Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KEBIJAKAN RENCANA HARGA TIKET NAIK CANDI BOROBUDUR


DITUNDA, UMAT BUDDHA MINTA DIKEMBALIKAN SEBAGAI
TEMPAT IBADAH

DISUSUN OLEH:

1. LOVENA DWI APRILIA (2011150017)


2. OTOMO MANDALA PUTRA (1911150042)
3. PUTRI EKA AGUSTINA (1911150107)
4. CINTA SAPUTRI (2011150020)
5. FAHMI ARIP PADILAH (1911150075)
6. BONDAN GUNAWAN (1911150072)
7. TERA MEYLIZA (2011150022)
8. NOPIN SAPUTRA (1711150057)
9. ASPIKA TAWATI (1911150089)
10. LESITA ANDRIYANI (1911150021)

DOSEN PENGAMPU:

ZACKY ANTONY, MH

PRODI HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARIAH TAHUN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiin;
Puji dan syukur ke hadirat Ilahi Robbi. Shalawat dan salam kepada Junjungan Nabi
Muhammad SAW. Makalah ini sebagai panduan untuk memahami apa itu “KEBIJAKAN
KEBIJAKAN RENCANA HARGA TIKET NAIK CANDI BOROBUDUR DITUNDA,
UMAT BUDDHA MINTA DIKEMBALIKAN SEBAGAI TEMPAT IBADAH.
Tujuan lain dari penyusunan makalah ini juga untuk menambah wawasan tentang
hukum kebijkan publik . Sehingga besar harapan menjadi kontribusi positif bagi pengembang
wawasan pembaca.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak
yang membutuhkan. Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari tahap sempurna. Oleh
karena itu, saran dan kritik akan membangun penyusun untuk bisa lebih baik lagi.

BENGKULU, 10 JUNI 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I..................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. LANDASAN TEORI....................................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH....................................................................................................................4
BAB II.................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN....................................................................................................................................5
A. Umat buddha minta dikembalikan sebagai tempat ibadah.......................................................5
B. Balai Konservasi Borobudur tidak dilibatkan soal rencana harga baru tiket..............................8
C. Terlalu mahal kenaikannya........................................................................................................9
BAB III PENUTUP..................................................................................................................................15
A. Kesimpulan..................................................................................................................................15
B. Saran............................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN

A. LANDASAN TEORI

Banyak cara untuk melakukan pembatasan pengunjung, ketimbang menaikan tarif masuk
Candi Borobudur. Kenaikan tarif dapat ditetapkan sepanjang Candi Borobudur menjadi
destinasi konservasi sebagai upaya menghindari dari kerusakan.

Ramainya protes masyarakat dan kalangan anggota dewan di parlemen terhadap rencana
pemerintah menaikkan tarif tiket naik ke area stupa di Candi Borobudur sebesar Rp750 ribu
untuk wisatawan domestik membuat pemerintah berpikir ulang. Akhirnya, pemerintah
menunda sejenak sambil mengkaji ulang sebelum menerapkan kebijakan tersebut kepada
wisatawan domestik dan mancanegara.

“Kita postpone dulu. Tadi Pak Menteri (Luhut Binsar Pandjaitan, red) sudah


menyampaikan, 'Pak Gub itu kita postpone dulu, biar tidak terjadi cerita yang ke mana-
mana',” ujar Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagaimana dikutip dari Antara.

Kesepakatan menunda penerapan kebijakan kenaikan tarif masuk Candi Borobudur


tersebut setelah adanya pembicaraan antara Ganjar dengan Menteri Koordinator Bidang
Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Menurut Ganjar, diperlukan beberapa
langkah sebelum memberlakukan kenaikan tarif tiket tersebut. Lagipula banyak kalangan
yang protes terkait rencana kebijakan tersebut.

Ganjar menegaskan penerapan kenaikan harga tiket ke area stupa Candi Borobudur perlu
dikaji ulang bersama Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur dan Balai Konservasi
Borobudur. Hal ini tengah dikomunikasikan antara TWC dan Balai Konservasi Borobudur.
Sementara masyarakat diminta agar bersabar dan tak perlu risau.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Mengapa umat buddha minta dikembalikan sebagai tempat ibadah?
2. Mengapa balai konservasi Borobudur tidak dilibatkan soal rencana harga baru
tiket?
3. Mengapa harga tiket terlalu mahal kenaikannya?
BAB II

PEMBAHASAN

A. UMAT BUDDHA MINTA DIKEMBALIKAN SEBAGAI TEMPAT IBADAH

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo serta Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman
dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan sepakat menunda penerapan rencana pemberlakuan
harga tiket ke area stupa di Candi Borobudur sebesar Rp750.000 untuk wisatawan domestik.

"Kita postpone dulu. Tadi Pak Menteri (Luhut Binsar Pandjaitan) sudah menyampaikan,
'Pak Gub itu kita postpone dulu, biar tidak terjadi cerita yang ke mana-mana'," kata Ganjar
usai bertemu dengan Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan di Semarang, Selasa (07/06),
sebagaimana dilaporkan kantor berita Antara.

Sebelumnya Ganjar mengusulkan agar penerapan rencana pemberlakuan harga tiket area
stupa Candi Borobudur ditunda. Penerapan kenaikan harga tiket ke area stupa Candi
Borobudur, lanjut dia, perlu dikaji lagi bersama Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur dan
Balai Konservasi Borobudur.

"Saya sampaikan kepada beliau, ini banyak yang protes. Menurut saya diendapkan dan
beliau setuju. Ini soal tarif jangan dibicarakan dulu, di-postpone dulu, dan memang TWC
sama balai sedang komunikasi maka masyarakat tidak perlu resah. Itu penting untuk
disampaikan," ujarnya.

Rencana pemerintah memberlakukan tarif tiket ke area stupa Candi Borobudur untuk
pelancong lokal maupun mancanegara ditentang berbagai kalangan, termasuk pengamat
pariwisata dan Keluarga Cendekiawan Buddhis Indonesia.

Umat Buddha di Indonesia menilai situs bersejarah tersebut hendaknya 'diperkuat dari sisi
spiritual-keagamaan di masa mendatang' dan dikembalikan lagi ke fungsi utamanya sebagai
tempat peribadatan agama Buddha ketimbang pariwisata.

Itu mengapa mereka meminta perlu ada aturan yang lebih kuat soal siapa saja yang boleh
naik ke lokasi paling atas dari candi. "Seharusnya yang bisa naik ke struktur dan puncak
bangunan (arupadhatu) hanya umat Buddha yang sedang melakukan peribadatan seperti
pradaksina atau san bu yi bai," kata Pelaksana Harian DPP Keluarga Cendekiawan Buddhis
Indonesia, Eric Fernando kepada Quin Pasaribu yang melaporkan untuk BBC News
Indonesia, Senin (06/06).
Sedangkan terkait pemberlakuan harga tiket, menurut Eric, perlu dikaji ulang. "Upaya
untuk mengkomersialisasi Candi Borobudur dengan pemberlakuan tiket ke wisatawan untuk
naik ke struktur dan puncak bangunan (arupadhatu) harus dikaji ulang." "Jangan sampai
pengelolaan Candi Borobudur semakin jauh dari fungsi awalnya untuk peribadatan agama
Buddha."

Pengamat pariwisata, Azril Azhari, mengatakan Candi Borobudur sebagai objek wisata
dan tempat ibadah umat Buddha harus diperlakukan secara khusus dari tempat pariwisata
lainnya. Mulai dari lokasi mana saja yang boleh dimasuki pengunjung, durasi kunjungan,
jumlah pelancong, pengawasan hingga penegakkan hukumnya.

Sejauh pengamatannya empat hal itu tidak diatur dengan jelas dan tegas oleh pihak
pengelola. "Kalau pemerintah bilang membatasi jumlah kunjungan wisatawan sebanyak
1.200 orang per hari, itu kajiannya dari mana dulu. Coba dibuka. Sebab kalau menurut saya,
angka itu terlalu banyak untuk Candi Borobudur," jelas Azril Azhari saat dihubungi lewat
sambungan telepon.

Sebelumnya, penelitian yang pernah dilakukan Balai Konservasi Borobudur tahun 2009
menyebutkan jika merujuk pada daya tampung ideal maka jumlah pengunjung yang layak
masuk ke kawasan candi hanya 128 orang.

Tujuannya agar wisatawan bisa memperoleh kenyamanan dan secara leluasa dapat
menikmati keindahan Candi Borobudur, serta mencermati relief yang dipahat pada dinding
candi.

Kajian itu juga menyebutkan kalau tanpa memperhitungkan kenyamanan pengunjung dan
kelestarian candi dalam jangka panjang, Candi Borobudur bisa dinaiki oleh 1.391 orang.
Namun kondisi itu akan menimbulkan ketidaknyamanan karena berdesak-desakan dan
berpotensi mengancam kelestarian candi dalam jangka panjang.

Kedua, aturan soal seperti apa pergerakan para pengunjung agar tidak membebani
bangunan candi, juga perlu dibuat. "Pengunjung jangan sampai berhenti apalagi duduk di atas
stupa. Mereka harus jalan terus. Kalau orang berjalan, bebannya enggak terlalu berat. Kalau
berhenti beban ke bawah berat sekali."
Begitu pula terkait durasi kunjungan, agar dibatasi. "Kalau sekarang tidak ada batasan,
dari pagi sampai sore boleh saja di sana. Harusnya dibatasi saja pengunjung hanya boleh
sekian jam, jadi ada istirahatnya."

Sayangnya kata Azril, pengawasan terhadap perilaku dan pergerakan pelancong tidak ada
yang memantau sehingga kerap terjadi aksi vandalisme. "Penegakkan hukum di Indonesia itu
sangat-sangat rendah." Itu mengapa, katanya, rencana pemerintah menaikkan harga tiket
tidak ada sangkut pautnya dengan upaya menjaga situs warisan dunia tersebut.

"Kita membayar tiket, maka layanan seperti apa yang akan didapat pengunjung? Itu
intinya." "Sekarang kalau tiket masuk Rp50.000 pelayanan sama dengan yang didapat dengan
harga tiket Rp750.000 buat apa? Kecuali dengan harga sebesar itu pengunjung mendapat
atraksi berupa visual reality tentang sejarah Candi Borobudur, bagus itu."

"Tapi kalau hanya foto, jalan-jalan, jadi berat. Jadi harga segitu equal tidak dengan
layanan yang didapat?" Azril meminta pemerintah belajar pada pengelolaan wisata sekaligus
tempat ibadah umat Hindu di Bali seperti Tanah Lot.

Di sana, pengunjung yang masuk ke area pura Tanah Lot atau hanya berkeliling halaman
pura, harus memakai kain dan udeng sebagai bentuk penghormatan atau kesopanan. "Di sana
antara agama dan wisata, tidak berbenturan."

Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Gadjah Mada, Prof Dr Sri Margana, sepakat bahwa
"membatasi kunjungan untuk preservasi heritage yang sudah ribuan tahun umurnya itu baik".
Pembatasan pengunjung juga perlu karena, menurutnya, setiap tahun jumlah wisatawan di
Borobudur semakin berjubel di area yang terbatas sehingga pengunjung tidak bisa menikmati
kunjungannya dengan nyaman.

Akan tetapi, dia tidak sepakat dengan rencana kenaikan harga tiket bagi wisatawan
domestik hingga mencapai Rp750.000. "Membatasi kunjungan dengan cara menaikkan tiket
secara ugal-ugalan itu juga akal-akalan saja, mau melindungi obyeknya tetapi tidak mau
berkurang penghasilannya," kata pria yang berfokus pada bidang ilmu sejarah dan arkeologi
tersebut.

Ada dua solusi yang dia tawarkan untuk membatasi kunjungan, alih-alih menaikkan harga
tiket hingga ratusan ribu rupiah. "Masih ada cara yang lebih bijak, yaitu dengan membatasi
kuota kunjungan, khususnya bagi para pengunjung rombongan dengan melakukan reservasi
lebih dulu.
"Atau mengatur aliran pengunjung sedemikian rupa sehingga tidak merusak heritage.
Misalnya membedakan tiket bagi mereka yang ingin naik ke candi atau hanya berkeliling di
sekitar candi," paparnya. Rencana peningkatan harga tiket naik Candi Borobudur
disampaikan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar
Pandjaitan, pada Sabtu (04/06).

Saat menyampaikan wacana tersebut di kawasan Candi Borobudur, Luhut menekankan


bahwa pembatasan pengunjung perlu dilakukan. "Kenapa kita lakukan itu, karena
rekomendasi dari UNESCO dan pakar, telah terjadi penurunan dan keausan batu (Candi
Borobudur)," ucapnya. Luhut memperkirakan tarif baru tiket naik Candi Borobudur berlaku
mulai sebulan ke depan.

B. BALAI KONSERVASI BOROBUDUR TIDAK DILIBATKAN SOAL RENCANA


HARGA BARU TIKET
Kepala Balai Konservasi Borobudur, Wiwit Kasiyati, mengaku pihaknya tidak dilibatkan
dalam rencana harga baru tiket naik Candi Borobudur. "Saya tidak tahu sebenarnya apakah
kajiannya sudah ada atau belum. Mestinya ada pembicaraan. Hitungannya bagaimana,
kajiannya bagaimana, kami tidak tahu. Kami tidak dilibatkan. Cuma kami menyampaikan
dengan adanya pemandu dan sandal [di candi] tentu harganya beda. Tapi harganya naik
segitu banyaknya kami tidak tahu," kata Wiwit.
Lepas dari rencana tarif Rp750.000 untuk wisatawan lokal, Wiwit menekankan bahwa
pihaknya ingin meninggalkan konsep turisme massal dan menyasar pariwisata yang
berkualitas. "Itu sudah ibaratnya harus segera dilakukan, harga mati itu. Kalau kita tidak
segera lakukan, kerusakan akan semakin meningkat," tegasnya dalam wawancara dengan
wartawan Hilman Hamdoni yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.

"Ada pengunjung yang meninggalkan vandalisme atau sampah atau makanan yang
terbawa. Ada juga permen karet. Ada relief teratai di bawah yang aus karena diinjak-injak
pengunjung yang ingin merogoh stupa," katanya lagi.

Balai Konservasi Borobudur sendiri telah melakukan kajian mengenai daya dukung fisik
atau physical carrying capacity Candi Borobudur. Kata Wiwit, kapasitas ideal kunjungan
turis ke Borobudur dalam sehari adalah 1.259 orang. Kunjungan para wisatawan,
menurutnya, secara ideal harus ditemani dengan pemandu dan memakai sandal khusus agar
tidak merusak struktur candi.

Sebelum pandemi, Borobudur pernah dikunjungi hingga 55.000 orang dalam sehari. Jika
pembatasan kunjungan dilakukan, menurutnya, bisa jadi berdampak positif untuk para
pedagang di sekitar kawasan Borobudur—yang tetap terbuka untuk dikunjungi.

"Konsep kami itu Pembatasan dan Penyebaran. Jadi yang tidak bisa naik ke zona satu
(candi) nanti bisa diarahkan berkunjung ke kawasan Borobudur, biar masyarakat bisa
mendapatkan kesejahteraan juga. Borobudur menjadi magnetnya. Tapi lampu-lampu kecilnya
ada di kawasan," tutup Wiwit.

C. TERLALU MAHAL KENAIKANNYA

Ketua Perkumpulan Ahli Arkeologi Indonesia, Marsis Sutopo, menilai kebijakan


kenaikan harga harus dikaji secara mendalam. "[Pembatasan kunjungan dengan menaikkan
harga tiket] itu bagus buat [kelestarian]) candi. Karena orang jadi berpikir ulang kalau mau
naik candi. Tapi bagaimana dengan masyarakat lokal? Pelaku pariwisata lokal?"

Berita mengenai kenaikan harga tiket itu, menurutnya, bisa jadi membuat wisatawan
gentar. "Wisatawan sudah ditembak dulu dengan psikologi harga: 'harganya mahal ya,
mending kita nggak usah ke sana, deh." Dan ujung-ujungnya yang rugi adalah warga lokal
yang menggantungkan ekonominya pada pariwisata di Borobudur," kata Marsis.
Association of The Indonesian Tours And Travel Agencies (Asita) Jawa Tengah sangat
menyayangkan rencana penerapan tarif baru tiket naik kawasan Candi Borobudur. "Ini terlalu
mahal kenaikannya," kata Penasihat Asita Jawa Tengah, Daryono, kepada wartawan di Solo,
Fajar Sodiq, yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.

Harga kenaikan tersebut, menurut dia, akan sangat memberatkan untuk para wisatawan
lokal. Tak hanya itu, kenaikan harga tiket juga diprediksi bakal membuat para pelaku usaha
perjalanan wisata mengalami kerugian pasalnya para biro wisata telah memesan tiket
destinasi wisata untuk konsumen setahun sebelumnya.

Sebelum menaikkan harga tiket, ia meminta kepada pemerintah untuk mengajak bicara
dengan para pemangku kepentingan di sektor wisata dan industri. "Hendaknya semua
stakeholder diajak ngomonglah biar bisa kasih masukan-masukan agar tidak merugikan
semua pihak, mulai dari turis lokal, biro perjalanan dan lainnya," kata dia.

Sementara itu, salah satu pedagang asongan kacamata di kompleks Candi Borobudur,
Rokhani, juga menyayangkan rencana kenaikan tarif tersebut. Menurutnya kenaikan itu
terlalu tinggi dan akan berdampak terhadap penurunan jumlah wisatawan yang berkunjung ke
Candi Borobudur. "Itu kan terlalu mahal dan kami merasa keberatan," keluh perempuan
berusia 44 tahun tersebut.

Sedangkan terkait kebijakan tarif tiket pelajar yang tidak mengalami lonjakan tinggi, ia
mengaku bahwa keberadaan wisatawan pelajar tidak seperti wisatawan dewasa dalam negeri.
"Kalau untuk siswa kan cuma masa liburan. Sedangkan setiap harinya itu banyak yang
domestik dan mancanegara," ujarnya.

Ia pun meminta kepada pemerintah untuk membatalkan rencana tersebut. Pasalnya, saat
ini kondisi kunjungan wisatawan Candi Borobudur sudah mulai normal setelah dua tahun
terpuruk karena pandemi.

"Ini baru mau bangkit ekonomi para pedagang kecil di Borobudur, terus nanti kalau naik
tarifnya bakal sepi dan ekonomi melemah lagi. Dua tahun nggak ada pemasukan selama
pandemi," kata dia.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar
Pandjaitan, menyatakan pemerintah akan membatasi pengunjung Candi Borobudur dan
menerapkan tarif baru tiket naik candi bagi wisatawan asing maupun domestik. Adapun tiket
masuk ke kawasan candi akan tetap mengikuti harga yang berlaku.

Menurut Luhut, turis domestik akan dikenai biaya tiket seharga Rp750.000 untuk naik ke
candi. Saat ini, tarif tiket wisatawan lokal dipatok sebesar Rp50.000 untuk usia di atas 10
tahun. Lalu anak usia 3-10 tahun dikenakan tarif masuk Rp25.000, dan anak di bawah tiga
tahun tidak dikenakan biaya.

Adapun untuk wisatawan mancanegara, lanjut Luhut, bakal dikenakan tarif US$100 atau
setara dengan Rp1.443.000 (kurs Rp 14.400). Saat ini, wisatawan asing dewasa diharuskan
membayar sebesar Rp350.000 dan untuk turis asing anak-anak dikenai biaya Rp210.000.

Sebagai perbandingan, harga tiket masuk Candi Angkor Wat di Kamboja mencapai
US$37 (Rp534.000) untuk satu hari; US$62 (Rp894.877) untuk tiga hari; serta US$72
(Rp1,04 juta) untuk tujuh hari. Sementara itu, harga tiket masuk Tembok Raksasa di China
bervariasi, mulai dari 25 yuan (Rp54.000) sampai 65 yuan (Rp140.861).

Dengan kenaikan biaya tiket, Luhut mengaku hendak membatasi jumlah kunjungan
wisatawan yang ingin naik ke Candi Borobudur sebanyak 1.200 orang per hari. "Langkah ini
kami lakukan semata-mata demi menjaga kelestarian kekayaan sejarah dan budaya
nusantara," jelas Luhut dalam akun Instagramnya pada Sabtu (04/06).
Selain tiket naik candi yang ditingkatkan, lanjut Luhut, semua wisatawan yang masuk ke
Candi Borobudur diwajibkan menggunakan jasa pemandu dari warga lokal. "Semua turis
juga nantinya harus menggunakan tour guide dari warga lokal sekitar kawasan Borobudur, ini
kami lakukan demi menyerap lapangan kerja baru sekaligus menumbuhkan sense of
belonging (rasa memiliki) terhadap kawasan ini," papar Luhut.

"Sehingga rasa tanggung jawab untuk merawat dan melestarikan salah satu situs sejarah
nusantara ini bisa terus tumbuh dalam sanubari generasi muda di masa mendatang,"
sambungnya. Jumlah pengunjung Candi Borobudur mulai meningkat akhir-akhir ini setelah
sempat menurun drastis pada awal pandemi.

Manajer Umum Taman Wisata Candi Borobudur, Aryono Hendro Malyanto, mengatakan
kepada media bahwa jumlah pengunjung cukup signifikan saat Lebaran hari kedua pada
Selasa (3/5), yaitu 16.537 pengunjung. Sedangkan pada Lebaran hari pertama, Senin (2/5)
jumlah pengunjung mencapai 6.785 orang.

Kemudian pada Rabu (4/5) pengunjung meningkat lagi menjadi 27.332 orang dan
puncaknya pada Kamis (5/5) yang mencapai 31.089 orang terdiri dari 31.050 orang
wisatawan domestik dan 39 orang wisatawan mancanegara.

Aryono Hendro Malyanto menyebutkan pada 2020 kunjungan wisata ke Candi Borobudur
sekitar 990 orang dan tahun 2021 sebanyak 420 orang. Angka tersebut jauh di bawah angka
pengunjung sebelum pandemi, yakni pada 2019 sebanyak 3,8 juta orang.

Rencana pemerintah menaikkan harga tiket masuk Candi Borobudur menuai polemik dari
berbagai kalangan. Termasuk pengamat pariwisata dan Keluarga Cendekiawan Buddhis
Indonesia.

Umat Buddha di Indonesia menilai situs bersejarah tersebut hendaknya 'diperkuat dari sisi
spiritual-keagamaan di masa mendatang'. Mereka juga meminta Candi Borobudur
dikembalikan lagi ke fungsi utamanya, yakni tempat peribadatan agama Buddha, daripada
pariwisata.

"Seharusnya yang bisa naik ke struktur dan puncak bangunan (arupadhatu) hanya umat
Buddha yang sedang melakukan peribadatan seperti Pradaksina atau San Bu Yi Bai," ujar
Pelaksana Harian DPP Keluarga Cendekiawan Buddhis Indonesia Eric Fernando.
Eric lantas mengatakan soal kenaikan harga tiket perlu dikaji ulang. "Jangan sampai
pengelolaan Candi Borobudur semakin jauh dari fungsi awalnya untuk peribadatan agama
Buddha," kata Eric.

Sementara pengamat pariwisata Azril Azhari mengatakan Candi Borobudur sebagai objek
wisata dan tempat ibadah umat Buddha harus diperlakukan secara khusus dibandingkan
tempat pariwisata lainnya. Mulai dari lokasi mana saja yang boleh dimasuki pengunjung,
durasi kunjungan, jumlah pelancong, pengawasan hingga penegakkan hukumnya.

Sejauh pengamatan Azril, empat hal tersebut tidak diatur dengan jelas dan tegas oleh
pihak pengelola Borobudur. "Kalau pemerintah bilang membatasi jumlah kunjungan
wisatawan sebanyak 1.200 orang per hari, itu kajiannya dari mana dulu. Coba dibuka. Sebab,
kalau menurut saya, angka itu terlalu banyak untuk Candi Borobudur," ungkap Azril.

Menurut Azril, rencana pemerintah menaikkan harga tiket masuk Borobudur menjadi Rp
7750 ribu tidak ada sangkut pautnya dengan upaya menjaga situs warisan dunia tersebut.
"Sekarang kalau tiket masuk Rp 50.000, pelayanan sama dengan yang didapat dengan harga
tiket Rp 750.000, buat apa? Kecuali dengan harga sebesar itu, pengunjung mendapat atraksi
berupa visual reality tentang sejarah Candi Borobudur. Bagus itu," ungkap Azril.

"Tapi kalau hanya foto, jalan-jalan, jadi berat. Jadi, harga segitu (Rp 750 ribu) equal tidak
dengan layanan yang didapat?" lanjut Azril.

Azril lantas meminta pemerintah belajar pada pengelolaan wisata sekaligus tempat ibadah
umat Hindu di Bali seperti Tanah Lot. Di sana, pengunjung yang masuk ke area pura Tanah
Lot atau hanya berkeliling halaman pura harus memakai kain dan udeng sebagai bentuk
penghormatan atau kesopanan.

Sejak Selasa (7/6/2022), tagar Borobudur menjadi trending topic di media sosial. Hal itu
merupakan aksi protes yang dilakukan masyarakat terkait rencana kenaikan harga tiket Candi
Borobudur menjadi Rp 750 ribu.

Menanggapi banyaknya polemik dari masyarakat, Gubernur Jawa Tengah Ganjar


Pranowo serta Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar
Panjaitan bertemu untuk membahas kenaikan harga tiket masuk Candi Borobudur.
Dalam pertemuan itu, Ganjar dan Luhut sepakat untuk menunda pemberlakuan kenaikan
harga tiket Candi Borobudur. Kesepakatan dicapai setelah keduanya bertemu di kediaman
Rumah Dinas Gubernur Jateng, Semarang, Selasa (7/6/2022).

"Kami postpone dulu. Tadi Pak Menteri (Luhut Binsar Panjaitan) sudah menyampaikan,
'Pak Gub itu kita postpone dulu, biar tidak terjadi cerita yang ke mana-mana'," kata Ganjar.

Ganjar juga mengatakan bahwa penerapan kenaikan harga tiket ke area stupa Candi
Borobudur perlu dikaji lagi bersama Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur dan Balai
Konservasi Borobudur.

"Saya sampaikan kepada beliau, ini banyak yang protes. Menurut saya, diendapkan dan
beliau setuju. Ini soal tarif jangan dibicarakan dulu, di-postpone dulu, dan memang TWC
sama balai sedang komunikasi. Maka masyarakat tidak perlu resah. Itu penting untuk
disampaikan," terang Ganjar.

Di sisi lain, sebelumnya Ganjar telah memberikan penjelasan terkait dengan rencana yang
beredar tersebut, yakni rencana harga tiket Rp 750 ribu. Harga itu khusus untuk wisatawan
lokal yang hendak naik ke bangunan atau area stupa Candi Borobudur.

Sedangkan tiket masuk Candi Borobudur untuk wisatawan lokal dewasa sebesar Rp 50
ribu. Namun, wisatawan yang membayar tiket masuk Rp 50 ribu hanya sampai di pelataran
Candi Borobudur atau tidak dapat naik ke area stupa Candi Borobudur.

Seperti diketahui, rencana peningkatan harga tiket naik Candi Borobudur disampaikan
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan pada Sabtu
(4/6/2022). Saat menyampaikan wacana itu, Luhut menekankan bahwa pembatasan
pengunjung perlu dilakukan.

"Kenapa kita lakukan itu? Karena rekomendasi dari UNESCO dan pakar, telah terjadi
penurunan dan keausan batu (Candi Borobudur)," ucap Luhut. Kerusakan itu dinilai karena
tidak ada pembatasan pengunjung yang naik ke Candi Borobudur.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam pertemuan itu, Ganjar dan Luhut sepakat untuk menunda pemberlakuan
kenaikan harga tiket Candi Borobudur. Kesepakatan dicapai setelah keduanya bertemu di
kediaman Rumah Dinas Gubernur Jateng, Semarang.
Ganjar juga mengatakan bahwa penerapan kenaikan harga tiket ke area stupa Candi
Borobudur perlu dikaji lagi bersama Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur dan Balai
Konservasi Borobudur.
B. SARAN
Daripada tarif naik candi dinaikkan, lebih baik umat Buddha bersabar menunggu
antrean untuk bisa naik Candi Borobudur. Biarlah umat Buddha sabar menanti antrean bisa
naik ke atas candi kita sendiri. Seperti halnya saudara-saudara muslim yang juga sabar
menanti antrean naik haji sampai beberapa tahun.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.detik.com/jateng/wisata/d-6113810/saran-sangha-theravada-indonesia-soal-
polemik-tiket-borobudur-rp-750-ribu
https://www.malangtimes.com/baca/80589/20220608/091200/kenaikan-harga-tiket-candi-
borobudur-ditunda-umat-buddha-minta-dikembalikan-ke-fungsi-utama-sebagai-
tempat-ibadah
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-61694042

Anda mungkin juga menyukai