Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA

TN. R DENGAN KURANGNYA PENGETAHUAN TERHADAP KB DAN


MACAM-MACAM ALAT KONTRASEPSI DI RT 05 RW 02 DESA
KALISONGO TANGGAL 02 MARET – 02 APRIL 2022

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Praktek Kebidanan Komunitas

Oleh :

MEGA SRI WAHYUNINGSIH

NIM : P17312215192

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN 2022

1
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA


TN. R DENGAN KURANGNYA PENGETAHUAN TERHADAP KB DAN
MACAM-MACAM ALAT KONTRASEPSI DI RT 05 RW 02 DESA
KALISONGO TANGGAL 02 MARET – 02 APRIL 2022

Laporan asuhan keluarga ini telah diperiksa dan disahkan pada tanggal :

Malang, April 2022


Mahasiswa

Mega Sri Wahyuningsih

Mengetahui,

Pembimbing Institusi

Gita Kostania, S.ST., M.Kes


NIP : 198612162012122002

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Asuhan Kebidanan Keluarga sebagai salah
satu syarat menyelesaikan Praktik Kebidanan Komunitas di Desa Kalisongo Dusun
Sumberjo Kecamatan Dau Kabupaten Malang.
Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, karena
itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Herawati Mansur, SST., M. Psi., M. Pd. selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang, yang telah memberikan kesempatan
menyusun Asuhan Kebidanan Keluarga.
2. Ika Yudianti, SST,. M.Keb selaku Ketua Program Studi Sarjana Terapan
Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang, yang telah memberikan
kesempatan menyusun Asuhan Kebidanan Keluarga.
3. Gita Kostania, S.ST., M.Kes selaku pembimbing institusi yang telah memberikan
bimbingan sehingga Asuhan Kebidanan Keluarga dapat terselesaikan.
4. Yuyun, Amd.Keb selaku Bidan Polindes Desa Kalisongo Dusun Sumberjo
sehingga Asuhan Kebidanan Keluarga dapat terselesaikan.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan pahala atas segala amal
baik yang telah diberikan dan semoga Asuhan Kebidanan Keluarga ini berguna bagi
semua pihak yang memanfaatkan.

Malang, April 2022

Penulis

3
VISI DAN MISI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES MALANG
2020 – 2024

VISI PROGRAM STUDI


Menghasilkan Lulusan Profesi Bidan yang Beradab, Berdaya Saing Global, serta
Unggul dalam Pemberdayaan Perempuan di Bidang Kesehatan Ibu dan Anak di
Keluarga dan Masyarakat.

MISI PROGRAM STUDI :


1. Menyelenggarakan program pendidikan dan pembelajaran Profesi Bidan yang
berkualitas untuk mengembangkan potensi dan kepribadian persepsi pendidikan
profesi bidan yang beradab dan berdaya saing global.
2. Menyelenggarakan penelitian terapan dan pengabdian kepada masyarakat bertema
pemberdayaan perempuan dalam bidang kesehatan ibu dan anak berkualitas dan
inovatif.
3. Melaksanakan tata kelola organisasi yang baik dan berbasis teknologi informasi.
4. Mengembangkan kerjasama dan kemitraan dalam maupun luar negeri.

NILAI PROGRAM STUDI

C: Creative, Mampu menciptakan hal baru yang bermanfaat

I: Independent, Mandiri dalam menjalankan otonomi sesuai kompetensi

T: Trailblazer, Perintis dalam pembuatan perempuan

R: Responsive, Peka terhadap lingkungan sekitar

A: Adaptable, Maupun bekerja sesuai standar bermacam situasi

4
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL………………………………………………………………….
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………...
KATA PENGATAR………………………………………………………………..
VISI DAN MISI PROGRAM STUDI……………………………………………...
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….
DAFTAR TABEL………………………………………………………………….
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….
A. Latar Belakang……………………………………………………………..
B. Tujuan………………………………………………………………………
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………...
A. Konsep Perawatan Keluarga……………………………………………….
B. Konsep Masalah/Kasus…………………………………………………….
BAB III ASUHAN PADA KELUARGA DAN PEMBAHASAN…………………
A. Pengkajian…………………………………………………………………..
B. Perencanaan …………………………………………………………………
C. Pelaksanaan ……………………………………………………………….
D. Evaluasi…………………………………………………………………….
E. Pembahasan…………………………………………………………………
BAB IV PENUTUP………………………………………………………………..
A. Kesimpulan………………………………………………………………….
B. Saran…………………………………………………………………………
LAMPIRAN…………………………………………………………………………

5
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat,terdiri dari
kepala keluarga,anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal
dalam satu rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau
adopsi,satu dengan yang lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila
salah satu atau beberapa anggota keluarga mempunyai masalah
kesehatan,maka akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya.
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks
yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain. Masalah kesehatan
bukan hanya berkaitan dengan keadaan sehat atau sakit seeorang, tetapi juga
berkaitan dengan kesehatan lingkungan, fisik, mental dan keluarga.
Masalah keluarga berencana dalam suatu keluarga merupakan
masalah yang komplek bagi keluarga karena masalah tersebut dapat
merubah keadaan keluarga menjadi keluarga besar karena pengaruh dari
bertambahnya jumlah anggota keluarga.
Asuhan keluarga merupakan suatu asuhan yang dititik beratkan
pada berbagai masalah dalam suatu keluarga, masalah-masalah tersebut
terjadi karena ketidaktauan, ketidakmauan dan ketidakmampuan dalam
mengatasi masalah kesehatan yang ada dalam keluarga.
Terdapat beberapa masalah yang meliputi kesehatan ibu dan anak di
Desa Kalisongo terutama di RT 05 RW 02. Salah satunya adalah banyaknya
pasangan usia subur yang sudah menggunakan KB tetapi tidak mengetahui
secara jelas informasi tentang efek samping dari metode kontrasepsi.
Masalah inilah yang menjadi alasan penulis untuk memberikan
asuhan kebidanan pada keluarga Tn. R di RT 05 RW 02 Desa Kalisongo,
Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, dengan masalah “Kurangnya
Pengetahuan Terhadap KB dan Macam-macam Alat Kontrasepsi”

6
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu mengembangkan pola pikir ilmiah dalam melaksanakan asuhan
kebidanan keluarga dengan masalah yang dialami keluarga Tn “R”.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian untuk menentukan masalah
kesehatan pada keluarga Tn. “R”
b. Dapat menyusun skala prioritas masalah kesehatan pada keluarga
Tn. “R”
c. Mampu menyusun rencana asuhan kebidanan keluarga yang
dilakukan pada keluarga Tn. “R”
d. Mampu melaksanakan rencana asuhan kebidanan keluarga pada
keluarga Tn. “R”
e. Mampu mengevaluasi keberhasilan tindakan kebidanan yang telah
dilakukan pada keluarga Tn. “R”
f. Mampu mengikuti perkembangan masalah kesehatan setelah
dilakukan asuhan kebidanan keluarga pada keluarga Tn. “R”

1.3 Sistematika Penulisan

7
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Sistematika Penulisan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Keluarga
2.2 Konsep KB
BAB 3 ASUHAN KELUARGA DENGAN MASALAH KEBIDANAN
3.1 Pengkajian
3.2 Menentukan Diagnosa/ Masalah Kebidanan dan Prioritas
Masalah
3.3 Perencanaan
3.4 Pelaksanaan
3.5 Evaluasi
3.6 Pembahasan
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga
1. Pengertian
Menurut Depkes RI Th. 1988, Keluarga adalah unit terkecil dai
masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang
terkumpul dan tinggal disuatu atap dalam keadaan salig ketergantungan
(Depkes RI, 1988).
Keluarga adalah dua tahun lebih dari dua individu yang tergabung
karena hubungan darah, hubungan perkawinn, atau pengangkatan dan
mereka hidup dalam suatu rumah tangga berinteraksi satu sama lain, dalam
didalam peranannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan
kebudayaan (Effendy, 2008).

2. Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah :
a. Patrilineal
Keluarga sedarah yang terdiri dari anak sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan ini disusun melalui jalur garis ayah.
b. Matrilineal
Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis
ibu.
c. Matrilokal
Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
d. Patrilineal
Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
e. Keluarga Kawinan
Hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan

9
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan dengan suami atau istri.

3. Ciri-Ciri Struktur Keluarga


a. Terorganisasi
Saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga.
b. Ada Keterbatasan
Setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai
keterbatasan dalam mnjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing.
c. Ada perbedaan dan kekhususan
Setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-
masing.

4. Bentuk Keluarga
a. Keluarga Inti (Nuclear family)
Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.
b. Keluarga Besar (Extended family)
Keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya nenek,
kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.

c. Keluarga berani (Serial family)


Keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari
satu kali dan merupakan satu keluarga inti.

d. Keluarga Duda/Janda (Single family)


Keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.
e. Keluarga Berkomposisi (Composite)
Keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara
bersama.

f. Kelurga Kabitas (Cohabitation)


Dua orang yang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk

10
suatu keluarga.

5. Peranan Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan
situasi tertentu.
a. Peranan Ayah
Ayah sebagai suami istri dan anak-anak, perperan sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala
keluarga sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai
anggota masyarakat dari lingkungannya.
b. Peranan Ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan
untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-
anaknya, pelindung dan sabagi salah satu kelompok dari peranan
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,
disamping itu ibu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah
tambahan dalam keluarganya.
c. Peranan anak
Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangan baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

6. Fungsi Keluarga
Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga, yaitu :
a. Fungsi biologis
1) Untuk meneruskan keturunan
2) Memelihara dan membesarkan anak
3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
4) Memelihara dan merawat anggota keluarga

11
b. Fungsi psikologis
1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman
2) Memberikan perhatian diantara anggota keluraga
3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
4) Memberikan identitas keluarga
c. Fungsi sosialisasi
1) Membina sosialaisasi pada anak
2) Membentuk norma-norma tingka laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak
3) Meneruskn nilai-nilai budaya kelurga
d. Fungsi Ekonomi
1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga
2) Pengaturan penggunakan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga
3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga
dimasa yang akan datang misalnya pendidikan anak-anak,
jaminan hari tua, dan sebagainya.
e. Fungsi pendidikan
1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,
ketrampilan, dan membentuk prilaku anak sesuai dengan bakat
dan minat yang dimilikinya.
2) Mempersiapkan anak untuk hidup dewasa yang akan datang
dalam memenuhi perananya sebagai orang dewasa.
3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.

7. Tahap-tahap Kehidupan Keluarga


Tahap-tahap kehidupannya menurut Dunvall adalah sebagi berikut :
a. Tahap pembentukan keluarga
Tahap ini mulai dari menikanya yang dilanjutkan dalam membentuk

12
rumah tangga.
b. Tahap Menjelang kelahiran anak
Tugas keluarga yang utama untuk mendaptkan keturunan sebagai
generasi penerus. Melahirkan anak merupakan kebanggan bagi
keluarga yang merupakan saat-saat yang sangat dinantikan.
c. Tahap menghadapi Bayi
Dalam hal ini keluarga mangasuh, mendidik dan memberikan kasih
sayang kepada anak, karena pada tahap ini bayi kehidupannya sangat
tergantung kepada kedua orang tuanya, dan kondisinya masih sangat
lemah.
d. Tahap menghadapi anak pra sekolah
Pada tahap ini anak sudah mulai mengenal kehidupan sosialnya
sudah mulai bergaul dengan teman sebaya, tetapi sangat rawan
dalam masalah kesehatan karena tidak mengetahui mana yang kotor
dan yang bersih. Dalam fase keluarga adalah mulai menanamkan
norma-norma sosial budaya dan sebagainya.
e. Tahap menghadapai anak sekolah
Dalam tahap ini tugas keluarga adalah bagaimana mendidik anak,
mengajari anak untulk mempersiapkan masa depannya,
membiasakan anak belajar secara teratur, mengontrol tugas-tugas
sekolah anak, dan meningkatkan pengetahuan umum anak.
f. Tahap menghadapi anak remaja
Tahap ini adalah tahap yang paling rawan, karena dalam tahap ini
anak akan mencari identitas diri dalam membentuk kepribadiaannya,
Oleh karena itu suritauladan dari kedua orang tua dengan anak perlu
dipelihara dan dikembangkan.
g. Tahap melepaskan anak ke masyarakat
Setelah melampaui tahap remaja dan anak telah dapat
meneyelesaikan pendidikannya, maka tahap selanjutnya adalah
melepaskan anak ke masyarakat dalam memulai kehidupannya

13
sesunggunya, dalam tahap inianak akan memulai kehidupan
berumah tangga.
h. Tahap berdua kali
Setelah anak besar dan menempuh kehidupan keluarga sendiri-
sendiri, tinggalah suami istri berdua saja. Dalam tahap ini, keluarga
akan merasa sepi, dan bila tidak dapat menerima kenyataan akan
dapat menimbulkan depresi dan stress.
i. Tahap masa tua
Tahap ini masuk ketahap lanjut usia, dan kedua orang tua
mempersiapkan diri untuk meninggalkan dunia yang fana ini.

2. Asuhan Keperawatan Keluarga


Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang
diberikan melaui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga dengan
tujuan menyelesaikan praktik perawatan dengan sasaran keluarga dengan
tujuan menyelesaikan maslaah kesehatan yang dialami keluarga dengan
menggunakan pendekatan proses perawatan keluarga.
a. Alasan keluarga sebagai unit pelayanan perawatan
Alaasan utama meninjau keluarga sebagai unit pelayanan perawatan
menurut Ruth B freemen, (1981), adalah sebagai berikut :
1. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga
yang menyangkut kehidupan masyarakat.
2. Keluarga sebagai suatu kelompok dan menimbulkan, mencegah,
mengabiakan atau memperbaiki msalah-maslah kesehtaan dalam
kelompok.
3. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan dan
apabila salah satu anggota keluarga mempunyai masalh kesehatan
akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lain.
4. Dalam memelihara kesehatan, anggota keluarga sebagai pengambil
keputusan dalam memelihara kesehatan para anggota keluarganya.
5. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk

14
berbagi usaha-usaha kesehatan masyarakat.
b. Prinsip perawatan kesehatan keluarga
Ada beberapa prinsip utama yang harus dipegang oleh perawat keluarga
yaitu :
1. Keluarga dijadikan sebagai unit dalam pelayanan kesehatan.
Dalam konteks ini kleuraga dipandang sebagia klien atau sebgai
focus utama pengkajian keperawatan. Keluarga dipandang sebagai
system yang berinteraksi, dimana fokusnya, struktur dan fungsi
keluarga serta saling ketergantungan sub system keluarga dengan
kesehatan dan keluarga dengan lingkungan luarnya.
2. Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga sehat adalah
sebagai tujuan utamanya dengan cara meningkatkan status kesehatan
keluarga agar keluarga dapat meningkatkan produktivitas dan
kessejahteraan keluarga.
3. Asuhan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai peningkatan
kesehtan keluarga.
4. Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga, perawat harus
melibatkan peran serta aktif seluruh keluarga dalam merumuskan
masalah dan kabutuhan keluarga dalam mengatasi maslah
kesehtannya.
5. Diusahakan lebih mengutamkakn kegiatan yang bersifat promotif
dan preventif dengan baik mengabaikan upaya kuratif dan
rehabilitative.
Ada 3 tungkatan pencegahan terhadap kesehtan keluarga yaitu :
1) Pencegahan primer, yang meliputi peningkatan kesehatan dan
tindakan preventif khusus yang dirancang untuk mencegah orang
bebas dari penyakit dan cedera.
2) Pencegahan sekunder, yang terdiri dari deteksi dini, diagnosis dan
pengobatan.
3) Pencegahan tersier, yang mencakup tahap penyembuhan dan

15
rehabilitasi, dirancang untuk meminimalkan ketidaknyamanan
klien dan memaksimalkan tingkat fungsinya.
6. Dalam memberikan asuhan keperawatan agar memanfaatkan sumber
daya manusia semaksimal mungkin.
7. Sasaran asuhan perawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara
keseluruhan.
8. Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan asuhan
keperawatan adalah dengan pendekatan pencegahan masalah
dengan menggunakan proses keperawatan.
9. Kegiatan utama dalam memberikan asuhan keperawatan adlaah
penyuluhan kesehatan dan asuhan keperawatan kesehtan
dasar/perawatan dirumah.
10. Diutamakan terhadap keluarga yang risiko tinggi.
Dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap keluarga, lebih
ditekankan kepada keluarga dengan resiko tinggi, karena keluarga
dengan resiko tinggi berkaitan erat dnegan berbagai masalah
kesehtaan yang mereka hadapi yang disebabkan karena
ketidakmampuan dan ketidaktahuan mengatasi berbagai maslah
yang mereka hadapi.
Keluarga-keluarga yang tergolong resiko tinggi dalam bidang
kesehtaan anatara lain adalah :
1) Keluarga dengan anggota keluarga resiko tinggi dalam masa usia
subur dengan maslah sebagai berikut :
- Tingkat social konomi rendah
- Keluarga kurang atau tidak mampu mengatasi masalah
kesehatan sendiri
- Keluarga dengan penyakit turunan
2) Keluarga dengan ibu resiko tinggi kebidanan, yaitu :
- Waktu hamil umur ibu kurang dari 16 tahun atau lebih 35
tahun.

16
- Waktu hamil menderita kekurangan gizi atau anemia.
- Primipara atau multipara
- Riwayat persalinan dengan komplikasi.
3) Keluarga dengan anak
- Lahir premature
- Berat badan sukar naik
- Lahir dengan cacat bawaan
- ASI ibu kurang sehingga tidak mencukupi
- Ibu menderita penyakit menular
4) Keluarga mempunyai masalah dalam hubungannya antara
anggota keluarga
- Anak yang tidak dikehendaki dan mencoba untuk digugurkan
- Sering timbul cekcok
- Ada anggota keluarga yang sering sakit
- Salah satu orang tua ( suami atau istri) meninggal, cerai atau
lari meninggalkan rumah
11. Partisipasi keluarga aktif keluarga aktif dilakukan
Dasar oemikiran yang diterapkan adalah bahwa keluarga
memiliki hak dan tanggung jawab untuk membuat keputusan
menyangkut kesehatan mereka sendiri, partisipasi aktif dari
keluarga adalah suatu pendekatan essential yang dimaksutkan
dalam strategi intervensi keperawatan keluarga.
Keterlibatan keluarga dalam implementasi biasanya
dimaksutkan untuk melibatkan keluarga dalam memecahkan
masalah mutual, juga didiskusikan serta memutuskan pendekatan-
pendekatan yang paling tepat atau paling mungkin digunakan agar
mencapai tujuan yang telah disetujui bersama.
c. Langkah-langkah dalam keperawatan kesehatan keluarga
Langkah-langkah dalam keperawatan kesehatan kesehatan keluarga
antara lain adalah :

17
1. Membina hubungan kerjasama
yang baik dengan keluarga dengan cara :
- Mengadakan kontak dengan keluarga, ini bisa dilakukakn dengan
cara kontrak social yang memandang keluarga sebagai system,
dimana mereka hidup dimasyarakat yang mempunyai struktur
organisasi kemasyarakatan. Maka sebelum kontak pertama, maka
ada baiknya menghubungi RT/RW setempat untuk menyampaikan
maksud dan tujuan keperawatan yang akan dilakukan.
- Menyampaikan maksud dan tujuan, serta minat untuk membantu
keluarga dalam mengatasi keluarga kesehatan mereka.
- Menyatakan kesediaan untuk membantu memenuhi kebutuhan
kesehatan yang dirasakan keluarga.
- Membina komunikasi dua arah dengan keluarga
2. Melakasanakan pengkajian untuk menentukan adanya maslah
kesehatan keluarga. Pengkajian dilakukan pada saat kunjungan
pertama sesuai kesepakatan dengan keluarga. Alat pengkajian
dengan format keperawatan keluarga. Dan cara mengkaji bisa
dengan wawancara, studi dokumentasi dan pemeriksaan fisik. Pada
tahap ini yang perlu dibedakan adalah apakah keluarga merupakan
kasus yang ditemukan oleh perawatan ataukah kasus rujukan yang
memerlukan tundak lanjut pengkajian lebih detail sesuai studi
dokumentasi yang dimiliki klien.
3. Menganalisa data untuk menentukan masalah dan perawatan
keluarga dengan cara mengelompokkan menjadi data subjektif dan
objektif.
4. Merumuskan msalah dengan mengacu kepada tipologi masalah
kesehatan serta sebagai alasan dari ketidakmampuan keluarga dalam
melaksanakan tugas dalam bidang kesehatan.
5. Menentukan sifat dan luasnya masalah dan kesanggupan keluarga
dalam melaksanakan tugas keluarga.

18
6. Menentukan diagnose keperawatan keluarga.
7. Menentukan prioritas diagnose keperawatan yang ditentukan.
8. Menyusun rencana asuhan keperawatan sesuai dengan urutan
prioritas.
9. Melaksanakan asuhan keperawatan.
10. Melaksanakan evaluasikeberhasilan tindakan keperawatan yang
dilakukan.
11. Meninjau kembali msalah kesehatan yang belum teratasi dan
merumuskan kembali rencana asuhan keperawatan yang baru.
2.1. Konsep Prioritas Masalah
3 Setelah data dianalisa, mungkin keluarga menghadapi beberapa
masalah kesehatan dan masalah perawatan yang tidak dapat ditangani
sekaligus melihat sumber daya keluarga maupun sumber daya tenaga
kesehatan.Maka mengingat situasi ini tenaga kesehatan dapat menyusun
masalah-masalah yang telah diidentifikasi sesuai prioritasnya. Sehingga
tersusunlah sebuah alat yang disebut Skala Menyusun Masalah Kesehatan
Keluarga Menurut Prioritasnya.
Ada 4 kriteria dalam menentukan prioritas dari masalah-masalah kesehatan:
1. Sifat masalah
Dikelompokkan dalam ancaman kesehatan, tidak kurang sehat dan
krisis yang dapat diketahui
2. Kemungkinan dari masalah dapat diubah-ubah
Kemungkinan berhasilnya mengurangi masalah, atau mencegah
masalah bila seandainya ada tindakan.
3. Potensi masalah untuk dicegah
Sifat dan beratnya masalah yang akan timbul yang dapat dikurangi atau
dicegah
4. Masalah yang menonjol
Cara keluarga melihat dan menilai masalah dalam hal beratnya dan
mendesaknya masalah.

19
Tabel 2.1
Tabel Skoring Masalah
KRITERIA Skor BOBOT

Skoring :
1. Tentukanlah skor untuk setiap criteria
2. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah dengan bobot
skor
× Bobot
angka tertinggi
3. Jumlahkanlah skor untuk semua kriteria. Skor tertinggi adalah 5,

20
sama dengan seluruh bobot

B. Konsep KB
1. Pengertian Keluarga Berencana
Keluarga Berencana adalah usaha untuk mengontrol jumlah dan
jarak antara kelahiran anak. Untuk menghindari kehamilan yang bersifat
sementara digunakan kontrasepsi sedangkan untuk menghindari kehamilan
yang sifatnya menetap bisa dilakukan sterilisasi.
2. Tujuan Keluarga Berencana
Tujuan umum
1) Membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan social ekonomi
suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar
diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya.
2) Mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera yang menjadi dasar
bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui pengendalian
kelahiran dan pertumbuhan penduduk Indonesia.

Tujuan khusus
1) Pengaturan kelahiran
2) Pendewasaan usia perkawinan
3) Peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga.
4) Mencegah kehamilan karena alasan pribadi
5) Menjarangkan kehamilan
6) Membatasai jumlah anak

Tujuan KB berdasar RENSTRA 2005-2009 meliputi :


1) Keluarga dengan anak ideal
2) Keluarga sehat
3) Keluarga berpendidikan

21
4) Keluarga sejahtera
5) Keluarga berketahanan
6) Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya
7) Penduduk Tumbuh Seimbang (PTS)

3. Manfaat Keluarga Berencana


a. Manfaat KB Bagi Ibu
1) Perbaikan kesehatan
2) Peningkatan kesehatan
3) Waktu yang cukup untuk mengasuh anak
4) Waktu yang cukup untuk istirahat
5) Menikmati waktu luang
6) Dapat melakukan kegiatan lain
b. Manfaat KB Bagi Anak
1) Dapat tumbuh dengan wajar dan sehat
2) Memperoleh perhatian, pemeliharaan dan makanan
yang cukup
3) Perencanaan kesempatan pendidikan lebih baik
c. Manfaat KB Bagi Keluarga
1) Meningkatkan kesejahteraan keluarga
2) Harmonisasi keluarga lebih terjaga

4. Macam-Macam Jenis Alat Kontrasepsi


a. Metode Kalender (Pantang Berkala)
Metode kalender atau pantang berkala adalah cara/metode
kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri
dengan tidak melakukan senggama atau hubungan seksual pada masa
subur/ovulasi.

Metode kalender atau pantang berkala mempunyai keuntungan

22
sebagai berikut:
1) Metode kalender atau pantang berkala lebih sederhana.
2) Dapat digunakan oleh setiap wanita yang sehat.
3) Tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan khusus dalam
penerapannya.
4) Tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual.
5) Kontrasepsi dengan menggunakan metode kalender dapat
menghindari resiko kesehatan yang berhubungan dengan
kontrasepsi.
6) Tidak memerlukan biaya.
7) Tidak memerlukan tempat pelayanan kontrasepsi.

Keterbatasan
1) Memerlukan kerjasama yang baik antara suami istri.
2) Harus ada motivasi dan disiplin pasangan dalam
menjalankannya.
3) Pasangan suami istri tidak dapat melakukan hubungan
seksual setiap saat.
4) Pasangan suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak
subur.
5) Harus mengamati sikus menstruasi minimal enam kali siklus.
6) Siklus menstruasi yang tidak teratur (menjadi penghambat).
7) Lebih efektif bila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi
lain.
Efektifitas
Metode kalender akan lebih efektif bila dilakukan dengan
baik dan benar. Sebelum menggunakan metode kalender ini,
pasangan suami istri harus mengetahui masa subur. Padahal, masa
subur setiap wanita tidaklah sama. Oleh karena itu, diperlukan
pengamatan minimal enam kali siklus menstruasi. Selain itu, metode

23
ini juga akan lebih efektif bila digunakan bersama dengan metode
kontrasepsi lain. Berdasarkan penelitian dr. Johnson dan kawan-
kawan di Sidney, metode kalender akan efektif tiga kali lipat bila
dikombinasikan dengan metode simptothermal. Angka kegagalan
penggunaan metode kalender adalah 14 per 100 wanita per tahun.
b. Kontrasepsi Oral (Pil KB)
Pil KB mengandung hormon, baik dalam bentuk kombinasi
progestin dengan estrogen atau progestin saja. Pil KB mencegah
kehamilan dengan cara menghentikan ovulasi (pelepasan sel telur
oleh ovarium) dan menjaga kekentalan lendir servikal sehingga tidak
dapat dilalui oleh sperma.
Keuntungan pemakaian pil KB adalah mengurangi:
1) Resiko kanker jenis tertentu
2) Angka kekambuhan kram pada saat menstruasi
3) Ketegangan premenstruasi
4) Perdarahan tidak teratur
5) Anemia
6) Kista payudara
7) Kista ovarium
8) Kehamilan ektopik (kehamilan di luar kandungan)
9) Infeksi tuba falopii.
c. Suntikan
Kontrasepsi yang menggunakan sutikan mengandung hormon
sintetik. Penyuntikan ini dilakukan 2-3 kali dalam sebulan. Suntikan
setiap 3 bulan (Depoprovera), setiap 10 minggu (Norigest), dan
setiap bulan (Cyclofem). Salah satu keuntungan suntikan adalah
tidak mengganggu produksi ASI. Pemakaian hormon ini juga bisa
mengurangi rasa nyeri dan darah haid yang keluar.
Cara Kerja KB Suntik

24
1) Menghalangi ovulasi (masa subur)
2) Mengubah lendir serviks (vagina) menjadi kental
3) Menghambat sperma & menimbulkan perubahan pada rahim
4) Mencegah terjadinya pertemuan sel telur & sperma
5) Mengubah kecepatan transportasi sel telur.
Efek Samping
1) Siklus haid kacau
2) Perdarahan bercak (spotting), yang dapat berlangsung cukup
lama.
3) Jarang terjadi perdarahan yang banyak.
4) Sering menjadi penyebab bertambahnya Berat Badan.
5) Bisa menyebabkan (tidak pada semua akseptor) terjadinya
sakit kepala, nyeri pada payudara, "moodiness", timbul
jerawat dan berkurangnya libido seksual.

d. Kondom
Pada dasarnya fungsi kondom hanya untuk menampung
sperma agar tidak masuk ke dalam vagina. Penggunaan kondom
dinilai cukup efektif mencegah kehamilan hingga 90 %. Bahkan
penggunaan kondom untuk pencegahan kehamilan akan semakin
efektif apabila disertai penggunaan spermisida (pembunuh sperma)
namun jarang sekali ditemukan pasangan suami istri yang
menggunakan spermisida. Namun kemungkinan terjadinya
kehamilan masih dapat terjadi dari survei yang dilakukan dari 100
pasangan suami-istri yang menggunakan alat kontrasepsi ini sekitar 4
orang wanita yang terjadi kehamilan.
Kondom selain berfungsi sebagai pencegah kehamilan,
kondom juga dapat digunakan sebagai suatu alat bantu dalam
pencegahan penularan penyakit kelamin seksual.

25
e. Susuk / Implan
Susuk juga digunakan sebagai alat kontrasepsi wanita atau
yang juga disebut sebagai alat kontrasepsi bawah kulit, karena
dipasang di bawah kukit pada lengan kiri atas. Bentuk susuk ini
seperti tabung-tabung kecil atau pembungkus silastik (plastik
berongga) dan ukurannya sebesar batang korek api. Susuk yang
ditanam dibawah kulit ini berisi zat aktif yang berupa hormon atau
levonorgestrel. Kemudian susuk tersebut akan mengeluarkan hormon
sedikit demi sedikit. Susuk ini bekerja dengan cara menghalangi
terjadinya ovulasi (pembuahan) dan menghalangi migrasi sperma.
Pemakaian susuk dapat diganti setiap 5 tahun (Norplant) dan
3 tahun (Implanon). Sekarang ada pula yang diganti setiap tahun.
Penggunaan kontrasepsi ini biayanya ringan. Pencabutan bisa
dilakukan sebelum waktunya jika memang ingin hamil lagi.
Efektifitasnya, dari 10.000 pasangan, ada 4 wanita yang hamil dalam
setahun. Dampak negatif dari penggunaan alat kontrasepsi jenis
susuk ini berupa terganggunya menstruasi, haid tidak lancar, bercak
atau tidak mengalami menstruasi sama sekali. Selain itu mengalami
kenaikan berat tubuh, ketegangan payudara dan liang vagina terasa
kering. Timbul infeksi pada pencabutan susuk yang disebabkan
susuk sulit untuk dikeluarkan karena pemasangan susuk yang
terlalau dalam.
Pemasangan implant menurut Saifuddin (2006) dapat dilakukan pada
:
1) Perempuan yang telah memilih anak ataupun yang belum.
2) Perempuan pada usia reproduksi (20 – 30 tahun).
3) Perempuan yang menghendaki kontrasepsi yang memiliki
efektifitas tinggi dan menghendaki pencegahan kehamilan
jangka panjang.
4) Perempuan menyusui dan membutuhkan kontrasepsi.

26
5) Perempuan pasca persalinan.
6) Perempuan pasca keguguran.
7) Perempuan yang tidak menginginkan anak lagi, menolak
sterilisasi.
8) Perempuan yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi
hormonal yang mengandung estrogen.
9) Perempuan yang sering lupa menggunakan pil.
Keuntungan kontrasepsi Susuk/Implan yaitu :
1) Daya guna tinggi
2) Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun).
3) Pengembalian tingkat kesuburan cepat setelah pencabutan.
4) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.
5) Bebas dari pengaruh estrogen.
6) Tidak mengganggu kegiatan senggama.
7) Tidak mengganggu ASI.
8) Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan.
9) Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan.

f. Alat Kontasepsi Dalam Rahim (AKDR/IUD)


IUD adalah alat kecil terdiri dari bahan plastik yang lentur
yang dimasukkan ke dalam rongga rahim, yang harus diganti jika
sudah digunakan selama periode tertentu. IUD merupakan cara
kontrasepsi jangka panjang. Nama populernya adalah spiral.
Fungsi dari AKDR ini adalah mencegah kehamilan dengan
mencegah sel telur yang telah dibuahi bersarang di dalam rahim.
AKDR atau IUD dapat bertahan di dalam rahim selama 2-5 tahun
dan dapat dikeluarkan kembali apabila ada keinginan untuk hamil
kembali.
Cara Kerja :
1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba

27
falopii
2) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum
uteri
3) IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu,
walaupun IUD membuat sperma sulit masuk ke dalam alat
reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk
fertilisasi.
Keuntungan
1) Sangat efektif. 0,6 – 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1
tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan).
2) Pencegah kehamilan jangka panjang yang AMPUH, paling
tidak 10 tahun
3) IUD dapat efektif segera setelah pemasangan
4) Tidak mempengaruhi hubungan seksual. Hubungan intim jadi
lebih nyaman karena rasa aman terhadap risiko kehamilan
5) Tidak ada efek samping hormonal
6) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI. Aman untuk
ibu menyusui – tidak mengganggu kualitas dan kuantitas ASI
7) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus.
8) Dapat digunakan sampai menopause
9) Tidak ada interaksi dengan obat-obat
10) Membantu mencegah kehamilan ektopik
11) Setelah IUD dikeluarkan, bisa langsung subur
Kerugian :
Setelah pemasangan, beberapa ibu mungkin mengeluh merasa
nyeri dibagian perut dan pendarahan sedikit-sedikit (spoting). Ini
bisa berjalan selama 3 bulan setelah pemasangan. Tapi tidak
perlu dirisaukan benar, karena biasanya setelah itu keluhan akan
hilang dengan sendrinya. Tetapi apabila setelah 3 bulan keluhan
masih berlanjut, dianjurkan untuk memeriksanya ke dokter. Pada

28
saat pemasangan, sebaiknya ibu tidak terlalu tegang, karena ini
juga bisa menimbulkan rasa nyeri dibagian perut. Dan harus
segera ke klinik jika:
1) Mengalami keterlambatan haid yang disertai tanda-tanda
kehamilan: mual, pusing, muntah-muntah.
2) Terjadi pendarahan yang lebih banyak (lebih hebat) dari haid
biasa.
3) Terdapat tanda-tanda infeksi, semisal keputihan, suhu badan
meningkat, mengigil, dan lain sebagainya. Pendeknya jika
ibu merasa tidak sehat.
4) Sakit, misalnya diperut, pada saat melakukan senggama.
Segeralah pergi kedokter jika anda menemukan gejala-gejala
diatas.

g. Kontrasepsi Mantap
Kontrasepsi mantap, jarang sekali dilakukan para pasangan
suami-istri. Kalau pun dilakukan didasari alasan yang sangat umum
yakni merasa cukup dengan jumlah anak yang dimiliki. Kontrasepsi
mantap ini dilakukan dengan jalan operasi pemotongan atau
memutuskan saluran sperma pada pria yang disebut vasektomi begitu
pula dengan wanita memutuskan atau memotong saluran sel telur
yang disebut dengan tubektomi. Sehingga tidak akan terjadi
kehamilan kembali atau tidak akan memiliki keturunan.
a) Vasektomi
Vasektomi adalah kontrasepsi bedah untuk pria
dengan cara memutus saluran spermanya. Laki-laki yang
melakukan vasektomi tidak bisa menghamili perempuan.
Operasi Vasektomi menghambat saluran spermatozoa (vas
deferens) yang membawa sperma keluar. Operasi ini
melibatkan pemotongan dan mengikat mati saluran sperma.

29
Pria yang sudah melakukan vasektomi masih terus
memproduksi sel benih yang diproduksi buah zakar. Hanya
saja karena salurannya diputus tidak bisa keluar bersama
ejakulasi. Sel-sel sperma itu akan diserap lagi oleh tubuh dan
tidak membahayakan kesehatan. Vasektomi tidak
mempengaruhi hormone testosterone.
Keuntungan :
1. Baik digunkan oleh laki-laki yang sudah tidak ingin
memiliki anak
2. Vasektomi lebih murah dan komplikasinya lebih sedikit
dibandingkan tubektomi
3. Pria memiliki kesempatan untuk gentian KB dengan
istrinya
4. Tidak mempengaruhi kemampuan pria dalam melakukan
hubungan seksual
Kerugian :
1. Ada sedikit rasa sakit dan ketidaknyaman beberapa hari
setelah operasi, rasa sakit ini biasanya bisa hilang dengan
konsumsi obat ringan.
2. Seringkali harus melakukan kompres dengan es selama 4
jam untuk mengurangi pembengkakan, pendarahan dan
rasa tak nyaman serta harus memakai celana yang dapat
mendukung skrotum selama 2 hari.
3. Operasi tidak efektif dengan segera. Pasien diharuskan
memakai kondom terlebih dahulu untuk membersihkan
tabung dari sisa sperma yang ada. Untuk mengetahui
sudah steril atau belum, biasanya dilakukan pemeriksaan
mikroskop setelah 20-30 kali ejakulasi.
4. Vasektomi tidak memberikan perlindungan terhadap
infeksi seksual menular termasuk HIV.

30
5. Penyesalan setelah vasektomi lebih besar jika laki-laki
masih berusia di bawah 25 tahun, terjadi perceraian atau
ada anaknya yang meninggal.
6. Dibutuhkan waktu 1-3 tahun untuk benar-benar
memastikan apakah vasektomi bisa bekerja efektif 100
persen atau tidak.
Manfaat Kontap :
1) Sangat efektif, karena merupakan metode kontrasepsi
permanen.
2) Tidak mempengaruhi proses pemberian ASI
3) Tidak bergantung pada faktor senggama
4) Akan lebih bermanfaat bagi anda yang memiliki riwayat
kehamilan beresiko karena akan terhindar dari keadaan
tersebut
5) Dilakukan dengan pembedahan sederhana, dapat dilakukan
dengan anestesi local
6) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang, serta
7) Tidak mempengaruhi keadaan fungsi seksual karena tidak
ada efek pada produksi hormone ovarium.
Keterbatasan Kontap :
1) Metode ini merupakan metode kontrasepsi permanen yang
tidak dapat dipulihkan kembali, kecuali dengan operasi
rekanalisasi
2) Anda mungkin akan menyesal di kemudian hari karena
memilih metode ini. Ini bisa terjadi jika anda belum memiliki
keyakinan yang benar-benar mantap memilih metode ini.
3) Akan mengalami rasa sakit dan ketidaknyamanan jangka
pendek setelah dilakukan pembedahan
4) Risiko komplikasi dapat meningkat jika dilakukan anestesi
umum

31
5) Dibutuhkan dokter spesialis ginekologi atau dokter spesialis
bedah jika yang dilakukan adalah proses laparoskopi
6) Tidak dapat melindungi anda dari infeksi menular seksual,
termasuk HIV/AIDS.

32
BAB III

ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA

A. Pengkajian
Tanggal : 11 Maret 2022
Pukul : 10:00 WIB
1. Data Subjektif
1. Struktur dan Sifat Keluarga
a. Identitas Keluarga
Nama Kepala Keluarga : Tn. R
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 34 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Penghasilan : Rp. 2.500.000,-
Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Desa Kalisongo, RT 05/RW 02 Kecamatan
Dau Kabupaten Malang

b. Susunan Keluarga
Tabel 3.1
Data keluarga Tn. R
Hub.
Umu L/ Pendidik Pekerja Status
No Nama Agama Keluarg
r P an an Kesehatan
a
1 Ny. N 30 th P Islam Istri SD IRT Baik
2 An. B 9 th P Islam Anak Masih - Baik
sekolah

33
4 An. K 3 th P Islam Anak Belum - Baik
Sekolah

c. Genogram
Gambar 3.1
Genogram Tn. R

Lambang Keterangan
- Tn. I usia 75 tahun meninggal karena sakit
- Tn. U usia 65 tahun meninggal karena sakit
- Ny. S usia 68 tahun meninggal karena sakit
- Ny. A usia 72 tahun meninggal karena sakit
- Tn. R usia 34 tahun saat ini dalam keadaan sehat

- Ny. N usia 30 tahun saat ini dalam keadaan sehat


- An. B usia 9 tahun saat ini dalam keadaan sehat
- An. K usia 3 tahun saat ini dalam keadaan sehat
Tinggal serumah
Pertalian darah

34
d. Pengambilan Keputusan Permasalahan
Dalam keluarga yang mengambil keputusan dan memutuskan suatu
permasalahan dalam keluarga adalah Tn. R yang sebelumnya sudah
dimusyawarahan dengan istri.
e. Hubungan Dalam Keluarga
Hubungan antar keluarga, baik antara ibu dan anak atau antara istri
dengan suami cukup baik. Meskipun kadang terjadi pertengkaran antara
keluarga, hal tersebut tidak terjadi berlarut-larut. Dalam mengasuh anak
lebih banyak dilakukan oleh ibu karena suami bekerja dari pagi sampai
sore di luar rumah. Untuk mengajari anak belajar banyak ditemani oleh
sang ayah.
f. Kebutuhan Sehari-hari
1. Kebutuhan Nutrisi
 Untuk memenuhi nutrisi keluarga sehari-hari dengan memasak
sendiri dengan komposisi : nasi, sayur, tempe/tahu, telur, ikan
 Tn. R dan Ny. N mempunyai frekuensi makan yang teratur yaitu
3x sehari.
 An. B dan An. K mempunyai frekuensi makan yang teratur
yaitu 3x sehari.
2. Kebutuhan Istirahat
Kebutuhan istirahat keluarga tidak teratur tergantung pada kemauan
dan kesibukan masing-masing.
 Tn. R jarang tidur siang karena bekerja dan terdapat shift
malam. Dan biasanya malam tidur pukul 22.00 WIB sampai
pukul 05.00 WIB
 Ny. N pada siang hari tidur biasanya hanya 1 jam dan pada
malam hari mulai tidur pukul 21.30 WIB sampai 04.00 WIB
 An. B pada siang hari terkadang tidur 1-2 jam dan pada malam
hari biasanya tidur pukul 21.00 WIB sampai 05.30 WIB
 An. K pada siang hari selalu tidur 1-2 jam dan pada malam hari

35
biasanya tidur pukul 20.00 WIB sampai 06.00 WIB
3. Kebersihan Diri
Dalam sehari anggota keluarga mandi 2x/hari dan gosok gigi
3x/hari.
4. Eliminasi
Pola BAB masing-masing anggota keluarga sama yaitu 1x sehari
dan tidak ada gangguan atau keluhan.
5. Pola kebiasaan kesehatan
1. Didalam keluarga ada kebiasaan merokok yaitu Tn. R
2. Tidak ada waktu kebiasaan khusus untuk berolahraga
6. Rekreasi
Ibu beserta anggota keluarga jarang rekreasi sekitar 2 kali dalam
setahun jika ada hari besar. Keluarga selalu menggunakan waktu
senggangnya untuk nonton TV di rumah.
a. Faktor Sosial, Budaya dan Ekonomi
1. Penghasilan
Setiap bulan Tn. R mendapat penghasilanRp. 2.500.000,-
digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
2. Pendidikan
Tn.R lulusan SMA sekarang bekerja sebagai karyawan
swasta pada pabrik swasta Ny. N lulusan SD sekarang
menjadi ibu rumah tangga.
3. Suku dan Agama
Tn. R dan Ny. N adalah sama-sama suku jawa dan beragama
islam.
4. Hubungan dengan tetangga
Hubungan anggota keluarga dengan tetangga tidak ada
konflik, ibu dan suami sering ikut kegiatan tahlilan.
b. Faktor Lingkungan
1. Perumahan

36
Rumah yang ditempati Tn. R adalah milik sendiri, dengan
luas bangunan 50 m2 dan terdiri dari 2 kamar tidur, 1
ruang tamu yang digunakan menjadi took, 1 ruang tv , 1
dapur, 1 kamar mandi . Ventilasi rumah berupa jendela
tertutup dengan sirkulasi udara cukup dan cahaya yang
sedikit kurang karena posisi rumah yang berada pada gang
kecil.
Gambar 3.2
Denah Rumah Tn. R
teras

Kamar 1 KM
Ruang tamu
/ toko

dap
Kamar 2 Ruang TV ur

2. Jenis Bangunan
Lantai rumah dari lantai semen, dinding tembok, ventilasi
jendela tertutup, penerangan listrik, cahaya masuk kurang.
3. Keberihan
Halaman rumah bersih, keadaan rumah juga cukup bersih.
4. Pemakaian Air
Menggunakan sumber air, sifat air jernih, tidak berbau dan
tidak berasa.
5. Jaman Keluarga
Jamban keluarga adalah latrin dengan jarak septik tank dari
sumber air > 10 meter.
6. Pembuangan Limbah
Pembuangan limbah rumah melalui selokan yang
mengalir.

37
7. Pembuangan Sampah
Pembuangan sampah dibuang di bak sampah.
8. Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan
Keluarga Tn. R biasa berobat ke tenaga kesehatan bila ada
yang sakit.
c. Psikologis
Hubungan dalam keluarga cuckup harmonis, dan memecahkan
masalah dengan cara bermusyawarah antara suami dan istri.
d. Keadaan Kesehatan Keluarga
1. Tn. R tidak pernah sakit hingga harus di rawat di Rumah
Sakit, hanya flu biasa akan tetapi memiliki alergi antibiotik.
2. Ny. N tidak pernah sakit hingga harus di rawat di Rumah
Sakit, hanya flu biasa saja.
3. An. B tidak pernah sakit hingga harus di rawat di Rumah
Sakit, hanya flu dan demam biasa saja.
4. An. K tidak pernah sakit hingga harus di rawat di Rumah
Sakit, hanya flu dan demam biasa saja.
e. Riwayat Kehamilan
Ibu tidak mengalami masalah dalam kehamilannya, ibu
memeriksakan kehamilanya ke petugas kesehatan dan tidak
pernah pijat oyok.
f. Riwayat Persalinan
Persalinan secara normal pada usia kehamilan 39-40 minggu di
tolong bidan di rumah praktek bidan mandiri, BB 3200 gram, bayi
langsung menangis.
g. Riwayat Nifas
Ibu tidak mengalami masalah selama masa nifas. Tidak ada
tradisi pantangan makan.
h. Riwayat KB
Setelah melahirkan anak terakhir Ny. N menggunakan KB

38
suntik 3 bulan . akan tetapi ibu masih belum mengetahui
informasi efek samping dari KB.
i. Riwayat Perkawinan
 Usia pertama kali menikah
Suami : 23 tahun
Istri : 19 tahun
 Lama menikah : 11 tahun
j. Profil Kegiatan dalam Keluarga
Tabel 3.2
Profil Kegiatan Keluarga Tn. R
Tipe
Pelaku Kegiatan
Kegiatan

Repro-duktif
Waktu Kegiatan Perem-puan

Pro-duktif
Laki-laki

pertama

terakhir

Sosial
Anak

04.30 Bangun tidur √ √ Anak


Tidu √
r
04.40 Shalat subuh √ √ √ Tidu √
r
05.00 Belanja √ Bangu √
n
05.20 Memasak √ √
05.30 Bangun tidur √ √
06.00 Bersih-bersih √ √
06.10 Memandikan √ √
balita
06.30 Sarapan √ √ √ √ √
07.00 Berangkat √ √

39
sekolah
07.30 Berangkat kerja √ √
08.00 Mencuci baju √ √
10.00 Mengasuh balita √ √
11.30 Makan siang √ √
12.00 Solat dhuhur √ √
12.15 Tidur siang √ √ √
14.00 Pulang sekolah √ √
15.00 Ngaji √ √
16.00 Memandikan √ √
balita
16.15 Mandi √ √
16.35 Solat ashar √ √
16.55 Nyupin balita √ √
18.00 Solat magrib √ √
18.30 Pulang kerja √ √
19.00 Makan malam √ √ √
19.30 Ngumpul √ √ √ √
keluarga
20.00 Solat isyak √ √ √
21.00 Tidur √ √ √ √

2. Data Obyektif
1. Tn. R
Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
TD : 120/70 mmHG
Pemeriksaan fisik

40
Kepala : rambut hitam, bersih
Mata : simetris, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak
kuning
Hidung : bersih tidak ada sekret
Mulut : bersih, gigi tidak ada caries, bibir basah, tidak pucat
Leher : tidak ada pembesaran vena jugulari/ kelenjar tiroid
2. Ny. N
Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
TD : 100/80 mmHG
Pemeriksaan fisik
Kepala : rambut hitam, bersih
Mata : simetris, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak kuning
Hidung : bersih tidak ada sekret
Mulut : bersih, gigi tidak ada caries, bibir basah, tidak pucat
Leher : tidak ada pembesaran vena jugulari/ kelenjar tiroid
Dada : simetris, puting menonjol
3. An. B
Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Pemeriksaan fisik
Kepala : rambut hitam, bersih
Mata : simetris, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak kuning
Hidung : bersih tidak ada sekret
Mulut : bersih, gigi tidak ada caries, bibir basah, tidak pucat
Leher : tidak ada pembesaran vena jugulari/ kelenjar tiroid
4. An. K
Pemeriksaan umum

41
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
BB : 16 kg
TB : 95 cm
Pemeriksaan fisik
Kepala : Rambut hitam, bersih tidak rontok
Mata : Simetris, konjungtivca tidak pucat, sklera tidak kuning
Hidung : Bersih tidak ada secret
Mulut : Bersih, gigi untuh tidak karies, bibir basah, tidak pucat
Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis
Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada
Riwayat kesehatan sekarang : anak tidak sedang sakit
Riwayat kesehatan lalu : anak tidak pernah MRS, anak
pernah mengalami demam setelah
imunisasi dan sembuh dengan
diberi obat dari bidan.
Riwayat prenatal : tidak ada masalah, dan
periksa rutin di bidan.
Riwayat natal : normal, ditolong bidan, BB 3200gr,
PB 48 cm, bayi langsung menangis.
Riwayat imunisasi : Imunisasi sudah lengkap.

Tabel 3.3
Tabel pencatatan pemberian imunisasi An. K
Jenis
Tanggal imunisasi
Imunisasi
Hb0 12-03-2019
BCG 30-04-2019
Polio 30-04-2019 30-05-2019 28-06-2019 26-07-2019
DPT 30-05-2019 28-06-2019 26-07-2019

42
Campak 29-12-2019

3. Menentukan Diagnosa / Masalah


Table 3.4
Diagnose dan Masalah keluarga Tn. R
Data Masalah Kesehatan
- Ibu umur 30 tahun mempunyai - Kurangnya pengetahuan
balita berumur 3 tahun. Belum tentang KB.
mengerti informasi tentang efek
samping KB

3.1 Perioritas Masalah


Table 3.5
Skoring Masalah Kurangnya pengetahuan tentang KB
N
Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
o
1. Sifat masalah, skala: Ketidaktahuan dan
Tidak/kurang sehat 2/3x 1 2/3 memerlukan
penyuluhan segera
2. Kemungkinan masalah Masalah mudah diubah
2
dapat diubah, skala : x2 2 dengan penyuluhan
2
Dengan mudah yang tepat.
3. Potensi masalah untuk Masalah dapat diubah
dicegah, skala: dengan penyuluhan
3
Tinggi x1 1 yang tepat terutama
3
partisipasi keluarga
dalam mendukungnya.

43
4. Menonjolkan masalah, Keluarga mengenal
skala: masalah itu, tetapi
Ada masalah tetapi 1 1 keluarga tidak
x1
tidak perlu ditangani 2 2 melihatnya sebagai
segera masalah yang harus
ditangani segera.

Total skor 4 1/6

Jadi prioritas masalah dalam mengatasi masalah Tn. A adalah kurangnya


pengetahuan tentang KB, dengan skor 4 1/6 . Jika masalah ini tidak segera diatasi
maka ketidaktahuan Ny.N akan terus berkelanjutan.

44
4. Perencanaan

No Masalah Masalah Tujuan Sumber-sumber


Sasaran Tujuan Perawatan Kontak
Kesehatan Perawatan Perawatan yang dipakai
Identifikasi Masalah Keluarga (Pengkajian Data) Kunjungan Format pengkajian
Rumah data, waktu dan
tenaga dari
pengkaji, tenaga
1 kesehatan, kader
dan keluarga yang
terlibat
Kurangnya Kurangnya Setelah Setelah tindakan, - Mengucapkan salam Kunjungan Bahan-bahan yang
pengetahuan pengetahuan tindakan/asuhan, ibu dan keluarga dan membina hubungan Rumah diperlukan Visual
tentang KB. tentang KB dan keluarga dapat dapat mengerti baik agar tercipta Aids. Waktu dan
macam-macam, mengambil pengertian KB hubungan yang tenaga dari
dan efek tindakan yang dan macam- kooperatif antara pengkaji, tenaga
samping alat tepat agar ibu macam, dan efek pengkaji dan keluarga. kesehatan dan
2
kontrasepsi. mengetahui samping alat - Memberi pengetahuan keluarga yang
tentang KB, kontrasepsi. tentang KB dan macam- terlibat
macam-macam, pelayanannya: macam, dan efek

45
dan efek - Dapat samping alat
samping alat menyebutkan kontrasepsi.
kontrasepsi. dan - Menjelaskan secara
menjelaskan rinci efek samping
pengertian KB penggunaan alat
dan macam- kontrasepsi agar ibu
macam, dan tidak bingung bila
efek samping terjadi efek samping.
alat
kontrasepsi.
- Dapat
menyebutkan
tempat dimana
dapat diperoleh
pelayanan
tersebut.
4 Evaluasi tindakan/asuhan yang telah diberikan Kunjungan Bahan-bahan yang
Rumah diperlukan Visual
Aids. Waktu dan
tenaga dari

46
pengkaji, tenaga
kesehatan dan
keluarga yang
terlibat

47
3.5 Pelaksanaan
Tanggal Masalah kesehatan Implementasi
11-03-2022 1. Memperkenalkan diri pada
Pukul 10.00 keluarga.
WIB 2. Menjelaskan tujuan kunjungan
3. Melakukan Pengkajian
4. Membuat janji untuk
melakukan kunjungan untuk
pengamatan.
18-03-2022 Kurangnya pengetahuan 1. Mengucapkan salam dan
Pukul 15.00 tentang KB dan macam- membina hubungan baik agar
WIB macam metode kontrasepsi tercipta hubungan yang
serta efek samping dari kooperatif antara pengkaji dan
penggunaan kontrasepsi. keluarga.
2. Melakukan pengkajian tahap
kedua setelah mengangkat
masalah kesehatan yaitu
kurangnya pengetahuan
tentang KB dan macam-
macam metode kontrasepsi.
3. Membuat janji untuk
melakukan kunjungan
selanjutnya.

25-03-2022 1. Memberi pengetahuan tentang


Pukul KB dan macam-macam metode
16.00 WIB kontrasepsi beserta efek
sampingnya.
2. Memotivasi ibu untuk
menggunakan KB non-
hormonal jangka panjang yaitu
KB IUD untuk menjarangkan
kehamilan dikarenakan umur
ibu sudah >35 tahun yang
beresiko tinggi untuk hamil
lagi.
3. Menganjurkan ibu untuk
berdiskusi dengan suami untuk
pengambilan keputusan dalam
penggunaan KB.
Membuat janji untuk
kunjungan selanjutnya
01-04-2022 1. Mengucapkan salam dan
Pukul membina hubungan baik agar
09.30 WIB tercipta hubungan yang
kooperatif antara pengkaji dan
keluarga.
2. Menanyakan kepada ibu
bagaimana hasil keputusannya
bersama suami tentang metode
KB yang akan digunakan.
3. Mengucapkan terima kasih
kepada ibu dan keluarga
karena sudah menciptakan
hubungan yang kooperatif
sehingga proses KIE berjalan
dengan baik dan lancar.

3.6 Evaluasi
Tanggal Masalah Implementasi
kesehatan
25-03-2022 Kurangnya S : Ibu mengatakan dapat mengerti tentang
Pukul 11.00 pengetahuan KB dan macam-macam metode
WIB tentang KB dan

49
macam-macam kontrasepsi.
metode kontrasepsi O: Ibu mengetahui pengertian KB dan
serta efek samping macam-macam alat kontrasepsi.
dari penggunaan A : Masalah sudah teratasi.
kontrasepsi. P : Anjurkan ibu untuk periksa ke pelayanan
kesehatan apabila terdapat efek yang
tidak normal

3.7 Pembahasan

Setelah melakukan asuhan kebidanan keluarga pada keluarga Tn.”R”,


ternyata didapatkan masalah keluarga yaitu kurangnya pengetahuan tentang KB
dan macam-macam kontrasepsi serta efek samping dari penggunaan kontrasepsi.
Dalam keluarga Tn. R, Ny. N berumur 30 tahun setelah melahirkan anak terakhir
Ny. N menggunakan KB suntik 3 bulan . akan tetapi ibu masih belum mengetahui
informasi efek samping dari KB. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
kurangnya pengetahuan tentang KB dan macam-macam kontrasepsi serta efek
samping dari penggunaan kontrasepsi . Setelah dilakukan perencanaan tanggal 11
Maret 2022 dan pelaksanaan 18 Maret 2022, Ny. N mengerti tentang pengertian
dari KB ,macam -macam alat kontrasepsi serta efek samping dari penggunaan
kontrasepsi. Setelah dilakukan evaluasi pada tanggal 25 Maret 2022, didapatkan
bahwa Ny. N telah mengetahui pengertian, macam-macam alat kontrasepsi serta
efek samping dari penggunaan kontrasepsi dan Ny. N akan segera mendiskusikan
untuk pengambilan keputusan dalam penggunaan KB serta akan langsung ke
pelayanan kesehatan apabila terdapat efek samping tidak normal. sehingga satu
masalah pada keluarga Tn. R sudah teratasi.
Dengan demikian, pemberian penyuluhan dan pendampingan keluarga
sangat diperlukan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang ada dikeluarga,
dan harus dilakukan oleh setiap tenaga kesehatan yang bertanggung jawab
dibidang ini sehingga harapan bangsa untuk meningkatkan taraf kesehatan dapat
tercapai.
BAB 1V

50
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah dilakukan Asuhan Kebidanan Keluarga, maka penulis
menyimpulkan bahwa:
1. Keluarga Tn. R termasuk keluarga yang sederhana. Dengan penghasilan
yang terbilang cukup, semua kebutuhan keluarga Tn. R dapat terpenuhi,
termasuk biaya untuk periksa kesehatan dan berobat apabila sakit.
2. Masalah yang ditemukan dalam keluarga Tn. R yaitu kurangnya
pengetahuan tentang KB , macam-macam alat kontrasepsi serta efek
samping dari penggunaan kontrasepsi .
3. Setelah dilakukan perencanaan dan pelaksanaan dari masalah yang ada
pada keluarga Tn. R, yaitu berupa KIE untuk mengatasi masalah tersebut
dan masalah tersebut dapat teratasi.

B. SARAN
1. Untuk menentukan suatu masalah kesehatan sebaiknya diperlukan
pengkajian sedalam-dalamnya sehingga masalah tersebut benar-benar
dapat ditangani.
2. Pemberian penyuluhan kesehatan secara berkala kepada masyarakat pada
umumnya dan keluarga pada khususnya, baik secara kelompok maupun
pendekatan kekeluargaan sangat dibutuhkan guna menambah informasi
atau mengingat kembali informasi kesehatan kepada masyarakat.

51
DAFTAR PUSTAKA

Arum, DNS dan sujiyatini. 2009. Panduan Lengakap Pelayanan KB Terkini.


Yogyakarta: Mitra Cendikia Press.

Harnilawati. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Sulawesi Selatan;


Pustaka As Salam.

Maelani. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta; EGC

Mansjoer, A., 2004, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta; Edisi Ketiga, Jilid Satu,
Media Aeskulapius,
Pinem, Saroha. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta: Trans Info
Media.

Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kandungan. Jakarta: YBP-SP.

Saifuddin, Abdul Bari. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBP-SP

Smeltzer, SC & Bare, BG, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, Edisi 8 Vol 2 , Jakarta; EGC
Susalit, E., Kapojos, E.J., Lubis, H.R., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam “Hipertensi
Primer”, FK UI, Jakarta.

52
LAMPIRAN

53

Anda mungkin juga menyukai