Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL / LAPORAN

“Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN)


Untuk Menurunkan Angka Kesakitan dan
Kematian Anak di Posyandu Melati
Kelurahan Bandar Lor Kota Kediri”

BIDANG KEGIATAN:
PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

Disusun oleh:
Ketua Pelaksana
Bd. Miftakhur Rohmah., SST.,M.Keb 0704128701

Anggota :

1. Grezella S.I Pian (1931B0008)


2. Indah Sekarsari (1931B0009)
3. Intan Dyah Permata W. (1931B0010)
4. Rosalinda Rika (2031B1004)

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN STRADA INDONESIA
2022
LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Kegiatan : Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) Untuk


Menurunkan Angka Kesakitan dan Kematian Anak di
Posyandu Melati Kelurahan Bandar Lor Kota Kediri

2. Bidang Ilmu : Kebidanan


3. Bidang Kegiatan : Pengabdian Kepada Masyarakat
4. Ketua Pelaksana
a. Nama Lengkap & Gelar : Bd. Miftakhur Rohmah., SST.,M.Keb
b. NIK : 13.07.10.091
c. NIDN : 0704128701
5. Anggota Pelaksana : 1. Grezella S.I Pian (1931B0008)
2. Indah Sekarsari (1931B0009)
3. Intan Dyah Permata W. (1931B0010)
4. Rosalinda Rika (2031B1004)
6. TempatPelaksanaan : Posyandu Melati Kelurahan Bandar Lor Kota Kediri
7. Hari, Tanggal : Senin, 08 Agustus 2022
8. Biaya : Rp. 2.500.000

Mengetahui,
Kelurahan Bandar Lor Kota Kediri Ketua Pelaksana
Kepala Desa

Wasis Tri Yuliantoko, S.Pd Bd. Miftakhur Rohmah., SST.,M.Keb


N I P : 19710713 200801 1 009 NIDN. 0704128701
Fakultas Keperawatan & Kebidanan IIK STRADA INDONESIA
Dekan Ka LPPM

Dr Byba Melda Suhita.,S.Kep.,Ns.,M.Kes Heri Saputro.,S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIDN. 0707037901 NIDN. 0728128502

INSTITUT ILMU KESEHATAN STRADA INDONESIA


Rektor

Dr. dr H. Sentot Imam Suprapto,.MM


NIDK. 8842201019

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. karena atas
Berkat dan Karunianya, kami dapat melaksanakan kegiatan dan menyelesaikan laporan
Pengabdian Kepada Masyarakat dengan judul “Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN)
Untuk Menurunkan Angka Kesakitan dan Kematian Anak di Posyandu Melati
Kelurahan Bandar Lor Kota Kediri”.
Penyusunan Laporan ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan serta arahan dari

ii
berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini kami mengucapkan rasa hormat dan
terima kasih kepada:

1. Rektor IIK STRADA Indonesia yang telah memberikan dukungan dalam yang
telah memberikan dukungan, saran, dan arahan sehingga kegiatan ini dapat
terlaksana dengan baik.
2. Kepala Desa Kelurahan Bandar Lor Kota Kediri, yang telah memfasilitasi dan
memberikan arahan serta ijin selama kegiatan
3. Ketua Lembaga Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat IIK STRADA
Indonesia yang telah menyetujui dan memberikan arahan selama persiapan dan
pelaksanaan kegiatan ini.
4. Dekan Fakultas Keperawatan & Kebidanan yang telah telah menyetujui dan
memberikan arahan selama persiapan dan pelaksanaan kegiatan ini.
5. Dosen Pembimbing Yang Telah memberikan masukan, bimbingan dan arahan mulai
dari persiapan, pelaksanaan sampai dengan terselesaikannya Laporan Kegiatan
pengabdian kepada masyarakat
6. Peserta Pengabdian Masyarakat dan Semua pihak yang telah b e r p a r t i s i p a s i d a n
memberikan bantuan kepada penulis

Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih
banyak kendala yang dijumpai dilapangan, untuk itu kami mengharapkan masukan
konstruktif demi kesempurnaan laporan kegiatan selanjutnya dan diharapkan adanya
program tindak lanjut agar manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat yang lebih luas.
Akhir kata, kami berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan ini membawa man faat bagi
lnstitusi dan pengembangan Ilmu Kebidanan secara khusus.

Kediri, 8 Agustus 2022

Penulis

DAFTAR ISI

A. SAMPUL DEPAN (JUDUL).........................................................................i


B. HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ii
C. KATA PENGANTAR....................................................................................iii
D. DAFTAR ISI..................................................................................................iv
E. BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1

iii
1. Latar Belakang...................................................................................1
2. Rumusan Masalah..............................................................................2
3. Tujuan.................................................................................................2
4. Manfaat...............................................................................................2
F. BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................3
G. BAB III METODE KEGIATAN...................................................................20
H. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................
I. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................
J. DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................
K. LAMPIRAN...................................................................................................
1. Surat Permohonan Ijin Pengmas.........................................................
2. Surat Balasan dari Lahan....................................................................
3. Surat Keputusan..................................................................................
4. Surat Tugas Perjalanan Dinas.............................................................
5. Biodata Ketua dan Biodata Anggota..................................................
6. Rincian Anggaran Biaya.....................................................................
7. Jadwal Kegiatan Pelaksanaan.............................................................
8. Daftar Hadir Peserta...........................................................................
9. Dokumentasi.......................................................................................

iv
BAB I
PENDAHULUAN

Institut Kesehatan IIK STRADA Indonesia mengemban Tugas Tri Dharma Perguruan
Tinggi yang meliputi kegiatan Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian dan Pengabdian
Kepada Masyarakat. Program Studi D-III Kebidanan memiliki program pengabdian kepada
masyarakat yang diselenggarakan oleh dosen sesuai dengan Visi Misi lnstitusi serta
Roadmap Keilmuan. Dalam prograrn ini kami melaksanakan kegiatan pengabdian kepada
masyarakat dengan judul “Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) Untuk Menurunkan
Angka Kesakitan dan Kematian Anak di Posyandu Melati Kelurahan Bandar Lor Kota
Kediri”.
A. Analisis Situasi
Kelurahan Bandar Lor merupakan sebuah desa di wilayah Kecamatan Mojoroto, Kota
Kediri, Provinsi Jawa Timur, yang berada di sisi sebelah utara Jl. Kartini, Sebelah selatan
Bakso Lestari dan timur Percetakan Risguna, sebelah barat yaitu Paud KB Tunas Bangsa GS.
Situasi pandemi yang terjadi selama tahun 2020-2021 mengakibatkan turunnya tren
imunisasi anak secara signifikan. Masyarakat merasa kesulitan untuk mendapatkan imunisasi
anak, dikarenakan stok vaksin anak tidak tersedia secara maksimal. Hal ini merupakan imbas
dari alokasi anggaran kesehatan yang dialihkan ke penanganan COVID-19. Disamping itu,
para orangtua khawatir akan penularan COVID-19 yang lebih rentan terjadi di fasilitas
Kesehatan. Sehingga tidak banyak masyarakat yang datang ke fasilitas kesehatan untuk
mendapatkan imunisasi lengkap pada anak.
Laporan imunisasi rutin tahun 2021 menunjukkan penurunan cakupan imunisasi dasar
lengkap sebesar 9,5% dari 93,7% (2019) menjadi 84,2% (2021), serta terjadi penurunan
cakupan campak rubella baduta sebesar 14,2% dari 72,7% (2019) menjadi 65,3% (2020).
Kemudian terjadi penurunan cakupan campak-rubella baduta sebesar 6,8% dari 65,3% (2020)
menjadi 58,5% (2021).
Dampak dari penurunan cakupan tersebut adalah peningkatan jumlah anak yang
belum lengkap status imunisasinya mengakibatkan peningkatan jumlah kasus PD3I dan
terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB PD3I) seperti campak, rubella, dan difteri dibeberapa
wilayah.
Berdasarkan hal tersebut, Pemerintah berupaya melaksanakan program Bulan
Imunisasi Anak Nasional (BIAN) untuk menutup kesenjangan imunitas, pemberian imunisasi
yang dilaksanakan secara terintegrasi.

1
Menindaklanjuti Program Pemerintah tersebut, Dinas Kesehatan Kota Kediri
melaksanakan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) bertempat di Kelurahan Bandar Lor
Kota Kediri pada Senin 8/8/2022.

B. Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Imunisasi
merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya penyakit menular yang merupakan
salah satu kegiatan prioritas Kementerian Kesehatan sebagai salah satu bentuk nyata
komitmen pemerintah untuk mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya
untuk menurunkan angka kematian pada anak (Kementrian Kesehatan, 2017)
Kegiatan Imunisasi diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Mulai tahun 1977
kegiatan Imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi (PPI) dalam rangka
pencegahan penularan terhadap beberapa Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
(PD3I) yaitu Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Campak, Polio, Tetanus serta Hepatitis B.
Beberapa penyakit yang saat ini menjadi perhatian dunia dan merupakan komitmen global
yang wajib diikuti oleh semua negara adalah eradikasi polio (ERAPO), eliminasi campak dan
rubela dan Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (ETMN) (Kementrian Kesehatan, 2017)
C. Tujuan Kegiatan
1. Tujuan Umum
Mencegah timbulnya Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Sasaran
dari BIAN yaitu pemberian imunisasi lengkap saat bayi, bayi dibawah dua tahun (baduta) dan
pelaksanaan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).
2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui imunisasi di Indonesia?
b) Untuk mengetahui dasar huum penyelenggaraan imunisasi.
c) Untuk mengetahui tujuan dari imunisasi.
d) Untuk mengetahui pengertian imunisasi.
e) Untuk mengetahui manfaat imunisasi.
f) Untuk mengetahui jenis enyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
g) Untuk mengetahui jenis-jenis imunisasi.
h) Untuk mengetahui jadwal imunisasi.
i) Untuk mengetahui pengertian KIPI.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Imunisasi Di Indonesia

Di Indonesia, program imunisasi diatur oleh Kementerian Kesehatan Republik


Indonesia. Pemerintah, bertanggungjawab menetapkan sasaran jumlah penerima imunisasi,
kelompok umur serta tatacara memberikan vaksin pada sasaran. Pelaksaan program imunisasi
dilakukan oleh unit pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta. Institusi swasta dapat
memberikan pelayanan imunisasi sepanjang memenuhi persyaratan perijinan yang telah
ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan, Di Indonesia pelayanan imunisasi dasar/ imunisasi
rutin dapat diperoleh pada :
1. Pusat pelayanan yang dimiliki oleh pemerintah, seperti Puskesmas, Posyandu,
Puskesmas pembantu, Rumah Sakit atau Rumah Bersalin
2. Pelayanan di luar gedung, namun diselenggarakan oleh pemerintah misalnya pada saat
diselenggarakan program Bulan Imunisasi Anak Sekolah, pekan Imunisasi Nasional,
atau melalui kunjungan dari rumah ke rumah.
3. Imunisasi rutin juga dapat diperoleh pada bidan praktik swasta dokter praktik swasta
atau rumah sakit swasta.
B. Dasar Hukum Penyelenggaraan Program Imunisasi
Dasar hukum penyelenggaraan program imunisasi :
1. Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
2. Undang-undang No. 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular.
3. Undang-undang No. 1 tahun 1962 tentang Karantina Laut.
4. Undang-undang No. 2 tahun 1962 tentang Karantina Udara.
5. Keputusan Menkes No. 1611/Menkes/SK/XI/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Imunisasi.
6. Keputusan Menkes No. 1626/ Menkes/SK/XII/2005 tentang Pedoman Pemantauan
dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KIPI).

C. Tujuan Imunisasi Di Indonesia

1. Tujuan Umum
Turunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian bayi akibat PD3I.
2. Tujuan Khusus
a. Program Imunisasi

3
1) Tercapainya target Universal Child Immunization yaitu
1) Cakupan imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di 100% desa/
kelurahan pada tahun 2010
2) Tercapainya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (insiden di bawah 1 per
1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun) pada tahun 2005.
3) Eradikasi polio pada tahun 2008.
4) Tercapainya reduksi campak (RECAM) pada tahun 2005.
b. Program Imunisasi Meningitis Meningokus
Memberikan kekebalan tubuh terhadap penyakit Meningitis Meningokokus tertentu, sesuai
dengan vaksin yang diberikan pada calon jemaah haji.
c. Program Imunisasi Demam Kuning
Memberikan kekebalan efektif bagi semua orang yang melakukan perjalanan berasal dari
atau ke negara endemis demam kuning sehingga dapat mencegah masuknya penyakit demam
kuning di Indonesia.
d. Program Imunisasi Rabies
Menurunkan angka kematian pada kasus gigitan hewan penular rabies.
D. Pengertian Imunisasi
Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit menular khususnya
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yang diberikan kepada tidak hanya
anak sejak bayi hingga remaja tetapi juga pada dewasa. Cara kerja imunisasi yaitu dengan
memberikan antigen bakteri atau virus tertentu yang sudah dilemahkan atau dimatikan
dengan tujuan merangsang sistem imun tubuh untuk membentuk antibodi. Antibodi
menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif sehingga dapat mencegah
atau mengurangi akibat penularan PD3I tersebut. (Depkes, 2016)
Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme yang sudah
mati atau masih hidup yang dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, atau berupa toksin
mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid atau protein rekombinan, yang
ditambahkan dengan zat lainnya, yang bila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan
kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu. (Kemkes,2017)
E. Manfaat Imunisasi
1. Untuk anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan
cacat atau kematian.

4
2. Untuk keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit.
Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani
masa kanak-kanak yang nyaman.
3. Untuk negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal
untuk melanjutkan pembangunan negara.

F. Jenis-jenis penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi

1. TBC (Tuberculosis).
Penularan penyakit TBC terhadap seorang anak dapat terjadi karena terhirupnya
percikan udara yang mengandung kuman TBC. Kuman inii dapat menyerang berbagai organ
tubuh, seperti paru-paru (paling sering terjadi), kelenjar getah bening, tulang, sendi, ginjal,
hati, atau selaput otak (yang terberat). Pemberian imunisasi BCG sebaiknya dilakukan pada
bayi yang baru lahir sampai usia 12 bulan, tetapi imunisasi ini sebaiknya dilakukan sebelum
bayi berumur 2 bulan. Imunisasi ini cukup diberikan satu kali saja. Bila pemberian imunisasi
ini “berhasil,” maka setelah beberapa minggu di tempat suntikan akan timbul benjolan kecil.
Karena luka suntikan meninggalkan bekas, maka pada bayi perempuan, suntikan sebaiknya
dilakukan di paha kanan atas. Biasanya setelah suntikan BCG diberikan, bayi tidak menderita
demam.
2. Difteri.
Penyakit Difteri adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Corynebacterium Diphteriae. Mudah menular dan menyerang terutama saluran napas bagian
atas dengan gejala Demam tinggi, pembengkakan pada amandel (tonsil ) dan terlihat selaput
putih kotor yang makin lama makin membesar dan dapat menutup jalan napas. Racun difteri
dapat merusak otot jantung yang dapat berakibat gagal jantung. Penularan umumnya melalui
udara (betuk/bersin) selain itu dapat melalui benda atau makanan yang
terkontamiasi.Pencegahan paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan dengan tetanus
dan pertusis sebanyak tiga kali sejak bayi berumur dua bulan dengan selang penyuntikan
satu–dua bulan. Pemberian imunisasi ini akan memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
difteri, pertusis dan tetanus dalam waktu bersamaan. Efek samping yang mungkin akan
timbul adalah demam, nyeri dan bengkak pada permukaan kulit, cara mengatasinya cukup
diberikan obat penurun panas
3. Pertusis
Penyakit Pertusis atau batuk rejan atau dikenal dengan “ Batuk Seratus Hari “ adalah
penyakit infeksi saluran yang disebabkan oleh bakteri Bordetella Pertusis. Gejalanya khas

5
yaitu batuk yang terus menerus sukar berhenti, muka menjadi merah atau kebiruan dan
muntah kadang-kadang bercampur darah. Batuk diakhiri dengan tarikan napas panjang dan
dalam berbunyi melengking.Penularan umumnya terjadi melalui udara (batuk/bersin).
Pencegahan paling efektif adalah dengan melakukan imunisasi bersamaan dengan Tetanus
dan Difteri sebanyak tiga kali sejak bayi berumur dua bulan dengan selang pentuntikan.
4. Tetanus
Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yan berbahaya karena mempengaruhi
sistim urat syaraf dan otot. Gejala tetanus umumnya diawali dengan kejang otot rahang
(dikenal juga dengan trismus atau kejang mulut) bersamaan dengan timbulnya
pembengkakan, rasa sakit dan kaku di otot leher, bahu atau punggung. Kejang-kejang secara
cepat merambat ke otot perut, lengan atas dan paha. Neonatal tetanus umumnya terjadi pada
bayi yang baru lahir. Neonatal tetanus menyerang bayi yang baru lahir karena dilahirkan di
tempat yang tidak bersih dan steril, terutama jika tali pusar terinfeksi. Neonatal tetanus dapat
menyebabkan kematian pada bayi dan banyak terjadi di negara berkembang. Sedangkan di
negara-negara maju, dimana kebersihan dan teknik melahirkan yang sudah maju tingkat
kematian akibat infeksi tetanus dapat ditekan. Selain itu antibodi dari ibu kepada jabang
bayinya yang berada di dalam kandungan juga dapat mencegah infeksi tersebut. Infeksi
tetanus disebabkan oleh bakteri yang disebut dengan Clostridium tetani yang memproduksi
toksin yang disebut dengan tetanospasmin. Tetanospasmin menempel pada urat syaraf di
sekitar area luka dan dibawa ke sistem syaraf otak serta saraf tulang belakang, sehingga
terjadi gangguan pada aktivitas normal urat syaraf. Terutama pada syaraf yang mengirim
pesan ke otot. Infeksi tetanus terjadi karena luka. Baik karena terpotong, terbakar, aborsi ,
narkoba (misalnya memakai silet untuk memasukkan obat ke dalam kulit) maupun frosbite.
Walaupun luka kecil bukan berarti bakteri tetanus tidak dapat hidup di sana. Sering kali orang
lalai, padahal luka sekecil apapun dapat menjadi tempat berkembang biaknya bakteria
tetanus. Periode inkubasi tetanus terjadi dalam waktu 3-14 hari dengan gejala yang mulai
timbul di hari ketujuh. Dalam neonatal tetanus gejala mulai pada dua minggu pertama
kehidupan seorang bayi. Walaupun tetanus merupakan penyakit berbahaya, jika cepat
didiagnosa dan mendapat perawatan yang benar maka penderita dapat disembuhkan.
Penyembuhan umumnya terjadi selama 4-6 minggu. Tetanus dapat dicegah dengan
pemberian imunisasi sebagai bagian dari imunisasi DPT. Setelah lewat masa kanak-kanak
imunisasi dapat terus dilanjutkan walaupun telah dewasa. Dianjurkan setiap interval 5 tahun :
25, 30, 35 dst. Untuk wanita hamil sebaiknya diimunisasi juga dan melahirkan di tempat yang
terjaga kebersihannya

6
5. Polio
Gejala yang umum terjadi akibat serangan virus polio adalah anak mendadak lumpuh
pada salah satu anggota geraknya setelah demam selama 2-5 hari. Terdapat 2 jenis vaksin
yang beredar, dan di Indonesia yang umum diberikan adalah vaksin Sabin (kuman yang
dilemahkan). Cara pemberiannya melalui mulut. Di beberapa negara dikenal pula
Tetravaccine, yaitu kombinasi DPT dan polio. Imunisasi dasar diberikan sejak anak baru lahir
atau berumur beberapa hari dan selanjutnya diberikan setiap 4-6 minggu. Pemberian vaksin
polio dapat dilakukan bersamaan dengan BCG, vaksin hepatitis B, dan DPT. Imunisasi
ulangan diberikan bersamaan dengan imunisasi ulang DPT Pemberian imunisasi polio akan
menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit Poliomielitis. Imunisasi polio diberikan
sebanyak empat kali dengan selang waktu tidak kurang dari satu bulan imunisasi ulangan
dapat diberikan sebelum anak masuk sekolah (5 – 6 tahun) dan saat meninggalkan sekolah
dasar (12 tahun).Cara memberikan imunisasi polio adalah dengan meneteskan vaksin polio
sebanyak dua tetes langsung kedalam mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang
dicampur dengan gula manis. Imunisasi ini jangan diberikan pada anak yang lagi diare berat.
Efek samping yang mungkin terjadi sangat minimal dapat berupa kejang-kejang
6. Influenza
Influenza adalah penyakit infeksi yang mudah menular dan disebabkan oleh virus
influenza, yang menyerang saluran pernapasan. Penularan virus terjadi melalui udara pada
saat berbicara, batuk dan bersin, Influenza sangat menular selama 1 – 2 hari sebelum
gejalanya muncul, itulah sebabnya penyebaran virus ini sulit dihentikan.Berlawanan dengan
pendapat umum, influenza bukan batuk – pilek biasa yang tidak berbahaya. Gejala Utama
infleunza adalah: Demam, sakit kepala, sakit otot diseluruh badan, pilek, sakit tenggorok,
batuk dan badan lemah. Pada Umumnya penderita infleunza tidak dapat bekerja/bersekolah
selama beberapa hari.Dinegara-negara tropis seperti Indonesia, influenza terjadi sepanjang
tahun. Setiap tahun influenza menyebabkan ribuan orang meninggal diseluruh dunia. Biaya
pengobatan, biaya penanganan komplikasi, dan kerugian akibat hilangnya hari kerja (absen
dari sekolah dan tempat kerja) sangat tinggi.Berbeda dengan batuk pilek biasa influenza
dapat mengakibatkan komplikasi yang berat. Virus influenza menyebabkan kerusakan sel-sel
selaput lendir saluran pernapasan sehingga penderita sangat mudah terserang kuman lain,
seperti pneumokokus, yang menyebabkan radang paru (Pneumonia) yang berbahaya. Selain
itu, apabila penderita sudah mempunyai penyakit kronis lain sebelumnya (Penyakit Jantung,
Paru-paru, ginjal, diabetes dll), penyakit-penyakit itu dapat menjadi lebih berat akibat
influenza.

7
Vaksin influenza diberikan dengan dosis tergantung usia anak. Pada usia 6-35 bulan cukup
0,25 mL. Anak usia >3 tahun, diberikan 0,5 mL. Pada anak berusia 8 tahun, maka dosis
pertama cukup 1 dosisi saja.
7. Demam Tifoid
Penyakit Demam Tifoid adalah infeksi akut yang disebabkan oleh Salmonella Typhi
yang masuk melalui saluran pencernaan dan menyebar keseluruh tubuh (sistemik), Bakteri ini
akan berkembang biak di kelenjar getah bening usus dan kemudian masuk kedalam darah
sehingga meyebabkan penyebaran kuman dalam darah dan selanjutnya terjadilah peyebaran
kuman kedalam limpa, kantung empedu, hati, paru-paru, selaput otak dan sebagainya. Gejala-
gejalanya adalah: Demam, dapat berlangsung terus menerus. Minggu Pertama, suhu tubuh
berangsur-angsur meningat setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada
sore/malam hari. Minggu Kedua, Penderita terus dalam keadaan demam. Minggu ketiga,
suhu tubuh berangsung-angsur turun dan normal kembali diakhir minggu. gangguan pada
saluran pencernaan, nafas tak sedap, bibir kering dan pecah-pecah, lidah ditutupi selaput
lendir kotor, ujung dan tepinya kemerahan. Bisa juga perut kembung, hati dan limpa
membesar serta timbul rasa nyeri bila diraba. Biasanya sulit buang air besar, tetapi mungkin
pula normal dan bahkan dapat terjadi diare. gangguan kesadaran, Umumnya kesadaran
penderita menurun walaupun tidak seberapa dalam, yaitu menjadi apatis sampai somnolen.
Bakteri ini disebarkan melalui tinja. Muntahan, dan urin orang yang terinfeksi demam tofoid,
yang kemudian secara pasif terbawa oleh lalat melalui perantara kaki-kakinya dari kakus
kedapur, dan mengkontaminasi makanan dan minuman, sayuran ataupun buah-buahan segar.
Mengkonsumsi makanan / minuman yang tercemar demikian dapat menyebabkan manusia
terkena infeksi demam tifoid. Salah satu cara pencegahannya adalah dengan memberikan
vaksinasi yang dapat melindungi seseorang selama 3 tahun dari penyakit Demam Tifoid yang
disebabkan oleh Salmonella Typhi. Pemberian vaksinasi ini hampir tidak menimbulkan efek
samping dan kadang-kadang mengakibatkan sedikit rasa sakit pada bekas suntikan yang akan
segera hilang kemudian
8. Hepatitis
Penyakit hepatitis disebabkan oleh virus hepatitis tipe B yang menyerang kelompok
resiko secara vertikal yaitu bayi dan ibu pengidap, sedangkan secara horizontal tenaga medis
dan para medis, pecandu narkoba, pasien yang menjalani hemodialisa, petugas laboratorium,
pemakai jasa atau petugas akupunktur.
9. Meningitis
Penyakit radang selaput otak (meningitis) yang disebabkan bakteri Haemophyllus

8
influenzae tipe B atau yang disebut bakteri Hib B merupakan penyebab tersering
menimbulkan meningitis pada anak berusia kurang dari lima tahun. Penyakit ini berisiko
tinggi, menimbulkan kematian pada bayi. Bila sembuh pun, tidak sedikit yang menyebabkan
cacat pada anak. Meningitis bukanlah jenis penyakit baru di dunia kesehatan. Meningitis
adalah infeksi pada lapisan otak dan urat saraf tulang belakang. Penyebab meningitis sendiri
bermacam-macam, sebut saja virus dan bakteri. Meningitis terjadi apabila bakteri yang
menyerang menjadi ganas ditambah pula dengan kondisi daya tahan tubuh anak yang tidak
baik, kemudian ia masuk ke aliran darah, berlanjut ke selaput otak. Nila sudah menyerang
selaput otak (meningen) dan terjadi infeksi maka disebutlah sebagai meningitis.
10. Pneumokokus
Penyakit yang disebabkan oleh kuman pneumokokus sering juga disebut sebagai
penyakit pneumokokus. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja dengan angka tertinggi
menyerang anak usia kurang dari 5 tahun dan usia di atas 50 tahun. Terdapat kelompok lain
yang memiliki resiko tinggi terserang pneumokokus (meskipun dari segi usia bukan risiko
tinggi), yaitu anak dengan penyakit jantung bawaan, HIV, thalassemia, dan anak dengan
keganasan yang sedang mendapatkan kemoterapi serta kondisi medis lain yang
menyebabkan kekebalan tubuh berkurang.
11. MMR ((Mumps Measles Rubella)
a. Mumps (parotitis atau gondongan)
Penyakit mumps (parotitis) disebabkan virus mumps yang menyerang kelenjar air liur
di mulut, dan banyak diderita anak-anak dan orang muda. Semakin tinggi usia penderita
mumps, gejala yang dirasakan semakin hebat. Kebanyakan orang menderita penyakit mumps
hanya sekali seumur hidup.
Pencegahan mumps paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan dengan
campak dan rubella (vaksinasi MMR) sebanyak 2 kali dengan selang penyuntikan 1-2 bulan.
Setelah lewat masa kanak-kanak, imunisasi mumps terus dilanjutkan walaupun telah dewasa,
bersamaan dengan campak dan rubella (vaksinasi MMR). Pemberian imunisasi MMR akan
memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit mumps, campak dan rubella.
b. Measles (campak)
Penyakit measles (campak) disebabkan virus campak. Gejala campak yaitu demam,
menggigil, serta hidung dan mata berair. Timbul ruam-ruam pada kulit berupa bercak dan
bintil merah pada kulit muka, leher, dan selaput lendir mulut. Saat penyakit campak
memuncak, suhu tubuh bisa mencapai 40oC.
Pencegahan campak paling efektif adalah dengan imunisasi campak. Imunisasi

9
campak diberikan saat bayi berumur 9 bulan. Campak juga dapat dicegah dengan pemberian
imunisasi sebagai bagian vaksinasi MMR. Setelah lewat masa kanak-kanak, imunisasi
campak terus dilanjutkan walaupun telah dewasa, bersamaan dengan mumps dan rubella
(vaksinasi MMR). Imunisasi MMR diberikan sebanyak 2 kali dengan selang penyuntikan 1-2
bulan.
c. Rubella (campak Jerman)
Penyakit rubella disebabkan virus rubella. Rubella mengakibatkan ruam pada kulit
menyerupai campak, radang selaput lendir, dan radang selaput tekak. Ruam rubella biasanya
hilang dalam waktu 2-3 hari. Gejala rubella berupa sakit kepala, kaku pada persendian, dan
rasa lemas. Biasanya rubella diderita setelah penderita berusia belasan tahun atau dewasa.
Bila bayi baru lahir atau anak balita terinfeksi rubella, bisa mengakibatkan kebutaan. Bila
wanita hamil terinfeksi rubella, dapat mempengaruhi pertumbuhan janin. Bayi umumnya
lahir dengan cacat fisik (buta tuli) dan keterbelakangan mental.
Pencegahan rubella paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan dengan campak
dan mumps (vaksinasi MMR) sebanyak 2 kali dengan selang penyuntikan 1-2 bulan. Setelah
lewat masa kanak-kanak, imunisasi rubella terus dilanjutkan walaupun telah dewasa,
bersamaan dengan campak dan mumps (vaksinasi MMR).
12. Rotavirus
Infeksi diare pada anak paling sering disebabkan karena infeksi rotavirus. Infeksi
diare karena rotavirus ini sering diistilahkan muntaber atau muntah berak. Gejala infeksi
rotavirus berupa demam ringan, diawali muntah sering, diare hebat, dan atau nyeri perut.
Muntah dan diare merupakan gejala utama infeksi rotavirus dan dapat berlangsung selama 3
– 7 hari. Infeksi rotavirus dapat disertai gejala lain yaitu anak kehilangan nafsu makan, dan
tanda-tanda dehidrasi. Infeksi rotavirus dapat menyebabkan dehidrasi ringan dan berat,
bahkan kematian. Infeksi ini seringkali tidak berhubungan dengan makanan kotor atau
makanan basi atau air kotor. Tetapi penularannya lebih sering lewat fecal oral atau kotoran
masuk melalui mulut. Biasanya virus yang tersebar lewat muntahan tersebar di sekitar
mainan, pintu, lantai atau di sekitar anak-anak. Saat tangan anak tersentuh virus melalui
muntahan atau bekas feses yang tidak dicuci bersih dapat masuk ke tubuh saat anak makan
atau tangan masuk ke mulut. Angka kejadian kematian diare masih tinggi di Indonesia dan
untuk mencegah di are karena rotavirus, digunakan vaksin rotavirus. Vaksin rotavirus yang
beredar di Indonesia saat ini ada 2 macam. Pertama Rotateq diberikan sebanyak 3 dosis:
pemberian pertama pada usia 6-14 minggu dan pemberian ke-2 setelah 4-8 minggu
kemudian, dan dosisi ke-3 maksimal pada usia 8 bulan. Kedua, Rotarix diberikan 2 dosis:

10
dosis pertama diberikan pada usia 10 minggu dan dosis kedua pada usia 14 minggu
(maksimal pada usia 6 bulan). Apabila bayi belum diimunisasi pada usia lebih dari 6-8 bulan,
maka tidak perlu diberikan karena belum ada studi keamanannya
13. Varisela
Cacar air merupakan penyakit menular yang menimbulkan bekas bopeng di beberapa
bagian tubuh. Penyakit yang disebabkan oleh virus varicella ini bisa dicegah dengan
pemberian vaksin varicella.
14. Hepatitis A
Hepatitis A merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis tipe A dan
menyerang sel-sel hati manusia. Setiap tahunnya di Asia Tenggara, kasus hepatitis A
menyerang sekitar 400.000 orang per tahunnya dengan angka kematian hingga 800 jiwa.
Sebagian besar penderita hepatitis A adalah anak-anak.

G. Jenis- Jenis Imunisasi

1. Imunisasi kekebalan tubuh ada 2 macam, yaitu:


a. Imunisasi aktif
Imunisasi aktif dapat timbul ketika seseorang bersinggungan dengan, sebagai contoh,
mikroba. Sistem kekebalan akan membentuk antibodi dan perlindungan/perlawanan lainnya
terhadap mkroba. Imunisasi aktif buatan adalah dimana mikroba, atau bagian darinya,
diinjeksikan kepada seseorang sebelum ia dapat melakukannya secara alami. Contoh vaksin
hidup yang telah dilemahkan meliputi tampek, gondongan, rubella, atau kombinasi ketiganya
dalam satu vaksin sebagai vaksin MMR, demam kuning (yellow fever), cacar air (varicella),
rotavirus, dan vaksin influenza.
b. Imunisasi pasif
Imunisasi pasif adalah elemen-elemen pra-sintesa dari sistem kekebalan yang
dipindahkan kepada seseorang, sehingga tubuhnya tidak perlu membuatnya sendiri elemen-
elemen tersebut. Akhir-akhir ini, antibodi dapat digunakan untuk imunisasi pasif. Metode
imunisasi ini bekerja sangat cepat, tetapi juga berakhir cepat, karena antibodi akan pecah
dengan sendirinya, dan jika tak ada sel-sel B untuk membuat lebih banyak antibodi, maka
mereka akan hilang. Imunisasi pasif terdapat secara fisiologi, ketika antibodi-antibodi
dipindahkan dari ibu ke janin selama kehamilan, untuk melindungi janin sebelum dan
sementara waktu sesudah kelahiran. Imunisasi pasif buatan umumnya diberikan melalui
injeksi dan digunakan jika ada wabah penyakit tertentu atau penanganan darurat keracunan,

11
seperti pada tetanus. Antibodi-antibodi ini dapat dibuat menggunakan binatang, dinamai
“terapi serum”, meskipun ada kemungkinan besar terjadinya syok anafilaksis, karena sistem
kekebalan yang melawan serum binatang tersebut. Jadi, antibodi manusia dihasilkan secara in
vitro melalui kultur sel dan digunakan menggantikan antibodi dari binatang, jika tersedia. Di
kota-kota besar di Indonesia selalu tersedia vaksin rabies untuk mereka yang ingin
mendapatkan kekebalan terhadap rabies dan serum anti-rabies bagi mereka yang
dikhawatirkan sudah terjangkit rabies, karena misalnya habis digigit anjing atau monyet.
2. Imunisasi Berdasarkan Sifat Penyelenggaraannya
Berdasarkan sifat penyelenggaraannya, imunisasi dikelompokkan menjadi :
a. Imunisasi program
b. Imunisasi Program terdiri atas:
1) Imunisasi rutin
i. Imunisasi dasar
Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum berusia 1 (satu) tahun dan terdiri atas
imunisasi terhadap penyakit:
 hepatitis B
 poliomyelitis
 tuberkulosis
 difteri
 pertusis
 tetanus
 pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh Hemophilus Influenza tipe b (Hib)
 campak.
ii. Imunisasi lanjutan.
Imunisasi lanjutan merupakan ulangan Imunisasi dasar untukmempertahankan tingkat
kekebalan dan untuk memperpanjang masa perlindungan anak yang sudah mendapatkan
Imunisasi dasar.
Imunisasi lanjutan diberikan pada
 anak usia bawah dua tahun (Baduta)
Imunisasi lanjutan yang diberikan pada Baduta terdiri atas imunisasi terhadap penyakit
difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh
Hemophilus Influenza tipe b (Hib), serta campak.
 anak usia sekolah dasar

12
Imunisasi lanjutan yang diberikan pada anak usia sekolah dasar terdiri atas Imunisasi
terhadap penyakit campak, tetanus, dan difteri yang diberikan pada bulan imunisasi anak
sekolah (BIAS) yang diintegrasikan dengan usaha kesehatan sekolah.
 wanita usia subur (WUS).
Imunisasi lanjutan yang diberikan pada WUS terdiri atas Imunisasi terhadap penyakit
tetanus dan difteri.
2) Imunisasi tambahan
Imunisasi tambahan merupakan jenis Imunisasi tertentu yang diberikan pada
kelompok umur tertentu yang paling berisiko terkena penyakit sesuai dengan kajian
epidemiologis pada periode waktu tertentu.
Pemberian Imunisasi tambahan sebagaimana dilakukan untuk melengkapi Imunisasi
dasar dan/atau lanjutan pada target sasaran yang belum tercapai.
3) Imunisasi khusus
Imunisasi khusus dilaksanakan untuk melindungi seseorang dan masyarakat terhadap
penyakit tertentu pada situasi tertentu. Situasi tertentu berupa persiapan keberangkatan calon
jemaah haji/umroh, persiapan perjalanan menuju atau dari negara endemis penyakit tertentu,
dan kondisi kejadianluar biasa/wabah penyakit tertentu.
Imunisasi khususberupa Imunisasi terhadap meningitis meningokokus, yellow fever
(demam kuning), rabies, dan poliomyelitis.
c. Imunisasi pilihan.
Imunisasi Pilihan dapat berupa Imunisasi terhadap penyakit:
pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh
pneumokokus;
 diare yang disebabkan oleh rotavirus;
 influenza;
 cacar air (varisela);
 gondongan (mumps);
 campak jerman (rubela);
 demam tifoid;
 hepatitis A;
 kanker leher rahim yang disebabkan oleh Human Papillomavirus;
 Japanese Enchephalitis;
 herpes zoster;

13
 hepatitis B pada dewasa
 demam berdarah.
3. 5 Macam Imunisasi dasar :
a. Vaksin BCG
Vaksin BCG mengandung kuman BCG yang masih hidup namun telah dilemahkan.
Imunisasi BCG berfungsi untuk mencegah penularan Tuberkulosis (TBC) tuberkulosis
disebabkan oleh sekelompok bakteria bernama Mycobacterium tuberculosis complex.
1) Penyimpanan :lemari es, suhu 2-8º C
2) Dosis :0.05 ml
3) Kemasan :ampul dengan bahan pelarut 4 ml (NaCl Faali)
4) Masa kadaluarsa :satu tahun setelah tanggal pengeluaran (dapat dilihat pada label)
5) Reaksi imunisasi :biasanya tidak demam
6) Cara pemberian
Imunisasi BCG disuntikan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas. Disuntikan ke
dalam lapisan kulit dengan penyerapan pelan-pelan. Dalam memberikan suntikan intrakutan,
agar dapat dilakukan dengan tepat, harus menggunakan jarum pendek yang sangat halus (10
mm, ukuran 26).
7) Efek samping :jarang dijumpai, bisa terjadi pembeng-kakan
kelenjar getah bening setempat yang terbatas dan biasanya menyembuh sendiri walaupun
lambat
8) Kontra Indikasi :tidak ada larangan, kecuali pada anak yang
berpenyakit TBC atau uji mantoux positif dan adanya penyakit kulit berat/menahun.
b. Vaksin DPT (Diphteri, Pertusis, Tetanus)
Di Indonesia ada 3 jenis kemasan : kemasan tunggal khusus tetanus, kombinasi DT
(diphteri tetanus) dan kombinasi DPT. Vaksin diphteri terbuat dari toksin kuman diphteri
yang telah dilemahkan (toksoid), biasanya diolah dan dikemas bersama-sama dengan vaksin
tetanus dalam bentuk vaksin DT, atau dengan vaksin tetanus dan pertusis dalam bentuk
vaksin DPT. Vaksin tetanus yang digunakan untuk imunisasi aktif ialah toksoid tetanus, yaitu
toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan. Ada tiga kemasan
vaksin tetanus yaitu tunggal, kombinasi dengan diphteri dan kombinasi dengan diphteri dan
pertusis. Vaksin pertusis terbuat dari kuman Bordetella pertusis yang telah dimatikan.
1) Penyimpanan : lemari es, suhu 2-8º C
2) Dosis : 0.5 ml, tiga kali suntikan, interval minimal 4 mg
3) Kemasan : Vial 5 ml

14
4) Masa kadaluarsa : Dua tahun setelah tanggal pengeluaran (dapat dilihat pada label)
5) Reaksi imunisasi :demam ringan, pembengkakan dan nyeri di tempat suntikan selama
1-2 hari
6) Efek samping :Gejala-gejala yang bersifat sementara seperti lemas, demam,
kemerahan pada tempat suntikan. Kadang-kadang terdapat efek samping yang lebih berat,
seperti demam tinggi atau kejang, yang biasanya disebabkan unsur pertusisnya.
7) Indikasi kontra :Anak yang sakit parah, anak yang menderita penyakit kejang demam
kompleks, anak yang diduga menderita batuk rejan, anak yang menderita penyakit gangguan
kekebalan. Batuk, pilek, demam atau diare yang ringan bukan merupakan kotra indikasi yang
mutlak, disesuaikan dengan pertimbangan dokter.
c. Vaksin Poliomielitis
Terdapat 2 jenis vaksin dalam peredaran, yang masing-masing mengandung virus polio
tipe I, II dan III; yaitu (1) vaksin yang mengandung virus polio yang sudah dimatikan (salk),
biasa diberikan dengan cara injeksi, (2) vaksin yang mengandung virus polio yang hidup tapi
dilemahkan (sabin), cara pemberian per oral dalam bentuk pil atau cairan (OPV) lebih banyak
dipakai di Indonesia.
1) Penyimpanan : OPV : Freezer, suhu -20º C
2) Dosis : 2 tetes mulut
3) Kemasan : vial, disertai pipet tetes
4) Masa kadaluarsa : OPV : dua tahun pada suhu -20°C
5) Reaksi imunisasi : biasanya tidak ada, mungkin pada bayi ada
berak-berak ringan
6) Efek samping : hampir tidak ada, bila ada berupa kelumpuhan anggota gerak seperti
polio sebenarnya.
7) Kontra Indikasi : diare berat, sakit parah, gangguan kekebalan
d. Vaksin Campak
Mengandung vaksin campak hidup yang telah dilemahkan. Kemasan untuk program
imunisasi dasar berbentuk kemasan kering tunggal. Namun ada vaksin dengan kemasan
kering kombinasi dengan vaksin gondong/ mumps dan rubella (campak jerman) disebut
MMR.
1) Penyimpanan :Freezer, suhu -20º C
2) Dosis :setelah dilarutkan, diberikan 0.5 ml
3) Kemasan :vial berisi 10 dosis vaksin yang dibekukeringkan, beserta pelarut 5 ml
(aquadest)

15
4) Masa kadaluarsa :2 tahun setelah tanggal pengeluaran (dapat dilihat pada label)
5) Reaksi imunisasi :biasanya tidak terdapat reaksi. Mungkin terjadi demam ringan dan
sedikit bercak merah pada pipi di bawah telinga pada hari ke 7-8 setelah penyuntikan, atau
pembengkakan pada tempat penyuntikan.
6) Efek samping :sangat jarang, mungkin dapat terjadi kejang
ringan dan tidak berbahaya pada hari ke 10-12 setelah penyuntikan. Dapat terjadi radang
otak 30 hari setelah penyuntikan tapi angka kejadiannya sangat rendah.
7) Kontra Indikasi :sakit parah, penderita TBC tanpa pengobatan, kurang gizi dalam
derajat berat, gangguan
kekebalan, penyakit keganasan. Dihindari pula pemberian pada ibu hamil.
e. Vaksin Hepatitis B
Imunisasi aktif dilakukan dengan suntikan 3 kali dengan jarak waktu satu bulan antara
suntikan 1 dan 2, lima bulan antara suntikan 2 dan 3. Namun cara pemberian imunisasi
tersebut dapat berbeda tergantung pabrik pembuat vaksin. Vaksin hepatitis B dapat diberikan
pada ibu hamil dengan aman dan tidak membahayakan janin, bahkan akan membekali janin
dengan kekebalan sampai berumur beberapa bulan setelah lahir.
a. Reaksi imunisasi :nyeri pada tempat suntikan, yang mungkin disertai rasa panas atau
pembengkakan. Akan menghilang dalam 2 hari.
b. Dosis :0.5 ml sebanyak 3 kali pemberian
c. Kemasan :HB PID
d. Efek samping :selama 10 tahun belum dilaporkan ada efek samping yang berarti
e. Indikasi kontra :anak yang sakit berat.
f. Vaksin DPT/ HB (COMBO)
Mengandung DPT berupa toxoid difteri dan toxoid tetanus yang dimurnikan dan pertusis
yang inaktifasi serta vaksin Hepatitis B yang merupakan sub unit vaksin virus yang
mengandung HbsAg murni dan bersifat non infectious.
a. Dosis :0.5 ml sebanyak 3 kali
b. Kemasan :Vial 5 ml
c. Efek samping :gejala yang bersifat sementara seoerti lemas, demam, pembengkakan
dan kemerahan daerah suntikan. Kadang terjadi gejala berat seperti demam tinggi, iritabilitas,
meracau yang terjadi 24 jam setelah imunisasi. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan
biasanya hilang dalam 2 hari

16
d. Kontra indikasi:gejala keabnormalan otak pada bayi baru lahir atau gejala serius
keabnormalan pada saraf yang merupakan kontraindikasi pertusis, hipersensitif terhadap
komponen vaksin, penderia infeksi berat yang disertai kejang

H. Jadwal Imunisasi

1. Imunisasi Rutin
a. Imunisasi dasar

Catatan :
 Pemberian Hepatitis B paling optimal diberikan pada bayi <24 jam pasca persalinan,
dengan didahului suntikan vitamin K1 2-3 jam sebelumnya, khusus daerah dengan akses
sulit, pemberian Hepatitis B masih diperkenankan sampai <7 hari.
 Bayi lahir di Institusi Rumah Sakit, Klinik dan Bidan Praktik Swasta, Imunisasi BCG
dan Polio 1 diberikan sebelum dipulangkan.
 Pemberian BCG optimal diberikan sampai usia 2 bulan, dapat diberikan sampai usia
<1 tahun tanpa perlu melakukan tes mantoux.
 Bayi yang telah mendapatkan Imunisasi dasar DPT-HBHib 1, DPT-HB-Hib 2, dan
DPT-HB-Hib 3 dengan jadwal dan interval sebagaimana Tabel 1, maka dinyatakan
mempunyai status Imunisasi T2.
 IPV mulai diberikan secara nasional pada tahun 2016
 Pada kondisi tertentu, semua jenis vaksin kecuali HB 0 dapat diberikan sebelum bayi
berusia 1 tahun.
b. Imunisasi Lanjutan
Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Anak Bawah Dua Tahun

17
Catatan:
 Pemberian Imunisasi lanjutan pada baduta DPT-HB-Hib dan Campak dapat diberikan
dalam rentang usia 18-24 bulan
 Baduta yang telah lengkap Imunisasi dasar dan mendapatkan Imunisasi lanjutan DPT-
HB-Hib dinyatakan mempunyai status Imunisasi T3.
Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Anak Usia Sekolah Dasar

Catatan:
 Anak usia sekolah dasar yang telah lengkap Imunisasi dasar dan Imunisasi lanjutan
DPT-HB-Hib serta mendapatkan Imunisasi DT dan Td dinyatakan mempunyai status
Imunisasi T5.
Imunisasi Lanjutan pada Wanita Usia Subur (WUS)

Catatan:
 Sebelum Imunisasi, dilakukan penentuan status Imunisasi T (screening) terlebih
dahulu, terutama pada saat pelayanan antenatal.
 Pemberian Imunisasi Td tidak perlu diberikan, apabila status T sudah mencapai T5,
yang harus dibuktikan dengan buku Kesehatan Ibu dan Anak, kohort dan/atau rekam medis.

I.KIPI (Kejadian Ikutan Paska Imunisasi)

1. Definisi KIPI
KIPI adalah setiap kejadian medis yang tidak diinginkan pada seseorang yang terjadi
setelah pemberian imunisasi. Kejadian ini dapat merupakan reaksi vaksin ataupun bukan.

18
Kejadian yang bukan reaksi vaksin dapat merupakan peristiwa koinsidens (peristiwa yang
kebetulan terjadi) bersamaan atau setelah imunisasi. Klasifikasi KIPI dibagi menjadi 5
kategori : Pilihlah salah satu dari 5 kategori dibawah ini untuk mempelajari lebih jauh tentang
klasifikasi KIPI
1. Reaksi KIPI yang terkait komponen vaksin
KIPI yang diakibatkan sebagai reaksi terhadap satu komponen atau lebih yang terkandung
di dalam vaksin.
Contoh : Pembengkakan luas di paha setelah imunisasi DTP.
2. Reaksi KIPI yang terkait dengan cacat mutu vaksin
KIPI yang disebabkan oleh karena ada cacat mutu yang dipersyaratkan dalam produk
vaksin, termasuk penggunaan alat untuk pemberian vaksin yang disediakan oleh produsen.
Contoh : Kelalaian atau kesalahan yang dilakukan oleh produsen vaksin pada waktu
melakukan inaktivasi virus polio saat proses pembuatan vaksin IPVVaksin polio inaktivasi
(IPV)Vaksin polio inaktivasi (mati) dibuat pada tahun 1955 oleh Dr. Jonas Salk. Berbeda
dengn vaksin polio oral (OPV) , vaksin hidup yang dilemahkan (LAV) , IPV harus diberikan
melalui suntikan untuk membentuk respon imun. (inactivated polio vaccine). Kelalaian dalam
proses inaktivasi dapat menyebabkan kelumpuhan apabila IPV tersebut disuntikkan kepada
orang.
3. Reaksi KIPI akibat kesalahan prosedur
KIPI jenis ini disebabkan oleh cara pelarutan vaksin yang salah dan cara pemberian
vaksin yang salah. Kesalahan ini sangat mudah untuk dihindari.
Contoh : Terjadinya infeksi oleh karena penggunaan vial multidosis yang terkontaminasi
oleh mikroba (Catatan : Jarum yang berulang-ulang masuk ke dalam vial sewaktu mengambil
vaksin sudah tidak steril lagi).
4. Reaksi KIPI akibat kecemasan karena takut disuntik
KIPI ini terjadi karena kecemasan pada waktu disuntik.
Contoh : Terjadinya apa yang disebut dengan vasovagal syncopeSinkope yaitu reaksi
neurovaskuler yang menyebabkan terjadinya mata berkunang-kunang , badan terasa lemah
sampai pingsan. Sering terjadi pada anak dewasa muda pada saat pemberian imunisasi atau
sesudah pemberian imunisasi.
5. Kejadian Koinsiden
KIPI ini disebabkan oleh hal-hal lain yang tidak disebutkan sebelumnya.
Contoh : Demam yang sudah terjadi sebelum atau pada saat pemberian imunisasi.
Dalam hal ini dikatakan sebagai asosiasi temporalAsosiasi temporalDua atau lebih kejadian

19
yang terjadi pada waktu yang bersamaan. Kejadian pertama dapat berhubungan atau tidak
berhubungan dengan kejadian berikutnya.. Sebagai contoh di daerah endemis
malariaMalariaPenyaki infeksi yang disebabkan oleh parasit (plasmodium) yang ditularkan
dari manusia ke manusia melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang terinfeksi. Malaria
merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian di sub sahara Afrika. seperti di daerah
sub sahara, penderita malaria yang disebabkan infeksi plasmodium malaria yang ditularkan
oleh nyamuk anopheles sangat sering terjadi. Sehingga sering terjadi KIPI yang bersifat
koinsiden.
KIPI koinsiden apabila sering ditemukan didalam kegiatan imunisasi, maka dapat
dijadikan sebagai indikasi bahwa ada masalah kesehatan masyarakat diwilayah tersebut yang
perlu dianalisis lebih jauh.

20

Anda mungkin juga menyukai