Oleh:
MAHASTRA AULYA KARTIKA
NIM. 216011
Oleh:
MAHASTRA AULYA KARTIKA
NIM. 216011
OLEH:
MAHASTRA AULYA KARTIKA
NIM. 216011
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan asuhan keluarga
pada Ny “P” dengan masalah “Kurangnya Pengetahuan tentang ASI Ekslusif” di RT 01
RW 01 Dusun Ketapangrejo Desa Ketapangkuning Kecamatan Ngusikan Kabupaten
Jombang Tanggal 10 Juli – 21 Oktober 2023 ini, merupakan salah satu target untuk
memenuhi nilai Praktek Kebidanan Komunitas yang dilakukan mahasiswa S1 Kebidanan
Institut Teknologi Sains dan Kesehatan RS dr. Soepraoen Malang.
Dalam penyusunan asuhan keluarga ini, penyusun merasa sangat berterima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya asuhan keluarga ini,
antara lain :
1. Arif Efendi SMPh,SH,S.Kep,Ners,MM,M.Kes selaku Rektor Institut Teknologi
Sains dan Kesehatan RS dr. Soepraoen Malang
2. Raden Maria Veronika W., M.Keb, selaku Kaprodi Kebidanan dan Dosen
Pembimbing Akademik
3. Rani Safitri, S.ST., M. Keb selaku dosen pembimbing dalam penulisan laporan
asuhan kebidanan keluarga
4. Rini Idawati. S.Tr. Keb selaku bidan desa Ketapangkuning
5. Bd.Hj.Suma’iyah,SST.,M.Kes selaku pembimbing lahan dalam praktik komunitas
6. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan S1 Kebidanan Institut Teknologi
Sains dan Kesehatan RS dr. Soepraoen Malang yang ikut membantu penyeleseian
asuhan kebidanan keluarga ini.
Penyusun menyadari, dalam penyusunan asuhan keluarga ini pasti masih ada
kekurangan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi tercapainya kesempurnaan di asuhan keluarga yang selanjutnya. Semoga laporan
asuhan keluarga ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan keluarga “R” pada khususnya
dan bagi mahasiswi pada umumnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
Masa Nifas merupakan masa setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Yuliana, 2020). Periode
nifas merupakan masa kritis bagi ibu, diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat
kehamilan terjadi setelah persalinan, yang mana 50% dari kematian ibu
tersebut terjadi dalam 24 jam pertama setelah persalinan. Selain itu, masa nifas ini
juga merupakan masa kritis bagi bayi, sebab dua pertiga kematian bayi terjadi dalam
4 minggu setelah persalinan dan 60% kematian bayi baru lahir terjadi dalam waktu
7 hari setelah lahir (Saifuddin dkk, 2015). Untuk itu perawatan selama masa nifas
merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan.
Perawatan masa nifas mencakup berbagai aspek mulai dari pengaturan dalam
mobilisasi, anjuran untuk kebersihan diri, pengaturan diet, pengaturan miksi dan
defekasi, perawatan payudara (mammae) yang ditujukan terutama untuk kelancaran
pemberian air susu ibu guna pemenuhan nutrisi bayi, dan lain - lain (Handayani dkk,
2011).
Komplikasi pada proses kehamilan, persalinan, dan nifas juga merupakan salah
satu penyebab kematian ibu dan kematian bayi. Komplikasi kebidanan adalah
kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan atau janin dalam kandungan,
baik langsung maupun tidak langsung, termasuk penyakit menular dan tidak menular
yang dapat mengancam jiwa ibu ataupun janin. Sebagai upaya menurunkan angka
kematian ibu dan angka kematian bayi maka dilakukan pelayanan/penanganan
komplikasi kebidanan.
Bidan dalam bekerja di masyarakat perlu memahami masyarakat yang di
layaninya, baik keadaan budaya maupun tradisi setempat karena sangat menentukan
cara pendektan yang harus ditempuh. Pendekatan yang akan digunakan oleh bidan
komunitas harus memperhatikan strategi pelayanan kebidanan, tugas dan
tanggungjawab bidan serta aspek perlindungan hukum bagi bidan komunitas
(Pudiastuti, 2011). Oleh karena itu sebelum menjalankan peran sesungguhnya maka
mahasiswa dilatih untuk menjalan perannya pada praktek kerja lapangan komunitas
dengan harapan dapat melakukan proses pembelajaran masyarakat dengan cara
dimulai dari pengkajian, analisa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Perawatan masa nifas mencakup berbagai aspek mulai dari pengaturan dalam
mobilisasi, anjuran untuk kebersihan diri, pengaturan diet, pengaturan miksi dan
defekasi, perawatan payudara (mamma) yang ditujukan terutama untuk kelancaran
pemberian air susu ibu guna pemenuhan nutrisi bayi, dan lain - lain (Handayani, dkk.
2011).
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan kebidanan komunitas dengan menggunakan
pendekatan manajemen kebidanan pada keluarga. Mendapatkan pengalaman nyata
dalam peran fungsi dan tugas bidan serta dapat mengembangkan sikap etis,
nasionalisme dan profesionalisme dalam melaksanakan praktek kebidanan.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada ibu nifas keluarga Tn. R.
b. Menganalisa masalah kesehatan yang dialami ibu nifas pada keluarga Tn. R
c. Melakukan antisipasi masalah kesehatan yang di alami ibu nifas pada keluarga
Tn. R
d. Melakukan tindakan segera terhadap masalah kesehatan yang di alami ibu
nifas normal pada keluarga Tn. R
e. Menyusun rencana tindakan asuhan kebidanan terhadap masalah kesehatan
yang di alami ibu hamil normal pada keluarga Tn. R
f. Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan terhadap masalah kesehatan yang di
alami ibu hamil normal pada keluarga Tn. R
g. Melakukan evaluasi tindakan asuhan kebidanan terhadap masalah kesehatan
yang di alami ibu hamil normal pada keluarga Tn. R
1.4. Manfaat
1.4.1. Bagi keluarga
1. Keluarga mampu mengenal permasalahan esehatan yang dialami
2. Keluarga mampu mengenal penyebab masalah kesehatan yang dialami
3. Keluarga mampu mengatasi masalah kesehatan yang dialami
1.4.2. Bagi mahasiswi
1. Mahasiswi mampu mengaplikasikan asuhan kebidanan komunitas dalam praktik
kerja lapangan
2. Mahasiswi mendapatkan pengalaman belajar dalam mengenali masalah
kesehatan dan menentukan langkah penyelesaiannya.
1.4.3. Bagi masyarakat
Masyarakat mampu mengenali masalah-masalah kesehatan yang ada di lingkungan
sekitar serta dapat menentukan penyelessaiian masalah kesehatan yang ditemukan
dalam wilayah tersebut.
BAB II
TINJAUAN TEORI
b) Lokhea
Lochea adalah cairan yang berasal dari kavum uteri dan
vagina dalam masa nifas (Mochtar, 2013).
Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa
nifas.Lokhea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang
nekrotik dari dalam uterus (Sulistyawati, 2010).
Lokhea mempunyai reaksi basa atau alkalis yang dapat
membuat organisme berkembang daripada kondisi asam yang ada
pada vagina normal. Lokhea berbau amis/anyir dengan volume yang
berbeda-beda pada setiap wanita.Lokhea yang berbau tidak sedap
menandakan adanya infeksi. Lokhea mempunyai perbedaan warna
dan volume karena adanya proses involusi.
Lokhea dibedakan menjadi 4 jenis berdasarkan warna dan
waktu keluarnya:
(a) Lokhea rubra/ merah
Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa
postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi
darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak
bayi, lanugo, dan mekonium.
(b) Lokhea sanguinolenta
Lokhea ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir, serta
berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 postpartum.
(c) Lokhea serosa
Lokhea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung
serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta.Keluar
pada hari ke-7 sampai hari ke-14.
(d) Lokhea alba/putih
Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel,
selaput lendir serviks, dan selaput jaringan yang mati. Lokhea
alba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggupostpartum.
Lokhea yang menetap pada awal periode postpartum
menunjukkan adanya tanda-tanda perdarahan sekunder yang
mungkin disebabkan oleh tertinggalnya sisa atau selaput
plasenta. Lokhea alba atau serosa yang berlanjut dapat
menandakan adanya endometritis, terutama bila disertai
dengan nyeri pada abdomen dan demam. Bila terjadi infeksi,
akan keluar cairan nanah berbau busuk yang disebut dengan
“lokhea purulenta”. Pengeluaran lokhea yang tidak lancar
disebut dengan “lokhea statis”.
(e) Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Perubahan
perubahan yang terdapat pada serviks postpartum adalah
bentuk serviks yang akan menganga seperti corong. Bentuk
ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan
kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga
seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks uteri
berbentuk semacam cincin.Warna serviks sendiri berwarna
merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah.
Beberapa hari setelah persalinan, ostium eksternum
dapat dilalui oleh 2 jari, pinggir-pinggirnya tidak rata, tetapi
retak-retak karena robekan dalam persalinan.Pada akhir
minggu pertama hanya dapat dilalui oleh 1 jari saja, dan
lingkaran retraksi berhubungan dengna bagian atas dari
kanalis servikalis.
Pada serviks terbentuk sel-sel otot baru yang
mengakibatkan serviks memanjang seperti celah.Walaupun
begitu, setelah involusi selesai, ostium eksternum tidak serupa
dengan keadaan sebelum hamil.Pada umumnya ostium
eksternum lebih besar dan tetap terdapat retak-retak dan
robekan-robekan pada pinggirnya, terutama pada pinggir
sampingnya. Oleh karena itu robekan ke samping ini
terbentuklah bibir depan dan bibir belakang pada serviks
(Sunarsih, 2011).
c) Vagina dan perineum
Estrogen pascapartum yang menurun berperan dalam
penipisan mukosa vagina hilangnya rugae. Vagina yang semula
sangat meregang akan kembali secara bertahap pada ukuran
sebelum hamil selama 6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan
kembali terlihat sekitar minggu keempat, walaupun tidak akan
menonjol pada wanita nulipara. Pada umumnya rugae akan
memipih secara permanen. Mukosa tetap atrofik pada wanita
yang menyusui sekurang-kurangnya sampai menstruasi dimulai
kembali, Penebalan mukosa yang terjadi seiring pemulihan fungsi
ovarium (Sunarsih, 2011).
Keterangan :
Perempuan
Laki – Laki
Hubungan Keluarga
5) Lingkungan Perumahan
a. Perumahan
Rumah yang ditempati Tn. “R” adalah rumah milik sendiri, luas rumah 6 ×
15 m2
b. Jenis bangunan
Lantai rumah dari semen, dinding tembok, ventilasi jendela terbuka,
penerangan dari listrik dan cahaya matahari yang masuk cukup.
c. Kebersihan
Halaman rumah bersih, lantai rumah bersih dan tidak lembab
d. Pemakaian air
Sumber air berasal dari air sumur dengan status milik sendiri
e. Jamban keluarga
Jamban keluarga adalah jenis leher angsa dengan jarak septi tank < 5 m, dan
kamar mandi milik sendiri
f. Pembuangan air limbah
Pembuangan air limbah rumah tangga melalui selokan terbuka yang
mengalir
g. Pembuangan sampah
Sampah dibuang di lubang sampah dan kemudian dibakar di halaman
belakang rumah
B. ANALISA DATA
Tanggal : 18 Oktober 2022
Jam : 16.15 WIB
Dx : Ny. S usia 34 tahun dengan ibu nifas normal P2A0 postpartum minggu
ke 2 normal.
Ds : Ibu mengatakan ASI keluar sedikit.
Do : Bayi berusia 2 minggu minum ASI dan susu formula.
Ada KMS
C. Prioritas Masalah
Ketidaktahuan ibu tentang perawatan payudara dan teknik menyusui yang benar :
No. Kriteria Penilaian Skor Pembenaran
1. Sifat Masalah 2/3 x 1 2/3 Ibu tidak mengetahui
tentang ASI ekslusif,
perawatan payudara dan
teknik menyusui yang
benar.
2. Kemungkinan masalah 2/2 x 2 2 Keluarga dapat
dapat di ubah dengan menerima penjelasan
mudah yang diberikan
3. Potensi masalah untuk 2/3 x 1 2/3 Keinginan keluarga
diubah tinggi untuk mengetahui
tentang manfaat ASI
ekslusif, perawatan
payudara, dan teknik
menyusui yang benar
4. Masalah yang menonjol 0/2 x 1 0 Masalah tidak dirasakan
harus segera ditangani
Total 2 4/3
D. Perencanaan
Tanggal : 18 Oktober 2023
Jam : 16.15 WIB
Dx : Ny. “S” usia 34 tahun dengan kurangnya pengetahuan ibu tentang
manfaat ASI ekslusif, perawatan payudara pada masa nifas.
Ds : Ibu mengatakan tidak pernah melakukan perawatan payudara, ASI keluar
sedikit
Do : Bayi berusia 2 minggu minum ASI dan susu formula.
Ada KMS
Tujuan : ibu mengetahui manfaat ASI ekslusif, perawatan payudara pada masa
nifas, dan teknik menyusui yang benar.
Kriteria hasil : ibu dapat menjelaskan kembali penjelasan yang diberikan
sehubungan dengan manfaat perawatan payudara dan teknik menyusui
yang benar.
Intervensi :
1. Beritahu ibu manfaat perawatan payudara
R/ agar ibu mengerti manfaat perawatan payudara pada masa nifas
2. Ajarkan ibu cara menyusui yang benar
R/ agar bayi terpenuhi nutrisinya dengan cukup dan mengurangi keluhan akibat
posisi menyusui yang salah.
3. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesring mungkin sampai bayi berusia 6
bulan dan maksimal sampai usia 2 tahun
R/ dengan isapan bayi pada payudara ibu dapat merangsang pengeluaran hormon
oksitosin yang membantu involusio uteri dan kebutuhan nutrisi bayi terpenuhi
serta mengurangi pengeluaran biaya susu formula.
4. Beritahu ibu dampak tidak diberikani ASI eksklusif
R/ agar ibu mengerti dampak tidak diberikan ASI eksklusif
5. Beritahu ibu kecukupan nutrisi bagi ibu nifas.
R/ agar ibu dapat mencukupi nutrisinya selama masa nifas dan menyusui
sehingga produksi ASI tercukupi.
E. IMPLEMENTASI
Tanggal : 18 Oktober 2023
Waktu : 16.20 WIB
Dx : Ny. “S” usia 34 tahun dengan kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI
ekslusif, manfaat perawatan payudara pada masa nifas.
Ds : Ibu mengatakan bayi minum ASI dan susu formula, ibu tidak pernah
melakukan perawatan payudara.
Do : Anak berusia 2 minggu.
Ada KMS
1. Menjelaskan tujuan kunjungan dan membuat janji untuk melakukan
kunjungan dengan wawancara dan pengamatan
2. Memberi penyuluhan tentang pentingnya ASI eksklusif
3. Menjelaskan manfaat ASI eksklusif jika diberikan pada bayi
4. Menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan saat meneteki
5. Menjelaskan manfaat dari melakukan perawatan payudara
6. Menjelaskan manfaat mencukupi kebutuhan nutrisi ibu nifas
F. EVALUASI
Tanggal : 18 Oktober 2023
Waktu : 16.20 WIB
Dx : Ny. “S” usia 34 tahun dengan kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI ekslusif
dan perawatan payudara.
Ds : Ibu mengatakan tidak memberi ASI eksklusif pada anaknya. Bayi minum ASI
dan susu formula.
Do : Bayi berusia 2 minggu.
Ada KMS
S : Ibu mengerti dengan penjelasan petugas tentang pentingnya ASI eksklusif,
manfaat perawatan payudara.
O : Keluarga kooperatif terhadap penjelasan yang diberikan oleh petugas kesehatan
dan ingin membahas dulu dengan keluarga
A : Ny. “S” usia 34 tahun P2A0 postpartum 2 minggu dengan kurangnya
pengetahuan ibu tentang ASI ekslusif, perawatan payudara.
P : keluarga Tn.”R” bersedia mendukung ibu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi
ibu dan bayi nya dan mendukung ibu untuk memberikan ASI ekslusif pada bayi.
BAB V
PEMBAHASAN
5.1. KESIMPULAN
5.2 SARAN
5.2.1 Bagi keuarga Tn. R
− Diharapkan keluarga Tn. R memahami tentang penjelasan yang diberikan dan
bisa merubah perilaku sebelumnya yang berdampak buruk pada kesehatan
keluarga.
− Diharapkan keluarga tetap mempertahankan pola makan ibu dan menganjurkan
ibu untuk tetap memberikan ASI ekslusif pada bayinya, mengkonsumsi makanan
yang bergizi karena akan berdampak pada produksi ASI dan diharapakan
keluarga bisa mempertahankan kebersihan didalam rumah.
DAFTAR PUSTAKA