Anda di halaman 1dari 87

OPTIMALISASI PEMBERIAN ASI SEBAGAI SARANA BONDING PSIKOLOGIS

IBU DAN ANAK MELALUI PEMANFAATAN MEDIA PROMOSI KESEHATAN


DI PUSKESMAS CAMPUREJO
KOTA KEDIRI

Disusun oleh:
Dr. Katmini, S. Kep., Ns., M. Kes., NIDN 0701038704
Dian Jayantari Putri K. Hedo, S. Psi., NIM 2051B1039

PENDIDIKAN DAN PERILAKU KESEHATAN


PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT ILMU KESEHATAN (IIK) STRADA INDONESIA
TAHUN 2021

i
HALAMAN PERSETUJUAN

1. Judul Kegiatan: Optimalisasi Pemberian ASI sebagai Sarana Bonding Psikologis Ibu dan
Anak melalui Pemanfaatan Media Promosi Kesehatan di UPTD Puskemas Campurejo
Kota Kediri
2. Bidang Kegiatan: Pengabdian Masyarakat
3. Bidang Ilmu: Magister Kesehatan Masyarakat
4. Ketua Pelaksana
a. Nama: Dr. Katmini, S. Kep., Ns., M. Kes
b. NIK: 13.07.19.001
c. NIDN: 0701038704
5. Anggota Pelaksana Kegiatan
a. Mahasiswa: Dian Jayantari Putri K. Hedo, S. Psi.
b. NIM: 2051B1039
6. Tempat pelaksanaan kegiatan: UPTD Puskesmas Campurejo Kota Kediri
7. Waktu pelaksanaan: 15 Nopember – 11 Desember 2021
8. Dana Kegiatan: Rp 3.000.000,00
Menyetujui

Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia Ketua Pelaksana


Magister Kesehatan Masyarakat
Ka. Prodi

Ratna Wardani, S.Si., MM Dr. Katmini, S. Kep., Ns., M. Kes


NIDN. 0706127802 NIDN. 0701038704
UPTD Puskesmas Campurejo Kota Kediri Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Program Pascasarjana

dr. Purnanti Kipnandari


NIP. 196408212002122001 Bd.Eri Puji Kumalasari, SST.,S.Keb., M.Kes.
NIDN. 0721028903

Institut Ilmu Kesehatan


HALAMAN STRADA Indonesia
PERSETUJUAN
Program Pascasarjana
Direktur

Dr. Yuly Peristiowati, S.Kep., Ns., M.Kes


NIDN. 0706077601

ii
HALAMAN PERSETUJUAN
1. Judul Kegiatan: Optimalisasi Pemberian ASI sebagai Sarana Bonding Psikologis Ibu dan
Anak melalui Pemanfaatan Media Promosi Kesehatan di UPTD Puskemas Campurejo
Kota Kediri
2. Bidang Kegiatan: Pengabdian Masyarakat
3. Bidang Ilmu: Pascasarjana Kesehatan Masyarakat
4. Ketua Pelaksana
a. Nama : Dr. Katmini, S. Kep., Ns., M. Kes
b. NIK : 13.07.19.001
c. NIDN : 0701038704
5. Anggota Pelaksana Kegiatan
a. Nama : Dian Jayantari Putri K. Hedo, S. Psi.
b. NIM : 2051B1039
6. Waktu Pelaksanaan Kegiatan: 15 Nopember – 11 Desember 2021
7. Tempat Pelaksanaan Kegiatan: UPTD Puskesmas Campurejo Kota Kediri
8. Dana Kegiatan: Rp. 3.000.000,00

Pembimbing Lahan Ketua Pelaksana

Ira Wahyuningtyas, Amd.Kep. Dr. Katmini, S. Kep., Ns., M. Kes


NIP. 198701302010012009 NIDN. 0701038704

Program Pascasarjana Program Pascasarjana


Magister Kesegatan Masyarakat Research and Development

(Bd. Eri Puji Kumalasari, SST.,S.Keb.,M.Kes)


(Ratna Wardani, S.Si., MM) NIDN. 0721028903
NIDN. 0706127802

iii
HALAMAN PERSETUJUAN
LAPORAN RESIDENSI

OPTIMALISASI PEMBERIAN ASI SEBAGAI SARANA BONDING PSIKOLOGIS


IBU DAN ANAK MELALUI PEMANFAATAN MEDIA PROMOSI KESEHATAN
DI PUSKESMAS CAMPUREJO
KOTA KEDIRI

Diajukan Oleh:
Dian Jayantari Putri K. Hedo, S. Psi.
NIM 2051B1039

TELAH DISETUJUI UNTUK DILAKUKAN UJIAN

Kediri, 15 Desember 2021


Dosen Pembimbing

Dr. Katmini, S. Kep., Ns., M. Kes.


NIDN. 0701038704

iv
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN RESIDENSI
HALAMAN PERSETUJUAN
LAPORAN RESIDENSI

OPTIMALISASI PEMBERIAN ASI SEBAGAI SARANA BONDING PSIKOLOGIS


IBU DAN ANAK MELALUI PEMANFAATAN MEDIA PROMOSI KESEHATAN
DI PUSKESMAS CAMPUREJO
KOTA KEDIRI

Diajukan Oleh:
Dian Jayantari Putri K. Hedo, S. Psi.
NIM 2051B1039

TELAH DISETUJUI UNTUK DILAKUKAN UJIAN


MENGETAHUI,

Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia


Program Magister Kesehatan Masyarakat
Direktur Pascasarjana, Ka. Prodi

Dr. Yuly Peristiowati, S.Kep.,Ns.,M.Kes Ratna Wardani, S.Si., M.Kes


NIDN. 0706077601 NIDN. 0706127802

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat hikmat,
kekuatan, dan kebijaksanaan yang dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis mampu
menyelesaikan Laporan Residensi yang berjudul “Optimalisasi Pemberian Asi sebagai
Sarana Bonding Psikologis Ibu dan Anak Melalui Pemanfaatan Media Promosi
Kesehatan di Puskesmas Campurejo Kota Kediri” sebagai kewajiban dalam memenuhi
mata ajar Residensi pada program Magister Kesehatan Masyarakat dengan Peminatan
Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Dalam penyusunan laporan ini, ada beberapa hambatan
dan kendala yang dihadapi, baik di lapangan maupun secara tertulis. Namun dengan kerja keras
dan bimbingan dari pihak terkait, penulis dapat menjalankan dan menyelesaikannya. Pada
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Ibu Dr. Katmini, S. Kep., Ns., M.
Kes. sebagai Dosen Pembimbing, yang telah mengarahkan, memfasilitasi, dan membimbing
penulis dalam mengerjakan dan menyelesaikan laporan ini. Penulis juga menghaturkan
terimakasih kepada keluarga dan rekan dalam kelompok residensi yang telah memberi
dukungan dan bantuan selama proses residensi berlangsung.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan pengerjaan laporan ini masih terdapat
beberapa kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran yang membangun bagi
kebaikan laporan ini. Semoga pelaksanaan residensi dan pengerjaan laporan ini dapat
memberikan manfaat untuk semua pihak terkait, khususnya terkait dengan program promosi
kesehatan yang ada di puskesmas.

Kediri, Desember 2021

Dian Jayantari Putri K. Hedo, S. Psi.

vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………......... i
LEMBAR PERSETUJUAN …………………………………………………….......... ii
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………………........... v
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………... vi
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………...... vii
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………………...... viii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………… 1
A. Latar Belakang ……………………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………… 4
C. Tujuan Residensi .…………………………………………………………… 4
1. Tujuan Umum .………………………………………………………….. 4
2. Tujuan Khusus .………………………………………………………….. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .....…………………………………………………… 5
BAB III HASIL RESIDENSI
A. Kondisi Tempat Residensi ………..…..……………………………………. 24
1. Lokasi ….………………………………………………….…………….. 24
2. Visi Misi ………………...………………………….…………………… 25
3. Sumber Daya Manusia …………………………….……………………. 25
4. Program-program yang ada di tempat residensi …..……………………. 26
5. Manajemen yang ada di tempat residensi …..……………..……………. 28
6. Sesuai area kajian tiap-tiap peminatan …..……………..…………,,,,…. 28
B. Pengkajian …….…………………………………………………………….. 31
C. Perumusan Masalah …………………………….…….…….……………….. 33
D. Prioritas Masalah ……………………………………………………………. 34
E. Rencana Intervensi ………………………..….……………………………… 35
F. Implementasi Rencana Intervensi……………………………………………. 39
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan……………………………………………………………………. 43
B. Saran…………………………………………………………………………... 44
DAFTAR PUSTAKA ...……………...…………………………………………………. 45
LAMPIRAN

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Jadwal Kegiatan Residensi


Lampiran B. Daftar Kehadiran Kegiatan Residensi
Lampiran C. Dokumentasi Kegiatan Residensi
Lampiran D. Media Edukasi

viii
Bab I
Latar Belakang

A. Pendahuluan
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) merupakan investasi jangka panjang yang dapat
dilakukan untuk membangun kualitas sumber daya manusia. Pemberian ASI eksklusif dapat
mengurangi tingkat kematian bayi dan memenuhi kebutuhan gizi dan asupan nutrisi dengan
baik (Martín-Iglesias et al., 2018). ASI merupakan asupan makanan pertama yang alami bagi
bayi selama 6 bulan pertama kehidupannya, yang memastikan kebutuhan nutrisi anak terpenuhi
untuk menunjang kesehatan, pertumbuhan, dan perkembangan anak secara optimal.
Secara global, terdapat 42 persen Ibu yang memberikan ASI pada anaknya sejak
pertama melahirkan. Di negara Kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara, terdapat sekitar 35
persen Ibu yang menyusui anaknya. Di Afrika Timur dan Afrika Selatan terdapat sekitar 65
persen Ibu yang menyusui anaknya. Sedangkan di Indonesia, diperkirakan terdapat sekitar 57
persen Ibu yang menyusui anaknya pada saat pertama kali melahirkan (Gayatri & Dasvarma,
2020).
Pemberian ASI eksklusif merupakan salah satu indikator Perilaku Hidup Bersih Sehat
(PHBS). PHBS adalah perilaku kesehatan secara keseluruhan yang dilakukan secara sadar agar
keluarga dan seluruh anggota keluarga mampu menolong diri sendiri terkait kesehatan, serta
dapat berperan aktif dalam berbagai aktivitas di masyarakat. Promosi mengenai PHBS dapat
dilakukan melalui edukasi dan pemberian informasi kepada masyarakat melalui berbagai
media informasi. PHBS merupakan salah satu program pembangunan kesehatan di Indonesia,
yang mana salah satu sasaran penerapan PHBS adalah pada tatanan rumah tangga
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016). PHBS pada tatanan rumah tangga
berperan dalam mempertahankan dan meningkatkan kondisi kesehatan keluarga secara
keseluruhan. Pada tatanan rumah tangga, salah satu indikator PHBS adalah pemberian ASI
eksklusif (Damayanti & Karin, 2016). Pada lokus residensi yaitu UPTD Puskesmas
Campurejo, pemberian ASI eksklusif termasuk di dalam salah satu indikator PHBS yang
dipenuhi oleh rumah tangga terkait program kegiatan Promosi Kesehatan pada bidang Tatanan
Sehat.
ASI merupakan nutrisi alami yang memiliki nutrisi yang tinggi bagi anak (Cohen et al.,
2018). Selain itu ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh anak dari penyakit dan memberi
berbagai manfaat bagi anak (Molitoris, 2019). Anak yang menerima ASI eksklusif cenderung

1
memiliki kecerdasan yang baik, berat badan yang ideal, terhindar dari resiko mengalami
stunting, memiliki tulang yang kuat, dan terhindar dari resiko kematian bayi mendadak
(Abuhammad & Johnson, 2018; Sampe et al., 2020). Beberapa manfaat yang diterima anak
terkait pemberian ASI tersebut akan membantu anak mengalami pertumbuhan dan
perkembangan fisik dan psikologis yang optimal, baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang (Leeming et al., 2017). Selain bermanfaat bagi anak yang menerimanya, pemberian
ASI juga memberikan manfaat bagi Ibu. Ibu yang menyusui cenderung memiliki ikatan
psikologis (bonding) yang lebih erat dengan anak, terhindar dari resiko pendarahan, resiko
kanker, dan dapat berfungsi sebagai metode kontrasepsi yang alami selama melakukan
pemberian ASI eksklusif pada 6 bulan pertama setelah melahirkan (Yusrina & Devy, 2017).
Pemberian ASI juga membawa manfaat positif secara psikologis. Ibu yang menyusui
anak cenderung dapat membentuk ikatan psikologis yang baik dan intim dengan anaknya.
Ikatan psikologis (bonding) yang baik antara Ibu dan anak yang terbentuk selama proses
menyusui tersebut dapat berperan penting dalam kehidupan dan perkembangan psikologis anak
di masa depan (Peñacoba & Catala, 2019). Anak yang memiliki bonding yang baik dan intim
dengan Ibunya cenderung akan memiliki rasa aman (security) dalam melakukan eksplorasi diri
dan lingkungan yang dapat bermanfaat bagi optimalisasi tumbuh kembangnya (Lau, 2018).
Proses menyusui yang dilakukan Ibu kepada anak dapat menjadi salah satu sarana
dalam menciptakan bonding antara Ibu dan anak (Shariat & Abedinia, 2017). Ibu yang
menyusui anak akan membentuk ikatan dan hubungan yang intim dan kondusif dengan anak
melalui bahasa tubuh Ibu, tatapan mata Ibu, sentuhan Ibu, dan interaksi verbal yang dilakukan
Ibu kepada anak selama proses menyusui (Ciampo & Ciampo, 2018). Secara fisiologis, pada
Ibu yang menyusui terjadi sekresi hormon oksitosin. Hormon ini memiliki peran penting dalam
pembentukan ikatan (bonding) antara Ibu dan anak (Vassilopoulou et al., 2021). Hormon ini
disekresi melalui adanya efek positif menyusui yang ditimbulkan oleh interaksi verbal dan
nornverbal Ibu dengan anak selama proses menyusui berlangsung (Krol & Grossmann, 2018).
Meskipun ASI memiliki manfaat yang penting bagi optimalisasi pertumbuhan dan
perkembangan anak, serta bagi kesehatan Ibu, namun masih terdapat beberapa permasalahan
terkait pemberian ASI yang menyebabkan anak tidak dapat menerima ASI eksklusif selama 6
bulan. Salah satu permasalahan yang terjadi adalah adanya kondisi tertentu yang dimiliki oleh
Ibu yang menyebabkan keterbatasan dalam memberikan ASI kepada anak. Dalam hal ini Ibu
yang bekerja cenderung memiliki kesulitan dalam memberikan ASI eksklusif kepada anak (A.
Rahmawati & Susilowati, 2018). Selain permasalahan terkait kondisi bekerja, keterbatasan Ibu

2
dalam memberikan ASI eksklusif juga disebabkan oleh terbatasnya pengetahuan dan informasi
yang dimiliki Ibu terkait ASI (Erfiyani & Nuria, 2020).
Data dari lokus lokasi residensi yaitu UPTD Puskesmas Campurejo juga
mengungkapkan kondisi serupa seperti yang telah diungkapkan pada penjelasan sebelumnya.
Pada seluruh wilayah yang menjadi cakupan kerja UPTD Puskesmas Campurejo, terdapat
permasalahan terkait tidak tercapainya target pemberian ASI eksklusif oleh Ibu kepada anak.
Di wilayah kelurahan Lirboyo, pencapaian target terkait ASI adalah 59 persen. Di wilayah
kelurahan Tamanan pencapaian target terkait ASI adalah 67 persen. Di wilayah kelurahan
Campurejo pencapaian target terkait ASI adalah 40 persen. Di wilayah Kelurahan Banjarmlati
pencapaian target terkait ASI adalah 61 persen. Di wilayah kelurahan Bandar Kidul pencapaian
target terkait ASI adalah 31 persen. Dari hasil survei di wilayah lokus UPTD Puskesmas
Campurejo, diketahui bahwa capaian pemberian ASI eksklusif adalah 40 persen. Rendahnya
pemberian ASI mayoritas disebabkan oleh permasalahan yang dialami oleh Ibu terkait
pengetahuan dan kemampuan memberikan ASI kepada anak.
Berdasarkan kondisi yang telah dijelaskan tentang rendahnya pencapaian program
terkait ASI eksklusif di wilayah lokus residensi, maka dapat diterapkan dan diimplementasikan
suatu rancangan intervensi program sebagai solusi atas permasalahan tersebut. Solusi yang
dapat diajukan adalah dengan melakukan kegiatan promosi kesehatan. Promosi kesehatan yang
dilakukan adalah dalam bentuk pemberian edukasi dan pengetahuan terkait ASI dan
mekanisme psikologis proses menyusui dalam kaitannya sebagai sarana bonding yang
memiliki manfaat psikologis bagi Ibu dan anak. Dengan adanya intervensi promosi kesehatan
tersebut, diharapkan dapat menjadi sarana untuk menciptakan dan meningkatkan kesadaran,
informasi, dan pengetahuan Ibu terkait ASI dan manfaatnya secara psikologis yang berkaitan
dengan pembentukan bonding pada anak.
Promosi kesehatan yang dapat dilakukan dan sesuai dengan konteks yang terdapat pada
lokus residensi adalah melalui pemanfaaatan media promosi kesehatan. Media promosi
kesehatan dapat menunjang pemberian akses informasi, pengetahuan, dan edukasi terkait ASI
secara konkrit dan praktis, serta sesuai dengan keadaan di era saat ini yang menuntut adanya
kecepatan dan kesibukan. Media promosi kesehatan adalah sarana atau upaya untuk
menampilkan pesan informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator kepada penerima
pesan sehingga sasaran pesan dapat menerima dan meningkatkan pengetahuannya serta dapat
merubah perilakunya ke arah positif terkait kesehatan (Jatmika et al., 2019).

3
Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan sebelumnya mengenai ASI dan peran
menyusui sebagai sarana bonding pada Ibu dan anak, maka perlu dilakukan suatu upaya
promosi kesehatan yang berupa intervensi terkait pemberian ASI oleh Ibu kepada anak.
Intervensi dilakukan agar dapat mengoptimalkan pemberian ASI oleh Ibu kepada anak, melalui
pengetahuan dan edukasi yang dimiliki oleh Ibu terkait ASI dan menyusui. Pemberian ASI dan
adanya bonding psikologis antara Ibu dan anak yang ditimbulkan dalam proses pemberian ASI
dengan menyusui tersebut diharapkan mampu membantu anak mencapai kondisi kesehatan,
pertumbuhan, dan perkembangan yang optimal dalam jangka pendek maupun jangka panjang
kehidupannya.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diajukan dalam residensi ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pemberian ASI yang dilakukan oleh Ibu menyusui di wilayah UPTD
Puskesmas Campurejo?
2. Bagaimana faktor resiko terkait keadaan cakupan ASI oleh Ibu menyusui di wilayah
UPTD Puskesmas Campurejo?
3. Bagaimana solusi yang dapat diajukan untuk mengatasi kondisi tersebut?

C. Tujuan Residensi
1. Tujuan Umum : Melakukan implementasi pelayanan dan upaya promosi kesehatan
pada pelayanan kesehatan masyarakat dengan tujuan menerapkan
strategi promosi kesehatan melalui layanan edukasi terkait kesehatan
2. Tujuan Khusus : Melakukan intervensi promosi kesehatan mengenai pemberian ASI
eksklusif bagi Ibu yang dapat berfungsi sebagai salah satu sarana
bonding psikologis dengan anak, melalui program kegiatan promosi
kesehatan dalam bentuk edukasi kesehatan

4
Bab II
Tinjauan Pustaka

A. Air Susu Ibu (ASI)


Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan alami untuk bayi, yang berupa cairan
berisi kandungan gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga
memampukan bayi tumbuh dan berkembang dengan baik (Castillo et al., 2020; Gabbianelli
et al., 2020; Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012). ASI diberikan oleh Ibu
kepada anak saat baru dilahirkan hingga anak berusia 2 tahun. Pemberian ASI yang
terutama adalah ketika pada saat anak baru lahir hingga berusia 6 bulan atau yang disebut
dengan pemberian ASI eksklusif tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan
makanan atau minuman lain (kecuali obat, vitamin, dan mineral) (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2012; Martín-Iglesias et al., 2018).
Proses pemberian ASI atau menyusui dilakukan pada beberapa momentum
kehidupan anak yaitu pada saat segera setelah anak lahir (30 menit pertama), saat anak
berusia 0 hingga 6 bulan (ASI eksklusif), dan saat anak berusia 6 bulan sampai 2 tahun,
yang disertai dengan makanan pendamping ASI yang sesuai (Cohen et al., 2018; Erfiyani
& Nuria, 2020; Keni et al., 2020). Dalam proses menyusui, diperlukan adanya manajemen
dan kontrol diri, kesadaran dan determinasi diri, dan pengetahuan dan sikap yang
mendukung tentang ASI pada diri Ibu (Kamariyah, 2014; Keni et al., 2020). Ibu yang
melakukan proses menyusui perlu memiliki pengetahuan dan informasi yang benar terkait
teknik menyusui (Yang et al., 2018; Zhao et al., 2017). Teknik menyusui merupakan cara
yang dilakukan Ibu dalam memberikan ASI kepada bayi secara langsung dari payudara
Ibu dengan posisi tertentu yang bertujuan untuk meningkatkan produksi ASI, memperkuat
refleks hisap bayi dan mengurangi bendungan ASI. Teknik menyusui meliputi seluruh
proses menyusui yang dilakukan Ibu, yaitu persiapan menyusui, cara menyusui, dan posisi
menyusui (Keni et al., 2020; Yusrina & Devy, 2017).
Terdapat beberapa teknik menyusui yang dapat dilakukan oleh Ibu menyusui
seperti yang dijelaskan dalam penelitian (Rahmawati, 2017). Teknik menyusui dapat
berupa pengaturan posisi duduk Ibu saat menyusui, cara Ibu memegang bayi, pengaturan
posisi bayi, penempatan tubuh bayi ke dada Ibu, pendekatan tubuh bayi hingga perut,
penyanggaan tubuh bayi secara keseluruhan, pengaturan posisi dan arah bayi ke payudara

5
Ibu, pengaturan posisi masuknya puting dan areola Ibu ke mulut bayi, dan tanda bayi
mampu menghisap ASI dengan benar.
Proses menyusui merupakan suatu proses yang kompleks dan memerlukan
pengetahuan dasar terkait menyusui. Agar dapat melakukan proses menyusui terutama
menyusui secara eksklusif, Ibu perlu memiliki pengetahuan tentang anatomi payudara dan
proses menyusui secara umum. Anatomi payudara pada Ibu meliputi area areola (area
payudara yang berwarna gelap di sekitar puting Ibu, yang mengandung kelenjar
Montgomery sebagai penghasil cairan berminyak yang dapat menjaga kesehatan kulit di
sekitar areola), alveoli (bagian kantong penghasil ASI yang dipengaruhi oleh hormon
prolaktin), duktus laktiferus (saluran kecil untuk menyalurkan ASI dari alveoli ke sinus
laktiferus), sinus laktiferus (saluran ASI yang melebar dan membentuk kantong di sekitar
areola, berfungsi sebagai bagian penyimpan ASI), serta jaringan lemak dan penyangga
(Ciampo & Ciampo, 2018; Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2013).
Dalam rangka menunjang keberhasilan dan keberlangsungan proses menyusui,
terutama menyusui secara eksklusif oleh Ibu kepada bayi, seorang Ibu perlu memiliki
pengetahuan tentang proses menyusui secara umum (Castillo et al., 2020; Leeming et al.,
2017). Edukasi terkait ASI dan proses menyusui perlu diberikan kepada setiap Ibu
menyusui (Cohen et al., 2018; Himalaya & Maryani, 2021). Pengetahuan dan informasi
terkait ASI dan proses menyusui yang diperoleh Ibu melalui edukasi tersebut berfungsi
sebagai strategi koping Ibu pada saat mengalami permasalahan terkait ASI dan menyusui
(Cohen et al., 2018). Proses menyusui dimulai ketika bayi menghisap puting payudara Ibu.
Hisapan tersebut akan menimbulkan rangsangan pada ujung saraf sensoris di sekitar
payudara Ibu sehingga merangsang sekresi prolaktin yang dihasilkan oleh kelenjar
hipofisis bagian depan. Prolaktin yang masuk ke peredaran darah Ibu akan memicu sel
sekretori di alveolus untuk menghasilkan ASI. Semakin banyak ASI yang dikeluarkan dari
sinus laktiferus, maka produksi ASI yang dihasilkan akan semakin banyak pula. Sehingga
dapat dikatakan bahwa semakin sering bayi menyusui, maka semakin banyak ASI yang
diproduksi oleh Ibu (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2013).
Selain hormon prolaktin, proses menyusui juga dipengaruhi oleh hormon oksitosin
yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis bagian belakang. Hormon oksitosin dihasilkan oleh
hisapan bayi pada puting Ibu yang memunculkan rangsangan pada ujung saraf payudara.
Oksitosin di dalam aliran darah Ibu akan merangsang kontraksi otot di area alveoli dan
memeras ASI keluar dari pabrik ASI ke gudang ASI. Pembentukan oksitosin berlangsung

6
lebih cepat dibandingkan dengan prolaktin. Hal tersebut menyebabkan ASI di payudara
Ibu dapat mengalir untuk dihisap oleh bayi. Oksitosin dapat bekerja meskipun bayi belum
menghisap puting payudara Ibu, yaitu ketika keinginan atau niat untuk menyusui muncul
di dalam diri Ibu (Ciampo & Ciampo, 2018; Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2013).
Selain mengetahui informasi tentang proses menyusui, Ibu juga perlu memahami
informasi dan pengetahuan tentang ketrampilan menyusui agar proses menyusui dapat
berlangsung dengan baik dan berkelanjutan (Shariat & Abedinia, 2017; Zhao et al., 2017).
Ketrampilan menyusui yang baik meliputi posisi dasar menyusui dan perlekatan bayi pada
payudara Ibu secara tepat. Posisi dasar menyusui yang perlu dipahami dan diperhatikan
Ibu adalah posisi badan Ibu dan bayi, posisi mulut bayi, dan perlekatan dengan payudara
Ibu. Ibu dapat menyusui bayi dengan posisi duduk, terlentang, dan tidur miring. Posisi bayi
saat menyusu perlu disanggah agar memungkinkan posisi kepala bayi berada lurus
menghadap puting Ibu dan posisi badan bayi menempel dengan badan Ibu (Ikatan Dokter
Anak Indonesia, 2013; Rinata et al., 2016).
Agar proses menyusui dapat berhasil dengan lancar, Ibu perlu memiliki
pengetahuan mengenai langkah menyusui pada umumnya yang dapat dilakukan oleh Ibu
kepada bayinya. Langkah menyusui diawali dengan menyentuh bibir bawah bayi dengan
puting dan menunggu bayi membuka mulutnya. Lalu Ibu mendekatkan posisi bayi ke
payudara dengan menekan punggung dan bahu bayi. Ibu dapat mengarahkan puting ke atas
dan memasukkannya ke mulut bayi dengan cara menyusuri langit-langit mulut bayi. Ibu
perlu memastikan bahwa Ibu mampu memasukkan bagian payudara Ibu sebanyak
mungkin ke dalam mulut bayi. Setelah puting Ibu berada di dalam mulut bayi, ia akan
memulai gerakan memutar mulut ke arah luar dan posisi dagu bayi menempel pada
payudara dan posisi puting Ibu berada pada posisi terlipat di bawah bibir atas bayi (Ikatan
Dokter Anak Indonesia, 2013).
ASI memiliki beberapa manfaat bagi anak yang menerimanya dan bagi Ibu yang
memberikannya (Vassilopoulou et al., 2021). ASI dapat menjamin terpenuhinya aspek
pertumbuhan dan perkembangan bayi yang penting dalam fase kehidupannya, yaitu aspek
gizi, imunitas, psikologi, kognitif, neurologis, ekonomis, dan berfungsi sebagai metode
kontrasepsi alami bagi Ibu yang menyusui secara eksklusif (Amran & Amran, 2013; Cohen
et al., 2018; Martín-Iglesias et al., 2018; Rahmawati, 2017). Ibu yang menyusui anaknya
cenderung menerima efek secara psikologis terkait dirinya dan anak yang disusuinya.
Secara psikologis, proses menyusui yang dilakukan Ibu kepada anaknya dapat

7
meningkatkan sensitivitas Ibu. Sensitivitas Ibu merupakan kemampuan Ibu untuk
mengenali dan memberikan respon kepada bayi secara konsisten, yang berperan penting
dalam interaksi antara Ibu dan bayi. Ibu yang memiliki sensitivitas kepada bayi cenderung
mampu menciptakan hubungan atau ikatan yang aman (secure attachment) dengan bayi
sehingga bayi dapat melakukan eksplorasi dengan baik. Hal tersebut berperan penting
dalam mempengaruhi kesehatan mental bayi, kemampuan konitif, dan kesehatan fisik bayi
di masa kini dan masa mendatang. Saat Ibu menyusui, terjadi perubahan fisik dan
psikologis yang mempengaruhi sensitivitas Ibu secara positif (Abuhammad & Johnson,
2018).
Seorang Ibu dapat menerima beberapa manfaat dari proses menyusui yang
dilakukannya. Ibu yang menyusui dan memberikan ASI kepada anak dapat membentuk
hubungan yang intim dan penuh kasih sayang dengan anak, dapat mengurangi pendarahan
setelah persalinan, mengurangi resiko terjadinya infeksi, mempercepat pemulihan fisik
setelah persalinan, menunda kehamilan berikutnya secara alami (jika melakukan
pemberian ASI secara eksklusif), mengurangi resiko mengalami kanker payudara, dan
mempermudah pergerakan Ibu karena sifatnya yang praktis, serta membantu meringankan
beban ekonomi karena tidak perlu membeli susu formula untuk anak (Ciampo & Ciampo,
2018; Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012; Rosyida et al., 2020). Secara
jangka panjang, manfaat menyusui bagi Ibu adalah mengurangi resiko Ibu mengalami
penyakit diabetes, osteoporosis, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, rheumatoid
arthritis, Alzheimer, dan multiple sclerosis (Ciampo & Ciampo, 2018; Martín-Iglesias et
al., 2018).
ASI juga dapat memberikan beberapa manfaat bagi anak yang menerimanya
(Abbas et al., 2020; Wattimena & Werdani, 2015). Anak yang mengkonsumsi ASI
cenderung memiliki pemenuhan gizi yang baik untuk menunjang pertumbuhan dan
perkembangan fisik dan psikologis, memiliki kekebalan tubuh yang baik, mengurangi
resiko perkembangan alergi, mengurangi angka kematian bayi, mengurangi resiko
stunting, serta membantu memperbaiki refleks menghisap, menelan, dan pernapasan pada
anak (Gabbianelli et al., 2020; Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012; A.
Rahmawati & Susilowati, 2018; Rosyida et al., 2020). Sebaliknya, anak yang tidak
menerima ASI cenderung memiliki resiko yang tinggi mengalami penyakit kronis di usia
dewasa, yaitu penyakit jantung, hipertensi, dan diabetes (Latorre et al., 2021; Yusrina &
Devy, 2017).

8
Dalam proses menyusui, terdapat beberapa permasalahan yang umumnya dialami
oleh Ibu (Wattimena et al., 2012). Permasalahan terkait menyusui dapat berupa rendahnya
informasi dan pengetahuan yang dimiliki Ibu terkait ASI dan proses menyusui, penerapan
teknik menyusui yang tidak tepat sehingga menyebabkan ketidaknyamanan Ibu dan
berkurangnya kelancaran produksi ASI, kondisi Ibu bekerja dan tidak bekerja, keadaan
fisiologis anak yang tidak dapat melakukan proses menyusui secara langsung, dan kondisi
psikologis Ibu selama proses menyusui berlangsung (Armini, 2016; N. I. Rahmawati,
2017). Ibu yang bekerja cenderung memiliki hambatan tersendiri dalam hal menyusui,
terkait dengan keterbatasan waktu, tenaga, dan kondisi mental yang dialaminya di
tempatnya bekerja (Erfiyani & Nuria, 2020). Ibu yang memiliki pengetahuan terbatas
terkait ASI dan proses menyusui juga cenderung memiliki hambatan dalam menyusui. Hal
ini disebabkan karena Ibu yang memiliki pengetahuan yang terbatas terkait ASI dan proses
menyusui, cenderung memiliki kesadaran yang rendah terkait pentingnya ASI bagi anak,
sehingga tidak mampu menampilkan perilaku yang baik untuk memberikan ASI kepada
anaknya. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pengetahuan merupakan
faktor dominan dalam membentuk perilaku individu (Kamariyah, 2014; Yusrina & Devy,
2017). Kesadaran Ibu terkait ASI dan proses menyusui berperan penting dalam
menginisiasi dan menjaga keberlangsungan proses menyusui. Kesadaran tersebut
memfasilitasi Ibu untuk menyadari bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk
menghasilkan ASI, dan menyadari bahwa dengan memberikan ASI kepada anak melalui
proses menyusui, dapat membawa manfaat positif bagi kualitas kesehatan dan kehidupan
Ibu dan anak (Wattimena & Werdani, 2015).

B. Aspek psikologis menyusui


Proses menyusui merupakan suatu aktivitas yang kompleks dan melibatkan
beberapa aspek kehidupan Ibu dan anak. Selain merupakan aktivitas pemberian makanan
utama bagi bayi melalui air susu yang keluar dari payudara Ibu, menyusui juga melibatkan
proses kognitif, mental, dan perilaku. Anak yang memperoleh ASI dari Ibu cenderung
memiliki kemampuan kognitif yang baik, yaitu memiliki performa mengingat dan
kemampuan verbal yang baik, serta perkembangan otak dan intelektual yang optimal.
Selain itu anak yang memperoleh ASI juga cenderung memiliki perkembangan sosial dan
emosional yang baik, serta memiliki resiko rendah dalam hal masalah perilaku dan
temperamen. Jadi dapat dikatakan bahwa proses dan mekanisme fisiologis pada aktivitas

9
menyusui yang menghasilkan ASI untuk dikonsumsi oleh anak dapat menjadi dasar
tejadinya proses psikologis dan pembentukan manfaat psikologis pada diri Ibu dan anak
(Krol & Grossmann, 2018).
Menyusui merupakan peran penting dan utama yang dimiliki oleh Ibu kepada
anaknya. Saat aktivitas menyusui berlangsung, Ibu dan anak terlibat dalam aktivitas yang
berfungsi untuk menyalurkan cinta dan kasih sayang (love and affection transmitting) oleh
Ibu kepada anaknya. Selain itu aktivitas tersebut juga mampu memenuhi kebutuhan
biologis, emosi, dan mental. Terpenuhinya kebutuhan Ibu dan bayi tersebut dapat
meningkatkan derajat kesehatan Ibu dan bayi secara umum (Shariat & Abedinia, 2017).
Secara umum, menyusui dapat memberikan efek psikologis yang positif bagi Ibu,
yaitu meningkatkan kesehatan mental dan kesejahteraan emosi (emotional wellbeing)
(Krol & Grossmann, 2018). Ibu yang menyusui cenderung memiliki lebih sedikit masalah
gangguan emosi, stres, dan depresi (Ciampo & Ciampo, 2018; Molitoris, 2019). Hal ini
terjadi karena Ibu yang menyusui cenderung memiliki kortisol yang rendah terkait pemicu
terjadinya stres psikologis (Krol & Grossmann, 2018). Hormon oksitosin yang disekresi
Ibu saat menyusui menyebabkan Ibu mengalami ketenangan, meningkatkan kesejahteraan
psikologis, suasana hati dan emosi yang positif, serta mengurangi terjadinya stres dan
emosi negatif pada diri Ibu (Ciampo & Ciampo, 2018; Martín-Iglesias et al., 2018).
Pada Ibu menyusui terjadi sekresi hormon yang mengatur proses laktasi yaitu
oksitosin dan prolaktin (Kamariyah, 2014; Peñacoba & Catala, 2019). Hormon tersebut
memberikan pengaruh pada struktur otak untuk mengaktifkan perilaku sosial dan
perlindungan yang dilakukan oleh Ibu, yang mana kelekatan terhadap anak merupakan
salah satu bentuk perilaku tersebut (Peñacoba & Catala, 2019). Oksitosin merupakan
elemen penting dalam stimulasi pembentukan ikatan (bonding) antara Ibu dan anak
(Ciampo & Ciampo, 2018; Vassilopoulou et al., 2021). Sekresi hormon oksitosin pada Ibu
menyusui dipicu oleh adanya efek positif menyusui yang muncul dari interaksi verbal dan
nonverbal Ibu dengan anak, kontak mata dengan anak selama menyusui, dan sentuhan
anak secara fisik (Krol & Grossmann, 2018). Seluruh interaksi antara Ibu dan anak yang
terjadi selama proses menyusui berlangsung merupakan suatu bentuk perilaku perawatan
yang ditunjukkan oleh Ibu kepada anaknya (maternal behavioural care) (Lau, 2018).
Pada saat Ibu menyusui bayinya, terjadi perubahan fisiologis dan psikologis pada
diri Ibu dan bayi. Perubahan fisiologis terjadi karena adanya efek kontak fisik yang dekat
di antara Ibu dan anak (Lau, 2018), dan adanya efek hisapan pada puting payudara Ibu

10
yang dilakukan oleh bayi. Hisapan bayi pada puting Ibu menghasilkan proses fisiologi
pada diri Ibu, yaitu adanya sekresi hormon oksitosin dan perubahan di otak yang memicu
peningkatan aktivitas pada lobus frontal dan girus frontal inferior hinga ke operculum
frontal. Jadi dapat dikatakan bahwa Ibu yang menyusui bayinya akan mengalami
peningkatan aktivitas otak pada beberapa bagian otak, yang mana bagian otak tersebut
berfungsi mengatur sensitivitas yang dimiliki oleh Ibu. Ibu yang memiliki sensitivitas yang
berfungsi dengan baik cenderung lebih rileks, tenang, dan mengalami tegangan otot dalam
intensitas rendah. Hal ini terjadi karena adanya hormon oksitosin yang disekresi pada diri
Ibu. Jadi dapat dikatakan bahwa menyusui dapat meningkatkan sensitivitas Ibu kepada
bayi, dan dapat menciptakan serta meningkatkan ikatan dan kelekatan yang aman di antara
Ibu dan anak (Abuhammad & Johnson, 2018; Molitoris, 2019).
Proses menyusui yang dilakukan oleh Ibu kepada anak juga melibatkan adanya
interaksi secara verbal yang berupa suara percakapan antara anak dan Ibu, suara tangisan
anak, dan interaksi verbal lainnya. Interaksi verbal tersebut mengaktifkan otak Ibu pada
beberapa bagian atau area limbik otak. Aktivasi bagian limbik pada otak Ibu memfasilitasi
terjadinya keterlibatan emosional pada diri Ibu terhadap anaknya, sehingga dapat
membantu memunculkan adanya ikatan psikologis (bonding) di antara keduanya (Krol &
Grossmann, 2018).
Pemberian ASI melalui proses menyusui membantu dan memfasilitasi terjadinya
pembentukan sensitivitas Ibu, ikatan Ibu terhadap anak (bonding), serta kelekatan anak
terhadap Ibu (attachment) yang positif dan aman (Krol & Grossmann, 2018). Selain
membentuk ikatan dan kelekatan tersebut, pemberian ASI melalui proses menyusui juga
dapat meningkatkan dan mempertahankan ikatan dan kelekatan di antara Ibu dan anak
secara jangka panjang. Ikatan (bonding) yang dilakukan oleh Ibu kepada anak dapat
menciptakan emosi yang positif pada diri anak dan menurunkan resiko anak mengalami
somatisasi di usia selanjutnya (Abbas et al., 2020; Peñacoba & Catala, 2019).
Pada konsep mengenai hubungan Ibu dan anak terdapat dua dimensi yang saling
terkait yaitu ikatan (bonding) oleh Ibu kepada anak dan ikatan atau kelekatan (attachment)
oleh anak kepada Ibu. Ikatan (bonding) merupakan konsep yang memiliki berbagai
definisi, pengertian, dan istilah terkait yang umumnya dapat digunakan secara bergantian
satu sama lain (interchangeably). Ikatan Ibu dengan anak (bonding) merupakan suatu
investasi emosi atau psikologis pada diri anak yang berasal dari adanya suatu proses bilogis
tertentu (biological based). Bonding juga diartikan sebagai hubungan emosional yang

11
terjadi pada Ibu dan anaknya (Shariat & Abedinia, 2017). Bonding tampak dari perilaku
Ibu yang disebut dengan sensitivitas maternal yaitu kemampuan Ibu menerjemahkan
persepsi secara akurat terkait sinyal yang diberikan oleh anak dan mampu meresponnya
dengan tepat (Peñacoba & Catala, 2019).

C. Media Promosi Kesehatan


Media promosi kesehatan adalah seluruh sarana atau upaya untuk menampilkan
pesan atau informasi melalui berbagai saluran seperti media cetak, elektronik, dan luar
ruang, yang dilakukan oleh komunikator kepada sasaran promosi kesehatan, yang
bertujuan agar sasaran dapat menerima dan meningkatkan pengetahuan serta mengubah
perilaku ke arah yang positif terkait kesehatan (Notoatmodjo, 2007).
Media promosi kesehatan memiliki peran penting dalam pelaksanaan program dan
kegiatan promosi kesehatan secara nyata kepada masyarakat (Jatmika et al., 2019).
Program promosi kesehatan dapat dilakukan dengan pemberian edukasi kesehatan melalui
suatu sarana media (Mudayana et al., 2017; Susilowati, 2016). Dengan adanya edukasi
kesehatan, proses pemberian informasi dan pengetahuan terkait kesehatan dapat dilakukan
secara dinamis dan mandiri, sehingga hal ini dapat mengarah kepada adanya perubahan
atau modifikasi perilaku ke arah yang positif, baik pada individu maupun masyarakat
secara luas (Nurmala et al., 2018). Media promosi kesehatan dapat menyampaikan
informasi dan pesan kesehatan secara menarik dan mudah dipahami oleh masyarakat yang
menjadi sasaran promosi kesehatan, sehingga mereka dapat menerima dan memahami
informasi kesehatan tersebut dengan tepat (Jatmika et al., 2019).
Media promosi kesehatan memiliki beberapa manfaat dalam penerapannya pada
target sasaran. Media promosi kesehatan dapat menimbulkan minat sasaran terhadap isu
kesehatan tertentu, menjangkau sasaran secara lebih luas, meningkatkan pemahaman
terhadap suatu isu kesehatan, memfasilitasi dan menstimulasi penerima informasi untuk
meneruskan pesan pada orang lain, serta mempermudah penyampaian pesan dan informasi
kesehatan (Afriyani & Salafas, 2019). Media promosi kesehatan juga meningkatkan
kemampuan individu dalam mengumpulkan informasi dan meningkatkan pengetahuan
dengan mudah (Mudayana et al., 2017).
Media promosi kesehatan dapat melakukan perannya sebagai sarana promosi
kesehatan dan penyampai pesan dan informasi kesehatan dengan efektif apabila pesan dan
informasi yang terkandung di dalamnya disusun dengan tepat, jelas, dan sesuai dengan

12
kebutuhan dan keadaan sasarannya. Dalam menyusun pesan yang terkandung pada media
promosi kesehatan, terdapat beberapa pendekatan yang dapat dilakukan. Beberapa
pendekatan dalam menyusun pesan adalah dengan menggunakan pendekatan yang
berfokus pada rasa takut, pendekatan rasa bersalah, pendekatan rasional, pendekatan
emosional, pendekatan humor, dan pendekatan moral yang terkandung pada pesan di
dalam media promosi kesehatan (Susilowati, 2016).
Terdapat beberapa jenis media promosi kesehatan, yaitu media cetak, media
elektronik, dan media luar ruangan (Notoatmodjo, 2007). Media yang dapat digunakan
sebagai sarana promosi kesehatan bagi masyarakat Indonesia meliputi berbagai jenis
media seperti brosur, video film, banner, buku, hasil laporan, audio, backdrop, kalender,
media cetak, media sosial, poster, spanduk, merchandise, materi penyuluhan, audio visual,
flyer, infografis, umbul-umbul, leaflet, dan media publikasi lainnya (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2021) . Media cetak merupakan sarana atau alat bantu
penyampai pesan kesehatan, yang dapat berbentuk leaflet, lembar balik, dan poster. Leaflet
merupakan media penyampai informasi yang mengandung pesan kesehatan berbentuk
kertas yang dilipat. Leaflet mengandung informasi kesehatan berupa gambar dan tulisan
yang menggunakan bahasa sederhana dan mudah dipahami sasaran. Media promosi
kesehatan berupa leaflet cenderung mudah dan praktis untuk digunakan, memerlukan
biaya pembuatan yang cukup terjangkau, bersifat tahan lama, dan memiliki desain yang
menarik bagi sasaran promosi (Jatmika et al., 2019). Lembar balik adalah media yang
berbentuk seperti lembaran buku yang dapat dibalik pada setiap lembarannya. Lembar
balik mengandung informasi dan pesan berupa gambar dan kalimat yang dapat
memperluas perkembangan ide dan isi dari pesan yang ditampilkan. Media promosi
kesehatan berupa lembar balik mengandung konten media yang cenderung mudah untuk
dipahami, praktis, dan membutuhkan biaya produksi yang terjangkau.
Selain berupa leaflet dan lembar balik, media cetak promosi kesehatan juga dpat
berupa poster. Poster merupakan media penyampai informasi yang mengandung pesan
kesehatan, berbentuk kertas yang ditempel di ruang atau fasilitas publik. Media promosi
kesehatan poster berfungsi untuk menarik perhatian sasaran secara cepat dengan
komunikasi visual yang terkandung di dalamnya, serta sebagai sarana belajar terntang
indormasi kesehatan tertentu. Poster cenderung mudah dan cepat untuk dipahami oleh
sasaran, terdapat di tempat umum sehingga mudah diakses, dan memerlukan biaya
produksi yang terjangkau.

13
Media promosi kesehatan lain selain media tercetak adalah media elektronik dan
media luar ruangan. Media elektronik merupakan sarana penyampai informasi kesehatan
yang dinamis, bergerak, serta dapat didengar dan dilihat oleh sasaran penerima informasi.
Media elektronik dapat berupa televisi, radio, film, video, dan media sosial. Media sosial
sebagai media promosi kesehatan merupakan suatu medium internet yang memfasilitasi
penggunanya dalam melakukan presentasi diri, berkomunikasi, berbagi informasi dan
edukasi terkait kesehatan secara virtual (Jatmika et al., 2019). Beberapa kanal media sosial
dalam menyampaikan pesan dan informasi kesehatan adalah YouTube, Instagram,
Facebook, Twitter, dan fitur pesan komunikasi seperti WhatsApp. Media sosial merupakan
media yang efektif dalam melakukan promosi kesehatan. Hal ini disebabkan karena media
sosial dapat menyebarkan dan menyampaikan informasi dan edukasi kesehatan secara
cepat dan luas kepada sasaran promosi kesehatan. Media luar ruangan merupakan sarana
penyampai informasi kesehatan di luar ruangan secara umum. Media luar ruangan dapat
berbentuk papan iklan dan spanduk (Jatmika et al., 2019; Notoatmodjo, 2007).
Penggunaan media promosi kesehatan dalam kegiatan promosi kesehatan memiliki
beberapa tujuan. Media promosi kesehatan yang diberikan kepada sasaran promosi
kesehatan berguna untuk mempermudah penyampaian, pengertian, dan pemahaman
informasi kepada sasaran dan meminimalisir kesalahan interpretasi dan persepsi informasi.
Selain itu media promosi kesehatan juga memiliki tujuan untuk memperjelas informasi
yang diberikan, menjadi alternatif komunikasi verbal secara langsung, serta menampilkan
objek yang berwujud konkrit dan dapat diindera (Jatmika et al., 2019). Media promosi
kesehatan juga dapat memberikan dan meningkatkan akses sasaran promosi kesehatan
terhadap informasi dan edukasi kesehatan, serta dapat mempromosikan perubahan
perilaku ke arah yang positif terkait kesehatan (Leonita & Jalinus, 2018).
Terdapat beberapa prinsip yang terkandung di dalam media promosi kesehatan.
Prinsip media promosi kesehatan adalah bahwa jika semakin banyak indera yang berfungsi
sebagai penerima pesan atau informasi kesehatan oleh sasaran, maka semakin besar
penerimaan, pemahaman, dan kejelasan yang mampu dialami oleh sasaran. Media promosi
kesehatan juga memiliki prinsip bahwa setiap jenis atau bentuk media promosi kesehatan
memiliki kelebihan dan kekurangan yang perlu disesuaikan dengan konteks pemberian
promosi kesehatan. Prinsip media promosi kesehatan lainnya adalah bahwa dalam
perlunya penggunaan media promosi kesehatan secara variatif, tetapi tidak berlebihan dan
tidak terlalu kompleks penggunaannya. Media promosi kesehatan juga diharapkan dapat

14
memotivasi dan memfasilitasi sasaran dalam berperan dan terlibat aktif dalam
penyampaian informasi dan edukasi kesehatan. Penggunaan media promosi kesehatan juga
perlu direncanakan dengan baik sebelum disampaikan pada sasaran, yang meliputi
perencanaan dan persiapan terkait teknologi penyampaian, akses perolehan, biaya yang
diperlukan, dukungan instansi terkait, dan kebaruan media yang digunakan (Notoatmodjo,
2007).
Dalam mengembangkan suatu media promosi kesehatan perlu dilakukan beberapa
tahap pengembangan. Beberapa tahap dalam mengembangkan media promosi kesehatan
adalah tahap penentuan desain dan perencanaan produk. Pada tahap ini dilakukan
penentuan spesifikasi desain produk yang terdiri dari 3 fase, yaitu fase pembuatan desain
konseptual yang merupakan permasalahan yang akan dijadikan materi pesan, fase
pembuatan desain perwujudan yang merupakan gambaran dari komponen media, dan fase
pembuatan detail desain secara lengkap dan utuh. Setelah tahap penentuan desain dan
rencana produk, tahap selanjutnya dalam pengembangan media promosi kesehatan adalah
tahap pengujian di lapangan untuk memastikan bahwa media promosi kesehatan dapat
melakukan fungsinya dengan tepat dan efektif (Jatmika et al., 2019).

D. Edukasi Kesehatan
Edukasi kesehatan merupakan salah satu alat yang dapat digunakan dalam
melakukan promosi kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan populasi
secara umum. Promosi kesehatan itu sendiri merupakan suatu upaya atau proses untuk
membuat individu dan kelompok mampu meningkatkan kontrol atas kesehatan dan untuk
meningkatkan kesehatannya. Promosi kesehatan merupakan kombinasi dari adanya
berbagai edukasi kesehatan yang didukung oleh adanya kebijakan publik terkait kesehatan.
Promosi kesehatan memiliki tiga komponen yang terkandung di dalamnya, yaitu edukasi
kesehatan, perlindungan kesehatan, dan tindakan pencegahan. Edukasi kesehatan memiliki
beberapa dimensi yang membentuknya, yaitu partisipasi target, perencanaan, penilaian
kebutuhan dan sumber daya terkait, program yang komprehensif dan integratif, adanya
perubahan perilaku jangka panjang, perubahan norma masyarakat, dan didukung secara
ilmiah oleh penelitian dan evaluasi (WHO, 2012).
Organisasi Kesehatan Dunia menjelaskan definisi edukasi kesehatan secara lebih
detail dan komprehensif, yaitu suatu proses pembelajaran yang melibatkan beberapa
bentuk komunikasi yang dirancang untuk meningkatkan literasi kesehatan, meningkatkan

15
pengetahuan, dan mengembangkan keterampilan hidup yang kondusif bagi kesehatan
individu dan masyarakat. Pendidikan kesehatan tidak hanya terbatas pada penyebaran
informasi dan pengetahuan terkait kesehatan secara fisik, tetapi juga terkait aspek
psikologis seperti motivasi, niat, dan kepercayaan diri yang diperlukan saat melakukan
upaya peningkatan kesehatan. Edukasi kesehatan juga merupakan suatu proses komunikasi
yang menyampaikan informasi mengenai masalah psikologis, sosial, ekonomi, dan
lingkungan yang berdampak pada kesehatan (WHO, 2012).
Edukasi kesehatan merupakan suatu proses belajar mengajar yang dinamis,
kompleks, dan berkelanjutan sepanjang proses kehidupan yang terjadi dalam berbagai latar
dan bertujuan untuk memfasilitasi dan memberdayakan target sasaran edukasi dalam
meningkatkan dan mempertahankan status kesehatannya. Edukasi kesehatan mengandung
unsur seperti adanya proses pembelajaran, berorientasi pada kesehatan, bersifat
multidimensional, berfokus pada manusia, dan melibatkan adanya keterlibatan dari
berbagai pihak. Edukasi kesehatan muncul karena adanya kesadaran akan pentingnya
kesehatan, adanya dukungan sumber daya, dan kemauan untuk bertindak. Konsekuensi
dari adanya edukasi kesehatan adalah adanya peningkatan pengetahuan, ketrampilan,
sikap, perilaku, kapasitas, kemampuan, keberdayaan, dan hasil kesehatan yang positif
(Pueyo-garrigues et al., 2019).
Pada umumnya edukasi kesehatan dilakukan dalam konteks atau latar sekolah,
tempat kerja, atau fasilitas kesehatan, dengan beberapa topik umum seperti perilaku hidup
sehat, penanganan perilaku merokok, peningkatan kesehatan mental, pencegahan HIV,
dan perilaku Ibu terkait kesehatan Ibu dan anak, termasuk perilaku menyusui (WHO, 2012;
Yang et al., 2018). Edukasi kesehatan memiliki fokus utama dalam membangun dan
meningkatkan kemampuan atau kapasitas individu melalui teknik edukasi, motivasi, dan
peningkatan kesadaran, untuk menmperoleh hasil yang positif terkait kesehatan individu
dan komunitas (Pueyo-garrigues et al., 2019). Beberapa sarana yang dapat digunakan
dalam menyampaikan edukasi kesehatan kepada target sasaran adalah dengan
menggunakan ceramah atau kuliah, perangkat lunak untuk edukasi, serta materi tertulis
yang disampaikan secara fisik dan tercetak atau disampaikan secara online (WHO, 2012).
Edukasi kesehatan sebagai suatu intervensi dalam melakukan promosi kesehatan
kepada individu dan komunitas di masyarakat dapat dilakukan melalui beberapa tahapan.
Tahap yang perlu dilakukan dalam memberikan edukasi kesehatan adalah menilai
kebutuhan individu dan masyarakat terkait edukasi kesehatan, menyusun perencanaan

16
yang efektif terkait program atau intervensi edukasi kesehatan yang akan dilakukan,
melakukan implementasi program atau intervensi, dan melakukan evaluasi untuk menilai
keefektifan program atau intervensi edukasi kesehatan (WHO, 2012).
Dalam konteks kesehatan, edukasi kesehatan dapat memberikan manfaat kepada
individu dan komunitas terkait keadaan kesehatan secara umum. Edukasi kesehatan dapat
berpotensi menghemat biaya perawatan kesehatan, mengurangi lama tinggal di rumah
sakit, dan mengurangi biaya pengobatan, dengan cara meningkatkan kontrol terhadap
kemungkinan resiko penyakit. Di dalam edukasi kesehatan terkandung konsep partisipatif
dan motivasi target sasaran untuk berperilaku tertentu dalam rangka meningkatkan dan
mempertahankan kesehatannya (Hwang & Kuo, 2018).
Pada penerapannya di lapangan, edukasi kesehatan dilakukan dalam secara nyata
pada program-program kesehatan yang berkaitan dengan program Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA), program gizi, program kesehatan lingkungan, dan program pengendalian dan
pencegahan penyakit. Edukasi kesehatan diterapkan kepada 3 jenis sasaran edukasi, yaitu
edukasi kesehatan individual, edukasi kesehatan kelompok, dan edukasi kesehatan
masyarakat. Edukasi kesehatan individual diterapkan pada level individu secara
perorangan. Edukasi kesehatan kelompok diterapkan pada level kelompok yang ada di
masyarakat seperti kelompok budaya, kelompok adat, organisasi wanita dan organisasi
profesi. Edukasi kesehatan masyarakat luas diterapkan pada sasaran wadah perwakilan
masyarakat yang peduli dan memiliki fokus dalam mengatasi isu-isu kesehatan (Pakpahan
et al., 2021).
Edukasi kesehatan dapat diberikan di beberapa latar kehidupan sasaran target
edukasi, yaitu sekolah, rumah sakit, puskesmas, dan tempat kerja. Edukasi kesehatan
memiliki tujuan untuk mengubah perilaku individu, keluarga, dan masyarakat menjadi
perilaku kondusif terkait kesehatan, mewujudkan derajat kesehatan yang optimal,
menurunkan angka kesakitan dan kematian, dan mengubah perilaku perseorangan dan atau
masyarakat dalam bidang kesehatan. Edukasi kesehatan disampaikan kepada target
sasaran melalui suatu media edukasi kesehatan, yaitu alat untuk menyampaikan informasi
kesehatan untuk mempermudah penerimaan pesan kesehatan bagi masyarakat, yang dapat
berupa leaflet, lembar balik, selebaran, poster, model buku bergambar, foto, media
elektronik, media digital, dan sebagainya. Media edukasi kesehatan adalah semua sarana
atau upaya untuk menampilkan pesan informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator

17
sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya dan mengubah perilakunya ke arah
positif terhadap kesehatan (Pakpahan et al., 2021).

E. Konsep Pengkajian Masalah


Dalam melakukan pengkajian masalah pada lokus residensi, dilakukan beberapa
cara dengan berdasarkan pada konsep pengkajian masalah yaitu diagram tulang ikan
(fishbone), metode USG (Urgency, Seriousness, dan Growth), dan metode SWOT
(Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats). Pembahasan pengkajian masalah dengan
menggunakan masing-masing cara dijelaskan sebagai berikut.
1. Diagram Tulang Ikan (Fishbone)
Diagram fishbone merupakan metode yang digunakan untuk mengidentifikasi,
mengurutkan, mengorganisasi, dan menampilkan kemungkinan penyebab atau faktor
terjadinya suatu masalah yang dibagi menjadi kelompok-kelompok faktor (Mahanani et
al., 2021). Diagram fishbone juga digunakan untuk mencari atau mengidentifikasi
penyebab masalah dan menemukan beberapa pilihan solusi atas masalah tersebut (Zainal
et al., 2021). Jadi berdasarkan definisi tersebut, diagram fishbone memiliki beberapa
fungsi, yaitu mengidentifikasi akar penyebab suatu permasalahan atau kondisi,
menemukan ide dan solusi yang mungkin muncul, serta membantu pencarian dan
penyelidikan fakta secara lebih lanjut (Ali, 2017).
Penggunaan diagram fishbone dilakukan dengan meletakkan pernyataan atas masalah
atau kondisi tertentu yang menjadi fokus, pada bagian kepala ikan. Selanjutnya diikuti
dengan meletakkan penyebab masalah tersebut terjadi berdasarkan beberapa kategori,
pada bagian tulang ikan. Setelah menyatakan masalah dan berbagai kemungkinan
penyebabnya, perlu dilakukan pernyataan kemungkinan solusi atas masalah tersebut
berdasarkan beberapa penyebab yang ada, yang diletakkan pada bagian cabang tulang ikan
di masing-masing kategori (Romo et al., 2013).
Terdapat beberapa kategori dalam pengkajian masalah dengan menggunakan diagram
fishbone, yaitu berdasarkan 5 M (Man, Method, Material, Machine, dan Measurement)
(Wardani & Minarno, 2021). Diagram fishbone digunakan sebagai metode pengkajian
masalah karena memiliki beberapa manfaat dalam penggunaannya. Diagram fishbone
dapat digunakan untuk memperoleh pemahaman yang lebih jelas dan lengkap terkait
permasalahan yang terjadi. Selain itu dengan menggunakan diagram fishbone, dapat

18
dihasilkan solusi atas permasalahan yang terjadi secara lebih permanen dan bersifat jangka
panjang (Romo et al., 2013; Yazdani & Tavakkoli-Moghaddam, 2012).

Diagram 1. Ilustrasi Diagram Tulang Ikan (Fishbone)

Problem /
Effect

Penyusunan diagram tulang ikan (fishbone) dapat dilakukan dengan beberapa tahap.
Tahap atau langkah penyusunan diagram tulang ikan (fishbone) dijelaskan oleh
(Mangundjaya, 2020), sebagai berikut. Tahap pertama yang perlu dilakukan adalah
menyatakan dan menulis permasalahan utama di bagian kepala ikan, Bagian kepala ikan
merupakan bagian akhir dari suatu garis panah yang mengarah dari kiri ke kanan (bagian
kepala ikan). Tahap kedua adalah melakukan identifikasi penyebab atau faktor terjadinya
masalah, yang dilakukan berdasarkan kategori misalnya kategori 5 M (Man, Method,
Material, Machine, dan Measurement). Tahap ketiga adalah menggunakan garis panah
yang lebih kecil untuk mendeskripsikan secara lebih detail pada masing-masing kategori.
Tahap keempat adalah mengulang tahap ketiga agar dapat menemukan akar dari
permasalahan yang terjadi pada setiap kategori.

2. Metode USG
Metode USG (Urgency, Seriousness, Growth) merupakan metode yang digunakan
untuk menentukan prioritas masalah yang akan diatasi melalui solusi yang akan diajukan
(Santoso, 2017; Wardani & Minarno, 2021). Penentuan prioritas masalah dilakukan
dengan cara menentukan tingkat kemendesakan (urgency), keseriusan (seriousness), dan
perkembangan (growth) yang dimiliki oleh suatu masalah, dengan menentukan skor nilai
pada skala 1-5. Melalui metode USG masing-masing masalah dinilai tingkat resiko dan
dampaknya. Penentuan prioritas masalah yang perlu diatasi merupakan masalah yang

19
memiliki nilai skor tertinggi berdasarkan pedoman skoring nilai USG (Ismowaty et al.,
2018; Santoso, 2017).
Tabel 2.1. Penentuan Skor USG
Skor Keterangan
5 Sangat Penting
4 Penting
3 Netral
2 Tidak Penting
1 Sangat Tidak Penting

Berdasarkan penjelasan dalam penelitian yang dilakukan oleh (Utari & Wahyuni,
2020), metode USG terdiri dari tiga faktor yaitu:
a. Urgency: Kemendesakan masalah menjelaskan masalah yang harus segera diatasi
terkait dengan waktu yang tersedia.
b. Seriousness: Kegawatan masalah menjelaskan kondisi keseriusan suatu masalah yang
dapat menimbulkan masalah lain.
c. Growth: Perkembangan masalah menjelaskan adanya kemungkinan masalah tersebut
untuk berkembang menjadi lebih buruk jika tidak diterapkan solusi dalam
mengatasinya.

3. Metode SWOT
Metode SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) merupakan metode
yang digunakan untuk menentukan solusi dan strategi dalam penyelesaian masalah yang
telah ditetapkan (Santoso, 2017; Wardani & Minarno, 2021). SWOT juga didefinisikan
sebagai suatu kerangka kerja (framework) yang berfungsi untuk melakukan identifikasi
dan analisis terhadap faktor internal dan eksternal yang memiliki pengaruh tertentu dalam
keberlangsungan suatu program, organisasi, individu, atau kondisi tertentu (Namugenyi,
2019). Pada umumnya metode SWOT merupakan alat yang digunakan dalam hal
perencanaan strategi sebagai suatu bentuk aktivitas curah pendapat (brainstorming)
(Phadermrod et al., 2016; Wang & Wang, 2020). Penerapan analisis dengan metode
SWOT dapat digunakan untuk mengkaji isu dalam bidang kesehatan, pendidikan,
pengembangan program komunitas, dan kepentingan bisnis (Giusti et al., 2020).

20
Metode SWOT memiliki peran dalam mengetahui, mengidentifikasi, dan mengkaji
seluruh karakteristik, hubungan, dan sinergi di antara faktor internal dan eksternal yang
terdapat pada suatu kondisi atau fenomena tertentu yang menjadi fokus kajian (Giusti et
al., 2020). Terdapat beberapa perencanaan strategi yang dapat diindentifikasi dan
disinergikan dari berbagai unsur melalui analisis dengan menggunakan metode SWOT.
Rencana strategi yang dapat diformulasikan untuk mengatasi permasalahan yang muncul
adalah strategi yang memadukan antara unsur kekuatan dan peluang (strength-
opportunity: SO), unsur kelemahan dan peluang (weakness-opportunity: WO), unsur
kekuatan dan ancaman (strength-threat: ST), serta unsur kelemahan dan ancaman
(weaknes-threat: WT) (Wang & Wang, 2020).
Metode SWOT dapat digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman yang dimiliki oleh suatu individu atau organisasi atau
keadaan tertentu (Ismowaty et al., 2018; Phadermrod et al., 2016). SWOT berfungsi untuk
mengidentifikasi sumber daya internal dan eksternal yang dimiliki oleh suatu individu atau
organisasi atau keadaan tertentu, serta tren perkembangan dan pola yang mungkin
memiliki pengaruh terhadapnya (Namugenyi, 2019). Dasar penerapan metode SWOT
adalah dengan memaksimalkan kekuatan dan peluang, serta meminimalkan kelemahan
dan ancaman yang dimiliki oleh suatu individu atau organisasi atau keadaan.
Terdapat beberapa unsur analisis dalam analisis SWOT yaitu kekuatan (strengths),
kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) (Ismowaty et al.,
2018; Wang & Wang, 2020).
a. Kekuatan (strengths)
Unsur kekuatan dalam SWOT merupakan berbagai karakteristik mengenai kelebihan
atau keunggulan yang dimiliki oleh suatu individu atau organisasi atau keadaan.
Karakteristik tersebut berfungsi untuk menambah nilai dan menjadikan sesuatu menjadi
lebih unggul, kuat, dan bermanfaat. Kekuatan adalah kemampuan dan faktor positif
internal yang dimiliki, yang berperan dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
b. Kelemahan (weaknesses)
Unsur kelemahan dalam SWOT merupakan berbagai hal yang menjadi kekurangan atau
hal yang tidak dimiliki oleh suatu individu atau organisasi atau keadaan, sehingga dapat
memberikan pengaruh buruk kepadanya. Unsur kelemahan muncul karena adanya
keterbatasan dan kekurangan sumber daya. Kelemahan adalah faktor internal yang
dimiliki, yang dapat menghalangi pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

21
c. Peluang (opportunities)
Unsur peluang dalam SWOT adalah berbagai hal yang dapat mempertahankan dan
menghasilkan suatu kondisi tertentu yang diharapkan, yang mungkin mengalami
perkembangan di masa mendatang dalam jangka pendek dan jangka panjang. Peluang
merupakan faktor yang dapat memberikan pengaruh dan fasilitasi dan berasal dari
lingkungan luar (eksternal).
d. Ancaman (threats)
Unsur ancaman dalam SWOT adalah berbagai hal atau faktor yang berasal dari keadaan
di lingkungan luar yang tidak dapat dikendalikan. Identifikasi unsur ancaman melalui
metode SWOT bertujuan untuk memberikan panduan atau pandangan dalam menyusun
rencana terhadap keadaan yang bersifat negatif. Ancaman merupakan faktor negatif
yang berasal dari lingkungan luar (eksternal) dan dapat menghalangi pencapaian suatu
tujuan tertentu yang telah ditetapkan.
Selain unsur analisis, di dalam SWOT juga terkandung 2 faktor yaitu faktor internal
dan faktor eksternal (Ismowaty et al., 2018).
a. Faktor internal merupakan seluruh faktor yang berasal dari dalam area individu atau
organisasi atau keadaan tertentu. Faktor internal meliputi kekuatan dan kelemahan yang
dimiliki oleh individu atau organisasi atau keadaan tertentu tersebut.
b. Faktor eksternal merupakan seluruh faktor yang berada di luar area individu atau
organisasi atau keadaan tertentu. Faktor eksternal meliputi peluang dan ancaman yang
dapat memberikan pengaruh pada hasil atau kondisi yang diharapkan.
SWOT dapat dilakukan dengan menerapkan beberapa tahapan atau langkah. Secara
umum, tahap menyusun SWOT dapat dijelaskan sebagai berikut (Namugenyi, 2019).
a. Menentukan tujuan analisis SWOT
b. Menentukan situasi dan konteks yang berlaku
c. Mengidentifikasi kekuatan yang dimiliki
d. Mengidentifikasi kelemahan yang dimiliki
e. Menyusun klasifikasi dan daftar terkait peluang yang ada
f. Mengorganisir dan menyusun daftar ancaman yang mungkin terjadi
g. Menentukan dan memastikan prioritas dari elemen SWOT yang dianalisis.
h. Menyusun strategi untuk mengatasi hambatan yang muncul dari analisis SWOT.

22
Tabel 2.2 Matriks SWOT

23
Bab III
Hasil Residensi

A. Kondisi Tempat Residensi


Gambaran kondisi tempat residensi, yaitu UPTD Puskesmas Campurejo Kota Kediri dapat
dijelaskan dalam beberapa poin penjelasan bsebagai berikut.

1. Lokasi
UPTD Puskesmas Campurejo merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Daerah dari
Dinas Kesehatan yang berlokasi di kecamatan Mojoroto Kota Kediri, yang beralamatkan di
Jl. DR. Sahardjo Kota Kediri Telp. (0354) 772331.
Letak puskesmas yang strategis sehingga memungkinkan dicapai dengan kendaraan
umum. Luas wilayah kerja Puskesmas Campurejo Kota Kediri adalah 6.565km2. Wilayah
kerja Puskesmas Campurejo meliputi 5 kelurahan, yaitu Kelurahan Lirboyo, Kelurahan
Campurejo, Kelurahan Tamanan, Kelurahan Bandar Kidul dan Kelurahan Banjarmlati.
Puskesmas Campurejo Kota Kediri memiliki beberapa Batasan wilayah dengan daerah
atau wilayah di sekitarnya. Puskesmas Campurejo berbatasan dengan wilayah Kelurahan
Pojok dan Kelurahan Bandar Lor di sebelah utara, berbatasan dengan wilayah Kecamatan
Semen Kabupaten Kediri di sebelah selatan, berbatasan dengan Sungai Brantas di sebelah
timur, dan berbatasan dengan Kecamatan Semen Kabupaten Kediri di sebelah barat. Lokasi
wilayah UPTD Puskesmas Campurejo dapat dilihat pada peta sebagai berikut.

Gambar 3.1. Peta Lokasi Lokus Residensi: UPTD Puskesmas Campurejo


24
Total jumlah penduduk di lokasi wilayah kerja UPTD Puskesmas Campurejo Kota
Kediri adalah 41.241 jiwa. Kelompok sasaran program kerja adalah meliputi: bayi sebanyak
579 jiwa, balita sebanyak 2999 anak, Ibu hamil sebanyak 636 jiwa, neonatal dengan resiko
tinggi sebanyak 87 jiwa, Pasangan Usia Subur (PUS) sebanyak 7011 PUS, dan lansia
sebanyak 3010 jiwa.

2. Visi Misi
Visi yang dimiliki oleh UPTD Puskesmas Campurejo adalah mewujudkan puskesmas
dengan pelayanan prima menuju masyarakat sehat.
Misi yang ingin dicapai oleh UPTD Puskesmas Campurejo dalam pelaksanaan
program-program di puskesmas adalah:
1. Meningkatkan Mutu Pelayanan dan Manajemen Kesehatan
2. Meningkatkan Kesehatan Perorangan, Keluarga dan Masyarakat

3. Sumber Daya Manusia


Sumber daya yang terdapat di UPTD Puskesmas Campurejo dapat dijelaskan dalam tabel
sebagai berikut.

Tabel 3.1 Sumber Daya Manusia UPTD Puskesmas Campurejo


No Jenis Ketenagaan Jumlah Aktif Status Kepegawaian
1 Kepala UPTD 1 PNS
2 Kasubag Tata Usaha 1 PNS
3 Dokter 2 Tenaga Kontrak
4 Dokter Gigi 1 PNS
5 Perawat Ahli Muda 0 Tidak ada
6 Perawat Penyelia 5 PNS
7 Perawat Mahir 4 PNS
8 Perawat Pelaksana 3 Tenaga Kontrak
9 Perawat Gigi Terampil 1 PNS
10 Bidan Penyelia 2 PNS
11 Bidan Pelaksana Mahir 3 PNS
12 Bidan Pelaksana 7 4 PNS; 3 Tenaga Kontrak

25
13 Apoteker Ahli Muda 1 PNS
14 Asisten Apoteker Penyelia 1 PNS
15 Asisten Apoteker Mahir 1 PNS
16 Pranata Lab Kesehatan 2 PNS dan Tenaga Kontrak
17 Penyuluh Kesmas Ahli Muda 0 Tidak ada
18 Penyuluh Kesmas Penyelia 0 Tidak ada
19 Pengadministrasi Rekam Medis 6 4 PNS, 2 kontrak
20 Nutrisionis Pelaksana 1 Tenaga Kontrak
21 Sanitarian Ahli Muda 1 PNS
22 Epidemilog Penyelia 0 Tidak ada
23 Entemolog Penyelia 0 Tidak ada
24 Pengadministrasian Umum 1 Tenaga kontrak
25 Bendahara 0 Tidak ada
26 Pengelola Barang Milik Negara 0 Tidak ada
27 Pengemudi Ambulan 1 Tenaga Kontrak
28 Pramu Kebersihan 1 Tenaga Kontrak
29 Petugas Keamanan 1 Tenaga Kontrak

4. Program-program yang ada di tempat residensi


Sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama, UPTD Puskesmas Campurejo memiliki
tanggungjawab dalam penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat. Pelayanan kesehatan perorangan, yaitu pelayanan yang bersifat pribadi
(private goods), memiliki tujuan utama penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
perorangan tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit melalui
pelayanan rawat jalan. Sedangkan pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang
bersifat public (public goods), memiliki dengan tujuan utama memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan masyarakat. Seluruh kegiatan pelayanan tersebut
dirumuskan dalam program kerja yang dimiliki oleh UPTD Puskesmas Campurejo. Program
yang terdapat di UPTD Puskesmas Campurejo dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial
a. Pelayanan Promosi Kesehatan termasuk UKS
b. Pelayanan Kesehatan Lingkungan
26
c. Pelayanan KIA-KB yang bersifat UKM
d. Pelayanan Gizi yang bersifat UKM
e. Pelayanan Pengendalian Dan Pencegahan Penyakit
2. Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan
a. Perawatan Kesehatan Masyarakat
b. Pelayanan Kesehatan Jiwa
c. Pelayanan Kesehatan Gigi Masyarakat
d. Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer
e. Pelayanan Kesehatan Olahraga
f. Pelayanan Kesehatan Indera
g. Pelayanan Kesehatan Lansia
h. Pelayanan Kesehatan Kerja
i. Pelayanan Kesehatan Mata
j. Pelayanan Kesehatan Lainnya, yaitu pelayanan Prolanis
3. Upaya Kesehatan Perorangan
a. Upaya pengobatan berdasarkan klasifikasi, yang terdiri dari:
1) Pelayanan Rawat Jalan
2) Pelayanan Unit Gawat Darurat
b. Upaya pengobatan berdasarkan jenis layanan, yang terdiri dari:
1) Pelayanan medik, yaitu:
a) Pelayanan medik dasar.
2) Pelayanan penunjang medik, yaitu:
a) Pemeriksaan laboratorium
b) Pelayanan kefarmasian
c) Pelayanan ambulans
3) Pelayanan penunjang non medik, yaitu:
a) Pelayanan Pojok Gizi
b) Pelayanan Klinik Sanitasi
c) Pelayanan Pojok Laktasi
4) Pelayanan kebidanan dan penyakit kandungan, yaitu:
a) Pelayanan penyakit kandungan
b) Pelayanan kebidanan dan penyakit kandungan lainnya
5) Pelayanan gigi dan mulut

27
6) Pelayanan VCT
7) Pelayanan konsultasi dan rujukan
5. Manajemen yang ada di tempat residensi
Manajemen yang ada di UPTD Puskemas Campurejo terdiri dari beberapa komponen
manajemen puskesmas. Komponen manajemen UPTD Puskesmas Campurejo adalah
sebagai berikut.
1. Manajemen Umum
2. Manajemen Peralatan dan Sarana Prasarana
3. Manajemen Keuangan
4. Manajemen Sumber Daya Manusia
5. Manajemen Pelayanan Kefarmasian
Komponen manajemen puskesmas tersebut memiliki cakupan kegiatannya masing-
masing yang dinilai secara rutin. Hasil pencapaian kinerja manajemen UPTD Puskesmas
Campurejo Kota Kediri dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.2. Capaian Kinerja Manajemen

No. Komponen Manajemen Cakupan Kegiatan Tingkat Kinerja Keterangan


1
Manajemen Umum 8,68 Cukup Baik ≥ 8,5
Manajemen Peralatan dan
2
Sarana Prasarana 8,8 Cukup Cukup ≥ 5,5 – 8,4
3
Manajemen Keuangan 10 Baik Kurang < 5,5
Manajemen Sumber Daya
4
Manusia 10 Baik
Manajemen Pelayanan
5
Kefarmasian 10 Baik
Rata-rata 9,5 Baik

6. Sesuai area kajian tiap-tiap peminatan


Hasil capaian kinerja UPTD Puskesmas Campurejo dapat dilihat melalui lembar
Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP) UPTD Puskesmas Campurejo yang memuat hasil dari
pencapaian kegiatan yang ada di Puskesmas pada semester 1 tahun 2021, berdasarkan
pedoman target yang telah ditentukan. Capaian kinerja dianalisa dengan cara
membandingkan target yang ditentukan dengan hasil capaian program pada masing-masing
area kajian di UPTD Puskesmas Campurejo.

28
Kajian hasil Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP) di UPTD Puskesmas Campurejo
dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial


Tabel 3.3. Tabel UKM Esensial

KOMPONEN KEGIATAN UPAYA TARGET HASIL CAKUPAN


NO KESEHATAN WAJIB (%) (%)
1 Upaya promosi kesehatan 100 97,98
2 Upaya kesehatan lingkungan 100 96,09
3 Upaya pelayanan KIA – KB 100 94,12
4 Upaya pelayanan gizi 100 100
5 Upaya pencegahan dan pemberantasan
100 87,52
penyakit menular
Rata-rata Kinerja 95,14

2. Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan


Tabel 3.4. Tabel UKM Pengembangan
KOMPONEN KEGIATAN UPAYA TARGET HASIL
NO KESEHATAN PENGEMBANGAN (%) CAKUPAN (%)
1 Keperawatan Kesehatan Masyarakat 100 97,6
2 PelayananKesehatan Jiwa 100 100
3 Pelayanan Kesehatan Gigi Masyarakat 100 95
4 Pelayanan Kesehatan Tradisional 100 92,9
5 Pelayanan Kesehatan Olah Raga 100 67,2
6 Pelayanan Kesehatan Indera 100 100
7 Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia 100 30,1
8 Pelayanan Kesehatan Kerja 100 77
9 Upaya Kesehatan Matra 100 100
Rata-rata Kinerja 84,42

29
3. Upaya Kesehatan Perorangan
Tabel 3.5. Tabel UKP
KOMPONEN KEGIATAN UPAYA TARGET HASIL
NO KESEHATAN PERORANGAN (%) CAKUPAN (%)
1 Pelayanan Rawat Jalan 100 62,14
2 Pelayanan Gawat Darurat 100 100
3 Pelayanan Kefarmasian 100 100
4 Pelayanan Laboratorium 100 97,22
Rata-rata Kinerja 89,84

4. Mutu
Tabel 3.6. Tabel Mutu

No JENIS KEGIATAN TARGET HASIL CAKUPAN


(%) (%)
1 Indeks Kepuasan Masyarakat 100 100
2 Survei Kepuasan Pasien 100 100
3 Sasaran Keselamatan Pasien
100 99,98
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
4
(PPI) 100 88,84
Rata-rata nilai 97,2

5. Manajemen
Tabel 3.7. Tabel Manajemen
KOMPONEN MANAJEMEN TARGET (%) CAKUPAN
NO.
PUSKESMAS KEGIATAN
1 10
Manajemen Umum 8,68
Manajemen Peralatan dan 10
2
Sarana Prasarana 8,8
3 10
Manajemen Keuangan 10
Manajemen Sumber Daya 10
4
Manusia 10
Manajemen Pelayanan 10
5
Kefarmasian 10
Rata-rata 9,5

30
B. Pengkajian
Data sekunder dari hasil survei Perilaku Hidup Bersih Sehat pada bulan November
tahun 2021 yang dilakukan oleh UPTD Puskesmas Campurejo di Kelurahan yang menjadi
wilayah kerja puskesmas, menunjukkan hasil terkait rendahnya capaian target Ibu yang
menyusui. Secara umum pada seluruh kelurahan di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Campurejo, capaian target Ibu menyusui adalah 48 persen. Secara khusus capaian target Ibu
menyusui di Kelurahan Campurejo adalah 40 persen, Kelurahan Tamanan adalah 67 persen,
Kelurahan Banjarmlati adalah 61 persen, Kelurahan Bandar Kidul adalah 31 persen, dan di
Kelurahan Lirboyo adalah 59 persen. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa
perlu dilakukan suatu pengkajian lebih lanjut terkait masalah tersebut dan mengidentifikasi
strategi solusi yang dapat diterapkan untuk mengatasi permasalahan yang ada di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Campurejo terkait pemberian ASI oleh Ibu menyusui.
Pengkajian masalah pada laporan residensi ini dilakukan dengan menggunakan
diagram tulang ikan (fishbone). Diagram tulang ikan (fishbone) merupakan metode yang
digunakan untuk mengidentifikasi, mengurutkan, mengorganisasi, dan menampilkan
kemungkinan penyebab atau faktor terjadinya suatu masalah yang dibagi menjadi kelompok-
kelompok faktor serta mencari atau mengidentifikasi penyebab masalah dan menemukan
beberapa pilihan solusi atas masalah tersebut. Terdapat 6 kategori dalam kajian diagram tulang
ikan yang digunakan, yaitu tenaga kerja atau sumber daya manusia (manpower), mesin atau
teknologi (machine), material (material), pengukuran (measurement), lingkungan (milieu), dan
metode atau proses (method).

31
32
Pengkajian masalah terkait rendahnya capaian pemberian ASI oleh Ibu menyusui
dilakukan dengan menggunakan metode tulang ikan (fishbone) melalui penentuan kategori
tenaga kerja atau sumber daya manusia (manpower), mesin atau teknologi (machine), material
(material), pengukuran (measurement), lingkungan (milieu), dan metode atau proses (method).
Penjelasan mengenai masing-masing kategori adalah sebagai berikut.
1. Manpower : - Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan Ibu terkait ASI dan proses
menyusui
- Kurangnya kesadaran Ibu tentang ASI dan pentingnya ASI dan
menyusui
- Niat dan motivasi Ibu dalam menyusui
- Keadaan psikologis Ibu (stres, takut, cemas, dan bingung) dalam proses
menyusui
- Ibu bekerja di luar rumah
- Keyakinan Ibu terkait mitos tentang ASI dan menyusui
2. Machine : - Sarana prasarana penyuluhan dan pemberian informasi atau edukasi
terkait ASI terbatas dan tidak mudah diakses dengan cepat dan praktis
3. Material : - Terbatasnya ketersediaan media edukasi ASI (digital dan non digitial)
- Konten edukasi berisi materi informasi yang terbatas dan belum
holistik
4. Measurement : - Belum ada tindak lanjut pelaporan & pengukuran capaian pemberian
ASI oleh Ibu menyusui
- Kurangnya pengawasan & pencatatan pelaksanaan pendampingan Ibu
menyusui di wilayah
5. Milieu : - Kurang dukungan lingkungan Ibu (keluarga) pada proses menyusui
6. Method : - Penyuluhan & edukasi kesehatan terkait ASI diberikan dengan cara &
media yang monoton
- Sasaran penyuluhan & edukasi kesehatan terkait ASI terbatas pada Ibu
yang datang ke faskes

C. Perumusan Masalah
Perumusan masalah yang dapat disusun berdasarkan analisis dengan menggunakan
diagram tulang ikan (fishbone) tentang rendahnya capaian pemberian ASI oleh Ibu menyusui
di lokus residensi yaitu UPTD Puskesmas Campurejo, adalah sebagai berikut:

33
1. Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan Ibu terkait ASI dan proses menyusui
2. Kurangnya kesadaran Ibu tentang ASI dan pentingnya ASI dan menyusui
3. Niat dan motivasi Ibu dalam menyusui
4. Keadaan psikologis Ibu (stres, takut, cemas, dan bingung) dalam proses menyusui
5. Ibu bekerja di luar rumah
6. Keyakinan Ibu terkait mitos tentang ASI dan menyusui
7. Sarana prasarana penyuluhan dan pemberian informasi atau edukasi terkait ASI terbatas dan
tidak mudah diakses dengan cepat dan praktis
8. Terbatasnya ketersediaan media edukasi ASI (digital dan non digitial)
9. Konten edukasi berisi materi informasi yang terbatas dan belum holistik
10.Belum ada tindak lanjut pelaporan & pengukuran capaian pemberian ASI oleh Ibu menyusui
11.Kurangnya pengawasan & pencatatan pelaksanaan pendampingan Ibu menyusui di wilayah
12.Kurangnya dukungan lingkungan Ibu menyusui (keluarga) pada proses menyusui
13.Penyuluhan & edukasi kesehatan terkait ASI diberikan dengan cara & media yang monoton
14.Sasaran penyuluhan & edukasi kesehatan terkait ASI terbatas pada Ibu yang datang ke
faskes

D. Prioritas Masalah
Prioritas masalah yang akan dilakukan implementasi program intervensi promosi
kesehatan adalah masalah rendahnya pencapaian target ASI eksklusif pada Ibu di lokus
wilayah residensi UPTD Puskesmas Campurejo.
Hasil analisis dari diagram tulang ikan (fishbone) menghasilkan beberapa rumusan
masalah yang dapat diambil terkait pemberian ASI oleh Ibu menyusui di lokus residensi
UPTD Puskesmas Campurejo. Beberapa rumusan maslaah tersebut dapat dianalisis lebih
lanjut untuk dapat mengidentifikasi prioritas masalah yang nantinya akan diatasi dan dicari
solusinya. Penentuan prioritas masalah dalam residensi ini dilakukan dengan menggunakan
metode USG (Urgency, Seriousness, Growth). Metode USG merupakan metode yang
digunakan untuk menentukan prioritas masalah yang akan diatasi melalui solusi yang akan
diajukan. Penentuan prioritas masalah dengan menggunakan metode USG dijelaskan
sebagai berikut.

34
Tabel 3.8. Tabel Penentuan Prioritas Masalah dengan Metode USG
No Indikator U S G UxSxG Ranking
1 Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan Ibu terkait 4 5 5 100 1
ASI dan proses menyusui
2 Kurangnya kesadaran Ibu tentang ASI dan 4 5 4 80 2
pentingnya ASI dan menyusui
3 Niat dan motivasi Ibu dalam menyusui 4 4 4 64 3
4 Keadaan psikologis Ibu (stres, takut, cemas, dan 4 4 4 64 3
bingung) dalam proses menyusui
5 Ibu bekerja di luar rumah 4 3 4 60 4
6 Keyakinan Ibu terkait mitos tentang ASI dan 4 4 4 64 3
menyusui
7 Sarana prasarana penyuluhan dan pemberian 4 5 4 80 2
informasi atau edukasi terkait ASI terbatas dan tidak
mudah diakses dengan cepat dan praktis
8 Terbatasnya ketersediaan media edukasi ASI 4 5 4 80 2
(digital dan non digitial)
9 Konten edukasi berisi materi informasi yang 5 4 4 80 2
terbatas dan belum holistic
10 Belum ada tindak lanjut pelaporan & pengukuran 3 4 4 48 5
capaian pemberian ASI oleh Ibu menyusui
11 Kurangnya pengawasan & pencatatan pelaksanaan 3 3 3 27 6
pendampingan Ibu menyusui di wilayah
12 Kurangnya dukungan lingkungan Ibu menyusui 3 4 4 60 4
(keluarga) pada proses menyusui
13 Penyuluhan & edukasi kesehatan terkait ASI 4 4 4 64 3
diberikan dengan cara & media yang monoton
14 Sasaran penyuluhan & edukasi kesehatan terkait 4 4 4 64 3
ASI terbatas pada Ibu yang datang ke faskes

Berdasarkan hasil pembahasan dengan menggunakan metode USG pada tabel di atas,
maka dapat ditentukan bahwa prioritas masalah dalam residensi ini adalah meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan Ibu terkait ASI dan proses menyusui melalui pemberian
35
edukasi dan informasi kesehatan dengan menggunakan media promosi kesehatan terkait
materi ASI dan menyusui.

E. Rencana Intervensi
Rencana intervensi diperlukan untuk menyusun strategi pelaksanaan intervensi yang
akan dilakukan di lokus residensi yaitu UPT Puskesmas Campurejo. Sebagai upaya dalam
melakukan hal tersebut, perlu dilakukan suatu analisis lanjutan terhadap prioritas masalah yang
telah diidentifikasi pada tahapan sebelumnya. Rencana intervensi pada residensi ini dilakukan
dengan menggunakan analisis metode SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threats).
Metode SWOT merupakan metode yang digunakan untuk menentukan solusi dan strategi
dalam penyelesaian masalah yang telah ditetapkan dengan melakukan identifikasi dan analisis
terhadap faktor internal dan eksternal yang memiliki pengaruh tertentu dalam keberlangsungan
suatu program, organisasi, individu, atau kondisi tertentu.

Tabel 3.9 Hasil Analisis SWOT


Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)
- Tersedia tenaga profesional dan - Terbatasnya jumlah tenaga
SDM yang kompeten professional yang
Faktor Internal - Tersedia pelayanan kesehatan melaksanakan pelayanan
Ibu dan anak yang menangani kesehatan terkait pemberian
permasalahan seputar ASI dan edukasi dan penyuluhan terkait
Ibu menyusui pemberian ASI oleh Ibu
- Terdapat jadwal pelayanan menyusui
Faktor Eksternal
kesehatan Ibu dan anak, yang - Terbatasnya alokasi upaya
dilakukan di puskesmas dan di dalam bidang promosi
masing-masing kelurahan (saat kesehatan melalui pemberian
jadwal posyandu atau BKB) edukasi dan informasi
- Memiliki program Posyandu kesehatan terkait pemberian
sebagai upaya peningkatan ASI oleh Ibu menyusui
kesehatan Ibu dan anak, yang - Terbatasnya media edukasi
ada di setiap Kelurahan yang kesehatan terkait pemberian
menjadi cakupan wilayah kerja ASI oleh Ibu menyusui
- Puskesmas memiliki penilaian - Terbatasnya isi atau konten
positif sebagai provider informasi dan edukasi yang
kesehatan dari masyarakat holistik terkait pemberian ASI
(adanya trust) oleh Ibu menyusui
- Adanya dukungan dari pihak - Terbatasnya cara penyampaian
formal yang menaungi pesan edukasi kesehatan
puskesmas yaitu Dinas pemberian ASI oleh Ibu
Kesehatan dan Kementerian menyusui yang dilakukan
Kesehatan terkait upaya dengan cara konvensional dan
peningkatan pemberian ASI
36
tidak mampu menjangkau
sasaran secara luas.
- Keterbatasan dana program

Peluang (Opportunities) Strategi SO Strategi WO


- Adanya program terkait - Memberikan pembekalan dan - Melakukan sinergi, koordinasi,
kesehatan Ibu dan anak dari pelatihan pada SDM yang ada dan integrasi dengan lintas
lintas sektor yaitu BKKBN. -Mengintegrasikan dan sektor terkait dalam melakukan
Program Bina Keluarga mensinergikan kegiatan upaya promosi kesehatan Ibu
Balita dari BKKBN tersebut program pelayanan kesehatan dan anak terkait pemberian ASI
dapat diintegrasikan dan Ibu dan anak yang menjadi oleh Ibu menyusui.
dikolaborasikan dengan fokus puskesmas dan BKKBN - Melibatkan multi sektor baik
program posyandu - Melakukan penyuluhan terkait formal dan informal dalam
puskesmas dalam ASI pada setiap kegiatan pelaksanaan kegiatan program
pelaksanaan edukasi program di lapangan dengan promosi kesehatan yang berupa
kesehatan terkait pemberian turut melibatkan berbagai edukasi terkait pemberian ASI
ASI oleh Ibu menyusui sektor dan stakeholder terkait. oleh Ibu menyusui
- Adanya koordinasi dan
kerjasama dengan lintas
sektor dan stakeholder
terkait yaitu pemerintah
Kelurahan, BKKBN, dan
organisasi masyarakat
setempat misalnya PKK,
yang sama-sama memiliki
fokus (concern) pada
kesehatan Ibu dan anak
termasuk pemberian ASI
oleh Ibu menyusui.
- Terdapat kader kesehatan
yang telah terbentuk di
masyarakat, yang mana
kader dapat menjadi mitra
puskesmas untuk melakukan
edukasi dan menyampaikan
informasi terkait pemberian
ASI oleh Ibu menyusui
- Adanya penerimaan dan
partisipasi dari masyarakat
sebagai sasaran

37
Ancaman (Threats) Strategi ST Strategi WT
- Terbatasnya implementasi - Memaksimalkan peran SDM - Menerapkan cara edukasi dan
program kesehatan di dan tenaga kesehatan yang penyuluhan kesehatan terkait
masyarakat terkait dengan ada di puskesmas dalam ASI dan Ibu menyusui tidak
keadaan pandemi Covid-19 melakukan edukasi kesehatan hanya secara langsung oleh
- Adanya pembatasan kegiatan terkait pemberian ASI oleh petugas, tetapi dapat secara
masyarakat selama pandemi Ibu menyusui tidak langsung melalui
yang membatasi partisipasi - Memberikan layanan edukasi bantuan media edukasi, yang
aktif mereka dalam program kesehatan tentang pemberian lebih aman, praktis, cepat,
kesehatan termasuk yang ASI oleh Ibu menyusui saat hemat, dan dapat diakses
terkait dengan pemberian jadwal pelayanan kesehatan dengan mudah
ASI oleh Ibu menyusui ibu dan anak - Meningkatkan upaya promosi
- Keadaan pandemi membatasi - Melakukan advokasi pada kesehatan yaitu dengan cara
kemampuan Ibu dalam pihak formal yang menaungi melakukan edukasi kesehatan
memberikan ASI dan puskesmas untuk terlibat dan untuk menyampaikan
menyusui anaknya mengundang keterlibatan informasi dan pengetahuan
- Adanya mitos yang instansi atau sektor lain yang terkait pemberian ASI oleh
berkembang di masyarakat terkait dalam melakukan Ibu menyusui, secara rutin,
terkait proses menyusui edukasi kesehatan terkait menyeluruh, dan memiliki
- Kondisi Ibu bekerja pemberian ASI oleh Ibu cakupan yang luas
- Terdapat promosi dan menyusui - Membuat sarana edukasi yang
ketersediaan berbagai - Melibatkan masyarakat melalui inovatif dan integratif dalam
alternatif pengganti ASI sektor kelurahan, kader, dan berbagai bentuk media
(susu formula) di pasaran tokoh informal untuk edukasi kesehatan terkait
memberikan edukasi terkait pemberian ASI oleh Ibu
manfaat ASI dibanding menyusui
dengan alternatif pengganti - Memasukkan materi, informasi,
ASI lainnya. dan pengetahuan yang
holistik (dilengkapi kajian
dari aspek lain misalnya
psikologis) dalam rangka
membuat materi edukasi yang
inovatif dan integratif

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari analisis SWOT tersebut, maka dapat ditentukan
bahwa strategi rencana intervensi yang akan diterapkan dalam residensi ini adalah strategi yang
memadukan hubungan antara kelemahan (weakness) dan ancaman (threats) (Strategi WT).
Strategi WT yang diperoleh dari hasil analisis SWOT adalah sebagai berikut:
1. Melakukan edukasi dan penyuluhan kesehatan terkait ASI dan Ibu menyusui tidak hanya
secara langsung oleh petugas, tetapi dapat secara tidak langsung melalui bantuan media
edukasi, yang lebih aman, praktis, cepat, hemat, dan dapat diakses dengan mudah.
2. Meningkatkan upaya promosi kesehatan yaitu dengan cara melakukan edukasi kesehatan
untuk menyampaikan informasi dan pengetahuan terkait pemberian ASI oleh Ibu menyusui,
secara rutin, menyeluruh, dan memiliki cakupan yang luas.

38
3. Membuat sarana edukasi yang inovatif dan integratif dalam berbagai bentuk media edukasi
kesehatan terkait pemberian ASI oleh Ibu menyusui.
4. Memasukkan materi, informasi, dan pengetahuan yang holistik (dilengkapi kajian dari aspek
lain misalnya psikologis) dalam rangka membuat materi edukasi yang inovatif dan
integratif.
Dengan mengacu pada hasil pengkajian masalah dengan menggunakan diagram tulang
ikan (fishbone), penentuan prioritas masalah dengan menggunakan metode USG, dan
penentuan rencana strategi intervensi dengan menggunakan metode SWOT, maka dapat
disimpulkan bahwa strategi rencana intervensi yang akan diterapkan di lokus residensi yaitu
UPTD Puskesmas Campurejo pada residensi kali ini adalah intervensi promosi kesehatan
berupa pemberian edukasi dan informasi kesehatan yang holistik dengan menggunakan media
promosi kesehatan terkait pemberian ASI oleh Ibu menyusui di UPTD Puskesmas Campurejo.

F. Implementasi Rencana Intervensi


Implementasi rencana intervensi dilakukan sebagai wujud pelaksanaan dari strategi
rencana intervensi yang akan dilakukan di lokus residensi yaitu UPT Puskesmas Campurejo.
Dalam rangka menerapkan upaya promosi kesehatan melalui edukasi kesehatan di lokus
residensi, dilakukan intervensi kegiatan berupa Optimalisasi Pemberian ASI sebagai Sarana
Bonding Psikologis Ibu dan Anak melalui Pemanfaatan Media Promosi Kesehatan di UPTD
Puskemas Campurejo Kota Kediri. Implementasi intervensi tersebut diwujudkan dalam
beberapa bentuk kegiatan sesuai jadwal pelaksanaan di lokus residensi. Tahap pertama
dalam implementasi intervensi adalah melakukan persiapan berupa orientasi dan koordinasi
dengan pihak UPTD Puskesmas Campurejo terkait rencana dan pelaksanaan kegiatan
intervensi yang berupa edukasi kesehatan melalui pengembangan media edukasi kesehatan
tentang pemberian ASI oleh Ibu menyusui. Kegiatan ini dilaksanakan pada 15 November
2021. Selanjutnya dilakukan perencanaan intervensi berdasarkan analisa situasi dan kondisi
permasalahan terkait ASI dengan penanggungjawab bidang Promosi Kesehatan di UPTD
Puskesmas Campurejo. Kegiatan ini dilaksanakan pada 16 November 2021. Tahap
berikutnya adalah melakukan pengkajian dan penentuan masalah terkait pemberian ASI
oleh Ibu menyusui di wilayah UPTD Puskesmas Campurejo. Pengkajian masalah tersebut
menjadi landasan dalam menyusun pengembangan perencanaan strategi yang akan
diterapkan sebagai solusi, yaitu intervensi promosi kesehatan berupa pemberian edukasi
kesehatan tentang ASI dan Ibu menyusui melalui pengembangan media. Kegiatan ini

39
dilaksanakan pada 17 hingga 19 Desember 2021. Setelah menyusun rencana intervensi,
dilakukan pelaksanaan kegiatan intervensi di lapangan yaitu wilayah UPTD Puskesmas
Campurejo. Intervensi kegiatan dilakukan dengan pendampingan dari penanggungjawab
program Promosi Kesehatan di UPTD Puskesmas Campurejo. Kegiatan ini dilaksanakan
pada 16 Desember 2021. Implementasi intervensi kegiatan tersebut dapat dijelaskan lebih
lanjut dalam pembahasan berikut.
Promosi kesehatan melalui suatu bentuk media promosi kesehatan, terutama yang
terkait ASI dan Ibu menyusui masih belum banyak dilakukan di masyarakat (Suhertusi,
2015). Kondisi ini juga serupa dengan kondisi yang dialami di UPTD Puskesmas Campurejo
yang memiliki keterbatasan dalam pengembangan media promosi kesehatan terkait ASI dan
Ibu menyusui, yang merupakan permasalahan signifikan di wilayah UPTD Puskesmas
Campurejo. Berdasarkan hal tersebut, maka intervensi yang akan diberikan dan diterapkan
di wilayah UPTD Puskesmas Campurejo adalah intervensi pada area program kajian
pengembangan media promosi kesehatan. Intervensi pada residensi ini adalah intervensi
terkait edukasi kesehatan yang meliputi adanya pemberian informasi dan pengetahuan
melalui saran media promosi kesehatan. Topik yang akan dijadikan fokus intervensi adalah
mengenai pemberian ASI eksklusif oleh Ibu pada anaknya. Secara spesifik, fokus intervensi
adalah untuk meningkatkan kesadaran, pengetahuan, dan informasi yang dimiliki oleh Ibu
terkait pemberian ASI eksklusif, proses menyusui, dan mekanisme serta manfaat psikologis
yang diterima Ibu dan anak oleh adanya proses menyusui, yang dapat memfasilitasi
terjadinya ikatan batin atau bonding pada Ibu dan anak.
Intervensi diberikan dalam bentuk edukasi mengenai topik yang berkaitan dengan
ASI dan proses menyusui, serta kajian psikologis terkait proses menyusui yang dapat
berfungsi sebagai sarana bonding bagi Ibu dan anak. Intervensi tersebut dilakukan dalam
wujud pengembangan media promosi kesehatan. Media yang digunakan sebagai sarana
promosi kesehatan tersebut adalah berupa media tercetak (printed materials) dan media
digital. Pengembangan media dalam promosi kesehatan pada residensi ini dilakukan melalui
adanya media tercetak yang berbentuk leaflet, flipchart, dan poster yang berisi tema dan
topik yang telah ditentukan. Selain dalam bentuk media tercetak (printed materials),
pengembangan media juga dilakukan secara digital dan dalam jaringan yang diintegrasikan
dengan media promosi digital yang dimiliki puskesmas, baik melalui media sosial maupun
media digital lainnya.

40
Rencana implementasi intervensi program promosi kesehatan di UPTD Puskesmas
Campurejo dilakukan sesuai dengan pengembangan media promosi kesehatan yang
ditentukan. Media promosi kesehatan yang tercetak (printed materials) dan media promosi
kesehatan digital disampaikan kepada target sasaran intervensi yaitu Ibu yang memiliki anak
yang masih berada dalam fase menyusui. Media promosi kesehatan yang tercetak (printed
materials) yaitu yang berupa leaflet, flipchart, dan poster terkait konteks yang telah
ditentukan, akan disampaikan kepada target sasaran intervensi melalui fasilitasi dan
pemasangan media promosi di sarana atau tempat pelayanan kesehatan yang diakses oleh
target sasaran pada wilayah lokus UPTD Puskesmas Campurejo.
Promosi kesehatan yang dilakukan dalam bentuk media tercetak (printed material)
berupa poster akan dilakukan melalui beberapa langkah pembuatan. Poster yang akan
dirancang adalah poster yang berisi informasi dan pengetahuan tentang ASI eksklusif dan
menyusui pada Ibu, dengan kajian psikologis terkait bonding yang dihasilkan dari proses
menyusui. Penyusunan poster pada program intervensi ini dilakukan dengan mengacu
kepada panduan penyusunan poster yang dijelaskan oleh Nurmala et al. (2018). Pada saat
menyusun poster, perlu ditentukan mengenai informasi yang akan disampaikan kepada
sasaran. Setelah menentukan informasi yang akan disampaikan, perlu dilakukan
pembahasan informasi melalui kalimat dan desain ilustrasi yang mewakili isi informasi,
dengan menggunakan kalimat yang sederhana, mudah dipahami, dan ilustrasi desain yang
kontras, jelas, dan mudah dilihat. Ilustrasi yang dicantumkan pada poster merupakan
ilustrasi yang dapat mewakili isi informasi dan sesuai dengan sasaran promosi. Secara
umum poster yang akan dirancang terdiri dari beberapa komponen yaitu judul, sub judul,
kalimat singkat, dan logo atau identitas instansi terkait. Setelah penyusunan isi dan desain
poster selesai dilakukan, langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian poster agar dapat
dipastikan bahwa poster telah sesuai untuk digunakan dan dapat dipahami dengan baik.
Promosi kesehatan yang dilakukan dalam bentuk media tercetak (printed material)
selain poster adalah dalam bentuk leaflet. Penyusunan leaflet pada program intervensi ini
dilakukan dengan mengacu kepada panduan penyusunan leaflet yang dijelaskan oleh
Nurmala et al. (2018). Leaflet yang akan dirancang adalah leaflet yang berisi informasi dan
pengetahuan tentang ASI eksklusif dan menyusui pada Ibu, dengan kajian psikologis terkait
bonding yang dihasilkan dari proses menyusui. Terdapat beberapa langkah penyusunan
media leaflet. Pada saat merancang leaflet, perlu ditentukan mengenai sasaran penerima
leaflet, penentuan tujuan yang ingin dicapai terkait informasi yang ada pada leaflet,

41
penentuan isi atau informasi yang akan dimuat pada leaflet, pengumpulan data terkait isi
dan materi leaflet, penyusunan desain, gambar, dan tata letak pada leaflet.
Dalam melakukan implementasi program promosi kesehatan di UPTD Puskesmas
Campurejo juga dilakukan promosi kesehatan melalui media digital. Promosi kesehatan
media digital yaitu berupa penyampaian informasi digital terkait konteks yang telah
ditentukan, kepada target sasaran intervensi melalui integrasi dengan media promosi digital
yang dimiliki UPTD Puskesmas Campurejo. Dilakukan integrasi konten dan edukasi
promosi kesehatan mengenai ASI secara spesifik yaitu mengenai pemberian ASI yang dapat
bermanfaat sebagai salah satu sarana bonding psikologis dengan anak. Kondisi tersebut
menyebabkan perlunya dilakukan suatu upaya intervensi berupa integrasi media digital
secara lebih holistik dan spesifik, agar tujuan yang ditentukan dapat tercapai yaitu
menyadarkan, mempertahankan, dan meningkatkan pengetahuan dan informasi Ibu
mengenai ASI eksklusif yang dapat berfungsi sebagai salah satu sarana bonding psikologis
dengan anak, melalui program kegiatan promosi kesehatan dalam bentuk edukasi kesehatan.

42
Bab IV
Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan
Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari pelaksanaan residensi di UPTD Puskesmas
Campurejo adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan studi pendahuluan diketahui mengenai data cakupan ASI di wilayah
UPTD Campurejo. Data hasil survei pada bulan November tahun 2021di 5 wilayah
Kelurahan yang menjadi cakupan UPTD Puskesmas Campurejo menyatakan
bahwa cakupan pemberian ASI di Kelurahan Campurejo adalah 40%, di Kelurahan
Tamanan adalah 67%, di Kelurahan Banjarmlati adalah 61%, di Kelurahan Bandar
Kidul adalah 31% dan di Kelurahan Lirboyo adalah 59%.
2. Dilakukan beberapa pengkajian masalah terkait kondisi di UPTD Puskesmas
Campurejo yang dilakukan dengan menggunakan diagram tulang ikan (fishbone),
metode USG, dan metode SWOT. Dari diagram tulang ikan (fishbone) ditentukan
masalah yang ada dan akan dikaji, yaitu masalah terkait kesehatan yang terdapat di
wilayah UPTD Puskesmas Campurejo. Dari metode USG ditentukan prioritas
masalah yang akan diatasi dengan solusi yang akan diajukan, yaitu masalah terkait
cakupan pemberian ASI oleh Ibu menyusui. Dari metode SWOT ditentukan
strategi perencanaan solusi penyelesaian masalah yang menjadi prioritas, yaitu
rencana intervensi berupa edukasi kesehatan tentang pemberian ASI oleh Ibu
menyusui yang ditinjau secara komprehensif dengan juga melibatkan tinjauan dari
aspek psikologis terkait upaya pembentukan ikatan (bonding) antara Ibu menyusui
dan anaknya.
3. Pada residensi ini dilakukan pula implementasi rencana intervensi pada lokus
residensi yaitu UPTD Puskesmas Campurejo Kota Kediri. Implementasi intervensi
yang dilakukan adalah berupa pemberian edukasi kesehatan terkait pemberian ASI
oleh Ibu menyusui secara holistik dengan menggunakan sarana edukasi berupa
media edukasi kesehatan berbentuk leaflet, flipchart, poster, dan konten media
digital.

43
B. Saran
Saran yang dapat diajukan terkait hasil dari residensi ini adalah sebagai berikut:
1. Pelaksanaan edukasi kesehatan tentang pemberian ASI oleh Ibu menyusui perlu
diterapkan secara berkelanjutan, nyata, dan berkala sebagai salah satu sarana
promosi kesehatan baik di level individu maupun masyarakat. Pelaksanaan dan
evaluasi terhadap kegiatan edukasi kesehatan tersebut perlu melibatkan berbagai
lintas sektor formal dan informal di lapangan, agar dapat menciptakan sinergi dan
integrasi dalam mendukung pelaksanaan edukasi kesehatan yang efektif bagi
masyarakat.
2. Edukasi kesehatan perlu diberikan dan disampaikan kepada target sasaran secara
utuh, komprehensif, dan holistik. Pemberian edukasi kesehatan terkait pemberian
ASI oleh Ibu menyusui perlu memperhatikan materi-materi yang tidak hanya
menyangkut kesehatan fisik, tetapi juga mempertimbangkan aspek lainnya secara
holistik, misalnya aspek psikologis. Dalam hal ini, materi edukasi kesehatan dapat
diberikan dengan mengintegrasikan materi ASI dengan tinjauan psikologis tekait
manfaat ASI untuk menciptakan ikatan (bonding) pada Ibu dan anak.

44
Daftar Pustaka

Abbas, H. H., Wulandari, N. A., Lestari, A., & Bur, N. (2020). Hubungan Riwayat Pola
Menyusui, Usia Penyapihan dan Emotional bonding terhadap Status Gizi pada Balita.
Window of Health : Jurnal Kesehatan, 3(2), 116–122.
http://jurnal.fkmumi.ac.id/index.php/woh/article/view/woh3203
Abuhammad, S., & Johnson, T. (2018). Potential Impact of Breastfeeding and Maternal
Sensitivity during the First Year of Life: An Integrative Review of the Literature. Int J
Pediatr, 6(60), 1–12. https://doi.org/10.22038/ijp.2018.33637.2975
Afriyani, L. D., & Salafas, E. (2019). Efektifitas Media Promosi Kesehatan Asi Perah Terhadap
Peningkatan Pengetahuan Ibu Bekerja Untuk Memberikan Asi Eksklusif. Siklus : Journal
Research Midwifery Politeknik Tegal, 8(1), 60–67.
https://doi.org/10.30591/siklus.v8i1.1053
Ali, S. D. (2017). Fishbone Diagram. BINUS University.
https://sis.binus.ac.id/2017/05/15/fishbone-diagram/
Amran, Y., & Amran, V. Y. A. (2013). Gambaran pengetahuan ibu tentang menyusui dan
dampaknya terhadap pemberian asi eksklusif. Jurnal Kesehatan Reproduksi, 3(1), 52–61.
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/kespro/article/viewFile/3930/3773
Armini, N. W. (2016). Hypnobreastfeeding Awali Suksesnya ASI Eksklusif. Jurnal Skala
Husada, 1, 21–29.
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=808447&val=13183&title=H
YPNOBREASTFEEDING, STARTING EXCLUSIVE BREASTFEEDING TO BE
SUCCESS
Castillo, J. A. G. del, Castillo-López, A. G. del, Dias, P. C., & García-Castillo, F. (2020). Social
Networks as Tools for the Prevention and Promotion of Health among Youth. Psicologia:
Reflexao e Critica, 33(13), 1–9. https://doi.org/10.1186/s41155-020-00150-z
Ciampo, L. A. Del, & Ciampo, I. R. L. Del. (2018). Breastfeeding and the Benefits of Lactation
for Women’s Health Aleitamento materno e seus benefícios para a saúde da mulher. Rev
Bras Ginecol Obstet, 40, 354–359.
Cohen, S. S., Alexander, D. D., Krebs, N. F., Young, B. E., Cabana, M. D., Erdmann, P., Hays,
N. P., Bezold, C. P., Levin-Sparenberg, E., Turini, M., & Saavedra, J. M. (2018). Factors
Associated with Breastfeeding Initiation and Continuation: A Meta-Analysis. Journal of

45
Pediatrics, 203, 190-196.e21. https://doi.org/10.1016/j.jpeds.2018.08.008
Damayanti, M. R., & Karin, P. A. E. S. (2016). Gambaran Pola Perilaku Hidup Sehat Pada
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
COPING NERS (Community of Publishing in Nursing), 4(1), 28–35.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/coping/article/view/19910
Erfiyani, R. I., & Nuria. (2020). Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pemberian ASI
Eksklusif di Kelurahan Pegirian Kecamatan Semampir Kota Surabaya. Medical
Technology and Public Health Journal, 4(1), 1–27.
https://journal2.unusa.ac.id/index.php/MTPHJ/article/view/702
Gabbianelli, R., Bordoni, L., Morano, S., Calleja-Agius, J., & Lalor, J. G. (2020). Nutri-
Epigenetics and Gut Microbiota: How Birth Care, Bonding and Breastfeeding Can
Influence and be Influenced? International Journal of Molecular Sciences, 21, 1–17.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7404045/
Gayatri, M., & Dasvarma, G. L. (2020). Predictors of early initiation of breastfeeding in
Indonesia: A population-based crosssectional survey. PLoS ONE, 15(September), 1–15.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0239446
Giusti, A., Maggini, M., & Colaceci, S. (2020). The burden of chronic diseases across Europe :
what policies and programs to address diabetes ? A SWOT analysis. Health Research
Policy and Systems, 18(12), 1–7. https://health-policy-
systems.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12961-019-0523-1
Himalaya, D., & Maryani, D. (2021). Mother’S Success Education Package in Breastfeeding.
Journal Of Midwifery, 9(1), 16–23.
Hwang, H., & Kuo, T. (2018). Journal of Interprofessional Education & Practice Competency
in delivering health education : A concept analysis. Journal of Interprofessional
Education & Practice, 11, 20–25. https://doi.org/10.1016/j.xjep.2018.02.005
Ikatan Dokter Anak Indonesia. (2013). Manajemen Laktasi.
https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/manajemen-laktasi
Ismowaty, M., Si, M., Arwadi, D., & Hidayanto, H. E. (2018). ANALISIS SWOT DALAM
MENINGKATKAN PROGRAM JAK. 1–23.
Jatmika, septian emma dwi, Maulana, M., Kuntoro, & Martini, S. (2019). Pengembangan
Media Promosi Kesehatan. In E. Khuzaimah (Ed.), Buku Ajar. K-Media.
Kamariyah, N. (2014). Kondisi Psikologi Mempengaruhi Produksi Asi Ibu Menyusui di BPS
Aski Pakis Sido Kumpul Surabaya. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 7(12), 29–36.

46
https://journal2.unusa.ac.id/index.php/JHS/article/view/483
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Memberikan Bayi ASI Eksklusif.
https://promkes.kemkes.go.id/?p=1631
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Gerakan PHBS Sebagai Langkah Awal
Menuju Peningkatan Kualitas Kesehatan Masyarakat.
https://promkes.kemkes.go.id/phbs
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2021). Kategori Media.
https://promkes.kemkes.go.id/category/poster
Keni, N. W. A., Rompas, S., & Gannika, L. (2020). Tingkat Pengetahuan dan Sikap Dengan
Teknik Menyusui pada Ibu Pasca Melahirkan. Jurnal Keperawatan, 8(1), 33–43.
https://doi.org/10.35790/jkp.v8i1.28409
Krol, K. M., & Grossmann, T. (2018). Psychological effects of breastfeeding on children and
mothers. Bundesgesundheitsbl, 61(8), 977–985. https://doi.org/10.1007/s00103-018-
2769-0
Latorre, G., Martinelli, D., Guida, P., Masi, E., Benedictis, R. De, & Maggio, L. (2021). Impact
of COVID-19 Pandemic Lockdown on Exclusive Breastfeeding in Non-infected Mothers.
International Breastfeeding Journal, 16(36), 1–7.
https://internationalbreastfeedingjournal.biomedcentral.com/articles/10.1186/s13006-
021-00382-4
Lau, C. (2018). Breastfeeding Challenges and the Preterm Mother-Infant Dyad: A Conceptual
Model. Breastfeeding Medicine, 13(1), 8–17. https://doi.org/10.1089/bfm.2016.0206
Leeming, D., Marshall, J., & Locke, A. (2017). Understanding process and context in
breastfeeding support interventions: The potential of qualitative research. Maternal and
Child Nutrition, 13(4), 1–10. https://doi.org/10.1111/mcn.12407
Leonita, E., & Jalinus, N. (2018). Peran Media Sosial Dalam Upaya Promosi Kesehatan:
Tinjauan Literatur. Invotek: Jurnal Inovasi Vokasional Dan Teknologi, 18(2), 25–34.
http://invotek.ppj.unp.ac.id/index.php/invotek/article/view/261
Mahanani, F., Dani, M. R., & Amrullah, H. N. (2021). Studi Analisis Kecelakaan Kerja pada
Pekerjaan Instalasi Pipa Perusahaan Oil and Gas. Jurnal PPNS.
https://journal.ppns.ac.id/index.php/seminarK3PPNS/article/view/1828
Mangundjaya. (2020). Pengembangan Organisasi: Diagnosis dan Intervensi. Jakad Media
Publishing.
Martín-Iglesias, S., Santamaría-Martín, M. J., Alonso-Álvarez, A., Rico-Blázquez, M., del

47
Cura-González, I., Rodríguez-Barrientosn, R., Barberá-Martín, A., Sanz-Cuesta, T.,
Coghen-Vigueras, M. I., de Antonio-Ramírez, I., Durand-Rincón, I., Garrido-Rodriguez,
F., Geijo-Rincón, M. J., Mielgo-Salvador, R., Morales-Montalvá, M. S., Reviriego-
Gutiérrez, M. A., Rivero-Garrido, C., Ruiz-Calabria, M., Santamaría-Mechano, M. P., …
Villa-Arranz, M. (2018). Effectiveness of an educational group intervention in primary
healthcare for continued exclusive breast-feeding: PROLACT study. BMC Pregnancy and
Childbirth, 18(59), 1–10. https://doi.org/10.1186/s12884-018-1679-3
Molitoris, J. (2019). Breast‐feeding During Pregnancy and the Risk of Miscarriage.
Perspectives on Sexual and Reproductive Health, 51(3), 153–163.
https://doi.org/10.1363/psrh.12120
Mudayana, A. A., Wiboeo, M., & Gusnita, E. (2017). Pelatihan Perancangan Media Promosi
Kesehatan kepada Siswa SMA Muhammadiyah di Wilayah Kabupaten Kebumen. Jurnal
Pemberdayaan: Publikasi Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(2), 481–488.
https://doi.org/10.12928/jp.v1i2.339
Namugenyi, C. (2019). Design of a SWOT Analysis Model and its Evaluation in Diverse
Digital Business Ecosystem Contexts. Procedia Computer Science, 159, 1145–1154.
https://doi.org/10.1016/j.procs.2019.09.283
Notoatmodjo, S. (2007). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan (2nd ed.). PT. Rineka Cipta.
Nurmala, I., Rahman, F., Nugroho, A., Erlyani, N., Laily, N., & Anhar, V. Y. (2018). Promosi
Kesehatan. Airlangga University Press.
Pakpahan, M., Siregar, D., Susilawaty, A., Mustar, T., Ramdany, R., Manurung, E. I., Sianturi,
E., Tompunu, M. R. G., Sitanggang, Y. F., & Maisyarah. (2021). Promosi Kesehatan dan
Perilaku Kesehatan. Yayasan Kita Menulis.
Peñacoba, C., & Catala, P. (2019). Associations between breastfeeding and mother-infant
relationships: A systematic review. Breastfeeding Medicine, 14(9), 616–629.
https://doi.org/10.1089/bfm.2019.0106
Phadermrod, B., Crowder, R. M., & Wills, G. B. (2016). Importance-Performance Analysis
based SWOT analysis. International Journal of Information Management, 1–10.
https://doi.org/10.1016/j.ijinfomgt.2016.03.009
Pueyo-garrigues, M., Whitehead, D., Pardavila-belio, M. I., Canga-armayor, A., Pueyo-
garrigues, S., & Canga-armayor, N. (2019). International Journal of Nursing Studies
Health education : A Rogerian concept analysis. International Journal of Nursing Studies,
94, 131–138. https://doi.org/10.1016/j.ijnurstu.2019.03.005

48
Rahmawati, A., & Susilowati, B. (2018). Dukungan Suami terhadap Pemberian Asi Eksklusif
pada Bayi Usia 6-12 Bulan. Jurnal PROMKES, 5(1), 27.
https://doi.org/10.20473/jpk.v5.i1.2017.27-38
Rahmawati, N. I. (2017). Pendidikan Ibu Berhubungan dengan Teknik Menyusui pada Ibu
Menyusui yang Memiliki Bayi Usia 0-12 Bulan Mother Education Related with
Breastfeeding Techniques among The Breastfeeding Mother Who Have Baby 0-12
Month. Indonesian Journal of Nursing and Midwifery, 7642, 11–19.
https://ejournal.almaata.ac.id/index.php/JNKI/article/view/361
Rinata, E., Rusdyati, T., & Sari, P. A. (2016). Teknik Menyusui Posisi, Perlekatan Dan
Keefektifan Menghisap - Studi Pada Ibu Menyusui Di Rsud Sidoarjo. Temu Ilmiah Hasil
Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat, 128–139.
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/article/view/2084
Romo, T., Vick, N., & Quilizapa, L. (2013). Fishbone Diagram & The 5 Whys. County of LA
Public Health; County of LA Public Health.
http://publichealth.lacounty.gov/qiap/docs/Topic3-Fishbone.pdf
Rosyida, D. A., Nuraini, I., & Rihardini, T. (2020). Usaha untuk Meningkatkan Cakupan ASI
Eksklusif dengan Pendekatan Emotional Demonstration “ASI Saja Cukup.” Dedication :
Jurnal Pengabdian Masyarakat, 4(1), 25–32.
https://doi.org/10.31537/dedication.v4i1.290
Sampe, A., TOban, R. C., & Madi, M. A. (2020). Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan
Kejadian Stunting Pada Balita. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 11(1), 448–455.
https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i2.314
Santoso, A. C. (2017). Strategi Pemasaran dengan Mengurangi Komplain Konsumen pada
UKM SKD. Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu Unisbank, 151–158.
https://media.neliti.com/media/publications/173442-ID-strategi-pemasaran-dengan-
mengurangi-kom.pdf
Shariat, M., & Abedinia, N. (2017). The effect of psychological intervention on mother-infant
bonding and breastfeeding. Iranian Journal of Neonatology, 8(1), 7–15.
https://doi.org/10.22038/ijn.2017.16673.1191
Susilowati, D. (2016). Promosi Kesehatan. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Promkes-
Komprehensif.pdf
Utari, E., & Wahyuni, I. (2020). Analisis Matriks USG (Urgency, Seriousness and Growth)

49
Banten Mangrove Center Bagi Masyarakat Kelurahan Sawah Luhur Kecamatan Kasemen
Kota Serang. Biodidaktika: Jurnal Biologi Dan Pembelajarannya, 15(2), 31–42.
https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/biodidaktika/article/download/8720/5797
Vassilopoulou, E., Feketea, G., Koumbi, L., Mesiari, C., Berghea, E. C., & Konstantinou, G.
N. (2021). Breastfeeding and COVID-19: From Nutrition to Immunity. Frontiers in
Immunology, 12(April), 1–10. https://doi.org/10.3389/fimmu.2021.661806
Wang, J., & Wang, Z. (2020). Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats (SWOT)
Analysis of China’s Prevention and Control Strategy for the COVID-19 Epidemic.
International Journal of Environmental Research and Public Health Review, 17, 1–17.
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32225019/
Wardani, R., & Minarno, B. (2021). Strategi Pelayanan IPSM RSUD Dr Soetomo Surabaya
Modifikasi Tata Udara Ruang Operasi Covid-19 Untuk Mendukung Kesehatan dan
Keselamatan Kerja / K3 Rumah Sakit Pada Masa Pandemi Covid-19. Madaniya, 2(4),
378–382. https://madaniya.pustaka.my.id/journals/contents/article/view/105
Wattimena, I., Susanti, N. L., & Marsuyanto, Y. (2012). Kekuatan Psikologis Ibu untuk
Menyusui. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 7(2), 56–62.
https://journal.fkm.ui.ac.id/kesmas/article/view/63
Wattimena, I., & Werdani, Y. D. W. (2015). Manajemen Laktasi dan Kesejahteraan Ibu
Menyusui. Jurnal Psikologi, 42(3), 231–242. https://doi.org/10.22146/jpsi.9911
WHO. (2012). Health education: Theoretical concepts, effective strategies and core
competencies. World Health Organization.
Yang, S.-F., Salamonson, Y., Burns, E., & Schmied, V. (2018). Breastfeeding knowledge and
attitudes of health professionals and students. International Breastfeeding Journal, 13(8),
1–11. https://doi.org/10.7097/APT.200108.0207
Yazdani, A. A., & Tavakkoli-Moghaddam, R. (2012). Integration of the fish bone diagram,
brainstorming, and AHP method for problem solving and decision making-a case study.
International Journal of Advanced Manufacturing Technology, 63(5–8), 651–657.
https://doi.org/10.1007/s00170-012-3916-7
Yusrina, A., & Devy, S. R. (2017). Faktor yang Mempengaruhi Niat Ibu Memberikan ASI
Eksklusif di Kelurahan Magersari, Sidoarjo. Jurnal PROMKES, 4(1), 11.
https://doi.org/10.20473/jpk.v4.i1.2016.11-21
Zainal, A. P., Salmia, & Septiari, R. (2021). Analisis beban kerja mental pegawai dinas
kesehatan di masa pandemi covid-19. Jurnal Valtech, 4(2), 14–18.

50
https://ejournal.itn.ac.id/index.php/valtech/article/view/3816
Zhao, J., Zhao, Y., Du, M., Binns, C. W., & Lee, A. H. (2017). Maternal education and
breastfeeding practices in China: A systematic review and meta-analysis. Midwifery, 50,
62–71. https://doi.org/10.1016/j.midw.2017.03.011

51
Lampiran A. Jadwal Kegiatan Residensi

52
Lampiran B. Daftar Kehadiran Kegiatan Residensi

53
54
55
56
57
Lampiran C. Dokumen Kegiatan Residensi

58
59
60
61
62
63
Lampiran D. Dokumen Media Edukasi

1. Leaflet Edukasi tentang ASI dan Ibu Menyusui

64
2. Poster Edukasi tentang ASI dan Ibu Menyusui

65
3. Flipchart Edukasi tentang ASI dan Ibu Menyusui

66
67
68
69
4. Media Digital Edukasi tentang ASI dan Ibu Menyusui

70
71
72
73
74
75
76
77
78
79

Anda mungkin juga menyukai