Anda di halaman 1dari 38

KEBIJAKAN PERENCANAAN

PEMBANGUNAN KESEHATAN SAAT INI


& PENGUATAN SISTEM INFORMASI
KESEHATAN KE DEPAN

Dinas Kesehatan Provinsi Riau

21 Februari 2023
ARAH KEBIJAKAN RPJMN 2020-2024 - KESEHATAN

Meningkatkan pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta terutama penguatan pelayanan kesehatan dasar (Primary Health
Care) dengan mendorong peningkatan upaya promotif dan preventif, didukung inovasi dan pemanfaatan teknologi

Strategi Kebijakan
Mencakup:
Peningkatan kesehatan ibu, anak, KB, a) Penguatan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, yang difokuskan pada inovasi dan pemanfaatan
1 dan kesehatan reproduksi teknologi dalam pelayanan kesehatan, meliputi:
▪ perluasan sistem rujukan online
2 Percepatan perbaikan gizi masyarakat ▪ integrasi fasilitas pelayanan kesehatan swasta dalam sistem rujukan
▪ perluasan cakupan dan pengembangan jenis layanan telemedicine
3 Peningkatan pengendalian penyakit ▪ digitalisasi rekam medis dan rekam medis online
b) Penguatan tata kelola, pembiayaan, penelitian, dan pengembangan kesehatan, yang difokuskan
Pembudayaan Masyarakat Hidup Sehat pada:
4
(Germas) ▪ integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi sistem informasi kesehatan pusat dan daerah
▪ penerapan sistem single entry
Penguatan sistem kesehatan & ▪ penguatan data rutin
5
pengawasan obat dan makanan ▪ Inovasi dan pemanfaatan teknologi digital untuk pengumpulan data, termasuk big data, media
promosi, komunikasi, dan edukasi kesehatan

Indikator Matriks Pembangunan 2020 2021 2022 2023 2024


Jumlah sistem informasi kesehatan yang terintegrasi dalam Aplikasi Satu Data 25 35 45 55 65
Kesehatan (ASDK)
Persentase indikator pembangunan kesehatan yang diukur dengan data rutin 0 5 10 20 30
33
URGENSI REFORMASI SISTEM KESEHATAN NASIONAL
Bappenas:
Sistem Kesehatan Nasional belum mampu merespon
Studi
permasalahan kronis pembangunan kesehatan Pembelajaran
Penanganan
Covid-19
Penemuan Kasus baru TB
rangking 26 dari 34 Provinsi
Pandemi Covid-19 menunjukkan :
Baru 12 kab/kota eliminasi malaria
Pencegahan lemah
Screening test dan tracing & tracking,
Imunisasi dasar lengkap 71 % sistem
surveilans penyakit, kapasitas laboratorium

65,96% Puskesmas dengan 9 jenis nakes Faskes dan farmalkes tidak siap
APD, ruang siolasi dan alat test, ruang rawat,
ruang ICU, ruang isolasi dan manajemen
kasus
0,8% puskesmas tanpa dokter
Kapasitas tenaga kesehatan
74,9% RSUD memiliki 7 dokter spesialis terbatas

4
Pemanfaatan pembiayaan kesehatan
Pesan Utama Bid. Kesehatan
Pembelajaran Penanganan Pandemi Covid-19

KAPASITAS KETAHANAN KAPASITAS PELAYANAN UPAYA PROMOTIF DAN


MANAJEMEN RESPON
KESEHATAN KESEHATAN PREVENTIF

▪ Sistem surveilans ▪ Penguatan kapasitas & ▪ PSBB/PPKM disertai


▪ Komunikasi publik yang tegas
terintegrasi, real time, & redistribusi SDM penegakan hukum
& akurat
mandatory
▪ Perbaikan kapasitas ▪ Strategi komunikasi efektif
▪ Mobilisasi sumber daya
▪ Manajemen data didukung logistik, pengembangan
▪ Menfaatkan modal sosial dan secara akuntabel
SDM, infrastruktur, dan Early Warning System
budaya untuk mendorong
teknologi memadai ▪ Kelembagaan &
▪ Penguatan kapasitas kreativitas & inovasi berbasis
▪ Penguatan kapasitas kearifan lokal kepemimpinan memberi arah
pengolahan limbah medis
& kepastian
pemeriksaan lab
▪ Redesain sistem rujukan ▪ Strategi vaksinasi untuk
▪ Peran Pemda yang responsif yankes highly infectious diseases
Sumber: Studi Pembelajarana
▪ Mobilisasi sumber Penanganan Covid-19, Bappenas 2021
pendanaan
Reformasi SKN & Transformasi Kesehatan sebagai respon kebijakan kesehatan
Perpres No. 72/
Kondisi saat ini Respon kebijakan
2012 tentang SKN

Sistem kesehatan
1 nasional belum Reformasi
mampu merespon
permasalahan kronis SKN
pembangunan (RKP: Perpres)
kesehatan

Pandemi
2 Covid-19
memberikan

pembelajaran
dan
bahwa sistem Transformasi
refleksi Kesehatan
penting
kita masih lemah (Renstra & Renja
Kemkes:
kesehatan PerMenkes)
nasional

6
Kendala Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia

Benturan kebijakan antar


Islands of Information level pemerintah
Pengembangan SIK belum
Potensi overlap antara sistem pusat
terkoordinasi dan belum ada
pemetaan kebutuhan data dan daerah yang memiliki tujuan sama

Perlu ada pembagian peran dalam SIK
Tidak semua PEMDA siap
Data hasil pelaporan
dalam pelaksanaan SIKDA
SIKDA jarang digunakan
Varias pengembangan SIKDA
Kualitas data pelaporan
oleh PEMDA, namun tidak
dipertanyakan, jarang digunakan
semua PEMDA mampu Sistem sebagai dasar perencanaan
mandiri Informa
si
Pemetaan Kebutuhan Tenaga Belum Integrasi dengan
SIK di pelayanan Lembaga Lain
Kekurangan tenaga SIK di pelayanan Perlu dipetakan kebutuhan
menjadi kendala belum optimalnya integrasi SIK dengan system
pemanfaatan SIK dan belum informasi lain yang dikelola KL lain
terintegrasinya sistem atau Pemda

14
Contoh Kasus: Temuan Monev Digitalisasi Pelayanan dan
Sistem Informasi KIA
Berbagai Aplikasi Digital KIA
PELAYANAN PELAYANAN PERSALINAN, NIFAS PELAYANAN BAGI PELAYANAN BAGI PELAYANAN BAGI PELAYANAN BAGI LANSIA
PUS & WUS ANTENATAL & NEONATAL BAYI BALITA ANAK SD ANAK SMP/A & REMAJA

BumilKu Sehati/Tele SIGIZI • Sistem informasi terkait KIA sangat


CTG bervariasi, baik pemerintah maupun
Kescatin MTBS swasta
Klop KB Belum terintegrasi → coverage data
rendah
Prelite MPosyandu • Pemanfaatan belum secara luas
(kebutuhan internal)
Hallo Bumil • Cakupan pencatatan dan
compliance rendah
SIMKIA PrimaKu
SIMPUS, SIMRS, SIMKLINIK, Sisrute
Keterangan :
Aplikasi daerah : orange
Aplikasi pusat : biru
Maternal Perinatal Death Notification (MPDN) Simundu Aplikasi swasta : hijau

Komdat
Simatneo
Harapan Integrasi Sistem Informasi ke Depan

(i)
(ii) (iii) (vi)
Infrastru (iv) (v)
Manajeme Satu aplikasi, satu Memastikan
ktur Unique ID Keterkaita
n satu akun per instansi, keamanan
mampu menjadi n antar
data dan satu update data
mengelola variabel variabel
data terpusat data identi tas tanpa
dalam dan nasional pembeda redundansi input
jumlah interopera
besar dan bel
Data pusat & daerah Menggunakan NIK Sistem informasi yang
diinput ke dalam Meminimalkan Aksesibilitas di setiap
High performance computi ng sebagai identi tas dikembangkan harus
akesibilita pengembangan aplikasi tingkatan perlu dibedakan
Microservices sistem yang sama. spesifi k untuk dapat menghubungkan
dalam jumlah besar dan sehingga hanya data
s tinggi
E dge cloud Data update dari menghindari informasi relevan lintas tertentu yang dapat
daerah Y dapat tidak terintegrasi duplikasi data sistem diakses
diakses di daerah Z individu
Pengkinian Juknis Profil Kesehatan

Tahun 2007 Tahun 2011 Tahun 2015 Tahun 2019 Tahun 2022

Profil Kesehatan Profil Kesehatan Profil Kesehatan Profil Kesehatan Profil Kesehatan
Data Terpilah-79 Data Terpilah-82 Data Terpilah-81 Data Terpilah-76 Data Terpilah-87
Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel
Sumber Data Profil Kesehatan

Data Rutin dari Data Rutin

=
Survey atau Sensus
Fasyankes dari Lintas

=
= Sektor

! Puskesmas, RS, kilinik,


[ . = . g SP, SUPAS, SDKI,
Riskesdas
a BKKBN, Kemendagri,

,.
UKBM labker
I
A BNN,dll

.
Keterbatasan dalam
Penyusunan Profil Kesehatan

Prioritas Program
Dukungan SI
Kualitas data SDM Perubahan
lntegrasi yang masih on
Kelengkapan, Ket erbat asan progress priorit as proram
ketepatan waktu, jumlah, rot asi yg berdampak pada
akurasi, konsistensi cepat , kompet ensi perubahan
indikat or
Komponen
Profil Kesehatan

Analisis
□Berisi analisis deskriptif yang menggambarkan kondisi
demografi, fasilitas pelayanan kesehatan, SDMK,
Pembiayaan Kesehatan, Kesehatan Keluarga,
Pengendalian Penyakit, dan Kesehatan Lingkungan
□ Metode analisis deskriptif dilakukan dengan komparasi
antar wilayah, capaian dengan target, dan antar waktu

Lampiran
□Berisi data dalam tabulasi
□Terdiri dari tabel-tabel yang mencakup variabel demografi,
fasilitas pelayanan kesehatan, SDMK, Pembiayaan

Kesehatan, Kesehatan Keluarga, Pengendalian Penyakit, dan

Kesehatan Lingkungan
Ruang Lingkup Revisi Juknis Tahun
2022
Sarana Kesehatan Pneumonia ■ Pneumonia

Kefarmasian dan Alkes Tuberculosis ■ Tuberculosis

KIA HIV ■ HIV

Gizi ■ Hepatitis ■ Hepatitis

lmunisasi ■ Kusta ■ Kusta

Usia Produktif ■ Diare ■ Diare


Revisi
Sarana Kesehatan
Semula Menjadi
1. Rumah Bersalin 1. Klinik Pratama
2. Klinik Pratama 2. Klinik Utama
3. Klinik Utama 3. Tempat Praktik Mandiri
4. Balai Pengobatan Dokter
5. Praktik Dokter 4. Tempat Praktik Mandiri
Be rsa m a Dokter Gigi
6. Pra ktik Umum 5. Tempat Praktik Mandiri
Do kte r Dokter
7. Pe rora ng a n Gigi SpesialisPraktik Mandiri
6. Tempat
Pra ktik Bidon
8. Do kte r Spesialis 7. Tempat Praktk Mandiri
Pe rora ng a n Perawat
9. Praktik
Pra ktik Pengobatan 8. Griya Sehat
Tradisional
Do kte r 9. Ponti Sehat
Poin revisi : 1 Pe
O.Ba nkng a n Rumah
rora 1 O.Unit Tra nsfusi
Da ra h Da ra h
1. Penyebutan tempat praktik mandiri Sakit Transfusi Darah 11 .Laboratorium
11.Unit
2. Penambahan griya sehat dan panti sehat 12.Laboratorium Kesehatan
3. Penambahan variable organisasi Kesehatan
kemasyarakatan pada kolom kepemilikan •

sarana fasyankes
Revisi
Kefarmasian dan Alkes

Perubahan ruang lingkup jumlah item obat dari 20


menjadi 40 item obat

Penambahan tabel baru persentase ketersediaan


obat esensial yg merinci 40 jenis item

Penambahan tabel baru persentase puskesmas


dengan ketersediaan vaksin IDL
Revisi•
Posyan
du
Penyempurnaan definisi operasional Posyandu.

Penyempurnaan kategori Posyandu


Revisi
SDM Kesehatan

0
78 Sebelum Revisi

Jenis unit kerja Jenis unit


terdiri dari: kerja t erdir i
• Puskesmas • Puskesmas
dar i:
• RS • RS
• Klinik • Sar ana
• Sar ana pelay anan
pelay anan kesehat an lain
kesehat an lain
Revisi
Dana Desa

Tabel pemanfaatan dana desa


dihilangkan


a @

I
Revisi Juknis Kesehatan lbu dan Anak
Pain revisi :
1. Kematian ibu tidak merinci kelompok umur.

2. Penambahan t abel : kebidanan menurut penyebab,


bar u kom plikasi
komplikasi neonatus menurut penyebab
3. Pem isahan t abel kemat ian anak berdasar kan penyebab menj adi :
kemat ian neo nat al, post neonat al, dan balit a

4. Per ubahan Tabel Pelay anan Kesehat an Balit a menj adi variable :
kepemKIA,
buku ilikanpemantauan pert um buhan dan perkembangan, balit a
dilayani
SDIDTK, dan balita dilayani MTBS] pada Tabel Pelayanan Kesehatan Balita
o - - - - - - -

5. Penambahan variable cakupan K6, kunjungan nifas lengkap menggantikan


KF2 dan KF3?l pada tabel "Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil, Bersalin, dan
Nifas"

6. Penambahan variable Metode Amenore Laktasi (MAL), efek samping,


komplikasi, kegagalan, dan drop out?l pada tabel Peserta KB Aktif
- - - - - - - - -

7. Penambahan t abel Dengan 4 Terlalu (4T) Dan Memiliki


" PUS PenyakitStKronis,
Anemia, LiLA<23,5, at us dan IMS) (ALKI) Yang Menjadi Peserta
KB Aktif

8. Penambahan variable Metode Amenore Laktasi 2l pada tabel Peserta K


Pasca Persalinan B
Revisi Juknis Gizi

v! ° ' 1. Perubahan variable balita gizi kurang (BB/U)


, " w menjadi balita berat badan kurang (BB/U)
0 --1'. Ac- 1 •
2. Perubahan variable Balita kurus (BB/TB) menjadi
5}· 1eW%
J
'@ Balita Gizi Kur ang (BB/ TB : < - 2 S.D -3 SD) Balita
... o0 Gizi Buruk dan
o (BB/TB: < -3 SD)
0
Revisi Juknis lmunisasi

1. Penambahan variable total cakupan imunisasi HBO


(< 24 jam+ 1 sampai 7 hari)

2. Perubahan variable campak/MR menjadi campak


rubella, campak/MR2 menjadi campak rubela2
Revisi Juknis Kesehatan Usia Produktif

Penambahan Tabel Calon Pengantin


Mendapatkan Pelayanan Kesehatan

e'
¢ " t i t
e
REVISI JUKNIS-PENGENDALIAN TBC, HIV AIDS, DIARE, DAN KUSTA

1. Perubahan variable Case Detection Rate (CDR) menjadi Treatment


Coverage (TC)

2. Penambahan tabel ODHIV baru mendapatkan pengobatan

3. Tabel kematian akibat AIDS dihilangkan

4. Penambahan tabel "Deteksi Dini Hepatitis B pada lbu Hamil" dan tabel "Bayi
Lahir dari lbu Reaktif HBsAg dan Mendapat Vaksin HBIG"

5. Sasaran balita penderita diare yg ada pada juknis existing tabel 56.
Existing : 20% prevalensi diare per 1000 * jumlah balita pada tabel
pelayanan* kesehatan balita. Seharusnya : 20% prevalensi diare per 1000 *
jumlah balita pada tabel Pneumonia *
6. Pemisahan jumlah kasus terdaftar kusta menjadi anak dan dewasa
pada tabel Jumlah Kusta Terdaftar dimana sebelumnya dipisah
menu rut jenis kelamin
REVISI JUKNIS - PENG ENDALIAN PENYAKIT TULAR VEKTOR DAN ZOONOTIK

Waspada Zoonosis
hw"
" .

~ • ~ • - ; "
Penyempurnaan Definisi Operasional malaria
positif pada tabel Malaria

.·. ·. ~
Revisi Juknis Pengendalian Penya kit Tidak Menular

1. Pemisahan variable pemeriksaan SADANIS, dan


kankea jantung
pemeriksaan IVA, dan pemisahan variable curiga kanker
payudara dan curiga kanker leher Rahim

2. Penambahan variable Krioterapi, dan Dirujuk


w"», <he
·,
Revisi Juknis Kesehatan Jiwa

DEPRESI

Pemisahan ODGJ berat menjadi Skizofrenia


SEDIH CEMA5 dan Psikotik Akut berdasarkan kelompok

BIPOLAR
>
umur (0-14, 15-59, 60 tahun)
HALL
SINA.SL
Revisi Juknis Kesehatan Lingkungan
1. Penyederhanaan variable pada tabel "Sarana Air Minum Yang
Dilakukan Pengawasan"

2. Perubahan variable pada tabel "KK Dengan Akses terhadap Fasilitas Sanitasi
Aman"

3. Perubahan pada tabel STBM dengan menjabarkan pilar STBM, yaitu Stop
Buang Air Besar Sembarangan (SBS), Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS),
Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMMRT),
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (PSRT), Pengamanan Limbah Cair
Rumah Tangga (PLCRT).
4. Penyederhanaan tabel TTU (Tempat-tempat Umum) Memenuhi Syarat
Kesehat an yg semula t erdir i dar i : SMP, SMA, RS, Puskesmas, tempat
SD,
ibadah, dan pasar menjadi tabel TFU (Tempat dan fasilitas Umum)
Dilakukan Pengaw asan Standar Kesehat an yg t er dir i dar i : SD,
Sesuai SM P,
Puskesmas, dan pasar.
5. Penambahan variable pada tabel TPP (tempat Pengelolaan Pangan)
Memenuhi Syarat Kesehatan yg semula terdiri dari : boga, rumah
makan/restoran, depot air minum, makanan jajanan kantin jasa menjadi : jasa
boga, rest oran,TPP tert ent u, depot air minum, rumah makan,
kelompok gerai pangan jajanan, dan sent ra pangan jajanan/ kant in.
Regulasi Juknis Profil Kesehatan
Kabu paten/Kota

• •
SE Sekjen
a . a
e
.
VI
V
«
L SE Sekjen •
V
V
«
L
L
Kem en k es RI
P > I=
Kem e n k es RI P
e
K.02.02/ I I
HK.02.02/ 111/ 46
l/ 919 0/ 2022
52/ 2020
Pemeringkatan Profil Kesehatan

Parameter Penilaian

Kelengkapan Akurasi Konsistensi

• Kelengkapan unit Koefisien variasi < 20% • Konsistensi antar indikator


• Kelengkapan variabel • Konsistensi 3 tahun terakhir
PEMANTAUAN DATA RUTIN -.·
ti l
Latar Belakang

• PP. 46 tahun 2014 tentang SIK


Pasal 4:
(1) Data Kesehatan terdiri atas: a. data rutin; dan b. data rutin
(2) Data rutin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) nonhuruf a harus dikumpulkan secara teratur
oleh penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan, instansi Pemerintah Daerah, dan
instansi Pemerintah melalui pencatatan dan pelaporan atau cara lain
(3) Data non rutin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dikumpulkan sewaktu-waktu
sesuai kebutuhan dan prioritas pembangunan kesehatan yang ditetapkan oleh Pemerintah.

• Strategi 5 RPJMN 2020-2024 point c: integrasi, sinkronisasi, dan simplifikasi Sistem lnformasi
Kesehatan pusat dan daerah termasuk penerapan sistem single entry serta penguatan data
rutin
• Persentase indikator pembangunan kesehatan yang diukur dengan data rutin menjadi indikator
Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024


lo
~ II'
KEMENTERIAN
KESEHATAN 28
RA(/ w o e s
RePueu
Peran Data Rutin Dalam Pembangunan Kesehatan

Meningkatnya Mendukung
Terbangunnya Tata Kelola,
tatakelola penyusunan
lnovasi, dan Teknologi Penguatan Data
pemerintahan kebijakan dan
Kesehatan yang Berkualitas dan Rutin
yang anggaran,
Efektif
baik,
danberbasis data
teknologi serta
evaluasi target


lo
~ II'
KEMENTERIAN
KESEHATAN 30
RA(/ w o e s
RePueu
Data Rutin vs Data Non Rutin/Survei

Tidak tersedia secara rutin ➔ Tersedia secara rutin ➔


sulit unt uk keperluan diperlukan untuk
perencanaan perencanaan kebijakan 01 S
D
A U
T
Data tersedia hingga level R
kab/kota atau
A 02 V-
fasyankes ➔ lebih
E
detil
R Relatif tidak membutuhkan biaya
I
U besar, namun compliance perlu /
ditingkatkan karena cakupan

T masih rendah (under-reporting) NON


I RU
Akurasi rendah karena sistem
N masih manual dan belum
TIN
terintegrasi (potensi
baik
pencatatan ganda)

31
Tantangan dalam Pengembangan Data Rutin

Belum sepenuhnya real-time Data tersebar: variasi sistem informasi


• Data rutin yang seharusnya digunakan untuk • Tiap unit & daerah memiliki sistem informasi sendiri
melihat capaian tahunan ➔ tersedia pada • Sistem informasi tidak terintegrasi
semester
baru awal tahun berikutnya • Format pencatatan & pelaporan berbeda, overlap
• Data yang berubah ➔ yang tidak informasi, tidak efisien
pencatatan
serentak

Dukungan Sistem yang belum memadai Belum semua menggunakan sistem



informasi
Sistem yang ada belum semua user-friendly bagi
• Sistem belum terbangun untuk indikator tertentu
petugas ➔ sehingga masih mencatat manual
(kematian & penyebab
• Pengelola (SDM IT) kurang
• kematian) Belum terstandarisasi
• Kendala pembiayaan
• Regulasi teknis?

Cakupan & akurasi data rendah


Pemanfaatan data rendah
• Tingkat kepatuhan/disiplin dalam update data rendah
• Digunakan secara terbatas oleh unit sendiri
• Belum terlembaga
• Kualitas data pelaporan dipertanyakan, jarang • Pelayanan kesehatan di provider
digunakan sebagai dasar perencanaan
swasta belum sepenuhnya tercakup.

KEMENTERI
AN 32
KESEHATAN
REPUBLIK
INDONESIA
Persentase indikator pembangunan kesehatan yang diukur dan
dianalisa dengan pemanfaatan data rutin

Definisi operasional:
• lndikator pembangunan kesehatan yang berasal dari data rutin dengan kualitas data baik, yang merupakan sumber
dat a program dalam memantau capaian kinerja.
• bagi pembangunan kesehatan terdiri atas indikator keluarga sehat, SPM kesehatan, Sustainable Development
Goals
lndikat(SDGs),
or RPJMD dan pandemi.
• Analisa kolaboratif dan perhitungan indikator dilakukan menggunakan metode analisa data sains.

Numerator:
Jumlah indikator pembangunan kesehatan yang diukur dengan data rutin dan berkualitas baik

Denominator:
Jumlah seluruh indikator pembangunan kesehatan yang diusulkan diukur dengan data rutin (61 indikator)

lo
• ~ I IA(/
'
KEMENTERIAN
KESEHATAN 33
R RePueu
woes
Penilaian Kualitas Data

• Kelengkapan laporan sesuai periode pelaporan data


• Jum lah kabupat en/ kot a per provinsi yang melaporkan dat a sesuai
Kelengkapan per iode
• laporan / Jumlah kabupaten/kota per provinsi dikali 100%
Kelengkapan indikator = jumlah provinsi dengan nilai kelengkapan >80%
dibagi dengan jumlah provinsi dikali 100%

• Ada atau tidak data outlier (cutoff points:+ 2 SD)


• Akurasi baik jika capaian indikator kabupaten/kota berada dalam rentang + 2 SD
Akurasi • Akurasi indikator = jumlah kab/kota dengan akurasi baik dibagi dengan jumlah
provinsi dikali 100%

• Perbandingan antara capaian tahun yang dinilai dibandingkan dengan rata•


rata 3 tahun sebelumnya
Konsistensi • Konsistensi baik jika capaian indikator provinsi berada dalam rentang 33%
• Konsistensi indikator = jumlah provinsi dengan konsistensi baik dibagi dengan
jumlah provinsi dikali 100%

Catatan: indikator dapat memiliki komponen penilaian berbeda

Anda mungkin juga menyukai