Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN INDIVIDU

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA KELUARGA TN. R


DENGAN “KURANGNYA PENGETAHUAN TENTANG ASI
EKSLUSIF” DI RT 01/RW 01 DUSUN KETAPANGREJO DESA
KETAPANGKUNING KECAMATAN NGUSIKAN
KABUPATEN JOMBANG

Oleh:
MAHASTRA AULYA KARTIKA
NIM. 216011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


INSTITUT TEKNOLOGI, SAINS, DAN KESEHATAN
RS DR SOEPRAOEN KESDAM V BRAWIJAYA
MALANG
2023
LAPORAN INDIVIDU
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA KELUARGA TN. R
DENGAN “KURANGNYA PENGETAHUAN TENTANG ASI
EKSLUSIF” DI RT 01/RW 01 DESA KETAPANGKUNING
KABUPATEN JOMBANG

Oleh:
MAHASTRA AULYA KARTIKA
NIM. 216011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


INSTITUT TEKNOLOGI, SAINS, DAN KESEHATAN
RS DR SOEPRAOEN KESDAM V BRAWIJAYA
MALANG
2023
LEMBAR PERSETUJUAN

Asuhan Kebidanan Keluarga Pada Tn. “R” Di RT 01 RW 01 Dengan Kurangnya


Pengetahuan Tentang ASI Ekslusif Di Desa Ketapangkuning Kecamatan Ngusikan
Kabupaten Jombang

OLEH:
MAHASTRA AULYA KARTIKA
NIM. 216011

Jombang, 21 Oktober 2021


Menyetujui,
Pembimbing Institusi Pembimbing

Rani Safitri, S.ST., M.Keb Bd. Yoana, SST.,M.Kes


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan asuhan keluarga
pada Ny “P” dengan masalah “Kurangnya Pengetahuan tentang ASI Ekslusif” di RT 01
RW 01 Dusun Ketapangrejo Desa Ketapangkuning Kecamatan Ngusikan Kabupaten
Jombang Tanggal 10 Juli – 21 Oktober 2023 ini, merupakan salah satu target untuk
memenuhi nilai Praktek Kebidanan Komunitas yang dilakukan mahasiswa S1 Kebidanan
Institut Teknologi Sains dan Kesehatan RS dr. Soepraoen Malang.
Dalam penyusunan asuhan keluarga ini, penyusun merasa sangat berterima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya asuhan keluarga ini,
antara lain :
1. Arif Efendi SMPh,SH,S.Kep,Ners,MM,M.Kes selaku Rektor Institut Teknologi
Sains dan Kesehatan RS dr. Soepraoen Malang
2. Raden Maria Veronika W., M.Keb, selaku Kaprodi Kebidanan dan Dosen
Pembimbing Akademik
3. Rani Safitri, S.ST., M. Keb selaku dosen pembimbing dalam penulisan laporan
asuhan kebidanan keluarga
4. Rini Idawati. S.Tr. Keb selaku bidan desa Ketapangkuning
5. Bd.Hj.Suma’iyah,SST.,M.Kes selaku pembimbing lahan dalam praktik komunitas
6. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan S1 Kebidanan Institut Teknologi
Sains dan Kesehatan RS dr. Soepraoen Malang yang ikut membantu penyeleseian
asuhan kebidanan keluarga ini.
Penyusun menyadari, dalam penyusunan asuhan keluarga ini pasti masih ada
kekurangan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi tercapainya kesempurnaan di asuhan keluarga yang selanjutnya. Semoga laporan
asuhan keluarga ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan keluarga “R” pada khususnya
dan bagi mahasiswi pada umumnya.

Jombang, Oktober 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN……………………………………..………….. I


HALAMAN SAMPUL ii
DALAM…………………………………………………. iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………… iv
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….. v
DAFTAR ISI………………………………………………………...…………… 6
PENDAHULUAN……………………………………………………….……… 6
1.1. Latar Belakang…………………………………………………..…… 7
1.2. Rumusan Masalah…………………………………………………… 7
1.3. Tujuan…………………………………………………………..……… 7
1.4. Manfaat…………………………………………………………………
BAB II TINJAUAN TEORI……………………………………………………… 9
2.1. Konsep Dasar Kebidanan Komunitas……………………………… 12
2.2. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Komunitas 13
2.3. Konsep Masa Nifas………………………………..………………… 36
BAB III TINJAUAN KASUS…………………………………………………… 36
3.1. Pengkajian Data……………………………………………………… 38
3.2. Analisis Data……………………………………………..…………… 40
3.3. Perencanaan …………………………………………………………. 40
3.4. Pelaksanaan…………………………………………….…………….. 41
3.5. Evaluasi………………………………………………..…….………… 42
BAB IV PEMBAHASAN……………………………………………………… 44
BAB V KESIMPULAN ……………………………………………………….. 46
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Masa Nifas merupakan masa setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Yuliana, 2020). Periode
nifas merupakan masa kritis bagi ibu, diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat
kehamilan terjadi setelah persalinan, yang mana 50% dari kematian ibu
tersebut terjadi dalam 24 jam pertama setelah persalinan. Selain itu, masa nifas ini
juga merupakan masa kritis bagi bayi, sebab dua pertiga kematian bayi terjadi dalam
4 minggu setelah persalinan dan 60% kematian bayi baru lahir terjadi dalam waktu
7 hari setelah lahir (Saifuddin dkk, 2015). Untuk itu perawatan selama masa nifas
merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan.
Perawatan masa nifas mencakup berbagai aspek mulai dari pengaturan dalam
mobilisasi, anjuran untuk kebersihan diri, pengaturan diet, pengaturan miksi dan
defekasi, perawatan payudara (mammae) yang ditujukan terutama untuk kelancaran
pemberian air susu ibu guna pemenuhan nutrisi bayi, dan lain - lain (Handayani dkk,
2011).
Komplikasi pada proses kehamilan, persalinan, dan nifas juga merupakan salah
satu penyebab kematian ibu dan kematian bayi. Komplikasi kebidanan adalah
kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan atau janin dalam kandungan,
baik langsung maupun tidak langsung, termasuk penyakit menular dan tidak menular
yang dapat mengancam jiwa ibu ataupun janin. Sebagai upaya menurunkan angka
kematian ibu dan angka kematian bayi maka dilakukan pelayanan/penanganan
komplikasi kebidanan.
Bidan dalam bekerja di masyarakat perlu memahami masyarakat yang di
layaninya, baik keadaan budaya maupun tradisi setempat karena sangat menentukan
cara pendektan yang harus ditempuh. Pendekatan yang akan digunakan oleh bidan
komunitas harus memperhatikan strategi pelayanan kebidanan, tugas dan
tanggungjawab bidan serta aspek perlindungan hukum bagi bidan komunitas
(Pudiastuti, 2011). Oleh karena itu sebelum menjalankan peran sesungguhnya maka
mahasiswa dilatih untuk menjalan perannya pada praktek kerja lapangan komunitas
dengan harapan dapat melakukan proses pembelajaran masyarakat dengan cara
dimulai dari pengkajian, analisa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Perawatan masa nifas mencakup berbagai aspek mulai dari pengaturan dalam
mobilisasi, anjuran untuk kebersihan diri, pengaturan diet, pengaturan miksi dan
defekasi, perawatan payudara (mamma) yang ditujukan terutama untuk kelancaran
pemberian air susu ibu guna pemenuhan nutrisi bayi, dan lain - lain (Handayani, dkk.
2011).

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan bagaimana asuhan
kebidanan yang diberikan dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan
komunitas pada keluarga Tn. G dengan ibu nifas normal.

1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan kebidanan komunitas dengan menggunakan
pendekatan manajemen kebidanan pada keluarga. Mendapatkan pengalaman nyata
dalam peran fungsi dan tugas bidan serta dapat mengembangkan sikap etis,
nasionalisme dan profesionalisme dalam melaksanakan praktek kebidanan.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada ibu nifas keluarga Tn. R.
b. Menganalisa masalah kesehatan yang dialami ibu nifas pada keluarga Tn. R
c. Melakukan antisipasi masalah kesehatan yang di alami ibu nifas pada keluarga
Tn. R
d. Melakukan tindakan segera terhadap masalah kesehatan yang di alami ibu
nifas normal pada keluarga Tn. R
e. Menyusun rencana tindakan asuhan kebidanan terhadap masalah kesehatan
yang di alami ibu hamil normal pada keluarga Tn. R
f. Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan terhadap masalah kesehatan yang di
alami ibu hamil normal pada keluarga Tn. R
g. Melakukan evaluasi tindakan asuhan kebidanan terhadap masalah kesehatan
yang di alami ibu hamil normal pada keluarga Tn. R

1.4. Manfaat
1.4.1. Bagi keluarga
1. Keluarga mampu mengenal permasalahan esehatan yang dialami
2. Keluarga mampu mengenal penyebab masalah kesehatan yang dialami
3. Keluarga mampu mengatasi masalah kesehatan yang dialami
1.4.2. Bagi mahasiswi
1. Mahasiswi mampu mengaplikasikan asuhan kebidanan komunitas dalam praktik
kerja lapangan
2. Mahasiswi mendapatkan pengalaman belajar dalam mengenali masalah
kesehatan dan menentukan langkah penyelesaiannya.
1.4.3. Bagi masyarakat
Masyarakat mampu mengenali masalah-masalah kesehatan yang ada di lingkungan
sekitar serta dapat menentukan penyelessaiian masalah kesehatan yang ditemukan
dalam wilayah tersebut.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. KONSEP DASAR KEBIDANAN KOMUNITAS


2.1.1. Pengertian Kebidanan Komunitas
Kebidanan berasal dari kata “Bidan” menurut ICM, IFGO, dan WHO
mengatakan bahwa bidan (midwife) adalah seorang yang telah mengikuti
pendidikan kebidanan yang telah diakui oleh pemerintah setempat dan telah
menyelesaikan pendidikan tersebut dan lulus serta terdaftar atau mendapat izin
melakukan praktik kebidanan.
Menurut Kepmenkes No.900/Menkes/SK/VII/2002 bidan adalah seorang
wanita yang telah mengikuti program pendidikan bidan dan lulus ujian sesuai
dengan persyaratan yang berlaku. Kebidanan (midwifery) mencakup pengetahuan
dan keterampilan yang dimiliki bidan dan kegiatan pelayanan yang dilakukannya
untuk menyelamatkan ibu dan bayi yang dilahirkan.
Komunitas adalah kelompok orang yang ada disuatu lokasi tertentu yang
saling berinteraksi. Bidan komunitas adalah bidan yang bekerja melayani keluarga
dan masyarakat di wilaya tertentu. Kebidanan komunitas adalah bagian dari
kebidanan yang berupa serangkaian ilmu dan serangkaian ilmu dan keterampilan
untuk memberi pelayanan kebidanan pada ibu dan anak yang berada dalam
masyarakat di wilaya tertentu. Dalam komunitas terdapat kumpulan individu yang
membentuk keluarga atau kelompok masyarakat. Sasaran utama adalah ibu dan
anak dalam keluarga.
Menurut undang-undang No.23 1992 tentang kesehatan, yang dimaksud
dengan keluarga adalah suami, istri, anak dan anggota keluarga lainnya. Pelayanan
ini diserahkan untuk mewujudkan keluarga yang sehat dan dapat meningkatkan
sumber daya manusia. Bidan memandang pasiennya sebagai makluk sosial yang
memiliki budaya tertentu dan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, politik, sosial
budaya, dan lingkungan sekitarnya.
Adapun tujuan pelayanan kebidanan komunitas adalah sebagai berikut: a. Ibu
dan bayi sehat, selamat, keluarga bahagia, terjaminnya kehormatan martabat
manusia. Saling menghormati penerima asuhan dan pemberi asuhan. b. Kepuasan
ibu, keluarga dan bidan c. Adanya kekuatan diri dari wanita dalam menentukan
dirinya sendiri d. Adanya rasa saling percaya dari wanita sebagai penerima asuhan
e. Terwujudnya keluarga sejahtera dan berkualitas
2.1.2. Konsep keluarga
Asuhan kebidanan maerupakan kebidanan komunitas yang bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan keluarga. Dalam sebuah keluarga biasanya
dijumpai lebih dari satu permasalahan.
a. Pengertian keluarga
Keluarga adalah kumpulan anggota rumah tangga yang saling berhubungan
melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan (WHO 2015). Keluarga
adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena
adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi (Friedman 2010 dalam
Istriana, 2013). Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai
peran masing-masing, dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya
(Bailon dan Maglaya 1978 dalam Eko, 2018). Keluarga adalah unit terkecil
dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang
terkumpul dan tinggal disuatu tempat di bawah atap dalam keadaan saling
ketergantungan (Kemenkes RI, 2011).

b. Tipe atau Jenis Keluarga


Berbagai bentuk dan tipe keluarga dibedakan berdasarkan keluarga
tradisional dan keluarga non tradisional menurut allender dan spradley
(2011), seperti :
1) Tipe keluarga tradisional yang terdiri dari:
a) Nuclear family atau keluarga inti yaitu keluarga yang terdiri dari
suami, istri dan anak kandung atau anak angkat.
b) Extended family atau keluarga besar adalah keluarga inti ditambah
dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya
kakek, nenek, bibi dan paman.
c) Dyad family yaitu rumah tangga terdiri dari suami dan istri tanpa
anak.
d) Single parent family adalah suatu keluarga yang terdiri dari satu
orang tua dengan anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan
oleh perceraian atau kematian.
e) Single adult adalah rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang
orang dewasa saja.
f) Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami dan
istri yang sudah lanjut usia.
2) Tipe keluarga nontradisional terdiri dari:
a) Commune family yaitu lebih adri satu keluarga tanpa pertalian darah
hidup serumah.
b) Oran tua (ayah, ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak
hidup bersama dalam satu rumah tangga.
c) Homoseksual dan lesbian adalah dua individu sejenis yang hidup
bersama dalam satu rumah.
c. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga berbeda sesuai dengan sudut pandang terhadap keluarga.
Akan tetapi, dari sudut kesehatan keluarga yang sering digunakan adalah
fungsi keluarga yang disusun oleh friedman, antara lain :
1) Fungsi efektif yaitu perlindungan psikologi, rasa aman, interaksi,
mendewasakan dan mengenal identitas dari individu.
2) Fungsi sosialisai peran yaitu fungsi dan peran di masyarakat, serta
sasaran untuk kontak sosial didalam /diluar rumah.
3) Fungsi reproduksi yaitu menjamin kelangsungan generasi dan
kelangsungan hidup masyarakat.
4) Fungsi memenuhi kebutuhan fisik dan perawatan merupakan pemenuhan
sandang, pangan dan papan serta perawatan kesehatan.
5) Fungsi ekonomi adalah fungsi untuk pengadaan sumber dana,
pengalokasian dana serta pengaturan keseimbangan.
6) Fungsi pengontrolan/pengaturan adalah memberikan pendidikan dan
norma-norma.

2.2. KONSEP DASAR MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS


1. Pengkajian Data Asuhan Kebidanan adalah data subyektif dan atau data obyektif dari
pasien. Bidan dapat mencatat hasil penemuan dan dalam catatan harian sebelum
didokumentasikan.
a. Data subyektif
Informasi yang dicatat mencakup identitas, keluhan yang diperoleh dari hasil
wawancara langsung kepada pasien atau klien (Anamnesis) atau dari keluarga
dan tenaga kesehatan (allo anamnesis).
b. Data Obyektif
Pencatatan dilakukan dari hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus
kebidanan. Data yang telah terkumpul diolah, disesuaikan dengan kebutuhan
pasien kemudian dilakukan pengolahan data, yaitu menggabungkan dan
menghubungkan data satu dengan yang lainnya sehingga menunjukan fakta.
Tujuan dari pengolahan data adalah untuk menunjukan fakta berdasarkan
kumpulan data. Data ynag telah diolah dianalisis dan hasilnya
didokumentasikan.
2. Menentukan Diagnosa Kebidanan
Setelah menetukan masalah dan masalah utama selanjutnya bidan memutuskan
dalam satu pernyataan yang mencakup kondisi, masalah, penyebab, dan prediksi
terhadap kondisi tersebut. Prediksi yang dimaksud mencakup masalah potensial dan
prognosis hasil dari perumusan masalah yang merupakan keputusan yang ditegakan
oleh bidann yang disebut dengan diagnosis kebidanan. Dalam menentukan diagnosis
kebidanan, pengetahuan keprofesian bidan sangat diperlukan. Penetuan diagnosis
bidan mencakup hal-hal berikut :
a. Kondisi pasien terkait dan masalahnya
b. Masalah utama dan penyebab utamanya terhadap risiko
c. Masalah potensial
3. Perencanaan
Berdasarkan diagnosis yang ditegakan bidan dalam mencatat rencana kegiatannya,
maka rencana kegiatannya mencakup tujuan dan langkahlangkah yang akan
dilakukan bidan dalam melakukan intervensi dalam rangka memecahkan masalah
termasuk rencana evaluasi. Berdasarkan hasil tersebut, maka langkah penulisan
rencana kegiatan adalah sebagai berikut :
a. Mencatat tujuan tindakan yang akan dilakukan
b. Mengemukakan sasaran dan hasil yang akan dicapai didalam tujuan tersebut
c. Mencatat langkah-langkah tindakan mencakup kegiatan yang dilakukan secara
mandiri, kegiatan kolaborasi, ataupun rujukan sesuai dengan tujuan masing-
masing yang sudah ditentukan.
d. Mencatat kriteria evaluasi dan keberhasilan.
Dalam rencana kegiatan juga dicatat kriteria evaluasi dan keberhasilan tindakan.
Kriteria evaluasi dan hasil tindakan perlu dicatat untuk mengukur keberhasilan dari
pelaksanaan asuhan yang dilakukan. Bila kegiatan asuhan mengikuti kriteria dan
mencapai hasil yang telah ditetapkan, maka masalah telah dapat diatasi dan apabila
terjadi kesenjangan atau ketidaksesuaian, maka bidan harus kembali langkah
pertama.
4. Pelaksanaan
Dalam melaksanakan rencana asuhan kebidanan, bidan harus bertindak sesuai
rencana yang sudah ditentukan. Pencatatan dalam pelaksanaan juga termasuk
penanganan kasus-kasus yang memerlukan tindakan diluar wewenang bidan
sehingga perlu dilakukan kegiatan kolaborasi atau rujukan. Selain itu, pengawasan
dan monitor kemajuan kesehatan pasien juga perlu dicatat.
5. Dalam evaluasi kegiatan, yang perlu dilaksanakan adalah mencatat proses
manajemen kebidanan. Evaluasi diperoleh dari tindakan pengukuran antara
keberhasilan dan rencana. Evaluasi juga dilakukan dengan membandingkan
keberhasilan dengan langkah-langkah manajemen lainnya. Hasil evaluasi dapat
dijadikan identifikasi atau analisis masalah selanjutnya bila diperlukan.

2.3. Masa Nifas


2.3.1. Pengertian
Masa nifas adalah masa setelah keluarnya placenta sampai alat-alat
reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung
selama 6 minggu atau 40 hari (IBI, 2016). Periode post natal adalah waktu
penyerahan dari selaput dan plasenta (menandai akhir dari periode intrapartum)
menjadi kembali ke saluran reproduktif wanita pada masa sebelum hamil. Periode
ini juga disebut puerperium (Varney, 2017).

2.3.2. Perubahan Fisiologis Masa Nifas


a. Sistem Kardiovaskular
Denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat segera setelah
melahirkan karena terhentinya aliran darah ke plasenta yang mengakibatkan
beban jantung meningkat yang dapat diatasi dengan haemokonsentrasi sampai
volume darah kembali normal, dan pembuluh darah kembali ke ukuran
semula.
b. Volume Darah
Perubahan pada volume darah tergantung pada beberapa variabel.Contohnya
kehilangan darah selama persalinan, mobilisasi dan pengeluaran cairan
ekstravaskular. Kehilangan darah mengakibatkan perubahan volume darah
tetapi hanya terbatas pada volume darah total. Kemudian, Perubahan cairan
tubuh normal mengakibatkan suatu penurunan yang lambat pada volume
darah.Dalam 2 sampai 3 minggu, setelah persalinan volume darah seringkali
menurun sampai pada nilai sebelum kehamilan.
c. Cardiac Output
Cardiac Output terus meningkat selama kala I dan kala II Persalinan.
Puncaknya selama masa nifas dengan tidak memerhatikan tipe persalinan dan
penggunaan anastesi.Cardiac output tetap tinggi dalam beberapa waktu
sampai 48 jam postpartum, ini umumnya mungkin diikuti dengan peningkatan
Stroke Voluma akibat dari peningkatan venosus return, bradicardi terlihat
selama waktu ini. Cardiac outputakan kembali pada keadaan semula seperti
sebelum hamil daalm 2-3 minggu. (Elisabet dan Endang ,2015)
d. Sistem Hematologi
Hari Pertama masa nifas kadar fibrinogen dan plasma sedikit menurun, tetapi
darah lebih kental dengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan
pembekuan darah (Elisabet dan Endang 2015).
e. Sistem Reproduksi
1. Uterus.
a) Pengerutan rahim (involusi)
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (berinvolusi)
hingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil (Mochtar, 2013).
Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena
kontraksi dan retraksi otot-ototnya. Fundus uteri ± 3 jari dibawah
pusat. Selama 2 hari berikutnya, besarnya tidak seberapa berkurang,
tetapi sesudah 2 hari ini uterus mengecil dengan cepat sehingga pada
hari ke 10 tidak teraba lagi dari luar. Seteah 6 minggu tercapai lagi
ukurannya yang normal (Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran UNPAD Bandung 1983).
Sedangkan menurut Mochtar (2013), menjelaskan mengenai
TFU dan berat uterus menurut masa involusi sebagai berikut :
Tinggi Fundus Uteri, Berat Uteri Menurut Involusi dan
Diameter Bekas Implantasi Uri
Tabel 2.8
Berat
Diameter bekas
Involusi Tinggi fundus uteri uterus
implantasi uri (cm)
(gram)
Bayi lahir Setinggi pusat 1000
Uri lahir 2 jari dibawah pusat 750
1 minggu Pertengahan pusat- 500 7,5 cm
sympisis
2 minggu Tak teraba atas 350 3,5 cm
sympisis
6 minggu Bertambah kecil 50 2,4 cm
8 minggu Sebesar normal 30 Akhirnya pulih
Sumber: Mochtar 2012 Sinopsis Obstetri

b) Lokhea
Lochea adalah cairan yang berasal dari kavum uteri dan
vagina dalam masa nifas (Mochtar, 2013).
Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa
nifas.Lokhea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang
nekrotik dari dalam uterus (Sulistyawati, 2010).
Lokhea mempunyai reaksi basa atau alkalis yang dapat
membuat organisme berkembang daripada kondisi asam yang ada
pada vagina normal. Lokhea berbau amis/anyir dengan volume yang
berbeda-beda pada setiap wanita.Lokhea yang berbau tidak sedap
menandakan adanya infeksi. Lokhea mempunyai perbedaan warna
dan volume karena adanya proses involusi.
Lokhea dibedakan menjadi 4 jenis berdasarkan warna dan
waktu keluarnya:
(a) Lokhea rubra/ merah
Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa
postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi
darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak
bayi, lanugo, dan mekonium.
(b) Lokhea sanguinolenta
Lokhea ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir, serta
berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 postpartum.
(c) Lokhea serosa
Lokhea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung
serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta.Keluar
pada hari ke-7 sampai hari ke-14.
(d) Lokhea alba/putih
Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel,
selaput lendir serviks, dan selaput jaringan yang mati. Lokhea
alba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggupostpartum.
Lokhea yang menetap pada awal periode postpartum
menunjukkan adanya tanda-tanda perdarahan sekunder yang
mungkin disebabkan oleh tertinggalnya sisa atau selaput
plasenta. Lokhea alba atau serosa yang berlanjut dapat
menandakan adanya endometritis, terutama bila disertai
dengan nyeri pada abdomen dan demam. Bila terjadi infeksi,
akan keluar cairan nanah berbau busuk yang disebut dengan
“lokhea purulenta”. Pengeluaran lokhea yang tidak lancar
disebut dengan “lokhea statis”.
(e) Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Perubahan
perubahan yang terdapat pada serviks postpartum adalah
bentuk serviks yang akan menganga seperti corong. Bentuk
ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan
kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga
seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks uteri
berbentuk semacam cincin.Warna serviks sendiri berwarna
merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah.
Beberapa hari setelah persalinan, ostium eksternum
dapat dilalui oleh 2 jari, pinggir-pinggirnya tidak rata, tetapi
retak-retak karena robekan dalam persalinan.Pada akhir
minggu pertama hanya dapat dilalui oleh 1 jari saja, dan
lingkaran retraksi berhubungan dengna bagian atas dari
kanalis servikalis.
Pada serviks terbentuk sel-sel otot baru yang
mengakibatkan serviks memanjang seperti celah.Walaupun
begitu, setelah involusi selesai, ostium eksternum tidak serupa
dengan keadaan sebelum hamil.Pada umumnya ostium
eksternum lebih besar dan tetap terdapat retak-retak dan
robekan-robekan pada pinggirnya, terutama pada pinggir
sampingnya. Oleh karena itu robekan ke samping ini
terbentuklah bibir depan dan bibir belakang pada serviks
(Sunarsih, 2011).
c) Vagina dan perineum
Estrogen pascapartum yang menurun berperan dalam
penipisan mukosa vagina hilangnya rugae. Vagina yang semula
sangat meregang akan kembali secara bertahap pada ukuran
sebelum hamil selama 6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan
kembali terlihat sekitar minggu keempat, walaupun tidak akan
menonjol pada wanita nulipara. Pada umumnya rugae akan
memipih secara permanen. Mukosa tetap atrofik pada wanita
yang menyusui sekurang-kurangnya sampai menstruasi dimulai
kembali, Penebalan mukosa yang terjadi seiring pemulihan fungsi
ovarium (Sunarsih, 2011).

f. Perubahan sistem pencernaan


Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan,
antara lain :
1. Nafsu Makan
Ibu biasanya lapar segera setelah melahirkan, sehingga ia boleh
mengkonsumsi makanan ringan. Ibu sering kali cepat lapar setelah
melahirkan dan siap makan pada 1-2 jam post primordial. Setelah benar-
benar pulih dari efek analgesia, anestesia, dan keletiham, kebanyakan ibu
merasakan sangat lapar.
2. Pengosongan Usus
Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama 2-3 hari setelah ibu
melahirkan.Kebiasaan pengosongan usus secara regular perlu dilatih
kembali untuk merangsang pengosongan usus.Sistem pencernan pada
masa nifas membutuhkan waktu yang berangsur-angsur untuk kembali
normal.
3. Motiliitas
Penurunan tonus dan motilitas otot taktus cerna menetap selama waktu
yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anastesia bias
memperlambat pengembalian tonus dan mobilitas ke keadaan
normal.Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali teratur
antara lain :
1) Pemberian makanan yang mengandung serat
2) Pemberian cairan yang cukup
3) Pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir

g. Perubaahan Sistem Perkemihan


Pascapartum, kandung kemih mengalami peningkatan kapasitas dan relative
tidak sensitif terhadap tekanan intravesika. Jadi, overdistensi, pengosongan
yang tidak sempurna, dan residu urin yang berlebihan bisa terjadi.Ureter yang
berdilatasi dan pelvis renal kembali ke keadaan sebelum hamil dalam 2
sampai 8 minggu setelah pelahiran (Cunningham dkk, 2016).

1.1.3. Perubahan Psikologis Masa Nifas


a. Periode taking in
1. Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu baru pada umumnya
pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan
tubuhnya.
2. Ia mungkin akan mengulang-ulang menceritakan pengalamannya waktu
melahirkan.
3. Tidur tanpa gangguan sangat penting untuk mengurangi gangguan
kesehatan akibat kurang istirahat.
4. Peningkatan nutrisi dibutuhkan untuk mempercepat pemulihan dan
penyembuhan luka, serta persiapan proses laktasi aktif (Dewi, Sunarsih,
Tri, 2011).
b. Periode Taking On
1. Periode ini berlangsung pada hari ke2-4 post partum.
2. Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orangtua yang sukses
dan meningkatkan tanggung jawab terhadap bayi.
3. Ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, BAB, BAK, serta
kekuatan dan ketahanan tubuhnya.
4. Ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan perawatan bayi,
misalnya menggendong, memandikan, memasang popok, dan sebagainya.
5. Pada masa ini, ibu biasanya agak sensitive dan tidak mahir dalam
melakukan hal-hal tersebut.
6. Pada tahap ini bidan harus tanggap terhadap kemungkinan perubahan yang
terjadi.
7. Tahap ini merupakan waktu yang tepat bagi bidan untuk memberikan
bimbingan cara perawatan bayi (Dewi, Sunarsih, Tri, 2011).
c. Periode Letting Go
Fase ini umumnya terjadi setelah ibu baru kembali kerumah. Ibu sudah
menerima tanggung jawab untuk beradaptasi terhadap kebutuhan,
ketergantungan bayinya dan beradaptasi terhadap penurunan otonomi,
kemandirian dan interakasi social.
1) Postpartum blues
Pada masa postpartum, perasaan ibu pada hari pertama atau kedua
setelah kelahiran bayi meliputi kegembiraan yang luar biasa atau
perasaan yang lebih baik. Akan tetapi, 75-80% ibu sering diikuti rasa
sedih. Hal ini sering dinamakan postpartum blues yang terjadi 10-15 hari
postpartum. Pada saat ini, ibu mengalami keedihan emosi, labil, lebih
mudah menangis, gelisah, lelah, susah tidur, dan mudah marah.
2) Depresi postpartum
Menurut wood at al (1997) ciri-ciri yang ditunjukkan ibu yang
mengalami depresi postpartum, antara lain perasaan gagal, perasaan bersalah
pada saat melahirkan,kesepian,dan rendahnya status social. Ibu mengalami
good day and bad day(Dewi, Sunarsih, Tri, 2011).

2.3.4.Kebutuhan Dasar Pada Ibu Nifas


a. Nutrisi dan Cairan
Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi seimbang, terutama
kebutuhan kalori dan karbohidrat. Gizi ibu nifas sangat erat kaitannya dengan
produksi air susu yang di butuhkan untuk tumbuh kembang bayi. Ibu nifas
tidaklah terlalu ketat dalam mengatur nutrisinya, yang terpenting adalah
makanan yang menjamin pembentukan air susu yang berkualitas dalam
jumlah yang cukup.
Kebutuhan kalori harus proposional dengan jumlah air susu ibu yang
dihasilkan dan lebih tinggi selama menyusui di banding selama hamil. Rata-
rata kandungan kalori ASI yang di hasilkan ibu dengan nutrisi yang baik
adalah 70 kal/ 100ml dan kira-kira 85kal yang di butuhkan ibu untuk 100ml
ASI yang di hasilkan. Ibu memerlukan tambahan 20gr protein di atas
kebutuhan normal. Protein di perlukan untuk pertumbuhan dan pergantian sel
yang rusak dan mati.
Nutrisi lain yang perlukan adalah asupan cairan. Ibu di anjurkan minum
2-3 liter per hari dalam bentuk air putih, susu, dan jus buah. Mineral, air dan
vitamin di gunakan untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit dan
mengatur metabolisme dalam tubuh. Pil zat besi atau Fe harus diminum untuk
menambah zat gizi setidaknya setelah melahirkan. Minum kapsul vitamin A
(200.000 unit) sebanyak 2 kali yaitu pada 1 jam setelah melahirkan dan 24 jam
setelahnya agar dapat memberikan vitamin A pada bayinya melalui ASI.
1) Ambulansi
Pada persalinan normal sebaiknya ambulasi di kerjakan setelah 2
jam ( ibu boleh miring ke kiri atau ke kanan). Keuntungan lain dari
ambulasi dini adalah :
1. Ibu merasa lebih sehat dan kuat
2. Faal usus dan kandung kemih yang lebih baik
3. Kesempatan yang baik untuk mengajari ibu merawat atau
memelihara anaknya.
4. Tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal
5. Tidak mempengaruhi penyembuhan luka episiotomi atau luka di
perut.
6. Tidak memperbesar kemungkinan prolaps atau retroflexio.
2) Eliminasi
Buang air besar harus ada dalam 3 hari setalah melahirkan. Bila ada
konstipasi dan timbul koprostase hingga skibala (feses yang mengeras)
tertimbun di rektum, mungkin akan terjadi febris. Bila terjadi hal demikian
dapat dilakukan klisma atau diberi laksan peroral. Pengeluaran cairan lebih
banyak pada waktu persalinan sehingga dapat mempengaruhi terjadinya
konstipasi. Biasanya 2-3 hari postpartum masih susah BAB, maka
sebaiknya di berikan laksan atau paraffin (1-2 postpartum), atau pada hari
ke 3 di beri laksan supositoria dan minum air hangat.
3) Kebersihan diri
Karena keletihan dan kondisi psikis yang belum stabil, biasanya ibu
post partum masih belum cukup kooperatif untuk membersihkan dirinya.
Bidan harus bijaksana dalam memberikan motivasi ini tanpa mengurangi
keaktifan ibu untuk melakukan personal hygiene secara mandiri. Pada
tahap awal, bidan dapat melibatkan keluarga dalam perawatan kebersihan
ibu.
4) Istirahat
Ibu postpartum sangat membutuhkan istirahat yang berkualitas untuk
memulihkan kembali keadaan fisiknya. Keluarga disarankan untuk
memberikan kesempatan kepada ibu untuk beristirahat yang cukup sebagai
persiapan untuk energi menyusu ibayinya nanti.
Kurang istirahat pada ibu postpartum akan mengakibatkan beberapa
kerugian, misalnya :
1) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
2) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
3) Menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat bayi dan
dirinya sendiri.
5) Seksual
Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau diajarinya kedalam
vagina tanpa rasa nyeri. Banyak budaya dan agama yang melarang untuk
melakukan hubungan seksual sampai masa waktu tertentu misalnya setelah
40 hari atau 6 minggu setelah kelahiran. Keputusan bergantung pada
pasangan yang bersangkutan.
6) Latihan / SenamNifas
Untuk mencapai hasil pemulihan otot yang maksimal sebaiknya
latihan masa nifas dilakukan seawal mungkin dengan catatan ibu menjalani
persalinan dengan normal dan tidak berpenyulit postpartum (Dewi, dkk.
2012).

2.3.5. Senam Nifas


a. Pengertian Senam Nifas
Senam nifas adalah latihan gerak yang dilakukan secepat mungkin setelah
melahirkan, supaya otot-otot yang mengalami peregangan selama kehamilan
dan persalinan dapat kembali kepada kondisi normal seperti semula (Sukaryati
dan Maryunani, 2011).
Menurut Widianti dan Proverawati (2010), senam nifas adalah latihan
jasmani yang dilakukan oleh ibu-ibu setelah melahirkan, dimana fungsinya
adalah untuk mengembalikan kondisi kesehatan, untuk mempercepat
penyembuhan, mencegah timbulnya komplikasi, memulihkan dan
memperbaiki regangan pada otot-otot setelah kehamilan, terutama pada otot-
otot bagian punggung, dasar panggul dan perut.
b. Tujuan Senam Nifas
Menurut Walyani dan Purwoastuti (2015), tujuan dilakukannya senam
nifas pada ibu setelah melahirkan adalah:
1) Membantu mempercepat pemulihan keadaan ibu
2) Mempercepat proses involusi uterus dan pemulihan fungsi alat
kandungan
3) Membantu memulihkan kekuatan dan kekencangan otot-otot panggul,
perut dan perineum terutama otot yang berkaitan selama kehamilan dan
persalinan
4) Memperlancar pengeluaran lochea
5) Membantu mengurangi rasa sakit pada otot-otot setelah melahirkan
Merelaksasi otot-otot yang menunjang proses kehamilan dan persalinan
Meminimalisir timbulnya kelainan dan komplikasi nifas, misalnya
emboli, trombosia, dan lain-lain

c. Manfaat Senam Nifas


Manfaat senam nifas secara umum menurut Sukaryati dan Maryunani
(2011), adalah sebagai berikut:
1) Membantu penyembuhan rahim, perut, dan otot pinggul yang mengalami
trauma serta mempercepat kembalinya bagian-bagian tersebut ke bentuk
normal
2) Membantu menormalkan sendi-sendi yang menjadi longgar diakibatkan
kehamilan dan persalinan, serta mencegah pelemahan dan peregangan
lebih lanjut
3) Menghasilkan manfaat psikologis yaitu menambah kemampuan
menghadapi stres dan bersantai sehingga mengurangi depresi pasca
persalinan

d. Kontra Indikasi Senam Nifas


Ibu yang mengalami komplikasi selama persalinan tidak diperbolehkan
untuk melakukan senam nifas dan ibu yang keadaan umumnya tidak baik
misalnya hipertensi, pascakejang dan demam (Wulandari dan Handayani,
2011). Demikian juga ibu yang menderita anemia dan ibu yang mempunyai
riwayat penyakit jantung dan paru-paru seharusnya tidak melakukan senam
nifas (Widianti dan Proverawati, 2010).

e. Waktu Dilakukan Senam Nifas


Senam ini dilakukan pada saat ibu benar-benar pulih dan tidak ada
komplikasi obstetrik atau penyulit masa nifas (misalnya hipertensi,
pascakejang, demam). Senam nifas sebaiknya dilakukan dalam waktu 24 jam
setelah melahirkan, kemudian dilakukan secara teratur setiap hari. Dengan
melakukan senam nifas sesegera mungkin, hasil yang didapat diharapkan
dapat optimal dengan melakukan secara bertahap. Senam nifas sebaiknya
dilakukan di antara waktu makan. Melakukan senam nifas setelah makan
membuat ibu merasa tidak nyaman karena perut masih penuh. Sebaliknya jika
dilakukan di saat lapar, ibu tidak akan mempunyai tenaga dan lemas. Senam
nifas bisa dilakukan pagi atau sore hari. Gerakan senam nifas ini dilakukan
dari gerakan yang paling sederhana hingga yang tersulit (Marmi, 2012).

f. Kerugian Bila Tidak Melakukan Senam Nifas


Kerugian bila tidak melakukan senam nifas menurut Sukaryati dan
Maryunani (2011), antara lain : 1) Infeksi karena involusi uterus yang tidak
baik sehingga sisa darah tidak dapat dikeluarkan 2) Perdarahan yang
abnormal, kontraksi uterus baik sehingga resiko perdarahan yang abnormal
dapat dihindarkan 3) Trombosis vena (sumbatan vena oleh bekuan darah) 4)
Timbul varises.

g. Pelaksanaan Senam Nifas


Sebelum melakukan senam nifas, sebaiknya bidan mengajarkan kepada
ibu untuk melakukan pemanasan terlebih dahulu. Pemanasan dapat dilakukan
dengan melakukan latihan pernapasan dengan cara menggerak-gerakkan kaki
dan tangan secara santai. Hal ini bertujuan untuk menghindari kejang otot
selama melakukan gerakan senam nifas. Senam nifas sebaiknya dilakukan
dalam waktu 24 jam setelah melahirkan, kemudian dilakukan secara teratur
setiap hari (Widianti dan Proverawati, 2010).
Ada berbagai versi gerakan senam nifas, meskipun demikian tujuan dan
manfaatnya sama, berikut ini merupakan metode senam yang dapat dilakukan
mulai hari pertama sampai dengan hari keenam setelah melahirkan menurut
Sukaryati dan Maryunani (2011) yaitu:
1) Hari pertama Berbaring dengan lutut ditekuk. Tempatkan tangan di atas
perut di bawah area iga-iga. Napas dalam dan lambat melalui hidung tahan
hingga hitungan ke-5 atau ke-8 dan kemudian keluarkan melalui mulut,
kencangkan dinding abdomen untuk membantu mengosongkan paru-paru.
Lakukan dalam waktu 5-10 kali hitungan.
2) Hari kedua Berbaring terlentang, lengan dikeataskan diatas kepala, telapak
terbuka keatas. Kendurkan lengan kiri sedikit dan renggangkan lengan
kanan. Pada waktu yang bersamaan rilekskan kaki kiri dan renggangkan
kaki kanan sehingga ada regangan penuh pada seluruh bagian kanan tubuh.
Lakukan 5-10 kali gerakan.
3) Hari ketiga Sikap tubuh terlentang tapi kedua kaki agak dibengkokan
sehingga kedua telapak kaki menyentuh lantai. Lalu angkat pantat ibu dan
tahan hingga hitungan ke-3 atau ke-5 lalu turunkan pantat ke posisi semula
dan ulangi gerakan hingga 5-10 kali.
4) Hari keempat Sikap tubuh bagian atas terlentang dan kaki ditekuk ±45º
kemudian salah satu tangan memegang perut setelah itu angkat tubuh ibu
±45º dan tahan hingga hitungan ke-3 atau ke-5. Lakukan gerakan tersebut
5-10 kali.
5) Hari kelima Sikap tubuh masih terlentang kemudian salah satu kaki ditekuk
±45º kemudian angkat tubuh dan tangan yang berseberangan dengan kaki
yang ditekuk usahakan tangan menyentuh lutut. Gerakan ini dilakukan
secara bergantian dengan kaki dan tangan yang lain. Lakukan hingga 5-10
kali.
6) Hari keenam Sikap tubuh terlentang kemudian tarik kaki sehingga paha
membentuk sudut ±90º lakukan secara bergantian dengan kaki yang lain.
Lakukan 5-10 kali.

h. Persiapan Senam Nifas


Sebelum melakukan senam nifas ada hal-hal yang perlu dipersiapkan
yaitu sebagai berikut:
1) Memakai baju yang nyaman untuk berolahraga
2) Persiapkan minum, sebaiknya air putih
3) Bisa dilakukan di matras atau tempat tidur
4) Ibu yang melakukan senam nifas di rumah sebaiknya mengecek denyut
nadinya dengan memegang pergelangan tangan dan merasakan adanya
denyut nadi kemudian hitung selama satu menit penuh. Frekuensi nadi
yang normal adalah 60-90 kali per menit
5) Boleh diiringi dengan musik yang menyenangkan
6) Petunjuk untuk bidan atau tenaga kesehatan yang mendampingi ibu
untuk melakukan senam nifas: perhatikan keadaan umum ibu dan
keluhan-keluhan yang dirasakan, pastikan tidak ada kontra indikasi dan
periksa tanda vital secara lengkap untuk memastikan pulihnya kondisi
ibu yaitu tekanan darah, suhu pernafasan, dan nadi. Perhatikan pula
kondisi ibu selama senam. Tidak perlu memaksakan ibu jika tampak
berat dan kelelahan. Anjurkan untuk minum air putih jika diperlukan.
i. Pengaruh Senam Nifas Terhadap Penurunan Tinggi Fundus Uteri
Pada saat hamil beberapa otot mengalami penguluran, terutama otot
rahim dan perut. Setelah melahirkan, rahim tidak secara cepat kembali ke
seperti semula, tetapi melewati proses untuk mengembalikan ke kondisi semula
diperlukan suatu senam, yang dikenal dengan senam nifas (Huliana dalam
Sukaryati dan Maryunani, 2011).
Senam nifas merupakan serangkaian gerakan tubuh yang dilakukan oleh
ibu setelah melahirkan yang bertujuan untuk memulihkan dan mempertahankan
kekuatan otot yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan. Latihan
pada otot dasar panggul akan merangsang serat-serat saraf pada otot uterus yaitu
serat saraf simpatis dan parasimpatis yang menuju ganglion cervicale dari
frankenhauser yang terletak di pangkal ligamentum sacro uterinum.
Rangsangan yang terjadi pada ganglion ini akan menambah kekuatan
kontraksi uterus. Dengan adanya kontraksi dan retraksi dari uterus yang kuat
dan terus menerus dari latihan otot-otot tersebut maka akan menambah kekuatan
uterus dalam proses involusi sehingga penurunan tinggi fundus uteri
berlangsung lebih cepat dari pada yang tidak senam. Selain itu latihan otot perut
akan menyebabkan ligamen dan fasia yang menyokong uterus akan
mengencang.
Ligamentum rotundum yang kendor akan kembali sehingga letak uterus
yang sebelumnya retrofleksi akan kembali pada posisi normal yaitu menjadi
antefleksi (Polden, 2007). Hal ini didukung oleh penelitian Kuswati (2014)
yaitu dengan adanya kontraksi uterus yang kuat dan terus menerus, akan lebih
membantu kerja uterus dalam mengompresi pembuluh darah dan proses
hemostatis. Proses ini akan membantu menurunkan tinggi fundus uteri. Hal ini
karena salah satu manfaat senam nifas adalah mempercepat involusi uterus yang
dapat diukur dari penurunan tinggi fundus uteri (Sukaryati dan Maryunani,
2011).

2.3.6. Konsep Perawatan Payudara


a. Definisi Perawatan
Payudara perawatan payudara (Breast Care) adalah suatu cara merawat
payudara yang dilakukan pada saat kehamilan atau masa nifas untuk produksi
ASI, selain itu untuk kebersihan payudara dan bentuk puting susu yang masuk
ke dalam atau datar. Puting susu demikian sebenarnya bukanlah halangan bagi
ibu untuk menyusui dengan baik dengan mengetahui sejak awal, ibu
mempunyai waktu untuk mengusahakan agar puting susu lebih mudah sewaktu
menyusui. Disamping itu juga sangat penting memperhatikan kebersihan
personal hygiene (Rustam, 2009).
Payudara adalah pelengkap organ reproduksi wanita dan pada masa
laktasi akan mengeluarkan air susu. Payudara mungkin akan sedikit berubah
warna sebelum kehamilan, areola (area yang mengelilingi puting susu) biasanya
berwarna kemerahan, tetapi akan menjadi coklat dan mungkin akan mengalami
pembesaran selama masa kehamilan dan masa menyusui (Manuaba, 2011).

b. Tujuan Perawatan Payudara


Perawatan Payudara pasca persalinan merupakan kelanjutan perawatan
payudara semasa hamil, mempunyai tujuan antara lain:
1) Untuk menjaga kebersihan payudara sehingga terhindar dari infeksi.
2) Untuk mengenyalkan puting susu, supaya tidak mudah lecet.
3) Untuk menonjolkan puting susu.
4) Menjaga bentuk buah dada tetap bagus
5) Untuk mencegah terjadinya penyumbatan
6) Untuk memperbanyak produksi ASI
7) Untuk mengetahui adanya kelainan (Notoadmojo, 2008).

c. Tehnik Perawatan Payudara


Beberapa Keadaan Yang Berkaitan Dengan Teknik dan Saat Perawatan
Payudara antara lain :
1) Puting Lecet
a) Untuk mencegah rasa sakit, bersihkan puting susu dengan air
hangat ketika sedang mandi dan janganmenggunakan sabun,
karena sabun bisa membuat puting susu kering dan iritasi.
b) Pada ibu dengan puting susu yang sudah menonjol dan tanpa
riwayat abortus, perawatnnya dapat dimulai pada usia kehamilan 6
bulan atas.
c) Ibu dengan puting susu yang sudah menonjol dengan riwayat
abortus, perawatannya dapat dimulai pada usia kehamilan diatas 8
bulan.
d) Pada puting susu yang mendatar atau masuk kedalam,
perawatannya harus dilakukan lebih dini, yaitu usia kehamilan 3
bulan, kecuali bila ada riwayat abortus dilakukan setelah usia
kehamilan setelah 6 bulan.Cara perawatan puting susu datar atau
masuk Ke dalam Antara Lain:
a. Puting susu diberi minyak atau baby oil.
b. Letakkan kedua ibu jari diatas dan dibawah puting.
c. Pegangkan daerah areola dengan menggerakan kedua ibu jari
kearah atas dan kebawah ± 20 kali (gerakannya kearahluar)
d. Letakkan kedua ibu jari disamping kiri dan kanan puting susu
e. Pegang daerah areola dengan menggerakan kedua ibu jari kearah
kiri dan kekanan ± 20 kali( Saiffudin, 2010).

2) Penyumbatan Kelenjar Payudara


Sebelum menyusui, pijat payudara dengan lembut, mulailah dari
luar kemudian perlahan-lahan bergerak ke arah puting susu dan lebih
berhati-hatilah pada area yang mengeras. Menyusui sesering mungkin
dengan jangka waktu selama mungkin, susui bayi dengan payudara
yang sakit jika ibu kuat menahannya, karena bayi akan menyusui
dengan penuh semangat pada awal sesi menyusui, sehingga bisa
mengeringkannya dengan efektif. Lanjutkan dengan mengeluarkan air
susu ibu dari payudara itu setiap kali selesai menyusui jika bayi belum
benar-benar menghabiskan isi payudara yang sakit tersebut. Tempelkan
handuk halus yang sudah dibasahi dengan air hangat pada payudara
yang sakit beberapa kali dalam sehari atau mandi dengan air hangat
beberapa kali, lakukan pemijatan dengan lembut di sekitar area yang
mengalami penyumbatan kelenjar susu dan secara perlahan-lahan turun
ke arah puting susu (Prawirohardjo, 2010).

d. Teknik Dan Cara Perawatan Payudara


1. Tehnik Pengurutan Payudara
Tehknik dan Cara pengurutan payudara di Paparkan Oleh Siti, 2012 antara
lain:
d. Massase
Pijat sel-sel pembuat ASI dan saluran ASI tekan 2-4 jari ke
dinding dada, buat gerakan melingkar pada satu titik di area
payudara Setelah beberapa detik pindah ke area lain dari payudara,
dapat mengikuti gerakan spiral. mengelilingi payudarake arah puting
susu ataugerakan lurus dari pangkal payudara ke arah puting susu.
b. Stroke
1) Mengurut dari pangkal payudara sampai ke puting susu dengan
jarijari atau telapak tangan.
2) Lanjutkan mengurut dari dinding dada kearah payudara
diseluruh bagian payudara.
3) Ini akan membuat ibu lebih rileks dan merangsang pengaliran
ASI (hormon oksitosin).
c. Shake (goyang)
Dengan posisi condong kedepan, goyangkan payudara dengan
lembut, biarkan gaya tarik bumi meningkatkan stimulasi pengaliran.
Cara Pengurutan Payudara Cara Pengurutan payudara di Paparkan
Oleh Prawirohardjo, 2010 dapat di lakukan dengan cara sebagai
berikut :
1) Pengurutan Pertama
a) Licinkan telapak tangan dengan sedikit minyak/baby oil.
b) Kedua tangan diletakkan diantara kedua payudara ke arah
atas, samping, bawah, dan melintang sehingga tangan
menyangga payudara, lakukan 30 kali selama 5 menit.
2) Pengurutan kedua
a) Licinkan telapak tangan dengan minyak/baby oil.
b) Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari-jari
tangan kanan saling dirapatkan Sisi kelingking tangan kanan
memegang payudara kiri dari pangkal payudara kearah
puting, demikian pula payudara kanan lakukan 30 kali
selama 5 menit (Manuaba, 2010).
3) Pengurutan ketiga
a) Licinkan telapak tangan dengan minyak
b) Telapak tangan kiri menopang payudara kiri.Jari-jari tangan
kanan dikepalkan, kemudian tulang kepalantangan kanan
mengurut payudara dari pangkal ke arah puting susulakukan
30 kali selama 5 menit
BAB III
TINJAUAN KASUS

Tanggal : 24 Mei 2021


Waktu : 16.00 WIB
A. PENGKAJIAN
1) Kepala Keluarga
Nama KK : Tn “S”
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 53 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : TNI-AD
Suku/Bangsa : Jawa /Indonesia
Alamat : RT 01 RW 01 Desa Ketapangkuning
Kecamatan Ngusikan Kabupaten Jombang

2) Biodata Anggota Keluarga


No. Nama Umur JK Agama Hubungan Pendidikan Pekerja
Keluarga an
1. Tn “R” 35 th L Islam KK SMA Swasta

2. Ny “S” 34 th P Islam Istri SMA IRT

3. An “F” 8 th L Islam Anak TK Pelajar

4 An “R” 2 mg P Islam Anak - -


3) Genogram

Keterangan :
Perempuan

Laki – Laki

Hubungan Keluarga

Tinggal Satu Rumah

4) Kebiasaan Keluarga Sehari-hari

5) Lingkungan Perumahan
a. Perumahan
Rumah yang ditempati Tn. “R” adalah rumah milik sendiri, luas rumah 6 ×
15 m2
b. Jenis bangunan
Lantai rumah dari semen, dinding tembok, ventilasi jendela terbuka,
penerangan dari listrik dan cahaya matahari yang masuk cukup.
c. Kebersihan
Halaman rumah bersih, lantai rumah bersih dan tidak lembab
d. Pemakaian air
Sumber air berasal dari air sumur dengan status milik sendiri
e. Jamban keluarga
Jamban keluarga adalah jenis leher angsa dengan jarak septi tank < 5 m, dan
kamar mandi milik sendiri
f. Pembuangan air limbah
Pembuangan air limbah rumah tangga melalui selokan terbuka yang
mengalir
g. Pembuangan sampah
Sampah dibuang di lubang sampah dan kemudian dibakar di halaman
belakang rumah

6) Status Kesehatan Keluarga


a Imunisasi
Hb 0 : sudah didapat
BCG + Polio 1 : sudah didapat
DPT1 + Polio 2 : sudah didapat
DPT2 + Polio 3 : sudah didapat
b Keluarga Berencana
Ibu menggunakan kontrasepsi KB suntik 3 bulan
c Keadaan gizi keluarga
Pertumbuhan fisik keluarga baik, berat badan sesuai dengan umur
d Penyakit yang diderita keluarga
e Keadaan ibu saat ini baik-baik saja dan tidak ada keluhan begitu juga
keadaan bapak sehat, tidak merokok, keadaan anaknya juga baik tidak ada
penyakit menular (HIV, TBC), menurun (Kencing manis, diabetes),
menahun (Ginjal, jantung)
f Pemanfaatan fasilitas kesehatan
Bila ada anggota keluarga yang sakit dibawa ke Bidan yang dekat dengan
tempat tinggal. Pemeriksaan kehamilan dilakukan di bidan baik kelahiran
maupun atau proses persalinan.

B. ANALISA DATA
Tanggal : 18 Oktober 2022
Jam : 16.15 WIB
Dx : Ny. S usia 34 tahun dengan ibu nifas normal P2A0 postpartum minggu
ke 2 normal.
Ds : Ibu mengatakan ASI keluar sedikit.
Do : Bayi berusia 2 minggu minum ASI dan susu formula.
Ada KMS

C. Prioritas Masalah
Ketidaktahuan ibu tentang perawatan payudara dan teknik menyusui yang benar :
No. Kriteria Penilaian Skor Pembenaran
1. Sifat Masalah 2/3 x 1 2/3 Ibu tidak mengetahui
tentang ASI ekslusif,
perawatan payudara dan
teknik menyusui yang
benar.
2. Kemungkinan masalah 2/2 x 2 2 Keluarga dapat
dapat di ubah dengan menerima penjelasan
mudah yang diberikan
3. Potensi masalah untuk 2/3 x 1 2/3 Keinginan keluarga
diubah tinggi untuk mengetahui
tentang manfaat ASI
ekslusif, perawatan
payudara, dan teknik
menyusui yang benar
4. Masalah yang menonjol 0/2 x 1 0 Masalah tidak dirasakan
harus segera ditangani
Total 2 4/3

D. Perencanaan
Tanggal : 18 Oktober 2023
Jam : 16.15 WIB
Dx : Ny. “S” usia 34 tahun dengan kurangnya pengetahuan ibu tentang
manfaat ASI ekslusif, perawatan payudara pada masa nifas.
Ds : Ibu mengatakan tidak pernah melakukan perawatan payudara, ASI keluar
sedikit
Do : Bayi berusia 2 minggu minum ASI dan susu formula.
Ada KMS
Tujuan : ibu mengetahui manfaat ASI ekslusif, perawatan payudara pada masa
nifas, dan teknik menyusui yang benar.
Kriteria hasil : ibu dapat menjelaskan kembali penjelasan yang diberikan
sehubungan dengan manfaat perawatan payudara dan teknik menyusui
yang benar.

Intervensi :
1. Beritahu ibu manfaat perawatan payudara
R/ agar ibu mengerti manfaat perawatan payudara pada masa nifas
2. Ajarkan ibu cara menyusui yang benar
R/ agar bayi terpenuhi nutrisinya dengan cukup dan mengurangi keluhan akibat
posisi menyusui yang salah.
3. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesring mungkin sampai bayi berusia 6
bulan dan maksimal sampai usia 2 tahun
R/ dengan isapan bayi pada payudara ibu dapat merangsang pengeluaran hormon
oksitosin yang membantu involusio uteri dan kebutuhan nutrisi bayi terpenuhi
serta mengurangi pengeluaran biaya susu formula.
4. Beritahu ibu dampak tidak diberikani ASI eksklusif
R/ agar ibu mengerti dampak tidak diberikan ASI eksklusif
5. Beritahu ibu kecukupan nutrisi bagi ibu nifas.
R/ agar ibu dapat mencukupi nutrisinya selama masa nifas dan menyusui
sehingga produksi ASI tercukupi.

E. IMPLEMENTASI
Tanggal : 18 Oktober 2023
Waktu : 16.20 WIB
Dx : Ny. “S” usia 34 tahun dengan kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI
ekslusif, manfaat perawatan payudara pada masa nifas.
Ds : Ibu mengatakan bayi minum ASI dan susu formula, ibu tidak pernah
melakukan perawatan payudara.
Do : Anak berusia 2 minggu.
Ada KMS
1. Menjelaskan tujuan kunjungan dan membuat janji untuk melakukan
kunjungan dengan wawancara dan pengamatan
2. Memberi penyuluhan tentang pentingnya ASI eksklusif
3. Menjelaskan manfaat ASI eksklusif jika diberikan pada bayi
4. Menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan saat meneteki
5. Menjelaskan manfaat dari melakukan perawatan payudara
6. Menjelaskan manfaat mencukupi kebutuhan nutrisi ibu nifas

F. EVALUASI
Tanggal : 18 Oktober 2023
Waktu : 16.20 WIB
Dx : Ny. “S” usia 34 tahun dengan kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI ekslusif
dan perawatan payudara.
Ds : Ibu mengatakan tidak memberi ASI eksklusif pada anaknya. Bayi minum ASI
dan susu formula.
Do : Bayi berusia 2 minggu.
Ada KMS
S : Ibu mengerti dengan penjelasan petugas tentang pentingnya ASI eksklusif,
manfaat perawatan payudara.
O : Keluarga kooperatif terhadap penjelasan yang diberikan oleh petugas kesehatan
dan ingin membahas dulu dengan keluarga
A : Ny. “S” usia 34 tahun P2A0 postpartum 2 minggu dengan kurangnya
pengetahuan ibu tentang ASI ekslusif, perawatan payudara.
P : keluarga Tn.”R” bersedia mendukung ibu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi
ibu dan bayi nya dan mendukung ibu untuk memberikan ASI ekslusif pada bayi.
BAB V
PEMBAHASAN

Bidan di komunitas (community midwifery) adalah bidan yang bekerja disuatu


lokasi atau daerah atau area tertentu. Kebidanan komunitas adalah konsep dasar bidan
dalam melayani keluarga dan masyarakat. Pelayanan kebidanan komunitas adalah upaya
yang dilakukan bidan untuk pemecahan terhadap masalah kesehatan ibu dan anak balita
dalam keluarga dan masyarakat (Ambarwati, 2012). Asuhan kebidanan pada keluarga Tn.
“R” dilakukan setelah melaksanakan penerapan teori yang digunakan sebagai landasan
dalam melakukan manajemen kebidanan pada Ny. “S” usia 34 tahun dengan kurangnya
pengetahuan ibu tentang ASI ekslusif dan perawatan payudara.
Dalam pengkajian Ny”S” P2A0 postpartum hari ke-14, dalam pengkajian ini
pemeriksa melakukan wawancara dengan menanyakan keluhan, riwayat menstruasi,
riwayat kehamilan dan nifas yang lalu, riwayat kesehatan, riwayat psikososial ekonomi,
riwayat KB, dan pola nutrisi. Keluhan utama Ny.”S” adalah ASI keluar sedikit, sehingga
ibu memberikan susu formula pada bayinya. Data obyektif yang didapatkan pada
pemeriksaan Ny”S” kesadaran: Composmentis, tekanan darah: 110/80 mmHg, Nadi: 83
x/menit, RR: 20x/ menit, suhu: 36,4 C.
Mengantisipasi masalah kesehatan yang mungkin terjadi yaitu dengan memberikan
pendidikan kesehatan pada keluarga seperti manfaat ASI ekslusif, nutrisi pada ibu nifas,
dan mengajarkan ibu perawatan payudara. Menyarankan keluarga untuk menjaga
kebersihan, membersihkan lingkungan sekitar tempat tinggal.Melakukan tindakan segera
terhadap masalah kesehatan yang terjadi yaitu dengan mengajarkan perawatan payudara,
dan memompa payudara agar produksi ASI lancar.
Menyusun perencanaaan asuhan kebidanan terhadap masalah kesehatan yang
terjadi yaitu menyemangati dan mendukung ibu dalam memberikan ASI ekslusif.
Mengevaluasi tindakan asuhan kebidanan terhadap keluarga yaitu keluarga mau
mendukung ibu dalam memberikan ASI ekslusif pada bayi nya, mengusahakan
pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi ibu nifas dan rutin melakukan perawatan payudara
agar produksi ASI semakin baik.
BAB VI
KESIMPULAN

5.1. KESIMPULAN

Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan pada keluarga Tn. “R”


dengan kurangnya pengetahuan ibu tentang manfaat ASI ekslusif, perawatan
payudara pada masa nifas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada pengkajian didapatkan data subyektif dan obyektif. Data subyektif diperoleh
dari hasil wawancara pada keluarga, dimana keluhan utama adalah Asi keluar
sedikit sehingga bayi mendapat susu formula, sedangkan data obyektif diperoleh
dari pemeriksaan fisik yaitu keadaan umum baik dengan tanda-tanda vital TD
120x/menit, 110/80 mmHg, Nadi: 83 x/menit, RR: 20x/ menit.
2. Dalam interpretasi data didapatkan diagnosa pada Ny. “S” usia 34 tahun P2A0
dengan kurangnya pengetahuan ibu tentang manfaat ASI ekslusif, perawatan
payudara pada masa nifas.
3. Masalah potensial yang mungkin terjadi pada kasus Ny. “S” yaitu bayi tidak
mendapatkan ASI ekslusif sehingga meningkatkan peluang bayi mengalami
alergi, asma, gangguan pencernaan, anemia dan sebagainya. Sedangkan pada ibu
dapat meningkatkan risiko diabetes, kanker payudara/leher rahim (servik),
osteoporosis, hipertensi, obesitas, penyakit jantung dan pembuluh darah, dan
alzhemer.
4. Antisipasi pada kasus Ny. “S” dengan kurangnya pengetahuan ibu tentang
manfaat ASI ekslusif, perawatan payudara pada masa nifas yaitu dengan
memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga seperti manfaat ASI ekslusif,
nutrisi pada ibu nifas, dan mengajarkan ibu perawatan payudara. Menyarankan
keluarga untuk menjaga kebersihan, membersihkan lingkungan sekitar tempat
tinggal.
5. Perencanaan kasus Ny. “S” adalah melakukan perawatan bayi dengan
menganjurkan keluarga untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
kegiatan, serta keluarga menyemangati dan mendukung ibu dalam memberikan
ASI ekslusif.
6. Pelaksanaan dalam asuhan kebidanan pada kasus Ny. “S” ini dapat dilakukan
sesuai dengan perencanaan. Keluarga diberikan KIE mengenai manfaat dan
pentingnya ASI ekslusif, nutrisi pada ibu nifas, mengajarkan ibu merawat
payudara.
7. Semua tindakan telah dilakukan sesuai standar asuhan kebidanan, ibu dapat
melakukan perawatan payudara, keluarga mendukung ibu dalam memebrikan
ASI ekslusif.

5.2 SARAN
5.2.1 Bagi keuarga Tn. R
− Diharapkan keluarga Tn. R memahami tentang penjelasan yang diberikan dan
bisa merubah perilaku sebelumnya yang berdampak buruk pada kesehatan
keluarga.
− Diharapkan keluarga tetap mempertahankan pola makan ibu dan menganjurkan
ibu untuk tetap memberikan ASI ekslusif pada bayinya, mengkonsumsi makanan
yang bergizi karena akan berdampak pada produksi ASI dan diharapakan
keluarga bisa mempertahankan kebersihan didalam rumah.
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, dkk. (2016). Obstetric Williams. Jakarta: EGC


Dewi, Vivian Nanny Lia, Tri Sunarsih. 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.
Salemba Medika: Jakarta.
Handayani, Sri dan Setyo Retno Wulandari.2011. Asuhan Kebidanan Ibu Masa
Nifas.Yogyakarta: Gosyen Publising
Istriana, M. (2013). Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Masalah Gizi Kurang
Keluarga Tn. S Terutama Pada An. R Di Desa Trangsan Kecamatan Gatak
Kabupaten Sukoharjo (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Surakarta).
Mochtar, R. 2013. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC
Saifuddin, A. 2015. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Saleha, Sitti. 2012. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Walyani, E. S., & Purwoastuti, T. E. (2017). Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan
Menyusui. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Walyani, Elisabeth. 2015. Asuhan kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press
Waynira, E. I. (2020). Asuhan Kebidanan Komunitas Pada Keluarga Tn. Yw Dengan Ibu Hamil
Normal Di Rt 20/Rw 006 Kelurahan Manutapen Kecamatan Alak (Doctoral dissertation,
UNIVERSITAS CITRA BANGSA).

Anda mungkin juga menyukai