Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS DALAM KONTEKS KELUARGA

TN”A” DI DUSUN TANAK BEAK OTAK DESA WILAYAH KERJA UPT


PUSKESMAS NARMADA

DI SUSUN OLEH:

NAMA : DEVI PRATAMA WULANDARI


NIM : P07124020059

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


PLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
PRODI D III KEBIDANAN
TAHUN 2021/2022
2

LEMBAR PERSETUJUAN

ASKEB KOMUNITAS DALAM KONTEKS KELUARGA TN”A” DI


DUSUN TANAK BEAK OTAK DESA KECAMATAN NARMADA
KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2022

Disusun Oleh
Devi Pratama Wulandari (P07124020059)

Disetujui Oleh

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Lahan

(Rita Sopiatun, SST. MPH) (Shofia Hardiyanti. Amd. Keb.)

Mengetahui,
Ketua Jurusan Kebidanan

Syajaratuddur faiqah, S.SiT,M.Kes


NIP : 197608032003122002
3

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,


yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya serta nikmat kesehatan
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan individu yang berjudul
“Askeb Komunitas Dalam Konteks Keluarga Tn.A Di Dusun Otak Desa
Desa Tanak Beak Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat Tahun
2022” Laporan ini penulis susun sebagai pertanggung jawaban selama
melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Kebidanan Komunitas di
Dusun Tanak Beak Otak Desa Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok
Barat.
Banyak pihak yang telah membantu kelancaran penulisan ini. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terimaksih serta penghormatan
yang setinggi-tingginya atas segala bimbingan dan dukungannya kepada
yang terhormat:
1. H. Awan Dramawan, S.Pd.,M.Kes selaku Direktur Poltekkes
Kemenkes Mataram
2. Syajaratuddur Faiqah, S.SiT., M.Kes., Selaku Ketua Jurusan
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Mataram
3. Ati sulianty, SST, M. Kes., Selaku Kepala PRODI DIII Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Mataram
4. Budiman, selaku kepala desa Tanak Beak
5. Dr, Selaku kepala puskesmas UPT BLUD puskesmas Narmada
6. , Selaku bidan koordinasi UPT BLUD
puskesmas Narmada
7. Rita Sopiatun, SST. MPH, Selaku pembimbing Lahan
8. Shofia Hardiyanti, Amd.Keb selaku bidan desa UPT BLUD
puskesmas Narmada
9. Muhammad Zunnurain selaku kepala dusun Tanak Beak Otak Desa
10.Dosen-dosen Pembimbing PKL Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Mataram
4

11. Keluarga Tn. A yang telah bersedia meluangkan waktunya atas


kerjasama yang baik selama melaksanakan PKL
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari kata
sempurna serta masih terdapat banyak kekurangan, melalui kesempatan
ini penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak, khusunya mahasiswa Poltekkes Kemenkes Mataram
Jurusan Kebidanan, serta para pembaca umumnya.

Dusun Tanak Beak Otak


Desa, 25 September 2021

Devi Pratama Wulandari


5

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................ 1
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................2
KATA PENGANTAR..........................................................................3
DAFTAR ISI..........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................6
A. Latar Belakang..............................................................................6
B. Tujuan............................................................................................7
C. Waktu dan Tempat........................................................................7
D. Sasaran.........................................................................................8
E. Pembimbing...................................................................................8
BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................9
A. Konsep Dasar Keluarga................................................................9
B. Konsep Dasar Prioritas Masalah...................................................9
BAB III ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS................................16
A. Data dan Identifikasi....................................................................16
B. Analisis Data................................................................................24
C. Perumusan Masalah....................................................................24
D. Prioritas Masalah.........................................................................24
E. Asuhan Kebidanan......................................................................25
BAB IV PEMBAHASAN...................................................................29
BAB V PENUTUP.............................................................................30
A. Kesimpulan..................................................................................30
B. Saran...........................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................32
LAMPIRAN
6

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
PKL (Praktek Kerja Lapangan) merupakan salah satu kegiatan
mahasiswa yang harus dilaksanakan dimana merupakan suatu bentuk
kerja nyata dalam memberikan Pelayanan Asuhan Kebidanan
Komunitas. Kebidanan Komunitas ini merupakan salah satu mata
kuliah dalam Kurikulum D III Kebidanan dengan tujuan melaksanakan
Praktek Kebidanan secara Komprehensif dengan memperhatikan
budaya masyarakat setempat dalam tatanan dikomunitas dengan
pendekatan menejemen kebidanan dan didasari oleh konsep
keterampilan dan sikap profesional.
Dalam PKL ini diharapkan Mahasiswa Poltekkes Kemenkes
Mataram Jurusan Kebidanan dapat memahami upaya program
kesehatan, penggerakan peran serta masyarakat serta mengatasi
masalah yang telah ditemukan pada keluarga terutama masalah
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), sehingga nantinya keluarga mampu
menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.
Sikap dan kemampuan Profesional seorang Ahli Madya Kebidanan
khusunya di bidang Pelayanan komunitas yaitu dituntut untuk
mengabdikan diri kepada masyarakat dibina sepanjang proses
pendidikan melalui berbagai bentuk pengalaman belajar yang
dilaksanakan dan dikembangkan di masyarakat. Pembinaan
pendidikan di masyarakat diperlukan pengalaman belajar bagi
mahasiswa dalam penerapan langsung (nyata) dimasyarakat serta
memberikan pelayanan asuhan kebidanan sesuai kebutuhan dalam
bentuk Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa.

PKL ini merupakan aplikasi dari teori yang kami dapatkan dikampus
terutama di bidang Kebidanan Komunitas, sehingga nantinya dapat
menghasilkan tenaga bidan yang terampil, berkompeten sesuai
7

dengan tugas, peran dan tanggung jawab sebagai bidan. Dusun


Menjeli Indah merupakan salah satu dusun di desa Peteluan yang
dipilih sebagai tempat PKL, mahasiswa kebidanan dengan alasan
lokasinya yang sudah ditentukan dari kampus dan kebutuhan
masyarakat akan pelayanan kesehatan khususnya dibidang
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di dusun ini cukup tinggi.

Dalam PKL ini masing-masing mahasiswa diharuskan mengambil 1


KK binaan, dimana KK tersebut mempunyai masalah yang
berhubungan dengan KIA. Dari hasil pendataan dari tiap rumah yang
dilakukan selama 3 hari dapat terjaring 1 KK yang akan dibina yaitu KK
no.031 di pilih sebagai KK binaan karena terdapat balita dengan di
bawah garis merah. Sehingga KK binaan tersebut dipilih sebagai KK
binaan yang akan diberikan penyuluhan sesuai dengan kebutuhan
yang ada.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran nyata dalam memberikan
asuhan kebidanan komunitas serta mampu menerapkan asuhan
kebidanan komunitas secara profesional pada keluarga Tn. A di
dusun Tanak Beak Otak Desa.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian data dasar pada keluarga Tn. A
b. Mampu menganalisis data pada keluarga Tn. A
c. Mampu menentukan perumusan masalah pada keluarga Tn. A
d. Mampu menentukan prioritas masalah pada keluarga Tn. A
e. Mampu membuat perencanaan tindakan teKhadap masalah
pada keluarga Tn. A
f. Mampu melaksanakan rencana tindakan dalam penerapan
asuhan kebidanan pada keluarga Tn. A
g. Mampu melakukan evaluasi terhadap semua tindakan asuhan
kebidanan pada keluarga Tn. A
h. Mampu menerapkan pendidikan kesehatan bagi keluarga Tn. A
8

C. Waktu dan Tempat


1. Waktu
Praktik klinik kebidanan komunitas ini dilaksanakan pada
tanggal 24 September 2022 sampai tanggal 12 November 2022.
2. Tempat
Dusun Otak Desa, Desa Tanak Beak, Kecamatan Narmada,
Kabupaten Lombok Barat.
D. Sasaran
Keluarga binaan yang dipilih yaitu keluarga Tn. A di Dusun Otak
Desa Desa Tanak Beak.
E. Pembimbing Individu
Rita Sopiatun, SST. MPH
9

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Keluarga


1. Batasan Keluarga
a. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
suami, istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan
anaknya (Suprajitno, 2016).
b. Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang
tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau
pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-
masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu
kebudayaan (Anonim, 2008).
2. Struktur Keluarga
a. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak
saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan
itu disususn melalui jalur garis ayah.
b. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak
saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan
itu disusun melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama
keluarga sedarah istri
d. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama
keluarga sedarah suami
e. Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar
bagi pembinaan warga dan beberapa sanak saudara yang
menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan
suami atau istri (Wahid. 2006).
10

B. Konsep Dasar Prioritas Masalah


1. Pengertian Stunting
Stunting merupakan sebuah masalah kurang gizi kronis
yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang
cukup lama, hal ini menyebabkan adanya gangguan di masa yang
akan datang yakni mengalami kesulitan dalam mencapai
perkembangan fisik dan kognitif yang optimal. Anak stunting
mempunyai Intelligence Quotient (IQ) lebih rendah dibandingkan
rata – rata IQ anak normal (Kemenkes RI, 2018). Stunting
didefinisikan sebagai keadaan dimana status gizi pada anak
menurut TB/U dengan hasil nilai Z Score = <-2 SD, hal ini
menunjukan keadaan tubuh yang pendek atau sangat pendek hasil
dari gagal pertumbuhan. Stunting pada anak juga menjadi salah
satu faktor risiko terjadinya kematian, masalah perkembangan
motorik yang rendah, kemampuan berbahasa yang rendah, dan
adanya ketidakseimbangan fungsional (Anwar, Khomsan, dan
Mauludyani, 2014).
Stunting menjadi masalah gagal tumbuh yang dialami oleh
bayi di bawah lima tahun yang mengalami kurang gizi semenjak di
dalam kandungan hingga awal bayi lahir, stunting sendiri akan
mulai nampak ketika bayi berusia dua tahun (Tim Nasional
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, 2017). Sesuai dengan
yang dikemukakan oleh Schmidt bahwa stunting ini merupakan
masalah kurang gizi dengan periode yang cukup lama sehingga
muncul gangguan pertumbuhan tinggi badan pada anak yang lebih
rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya (Schmidt, 2014).
2. Gambaran Umum Gizi
Secara klasik kata gizi hanya dihubungkan dengan
kesehatan tubuh yaitu untuk menyediakan energi, membangun dan
memelihara jaringan tubuh, serta mengatur proses kehidupan
dalam tubuh. Tetapi sekarang gizi mempunyai pengertian yang
11

lebih luas, disamping untuk kesehatan gizi dikaitkan dengan


potensi ekonomi seseorang, karena gizi berkaitan dengan otak,
kemampuan belajar, dan produktifitas kerja. Oleh karena itu di
Indonesia yang sekarang sedang dalam proses membangun, factor
gizi dianggap penting untuk memacu pembangunan, khususnya
yang berkaitan dengan pembangunan sumber daya manusia yang
berkualitasSaat ini malnutrisi masih melatar belakangi penyakit dan
kematian anak, meskipun sering luput dari perhatian. Pada tahun
1990, lebih dari 30% anak balita di dunia memiliki berat badan
rendah (BGM), denagn kisaran 11% (sekitar 6,4 juta orang) di
Amerika Latin, 27% ( 31,6 juta orang ) di Afrika, dan 41 % ( 154,8
juta orang ) di Asia. Meskipun prevalensi berat badan rendah terus
menurun, tetapi kasus malnutrisi ini tidak berkurang sesuai dengan
angka yang diharapkan. Sebagian besar anak di dunia ( sekitar
80%) yang menderita malnutrisi bermukim di wilayah yang miskin
akan bahan pangan kaya zat gizi, terutama di Indonesia, sehingga
pemerintah Indonesia memberikan perhatian lebih untuk masalah
gizi tersebut, agar pembangunan nasional dapat tercapai.
Dari uraian di atas penulis tertarik untuk membuat asuhan
kebidanan pada KK binaan pada balita Tn. A dan Ny. H dengan
Stunting di Dusun Otak Desa Desa Tanak Beak Kecamatan
Narmada.
3. Kebutuhan Gizi Pada Balita
a. Pengertian
Sari makanan yang bermanfaat untuk kesehatan yang sebaik-
baiknya yang harus dikonsumsi balita agar tubuh selalu dalam
kesehatan yang optimal untuk tumbuh kembang, menjaga
kesehatan bayi atau mencegah berbagai penyakit. (Peath, EF.
2004)
4. Faktor Yang Mempengaruhi Gizi Balita
a. Umur
12

Umur menentukan kebutuhan gizi pada balita. Hal ini karena


perkembangan dan fungsi sistem pencernaan dan sistem organ
lain dipengaruhi oleh umur. Contohnya bayi usia kurang dari 6
bulan belum bias mencerna makanan padat tetapi setelah usia 6
bulan boleh makan makanan tambahan dan bertingkat
teksturnya mulai makan lumat, makanan lembek sampai
makanan ornag dewasa.
b. Berat Badan
Berat badan yang lebih ataupun kurang dari berat badan rata-
rata untuk umur tertentu merupakan factor untuk menentukan
jumlah zat makanan yang harus diberikan agar tumbuh kembang
berjalan lancar.
c. Suhu Lingkungan
Suhu tubuh dipertahankan pada 36,5 – 37,5°C untuk
metabolisme yang optimum. Adanya perbedaan suhu antara
tubuh dan lingkungannya, maka tubuh melepaskan sebagian
panasnya yang harus diganti denagan hasil metabolism tubuh.
Maka lebih besar perbedaan suhu tubuh dan lingkungan berarti
lebih besar pula masukkan energy yang diperlukan.
d. Aktifitas
Setiap aktifitas memerlukan energi, semakinbanyak aktifitas
yang dilakukan sedemikian banyak pula energi yang diperlukan.
e. Status Kesehatan
Pada kondisi sakit asupan energi tidak boleh dilupakan, karena
dalam kondisi sakit diperlukan nutrisi untuk membantu proses
penyembuhan.
5. Manfaat Gizi Pada Balita
a. Gizi penghasil energi
Zat gizi penghasil energi sebagian besar dihasilkan oleh
makanan pokok seperti padi, umbi, sagu,jagung dll.
b. Zat gizi pembangun sel
13

Terutama diperoleh dari protein yang dihasilkan dari ikan, ayam,


telur, daging, susu,kacang-kacangan dan hasil olahanya seperti
tahu, tempe,oncom, oleh karena itu, lauk pauk tergolong ke
dalam zat pembangun sel.
c. Zat gizi pengatur
Terdiri dari atas vitamin dan mineral yang diperoleh dari sayuran
dan buah – buahan. ( Wiboworini,B. 2007 )
Seacara klasik kata gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh,
yaitu untuk menyediakan energy, membangun dan memelihara jarinagan
tubuh, serta mengatur proses kehidupan dalam tubuh. Tetapi sekarang
kata gizi mempunyai pengertian lebih luas, disamping untuk kesehatan,
gizi berkaitan dengan perkembangan otak, kemampuan belajar dan
produktifitas fisik.
6. Status Gizi Kurang Pada Balita
a. Pengertian Status Kurang Gizi
 Suatu keadaan tubuh yang mengalami kekurangan satu atua
lebih zat –zat gizi essential. ( Wiboworini, B. 2007 )
 Status gizi adalah keadaaan tubuh sebagai akibat konsumsi
makanan dan pengguna zat gizi. ( Al- Matsier, S. 2004 )
 Status gizi adalah keadaan keseimbangan antara asupan
(intake) dan kebutuhan (requirement) zat gizi. ( Soejianto,
B.dkk. 2007 )
b. Istilah Dengan Penilaian Status Gizi
Pengertian menurut “ buku pedoman penanggulangan kurang
energy protein (KEP)” yang disusun oleh proyek perbaikan gizi
masyarakat Dinkes Jatim (2001), sebagai berikut :
a) Kurang energy protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi
yang disebabkan rendahnya konsumsi energy dan protein
dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka
kecukupan gizi (AKG).
b) Klasifikasi KEP :
14

1. KEP ringan adalah jika berat badan menurut umur ( BB /


U ) 70% – 80% baku median WHO – NCHS dan atau
berat badan menurut tinggi badan ( BB / TB ) 80% –
90% baku median WHO-NCHS .
2. KEP sedang adalah jika berat badan menurut umur ( BB
/ U ) 60% – 70% baku median WHO – NCHS dan atau
berat badan menurut tinggi badan (BB / TB ) 70% –
80% baku median WHO – NCHS.
3. KEP berat adalah jika berat badan menurut umur ( BB /
U ) < 70% baku median WHO – NCHS dan atau berat
badan menurut tinggi badan ( BB / TB ) < 70 % baku
median WHO –NCHS.
4. KEP Nyata adalah istilah yang digunakan pengelola
program gizi di lapangan meliputi : KEP tingkat sedang
dan KEP tingkat berat atau gizi buruk ( jika dilihat pada
kartu menuju sehat maka berat badan anak berada di
bawah garis merah ).
5. KEP Total adalah istilah yamh digunakan pengelola
program gizi di lapangan yang meliputi : KEP tingkat
rinngan, sedang, dan berat atau BB / U < 80% baku
median WHO –NCHS.
6. Kwasiokor adalah gejala klinis dari KEP berat atau gizi
buruk dengan tanda –tanda sbb :
a. Odema umumnya diseluruh tubuh terutama pada
punggung kaki.
b. Wajah bulat dan sembab.
c. Pandangan mata sayu.
d. Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut
jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, serta
mudah rontok.
e. Perubahan status mental, apatis dan rewel.
f. Pembesaran hati.
15

g. Otot mengecil ( hipotropi ) terlihat nyata jika


diperiksa pada posisi berdiri atau duduk.
h. Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang
meluas dan berubah warna menjadi coklat
kehitaman dan terkelupas.
i. Marasmus adalahgejala klinis dari KEP berat atau
gizi buruk dengan tanda –tanda sbb :
1. Tampak sangat kurus.
2. Wajah seperti orang tua.
3. Cengeng dan rewel.
4. Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat
sedikit sampai tidak ada terlihat seperti celana
longgar atau baggy pant.
5. Perut cekung.
6. Iga gambang.
7. Sering disertai penyakit infeks, diare.
j. Marasmus Kwasiokor adalah gejala klinis dari KEP
berat atau gizi buruk dengan tanda –tanda
campuran dari beberapa gejala klinis kwasiokor dan
marasmus, dengan BB / U 80% baku median WHO
– NCHS dan disertai denga odema yang tidak
mencolok.
k. BGM (Bawah Garis Merah ) adalah keadaan dimana
letak titik berat badan balita dibawah garis merah
pada kartu menuju sehat ( KMS ).
l. Kejadian luar biasa ( KLB ) gizi buruk adalah
ditemukannya satu atau lebih kasus KEP berat atau
gizi buruk disuatu desa.
m. Pelacakan KLB gizi adalah kegiatan penulusuran
secara langsung ( investigasi ) kasus gizi buruk
untuk menentukan penyebab dan usulan tindakan.
16
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS DALAM KONTEKS KELUARGA


TN. “A” DI DUSUN TANAK BEAK OTAK DESA
KECAMATAN NARMADA KABUPATEN LOMBOK BARAT
TAHUN 2022

A. Data Dan Identifikasi


1. Biodata
a. Kepala Keluarga (KK)
Nama : Tn. “A”
Umur : 35 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh
Suku/bangsa : Sasak/WNI
Alamat : Dusun Manggong, Desa Batu kumbung
b. Anggota Keluarga
Nama Umur JK Pddk Pekerjaan Agama Hub Dengan
KK
Ny. H 34 P SMA Pedagang Islam Istri
thn
An. N 10 P SD - Islam Anak
thn
An. A 18 L - - Islam Anak
Bulan
18

c. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki

: Perempuan

Tn. A Ny. H

Anak Anak A

d. Tipe keluarga
Keluarga Tn. termasuk keluarga inti (nuclear family) dimana
anggota terdiri dari ayah, ibu, anak. Pemegang kekuasaan
dalam keluarga adalah Tn. sesuai dengan partikel dominan
dalam pengambilan keputusan di pihak ayah.
2. Kegiatan Sehari-hari
a. Kebiasaan Tidur
Kebiasaan tidur dalam keluarga :
Tidur Tn. A Ny.H An. N An. A
Tidur siang Tidak ± 2 jam ± 2 jam ± 4 jam
tidur
siang
Tidur ± 7-8 jam ± 7-8 jam ± 8 jam ± 8 jam
malam
Masalah Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

b. Kebiasaan Makan
Kebiasaan makan dalam keluarga :
19

Makan Tn. A Ny.H An. N An. A


Makanan Nasi Nasi Nasi Nasi
pokok
Lauk-pauk Ikan, Ikan, Ikan, Ikan, tempe,
tempe, Tempe, tempe, sayur, tahu,
sayur , sayur , sayur sop, ayam
ayam ayam ayam
Frekuensi 3 x sehari 3 x sehari 3 x sehari 3x sehari

Jumlah 1 piring 1 ½ piring 3-4


Piring Sendok

c. Pola Eliminasi
Eliminasi Tn. A Ny. H An. N An. A
BAB 1x sehari 1x sehari 1x sehari 1x sehari

BAK 4-6 x 6 - 8 x 4 -6 sehari 4-6x sehari


sehari sehari
Masalah Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

d. Personal Hygiene
PH Tn. A Ny. H An. N An. A
Mandi 2x sehari 2x sehari 2 x sehari 2x sehari

Gosok 2x sehari 2x sehari 2x sehari 2x sehari


gigi
Ganti 2x sehari 2x sehari 2x sehari 2x sehari
baju
Potong 1x/mgg 1x/mgg 1x/mgg 1x/mgg
kuku
20

e. Pola Kebiasaan Kesehatan


1) Kebiasaan merokok : Tn.”A” merokok
2) Olahraga : Jarang dilakukan
3) Penggunaan Waktu Senggang
Penggunaan waktu senggang oleh keluarga adalah untuk
kumpul-kumpul, biasanya waktu senggang dalam keluarga
adalah waktu sore dan malam hari.
4) Rekreasi keluarga
Kadang-kadang dilakukan jika ada kesempatan.
3. Keadaan Sosial Ekonomi
a. Penghasilan rata-rata : ± Rp 2.000.000/bln
b. Pengeluaran
1) Makanan : ± 300.000/bulan
2) Listrik : ± 50.000/bulan
3) Keperluan mandi dan cuci : ± 50.000/minggu
4) Transportasi : motor
5) Tabungan : Ada
4. Situasi lingkungan
a. Rumah
1) Status kepemilikan rumah : pribadi
2) Jarak rumah dari jalan desa: ± 1 meter
3) Luas tanah : 1/4 are
4) Luas rumah : 10 m2 yang terdiri dari 2 ruang
tidur, 1 ruang tamu, 1 dapur, dan 1 WC.
b. Janis dinding : tembok plester
c. Atap : Genteng
d. Lantai rumah : Kramik
e. Ventilasi rumah : ada, Tetap dibuka
f. Kebersihan dan kerapian : Kurang bersih
g. Pembuangan sampah : di bakar
h. Sumber air : air sumur
1) Penggunaan air : Tidak dimasak
21

2) Tempat penyimpanan air : tertutup


i. Saluran pembuangan air limbah (SPAL)
1) Pembuangan air limbah : tertutup
2) Keadaan : Lancar
j. Jamban
1) Kondisi : ada
k. Kandang ternak : tidak ada
l. Pekarangan rumah : tidak ada
m. Pemanfaatan fasilitas kesehatan :Bila ada anggota keluarga
yang sakit diperiksakan ke Puskesmas.
5. Riwayat KB
Ibu mengatakan sebelumnya tidak menggunakan KB
6. Penggunaan KB
Ibu mengatakan menggunakan Kb Suntik 3 bulan
7. Fungsi keluarga
a. Fungsi keagamaan
Kedua orang tua taat beribadah
b. Fungsi pendidikan
Anak ibu sudah memasuki pendidikan
c. Fungsi sosialisasi
Peran Tn.R bekerja sebagai Buruh
d. Keluarga sangat bersosialisasi dengan tetangga
Aktif bersosialisasi
e. Fungsi ekonomi
Kebutuhan ekonomi belum cukup, Karena penghasilan kurang
sesuai dengan kebutuhan keluarga.
f. Fungsi reproduksi
merupakan pasangan usia subur
g. Fungsi melindungi
Tn “A” selaku kepala keluarga sangat melindungi keluarganya.
Bertindak tegas dan mengambil keputusan jika ada masalah
dalam keluarga.
22

h. Fungsi perawatan kesehatan


1) Sangat memperhatikan kesehatan anggota keluarga
2) Memanfaatkan sarana kesehatan jika ada anggota keluarga
yang sakit
i. Fungsi cinta kasih
Dalam rumah penuh dengan kasih sayang antara kedua orang
tua.
8. Stress dan koping
Setiap permasalahan yaitu masalah ekonomi, pendidikan,
kesehatan dan masalah yang terjadi dalam keluarga dapat
diselesaikan dengan baik dengan cara musyawarah bersama
dengan anggota keluarga.
9. Komunikasi
a. Bahasa sehari-hari : Bahasa yang digunakan adalah
bahasa daerah (bahasa sasak) dan bahasa indonesia
b. Hubungan keluarga : Harmonis
c. Sarana komunikasi dalam keluarga: Telepon seluler
10. Transportasi
Alat transportasi yang digunakan adalah sepeda motor.
11. Keadaan kesehatan keluarga
a. Riwayat perkawinan
1) Lama kawin : ± 11 tahun
2) Usia saat kawin
a) Tn. “A” : 25 tahun
b) Ny. “H” : 24 tahun
b. Riwayat obstetrik yang lalu
No. Usia Jenis Penol Tempat Peny J BB H Umur
kehamil persali ong persalin ulit k /
an nan an M
1 9 bulan Normal Bidan Polinde Tidak P 3100 H 10
s ada gram tahun
23

2 9 bulan Normal Bidan Polinde Tidak p 3600 H 11


s ada Bulan

c. Riwayat penyakit menular dan penyakit keturunan dalam


keluarga: Tidak ada yang menderita penyakit yang menular
maupun keturunan.
d. Anggota keluarga yang sakit/ mendapat pelayanan kesehatan
dalam 1 bulan terakhir: Tidak ada anggota keluarga yang
sakit/mendapat pelayanan kesehatan dalam 1 bulan terakhir.
e. Pemeriksaan Fisik
1) Ny. “H”
a) Keluhan : Tidak ada
b) Status emosi :Stabil, tampak tenang dan
bahagia
c) TTV
Tensi : 110/70 mmHg
Nadi : 80x/ menit
Suhu : 36,5 oC
RR : 20 x/ menit
BB : 65 kg
TB : 152
d) Postur tubuh : Tegap
e) Kepala
Bentuk : Normal
Rambut : Tampak sehat, hitam dan lurus
f) Wajah : Bentuk oval, simetris kiri dan
kanan
g) Mata : Simetris kiri kanan
Konjungtiva : Merah muda
Skelera : Putih
24

h) Hidung : Bentuk normal, bersih, tidak ada


keluhan
i) Telinga : Simetris, sejajar kontur mata,
bersih
j) Mulut
Mucosa mulut : Mukosa mulut merah muda dan
lembab, stomatitis (-).
Gigi : caries (-), bersih
k) Leher
Kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran
Vena jugularis : tidak ada bendungan
Kelenjar Limfe : tidak ada pembesaran
l) Ketiak : tidak ada pembesaran Kalenjar
m) Payudara
Inspeksi : simetris (-), putting menonjol,
retraksi (-)
Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-)
Pengeluaran : ASI (+)
Keluhan : tidak ada
n) Abdomen
Bentuk : Normal, acites (-)
Palpasi : Ukuran normal, massa (-), nyeri
tekan (-)
o) Punggung
Bentuk : normal
Keluhan : tidak ada
p) Genetalia : tidak diperiksa karena tidak ada
indikasi
q) Ekstremitas
Inspeksi : oedema (-), varises (-),
kemerahan pada betis (-), kuku bersih
Pergerakan : bebas, tidak ada nyeri
25

Kesimpulan : tidak ditemukan kelainan fisik


maupun keluhan kesehatan.

2) An. “N dan A”
a) Keluhan : Tidak ada
b) Umur : 10 tahun dan 11 Bulan
c) Pemeriksaan Antropometri
Tinggi Badan : 139 cm dan 73 cm
Berat Badan : 36 kg dan 8,9 kg (17 september
2021)
Lingkar Kepala : 42 cm & 36 cm
Lingkar Dada : 43 cm & 37 cm
d) Postur Tubuh : Tegap
e) Kepala : Tidak ada trauma kelahiran atau caput
suksedeneum dan tidak ada fraktur tulang tengkorak.
f) Wajah : tampak simetris
g) Mata : konjungtiva normal, skelera tidak
ikterus.
h) Hidung : Simetris, tidak ada pengeluaran cairan,
tidak ada tarikan cuping hidung.
i) Telinga : Simetris, tidak ada pengeluaran cairan.
j) Mulut : Bibir simetris dan lembab.
k) Gigi : Tidak ada gigi berlubang.
l) Ektermitas Atas dan Bawah: Kiri dan kanan simetris.
m) Pola makan sehari-hari: cukup, nafsu makan 2 x sehari
n) Perkembangan (Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik) :
Aktif dan bersosisalisasi dengan baik dirumah dan
disekitar lingkungan rumah dengan teman sebayanya
Kesimpulan: Tidak di temukan kelainan fisik.
26

B. Analisis Data
Masalah kesehatan yang ada pada keluarga Tn. A adalah
keluhan yang dialami oleh anaknya yakni An.A, karena sehubungan
dengan Tinggi yang tidak sesuai dengan usia pertumbuhan (Stunting).
Ny “H” sudah mengetahui bahwa anaknya mengalami (Stunting) dan
belum mengetahui tentang nutrisi yang sesuai untuk anaknya agar
pertumbuhan normal.

C. Perumusan Masalah
Berdasarkan data dan analisa yang telah dilakukan maka
didapatkan kesimpulan bahwa permasalahan muncul sebagian besar
disebabkan karena ibunya tidak memasak air sebelum dimimun,
penurunan berat badan An”A” turun selama 3 kali posyandu (Tetapi
tidak sampai melewati garis merah),lingkungan kurang bersih.
D. Prioritas Masalah
Prioritas masalah merupakan langkah selanjutnya setelah
masalah ditemukan dan ditentukan bersama antara keluarga dan
petugas kesehatan. Prioritas disusun karena tidak memungkinkannya
menyelesaikan masalah yang ada dalam keluarga Tn. A secara
bersamaan. Prioritas disusun untuk menentukan tingkatan
permasalahan agar penyelesaian lebih terfokus sesuai sasaran serta
harapan.
Tabel.skala prioritas (Effendy, 1998)
No KRITERIA SKALA SKOR BOBOT
Sifat masalah a. Tidak/ kurang sehat 3
1 b. Ancaman 2 2
c. Krisis 1
Kemungkinan a. Mudah 2
2 masalah dapat b. Sebagian 1 2
diubah c. Tidak dapat 0
3 Potensial a. Tinggi 3 2
masalah untuk b. Cukup 2
27

dicegah c. Rendah 1
Menonjolnya a. Masalah berat/ 2
masalah harus segera
ditangani 1
4 b. Ada masalah tetapi 2
tidak perlu ditangani 0
c. Masalah tidak
dirasakan

Prioritas masalah dalam keluarga Tn. R adalah sebagai berikut :


Skoring :

Skor
X Bobot
Angka Tertinggi

Berdasarkan prioritas masalah dan hasil pembobotan masalah


kesehatan pada keluarga Tn. A adalah sebagai berikut :
Prioritas I : Balita mengalami stunting sehingga mengalami hambatan
dalam masa pertumbuhan.
E. Asuhan Kebidanan
1. Rencana Asuhan
No. Masalah Data Tujuan Rencana

1. An. “A” Ibu Dapat Memberikan


tingginya mengatakan meningkatkan konseling
tidak sesuai bahwa pengetahuan tentang nutrisi
dengan anaknya tentang tinggi yang sesuai
tinggi anak mengalami badan dengan anak
sebelumny hambatan anaknnya. yang mengalami
a dalam masa stunting.
pertumbuhan
28

dan
perkembangan
.

2. Implementasi dan Evaluasi


No. Hari/Tanggal Masalah Tindakan Evaluasi

1. Sabtu, 5 Balita stunting Memberikan Ibu mengerti


November konseling dan dan memahami
2022 penjelasan tentang
mengenai penjelasan yang
pentingnya di berikan.
nutrisi yang
dengan
pertumbuhan
dan
perkembangan
pada balita.
2. Rabu, 9 Balita stunting Melakukan Anak dapat
November pemberian dan menerima dan
2022 pemantauan melakukan apa
tentang nutrisi yang di beri
dan status gizi (makanan) serta
pada balita ibu mengerti
(MP-ASI) nutrisi yang
harus di berikan
untuk balitanya.
29

Catatan Perkembangan Kunjungan II


Hari/Tanggal : Rabu, 9 November 2022
Waktu : 17.00 Wita
Tempat : Rumah Pasien
A. Data Subyektif
1. ibu mengatakan bahwa balitanya mengalami stunting
2. ibu mengatakan belum mengetahui nutrisi yang sesuai dengan
3. pertumbuhan dan perkembangan untuk balitanya.

B. Data Obyektif
1. Keadaan umum ibu baik
2. Keadaan umum balita baik
3. TD: 110/70 mmHg
4. BB An. “A” : 8,9 kg
C. Analisa
Balita usia 18 bulan dengan stunting
D. Penatalaksanaan
Pada tanggal 9 November 2022, pukul 17.05 Wita
1. Memberikan penjelasan kepada ibu tentang keadaan umum ibu
dan balitanya bahwa keadaannya baik.
Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
2. Memberikan konseling dan penjelasan mengenai pentingnya nutrisi
yang dengan pertumbuhan dan perkembangan pada balitanya. Ibu
sudah mengerti dan mau melakukan apa yang dianjurkan.
3. Melakukan kontrak untuk kunjungan ulang untuk mengetahui
perkembangan balita ibu. Ibu mau melakukan kunjungan ulang
30

Catatan Perkembangan Kunjungan III


Hari/Tanggal : Kamis, 10 November 2022
Waktu : 13.00 Wita
Tempat : Rumah Pasien
A. Data Subyektif
1. ibu mengatakan tidak ada keluhan
B. Data Obyektif
1. Keadaan umum ibu: baik
2. Keadaan umum balita: baik
3. Tekanan Darah: 110/70 mmHg
4. BB An. “A” : 8,9 Kg
C. Analisa
Balita usia 18 bulan dengan stunting
D. Penatalaksanaan
Pada tanggal 10 November 2022, pukul 13.05 Wita
1. Memberikan penjelasan kepada ibu tentang keadaan umum ibu
dan balitanya bahwa keadaannya baik. Ibu sudah mengetahui
keadaanya.
2. Melakukan pemberian dan pemantauan tentang nutrisi dan status
gizi pada balita ibu. Balita dapat menerima dan melakukan apa
yang di beri (makanan dan susu) serta ibu mengerti nutrisi yang
harus di berikan untuk balitanya.
ii

BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengkajian diketahui bahwa masalah yang


timbul dalam keluarga Tn. A disebabkan oleh air minum yang tidak
dimasak, berat badan turun selama 3 kali posyandu, dan lingkungan yang
kurang bersih yang menyebabkan An. A mengalami pertumbuhan tinggi
badan yang kurang.
Setelah saya melakukan penyuluhan tentang berbagai nutrisi untuk
balita dan pemberian nutrisi dengan An. A dengan frekuensi kunjungan 3
kali terdapat kesenjangan antara teori dan praktik yaitu tinggi badan An. A
belum naik karena pemberian nutrisi pada An. A harus berkelanjutan dan
signifikan serta harus ada dukungan dari orang tua, petugas kesehatan
dan dana yang cukup agar tinggi An. A sesuai dengan usianya saat ini.
Walaupun belum terlihat hasil yang berarti pada keluarga Tn. A, tetapi ada
rasa kepuasaan karena bisa membantu keluarga Tn. A menuju pola hidup
yang lebih sehat. Semoga informasi yang telah di berikan bisa bermanfaat
bagi keluarga Tn. A.
Pengetahuan dasarnya datang dari pengalaman dan merupakan
hasil dari tahu seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek
tertentu sehingga pengetahuan berperan penting dalam bentuk tindakan
seseorang (Notoatmodjo, 2003).
iii

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dalam melakukan pengkajian dasar pada keluarga Tn.A
menggunakan pendekatan secara sosial budaya dan disesuaikan
dengan tingkat pendidikan dari anggota keluarga. Didapatkan hasil
yaitu An. A mengalami kekurangan pertumban tinggi badan
dikarenakan air langsung diminum tanpa dimasak terlebih dahulu,
serta memungkinkan karna lingkungan yang kurang bersih.
2. Setelah data dasar terkumpul selanjutnya dilakukan analisis
masalah berdasarkan hasil pengkajian data dan mendukung
timbulnya masalah pada keluarga Tn. A
3. Setelah melakukan analisis maka penyusun menentukan
perumusan masalah pada keluarga Tn. A Dirumuskan masalah
bahwa An. A mengalami mengalami stunting.
4. Dalam menentukan prioritas masalah pada keluarga Tn. A
menggunakan table skala prioritas menurut Effendy, 1998 dan
ditentukan stunting sebagai prioritas pertama berdasarkan scoring
yang dilakukan.
5. Setelah menetapkan prioritas masalah, selanjutnya penyusun
membuat perencanaan tindakan terhadap masalah pada keluarga
Tn.R yaitu penyuluhan nutrisi yang sesuai dengan masalah yang di
alami An. A.
6. Melaksanakan rencana tindakan dalam penerapan asuhan
kebidanan pada keluarga Tn.A sesuai dengan rencana dan tidak
ditemukan hambatan.
7. Evaluasi terhadap semua tindakan asuhan kebidanan pada
keluarga Tn. A dilakukan setelah penyuluhan. Dan keluarga Tn. A
mampu melakukan anjuran yang telah diberikan dan memahami
penyuluhan-penyuluhan yang telah diberikan.
iv

B. Saran
1. Bagi Keluarga
Tn. R tetap melaksanakan anjuran yang diberikan kepada An. A
2. Bagi Tenaga Kesehatan
a. Mempertahankan dan meningkatkan pelayanan kesehatan
secara menyeluruh agar dapat meningkatkan derajat kesehatan
yang optimal baik pada individu maupun masyarakat.
b. Lebih gencar lagi dalam memberikan penyuluhan serta
demonstrasi bagi ibu yang anaknya mengalami kekurangan
energi
c. Mempertahankan kegiatan posyandu dan melakukan skrining
kekurangan energi di dusun manggong.
3. Bagi Lembaga Kesehatan
a. Selalu mendukung program kebidanan yang akan dilakukan
dalam pencapaian program baik itu mengenai kelas ibu,
pelayanan ibu bersalin, kunjungan nifas serta pelayanan KB dan
pemantauan tumbuh kembang balita.
b. Selalu melakukan penyuluhan yang disertai dengan
demonstrasi sesuai dengan materi yang diberikan.
v

DAFTAR PUSTAKA

Baliwati, Y. F. dkk. 2004 Pengantar Pangan dan Gizi, Jakarta:


Depkes RI. 2010. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2010.
Jakarta Badan Litbangkes
Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Timur. Profil
Kesehatan Kabupaten Lampung Timur tahun 2017

Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. Profil Kesehatan Provinsi


Lampung Tahun 2018

Helena, 2013. Gambaran Pengetahuan Gizi Ibu Hamil Trimester


Pertama dan Pola Makan dalam pemenuhan Gizi. www.
Repository.usu.ac.id. Diakses Tanggal 20 April 2015 jam
15.00wib

Husin,F. 2014. Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti.Jakarta : Sagung


Seto.
Kemenkes RI.2013.Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial:
Pedoman Teknis Pelayanan Kesehatan Dasar.Jakarta:
Kementerian Kesehatan,2013
Kristyanasari, W. 2010. Gizi Ibu Hamil, Jakarta: Nuha Medika
Manuaba, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan
&KeluargaBerencana untuk Pendidikan Bidan.Jakarta:
Kedokteran EGC
Manik dan Rindu.2017. Faktor yang Berpengaruh terhadap
Notoatmodjo,2006. Kesehatan Masyarakat : Ilmu dan Seni. Jakarta:
Rineka
Prawirohardjo, 2010. Ilmu Kebidanan Edisi ke 3. Jakarta:Yayasan
Bina Pustaka. Prawirohardjo, 2014. Ilmu Kebidanan Edisi ke 4.
Jakarta:Yayasan Bina Pustaka.

Puskesmas Pasir Sakti, 2019. Laporan Bulanan Program


Kesehatan Keluarga Tahun 2019. Pasir Sakti: Puskesmas
Pasir Sakti
vi

Simbolon,D.,dkk. 2018. Modul Edukasi Gizi Pencegahan dan


Penanggulangan Kurang Energi Kronik (Kek) dan Anemia
Pada Ibu Hamil. Yogyakarta : Deepublish
Supriasa, dkk. 2012.Penelitian Status Gizi. Jakarta: EGC
Universitas Indonesia, 2007. Buku Pedoman Petunjuk Pelaksanaan
dan Penanggulangan KEK pada ibu Hamil. Jakarta: Fakultas
Kesehatan Masyarakat.
Varney,dkk. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4.
Jakarta: EGC Wiknjosastro, 2006. Ilmu Kebidanan.
Jakarta : EGC
vii

LAMPIRAN
viii
ix

Anda mungkin juga menyukai