Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA KELUARGA Tn “S”

KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2022

Laporan Individu
Praktik Kebidanan Komunitas
Di Kelurahan Curup Jare RT 002 RW 001

Disusun Oleh :
Diana Putri Suaidi PO.71.24.1.20.014

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
PRODI D3 KEBIDANAN
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktik Kebidanan Komunitas ini telah dilaksanakan


di RT 002 RW 001
Kelurahan Curup Jare
Kecamatan Pagar Alam Utara Kota Pagar Alam
Pada tanggal 28 September 2022

Disahkan dan disetujui oleh :

Ketua RT Lurah Curup Jare Pembimbing Lahan

Sadari Dipensi Ardiansyah, SE, MM Franciska, SST


NIP. 197812122009011013 NIP.198409152009032006

Pembimbing Institusi I Pembimbing Institusi II

Suprida, SKM, M.Kes Aprillia Ayu SY, SST, MKM


NIP.196210051988032002 NIP. 198004282003122001

Mengetahui
Ketua Jurusan Kebidanan

Nesi Novita, S.SiT., M.Kes


NIP. 197308121992032002

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kebidanan
Komunitas (KK Binaan) yang berjudul “Asuhan Kebidanan Komunitas Pada
Keluarga Tn. “S” Di Kelurahan Curub Jare RT. 002 RW. 001 Kecamatan Pagar
Alam Utara Kota Pagar Alam ini sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
Laporan Praktik Kebidanan Komunitas ini disusun berdasarkan apa yang
telah kami lakukan pada saat di lapangan serta merupakan salah satu syarat wajib
yang harus ditempuh dalam program studi DIII Kebidanan Politeknik Kesehatan
Palembang. Kami menyadari dalam penyusunan laporan ini masih mengalami
banyak kesulitan. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
rasa hormat dan terima kasih kepada Ibu Suprida, SKM, M.Kes., selaku
Pembimbing Institusi dan Ibu Aprillia Ayu SY, SST, MKM., selaku Pembimbing
II Institusi. Ibu Franciska, SST selaku Pembimbing Lapangan dan Koordinator
Pembimbing Lapangan yang telah memberikan bimbingan untuk menyelesaikan
laporan ini dan pada kesempatan ini kami ucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Ibu Desi Elviani, SE, MM. selaku Kepala Dinas Kesehatan kota Pagar Alam.
2. Bapak Muhammad Taswin S.Si, Apt, MM, M. Kes selaku Direktur
Poltekkes Kemenkes Palembang.
3. Ibu Nesi Novita, S.SiT, M.Kes. selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Palembang.
4. Bapak Denny Paska Utera, S.STP., M. AP, Selaku camat Pagar Alam Utara
kota Pagar Alam
5. Ibu Twenty Oktira, SKM selaku kepala UPTD PKM Gunung Dempo
6. Bapak Dipensi Ardiansyah SE, MM. selaku Lurah Curup Jare.
7. Ibu Suprida SKM, M.Kes dan Ibu Aprilia Ayu, SST, MKM selaku
Pembimbing Institusi I dan II.
8. Ibu Franciska, SST selaku Pembimbing Lapangan.
9. Bapak Parhanudin selaku Ketua RW 001 Kelurahan Curup Jare.
10. Bapak Sadari selaku ketua RT 002 RW 001 Kelurahan Curup Jare.

iii
11. Seluruh staff dosen dan karyawan Poltekkes Kemenkes Palembang Jurusan
Kebidanan.
12. Seluruh Warga Kelurahan Curup Jare, terutama RT 002 RW 001 yang
bersedia bekerja sama dalam kegiatan Praktik Kebidanan Komunitas.
13. Teman- teman Kelompok II yang telah berperan aktif dalam kegiatan PKK
ini.
14. Semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih


banyak terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar bisa menjadi
pedoman di masa yang akan datang. Demikian laporan ini kami buat sebaik-
baiknya. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pembaca, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Pagar Alam, Oktober 2022

Penulis

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii


KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Tujuan………………….............................................................................. 3
C. Manfaat…………… .................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN TEORI ................................................................................... 5
A. Konsep Dasar Keluarga Berencana ............................................................. 5
B. Metode Kontrasepsi..................................................................................... 7
C. Kontrasepsi suntik ..................................................................................... 10
BAB III HASIL KUMPULAN DATA DAN TINJAUAN KASUS .................... 17
A. Pengkajian………………………………………………………………….17
B. Analisa Data .............................................................................................. 21
C. Rumusan Masalah ..................................................................................... 21
D. Prioritas Masalah ....................................................................................... 21
E. Implementasi ............................................................................................. 21
KUNJUNGAN ULANG ....................................................................................... 23
BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................... 25
A. Keluarga………………. .......................................................................... 25
B. Wanita Usia Subur ................................................................................... 25
BAB V PENUTUP................................................................................................ 27
A. Kesimpulan……… ................................................................................... 27
B. Saran…….……. ...................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 29
LAMPIRAN DOKUMENTASI............................................................................ 30
LAMPIRAN KARTU KELUARGA .................................................................... 31

v
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1.Riwayat Kesehatan Anggota Keluarga ................................................. 17


Tabel 3.2 Riwayat Persalinan Ibu yang lalu.......................................................... 17
Tabel 3.3 Data Anggota Keluarga ......................................................................... 18
Tabel 3.4 Prioritas Masalah................................................................................... 21
Tabel 3.5 Implementasi Kegiatan ......................................................................... 22

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan professional yang
ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok risiko tinggi,
dengan upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan
penyakit, peningkatan kesehatan, menjamin keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan kebidanan. Kebidanan
komunitas memberi perhatian terhadap pengaruh faktor lingkungan meliputi
fisik, biologis, psikologis, sosial, kultural dan spiritual terhadap kesehatan
masyarakat dan memberi prioritas pada strategi pencegahan, peningkatan dan
pemeliharaan kesehatan. (Spradly, 1985; Logan dan Dawkin, 1987 dalam
Syafrudin dan Hamidah, 2009 : 1).
Asuhan kebidanan keluarga adalah serangkaian kegiatan yang merupakan
implementasi dari ilmu kebidanan yang diberikan melalui praktik kebidanan
dengan sasaran keluarga dan ditujukan untuk mengatasi masalah kesehatan
yang dialami keluarga dengan pendekatan asuhan kebidanan.
Indonesia adalah negara ke-4 dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu
mencapai 278.173.879 jiwa (CIA World Factbook, 2021). Laju Pertumbuhan
Penduduk di Indonesia pada tahun 2021 adalah 1,22% (BPS, 2021). Masih
tingginya laju pertumbuhan penduduk mengakibatkan masalah kependudukan
menjadi masalah yang urgent dan harus segera ditangani. Upayaupaya yang
telah dilakukan pemerintah dalam rangka menanggulangi tingginya tingkat
pertumbuhan melalui pembatasan kelahiran dengan program Keluarga
Berencana (KB) telah diterbitkannya UU No. 52 tahun 2009 serta UU
Kependudukan Nomor 23 tahun 2006 (Suartha, 2016).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Profil Kesehatan Indonesia tahun
2021 didapatkan cakupan peserta Keluarga Berencana (KB) aktif di Indonesia
yaitu sebanyak 22.061.905 peserta. Peserta KB aktif menurut jenis kontrasepsi
di Indonesia yaitu terdapat 402.321 (1,8%) menggunakan kondom, KB suntik

1
sebanyak 13.119.689 (59,9%), pil sebanyak 3.458.659 (15,8%), IUD/AKDR
sebanyak 1.750.257 (8,0%), MOP sebanyak 49.208 (0,2%), MOW sebanyak
916.575 (4,2%), Implan sebanyak 2.190.740 (10,0%). (Profil Kesehatan
Indonesia, 2021).
Berdasarkan data dari profil kesehatan Indonesia diatas, Pasangan Usia
Subur (PUS) di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2021, terdapat sebanyak
1.318.466 PUS. Pemakaian alat kontrasepsi kondom sebanyak 1,2%, KB suntik
sebanyak 66,5%, pil sebanyak 11,0 %, IUD/AKDR sebanyak 2,1 %, MOP
sebanyak 0,1 %, MOW sebanyak 1,8 %, Implan sebanyak 17,3%. (Profil
Kesehatan Indonesia, 2021).
KB hormonal suntikan merupakan salah satu cara KB yang efektif, banyak
jumlah penggunaanya, murah, dan tidak membutuhkan pemakaian setiap hari.
Hartanto (2014) menyebutkan sampai saat ini belum tersedia 100% metode
kontrasepsi yang sempurna dan ideal. Akseptor KB suntik khususnya Suntik
DMPA juga dapat mengalami efek samping seperti gangguan pola haid,
kenaikan berat badan, sakit kepala dan kenaikan tekanan darah, nyeri perut
bagian bawah, bahkan sampai penurunan gairah seksual (Wanti, 2013).
Program KB dalam hal ini harus tetap berjalan dengan optimal. Akseptor
KB Suntik 3 Bulan diharapkan mendapat KIE (komunikasi, informasi, edukasi)
mengenai kontrasepsi suntik sehingga akseptor mempunyai pengetahuan
tentang keuntungan dan kerugian yang ditimbulkan. Akseptor juga akan lebih
mentolerir perdarahan ireguler dan amenorrhea serta peningkatan berat badan
bila mereka diberikan konseling yang baik sebelum suntikan yang pertama dan
diulang setiap kali pada penyuntikan berikutnya, agar terbentuknya domain
tindakan dari pengetahuan akseptor termasuk keperluan dalam melakukan
kunjungan ulang untuk mendapatkan suntikan berikutnya tepat waktu
(Nariswari, 2015).
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik membuat Laporan
Individu sebagai salah satu tugas dari Praktik Kebidanan Komunitas dengan
judul “Asuhan Kebidanan Komunitas Pada Keluarga Tn.“S” Kota Pagar Alam
Tahun 2022”.

2
B. Tujuan
1. Tujuan Utama
Mahasiswa mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan Komunitas pada Ny
“E” pada KB Suntik 3 Bulan dengan amenorrhae di RT 002 RW 001
Kelurahan Curup Jare Kecamatan Pagar Alam Utara Kota Pagar Alam.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data subjektif pada pada Ny
“E” pada KB Suntik 3 Bulan dengan amenorrhea di RT 002 RW 001
Kelurahan Curup Jare Kecamatan Pagar Alam Utara Kota Pagar Alam.
b. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data objektif pada pada Ny
“E” pada KB Suntik 3 Bulan dengan amenorrhae di RT 002 RW 001
Kelurahan Curup Jare Kecamatan Pagar Alam Utara Kota Pagar Alam.
c. Mahasiswa mampu menetapkan analisis pada Ny “E” pada KB Suntik 3
Bulan dengan amenorrhae di RT 002 RW 001 Kelurahan Curup Jare
Kecamatan Pagar Alam Utara Kota Pagar Alam.
d. Mahasiswa mampu melakukan penatalaksanaan pada pada Ny “E” pada
KB Suntik 3 Bulan dengan amenorrhae di RT 002 RW 001 Kelurahan
Curup Jare Kecamatan Pagar Alam Utara Kota Pagar Alam.

C. Manfaat
1. Bagi Masyarakat
a. Meningkatkan wawasan dan pengetahuan masyarakat tentang,
Kesehatan Ibu Hamil, Kesehatan Ibu Nifas dan Menyusui, Kesehatan
Bayi dan Balita, Kesehatan Reproduksi, Kesehatan Remaja Putri,
Kesehatan Premenepouse.
b. Data dan informasi yang dimiliki oleh mahasiswa dari hasil
pengumpulan dan pengolahan data dan dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat dalam mengembangkan potensi lebih lanjut.
2. Bagi Pemerintah Desa
Mengetahui profil atau gambaran situasi kesehatan masyarakat dari hasil
pendataan mahasiswa PKL, yang dapat digunakan sebagai bahan masukan
dalam kebijakan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.

3
3. Bagi Mahasiswa
a. Memperoleh pengalaman belajar di kehidupan nyata dalam
pengembangan, pengorganisasian dan penyiapan masyarakat untuk
mengatasi masalah kebidanan.
b. Mahasiswa akan mengenal dan belajar beradaptasi dalam lingkungan
sosial dan budaya sekaligus menikmati berbagai objek wisata di
berbagai tempat wilayah Kota Pagar Alam
4. Bagi Almamater
Menjadi lulusan memiliki pengalaman dan wawasan yang lebih
komprehensif, holistik dan adaftik terhadap situasi dan kondisi yang
berbeda.

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Keluarga Berencana


1. Pengertian Keluarga Berencana
Keluarga Berencana adalah merupakan salah satu usaha untuk
mencapai kesejahteraan dengan jalan memberikan nasehat
perkawinan,pengobatan kemandulan dan penjarangan kelahiran (Depkes
RI, 1999; 1). Keluarga Berencana merupakan tindakan membantu individu
atau pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak
diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur
interval diantara kelahiran (Hartanto, 2004; 27). Keluarga Berencana adalah
proses yang disadari oleh pasangan untuk memutuskan jumlah dan jarak
anak serta waktu kelahiran (Stright, 2004; 78).
Pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu strategi untuk
mendukung percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dengan
mengatur waktu, jarak, jumlah kehamilan, sehingga dapat mencegah atau
memperkecil kemungkinan ibu hamil mengalami komplikasi yang
membahayakan jiwa atau janin (Kemenkes RI, 2014). Keluarga berencana
adalah upaya mewujudkan keluarga berkualitas melalui promosi,
perlindungan dan bantuan dalam hak-hak reproduksi untuk membentuk
keluarga dengan usia kawin yang ideal, mengatur jumlah, jarak kehamilan,
membina ketahanan serta kesejahteraan anak (BKKBN, 2015).

2. Manfaat Keluarga Berencana


Beberapa manfaat untuk program Keluarga Berencana (KB) sebagai
berikut:
a. Manfaat bagi ibu
Ibu dapat memperbaiki kesehatan tubuh, peningkatan kesehatan mental
dan sosial karena mempunyai waktu yang cukup untuk mengasuh anak,
beristirahat dan menikmati waktu luang.
b. Manfaat bagi anak yang dilahirkan

5
Anak tumbuh dengan baik terpenuhi kebutuhan dasar asah, asih, asuh
c. Manfaat bagi suami
Memperbaiki kesehatan fisik, mental, dan sosial karena kecemasan
berkurang serta memiliki lebih banyak waktu untuk keluarganya.
d. Manfaat bagi seluruh keluarga
Setiap anggota keluarga akan mempunyai kesempatan yang lebih besar
untuk memperoleh pendidikan (Marmi, 2016).

3. Tujuan Program Keluarga Berencana


Tujuan program KB Menurut Sulistyawati (2013), tujuan
dilaksanakannya program KB adalah untuk membentuk suatu keluarga kecil
yang sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara
pengaturan jumlah kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga yang
bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidup suatu
keluarga. Selain mengatur kelahiran anak, tujuan KB juga untuk menekan
jumlah kematian ibu, bayi, dan anak, menekan jumlah pertumbuhan
penduduk, meningkatkan kesehatan ibu, bayi, dan anak, serta meningkatkan
pelayanan kesehatan reproduksi. Keluarga Berencana juga dapat mencegah
munculnya bahaya-bahaya akibat Kehamilan dini, Kehamilan yang
terlambat, Kehamilan yang jaraknnya berdekatan, Terlalu sering hamil dan
melahirkan. (Sulistyawati,2013).

4. Sasaran Program KB
Sasaran program kb dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Sasaran langsungnya adalah pasangan usia subur (PUS) yang bertujuan
untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan
kontrasepsi secara berkelanjutan. Pasangan usia subur yaitu pasangan
yang wanitanya berusia antara 15-19 tahun. karena kelompok ini
merupakan pasangan yang aktif melakukan hubungan seksual dan setiap
kegiatan seksual dapat mengakibatkan kehamilan. PUS diharapakan
secara bertahap menjadi peserta kb yang aktif lestari sehingga memberi
efek langsung penurunan fertilisasi.

6
b. Sasaran tidak langsung adalah pelaksana dan pengelola kb dengan
tujuan menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijasanaan
kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang bekualitas
dan keluarga sejahtera. Kelompok remaja usia 15-19 tahun,remaja ini
memang bukan merupakan target untuk menggunakan alat kontrasepsi
secara langsung tetapi merupakan kelompok yang beresiko untuk
melakukan hubungan seksual akibat telah berfungsi alat-alat
reproduksinya. Sehingga program kb disini lebih berupaya promotif dan
preventif untuk memcegah terjadi kehamilan yang tidak di inginkan
serta kejadian aborsi.

B. Metode Kontrasepsi
Macam-macam kontrasepsi Menurut (Atikah proverawati, 2010)
1. Kontrasepsi Sederhana
a. Kondom
Kondom merupakan selubung/sarung karet tipis yang dipasang pada
penis sebagai tempat penampungan sperma yang dikeluarkan pria
pada saat senggama sehingga tidak tercurah pada vagina. Cara kerja
kondom yaitu mencegah pertemuan ovum dan sperma atau mencegah
spermatozoa mencapai saluran genital wanita. Sekarang sudah ada
jenis kondom untuk wanita, angka kegagalan dari penggunaan
kondom ini 5-21%.
b. Coitus Interuptus
Coitus interuptus atau senggama terputus adalah menghentikan
senggama dengan mencabut penis dari vagina pada saat suami
menjelang ejakulasi. Kelebihan dari cara ini adalah tidak
memerlukan alat/obat sehingga relatif sehat untuk digunakan wanita
dibandingkan dengan metode kontrasepsi lain, risiko kegagalan dari
metode ini cukup tinggi.
c. KB Alami
KB alami berdasarkan pada siklus masa subur dan tidak masa subur,
dasar utamanya yaitu saat terjadinya ovulasi. Untuk menentukan saat

7
ovulasi ada 3 cara, yaitu : metode kalender, suhu basal, dan metode
lendir serviks.
d. Diafragma
Diafragma merupakan suatu alat yang berfungsi untuk mencegah
sperma mencapai serviks sehingga sperma tidak memperoleh akses
ke saluran alat reproduksi bagian atas (uterus dan tuba fallopi).
Angka kegagalan diafragma 4-8% kehamilan.
e. Spermicida
Spermicida adalah suatu zat atau bahan kimia yang dapat mematikan
dan menghentikan gerak atau melumpuhkan spermatozoa di dalam
vagina, sehingga tidak dapat membuahi sel telur. Spermicida dapat
berbentuk tablet vagina, krim dan jelly, aerosol (busa/foam), atau tisu
KB. Cukup efektif apabila dipakai dengan kontrasepsi lain seperti
kondom dan diafragma.

2. Kontrasepsi Hormonal
a. Pil KB
KB Suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil
atau tablet yang berisi gabungan hormon estrogen dan progesteron (Pil
Kombinasi) atau hanya terdiri dari hormon progesteron saja (Mini
Pil).
Cara kerja pil KB menekan ovulasi untuk mencegah
lepasnya sel telur wanita dari indung telur, mengentalkan lendir
mulut rahim sehingga sperma sukar untuk masuk kedalam rahim, dan
menipiskan lapisan endometrium. Mini pil dapat dikonsumsi saat
menyusui. Efektifitas pil sangat tinggi, angka kegagalannya berkisar
1-8% untuk pil kombinasi, dan 3-10% untuk mini pil.
1) Manfaat Pil KB
a) Memiliki efektifitas yang tinggi (hampir mempunyai efektifitas
tubektomi), bila digunakan tiap hari.
b) Risiko terhadap kesehatan sangat kecil.
c) Tidak mengganggu hubungan seksual.

8
d) Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid berkurang
(mencegah anemia), tidak terjadi nyeri haid.
e) Dapat digunakan jangka panjang selama masih ingin
menggunakannya untuk mencegah kehamilan.
f) Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause.
g) Mudah dihentikan setiap saat.
h) Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan.
i) Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.
j) Membantu mencegah: kehamilan ektopik, kanker ovarium dan
endometrium, kista ovarium, dan penyakit radang panggul.
2) Efek samping
a) Gangguan siklus haid
b) Tekanan darah tinggi
c) Kenaikan berat badan
d) Jerawat
e) Bercak bercak coklat pada wajah

b. Suntik KB
Suntik KB ada dua jenis yaitu, suntik KB 1 bulan (cyclofem)
dan suntik KB 3 bulan (DMPA). Cara kerjanya sama dengan pil KB.
Efek sampingnya dapat terjadi gangguan haid, depresi, keputihan,
jerawat, perubahan berat badan, pemakaian jangka panjang bisa
terjadi penurunan libido, dan densitas tulang.

c. Implant
Implant adalah alat kontrasepsi yang disusupkan dibawah
kulit, biasanya dilengan atas. Cara kerjanya sama dengan pil, implant
mengandung levonogestrel. Keuntungan dari metode implant ini
antara lain tahan sampai 5 tahun, kesuburan akan kembali segera
setelah pengangkatan. Efektifitasnya sangat tinggi, angka
kegagalannya 1-3%.

9
d. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) /IUD
AKDR adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam
rahim yang bentuknya bermacam-macam, terdiri dari plastik
(polyethyline), ada yang dililit tembaga (Cu), dililit tembaga
bercampur perak (Ag) dan ada pula yang batangnya hanya berisi
hormon progesteron. Cara kerjanya, meninggikan getaran saluran
telur sehingga pada waktu blastokista sampai ke rahim endometrium
belum siap menerima nidasi, menimbulkan reaksi mikro infeksi
sehingga terjadi penumpukan sel darah putih yang melarutkan
blastokista, dan lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas.
Efektifitasnya tinggi, angka kegagalannya 1%.

3. Metode Kontrasepsi Mantap (Kontap)


a. Tubektomi Suatu kontrasepsi permanen untuk mencegah keluarnya
ovum dengan cara mengikat atau memotong pada kedua saluran tuba
fallopi (pembawa sel telur ke rahim), efektivitasnya mencapai 99%.
b. Vasektomi Vasektomi merupakan operasi kecil yang dilakukan
untuk menghalangi keluarnya sperma dengan cara mengikat dan
memotong saluran mani (vas defferent) sehingga sel sperma tidak
keluar pada saat senggama, efektifitasnya 99%. (Suratun, 2008).

C. Kontrasepsi suntik
Kontrasepsi suntik adalah obat pencegah kehamilan yang
pemakaiannya dilakukan dengan jalan menyuntikan obat tersebut pada
wanita subur. Obat ini berisi Depo Medroxi Progesterone Acetate (DMPA).
Penyuntikan dilakukan pada otot Intra Maskuler (IM) dibokong (gluteus)
yang dalam atau pada pangkal lengan (deltoid) (Maryani, 2005).
Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi suntik yang berisi hormon sintesis
estrogen dan progesteron :
1. DMPA (Depo Medroxy Progesterone Acetate) = Depo
Provera.Mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan.

10
2. Depo Noretisteron (Norethindrone Enannthate) = Noristerat.
Mengandung 200 mg noretindron enantat, yang diberikan setiap 1bulan
(Hartanto, 2004).
a. Cara pemberian KB suntik
Menurut Glasier dan Gebbie (2004), pemberian KB suntik
dilakukan melalui penyuntikan intra muskular dalan di regio gluteus
atau kadang- kadang di deltoid, terutama pada orang yang sangat
gemuk. Tempat penyuntikan jangan dipijat karena tindakan ini
kadang-kadang menyebabkan obat menyebar sehingga kadar awal
dalam darah lebih tinggi dan lama kerja menjadi lebih singkat. Dosis
DMPA yang dianjurkan adalah150 mg dan Noretisteron Enantat
(NET-ET) adalah 200 mg, dengan cara sebagai berikut:
1) Vial DMPA harus dikocok dengan baik sebelum dimasukan
kedalam tabung suntik. Di beberapa negara, prosedur pemberian
yang baru adalah dengan tabung suntik yangsudah terisi.
2) Vial NET-EN harus dihangatkan hingga mendekati suhutubuh.
3) Suntikan pertama harus diberikan dalam 5 hari pertama dari
permulaan siklus menstruasi.
4) Suntikan berikutnya diberikan sesuai jadwal yang dicatatkan di
kalender untuk klien, DMPA biasanya diberikan setiap 90±7
hari, sementara jadwal optimal NET- EN lebih rumit. Selama 6
bulan pertama, NET-EN harus diberikan sekali setiap 60±5 hari,
dan kemudian setiap 84±7 hari untuk memaksimalkan efek
sekaligus meminimalkan efek samping.
5) DMPA memiliki batas keamanan yang jauh lebih besar untuk
penundaan suntikan berikutnya dari pada NET-EN dan dapat
ditunda tanpa menyebabkan ansietas sampai 16 minggu.
Interval yang lebih lama mungkin masih aman,tetapi pasien
perlu diberi tahu bahwa ada kemungkinan sedikit peningkatan
resiko kegagalan kontrasepsi. Atas alasan medikolegal, akan
lebih bijaksana jika dilakukan uji kehamilan apabila interval
memanjang melebihi 12 minggu.

11
b. Cara kerja KB suntik
Cara kerja KB suntik dalam mencegah kehamilan menurut
Krisnadi (2002), yaitu :
1) Menghentikan (meniadakan) keluarnya sel telur dari induk
telur.
2) Membuat sperma sulit memasuki rahim karena mengentalkan
lendir mulut rahim (serviks).
3) Tidak dapat mengeluarkan atau menghentikan kehamilanyang
sudah terjadi.
c. Indikasi KB suntik
DMPA menurut Glasier dan Gebbie (2004), mungkin
memberi manfaat khusus bagi wanita dengan penyakit- penyakit
tertentu,seperti :
1) Endometriosis
2) Defek ovulasi, terutama penyakit ovarium polikistik dalam
mencegah resiko carsinoma endometrium.
3) Penyakit medis tertentu lainnya.
Metode suntikan jangan digunakan pada wanita dengan gangguan
koagulasi, DMPA juga jangan diberikan pada wanita yang mungkin
tidak dapat mentoleransi amenorrhae atau bercak darah ireguler
yang berkepanjangan (Glasier & Gebbie, 2004).
Menurut Maryani (2005), kontra indikasi KB suntik tidak
diperbolehkan untuk wanita yang menderita penyakit jantung,
hipertensi, hepatitis, kencing manis, paru-paru dan kelainan darah.

d. Kontra indikasi
1) Kontra indikasi secara mutlak
a) Terdapatnya /riwayat tromboflebitis.
b) Kelainan serebro vaskuler.
c) Fungsi hati kurang baik.
d) Adanya keganasan pada kelenjar payudara dan alat
reproduksi

12
e) Varises berat.
f)adanya kehamilan.

2) Kontra indikasi secara relatif


a) Hipertensi.
b) Diabetes.
c) Perdarahan abnormal pervaginam.
d) Fibromioma uterus (Saifuddin, 2006).

e. Efektifitas
KB suntik menurut BKKBN (2012), sangat efektif untuk
mencegah kehamilan bila disuntik setiap 1 bulan atau 3 bulan.
Menurut Glasier & Gebbie (2005), angka kegagalan yang pernah
dilaporkan hampir semua studi skala besar diberbagai komunitas yaitu
dibawah 0,5 per 100 wanita per tahun untuk DMPA. Angka
kegagalan dengan NET-EN sedikit lebih tinggi tetapi biasanya tetap
di bawah 1 per 100 wanita per tahun. Insidensi kehamilan ektopik
sangat rendah. Kontrasepsi suntik sebulan sekali juga memiliki angka
kegagalan yang sangat rendah yaitu kurang dari 0,5per 100 wanita per
tahun.
Efektifitas KB suntik yang tinggi disebutkan oleh krisnadi (2002),
dengan kegagalan pada pemakai KB suntik hanya sekitar 0,3
kehamilan dari 100 pemakai pada tahun pertama pemakaian atau 1
dari 333 pemakai masih bisa hamil.

f. Efek samping
Efek samping KB suntik menurut Glasier dan Gebbie
(2004), adalah penundaan pemulihan kesuburan. Hal ini hanya
menjadi masalah bagi pemakai DMPA, yang mungkin mengalami
interval berkepanjangan sebelum ovulasi normal pulih. Penundaan ini
mungkin disebabkan oleh menetapnya DMPA dalam sirkulasi, karena
mikro kristal pada obat yang disuntikan tersebut kadang- kadang larut

13
sangat lambat. Penundaan pemulihan kesuburan rata- rata
berlangsung 7-8 bulan setelah perhitungan efek 3-4 bulan dari
suntikan terakhir.
Efek samping yang berat jarang dijumpai, tetapi kadang ibu
mengeluh libido berkurang (Glasier & Gebbie,2004).
Efek samping kontrasepsi suntikan menurut Maryani (2005), yaitu:
1) Tidak datang haid (amenorrhoe).
Gangguan ini paling sering terjadi dan yang paling mengganggu.
Pola haid yang normal dapat berubah menjadi amenorrhea,
perdarahan ireguler, perdarahan bercak-bercak, perubahan dalam
frekuensi lama dan jumlah darah yang hilang. Efek pada pola haid
tergantung pada lama pemakaian. Perdarahan intermenstrual dan
perdarahan bercak berkurang dengan jalannya waktu, sedangkan
kejadian amenorrhae bertambah besar. Bila terjadi amenorrhae,
berkurangnya darah haid sebenarnya memberikan efek yang
menguntungkan yakni berkurangnya insiden anemia. Insiden
yang tinggi dari amenorrhae diduga berhubungan dengan atropi
endometrium.
Amenorrhae adalah keadaannya tidak adanya haid untuk
sedikitnya 3 bulan berturut-turut. Lazim diadakan pembagian
antara amenorrhae primer dan amenorrhae skunder. Amenorrhae
primer apabila seorang wanita berumur 18 tahun keatas tidak
pernah dapat haid, sedangkan pada amenorrhae skunder
penderita pernah mendapat haid tetapi kemudian tidak dapat lagi.
amenorrhae primer umumnya mempunyai sebab-sebab yang
lebih berat dan lebih sulit untuk diketahui, seperti kelaian-
kelainan kongenital dan kelainan – kelainan genetik. adanya
amenorrhae sekunder lebih menunjukkan pada sebab-sebab yang
timbul kemudian dalam kehidupan wanita,seperti gangguan gizi,
gangguan metabolisme, tumor-tumor, penyakit infeksi dan lain-
lain.
Amenorrhae adalah biasa pada peserta kontrasepsi suntikan.

14
Walaupun begitu amenorrhae selama enam minggu setelah haid
yang teratur mungkin saja merupakan tanda-tanda suatu
kehamilan. Bila kehamilan telah dapat dipastikan, rujuk akseptor
sesuai dengan tata cara yang berlaku. hentikan penyuntikan dan
jelaskan bahwa hormon progestin yang disuntikkan tidak akan
menyebabkan kelainan pada janin. Bila tidak terdapat tanda-
tanda kehamilan, tidak perlu diberikan pengobatan khusus
kecuali konseling dan pemeriksaan berkala.
Pengguna hormon progestin akan menyebabkan dinding rahim
tidak terlepas, sehingga pendarahan menstruasi akan sedikit atau
tidak terjadi pada beberapa wanita. Nasehati akseptor untuk
kembali ke klinik bila tidak datangnya haid masih menjadi
masalah. Haid normal biasanya kembali setelah 1 hingga 3 bulan
suntikan dihentikan. pada beberapa kasus akan lebih lama
beberapa bulan.
2) Perdarahan berupa tetesan atau bercak-bercak (spotting)
Perdarahan bercak merupakan keluhan atau gejala yang akan
menurun dengan makin lamanya pemakaian (Siswosudarmo,
2001).
3) Perdarahan diluar siklus haid (metrorarghia)
Bila menstruasi terjadi dengan interval tidak teratur atau jika
terdapat insiden bercak darah atau perdarahan diantara
menstruasi, istilah metroragi digunakan untuk menggambarkan
keadaan tersebut (Varney, 2006).
4) Perdarahan haid yang lebih lama dan atau lebih banyak daripada
biasanya (menorarghia)
Persepsi yang umum mengenai perdarahan berlebihan adalah
apabila tiga sampai empat pembalut sudah penuh selama empat
jam. Jumlah kehilangan darah yang dipertimbangkan normal
selama mens adalah 30 cc sejak penelitian yang dilakukan pada
tahun 1960-an dan setiap perdarahan yang lebih dari 80 cc
dinyatakan perdarahan abnormal, seperti yang dikatakan oleh

15
Engstrom, bahwa batas 8 cc merupakan ukuran standar untuk
menetapkan menoragi (Varney, 2006).

g. Penatalaksanaan
1) Komunikasi Informasi Edukasi (KIE)
a) Jelaskan sebab terjadinya.
b) Jelaskan bahwa gejala atau keluhan tersebut dalam rangka
penyesuaian diri, bersifat sementara dan individu :
(1) Amenorrhae
Amenorrhae bila tidak hamil tidak perlu dilakukan tindakan
apapun, cukup konseling dengan menjelaskan bahwa haid
terkumpul dalam rahim dan beri nasihat untuk kembali ke
klinik (Saifuddin, 2003).
(2)Spooting
Perdarahan bercak merupakan keluhan atau gejala yang akan
menurun dengan makin lamanya pemakaian (Siswosudarmo,
2001). Sebagian wanita yang mengalami perdarahan bercak
menemukan bahwa keluhan ini membaik dengan sendirinya,
biasanya pada suntikan keempat (Everett, 2007).
(3)Metrorarghia
Memberikan konseling pada akseptor bahwa perdarahan
diluar siklus haid merupakan efek samping kontrasepsi suntik
yang dipakai dan jenis perdarahan ini tidak berbahaya
meskipun berlangsung sampai beberapa minggu (Saifuddin,
2003).
(4)Menorarghia
Perdarahan banyak atau memanjang lebih dari 8 hari atau 2
kali lebih banyak dari haid biasanya, jelaskan hal itu biasa
ditemukan pada bulan pertama suntikan (Saifuddin, 2003). 3).
Motivasi agar tetap memakai suntikan (Depkes,1999

16
BAB III
HASIL PENGUMPULAN DATA DAN TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
1. Data Subjektif
Ibu mengatakan KB suntik 3 bulan mengaku tidak menstruasi sama sekali.

a. Riwayat Kesehatan Keluarga


No. Nama Anggota Jenis Penyakit Upaya Ket
Keluarga yang pernah penanggulangan
diderita
1. Suherlan - - -
2. Elpiana - - -
3. Tara Novita Gustina - - -
4. Lestari - - -
Tabel 3.1.Riwayat Kesehatan Anggota Keluarga

b. Riwayat persalinan ibu yang lalu


Anak Tahun Jenis Tempat BB/ PB JK Penolong
Persalinan
Tara 2007 Normal Rumah 2800 gr/ P Bidan
Novita 49 cm
Gustina
Lestari 2016 Normal Rumah 2800 gr/ P Bidan
50 cm
Tabel 3.2 Riwayat Persalinan Ibu yang lalu

c. Riwayat Keluarga Berencana


Ibu menggunakan KB suntik 3 bulan

d. Pengetahuan tentanyg KB
Ibu kurang mengerti tentang efek samping dari KB suntik 3 bulan.

17
e. Keadaan gizi keluarga
Ibu mengatakan gizi keluarganya dalam keadaan baik.

f. Penyakit yang diderita oleh keluarga


1. Penyakit Menular : Tidak ada
2. Penyakit Keturunan : Tidak ada

2. Data Objektif
a. Data Keluarga
1) Nama : Suherlan
2) Umur : 42 Tahun
3) Agama : Islam
4) Pendidikan : SMA
5) Pekerjaan : Petani
6) Penghasilan / Bulan : ± 500.000 - 1.000.000 /bulan
7) Suku : Basemah
8) Alamat : RT. 002 RW. 001 Kelurahan
Curup Jare Kecamatan Pagar
Alam Utara Kota Pagar Alam.

b. Data Anggota Keluarga


No Nama Hub. Umur L/P Pendidika Agama Pekerjaa Ket
Klg (thn) n n
1. Elpiana Istri 37 thn P SD Islam Buruh Hidup
Tani
2. Tara Anak 15 thn P SMA Islam Belum Hidup
Novita Bekerja
Gustina
3. Lestari Anak 5 thn P SD Islam Belum Hidup
Bekerja
Tabel 3.3 Data Anggota Keluarga

18
c. Sifat Keluarga
1) Tipe Keluarga : Keluarga inti
2) Hubungan dengan anggota keluarga : Kandung

d. Kegiatan Sehari-hari
1) Kebiasaan tidur / istirahat
a) Ayah : ± Malam (23.00 – 05.00 WIB)
b) Ibu : ± Malam (22.30-04.00 WIB)
c) Anak (Kakak) : ± Malam (21.00-05.00 WIB)
d) Anak (Adik) : ± Siang (13.00-14.00 WIB)
± Malam (21.00-05.00 WIB)
2) Kebiasaan makan
a) Ayah : ± 3x sehari (nasi, sayur, lauk, dan buah)
b) Ibu : ± 3x sehari (nasi, sayur, lauk, dan buah)
c) Anak (Kakak) : ± 3x sehari (nasi, sayur, lauk, dan buah)
d) Anak (Adik) : ± 3x sehari (nasi, sayur, lauk, dan buah)

3) Kebiasaaan rekreasi : Berkebun dan jalan ke tempat wisata

e. Situasi Sosial, Budaya dan Ekonomi


1) Penghasilan
- Pekerjaan kepala keluarga : Petani
- Penghasilan perbulan : ± 500.000-1.000.000/bulan
2) Peran anggota keluarga
- Ayah : Pencari Nafkah, Pendidik, Pelindung Keluarga
- Ibu : Mengurus rumah tangga
- Anak : Belajar dan bermain
3) Hubungan keluarga dengan masyarakat : baik
a) Perumahan
- Luas rumah : 42 m² ( 6 x 7 )

19
- Bagian rumah (ruangan terdiri dari) : 4 bagian (ruang tamu,
2 kamar tidur, dan
dapur)
b) Sumber air minum dan sarana air bersih : Sumur
c) Tempat pembuangan tinja : Sungai
d) Tempat pembuangan air limbah : Sungai
e) Pembuangan sampah : Tempat Pembuangan
Sampah (TPS)
f) Pemanfaatan fasilitas kesehatan : Bidan Praktik

f. Pemeriksaan Fisik
1) Ayah
TD : 110/80 mmHg
N : 80x / menit
BB : 45 kg
2) Ibu
TD : 100/70 mmHg
N : 83x / menit
BB : 57 kg
Rambut : Bersih, Hitam, tidak ada ketombe
Muka : Simteris, dan tidak pucat
Sklera mata : Putih bersih
Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Vena jugularis : Tidak ada pelebaran vena jugularis
Payudara : Simetris, tidak ada benjolan
Abdomen : Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada bekas luka
operasi
Tungkai : Tidak ada oedema dan tidak ada varises
3) Anak 1
Keadaan Anak : Sehat
BB : 40 kg
TB : 148 cm

20
4) Anak 2
Keadaan Anak : Sehat
BB : 21 kg
TB : 117 cm

B. Analisa Data
Diagnosa : P2A0 Akseptor Kb 3 Bulan dengan amenorrhea sekunder

C. Rumusan Masalah
Akseptor KB Suntik 3 bulan dengan amenorrhea sekunder

D. Prioritas Masalah
Akseptor KB Suntik 3 bulan dengan amenorhea sekunder

No. Kriteria Score Bobot


1 Sifat Masalah Skala 5 5
2 Kemungkinan masalah dapt diubah skala 4 5
3 Potensial masalah dapat dicegah skala 4 5
4 Menonjolnya masalah skala 4 5
Jumlah 17 20
Tabel 3.4 Prioritas Masalah

E. Implementasi
No Masalah Tujuan Rencana Implementas Evaluasi
Tindakan i
1. Ibu Setelah Tanggal 28 Tanggal 28 Tanggal 30
menggun diberikan KIE September September September
akkan diharapkan ibu Pukul 16.30 Pukul 16.30 Pukul 17.00
suntik 3 mengerti dan WIB, WIB, WIB, Ibu tidak
bulan tidak cemas memberikan memberikan cemas lagi
dengan dengan jadwal KIE tentang KIE tentang dengan siklus
amenorr siklus amenorrhea amenorrhea menstruasinya

21
hea menstruasinya sekunder sekunder karena Ibu
sekunder dikarenakan (tidak haid) (tidak haid) telah mengerti
amenorrhea merupakan merupakan bahwa
sekunder salah satu salah satu amenorrhea
(tidak haid) efek samping efek samping sekunder
merupakan dari kb suntik dari kb suntik merupakan
efek samping 3 bulan dan 3 bulan dan salah satu efek
KB suntik 3 KIE istirahat KIE istirahat samping KB
bulan. Lalu, yang cukup. yang cukup. suntik 3 bulan
ibu diharapkan dan Ibu sudah
bisa menjaga menjaga pola
pola tidur tidur dengan
dengan baik. baik.
Tabel 3.5 Implementasi Kegiatan

22
KUNJUNGAN ULANG
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA KELUARGA TN “S”
DI RT.002 RW.001 KELURAHAN CURUP JARE

A. Pengkajian, Tanggal : 30 September 2022


1. Data Subjektif
Ibu telah mengerti dan tidak cemas lagi dengan siklus menstruasinya bahwa
amenorrhea sekunder (tidak haid) merupakan salah satu efek samping KB
suntik 3 bulan.

2. Data Objektif
a. Pemeriksaan Fisik
1) Ibu
a) TD : 115/80 mmHg
b) ND : 83 x/m
c) RR : 25x/menit
d) BB : 57 Kg
e) Rambut : Bersih, Hitam, tidak ada ketombe
f) Muka : Simteris, dan tidak pucat
g) Sklera mata : Putih bersih
h) Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
i) Vena jugularis : Tidak ada pelebaran vena jugularis
j) Payudara : Simetris, tidak ada benjolan
k) Abdomen : Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada bekas
luka operasi
l) Tungkai : Tidak ada oedema dan tidak ada varises
2) Anak 1
Keadaan Anak : Sehat
3) Anak 2
Keadaan Anak : Sehat

23
B. Analisa Data
Diagnosa : P2A0 Akseptor KB 3 Bulan dengan amenorrhae sekunder

C. Pelaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan dalam keaddan
sehat, tekanan darah 115/80 mmHg, Nadi 83x/menit, Pernafasan 25
x/menit.
(Ibu mengetahui hasil pemeriksaan)
2. Mengingatkan kembali pada ibu mengenai efek samping dari pemakaian
KB suntik 3 bulan.
(Ibu telah mengerti tentang amenorrhea sekunder yang terjadi akibat dari
efek samping KB suntik 3 bulan)
3. Kembali memberikan dukungan kepada ibu untuk tidak cemas dan
khawatir akan apa yang terjadi.
(Ibu sudah tidak cemas lagi dengan siklus menstruasinya)
4. Menganjurkan kembali kepada ibu istirahat yang cukup dengan tidur > 7
jam setiap hari.
5. (Ibu telah mengikuti anjuran dengan tidur > 7 jam setiap hari)
6. Memberitahu tentang personal hygiene/daerah kewanitaan dengan
mengganti celana dalam 2 kali sehari celana dalam bukan bahan yang
mudah menyerap keringat.
(Ibu telah mengerti dan telah melakukannya)
7. Memberitahu ibu untuk datang fasilitas kesehatan jika ada keluhan.
(Ibu mengerti dan mau melakukannya)

24
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Keluarga
Kegiatan ini merupakan kegiataan asuhan kebidanan komunitas pada
keluarga Tn. “S” (KK binaan) dalam praktik kebidanan komunitas. Terdapat satu
keluarga yang diberikan asuhan kebidanan. Melalui asuhan kebidanan yang
diterapkan pada satu keluarga ini terdapat permasahan kesehatan ibu yaitu
kurangnya pengetahuan tentang efek samping KB.
Berdasarkan hasil pengkajian pada keluarga Tn. “S” pada tanggal Oktober
2021. Keluarga Tn. “S” adalah keluarga inti dengan hubungan keluarga kandung.
Melihat pada teori tentang tipe keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari
ayah, ibu, dan anak yang tinggal dalam satu rumah. (Kemenkes RI, 2018). Luas
rumah Tn. “S” adalah 42 m² dengan 4 bagian rumah Tn. “S” memiliki 1 istri dan
2 anak. Dalam keluarga terdapat wanita usia subur berusia 37 tahun dan 2 Anak
usia 15 dan 7 tahun. Pemeriksaan dilakukan pada istri Tn. “S” yaitu Ny. “E” yang
sedang mengalami amenorrhea sekunder.

B. Wanita Usia Subur


Berdasarkan pengkajian pada tanggal 28 September 2022 pukul 16.30 WIB
didapatkan data subjektif yakni pada Ny. “E” umur 37 tahun, mengeluh tidak
haid. Amenorrhea merupakan kondisi dimana perempuan tidak mengalami
menstruasi pada usia subur. Amenorrhea adalah tidak terjadinya menstruasi. Jika
menstruasi tidak pernah terjadi maka amenorrhea primer, jika menstruasi pernah
terjadi tetapi kemudian berhenti selama 6 bulan atau lebih maka di sebut
amenorea sekunder. Amenorrhea yang normal hanya terjadi sebelum masa
pubertas, selama kehamilan, selama menyusui dan setelah menopause.
Berdasarkan hasil pemeriksaan pada Ny. “E” WUS 37 tahun dengan
amenorrhea sekunder di Kelurahan Curup Jare Kecamatan Pagar Alam Utara
diberikan KIE tentang Efek samping KB suntik 3 bulan, KIE tentang personal
Hygiene dan memberikan dukungan kepada ibu.

25
Setelah dilakukan pengkajian yang kedua atau kunjungan ulang pada 30
September 2022, didapatkan data subjektif bahwa ibu sehat, TD : 110/80 mmHg,
Nadi : 80x/menit, RR :25x / menit. Ibu merasa tidak cemas lagi dengan siklus
menstruasinya dan sudah mengerti bahwa efek samping KB suntik 3 bulan yaitu
tidak datang haid.

26
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan kebidanan komunitas pada keluarga Ny. “E”
berdasarkan prinsip dasar manajemen kebidanan komunitas. Maka, penulis
dapat menyimpulkan beberapa hal, yaitu:
1. Ny. “E” memiliki tipe keluarga yaitu keluarga inti, dengan hubungan keluarga
kandung. Mempunyai 2 orang anak. Luas rumah Ny “E” adalah 42 m2.
2. Hasil pengkajian pada Ny. “E” dengan berat badan 57 Kg dan Tekanan darah
110/80 mmHg keadaan sehat dan mengeluh tidak haid selama menjadi
akseptor KB suntik 3 bulan dan terkadang mengalami pusing.
3. Prioritas masalah adalah Akseptor KB Suntik 3 bulan dengan amenorrhea
sekunder
4. Penatalaksanaan yang dilakukan terhadap Ny “E” yaitu KIE tentang Efek
samping KB suntik 3 bulan, KIE tentang personal Hygiene, dan memberikan
dukungan kepada ibu.
Asuhan kebidanan pada Ny. “E” ini dilakukan selama 3 hari dengan
kunjungan 2 kali dan melakukan KIE serta memberikan konseling ke rumah Ny
“E” sehingga menambah pengetahuan ibu dan ibu memahami tentang
kontrasepsi dan efek sampingnya.

B. Saran
1. Bagi Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Palembang
Diharapkan laporan ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi mahasiswa
Poltekkes Kemenkes Palembang pada umumnya dan Jurusan Kebidanan
pada khususnya.
2. Bagi Masyarakat Sasaran
Diharapkan penyuluhan yang sudah dijelaskan dan diterapkan dapat
bermanfaat bagi masyarakat RT 002 RW. 001 Kelurahan Curup Jare.
3. Bagi Pemerintah Wilayah Setempat

27
Diharapkan bisa mempertahankan dan meningkatkan kegiatan serta
kekompakan masyarakat yang ada di RT 002 RW. 001 Kelurahan Curup Jare.
4. Bagi Puskesmas
Diharapkan mampu menggalakkan penyuluhan dan menindaklanjuti masalah
yang ada serta permasalahan yang dikeluhkan oleh warga.

28
DAFTAR PUSTAKA

Asmalinda, Wita. 2020. Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan


Reproduksi. Palembang : Poltekkes Kemenkes Palembang
Dosen kebidanan. 2017. Kebidanan teori dan Asuhan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran.
Prijatni, Ida dan Rahayu, Sri. 2016. Kesehatan Reproduksi dan Keluarga
Berencana. Jakarta : Pusdik SDM Kesehatan
Ratu Maharani, dkk. 2018. Buku Ajar Keluarga Berencana dan Kontrasepsi.
Yogyakarta : Pustaka Ilmu Group Yogyakarta
Saifuddin. 2016. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Kementerian Kesehatan. 2022. Profil Kesehatan Indonesia 2021. Jakarta :
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Susilowati, Endang. 2016. KB Suntik 3 Bulan Dengan Efek Samping Gangguan
Haid Dan Penanganannya. Journal Kebidanan. Vol. L. no. 126
Viandika dan Latuconsina, 2017. Kejadian Amenore Sekunder Pada Akseptor
Suntik DMPA. Maternal And Neonatal Health Journal. Vol. 1. no. 2.

29
LAMPIRAN DOKUMENTASI

30
LAMPIRAN KARTU KELUARGA

31

Anda mungkin juga menyukai