Anda di halaman 1dari 11

UPAYA PENEGAKAN HAM DI INDONESIA

Disusun untuk memenuhi nilai salah satu tugas mata pelajaran PPKN
Semester Ganjil 2021-2022

Disusun oleh :

KELOMPOK 4

1. Fibra Arya Putra


2. Gilang Adiputra
3. M. Aisyah
4. M. Sandy
5. Riva Iswari

Diajar oleh :

Supriadi, M.Pd

SMA BPI 2 BANDUNG

Jl. Burangrang No.8, Burangrang, Lengkong, Kota Bandung , Jawa Barat

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur hanyalah milik Allah SWT. Kepada-Nya kita memuji dan bersyukur, memohon
pertolongan dan ampunan. Kepada-Nya pula kita memohon perlindungan dari keburukan diri
dan syaitonyang selalu menghembuskan kebatilan pada diri kita. Dengan rahmat dan
pertolongan-Nya, Alhamdulillah makalah yang berjudul “Sejarah Tiongkok Kuno” ini dapat di
selesaikan dengan baik. Kami menyadari sepenuh hati bahwa masih banyak kekurangan yang
terdapat di dalam makalah ini.

Kami mengharapkan kritik dan saran para pembaca sebagai bahan evaluasi kami dalam
pembuatan makalah berikutnya. Mudah-mudahan itu semua menjadikan cambuk bagi kami agar
lebih meningkatkan kualitas makalah ini di masa yang akan datang.

Bandung, 8 Januari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………… i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………… 1

A. Latar Belakang……………………………………………………………… 1

B. Identifikasi Masalah………………………………………………………… 2

C. Tujuan Penulisan……………………………………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………… 3

A. Upaya Penegakan HAM di Indonesia…………………………………………. 3


B. Hambatan dalam Upaya Penegakan Hak Asasi Manusia di Indonesia…….. 5

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………… 7

A. Kesimpulan……………………………………………………………………… 7
B. Saran…………………………………………………………………………….. 7

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………. 8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hak Asasi Manusia merupakan hak-hak dasar yang dibawa manusia semejak lahir
sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa, maka perlu dipahami bahwa Hak Asasi
Manusia tersebut tidaklah bersumber dari negara dan hukum, tetapi semata-mata
bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta alam semesta beserta isinya,
sehingga Hak Asasi Manusia itu tidak bisa dikurangi (non derogable rights).Oleh karena
itu, yang diperlukan dari negara dan hukum adalah suatu pengakuan dan jaminan
pelindungan terhadap Hak Asasi Manusia tersebut
Pengakuan akan Hak Asasi Manusia di Indonesia telah tercantum dalam Undang-
Undang Dasar 1945 yang sebenarnya lebih dahulu ada dibandingkan dengan Deklarasi
PBB yang lahir pada 10 Desember 1948. Pengakuan akan Hak Asasi Manusia di
Indonesia telah tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan peraturan perundang-
undangan lainnya. Bentuk perlindungan HAM sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang- undangan di Indonesia sudah cukup menunjukkan kepedulian dari
pemerintah untuk mengakomodir kepentingan perlindungan HAM bagi warga negaranya
dengan cukup maksimal, juga menunjukkan bahwa pemerintahan di era reformasi telah
responsif dan progresif untuk melakukan instrumentasi terkait perlindungan,
penghormatan dan pemenuhan HAM. Hal ini ditandai dengan, Pancasila, Pembukaan
UUD 1945, Pasal 27- 34 UUD 1945 dan adanya Undang-undang Nomor 39 tahun 1999
dan Undang-Undang nomor 26 Tahun 2000 serta undang-undang lainnya. Penerapan
hukum terhadap pelanggaran HAM di Indonesia saat ini mengikuti dengan apa yang
ditentukan di dalam Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 dan Undang-undang 26
tahun 2000.
Dalam penjelasan umum Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi
Manusia, menyatakan bahwa sejarah bangsa Indonesia hingga kini mencatat berbagai
penderitaan, kesengsaraan dan kesenjangan sosial, yang disebabkan oleh perilaku yang
tidak adil dan diskriminatif atas dasar etnis, ras, warna, kulit, budaya, bahasa, agama,
golongan, jenis kelamin, dan status sosial yang lain. Perilaku tidak adil dan diskriminatif

1
tersebut merupakan pelanggaran Hak Asasi Manusia, baik yang bersifat vertikal
(dilakukan oleh aparat negara terhadap warga negara atau sebaliknya) maupun horizontal
(antar warga negara sendiri) dan tidak sedikit yang masuk kategori pelanggaran Hak
Asasi Manusia yang berat ( grossviolation of human rights). Undang Undang Dasar
Neraga RI Tahun 1945 menjamin bahwa setiap orang berhak untuk bebas dari perlakuan
diskriminatif. Bahkan Undang Undang Dasar Neraga RI Tahun 1945 secara lengkap telah
menjamin hak asasi manusia dan juga hak-hak warga negara Indonesia. Hak-hak warga
negara yang diatur dalam Undang Undang Dasar Neraga RI Tahun 1945 merupakan hak-
hak konstitusional seluruh warga negara Republik Indonesia, sedangkan Pemerintah
seharusnya melaksanakan kehendak rakyat termasuk menjamin perlindungan, Penegakan
dan pemenuhan hak-hak rakyat yang diatur dalam konstitusi.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, fokus permasalahan yang akan dibahas :
1. Bagaimana upaya Penegakan Hak Asasi Manusia di Indonesia?
2. Bagaimana hambatan dalam upaya Penegakan Hak Asasi Manusia di Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, adapun tujuan penulisan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana upaya Penegakan Hak Asasi Manusia di Indonesia
2. Untuk mengetahui bagaimana hambatan dalam upaya Penegakan Hak Asasi
Manusia di Indonesia

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Upaya Penegakan Hak Asasi Manusia di Indonesia


Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan kebebasan fundamental bagi semua orang
tanpa memandang ras dan jenis kelamin. Sebagai negara yang beradab, Indonesia turut
mendukung nilai-nilai HAM yang universal melalui berbagai upaya Penegakan HAM.
Upaya Penegakan HAM sendiri di Indonesia dilakukan oleh pemerintah melalui beberapa
cara sebagai berikut :
1. Pembentukan Komisi Hak Asasi Manusia
Komisi Hak Asasi Manusia atau Komnas HAM dibentuk pada 7 Juni 1993
melalui Kepres Nomor 50 tahun 1993. Ini adalah lembaga independen yang
bertugas untuk mengadakan pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan,
dan mediasi HAM. Setiap warga negara yang merasa hak asasinya dilanggar
boleh melakukan pengaduan kepada Komnas HAM. Wewenang Komnas
HAM meliputi :
- Melakukan pendidikan dan penyuluhan tentang HAM
- Melakukan pemantauan dan penyelidikan terhadap pelanggaran HAM
- Melakukan pengkajian dan penelitian tentang HAM
- Menyelesaikan masalah secara konsultasi maupun negosiasi
- Menyampaikan rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran hak asasi
manusia kepada pemerintah
2. Pembentukan Instrumen Hak Asasi Manusia
Instrumen HAM merupakan alat untuk menjamin proses perlindungan dan
Penegakan HAM. Instrumen HAM biasanya berupa peraturan perundang-
undangan dan lembaga-lembaga penegak hak asasi manusia seperti Komnas
HAM dan Pengadilan HAM.
Mengutip dari situs resmi Komnas HAM, acuan intrumen-instrumen yang
berkaitan dengan HAM di antaranya adalah:
- UUD 1945 beserta amandemenya
- Tap MPR No. XVII/MPR/1998

3
- UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
- UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM
- UU No. 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis
- UU No. 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial
- Piagam PBB 1945
- Deklarasi Universal HAM 1948
- Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik
- Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya
3. Pembentukan Pengadilan HAM
Pengadilan HAM dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 tahun
2000. Pengadilan HAM adalah pengadilan khusus terhadap pelanggaran HAM
berat yang menjadi dasar dalam Penegakan, kepastian hukum, keadilan dan
perasaan aman. Selain berwenang memeriksa dan memutuskan perkara
pelanggaran HAM berat, Pengadilan HAM juga berwenang memeriksa dan
memutus pelanggaran HAM yang dilakukan oleh warga negara Indonesia
yang terjadi di luar batas teritorial wilayah Indonesia. Pengadilan HAM ini
merupakan jenis pengadilan yang khusus untuk mengadili kejahatan genosida
dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Pengadilan ini dikatakan khusus karena
dari segi penamaan bentuk pengadilannya sudah secara spesifik menggunakan
istilah pengadilan HAM dan kewenangan pengadilan ini juga mengadili
perkara-perkara tertentu. Istilah pengadilan HAM sering dipertentangkan
dengan istilah peradilan pidana karena memang pada hakekatnya kejahatan
yang merupakan kewenangan pengadilan HAM juga merupakan perbuatan
pidana.
UU No. 26 Tahun 2000 yang menjadi landasan berdirinya pengadilan HAM
ini mengatur tentang beberapa kekhususan atau pengaturan yang berbeda
dengan pengaturan dalam hukum acara pidana. Pengaturan yang berbeda atau
khusus ini mulai sejak tahap penyelidikan dimana yang berwenang adalah
Komnas HAM sampai pengaturan tentang majelis hakim dimana
komposisinya berbeda denga pengadilan pidana biasa. Dalam pengadilan
HAM ini komposisi hakim adalah lima orang yang mewajibkan tiga orang

4
diantaranya adalah hakim ad hoc. Pengaturan yang sifatnya khusus ini
didasarkan atas kerakteristik kejahatan yang sifatnya extraordinary sehingga
memerlukan pengaturan dan mekanisme yang seharusnya juga sifatnya
khusus. Harapan atas adanya pengaturan yang sifatnya khusus ini adalah dapat
berjalannya proses peradilan terhadap kasus-kasus pelanggaran HAM yang
berat secara kompeten dan fair. Efek yang lebih jauh adalah putusnya rantai
impunity atas pelaku pelanggaran HAM yang berat dan bagi korban, adanya
pengadilan HAM akan mengupayakan adanya keadilan bagi mereka.
B. Hambatan dalam Upaya Penegakan Hak Asasi Manusia di Indonesia
Hambatan dalam upaya Penegakan Hak Asasi Manusia antara lain adalah :
1. Kondisi Politik Ekonomi Sosoio Budaya Pertahanan dan Keamanan
Dalam kondisi poleksosbudhankam, kondisi perpolitikan di Indonesia yang masih
belum menuju ke arah demokratis yang sebenarnya mempunyai andil yang besar
terhadap pelanggaran hakhak asasi manusia. Perekonomian yang belum mendukung
dan belum sampai pada tingkat masyarakat yang sejahtera, pengangguran dari yang
terdidik sampai pengangguran yang tidak terdidik, perbedaan peta berfikir yang
ekstrim yang berdasarkan pada suku, agama, ras dan antar golongan, serta faktor
keamanan dianggap sebagai pemicu atau penyebab terjadinya pelanggaran hak asasi
manusia atau sebagai penghambat utama upaya penegakkan hak asasi manusia
2. Faktor Komunikasi dan Informasi Yang Belum digunakan Secara Maksimal dan
Secara Benar
Dalam faktor komunikasi dan informasi yang belum digunakan secara maksimal dan
secara benar, komunikasi dan informasi yang akurat sangat penting, untuk mengambil
dan menghasilkan suatu kebijakan yang berkaitan dengan permasalahan hak-hak
warga negara termasuk hak asasi manusia.
3. Faktor Kebijakan Pemerintah
Dalam faktor kebijakan pemerintah, tidak semua penguasa mempunyai kebijakan
yang sama tentang pentingnya hak asasi manusia. Sering kali mereka lupa atau
bahkan tidak menghiraukan masalah tentang hak-hak masyarakatdalam menentukan
kebijakan.
4. Faktor Perangkat Perundangan

5
Dalam faktor perangkat perundangan, peraturan perundang-undangan tentang hak
asasi manusia di indonesia sudah banyak, namun dirasa masih belum cukup, termasuk
yang tercantum di dalam Undang-Undang Dasar 1945 dengan amandemen. Sebagai
contoh adalah masalah interpretasi antara pasal 28 J dengan pasal 28 I tentang hak
hidup yang tidak boleh dikurangi.
5. Faktor Aparat dan Penindakannya
Dalam faktor aparat dan penindakannya (law enforcement), masih banyaknya
permasalahan pada birokrasi pemerintahan Indonesia, tingkat pendidikan dan
kesejahteraan sebagian aparat yang dinilai masih belum layak, aparat penegak hukum
yang mengabaikan prosedur kerja sering membuka peluang terjadinya pelanggaran
Hak Asasi Manusia

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan banyaknya kejadian yang mengarah kepada pelanggaran terhadap hak asasi
manusia, menunjukkan bahwa manusia Indonesia (masyarakat, penyelenggara negara dan
penegak hukum) belum memahami apa arti sebenarnya hak-hak asasinya (termasuk
kewajiban-kewajiban asasinya). Selengkap dan sebaik apapun peraturan perundang-
undangan yang mengatur Hak Asasi Manusia hanya akan bernilai bila dipraktekkan
dalam kehidupan sehari-hari. Adanya berbagai upaya yang telah dilakukan oleh
pemerintah Indonesia agar penegakan HAM di Indonesia dapat berjalan menjadi bukti
nyata bahwa pelanggaran HAM di Indonesia ada dan telah terjadi dan hal itu menjadi hal
yang harus di tegakan meskipun dalam kenyataannya upaya penegakan HAM di
Indonesia masih banyak yang belum tuntas serta masih banyaknya hambatan yang timbul
dalam proses upaya penegakan HAM di Indonesia
B. Saran
Dari kesimpulan di atas, maka penulis menyarankan agar: (1) pemerintah bersama-sama
dengan masyarakyatnya harus senantiasa berusaha untuk meningkatkan kesadaran akan
rasa kemanusiaan yang tinggi, sehingga tercipta masyarakat yang selaras, seimbang
dalam menjalankan hak-hak serta kewajibannya; (2) pemerintah menciptakan aparatur
hukum yang bersih, dan tidak semena-mena dalam menjalankan tugasnya; (3)
memberikan sanksi yang tegas bagi pelanggar Hak Asasi Manusia; (4) penanaman nilai-
nilai etika dan keagamaan pada semua lapisan masyaraka

7
DAFTAR PUSTAKA

Dudi, C. (2009). Pengantar pendidikan kewarganegaraan. Bandung: Insan Mandiri.

PELAKSANAAN DAN PENEGAKKAN HAK ASASI MANUSIA DAN DEMOKRASI DI


INDONESIA dalam https://media.neliti.com/ diakses pada tanggal 6 Januari 2021 pukul 17.00
WIB

https://referensi.elsam.or.id/2014/09/pengadilan-ham-di-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai