Anda di halaman 1dari 12

SIYASAH IDARIAH

“PELANGGARAN HAM DI INDONESIA

TAK KUNJUNG USAI”

DISUSUN OLEH :

Boby Ekta Prasandi

(2011150025)

DOSEN PENGAMPU :

Aneka RahmaS.Sy,M.H

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA

FKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUEKARNO


BENGKULU

TAHUN AJARAN 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah “PELANGGARAN HAM DI INDONESIA TAK KUNJUNG USAI” ini dengan
baik dan tepat waktu, Sholawat dan salam senantiasa kita curahkan kepada Rasulullah
Muhammad saw. Yang telah mebawa kita dari zaman kebodoh ke zaman penuh teknologi
seprti yang kita rasakan saat ini dan semoga kita termasuk golongan yang mendapat syafa’at
beliau kelak di hari akhir.

Namun demikian, kami menyadari bahwa keberhasilan makalah ini tidak lepas dari
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materiil. Untuk itu, kami
sampaikan terima kasih kepada ibu, Aneka Rahma S.Sy, M.H selaku dosen pengampu mata
kuliah siyasah idariah yang senantiasa mendampingi dan membimbing kami dengan penuh
keikhlasan dalam memberikan pengetahuannya.

Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah SIYASAH
IDARIAH , Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangannya karena
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan. Oleh karana itu, kami mohon maaf jika dalam
penyusunan makalah ini ditemukan kekeliruan.

Akhir kata penulis menyadari bahwa tugas yang kami buat masih jauh dari kata
sempurna.Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
bagi perbaikan pembuatan tugas dimasa yang akan datang.Semoga tugas ini dapat bermanfaat
bagi tim penulis khususnya serta bagi mahasiswah dan semua pihak pada umumnya.

Bengkulu , 3 Juli 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

a. Latar Belakang.........................................................................................................1
b. Rumusan Masaslah..................................................................................................1
c. Tujuan .....................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................2

a. HAM dalam UU NO.39 Tahun 1999......................................................................2


b. Kasus Pelanggaran HAM dan Pelanggaran HAM yang Tak Kunjung Usai...........4

BAB III PENUTUP...........................................................................................................8

a. Kesimpulan..............................................................................................................8

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak-hak yang dimiliki manusia sejak ia lahir
yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapapun. Hak-hak ini berisi
tentang kesamaan atau keselarasan tanpa membeda-bedakan suku, golongan,
keturunanan, jabatan dan lain sebagainya antara setiap manusia yang hakikatnya adalah
sama-sama makhluk ciptaan Tuhan.

Jika kita melihat perkembangan HAM di Negara ini ternyata masih banyak
pelanggaran HAM yang sering kita temui. Mulai dari pelanggaran kecil yang berkaitan
dengan norma hingga pelanggaran HAM besar yang bersifat kriminal dan menyangkut
soal keselamatan jiwa. Untuk menyelesaikan masalah ini perlu adanya keseriusan dari
pemerintah menangani pelanggaran-pelanggaran yang terjadi dan menghukum individu
atau oknum terbukti melakukan pelanggaran HAM. Selain itu masyarakat juga perlu
mengerti tentang HAM dan turut menegakkan HAM mulai dari lingkungan sosial tempat
mereka tinggal hingga nantinya akan terbetuk penegakan HAM tingkat nasional.

Adapun contoh dari pelanggaran HAM di Indonesia adalah kasus Munir. Kasus Munir
menjelaskan bahwa Hak warga Negara untuk memperoleh kebenaran belum dipenuhi
oleh pemerintah. Oleh karena itu, penulis mengambil judul “Pelanggaran HAM di
Indonesia yang Tak Kunjung Usai”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud HAM dalam UU NO.39 Tahun 1999 ?
2. Kasus seperti apa yang masuk dalam Pelanggaran HAM dan mengapa
pelanggaran HAM di Indonesia tak kunjung usai ?

C. Tujuan

1. Memahami HAM dalam UU NO.39 Tahun 1999


2. Memahami kasus pelanggaran HAM dan Pelanggaran HAM di Indonesia yang tak
kunjung usai

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. HAM dalam UU NO.39 Tahun 1999

Menurut UU No. 39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia mendefinisikan hak asasi
manusia sebagai seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

Menurut Suproatnoko (2008;125), hak asasi manusia adalah hak dasar milik manusia,
bersifat universal sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa sejak hidup dalam kandungan
atau rahim, dan hak kodrati atau asasi yang tidak dapat dipisahkan dari eksistensi pribadi
manusia itu sendiri.

Hak asasi manusia di Indonesia didasarkan pada falsafah dan ideology pancasila,
pembukaan UUD 1945, batang tubuh UUD 1945, UU No. 39 Tahun 1999 tentang hak
asasi manusia, dan UU No. 26 Tahun 2000 tentang pengadilan hak asasi manusia. UU
No. 39 Tahun 1999 mencantumkan asas-asas dasar hak asasi manusia diantaranya
Beberapa asas dasar hak asasi manusia yang tercantum dalam UU No. 39 Tahun 1999
adalah:

a. Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan perlakuan hokum
yang adil serta mendapat kepastian hokum dan perlakuan yang sama di depan
hukum.
b. Setiap orang berhak atas perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan dasar
manusia, tanpa diskriminasi.
c. Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran dan hati
nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai
pribadi dan persamaan di hadapan hukum, hak untuk tidak dituntut atas dasar
hokum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi
dalam keadaan apa pun dan oleh siapa pun.
d. Setiap orang diakui sebagai pribadi yang berhak menuntut dan memperoleh
perlakuan serta perlindungan yang sama sesuai dengan martabat kemanusiaannya
di depan hukum

2
e. Setiap orang berhak mendapat bantuan dan perlindungan yang adil dan pengadilan
yang objektif dan tidak berpihak.

Secara operasional hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia Indonesia dalam
UU No. 39 Tahun 1999 meliputi :

a. Hak hidup (Pasal 9),


b. Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan (Pasal 10)
c. c. Hak mengembangkan diri (Pasal 11-16),
d. Hak memperoleh keadilan (Pasal 17-19),
e. Hak atas kebebasan pribadi (Pasal 20-27),
f. Hak atas rasa aman (Pasal 28-35),
g. Hak atas kesejahteraan (Pasal 36-42),
h. Hak turut serta dalam pemerintah (Pasal 43-44),
i. Hak wanita (Pasal 45-51), dan j. Hak anak (Pasal 52-66)

Pelaksanaan hak asasi manusia juga menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan
kewajiban dan tanggung jawab pemerintah, yaitu:

a. Pemerintah wajib dan bertanggung jawab menghormati, melindungi, menegakkan,


dan memajukan hak asasi manusia yang diatur dalam undangundang ini, peraturan
perundang-undangan lain, dan hokum internasional tentang hak asasi manusia
yang diterima oleh Negara Republik Indonesia.
b. Kewajiban dan tanggung jawab pemerintah meliputi langkah implementasi yang
efektif dalam bidang hukum, politik, ekonomi, social, budaya,
pertahanankeamanan negara, dan bidang lain.
c. Hak dan kebebasan yang diatur dalam undang-undang ini hanya dapat dibatasi
oleh dan berdasarkan undang-undang, semata-mata untuk menjamin pengakuan
dan penghormatan terhadap hak asasi manusia serta kebebasan dasar orang lain,
kesusilaan, ketertiban umum, dan kepentingan bangsa.
d. Tidak satu ketentuan pun dalam undang-undang ini boleh diartikan bahwa
pemerintah, partai politik, golongan, atau pihak mana pun dibenarkan
mengurangi, merusak, atau menghapuskan hak asasi manusia atau kebebasan
dasar yang diatur dalam undang-undang.

3
B. Kasus Pelanggaran HAM dan Pelanggaran HAM yang Tak Kunjung Usai

Adapun contoh kasus pelanggaran HAM di Indonesia adalah kasus Munir sang
pejuang Hak Asasi Manusia. Ia lahir di Malang, Jawa Timur pada tanggal 8 Desember
1965 tepatnya di Kota Batu. Munir merupakan seorang aktivis dan pejuang HAM
Indonesia Munir mendirikan Komosi untuk Orang Hilang dan Korban Kekerasan
(KontraS).

Berikut adalah kronologis pembunuhan Munir hingga proses pengadilan tersangka


pembunuh Munir. Pada 6 September 2004 Munir menuju Amsterdam untuk melanjutkan
studi program master (S2) di Universitas Utrecth Belanda. Munir naik pesawat Garuda
Indonesia GA-974 pada pukul 21.55 WIB menuju Singapura untuk kemudian transit di
Singapura dan terbang kembali ke Amsterdam. Tiba di Singapura pada pukul 00.40 waktu
Singapura. Kemudian pukul 01.50 waktu Singapura Munir kembali terbang dan menuju
Amsterdam. Tiga jam setelah pesawat GA-974 take off dari Singapura, awak kabin
melaporkan kepada pilot Pantun Matondang bahwa seorang penumpang bernama Munir
yang duduk di kursi nomor 40 G menderita sakit. Munir bolak balik ke toilet.

Pilot meminta awak kabin untuk terus memonitor kondisi Munir. Munir pun
dipindahkan duduk di sebelah seorang penumpang yang kebetulan berprofesi dokter yang
juga berusaha menolongnya. Penerbangan menuju Amsterdam menempuh waktu 12 jam.
Namun dua jam sebelum mendarat 7 September 2004, pukul 08.10 waktu Amsterdam di
bandara Schipol Amsterdam, saat diperiksa, Munir telah meninggal dunia. Pada tanggal
12 November 2004 dikeluarkan kabar bahwa polisi Belanda (Institut Forensik Belanda)
menemukan jejak-jejak senyawa arsenikum setelah otopsi. Hal ini juga dikonfirmasi oleh
polisi Indonesia. Belum diketahui siapa yang telah meracuni Munir, meskipun ada yang
menduga bahwa oknum-oknum tertentu memang ingin menyingkirkannya.

Salah satunya adalah kebencian para penguasa orde baru terhadap gerakan ‘human
right’ Munir. Mereka “penguasa” yang telah semena-mena menindas, membunuh, dan
membantai rakyat kecil mendapat perlawanan keras dari Munir. Munir tanpa lelah terus
mencari fakta dan realita untuk mengungkap kasus-kasus pembantaian orang dan rakyat
yang tidak berdosa. Meskipun dirinya dan keluarganya menerima berbagai ancaman
pembunuhan, Munir tetap melangkahkan perjuangannya dengan darah jadi taruhannya.

4
Orang pertama yang menjadi tersangka pertama pembunuhan Munir (dan akhirnya
terpidana) adalah Pollycarpus Budihari Priyanto. Selama persidangan, terungkap bahwa
pada 7 September 2004, seharusnya Pollycarpus sedang cuti. Lalu ia membuat surat tugas
palsu dan mengikuti penerbangan Munir ke Amsterdam. Aksi pembunuhan Munir
semakin terkuat tatkala Pollycarpus ‘meminta’ Munir agar berpindah tempat duduk
dengannya. Sebelum pembunuhan Munir, Pollycarpus menerima beberapa panggilan
telepon dari sebuah telepon yang terdaftar oleh agen intelijen senior. Dan pada akhirnya,
20 Desember 2005 Pollycarpus BP dijatuhi vonis 20 tahun hukuman penjara. Meskipun
sampai saat ini, Pollycarpus tidak mengakui dirinya sebagai pembunuh Munir, berbagai
alat bukti dan skenario pemalsuan surat tugas dan hal-hal yang janggal. Namun, timbul
pertanyaan, untuk apa Pollycarpus membunuh Munir. Apakah dia bermusuhan atau
bertengkar dengan Munir. Tidak ada historis yang menggambarkan hubungan mereka
berdua.

Selidik demi selidik, akhirnya terungkap nomor yang pernah menghubungi


Pollycarpus dari agen Intelinjen Senior adalah seorang mantan petinggi TNI, yakni Mayor
Jenderal (Purn) Muchdi Purwoprandjono. Mayjen (Purn) Muchdi PR pernah menduduki
jabatan sebagai Komandan Koppassus TNI Angkatan Darat yang ditinggali Prabowo
Subianto (pendiri Partai Gerindra). Selain itu, ia juga pernah menjabat sebagai Deputi
Badan Intelijen Indonesia.

Muchdi PR ditangkap pada 6 Juni 2008. Lalu ia disidangkan di Pengadilan Negeri


Jakarta Selatan dan pada awal Desember 2008, jaksa penuntut umum (JPU) kasus
pembunuhan Munir menuntut Muchdi PR dihukum 15 tahun penjara. Muchdi PR terbukti
menganjurkan dan memberikan sarana kepada terpidana Pollycarpus Budihari Priyanto
untuk membunuh Munir.

Jaksa juga memaparkan sejumlah fakta yang terungkap dari keterangan saksi, barang
bukti, dan keterangan terdakwa selama 17 kali sidang. Di antaranya adalah surat dari
Badan Intelijen Negara yang ditujukan kepada Garuda Indonesia pada Juni 2004 yang
merekomendasikan Pollycarpus sebagai petugas aviation security. Hal tersebut sangat
tidak wajar karena Badan Intelijen Negara ikut campur urusan bisnis Garuda hingga
merekomendasikan Pollycarpus untuk ikut terbang bersama Munir. Jaksa juga menunjuk
bukti transaksi panggilan dari nomor telepon yang diduga milik Pollycarpus ke nomor
yang diduga milik Muchdi, atau sebaliknya, yang tercatat dalam call data record. Selain

5
itu, dalam persidangan Muchdi PR memberikan keterangan berubah-ubah dan beberapa
kali bertindak tidak sopan.

Usaha para jaksa membongkar kasus pembunuhan dan menuntut pelaku pembunuh
kandas ditangan majelis hakim PN Jakarta Selatan yang diketuai Suharto. Tanggal
tanggal 31 Desember 2008, majelis hakim menvonis bebas Muchdi Pr atas
keterlibatannya dalam pembunuhan aktivis HAM – Munir.

Kasus munir merupakan contoh lemahnya penegakkan HAM di Indonesia. Kasus


Munir juga merupakan hasil dari sisa-sisa pemerintahan orde baru yang saat itu lebih
bersifat otoriter. Seharusnya kasus Munir ini dijadikan suatu pelajaran untuk bangsa ini
agar meninggalkan cara-cara yang bersifat otoriter karena setiap manusia atau warga
Negara memiliki hak untuk memperoleh kebenaran, hak hidup, hak memperoleh
keadilan, dan hak atas rasa aman. Sedangkan bangsa Indonesia saat ini memiliki sistem
pemerintahan demokrasi yang seharusnya menjunjung tinggi HAM seluruh masyarakat
Indonesia.

Pemerintah hingga saat ini masih kurang tegas dalam menangani kasus pelanggaran
HAM yang terjadi di Indonesia. Hal itu dikarenakan kurang ketatnya peraturan
perundang-undangan dalam menangani kasus pelanggaran HAM. Dan pemerintah kurang
disiplin melaksanakan undang-undang yang telah ditetapkan, sehingga terdapat kesan
kelonggaran bagi pelaku pelanggaran HAM.

Selain hal tersebut, kasus munir merupakan suatu kejahatan yang dicurigai dilakukan
oleh penguasa sebelumnya, sehingga terkesan pemerintah sekarang menutup-nutupi
“borok” pemerintah sebelumnya agar nama baik pemerintahan tidak tercemar.

Seharusnya pemerintah menjalankan kewajiban dan tanggung jawabnya untuk


memberikan Hak-hak yang diimiliki seluruh masyarakat yang tertuang dalam UUD 1945,
batang tubuh UUD 1945, UU No. 39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia, dan UU No.
26 Tahun 2000.

Dalam UU No. 39 Tahun 1999 menyebutkan bahwa pemerintah menjamin Hak untuk
hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran dan hati nurani, hak
beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dan persamaan
di hadapan hukum, hak untuk tidak dituntut atas dasar hokum yang berlaku surut adalah
hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun dan oleh siapa pun.

6
Hal diatas sangat bertentangan dengan hal yang diterima munir sebagai warga Negara
yang hanya ingin memperjuangkan kebenaran atas ketidak adilan yang terjadi pada masa
pemerintahan orde baru, sehingga dengan dibunuhnya munir sudah jelas merupakan salah
satu kasus pelanggaran HAM.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hak Asasi Manusia(HAM) merupakan anugerah yang diberikan Tuhan Yang Maha
Esa kepada seluruh manusia dan tak ada satupun orang pun yang dapat mengganggu
gugat, tidak terkecuali pemerintah. Jadi sudah sepatutnya pemerintah memberikan apa
yang seharusnya rakyat miliki yang diantaranya adalah hak untuk mendapatkan keadilan
dan kebenaran.

Hak Asasi Manusia(HAM) sendiri juga telah diatur didalam UU No. 39 Tahun 1999
yang isinya mengenai hak-hak yang dimiliki rakyat di Indonesia yaitu Hak hidup, Hak
berkeluarga dan melanjutkan keturunan, Hak mengembangkan diri, Hak memperoleh
keadilan, Hak atas kebebasan pribadi, Hak atas rasa aman, Hak atas kesejahteraan, Hak
turut serta dalam pemerintah, Hak wanita dan Hak anak .

Dengan begitu kasus Munir merupakan pelanggaran HAM yang harus di jadikan
pelajan untuk bangsa ini kedepannya agar lebih menghargai HAM itu sendiri. Untuk itu
diperlukan perhatian pemerintah yang mendalam dan pemahaman yang lebih dari seluruh
rakyat agar dapat bersama-sama menegakkan HAM di bangsa yang kita cintai ini.

8
DAFTAR PUSTAKA

-------------------, 2007, Konstitusi Dan Hak Asasi Manusia, Bahan disampaikan pada Lecture
Peringatan 10 Tahun KontraS. Bengkulu, 3 juli 2022.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,
bengkulu, 3 juli 2022

Anda mungkin juga menyukai