Anda di halaman 1dari 15

Nama: Anugrah Dwi Riski

NPM: 216080083
Tugas UTS dr. Lili
Prodi MARS

LAPORAN ROOT CAUSE ANALYSIS (RCA)

1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Berdasarkan Buku Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit


Depkes RI , edisi 2 tahun 2008,rumah sakit wajib melakukan pencatatan dan
pelaporan insiden yang meliputi kejadian tidak diharapkan, kejadian tidak
cedera, kejadian nyaris cedera dan kejadian sentinel serta berdasarkan Buku
Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP), Komite Keselamatan
Pasien Rumah Sakit (KKP-RS) edisi 2 tahun 2008, bahwa berdasarkan alur
pelaporan insiden keselamatan pasien pada grading merah dan kuning
dilakukan analisa Root Cause Analysis (RCA) untuk dilakukan pembelajaran
dari hasil rekomendasi yang diusulkan.
Semua jenis insiden keselamatan pasien mengandung empat komponen
dasar yaitu:faktor penyebab, faktor waktu, dampak dan faktor mitigasi. Salah
satu teknik analisis yang biasa digunakan dalam menganalisa kegagalan suatu
sistem adalah analisis akar masalah (Root Cause Analysis). RCA adalah
sebuah metode yang terstruktur yang digunakan untuk menentukan akar
penyebab dari masalah.
Berkenaan dengan adanya laporan IKP dari ruangan VIP B yaitu KTD
dengan grading kuning pada bulan Oktober 2015 ke KPRS, maka KPRS
menindaklanjuti dengan melakukan kajian analisis akar masalah dimana hasil
dari kajian yaitu rekomendasi nantinya akan dipergunakan untuk perbaikan
sistem dan pembelajaran di unit-unit terkait.

B. Tujuan
1. Tujuan Umums
Agar KTD berupa medication error tidak terjadi lagi di ruang VIP B
maupun ruang rawat inap yang lain.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi akar masalah dan faktor kontribusi terjadinya
insiden KTD di ruang VIP B.
b. Sebagai alat untuk menyusun rencana kegiatan dalam mencegah risiko
agar kejadian serupa tidak terjadi lagi di ruang perawatan yang
lainnya.
c. Sebagai alat pembelajaran dari insiden KTD yang sudah terjadi di
ruang VIP B.
2. PEMBAHASAN

LANGKAH 1
IDENTIFIKASI INSIDEN
Insiden : Salah Pemberian obat Injeksi ( instruksi dokter cairan Aminofluid, yang
diberikanadalah Aminophyllin injeksi di drip di cairan infuse pasien).

LANGKAH 2
PEMBENTUKAN TIM
Ketua : dr.Muji Retnaning Rini, Sp.A, M.Kes
Sekretaris : dr.Sari Prabandari P.
Notulen : Rina Yuniati, S.Gz
Anggota:
1. dr. Yenny W (KPRS)
2. Sri Wahyuningsih, S.Kep, Ns (KPRS)
3. Sri Megawati, AMK (KPRS)
4. Munawaroh (Karu VIP B)
5. dr. Atik Yuniani, Sp. D (DPJP)
6. dr. Vanisia (PMKP)
7. Rani S. L. (Farmasi)

LANGKAH 3
PENGUMPULAN DATA & INFORMASI
1. Observasi langsung
Tim melakukan observasi langsung ke ruang VIP B pada tanggal 23 Oktober
2015 pukul 13.00 WIB
- Menemukan rekam medis pasien dan melihat SOAP DPJP di dalam rekam
medis pasien.
- Melihat jadwal dinas perawat.
2. Dokumentasi
a) Telaah rekam medis a/n Ny.S
b) Jadwal Dinas Perawat Ruang VIP B pada bulan Oktober 2015.
c) Formulir Laporan IKP ke Tim KPRS dari ruang VIP B.
d) Resep DPJP untuk pasien Ny.S pada saat insiden terjadi
Interview
Hasil interview dengan perawat ruang VIP B tanggal 23 Oktober 2015
1) Interview dengan dr.A (DPJP)
- Pada tanggal 20/10/2015 dokter visite pada pukul 08.00, pada saat visite,
dokter menanyakan keluhan pasien serta melakukan pemeriksaan fisik.
Dari hasil anamnesa, pasien sudah merasa membaik.
- Dokter A menulis SOAP di CPPT dan menulis resep untuk pasien, antara
lain Epsonal, Ranitidin dan Aminofluid.
- Perawat tidak mengulangi dan membaca kembali advis yang ditulis oleh
dr.A
- Keesokan harinya saat dr.A visite, dokter melihat pasien sedang terpasang
infuse PZ dan drip aminophyllin 14 tpm (tidak sesuai advis, yaitu
Aminofluid)
- Dr.A segera meminta perawat untuk melepas infus pasien.
2) Interview dengan Perawat Wa (perawat jaga shift malam tgl 20 Oktober 2015)
- Berdasarkan hasil interview, kronologis menurut Perawat W adalah
sebagai berikut:
- Dr.A visite pada pagi hari pukul 08.00 dan menulis resep: Epsonal,
Ranitidin dan Aminofluid.
- Petugas farmasi mengambil resep pada pagi hari pukul 09.00
- Siang harinya pada pukul 11.30 petugas farmasi mengantarkan obat ke
ruangn dan ada serah terima dengan keluarga pasien. Kemudian petugas
farmasi menyerahkan kwitansi ke perawat jaga shift pagi.
- Setelah shift sore berakhir& melakukan operan jaga dengan perawat shift
malam.
- Perawat W standby di nurse station mengerjakan SOAP pasien dan
laporan lainnya.
- Perawat M dan Perawat Wa bertugas memberikan injeksi malam.
- Perawat yang bertugas injeksi memasukkan obat Aminophyllin dalam
cairan NaCl 0,9% 500 cc, karena obat tersebut yang tersedia di keranjang
obat pasien, perawat sudah melakukan identifikasi ke pasien dengan
melihat gelang identitas dan menanyakan identitas serta keluhan pasien.
Pada saat itu keluhan pasien pusing, tidak bisa tidur dan batuk. Perawat
Wa melihat lembar medikasi pasien, tertulis infus PZ + drip Aminophyliin
14 tpm (seharusnya program infuse Aminofluid 14 tpm).
- Keesokan paginya saat dr.A visite, dr.A menemukan bahwa px Ny.S
terpasang infuse PZ + drip Aminophyliin (tidak sesuai advis yaitu
Aminofluid)
- Dr.A meminta perawat melepas infuse tersebut.
- Dr.A lalu berkoordinasi dengan KaRu dan petugas farmasi untuk
mengecek ulang resep obat kemarin.
3) Interview dengan Petugas R (petugas farmasi tgl 20 Oktober 2015)
- Petugas mengambil resep pasien di VIP B.
- Petugas farmasi lalu melakukan konfirmasi ke perawat ruangan VIP B
tentang resep dr.A, apakah itu aminophyllin atau bukan
- Perawat yang menerima telepon tidak melakukan konfirmasi ke perawat
pendamping visite dr.A, sehingga langsung mengiyakan pertanyaan
petugas farmasi
- Petugas farmasi lalu menyiapkan obat dan kwitansi untuk pasien Ny.S dan
menyerahkan ke ruangan
Dokumentasi : resep dan kwitansi obat (terlampir)
LANGKAH 4
FORM TABULAR TIMELINE

Waktu/ Kejadian 19/10/2015 20/10/2015

KEJADIAN Pasien Ny. S MRS dengan Dokter penyakit dalam


diagnosa Dizines + KU lemah visite, menulis terapi tab.
di ruang kamar VIP B Epsonal, Injeksi Ranitidin
dan Salah satu tulisan
obat kurang jelas (Infus
Aminofluid)

INFORMASI Kondisi pasien compos mentis Jam 09.00 Petugas


TAMBAHAN GCS: 456 Farmasi mengambil resep
T: 150/100 s/n: 36/84 RR: dari ruangan dan jam
20x/m 11.30 obat diantar ke
ruangan disertai serah
terima dengan keluarga
pasien
T: 150/100 N : 90

GOOD - Petugas farmasi telepon


PRACTICE VIP B untuk konfirmasi
ulang nama obat

MASALAH - Perawat VIP B (bukan


PELAYANAN pendamping DPJP visite)
mengkonfirmasi obat yang
salah ( Aminophilin).
Perawat tersebut tidak
crosscek ulang dengan
perawat pendamping visite
DPJP

Waktu/ Kejadian 21/10/2015 22/10/2015

KEJADIAN Dokter penyakit dalam visite, Tidak ada keluhan selanjutnya


menemukan pasien dengan kondisi pasien sudah membaik,
terapi infus yang salah (infus DPJP ACC untuk KRS
PZ + Aminophilin)

INFORMASI Pasien merasa pusing -


TAMBAHAN DPJP memberikan advis
pemeriksaan foto thorax, serta
Lab DL.

GOOD DPJP segera menghentikan -


PRACTICE kesalahan pemberian obat dan
berkoordinasi dengan petugas
Farmasi untuk melakukan
pengecekan ulang resep obat

MASALAH - -
PELAYANAN
LANGKAH 5
FORM TIME PERSON GRID

Waktu / 19/10/2015 20/10/2015 21/10/2015 22/10/2015


Staf yang
terlibat

Perawat Ruangan -Berada di Koordinasi dengan Ruangan


Jaga ruang nurse station petugas farmasi
VIP B -satu
pendamping
visite DPJP

DPJP visite visite DPJP mengetahui visite


dan menghentikan
kesalahan obat

Petugas farmasi Melakukan Melakukan Farmasi


farmasi pengambilan pengecekan ulang
resep dan konfirmasi
Konfirmasi kepada DPJP
perawat
(non-visite)
melakukan
penyerahan
resep
LANGKAH 6
FORM MASALAH/CARE MANAGEMENT PROBLEM (CMP)

Masalah Instrumen/Tools

1. Tidak ada konfirmasi ulang (repeat back) Metode SBAR& repeat back
perawat VIP B terhadap tulisan resep DPJP
yang kurang Jelas

2. Petugas farmasi menanyakan terapi DPJP CPPT


kepada perawat yang bukan pendamping
DPJP visite

3. Tidak ada prosedur dari farmasi untuk SPO konfirmasi ke DPJP (dari
konfirmasi ulang resep kepada DPJP farmasi)
LANGKAH 7
FORM ANALISIS PERUBAHAN

Prosedur yang normal Prosedur yang dilakukan saat Apakah terdapat bukti
insiden perubahan dalam
proses

Dilakukan sistem read back – Tidak dilakukan sistem read Ya


repeat back terapi DPJP kepada back – repeat back terapi DPJP
perawat saat visite kepada perawat

Jika tidak jelas informasi Tidak dilakukan konfirmasi Ya


peresepan DPJP saat rawat ulang per telpon saat peresepan
inap, perawat jaga konfirmasi DPJP kurang jelas
langsung kepada DPJP
(komunikasi per telpon)
LANGKAH 8
FORM ANALISIS PENGHALANG

Apa penghalang pada Apakah Penghalang Mengapa Penghalang Gagal? Apa


masalah ini? Dilakukan? Dampaknya?

Metode SBAR, read Tidak Karena tidak mempraktekkan read


back-repeat back back-repeat back

Komunikasi antara Tidak Load pasien tinggi, perawat yang


perawat yang menerima terkait sdh tidak ada di nurse
telp dari farmasi& station (pergantian shift)
perawat yang
mendampingi DPJP visite
LANGKAH 10
5 WHY

1. Mengapa bisa salah obat? Karena perawat ruangan yang mendampingi


visite DPJP tidak memahami secara teliti
terapi DPJP yang dituliskan dalam resep
2. Mengapa resep DPJP tidak Karena perawat pendamping tidak melakukan
dipahami perawat? konfirmasi ulang kepada DPJP dan perawat
pelapor resep pada petugas farmasi bukan
pendamping visite DPJP
3. Mengapa tidak melakukan Karena perawat tidak memahami komunikasi
konfirmasi ulang? efektif berupa read back – repeat back dengan
baik.

4. Mengapa tidak memahami Karena belum sosialisasi komunikasi efektif


komunikasi efektif? Metode SBAR, read back dan repeat back

5. Mengapa belum sosialisasi ? Karena masih revisi dokumen komunikasi


efektif SBAR
Insiden keselamatan pasien yang terjadi di ruang VIP B disebabkan oleh
kurangnya komunikasi antar perawat serta kurangnya penerapan metode SBAR, read
back& repeat back tidak hanya ketika perawwat konsultasi ke DPJP via telepon,
namun juga saat perawat selesai mendampingi DPJP visite. Pasien awalnya MTS
dengan diagnosa Hipertensi& Cephalgia pada tanggal 19/10/2015. Pada hari kedua
perawatan, pasien yang seharusnya mendapatkan cairan aminofluid malah
mendapatkan drip aminophyllin dalam cairan infusnya, hal ini berlangsung sekitar 10
jam dan sempat menyebabkan Heart Rate pasien meningkat karena efek samping dari
Aminophyllin tersebut.
Insiden pertama kali diketahui oleh DPJP saat visite keesokan harinya, DPJP
langsung meminta perawat melepas cairan infus yang berisi obat aminophyllin
tersebut. Setelah diobservasi, tidak ditemukan efek samping yang serius. Pasien pun
dinyatakan sembuh dan diperbolehkan KRS pada tanggal 22/10/2015.
Jika komunikasi efektif ini dapat diterapkan dengan baik, kami percaya
bahwa keselamatan pasien akan semakin meningkat.
3. KESIMPULAN

Kesimpulan dari analisa akar masalah ini adalah ditemukannya akar masalah
dari insiden keselamatan pasien yaitu tidak dilakukannya sistem komunikasi efektif
SBAR, read back, repeat back. Berdasarkan hasil analisis akar masalah ini maka akan
dibuat rekomendasi serta tindak lanjut untuk mencegah agar tidak ada lagi insiden
keselamatan pasien yang terjadi lagi.

4. SARAN

Berdasarkan analisis akar masalah maka selanjutnya dari tim RCA


mengajukan rekomendasi dan tindak lanjut untuk segera melakukan sosialisasi
tentang komunikasi efektif yaitu SBAR, read-back, repeat back mengingat
pentingnya hal tersebut sebagai salah satu aspek dalam keselamatan pasien. Tim
KPRS dan pihak-pihak terkait akhirnya melakukan sosialisasi kepada
perawat-perawat di RSI Siti Hajar Sidoarjo

Anda mungkin juga menyukai