibentuk pada tahun 1945 dengan tujuan menjaga perdamaian
dan keamanan internasional. Dalam Piagam PBB, HAM diakui sebagai hak yang fundamental
bagi semua orang tanpa kecuali.

3.Konvensi Jenewa (1949)


Konvensi Jenewa pada tahun 1949 adalah perjanjian internasional yang ditandatangani oleh
194 negara untuk melindungi korban perang. Konvensi Jenewa mengatur hak-hak dan
perlindungan yang harus diberikan kepada tahanan perang, orang sipil, dan orang yang terluka
dalam konflik bersenjata.

4.Universal Declaration of Human Rights (1948)


Pada tanggal 10 Desember 1948, PBB menetapkan Deklarasi Universal HAM (Universal
Declaration of Human Rights/UDHR) di Paris, Prancis. Deklarasi ini menetapkan bahwa setiap
orang memiliki hak yang sama dan melekat pada dirinya sejak lahir, dan bahwa hak tersebut
harus diakui dan dihormati oleh semua negara dan masyarakat di dunia.
Deklarasi ini juga menjadi dasar bagi berbagai perjanjian dan instrumen HAM internasional
lainnya, seperti Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial
(1965), Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (1979),
dan Konvensi tentang Hak Anak-Anak (1989).
Secara keseluruhan, perkembangan HAM di dunia dipengaruhi oleh berbagai peristiwa
penting dan perjanjian internasional yang bertujuan untuk melindungi hak asasi manusia dari
pelanggaran. Konvensi PBB 1948 menjadi tonggak penting dalam perkembangan HAM global,
dan menjadi pijakan bagi upaya-upaya lebih lanjut dalam melindungi hak-hak asasi manusia di
seluruh dunia..
A. pandangan bangsa Indonesia tentang HAM.
Ketetapan permusyawarahan rakyat republik Indonesia Nomor XVII/MPR/1998, dijelaskan
bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa secara kodrati dianugerahi hak dasar
yang disebut hak asasi, tanpa perbedaan antara satu dengan lainnya.
Pandangan hidup dan kepribadian bangsa Indonesia sebagai kristalisasi nilai- nilai luhur
bangsa Indonesia, menempatkan manusia pada keluhuran harkat dan martabat makhluk Tuhan
Yang Maha Esa dengan kesadaran mengemban kodratnya sebagai makhluk pribadi dan juga
makhluk sosial, sebagaimana tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Ketetapan Permusyawarahan Republik Indonesia Nomor XVII/MPR/1998 juga dijelaskan
tentang landasan tentang HAM, yaitu, bahwa: Bangsa Indonesia mempunyai pandangan dan
sikap mengenai hak asasi manusia yang bersumber dari ajaran agama, nilai moral universal, dan
nilai luhur budaya bangsa, serta berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,
dan Bangsa Indonesia sebagai anggota Peserikatan Bangsa Bangsa mempunyai tanggung jawab
untuk menghormati Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of Human
Rights) dan berbagai instrumen internasional lainnya mengenai hak asasi manusia.
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa kemerdekaan adalah hak
segala bangsa dan penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan. Bangsa Indonesia bertekad ikut melaksanakan ketertiban
dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial yang pada hakikatnya
merupakan kewajiban setiap bangsa, sehingga bangsa Indonesia berpandangan bahwa hak asasi
manusia tidak terpisahkan dengan kewajibannya. Bangsa Indonesia sejak awal perjuangan
pergerakan kemerdekaan Indonesia sudah menuntut dihormatinya hak asasi manusia

B. Pasal 28 UUD 1945 yang telah diamandemen


Pasal 28 mengalami penambahan dalam Amandemen UUD 1945 kedua yang dilakukan mela
lui Sidang Umum MPR pada 14-21 Oktober 1999. Ada beberapa tambahan pasal
sebagaimana tertuang dalam Bab X A Pasal 28 A-J, yang berbunyi:

Pasal 28A
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.
Pasal 28 B
1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan
yang sah.
2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Pasal 28C
1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya,
berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi
kesejahteraan umat manusia.
2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara
kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya.
Pasal 28D
1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang
adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.
2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan
layak dalam hubungan kerja.
3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.
4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.
Pasal 28E
1) Setiap orang berhak memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih
pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih
tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.
2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan
sikap, sesuai dengan hati nuraninya.
3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat.

Pasal 28F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh,
memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala
jenis saluran yang tersedia.
Pasal 28G
1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan
harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan
dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak
asasi.
2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan
derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain.
Pasal 28H
1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
2) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh
kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.
3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya
secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.
4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh
diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun.
Pasal 28I
1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak untuk kemerdekaan pikiran dan hati
nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi
dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut
adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun.
2) Setiap orang bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan
berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.
3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan
zaman dan peradaban.
4) Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung
jawab negara, terutama pemerintah.
5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip negara
hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan
dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.

Pasal 28J
1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk
menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk
memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama,
keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat
demokratis.Perubahan/Amandemen Kedua UUD 1945.
2. 2 Rule of law
Rule of law adalah prinsip hukum yang menyatakan bahwa negara harus diperintah oleh
hukum dan bukan sekadar keputusan pejabat-pejabat secara individual. Prinsip tersebut biasanya
merujuk kepada pengaruh dan wewenang hukum dalam masyarakat, terutama sebagai pengatur
perilaku, termasuk perilaku para pejabat pemerintah.[1] Istilah ini berasal dari Inggris pada abad
ke-16, dan pada abad berikutnya, teolog Skotlandia Samuel Rutherford menggunakan istilah
tersebut dalam argumennya untuk menentang hak ilahi raja.
Albert Venn Dicey dalam Introduction to the Law of the Constitution mengatakan bahwa rule
of law memiliki tiga unsur dasar:
 Supremasi aturan hukum: seseorang hanya boleh dihukum kalau melanggar hukum.
 Kedudukan yang sama di mata hukum: baik itu pejabat maupun rakyat jelata
 Terjaminnya hak asasi manusia melalui undang-undang dan putusan pengadilan
Disarikan dari Antara Definisi dan Praktik Rule of Law di Indonesia, berikut syarat-syarat
pemerintahan representatif di bawah rule of law, yakni:
 Adanya perlindungan konstitusional;
 Adanya pengadilan yang bebas dan tidak memihak;
 Adanya pemilihan umum yang bebas;
 Adanya kebebasan untuk menyatakan pendapat dan berserikat;
 Adanya tugas oposisi; dan
 Adanya pendidikan kewarganegaraan.
Penerapan Rule of Law di Indonesia, sebagai negara yang berdasarkan hukum (rechstaat) dan
bukan berdasarkan kekuasaan (machstaat), Indonesia juga menerapkan konsep Rule of Law
sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 ayat (3), Pasal 27 ayat (1), dan Pasal 28D ayat (1)UUD
1945.
Menurut Jimly Asshiddiqie, isi rumusan tersebut mengindikasikan pemenuhan konsep
rule of law di Indonesia, yaitu:
 Adanya pengakuan terhadap prinsip supremasi hukum dan konstitusi;
 Dianutnya prinsip pemisahan dan pembatasan kekuasaan;
 Adanya jaminan hak asasi manusia;
 Adanya peradilan bebas dan tidak memihak yang menjamin persamaan warga negara di
hadapan hukum, dan menjamin keadilan bagi setiap orang termasuk terhadap
penyalahgunaan wewenang oleh pihak yang berkuasa.
Salah satu perwujudan rule of law di Indonesia dapat dilihat dari penerapan peraturan
perundang-undangan sebagai fondasi peran lembaga negara dan pelayannya secara administrasi
di Indonesia. Penerapan rule of law juga dapat dilihat dari diterapkannya sistem hukum Pancasila
di Indonesia. Dalam hal ini, hakim berhak menafsirkan dan berpendapat di luar ketentuan hukum
dalam memutus sebuah perkara karena hukum dipandang 2 sisi, yaitu secara formal dan materil.

2. 4 pelanggaran HAM berat, UU No. 39 tahun 1999, tentang hak – hak


dasar manusia.
A. Tentang pelanggaran HAM berat
Empat kategori pelanggaran HAM berat tersebut yaitu:
a. Kejahatan terhadap kemanusiaan, yaitu kejahatan meluas dan sistematik yang ditujukan
kepada warga sipil, yang tidak manusiawi dan menyebabkan penderitaan fisik dan
mental. Bentuk perbuatannya dapat berupa:
 pembunuhan di luar hukum;
 penyiksaan dan hukuman kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat;
 penghilangan paksa;
 perbudakan dan praktik serupa perbudakan;
 deportasi atau pemindahan penduduk secara paksa;
 perkosaan, perbudakan seksual, pemaksaan prostitusi, pemaksaan kehamilan, pemaksaan
sterilisasi, atau bentuk kekerasan seksual lain yang memiliki bobot setara;
 dan diskriminasi sistematis, khususnya berdasarkan ras, etnis, atau jenis kelamin, melalui
aturan hukum dan kebijakan yang bertujuan mempertahankan subordinasi suatu
kelompok.

b. Genosida, yaitu pembantaian brutal dan sistematis terhadap sekelompok suku bangsa
dengan tujuan memusnahkan seluruh atau sebagian bangsa tersebut. Bentuknya dapat
berupa:
 pembunuhan anggota kelompok;
 penyiksaan dan hukuman kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat;
 sengaja menciptakan kondisi hidup yang memusnahkan;
 mencegah kelahiran;
 dan memindahkan anak-anak secara paksa.

c. Kejahatan perang, yaitu pelanggaran terhadap hukum perang, baik oleh militer maupun
sipil. Bentuknya dapat berupa:
 menyerang warga sipil dan tenaga medis;
 perkosaan, perbudakan seksual, pemaksaan prostitusi, pemaksaan kehamilan, pemaksaan
sterilisasi, atau bentuk kekerasan seksual lain yang memiliki bobot yang setara;
 menyerang pihak yang telah mengibarkan bendera putih tanda menyerah.
d. Agresi, yaitu perilaku yang bertujuan menyebabkan bahaya atau kesakitan terhadap target
serangan.
Dalam aturan hukum Indonesia, Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan
Hak Asasi Manusia menetapkan kejahatan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan sebagai
pelanggaran HAM berat.

B. UU No. 39 tahun 1999 tentang hak – hak dasar manusia


Manusia, sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang mengemban tugas mengelola
dan memelihara alam semesta dengan penuh ketaqwaan dan penuh tanggung jawab untuk
kesejahteraan umat manusia, oleh penciptanya dianugerahi hak asasi untuk menjamin
keberadaan harkat dan martabat kemuliaan dirinya serta keharmonisan lingkungannya.
Hak asasi manusia merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia,
bersifat universal dan langgeng, oleh karena itu harus dilindungi, dihormati, dipertahankan, dan
tidak boleh diabaikan, dikurangi, atau dirampas oleh siapapun. Bahwa selain hak asasi, manusia
juga mempunyai kewajiban dasar antara manusia yang satu terhadap yang lain dan terhadap
masyarakat secara keseluruhan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia disebutkan
tentang beberapa macam hak, di antaranya adalah sebagai berikut:
 Hak untuk hidup
 Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan
 Hak mengembangkan diri
 Hak memperoleh keadilan.
Semua bentuk Hak Asasi Manusia (HAM) dijabarkan secara detail dalam Pasal 9 hingga
Pasal 66 UU Nomor 39 Tahun 1999. Berikut beberapa jenis hak asasi manusia dalam UU Nomor
39 Tahun 1999:
 Hak atas kebebasan pribadi
 Hak atas rasa aman
 Hak atas kesejahteraan
 Hak turut serta dalam pemerintahan
 Hak wanita (hak yang diperoleh wanita sesuai HAM) Hak anak (hak yang diperoleh anak
sesuai HAM).
Kesepuluh hak asasi tersebut masih dijabarkan lagi pada beberapa pasal dalam UU Nomor 39
Tahun 1999. Contohnya hak untuk hidup, berarti tiap manusia berhak hidup, mempertahankan
hidup, serta meningkatkan taraf kehidupannya.
Hak ini juga berarti tiap manusia berhak mendapat kehidupan yang tenteram, aman, damai,
bahagia, dan sejahtera lahir batin. HAM ini juga menandakan bahwa tiap orang berhak mendapat
lingkungan hidup yang baik dan sehat.

2. 5 Gender dan HAM dalam islam


A. Pengertian gender dalam islam
Gender adalah kosakata yang berasal dari bahasa Inggris yang bernamakan “jenis kelamin”,
dalam glosarium disebut sebagai seks dan gender. Gender sendiri diartikan sebagai “suatu sifat
yang melekat pada laki-laki maupun perempuan yang dikontruksi secara sosial. Kultural atau
hubungan sosial yang terkontruksi antara perempuan dan laki-laki yang bervariasi dan sangat
bergantung pada faktor-faktor budaya, agama, sejarah dan ekonomi. Dalam pandangan lain,
gender diartikan sebagai himpunan luas karakteristik yang terlihat untuk membedakan antara
laki-laki dan perempuan, membentang dari seks biologis, pada manusia, peran sosial seseorang
atau identitas gender. Gender itu sendiri merupakan kajian perilaku atau pembagian peran antara
laki-laki dan perempuan yang sudah dibentuk di masyarakat tertentu dan pada masa waktu
tertentu.
Dalam Islam sebetulnya tidak mengenal istilah gender, karena dalam islam tidak
membedakan kedudukan seseorang berdasarkan jenis kelamin dan tidak ada bias gender dalam
islam. Islam mendudukkan laki-laki dan perempuan dalam posisi yang sama dan kemuliaan yang
sama. Contoh konkretnya adalah islam tidak membedakan laki-laki dan wanita dalam hal
tingkatan takwa, dan surga juga tidak dikhususkan untuk laki-laki saja. Tetapi untuk laki-laki dan
perempuan yang bertakwa dan beramal sholeh. Islam mendudukkan wanita dan laki-laki pada
tempatnya. Tak dapat dibenarkan anggapan para orientalis dan musuh islam bahwa islam
menempatkan wanita pada derajat yang rendah atau di anggap masyarakat kelas dua. Dalam
islam, sesungguhnya wanita dimuliakan. Banyak sekali ayat Al-Qur’an ataupun hadis nabi yang
memuliakan dan mengangkat derajat wanita. Baik sebagai ibu, anak, istri, ataupun sebagai
anggota masyarakat sendiri. Tak ada diskriminasi antara laki-laki dan perempuan dalam islam,
akan tetapi yang membedakan keduanya adalah fungsionalnya, karena kodrat dari masing-
masing.
Dalam Al-Qur’an sendiri dijelaskan bahwa tiap orang menanggung akibat/dosa dari
perbuatannya masing-masing dan islam tidak mengenal dosa turunan. Bentukan kultural yang
merendahkan wanita ini menyebabkan laki-laki memegang otoritas di segala bidang kehidupan
masyarakat (patriarki), baik dalam pergaulan domestik (rumah tangga), pergaulan sosial ataupun
dalam politik. Ayat Al-Qur’an surat An-Nisa’ ayat 34, seringkali di jadikan dalil bagi mereka
yang beranggapan bahwa dalam islam, kedudukan laki-laki lebih mulia dari pada wanita.
Padahal jika di telaah lebih dalam, sesungguhnya ayat tersebut sebenarnya memuliakan wanita
karena dalam ayat tersebut, tugas mencari nafkah di bebankan.
Ayat tersebut juga menjelaskan secara implisit bahwa tidak ada diskriminasi antara laki-laki
dan wanita, akan tetapi yang membedakan antara keduanya adalah dari segi fungsionalnya
karena kodrat masing-masing. Seperti halnya yang dijelaskan dalam surah An-Nisa’ (4) : 34,
yang artinya : “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah
melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan Karena
mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka, sebab itu maka wanita yang
saleh ialah yang ta’at kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada.

B. Pengertian HAM menurut islam


Fakta telah membuktikan, bahwa risalah Islam (sejak permulaannya kota suci Mekah sudah
memasukkan hak-hak asasi manusia dalam ajaran-ajaran dasarnya bersamaan dengan penekanan
masalah kewajiban manusia terhadap sesamanya. Oleh karenanya, kita dapat menemukan di
berbagai surah dalam Kitab Suci Al Qur`an yang diturunkan pada awal-awal periode Mekah,
yang berbicara tentang pengutukan terhadap berbagai bentuk pelanggaran hak-hak asasi manusia
yang berlaku pada masa itu. Al Qur`an tidak hanya mengutuk berbagai pelanggaran hak-hak
asasi manusia yang terjadi pada masa itu, tetapi juga memberikan motivasi secara positif kepada
manusia untuk menghargai hak-hak tersebut. Hal ini sebagaimana difirmankan Allah Swt, yang
artinya : “Dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa
apakah dia dibunuh” (Q.S. At-Takwir : 8-9)
“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak
yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin” (Q.S. Al-Ma`un : 1-3) “Dan
tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? (Yaitu) melepaskan budak dari
perbudakan” (Q.S. Al-Balad : 12-13)
Nabi Muhammad S.A.W. telah mengadakan berbagai tindakan sebagaimana telah ditetapkan
dalam Al Qur`an yang menghendaki terwujudnya pelaksanaan hak-hak asasi mansia. Selain itu,
beliau telah memproklamasikan kesucian hak-hak asasi manusia ini untuk segala zaman ketika
berkhutbah di depan kaum muslim pada waktu haji wada` (perpisahan), yakni sebagaimana
diriwayatkan dalam H.R. Muslim (“Kitab al-Hajj”), sebagai berikut : “Jiwamu, harta bendamu,
dan kehormatanmu adalah sesuci hari ini. Bertakwalah kepada Allah dalam hal istri-istrimu dan
perlakuan yang baik kepada mereka, karena mereka adalah pasangan-pasanganmu dan penolong-
penolongmu yang setia. Tak ada seorang pun yang lebih tinggi derajatnya kecuali berdasarkan
atas ketakwaan dan kesalehannya. Semua manusia adalah anak keturunan Adam, dan Adam itu
diciptakan dari tanah liat. Keunggulan itu tidak berarti orang Arab berada di atas orang non-Arab
dan begitu juga bukan non-Arab di atas orang Arab.
Keunggulan juga tidak dipunyai oleh orang kulit putih lebih dari orang kulit hitam dan
begitu juga bukan orang kulit hitam di atas orang kulit putih. Keunggulan ini berdasarkan atas
ketakwaannya”.
Kedudukan penting HAM sesudah wafatnya Rasulullah S.A.W. dan diteruskan oleh Khulafa
ar-Rasyidin, serta sistem kekuasaan Islam berganti dengan monarki. Di sini HAM dalam Islam
tetap mendapatkan perhatian luar biasa masyarakat Islam. HAM dalam Islam bukanlah sifat
perlindungan individu terhadap kekuasaan negara yang terbatas, namun merupakan tujuan dari
negara itu sendiri untuk menjaga hak-hak asasi manusia terutama bagi mereka yang terampas
hak-haknya. Jadi, setiap prinsip dasar pemerintahan Islam pada hakikatnya adalah berlakunya
suatu praktik usaha perlindungan dari terjadinya pelanggaran HAM. Kini Islam telah
memberikan sinar harapan bagi umat manusia yang menderita dengan cara memberikan,
melaksanakan, dan menjamin respek terhadap hak-hak asasi manusia itu.

2. 6 Korupsi sebagai bentuk pelanggaran HAM


Korupsi dapat dianggap sebagai bentuk pelanggaran hak asasi manusia (HAM) karena
korupsi merugikan hak-hak dasar manusia, seperti hak atas kesehatan, pendidikan, pangan, dan
pekerjaan. Korupsi dapat mengurangi akses masyarakat terhadap layanan publik yang berkualitas
dan memperparah kemiskinan. Korupsi juga dapat menghambat pembangunan ekonomi dan
sosial, serta mengurangi kualitas hidup masyarakat.
Korupsi juga dapat dianggap sebagai pelanggaran HAM karena merugikan hak-hak individu.
Korupsi sering kali melibatkan penggunaan kekuasaan atau posisi untuk memperkaya diri sendiri
atau kelompok tertentu dengan mengambil atau mengalihkan dana publik. Hal ini dapat
mengakibatkan kerugian finansial dan sosial bagi individu atau kelompok yang tidak terlibat
dalam korupsi.
Oleh karena itu, korupsi harus diperangi sebagai pelanggaran HAM yang serius dan
berdampak negatif pada hak asasi manusia. Langkah-langkah untuk mencegah dan memberantas
korupsi harus dilakukan dengan tegas dan terus menerus untuk memastikan perlindungan hak-
hak dasar manusia dan individu.
Korupsi sebagai bentuk pelanggaran hak asasi manusia (HAM) adalah topik yang kompleks
dan luas, namun ada beberapa hal yang dapat dipelajari sebagai materi utama: Korupsi dapat
didefinisikan sebagai tindakan penyalahgunaan kekuasaan atau posisi yang diberikan kepada
seseorang dalam lingkungan publik atau swasta, yang merugikan kepentingan masyarakat secara
umum, serta merugikan hak-hak individu yang terkait dengan kepentingan publik. Korupsi dapat
menyebabkan penghambatan dalam upaya melindungi hak-hak dasar manusia, termasuk hak atas
kesehatan, pendidikan, pekerjaan, dan hak-hak lainnya.
Korupsi dapat menyebabkan dampak serius pada hak asasi manusia, termasuk hak atas
keadilan, kebebasan, dan kesejahteraan. Korupsi dapat menghambat akses masyarakat terhadap
layanan publik yang berkualitas, menghambat pembangunan sosial dan ekonomi, serta
memperparah kemiskinan.
Pengekangan pemberantasan korupsi dapat mengakibatkan pelanggaran hak asasi manusia
yang serius, termasuk hak atas keadilan, kebebasan, dan kesejahteraan. Ketidakadilan hukum
dapat terjadi akibat kebijakan atau tindakan yang mendukung korupsi, dan dapat mengakibatkan
kekerasan, intimidasi, dan penganiayaan terhadap korban korupsi atau pelapor.
Untuk mencegah dan memberantas korupsi, diperlukan langkah-langkah yang tegas dan terus
menerus. Langkah-langkah ini termasuk reformasi hukum, reformasi administratif, pelibatan
masyarakat dalam pengawasan dan pemantauan, serta pemberantasan korupsi yang efektif. Peran
penting dari lembaga-lembaga independen seperti media, LSM, dan lembaga negara yang
mengawasi pemberantasan korupsi juga sangat penting.
Dalam rangka melindungi hak asasi manusia, terutama yang terkait dengan hak atas keadilan,
kebebasan, dan kesejahteraan, harus diperangi dengan tegas dan terus-menerus untuk
memastikan perlindungan hak-hak dasar manusia dan individu.
BAB III
PENUTUP
3. 1 Kesimpulan
Dari materi diatas dapat disimpulkan dari hubungan antara HAM dan kehidupan
berdemokrasi adalah bahwa HAM merupakan landasan utama dalam menjalankan kehidupan
berdemokrasi yang baik dan berkualitas. Dalam sebuah negara yang menjunjung tinggi HAM,
masyarakatnya memiliki hak untuk mengeluarkan pendapat, berkumpul, dan membentuk
organisasi dengan bebas tanpa takut dicap sebagai pelanggar hukum. Hal ini memungkinkan
masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam proses demokrasi, seperti pemilihan umum, dan
memilih pemimpin yang dianggap paling baik untuk memimpin negara.
HAM juga berfungsi sebagai alat pengawasan bagi pemerintah dalam menjalankan kebijakan
publik. Dalam sistem demokrasi, masyarakat memiliki hak untuk menuntut akuntabilitas dari
pemerintah dan memastikan bahwa kebijakan publik yang diambil tidak merugikan masyarakat
secara umum atau kelompok tertentu. HAM juga menjadi dasar untuk penegakan hukum dan
keadilan, sehingga semua warga negara memiliki hak yang sama di depan hukum. Dalam
konteks ini, HAM memainkan peran penting dalam menjaga stabilitas dan keamanan dalam
kehidupan berdemokrasi.
Jadi keberhasilan dalam menjalankan kehidupan berdemokrasi sangat ditentukan oleh
keterlibatan masyarakat dalam setiap tahapan prosesnya. Dalam konteks ini, HAM membuka
ruang partisipasi bagi masyarakat untuk mengambil peran aktif dalam kehidupan politik.
Sebaliknya, kegagalan untuk melindungi HAM dapat mengancam kualitas demokrasi dan
mengurangi partisipasi masyarakat dalam proses demokrasi. Oleh karena itu, menjaga
keberadaan dan penghormatan terhadap HAM sangat penting dalam membangun sebuah
masyarakat yang demokratis dan berkeadilan.

3. 2 Saran
Dengan adanya makalah ini penulis dapat mengetahui secara mendalam tentang paragraf,
serta penulis berharap dengan adanya makalah ini juga dapat berguna bagi pelajar,
mahasiswa dan semua kalangan serta semua pihak.
Melalui makalah ini supaya kita bisa memahami lebih lanjut tentang paragraf dengan
baik sehingga dapat membentuk generasi yang cerdas dan berbudi pekerti yang baik. Maka
nantinya akan lahirlah ilmuan – ilmuan muda dari Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Universitas Islam Indonesia (Yogyakarta). Pusat Studi Hak Asasi Manusia (PUSHAM), et
al. Hukum hak asasi manusia. Pusat Studi Hak Asasi Manusia, Universitas Islam Indonesia
(PUSHAM UII), 2008
REKSODIPUTRO, Mardjono. Hak Asasi Manusia dalam Sistem Peradilan Pidana. 1997.
Rabani, Farhan, and Oci Senjaya. "PEMAHAMAN SOSIOLOGI HUKUM DALAM
MENCERMATI KONFLIK PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI
INDONESIA." Jurnal Justitia: Jurnal Ilmu Hukum dan Humaniora 9.5 (2022): 2575-2585.
Nasozaro, Hendrikus Otniel. "Peranan Hukum dalam Kehidupan Berdemokrasi di
Indonesia." Warta Dharmawangsa 58 (2018)..

Anda mungkin juga menyukai