KETOASIDOSIS DIABETIK
Dokter Pembimbing
dr. Primo Parmato, Sp.A
Disusun Oleh :
Andre Bastiazeno
2013730007
• Anamnesis
• Pemeriksaan Fisis
• Pemeriksaan penunjang
− Mengoreksi dehidrasi
− Menghilangkan ketoasidosis
− Mengembalikan kadar gula darah mendekati angka normal
− Menghindari komplikasi terapi
− Mengidentifikasi dan mengatasi komplikasi yang muncul
− Terapi cairan
− Insulin
− Koreksi gangguan elektrolit
− Pemantauan
− Penanganan Infeksi
TATALAKSANA (2)
Terapi cairan
− Apabila terjadi syok, atasi syok terlebih dahulu dengan memberikan cairan NacL
0,9% 20 mL/kgbb dalam 1 jam sampai syok teratasi.
− Resusitasi cairan selanjutnya diberikan secara perlahan dalam 36-48 jam
berdasarkan derajat dehidrasi
− Selama keadaan belum stabil secara metabolik (stabil bila kadar bikarbonat
natrium >15 mE/q/L, gula darah <200 mg/dL, pH >7,3) maka pasien dipuasakan.
− Perhitungan kebutuhan cairan resusitasi total sudah termasuk cairan untuk
mengatasi syok
− Apabila ditemukan hypernatremia maka lama resusitasi cairan diberikan selama 72
jam
− Jenis cairan resusitasi awal yang digunakan adalah NaCl 0,9% apabila kadar gula
darah sudah turun mencapai <250 mg/dl cairan diganti dengan dextrose 5% dalam
NaCl 0,45%
TATALAKSANA (3)
Terapi insulin
• Prinsip-prinsip terapi insulin :
− Diberikan setelah syok teratasi dan resusitasi cairan dimulai
− Gunakan rapid (regular) insulin secara intravena dengan dosis insulin antara
0,05-0,1 U/kgBB/Jam. Bolus insulin tidak perlu diberikan
− Penurunan kadar gula secara bertahap tidak lebih cepat dari 75-100 mg/dl/jam
− Insulin intravena dihentikan dan asupan per oral dimulai apabila secara
metabolik sudah stabil (kadar biknat >15 mEq/L, gula darah <200 mg/dl, pH
>7,3)
− Selanjutnya insulin regular diberikan secara subkutan dengan dosis 0,5-1
U/kgBB/hari dibagi 4 dosis atau untuk pasien lama dapat digunakan dosis
sebelumnya
− Untuk terapi insulin selanjutnya dirujuk ke dokter ahli endokrinologi anak
TATALAKSANA (4)
Koreksi elektrolit
− Tentukan kadar natrium dengan menggunakan rumus :
• Kadar Na terkoreksi = Na + 1,6 (kadar gula darah – 100)
100
• (nilai gula darah dalam satuan mg/dl)
• Pada hypernatremia gunakan cairan NaCl 0,45%
− Kalium diberikan sejak awal resusitasi cairan kecuali pada anuria.
Dosis K = 5 mEq/kgBB per hari diberikan dengan kelarutan larutan 20-
40 mEq/L dengan kecepatan tidak lebih dari 0,5 mEq/kgBB/Jam
− Asidosis metabolic tidak perlu dikoreksi
TATALAKSANA (5)
• Pemantauan
• Penanganan yang berhasil tidak terlepas dari pemantuan yang baik, meliputi nadi, laju napas,
tekanan darah, pemeriksaan neurologis, kadar gula darah, balans cairan, suhu badan. Keton urin
harus sampai negative.
• Perhatikan adanya penurunan kesadaran dalam 24 jam pertama terapi sebagai tanda awal edema
serebri. Jika terdapat kecurigaan adanya edema serebri berikan manitol dengan dosis 1-2
gram/kgBB intravena tetesan cepat, karena keadaan tersebut merupakan kedaruratan medik
• Tanda-tanda bahaya
• Berikut ini merupakan tanda-tanda bahwa penanganan penderita menjadi lebih sulit :
− Dehidrasi
− Asidosis berat dan serum K yang rendah, hal ini menunjukkan K total yang sangat kurang
− Hipernatremia menunjukkan keadaan hyperosmolar yang memburuk
− Hiponatremia
− Penurunan kesadaran saat pemberian terapi yang menunjukkan adanya edema serebri
TATALAKSANA (6)
Edema Serebri
• Herniasai karena edema serebri merupakan komplikasi terapi pada KAD, sifatnya akut
dan tidak dapat diprediksi sebelumnya
• Biasanya terjadi dalam 24 jam pertama pengobatan
• Semua penderita harus dimonitor akan kemungkinan peningkatan tekanan intracranial
(observasi gejala neurologis)
• Penderita yang berisiko tinggi untuk mengalami edema serebri adalah :
− Penderita dengan usia <5 tahun, penderita baru
− Penderita dengan gejala yang sudah lama diderita
− Asidosis berat, pCO2 rendah dan BUN tinggi
• Bila terjadi herniasi otak, waktu penanganan yang efektif sangatlah pendek. Bila ragu-
ragu segera berikan manitol 1-2 gram/kgBB dengan IV drip cepat. Bila mungkin buat
CT-Scan otak.
KASUS
Anamanesis
Anamnesis dilakukan melalui autoanamnesis dan
alloanamnesis dari keluarga pasien Pasien adalah anak
laki-laki usia 15 tahun beralamat di luar kota. Pada tanggal
29 Maret 2016. pasien datang diantar oleh keluarganya ke
Rumah Sakit dr. H. Abdul Moeloek (RSAM) Lampung.
KU : mual & muntah
KT : Takipnea, Pusing sejak 2 hari SMRS, lemas sejak 2
bulan yang lalu, pusing, penglihatan kabur, sering merasa
lapar, haus, sering BAK terutama pada malam hari
KASUS
Anamanesis (2)
RPS : Pasien datang dengan keluhan mual & muntah,
Keluhan juga disertai dengan nafas cepat, lemas, bibir
kering, serta pusing sejak 2 hari yang lalu. Pasien juga
mengeluh lemas, pusing, dan penglihatan kabur. Pasien
merasakan lemas sejak 2 bulan yang lalu. Pasien sering
merasa lapar, haus, dan ingin buang air kecil serta
kesemutan. Pasien mengeluh sering kencing pada
malam hari. Pasien diketahui memiliki riwayat diabetes
mellitus sejak 2 bulan yang lalu. 1 bulan sebelum masuk
rumah sakit (SMRS) pasien mengalami penurunan berat
badan drastis dari 90 kg menjadi 68 kg. Pasien pernah
diberikan terapi insulin 1 bulan yang lalu, 3 kali sehari 10
unit namun terapi tidak dilanjutkan.
KASUS
Anamanesis (3)
RPD : diketahui memiliki riwayat DM sejak 2 bulan yang
lalu
RPK : Ayah, Nenek dari Ayah, Kakek dari Ibu menderita
DM
RPO : terapi insulin 1 bulan yang lalu (3 x sehari 10 IU),
tidak dilanjutkan
RA : tidak diketahui
Rpsikososial : tidak diketahui
KASUS
Status antropometri
BB sebelum sakit : 90 kg
BB saat sakit : 68 kg
TB : 158 cm
• Status gizi
BB/U : 2 SD (gizi lebih)
TB/U : -2 SD sampai + 2 SD (normal)
BB/TB : 2 SD (gemuk)
IMT : 27,2. 1 SD sampai 2 SD (gemuk dengan kesan
overweight)
KASUS
Pemeriksaan fisis
KU : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Delirium
HR : 64x/mnt
RR : 28x/mnt
S : 35,4ºC
TD ekstremitas atas kanan : 120/90 mmHg
TD ekstremitas atas kiri : 130/80 mmHg
TD ekstremitas bawah kanan : 120/80 mmHg
TD ekstremitas bawah kiri : 130/90 mmHg
KASUS
Pemeriksaan Penunjang
Darah lengkap : hemoglobin (Hb) 14,0 gr/dl, leukosit
10.500/uL, eritrosit 5,3 juta/uL, hematocrit (Ht) 40%,
trombosit 231.000/uL.
Urinalisis : jernih, glukosa 250 mg/dl, keton 300 mg/dl.
Urinalisis hari ke-4 : glukosa menjadi 500 mg/dl,
kejernihan menjadi keruh, keton 300 mg/dl.
Kimia darah : SGOT 13, dan SGPT 8
Elektrolit : natrium 138 mEq/L, kalium 2,6 mEq/L,
kalsium 9,4 mEq/L, klorida 107 mEq/L.
KASUS
Pemeriksaan Penunjang
Darah lengkap : hemoglobin (Hb) 14,0 gr/dl, leukosit
10.500/uL, eritrosit 5,3 juta/uL, hematocrit (Ht) 40%,
trombosit 231.000/uL.
Urinalisis : jernih, glukosa 250 mg/dl, keton 300 mg/dl.
Urinalisis hari ke-4 : glukosa menjadi 500 mg/dl,
kejernihan menjadi keruh, keton 300 mg/dl.
Kimia darah : SGOT 13, dan SGPT 8Elektrolit : natrium
138 mEq/L, kalium 2,6 mEq/L, kalsium 9,4 mEq/L,
klorida 107 mEq/L.
Eleketrolit hari ke-4: natrium 133 mEq/L, kalium 2,3
mEq/L, kalsium 8,8 mEq/L, klorida 99 mEq/L.
KASUS
Pemeriksaan Penunjang
Ureum : ureum didapatkan hasil 11, creatinin 0,70,
pemeriksaan C-peptida didapatkan hasil 1,66 ng/mL.
HbA1c : 12%
GDS :
KASUS
• Pembahasan
KAD Pasien
Nyeri perut +
Mual +
Muntah +
Dehidrasi +
Hiperpnea +
Nyeri Perut +
Riwayat DM +
Hiperglikemia +
KASUS
• Pembahasan
DM Pasien
Poliuria +
Polidipsia +
Polifagia +
BB turun +
Hiperglikemia +
KASUS
• Pembahasan
Urinalisis pada pasien : glukosuria, ketonuria, hematuria,
dan proteinuria
Kimia darah : hipokalemia
KASUS
• Penatalaksanaan