SEMARANG
Tanggal : ________________________________
Jam : ________________________________
Penguji : ________________________________
N NILAI
KEGIATAN
O YA TIDAK
A. FASE ORIENTASI (10)
1 Menyambut dan memberi salam pasien
2 Memperkenalkan diri
3 Menutup sampiran
4 Menayakan tujuan kedatangan / keluhan
5 Menjelaskan tujuan pendidikan kesehatan
NILAI FASE ORIENTASI = ∑/5 X 10
B. FASE KERJA (80)
1 Cuci tangan
2 Apersepsi
3 Menjelaskan Pengertian Induksi persalinana
Menjelaskan indikasi Induksi persalinan
4
TINDAKAN
Baringkan pasen miring kiri
5
Oksitosindigunakan secara hati-hati karena
gawat janin dapat terjadi diakhir hiperstimulasi.
Walaupun jarang, rupture uteri dapat pula terjadi
6 terutama pada multi para. Dosis efek oksitosin
bervariasi, infuse oksitosin dalam dextrose atau
garam fisiologik dengan tetesan dinaikkan secara
gradual sampai kontraksi uterus adekuat
3. Pantau denyut nadi, tekanan darah dan
7 kontraksi uterus pasien, juga DJJ
Catat semua pengamatan pada partograftiap 30
menit, kecepatan infuse, frekuensi dan lamanya
8
kontraksi uterus apabila apabila terjadi gawat
janin
Infus oksitosin 5 unit dalam 500 CC dextrose
55 / Garam fisiologis mulai 8 tetes per menit
setiap 15 menit dinaikkan kecepatannya
sebanyak 4 tetes sampai tercapai kontraksi uteres
9 yang adikuat (3x kontraksi dalam 10 menit
dengan lama 40-50 detik) dengan tetesan
maksimal 40 tetes permenit.
Kriteria nilai :
Nilai 0 : jika tidak dilakukan/dilakukan kurang tepat
Nilai 1 : jika dilakukan dg benar
PENGUJI
(……………………………………)
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
INDUKSI PERSALINAN
PROSEDUR A. SIKAP
PELAKSANAAN 1. Menyambut dan memberi salam pasien
2. Memperkenalkan diri
3. Menutup sampiran
4. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
5. Menayakan tujuan kedatangan / keluhan pasien
B. ISI
1. Cuci tangan
2. Apersepsi
3. Menjelaskan Pengertian induksi persalinan
4. Menjelaskan kembali Indikasi dilakukan induksi
pesalinan
5. Baringkan pasen miring kiri
6. Oksitosindigunakan secara hati-hati karena gawat
janin dapat terjadi diakhir hiperstimulasi.
Walaupun jarang, rupture uteri dapat pula terjadi
terutama pada multi para. Dosis efek oksitosin
bervariasi, infuse oksitosin dalam dextrose atau
garam fisiologik dengan tetesan dinaikkan secara
gradual sampai kontraksi uterus adekuat.
7. Pantau denyut nadi, tekanan darah dan kontraksi
uterus pasien, juga DJJ
8. Catat semua pengamatan pada partograftiap 30
menit, kecepatan infuse, frekuensi dan lamanya
kontraksi uterus apabila apabila terjadi gawat janin.
9. Infus oksitosin 5 unit dalam 500 CC dextrose 55 /
Garam fisiologis mulai 8 tetes per menit setiap 15
menit dinaikkan kecepatannya sebanyak 4 tetes
sampai tercapai kontraksi uteres yang adikuat (3x
kontraksi dalam 10 menit dengan lama 40-50 detik)
dengan tetesan maksimal 40 tetes permenit.
10. Jika terjadi hyperstimulasi (lama kontraksi uteres
lebih dari 4x dalam 10 menit atau lama kontraksi
lebih dari 60 detik ) hentikan infuse dan kurangi
hyperstimulasi dengan:
-Terbutolin 250 mcg pelan-pelang selama 5 menit
atau
-Salbutamon 5 ml dalam 500 CC garam fisiologi
atau ringerlaktat 10 tetes permenit.
11. Jika masih tidak tercapai kontraksi uteres yang
adikuat dengan dosis oksitosin maksimal maka
induksi dianggap gagal dilakukan seksio sesaria.
12. Melakukan prosedur secara sistematis
13. Kontrak waktu pertemuan selanjutnya
14. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
15. Dokumentasi hasil tindakan
C. TEKNIK
1. Menjelaskan secara sistematis
2. Menerapkan tekhnik pencegahan infeksi
3. Komunikatif, menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti
4. Tenang dan percaya diri
5. Mendokumentasikan hasil tindakan dengan benar
1. Lestary, Esa, John Rambulangi, dan Retno B Fared.
Perbandingan efektifitas misoprostol sub lingual 25 Mcg, per
vaginam 25 Mcg, dan drip oksitosin 5 iu untuk induksi
Persalinan. Obstetri Gineklologi Fakultas Kedokteran
Universitas Hasannudin Makasar. 2013.
2. Cunningham,Gary,et al. Williams Obstetrics,23 rd Ed
DAFTAR PUSTAKA United State of America : MC Graw Hill Companies Inc.
2013.
3. Kementerian Kesehatan RI. Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar Dan Rujukan.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2013.