Anda di halaman 1dari 74

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS

DALAM KONTEKS KELUARGA Tn.M DENGAN MASALAH KURANGNYA


PENGETAHUAN IBU MENGENAI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (BAHAYA MEROKOK)
DI DUSUN BANDARANGIN RT 15 RW 04 DESA SUMBEREJO
KECAMATAN PAGAK KABUPATEN MALANG
TANGGAL 08 JUNI - 27 JUNI 2020

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Klinik Lapangan Kebidanan Komunitas

Disusun Oleh:
VILIA AYU KUMALASARI
NIM. 1602450011

KEMETERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN MALANG
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktek Klinik Asuhan Kebidanan Komunitas dalam konteks keluarga ini telah
disahkan pada Tanggal : 27 Juni 2020

Mahasiswa,

Vilia Ayu Kumalasari


NIM. 1602450011

Mengetahui,

Pembimbing Pendidikan

Nur Eva Aristina., M.Keb

i
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas laporan Asuhan Kebidanan Komunitas yang berjudul “Kurangnya
Pengetahuan Ibu Mengenai Pemberian ASI Eksklusif dan Perilaku Hidup Bersih Dan
Sehat (Bahaya Merokok) di Dusun Bandarangin Rt 15 Rw 04 Desa Sumberejo
Kecamatan Pagak Kabupaten Malang Tanggal 08 Juni - 27 Juni 2020” dengan tepat
waktu.
Dalam penyelesaian laporan ini, kami mendapat banyak bantuan oleh berbagai
pihak. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Nur Eva Aristina., M.Keb selaku dosen pembimbing institusi yang telah
membantu dalam proses penyelesaian laporan ini.
2. Orang tua kami yang tidak pernah lelah memberikan motivasi dan doa dalam
penyelesaian laporan ini.
3. Teman – teman kelas IV A yang telah memberikan motivasi dan saran-saran
dalam penyelesaian laporan ini.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih kurang sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan laporan selanjutnya. Besar harapan kami semoga laporan ini dapat
bermanfaat sebagai informasi ataupun pengetahuan bagi pembaca dan dapat menjadi
literatur guna membantu siswa dalam belajar mata kuliah Asuhan Kebidanan
Komunitas.

Malang, 10 Juni 2020

Penyusun

iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .........................................................................i
KATA PENGANTAR .................................................................................ii
DAFTAR ISI ................................................................................................iii
DAFTAR TABEL ........................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................1
1.2 Tujuan .................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI........................................................................4
2.1 Konsep Keluarga ................................................................................4
2.2 Konsep Masalah/kasus .......................................................................9
2.3 Konsep ASI Eksklusif ........................................................................11
2.4 Konsep Bahaya Perokok Pasif ............................................................17
BAB III TINJAUAN KASUS .....................................................................22
3.1 Pengkajian ..........................................................................................22
3.2 Menentukan Diagnosa / Masalah Kebidanan dan Prioritas
Masalah ...............................................................................................31
3.3 Perencanaan ........................................................................................34
3.4 Pelaksanaan ........................................................................................38
3.5 Evaluasi ..............................................................................................39
BAB IV PEMBAHASAN.............................................................................40
BAB V PENUTUP........................................................................................42
4.1 Kesimpulan .........................................................................................42
4.2 Saran ...................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................43
LAMPIRAN - LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Skala Menyusun Masalah Kesehatan Keluarga ...................................10


Tabel 3.1 Data Anggota Keluarga .......................................................................22
Tabel 3.2 Profil Kegiatan dalam Keluarga ...........................................................27
Tabel 3.3 Data Imunisasi .....................................................................................31
Tabel 3.4 Menentukan diagnosa dan masalah .....................................................31
Tabel 3.5 Skoring Masalah 1 ...............................................................................32
Tabel 3.6 Skoring Masalah 2 ................................................................................32
Tabel 3.7 Prioritas Masalah...................................................................................33
Tabel 3.8 Perencanaan Asuhan Kebidanan Keluarga............................................34
Tabel 3.9 Pelaksanaan Asuhan Kebidanan Keluarga ..........................................38
Tabel 3.10 Evaluasi Asuhan Kebidanan Keluarga ..............................................39

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Genogram Keluarga Tn. S. ...............................................................23


Gambar 3.2 Denah Rumah Tn. S ..........................................................................25

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat dimana masalah
kesehatan dapat timbul, berupa masalah KIA/KB, masalah kesehatan lingkungan,
masalah tumbuh kembang, dan masalah penyakit. Pertumbuhan adalah
bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan intraseluler berarti
bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan,
sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat, serta perkembangan
adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan serta sosialisasi dan
kemandirian (Kemenkes RI, 2016).
Masa bayi atau masa post (pasca) neonatal merupakan masa dimana bayi
berusia 29 hari – 11 bulan. Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dan
proses pematangan berlangsung secara terus menerus terutama meningkatnya
sistem saraf. Seorang bayi sangat bergantung pada orang tua dan keluarga
sebagai unit pertama yang dikenalnya. Pada masa ini, kebutuhan akan
pemeliharaan kesehatan bayi sangat dibutuhkan, seorang bayi perlu mendapatkan
ASI eksklusif selama 6 bulan penuh, diberikan imunisasi sesuai jadwal, dan
mendapat pola asuh yang sesuai.
Fenomena di masyarakat masih banyak bayi usia kurang dari 6 bulan
diberi makanan semi padat. Tampaknya sudah menjadi kebiasaan sebagian ibu di
daerah pedesaan mulai memberi makanan tambahan. Hal ini disebabkan adanya
pengaruh budaya di dalam masyarakat yang memiliki kebiasaan memberikan
makanan sejak bayi lahir dengan alasan ASI tidak cukup memenuhi kebutuhan
bayi. Disamping itu memberi makan setelah bayi lahir merupakan kebiasaan
turun temurun dari nenek buyutnya dulu.

7
Pelaksanaan Program KIA oleh petugas kesehatan umumnya mengalamai
kendala yaitu faktor ekonomi dan kesadaran masyarakat. Faktor ekonomi yaitu
krisis ekonomi yang dialami masyarakat Indonesia sehingga tidak terpenuhinya
kebutuhan kesehatan masyarakat utamanya kesehatan ibu dan anak. Selain faktor
ekonomi, faktor kesadaran masyarakat juga menjadi kendala, yaitu
ketidaksadaran masyarakat atau kurangnya kesadaran masyarakat tentang
pentingnya menjaga kesehatan baik kesehatan individu maupun lingkungan,
khususnya kesehatan ibu dan anak. Untuk mengatasi hal tersebut maka peran
bidan dan mahasiswa harus memiliki program terpadu, yaitu meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan terhadap ibu, bayi dan balita tanpa memandang status
sosial.
Dari fenomena diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan asuhan
kebidanan pada keluarga Tn.M dengan masalah “Kurangnya Pengetahuan Ibu
Mengenai Pemberian Asi Eksklusif dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(Bahaya Merokok) di Dusun Bandarangin Rt 15 Rw 04 Desa Sumberejo
Kecamatan Pagak Kabupaten Malang.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mampu memberikan asuhan kebidanan pada keluarga
yang mempunyai masalah kesehatan.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian untuk menentukan masalah kesehatan,
b. Mampu menegakkan diagnosa atau masalah kebidanan serta menentukan
prioritas masalah,
c. Mampu menyusun rencana asuhan kebidanan keluarga yang akan
dilakukan,
d. Mampu melaksanakan rencana asuhan kebidanan keluarga yang disusun,
e. Mampu mengevaluasi tindakan kebidanan yang telah dilakukan.

8
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Keluarga


2.1.1 Pengertian
Menurut Harmoko (2012) keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih
individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-
tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu sama lain.
Menurut Whall (1986) dalam Friedman (2010) mendefinisikan
keluarga sebagai sebuah kelompok yang mengidentifikasikan diri dan terdiri
atas dua individu atau lebih yang memiliki hubungan khusus, yang dapat
terikat hubungan darah atau hukum atau dapat juga tidak, namun berfungsi
sedemikian rupa sehingga mereka menganggap dirinya sebagai keluarga.
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh
kebersamaan dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi dirinya
sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 2010)
Jadi dapat disimpulkan kalau keluarga adalah dua individu atau lebih
yangtinggal dalam satu rumah yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan,
hubungan darah maupunadopsi, lalu mereka menganggap dirinya sebagai
keluarga.

2.1.2 Fungsi Keluarga


Keluarga merupakan perkumpulan dua orang atau lebih individu
yang hidup bersama dalam keterikatan, emosional dan setiap individu
memiliki peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga
(Fatimah, 2010).
Menurut Mubarak (2009) keluarga adalah perkumpulan dua atau
lebih individu yang terikat oleh hubungan perkawinan, hubungan darah,

9
ataupun adopsi, dan setiap anggota keluarga saling berinteraksi satu dengan
lainnya. Sedangkan menurut UU No. 52 Tahun 2009, mendifinisikan
keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami istri
dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (Wirdhana et
al., 2012). Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi
perkembangan individu, karena sejak kecil anak tumbuh dan berkembang
dalam lingkungan keluarga. Karena itulah peranan orang tua menjadi amat
sentral dan sangat besar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, baik
itu secara langsung maupun tidak langsung (Ariani, 2009).
2.1.3 Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, menurut Effendy (2008)
diantaranya adalah :
a. Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari anak sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan ini disusun melalui jalur garis ayah.
b. Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
d. Keluarga Kawinan
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga kaena
adanya hubungan dengan suami atau istri.
2.1.4 Ciri-Ciri Struktur Keluarga
Ciri – ciri struktur keluarga menurut Effendy (2008), adalah :
a. Terorganisasi
Saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga.

10
b. Ada Keterbatasan
Setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai
keterbatasan dalam mnjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing.
c. Ada perbedaan dan kekhususan
Setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-
masing.

2.1.5 Bentuk Keluarga


a. Keluarga Inti (Nuclear family)
Adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.
b. Keluarga Besar (Extended family)
Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya nenek,
kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
c. Keluarga berani (Serial family)
Adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari
satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
d. Keluarga Duda/Janda (Single family)
Adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.
e. Keluarga Berkomposisi (Composite)
Adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara
bersama
f. Kelurga Kabitas (Cohabitation)
Adalah dua orang yang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk
suatu keluarga.
2.1.6 Peranan Keluarga
Menurut Effendy (2008), peranan keluarga adalah peranan keluarga
menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang
berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan

11
individu dalam keluarga didasari oleh dan pola perilaku dari keluarga,
kelompok dan masyarakat.
a. Peranan Ayah
Ayah sebagai suami istri dan anak-anak, perperan sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala
keluarga sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya.
b. Peranan Ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan
untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-
anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,
disamping itu ibu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan
dalam keluarganya.
c. Peranan anak
Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangan baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
2.1.7 Fungsi Keluarga
Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga, yaitu :
a. Fungsi biologis
1) Untuk meneruskan keturunan
2) Memelihara dan membesarkan anak
3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
4) Memelihara dan merawat anggota keluarga
b. Fungsi psikologis
1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman
2) Memberikan perhatian diantara anggota keluraga
3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
4) Memberikan identitas keluarga

12
c. Fungsi sosialisasi
1) Membina sosialisasi pada anak
2) Membentuk norma-norma tingka laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak
3) Meneruskn nilai-nilai budaya kelurga
d. Fungsi Ekonomi
1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga
2) Pengaturan penggunakan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga
3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga dimasa
yang akan datang misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua,
dan sebagainya.
e. Fungsi pendidikan
1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,
ketrampilan, dan membentuk prilaku anak sesuai dengan bakat dan
minat yang dimilikinya.
2) Mempersiapkan anak untuk hidup dewasa yang akan datang dalam
memenuhi perananya sebagai orang dewasa
3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.
2.1.8 Tahap-tahap Kehidupan Keluarga
Tahap-tahap kehidupannya menurut Effendy (2008) adalah sebagi berikut:
a. Tahap pembentukan keluarga
Tahap ini mulai dari menikanya yang dilanjutkan dalam membentuk
rumah tangga.
b. Tahap menjelang kelahiran anak
Tugas keluarga yang utama untuk mendapatkan keturunan sebagai
generasi penerus. Melahirkan anak merupakan kebanggan bagi keluarga
yang merupakan saat-saat yang sangat dinantikan.

13
c. Tahap menghadapi bayi
Dalam hal ini keluarga mangasuh, mendidik dan memberikan kasih
sayang kepada anak, karena pada tahap ini bayi kehidupannya sangat
tergantung kepada kedua orang tuanya, dan kondisinya masih sangat
lemah.
d. Tahap menghadapi anak pra sekolah
Pada tahap ini anak sudah mulai mengenal kehidupan sosialnya sudah
mulai bergaul dengan teman sebaya, tetapi sangat rawan dalam masalah
kesehatan karena tidak mengetahui mana yang kotor dan yang bersih.
Dalam fase keluarga adalah mulai menanamkan norma-norma sosial
budaya dan sebagainya.
e. Tahap menghadapi anak sekolah
Dalam tahap ini tugas keluarga adalah bagaimana mendidik anak,
mengajari anak untuk mempersiapkan masa depannya, membiasakan anak
belajar secara teratur, mengontrol tugas-tugas sekolah anak, dan
meningkatkan pengetahuan umum anak.

f. Tahap menghadapi anak remaja


Tahap ini adalah tahap yang paling rawan, karena dalam tahap ini anak
akan mencari identitas diri dalam membentuk kepribadiaannya, Oleh
karena itu suritauladan dari kedua orang tua dengan anak perlu dipelihara
dan dikembangkan.
g. Tahap melepaskan anak ke masyarakat
Setelah melampaui tahap remaja dan anak telah dapat menyelesaikan
pendidikannya, maka tahap selanjutnya adalah melepaskan anak ke
masyarakat dalam memulai kehidupannya sesunggunya, dalam tahap ini
anak akan memulai kehidupan berumah tangga.
h. Tahap berdua kali

14
Setelah anak besar dan menempuh kehidupan keluarga sendiri-sendiri,
tinggalah suami istri berdua saja. Dalam tahap ini, keluarga akan merasa
sepi, dan bila tidak dapat menerima kenyataan akan dapat menimbulkan
depresi dan stress.
i. Tahap masa tua
Tahap ini masuk ketahap lanjut usia, dan kedua orang tua
mempersiapkan diri untuk meninggalkan dunia yang fana ini.
2.2 Konsep Masalah/Kasus
Setelah data dianalisa, mungkin keluarga menghadapi beberapa masalah
kesehatan dan masalah perawatan yang tidak dapat ditangani sekaligus melihat
sumber daya keluarga maupun sumber daya tenaga kesehatan. Maka mengingat
situasi ini tenaga kesehatan dapat menyusun masalah-masalah yang telah
diidentifikasi sesuai prioritasnya. Sehingga tersusunlah sebuah alat yang disebut
Skala Menyusun Masalah Kesehatan Keluarga Menurut Prioritasnya.
Alat ini bertujuan untuk melihat masalah seobjektif mungkin. Ada 4 kriteria
dalam menentukan prioritas dari masalah-masalah kesehatan:
2.2.1 Sifat masalah
Dikelompokkan dalam ancaman kesehatan, tidak kurang sehat dan krisis
yang dapat diketahui

2.2.2 Kemungkinan dari masalah dapat diubah-ubah


Kemungkinan berhasilnya mengurangi masalah, atau mencegah masalah
bila seandainya ada tindakan.
2.2.3 Potensi masalah untuk dicegah
Sifat dan beratnya masalah yang akan timbul yang dapat dikurangi atau
dicegah
2.2.4 Masalah yang menonjol
Cara keluarga melihat dan menilai masalah dalam hal beratnya dan
mendesaknya masalah.

15
Tabel 2.1 Skala Menyusun Masalah Kesehatan Keluarga
KRITERIA MASALAH SKOR BOBOT
a. Sifat masalah
1) Ancaman kesehatan 3
1
2) Tidak/kurang sehat 2
3) Krisis 1
b. Kemungkinan masalah dapat diubah
1) Dengan mudah 2
2
2) Hanya sebagian 1
3) Tidak dapat 0
c. Potensi masalah untuk dicegah
1) Tinggi 3
1
2) Cukup 2
3) Rendah 1
d. Menonjolnya masalah
1) Masalah berat harus ditangani 2
2) Ada masalah tetap tidak perlu segera 1 1
ditangani
0
3) Masalah tidak dirasakan
Skoring :
a. Tentukanlah skor untuk setiap kriteria
b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah dengan
bobot :

Jumlahkan skor untuk semua kriteria. Skor tertinggi adalah 5,


sama dengan seluruh bobot.

16
2.3 Konsep ASI Eksklusif
2.3.1 Pengertian ASI Eksklusif

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain

seperti formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tambahan makanan padat

seperti pisang, papaya, bubur susu, biskuit dan nasi tim. Pemberian ASI

dianjurkan selama enam bulan (Haryono, 2014). ASI Eksklusif adalah

pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan

tidak diberi makanan lain. Setelah enam bulan, bayi mulai dikenalkan dengan

makanan lain dan tetap diberikan ASI sampai bayi berumur dua tahun (Sri

Purwanti, Hubertia. 2004).

Menurut Nisman (2011) ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa

makanan dan minuman tambahan pada bayi berumur 0-6 bulan. Makan dan

minuman lain seperti air putih, susu formula, madu, teh, ataupun makanan

padat seperti pisang, papaya, bubur susu, biskuit dan nasi tim. Pemberian ASI

Eksklusif adalah pemberian ASI saja tapa minuman atau makanan seperti air

putih atau vitamin lainnya, kecuali vitamin maupun suplemen yang dari ASI

perahan ibunya (Widuri, 2013)

2.3.2 Fisiologi Menyusui

Kemampuan menyusui setiap ibu berbeda-beda. Sebagian mempunyai

kemampuan yang lebih besar dibandingkan dengan wanita lain. Dari segi

17
fisiologis kemampuan menyusui berhubungan dengan makanan, faktor

endokrin, dan faktor fisiologi (Marmi, 2012).

Pada saat hamil terjadi pembesaran payudara, pembesaran ini terutama

disebabkan oleh pertumbuhan struma jaringan penyangga dan penimbunan

jaringan lemak. Pada kehamilan lima bulan atau lebih kadang-kadang dari

ujung putting keluar cairan yang disebut kolostrum. Sekresi atau keluarnya

cairan tersebut karena pengaruh hormone laktogen dari plasenta dan hormone

prolaktin dari hipofise. Keadaan tersebut adalah normal, meskipun cairan

yang dihasilkan tidak berlebihan sebab meskipun kadar prolactin cukup tinggi,

pengeluaran air susu juga dihambat oleh hormone estrogen. Setelah persalinan

kadar estrogen dan progesterone menurun dengan lepasnya plasenta,

sedangkan prolaktin tetap tinggi. Sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan

dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI (Marmi, 2012). Dengan

menyusukan lebih dini terjadi perangsangan putting susu, terbentuklah

prolaktin hipofisis, sehingga sekresi ASI semakin lancar. Dua reflek pada ibu

yang sangat penting dalam proses menyusui yaitu reflek prolaktin dan reflek

aliran (Let Down Reflex) timbul akibat perangsangan putting susu oleh

hisapan bayi.

a. Refleks Prolaktin

Pada saat bayi menyusui, ujung saraf peraba yang terdapat pada putting

susu ibu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut afferent dibawa ke

hipotalamus di dasar otak, lalu memacu hipofise anterior untuk

18
mengeluarkan hormon prolaktin ke dalam darah. Melalui sirkulasi

prolaktin memacu sel kelenjar (alveoli) untuk memproduksi air susu.

Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang di produksi

berkaitan dengan stimulus isapan, yaitu frekuensi, intensitas dan lamanya

bayi menghisap.

b. Refleks Aliran (Let Down Reflex)

Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusui selain

memengaruhi hipofise anterior mengeluarkan hormone prolaktin juga

memengaruhi hipofise posterior mengeluarkan hormone oksitosin. Dimana

setelah oksitosin dilepas kedalam darah mengacu otot-otot polos yang

mengelilingi alveoli dan duktulus berkontraksisi sehingga memeras air susu

dari alveoli, duktulus, dan sinus menuju putting susu. Refleks let-down

dapat dirasakan sebagai sensasi kesemutan. Tanda-tanda lain let-down

adalah tetesan pada payudara lain yang sedang dihisap oleh bayi. Refleks

ini dipengaruhi oleh kejiwaan ibu (Elisabeth & Endang, 2017).

2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif dibedakan

menjadi tiga, yaitu:

a. Faktor Pemudah (predisposing factor)

1) Pendidikan

Pendidikan dapat mendorong seseorang untuk mencari tahu, mencari

pengalaman dan mengorganisasikan pengalaman sehingga informasi yang

19
diterima akan menjadi pengetahuan. Pengetahuan yang dimiliki akan

membentuk keyakinan untuk melakukan perilaku tertentu. Pendidikan

mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif. Ibu yang berpendidikan tinggi

dapat lebih mudah menerima suatu ide baru dibandingkan dengan ibu

yang berpendidikan rendah. Sehingga promosi dan informasi mengenai

ASI Eksklusif dengan mudah dapat diterima dan dilaksanakan.

2) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil stimulasi informasi yang diperhatikan dan

diingat. Informasi tersebut dapat berasal dari pendidikan formal, non

formal, percakapan, membaca, mendengarkan radio, menonton televisi

dan pengalaman hidup. Contoh pengalaman hidup yaitu pengalaman

menyusui anak sebelumnya.

3) Nilai-Nilai atau Adat Budaya

Adat budaya dapat mempengaruhi ibu dalam proses menyusui. Salah satu

adat budaya yang dilakukan oleh masyarakat yaitu selapanan, bayi diberi

sesuap bubur dengan alasan untuk melatih alat pencernaan bayi. Hal

tersebut tidak sesuai dengan kesehatan, tetapi telah menjadi adat budaya

dalam keluarga.

b. Faktor Pendukung (Enabling Factor)

1) Pendapatan Keluarga

Pendapatan keluarga adalah penghasilan yang diperoleh suami dan istri

dari berbagai kegiatan ekonomi sehari-hari. ASI memiliki kualitas baik

20
jika ibu mengkonsumsi makanan dengan kandungan gizi baik. Keluarga

yang memiliki cukup pangan lebih mudah membantu ibu untuk

memberikan ASI Eksklusif dibandingkan keluarga yang tidak memiliki

cukup pangan. Hal tersebut menunjuukkan bahwa pendapatan keluarga

memiliki hubungan dengan keputusan untuk memberikan ASI Eksklusif

bagi bayi.

2) Ketersediaan Waktu

Ketersediaan waktu seorang ibu untuk menyusui secara eksklusif

berkaitan dengan status pekerjaannya. Ibu yang tidak memberikan ASI

karena alasan harus kembali bekerja setelah cuti melahirkannya selesai.

Hal tersebut bukan alasan untuk tidak memberikan ASI secara eksklusif.

Bagi ibu yang bekerja ASI dapat diperah setiap 3 sampai 4 jam sekali

untuk disimpan dalam lemari pendingin.

3) Kesehatan Ibu

Kondisi kesehatan ibu mempunyai pengaruh penting dalam proses

menyusui. Ibu yang mempunyai penyakit menular seperti (HIV/AIDS,

TBC, hepatitits B) atau penyakit pada payudra (misalnya kanker

payudara, kelainan puting susu) tidak diperbolehkan ataupun tidak dapat

menyusui bayinya.

c. Faktor Pendorong (Reinforcing Factor)

1) Dukungan keluarga dan suami

21
Dukungan dari keluarga termasuk suami, orang tua atau saudara lainnya

sangat menentukan keberhasilan menyusui. Seorang ibu yang

mendapatkan dukungan dari suami dan anggota keluarga lainnya dapat

meningkatkan pemberian ASI kepada banyinya. Dukungan yang kurang

dapat menurunkan pemberian ASI.

2) Dukungan petugas kesehatan

Petugas kesehatan yang professional dapat menjadi faktor pendorong ibu

dalam memberikan ASI. Dukungan tenaga kesehatan juga menentukan

keberlanjutan ibu dalam pemberian ASI (Haryono. 2014).

2.3.4 Faktor Penghambat Pemberian ASI

Bekerja merupakan kegiatan ekonomi yang dilakukan dengan tujuan

untuk memperoleh pendapatan. Saat ini bekerja tidak hanya dilakukan oleh

laki-laki tetapi juga perempuan, tidak terkecuali ibu menyusui. Jumlah ibu

menyusui yang bekerja menyebabkan turunnya angka dan lama mennyusui

(Arifin, 2004)

Beberapa alasan ibu bekerja yang tidak mau memberikan ASI pada

bayinya, diantaranya:

a. Khawatir karirnya terganggu, takut badannya tidak ramping lagi dan

sebagainya. Faktanya jika ditinjau dari segi psikologis hal itu sangalah keliru

karena ASI justru menciptakan hubungan emosional yang erat antara ibu dan

bayi (Riskani, 2012).

22
b. Memberikan ASI Eksklusif saat bekerja memerlukan komitmen besar dan

kesadaran tinggi baik ibu maupun keluarga.

c. Bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari (Riskani, 2012)

Faktor-faktor yang dapat menghambat ibu memberikan ASI pada bayinya

adalah:

a. Perubahan sosial yaitu ibu yang bekerja atau memilih kesibukan sosial

seperti meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang memberikan susu

botol dan merasa ketinggalan zaman jika masih menyusui bayinya.

b. Faktor psikologis yang takut kehilangan daya tarik sebagai seorang

perempuan.

c. Faktor fisik ibu yaitu kondisi ibu yang sakit dengan penyakit menular atau

dengan kelainan payudara.

d. Kurangnya dorongan diri dari keluarga seperti suami atau orang tua dapat

menurunkan semangat ibu untuk menyusui dan mengurangi motivasi ibu

untuk memberikan ASI Eksklusif.

e. Kurangnya dorongan dari petugas kesehatan, sehingga masyarakat kurang

mendapat dorongan dan pengetahuan tentang manfaat pemberian ASI dan

Meningkatnya promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI melalui iklan-

iklan di media massa.

23
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 PENGKAJIAN
Hari / Tanggal : Senin / 08 Juni 2020
Waktu : 11.00 WIB
Tempat : Rumah Tn. M
3.1.1 Data subyektif
a. Struktur dan Sifat Keluarga
1) Identitas Keluarga
Nama Kepala Keluarga : Tn. M
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 38 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta (Produksi Tahu)
Penghasilan : 2.000.000 – 3.000.000
Suku bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Dusun Bandarangin RT 15 RW 04 Desa
Sumberejo Kecamatan Pagak Kabupaten
Malang

24
2) Data Anggota Keluarga
Tabel 3.1 : Data Anggota Keluarga Tn “M”

Hubungan
Nama Umur L/P Agama Pendidikan Pekerjaan
Keluarga
Ny. D 32 th P Islam Istri SMA IRT
1
Belum Tidak
By. A bulan L Islam Anak
Sekolah bekerja
2 hari

3) Genogram

60 52 59

35 32
43 38

1
bln
2 hr

Gb. 3.1 Genogram Keluarga Tn. M


Keterangan :

25
: Laki-laki
: Perempuan
: Perempuan meninggal
: Keluarga yang tinggal satu rumah, keluarga yang dibina

b. Pengambilan Keputusan
Dalam keluarga Tn. M yang mengambil keputusan dan memutuskan
suatu permasalah adalah Tn M selaku kepala keluarga. Apabila Tn M tidak
dapat mengambil keputusan tentang masalah, Tn M akan berdiskusi terlebih
dahulu dengan Ny. D

c. Hubungan Dalam Keluarga


Hubungan antara keluarga antara orangtua dan anak maupun antara
suami dan istri baik. Meskipun terkadang terjadi pertengkaran, tetapi tidak
pernah terjadi hingga berlarut-larut. Dalam mengasuh anak, selain istri suami
juga membantu ketika suami telah pulang berkerja.

d. Kebutuhan Sehari-Hari
1) Nutrisi
Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi keluarga sehari-hari, keluarga
memasak makanan sendiri dengan komposisi nasi, sayuran hijau, tempe, tahu,
telur, dan terkadang daging ayam dan ikan. Ibu biasanya membeli buah tetapi
tidak setiap hari.
- Tn. “M” makan teratur 3x sehari dengan komposisi lengkap seperti
nasi, sayur, ikan atau daging, dan lauk pauk. Tn. “M” terbiasa untuk
merokok setiap harinya.
- Ny. “D” makan teratur 3x sehari dengan komposisi nasi, ikan atau
daging dan lauk pauk. Ny. “D” tidak suka makan sayur.

26
- Untuk By. “A” tidak diberikan ASI, hanya diberikan susu formula saja
karena ASI ibu tidak lancar.
2) Kebiasaan istirahat keluarga tidak teratur karena tergantung dengan kegiatan
dan kesibukan masing-masing :
 Tn. “M” tidak pernah tidur siang karena pada siang hari Tn. “M” harus
bekerja, pada malam hari biasanya tidur mulai pukul 21.00 sampai 04.00
pagi.
 Ny. “D” biasanya tidur siang 2 jam, dan tidur malam mulai pukul 21.00
sampai 04.00 pagi.
 By. “A” lebih sering tidur yaitu pagi setelah dijemur di bawah sinar
matahari tidur sekitar 3 jam, tidur siang sekitar 2 jam, dan tidur malam
mulai pukul 20.00 sampai 04.00 pagi.
3) Kebersihan diri
Dalam sehari keluarga mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, serta ganti
pakaian 2x sehari setelah mandi.
4) Eliminasi
Pola BAB Tn. “M” dan Ny. “D” 1 x sehari. Untuk BAK rata-rata sekitar
4-6 x sehari. Pola BAB Bayi “A” 2 x sehari, dan BAK 7-8 x sehari
5) Olahraga
Keluarga Tn “M” jarang melakukan olahraga. Ibu menganggap bahwa
pekerjaan rumah tangga yang dilakukannya merupakan olahraga baginya,
begitu pula dengan suaminya.
6) Rekreasi
Keluarga Tn “M” jarang berekreasi. Keluarga Tn “M” biasanya
berkunjung ke rumah orangtuanya ketika hari raya atau hari libur.
e. Faktor Sosial, Budaya, dan Ekonomi
1) Penghasilan

27
Tn. “M” mendapat penghasilan ± Rp 2.000.000 – 3.000.000 per bulan
yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga.
2) Pendidikan
Tn. “M” lulusan SMA dan sekarang bekerja sebagai wiraswasta yaitu
produksi tahu.
Ny “D” lulusan SMA.
Bayi “A” sekarang belum sekolah.
3) Suku dan Agama
Tn “M” dan Ny “D” sama-sama bersuku Jawa dan beragama islam.
4) Hubungan dengan Masyarakat
Hubungan keluarga Tn “M” dengan masyarakat baik dan tidak pernah ada
konflik.
f. Faktor Lingkungan
1) Perumahan
Rumah yang ditempati Tn “M” adalah milik orang tua dari Ny. “D”
dengan luas tanah 10 x 5 m dan luas rumah 10 x 15 m, dan terdiri dari 3
kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, terdapat 2 dapur, dapur 1
untuk memasak menggunakan kompor dan dapur 2 untuk memasak
menggunakan kayu bakar, 1 ruang makan, dan 1 kamar mandi. Ventilasi
rumah berupa jendela terbuka dengan sirkulasi udara dan cahaya yang
cukup. Lantai rumah dari tegel dan atap rumahnya dari genteng,
dindingnya tembok, serta penerangannya listrik

Gambar 3.2 Denah Rumah Tn “M”

Kamar Kamar 3 Kamar 2 Kamar 1


Mandi
Ruang
Tamu Tanah depan
Dapur rumah
2
Dapur Ruang Ruang Keluarga
1 Makan Taman
28
2) Jenis Bangunan
Lantai rumah dari keramik dan atap rumahnya dari genteng,
dindingnya tembok, serta penerangannya listrik. Di dalam rumah tersebut
terdapat dapur dengan alas tanah, dinding dari bambu dan lubang luweng
untuk memasak menggunakan kayu bakar. Ventilasi rumah berupa jendela
terbuka dengan sirkulasi udara dan cahaya yang cukup.
3) Kebersihan
Rumah Tn “M” beserta halaman rumah terlihat bersih dan tertata
dengan rapi.
4) Pemakaian Air
Air yang digunakan oleh keluarga Tn “S” air dari PDAM, sifat air
jernih, tidak berbau, dan tidak berasa.
5) Jamban
Jamban di rumah Tn “S” sudah berada di dalam dengan jamban
jongkok, jarak sumber air dengan jamban >10 m.
6) Pembuangan Sampah
Sampah biasanya dibuang di tempat pembuangan sampah untuk
dibakar
7) Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan
Saat sakit, keluarga Tn “M” bisanya berobat ke bidan di desanya atau
ke puskesmas terdekat.
g. Psikologis
Keluarga Tn “M” suka bergurau dan berkumpul dengan tetangga-tetangganya
pada sore hari. Tetapi saat pandemi covid hanya dirumah saja.
h. Keadaan Kesehatan Keluarga

29
Tn. “M” tidak pernah mengalami sakit yang sampai harus dirawat di Rumah
Sakit, sakit yang sering diderita adalah panas, batuk, pilek, dan pegal-pegal,
begitu pula dengan NY. “D” tetapi NY “D” pernah dirawat di Rumah Sakit
karena operasi SC. By “A” tidak pernah sakit dan sudah mendapatkan
imunisasi Hb-0, BCG, dan Polio 1
i. Riwayat Kehamilan
Ibu rutin memeriksakan kehamilannya di bidan. Pada saat kehamilan bulan
awal ibu mengalami mual tetapi tidak sampai mengganggu aktifitas. Ibu tidak
pernah mengalami perdarahan. Saat kehamilan memasuki 9 bulan, kaki ibu
bengkak dan tekanan darah tinggi, serta hasil lab urin positif.
j. Riwayat Persalinan
Ibu melahirkan secara operasi, ditolong oleh dokter pada usia kehamilan 39-
40 minggu, jenis kelamin laki-laki, berat badan lahir 3150 gram, panjang
badan 47 cm, lingkar kepala 33 cm saat ini anak usia 1 bulan 2 hari.
k. Riwayat Nifas
Pada saat masa nifas ibu tidak mengalami tanda bahaya masa nifas seperti
demam, perdarahan berlebih hingga kejang. Dalam merawat bayi ibu dibantu
oleh suaminya.
l. Riwayat KB
Saat ini ibu belum menggunakan KB, namun ibu dan suami telah sepakat
ingin menggunakan kontrasepsi senggama terputus dan menggunakan
kondom.
m. Riwayat Perkawinan
Suami
Pernikahan ke :1
Usia Menikah : 36 tahun
Lama menikah : sekitar 2 tahun
Istri
Pernikahan ke :2

30
Usia Menikah
Pernikahan pertama : 24 tahun
Pernikahan kedua : 30 tahun
Lama menikah
Pernikahan pertama : 1 tahun kemudian ibu dan suami bercerai
Pernikahan kedua : ibu menikah dengan Tn. “M” kurang lebih
sekitar 2 tahun

n. Profil Kegiatan dalam Keluarga


Tabel 3.2 : Profil Kegiatan Dalam Keluarga

Tipe
Pelaku Kegiatan
Kegiatan
Waktu Kegiatan

Produkti

Reprodu
Suami

Sosial
Bayi M
Istri

ktif
f
04.00 Bangun tidur √ √ √ √
Mandi dan
04.30 √ √
mencuci baju
05.00 Berbelanja √ √
05.30 Memasak √ √
Memandikan
06.00 √ √ √
bayi
Membersihkan
06.15 √ √
rumah
06.30 Sarapan √ √ √
Mencuci
06.45 √ √
piring
07.00 Menyusui √ √ √

31
Berangkat
07.00 √ √ √
kerja
07.00-
Bekerja √ √ √
15.00
Berjemur di
07.30 bawah sinar √ √ √
matahri
Mengasuh
08.30 √ √ √
anak
10.00 Menyusui √ √ √
11.30 Makan siang √ √
Mencuci
11.40 √ √
piring
13.00 Menyusui √ √ √
13.15 Tidur siang √ √ √
Memandikan
15.00 √ √ √
bayi
Pulang
15.30 √ √
berkerja
Membersihkan
16.00 √ √ √
rumah
16.15 Mandi √ √ √
17.00 Menyusui √ √ √
18.30 Makan malam √ √ √
Mencuci
19.00 √ √ √
piring
19.30 Menonton TV √ √ √ √
19.30 Setrika baju √ √

32
20.00 Menyusui √ √ √ √
20.00 Tidur malam √ √
21.00 Tidur malam √ √ √

3.1.2 Data Obyektif


1) Tn. “M”
KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
TD : 120/90 mmHg
Suhu : 36,8°C
Nadi : 80x /menit
RR : 22x /menit
2) Ny. “D”
a. Pemeriksaan Umum
KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
TD : 120/70 mmHg
Suhu : 36,6°C
Nadi : 84x /menit
RR : 21x /menit

b. Pemeriksaan fisik
Mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera putih
Mulut : Bersih, tidak ada caries, bibir lembab
Leher : Tidak ada bendungan vena jugularis, dan tidak ada
pembengkakan kelenjar tiroid
Dada : Simetris, puting susu menojol, tidak teraba

33
benjolan, kolostrum belum keluar.
Abdomen : Tampak bekas luka operasi.
Ekstermitas : Tidak terdapat oedema dan varises pada ekstremitas
atas dan bawah
3) By “A”
a. Pemeriksaan Umum

BB : 3.300 gram
PB : 48 cm
Suhu : 36,7°C
Nadi : 110 x /menit
RR : 30 x /menit
b. Pemeriksaan fisik
Kepala : Rambut hitam
Mata : Simetris, konjungtivca tidak pucat, sklera tidak kuning
Hidung : Bersih, tidak ada secret
Mulut : Bersih, bibir lembab, tidak pucat
Leher : Tidak ada benjolan vena jugularis, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid

Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada ronche -/-,


weezhing -/-
Perut : Normal, tidak kembung
Genetalia : Normal, testis sudah turun ke skrotum
Ekstremitas : Gerak bebas, tidak odema, tidak varises
Imunisasi : Imunisasi anak saat ini belum lengkap
Tabel 3.3 Data Imunisasi By. A

No. Nama BCG Polio Pentabio Campak

34
HBO
1 2 3 4 1 2 3
1 By “A” 6/5/2020 7/6/2020 7/6/2020 - - - - - - -

Menghitung umur anak


Rumus : tanggal periksa – tanggal lahir
Umur Anak : 2020 - 06 - 08
2020 – 05 - 06 -
1bln 2 hr
3.2 MENENTUKAN DIAGNOSA / MASALAH KEBIDANAN DAN
PRIORITAS MASALAH
a. Analisa Data Kesehatan Keluarga Tn. “M”
Masalah kesehatan yang muncul di keluarga Tn. “M” adalah Kurangnya
Pengetahuan ibu mengenai pemberian ASI Eksklusif dan perokok aktif
padahal ada bayi di dalam rumah.
b. Prioritas Masalah
Tabel 3.4 Menentukan Diagnosa dan Masalah
Diagnosa Masalah Kesehatan
Kurangnya pengetahuan Ibu mengenai Kurangnya pengetahuan
pemberian ASI Eksklusif pemberian ASI Eksklusif

Tn. “M” mempuyai kebiasaan merokok di dalam Kurangnya pengetahuan


rumah tentang dampak rokok bagi
ibu dan bayi.

c.Skoring Masalah
1) Kurangnya pengetahuan Ibu mengenai pemberian ASI Eksklusif
Tabel 3.5 Skoring Masalah 1
No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran

35
1. Sifat masalah, skala: Memberikan pendidikan
Ancaman kesehatan kesehatan segera
x1
mengenai pemberian ASI
Eksklusif
2. Kemungkinan masalah Pemberian ASI Eksklusif
dapat diubah, skala : yang tepat hanya sebagian
x2 1
Hanya sebagian dapat diubah dengan
pemberian KIE yang tepat
3. Potensi masalah untuk Maslah pemberian ASI
dicegah, skala: eksklusif yang tepat dapat
Cukup dicegah dengan
x1 memberikan pengetahuan
orangtua tetntang
pentingnya ASI Eksklusif
4. Menonjolkan masalah, Keluarga mengetahui
skala: masalah itu, tetapi tidak
Adanya masalah tetap x1 melihatnya sebagai
tidak perlu segera
masalah yang harus segera
ditangani
ditangani.
Total skore

2) Kurangnya pengetahuan tentang dampak rokok bagi bayi.


Tabel 3.6 Skoring Masalah 2
No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
1. Sifat masalah, skala: Kebiasaan merokok
Tidak atau kurang sehat merupakan kebiasaan
x1
yang tidak sehat dan
merugikan kesehatan
2. Kemungkinan masalah Merokok yang telah
dapat diubah, skala : menjadi kebiasaan sangat
Hanya sebagian x2 1 sulit untuk diubah, butuh
kemauan keras dari
perokok
3. Potensi masalah untuk Kemungkinan untuk
dicegah, skala: x 1
menghindari penyakit
Rendah akibat rokok sangat
rendah, karena zat yang

36
terkandung dalam rokok
dapat mempengaruhi
hampir seluruh sistem
tubuh
4. Menonjolkan masalah, Keluarga menganggap
skala: kebiasaan merokok
Masalah tidak tersebut merupakan suatu
dirasakan
x1 0 masalah, tetapi tidak
melihatnya sebagai
masalah yang tidak harus
ditangani segera
Total skore 2

d) Prioritas masalah
Dari skoring masalah, didapatkan prioritas masalah sebagai berikut:
Tabel 3.7 Prioritas Masalah
No. Masalah Jumlah skor
1. Kurangnya pengetahuan Ibu mengenai pemberian MP-ASI
yang tepat
2. Kurangnya pengetahuan tentang dampak rokok bagi bayi 2

37
38
3.3 PERENCANAAN
Tabel 3.8 Perencanaan Asuhan Kebidanan Keluarga
Sumber-
Masalah
Masalah Sasaran Tujuan Tindakan Kontak sumber yang
kesehatan
dipakai
1 2 3 4 5 6 7
Pemberian ASI Kunjungan Bahan-bahan
Eksklusif yang rumah yang
belum terlaksana diperlukan :
Buku KIA,
Identifikasi masalah keluarga (pengkajian data) leaflet, waktu
dan tenaga
dari pengkaji,
dan keluarga
yang terlibat
Kurangnya Keluarga Setelah tindakan dan asuhan - Mengucapkan Kunjungan Bahan-bahan
pengetahuan Ibu Tn. M yang diberikan, keluarga salam dan rumah yang
mengenai terutama ibu dapat membina diperlukan :
pentingnya memberikan ASI dengan hubungan - Buku KIA
pemberian ASI tepat baik agar - Leaflet.
Eksklusif tercipta - Waktu dan
hubungan tenaga dari
yang pengkaji,
kooperatif dan
antara keluarga
pengkaji dan yang terlibat
keluarga.
- Menjelaskan
pada keluarga

39
tentang tujuan
dan manfaat
ASI eksklusif
- Menyebutkan
ketepatan
frekuensi dan
jumlah
pemberian
ASI
- Menjelaskan
cara menyusui
yang benar

Kunjungan
Evaluasi tindakan/asuhan yang telah diberikan
rumah
Bahaya merokok Kunjungan Bahan-bahan
rumah yang
diperlukan :
Buku KIA,
Identifikasi masalah keluarga (pengkajian data) leaflet, waktu
dan tenaga
dari pengkaji,
dan keluarga
yang terlibat
Kurangnya Keluarga Setelah tindakan dan asuhan - Mengucapkan salam Kunjungan Bahan-bahan
pegetahuan Tn. M yang diberikan, keluarga dan membina rumah yang
tentang bahaya mampu mengubah perilaku hubungan baik agar diperlukan :
merokok pada tentang merokok tercipta hubungan - Buku KIA
perokok pasif yang kooperatif - Leaflet.

40
antara pengkaji dan - Waktu dan
keluarga. tenaga dari
- Beritahu keluarga pengkaji,
kandungan dalam dan
rokok keluarga
- Beritahu keluarga yang terlibat
jenis perokok
- Diskusikan dengan
keluarga tentang
bahayanya merokok
- Beritahu keluarga
penyakit akibat
merokok
- Beritahu keluarga
cara mengurangi
resiko menjadi
perokok pasif

Kunjungan
Evaluasi tindakan/asuhan yang telah diberikan
rumah

41
42
3.4 PELAKSANAAN
Tabel 3.9 Pelaksanaan Asuhan Kebidanan Keluarga
Tanggal Masalah Implementasi
kesehatan
08 Juni 1. Memperkenalkan diri pada ibu.
2020 2. Menjelaskan tujuan pengkajian data
3. Melakukan pengkajian data
Membuat janji untuk melakukan kunjungan untuk
pengamatan.
13 Juni Kurangnya 1. Mengucapkan salam dan membina hubungan baik
2020 pengetahuan Ibu agar tercipta hubungan yang kooperatif antara
mengenai pengkaji dan keluarga.
pentingnya 2. Menjelaskan pada keluarga tentang tujuan dan
pemberian ASI manfaat ASI eksklusif
Eksklusif 3. Menyebutkan ketepatan frekuensi dan jumlah
pemberian ASI
4. Menjelaskan cara menyusui yang benar
20 Juni Kurangnya 1. Mengucapkan salam dan membina hubungan baik
2020 pegetahuan agar tercipta hubungan yang kooperatif antara
tentang bahaya pengkaji dan keluarga.
merokok pada 2. Beritahu keluarga kandungan dalam rokok
perokok pasif 3. Diskusikan dengan keluarga tentang bahayanya
merokok
4. Beritahu keluarga cara mengurangi resiko menjadi
perokok pasif

43
3.5 EVALUASI
Tabel 3.10 Evaluasi Asuhan Kebidanan Keluarga
Tanggal Masalah Implementasi
kesehatan
26 Juni Kurangnya S : ibu mengatakan dapat mengerti tentang
2020 pengetahuan Ibu tentang penjelasan yang diberikan, dan
mengenai menyadari pentingnya Pemberian ASI
pentingnya Eksklusif
pemberian ASI O: ibu berencana akan rajin makan sayuran
Eksklusif supaya ASI nya lancar
A : masalah sudah teratasi
P : mengingatkan ibu untuk memberikan ASI
setiap 2 jam sekali
Kurangnya S : Ibu dan keluarga dan mengatakan sudah
pegetahuan mengerti penjelasan petugas
tentang bahaya O : Keluarga dan ibu sudah mampu menjawab
merokok pada beberapa pertanyaan yang diberikan dan
perokok pasif keluarga telah menerapkan merubah
perilaku kebiasaan buruk tentang merokok
A : Masalah sudah teratasi sebagian
P : Menganjurkan pada Tn. S untuk tetap
mempertahankan untuk mengurangi
kebiasaan merokoknya dan mungkin dapat
dilanjutkan untuk menghilangkan
kebiasaan merokoknya

44
BAB IV
PEMBAHASAN

Pembahasan merupakan suatu analisa dari pengkajian yang telah dilakukan


serta dikaitkan dengan teori yang sudah ada, yang akan dilihat kesesuaian antara
kasus yang ada dengan teori yang berkaitan. Dalam bab ini akan diberikan
pembahasan mengenai asuhan kebidanan keluarga yang diberikan pada keluarga Tn.
M, warga Dusun Bandarangin RT 15 RW 04 Desa Sumberejo Kecamatan Pagak
Kabupaten Malang mulai tanggal 08 Juni 2020 sampai dengan 27 Juni 2020.
Menurut Effendy (2008) keluarga memiliki ciri-ciri terorganisasi yaitu saling
berhubungan dan ketergantungan antara anggota keluarga, adanya keterbatasan dalam
menjalankan fungsi dan tugasnya dan adanya perbedaan dan kekhususan dalam
menjalankan fungsi dan perannya masing-masing. Pada kasus, keluarga Tn. M
tinggal dalam satu rumah, ditempati oleh Tn. M, Ny.D dan By. A, serta orang tua dan
kakak Ny.D. Tn. M bertindak sebagai kepala rumah tangga, tetapi untuk urusan
apapun diserakan kembali Ny. D yang tidak bekerja dan mengurusi segala keperluan
yang ada di rumah setiap harinya dalam melakukan aktifitas rumah tangga. Namun,
ketika memiliki permasalahan tentang rumah, Tn.M juga berdiskusi dengan orang tua
beserta kakak dari Ny.D. By. A belum bekerja dan belum sekolah karena usianya
yang masih belum cukup umur. Hal ini sesuai peranan yang yang disebutkan oleh
Effendy (2008) yaitu peranan ayah sebagai suami yang mencari nafkah, dan peranan
ibu yang mengurus rumah tangga. Peranan keluarga ini menggambarkan seperangkat
perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam
posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh dan pola
perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Dari hasil pengkajian data dapat diangkat dua permasalahan keluarga yaitu,
Kurangnya pengetahuan Ibu mengenai pemberian ASI Eksklusif dengan skor 19/6
dan kurangnya pengetahuan tentang bahaya merokok dengan skor 2. Dalam hasil

45
pengkajian ini tenaga kesehatan menyusun masalah-masalah yang telah teridentifikasi
sesuai prioritasnya dengan menggunakan Skala Menyusun Masalah Kesehatan
Keluarga Menurut Prioritas. Dalam skala ini ada 4 kriteria dalam menentukan
prioritas yaitu sifat masalah, kemungkinan dari masalah dapat diubah, potensi
masalah untuk dicegah dan masalah yang menonjol.
Masalah pertama yaitu kurangnya pengetahuan ibu dan keluarga tentang
pentingnya pemberian ASI eksklusif, masalah ini memiliki sifat ancaman kesehatan,
karena ketidaktahuan perlu diberikan penyuluhan segera, selain itu kemungkinan
masalah ini dapat diubah adalah mudah dengan cara pemberian penyuluhan yang
tepat sehingga berpotensi untuk diubah. Selain itu partisipasi keluarga yang merasa
masalah ini harus segera ditangani juga menambah potensi masalah ini dapat diubah.
Masalah kedua adalah kurangnya pengetahuan keluarga tentang bahaya
merokok, masalah ini memiliki sifat tidak atau kurang sehat, karena kebiasaan
merokok merupakan kebiasaan yang tidak sehat dan merugikan kesehatan. Namun
keluarga tidak menganggap bahwa masalah ini harus segera ditangani sehingga
menambah potensi masalah ini sulit diubah.
Sehingga dari hasil skala menyusun masalah berdasarkan prioritas didapatkan
prioritas pertama dengan skor tertinggi adalah kurangnya pengetahuan ibu dan
keluarga tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif, dan kurangnya pengetahuan
tentang bahaya merokok.
Dari prioritas masalah yang sudah ada, disusun perencanaan sesuai dengan
tinjauan teori yang sudah ada. Perencanaan tindakan disusun sesuai dengan masalah
yang ada dalam keluarga meliputi sasaran, tujuan, tindakan yang akan diberikan,
kontak dengan keluarga, dan sumber yang akan dipakai. Penatalaksanaan dilakukan
mengacu pada perencanaan, dan evaluasi dilakukan sesuai dengan sasaran dan tujuan
asuhan yang ada pada perencanaan.

46
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Asuhan kebidanan komunitas memfokuskan pemberian pelayanan pada


setiap keluarga yang berada dalam wilayah kerjanya. Bentuk pemberian
pelayanan yang dilaksanakan adalah menyelesaikan berbagai permasalahan di
bidang kesehatan khususnya kesehatan ibu dan anak. Kegiatan-kegiatan tersebut
tentunya bertujuan akhir untuk mengubah kebiasaan yang telah dilakukan oleh
keluarga. Dari berbagai penyuluhan yang telah dilakukan diharapkan akan
mampu meningkatkan pengetahuan keluarga mengenai permasalahan kesehatan
mereka sehingga diharapkan keluarga akan lebih mandiri dalam menyelesaikan
masalah kesehatan yang ada di keluarga. Pada keluarga Tn. M setelah dilakukan
beberapa tindakan untuk menyelesaikan masalah yang ada, kini keluarga Tn. M
sudah lebih memahami apa dan bagaimana cara mengatasi masalah yang ada
pada keluarga Tn. M.

4.2 Saran

Diharapkan mahasiswa dapat menggali lebih dalam lagi mengenai


kesehatan keluarga dan meningkatkan pengetahuan mengenai asuhan kebidanan
pada keluarga. Dengan diadakannya penyuluhan ini diharapkan keluarga dapat
mengenali masalah kesehatan serta mampu mencari penyelesaian secara mandiri.

47
DAFTAR PUSTAKA

Haryono, Rudi dkk. (2014). Manfaat ASI Eksklusif Untuk Buah Hati Anda.
Yogyakarta: Gosyen Publishing
Sri Purwanti, Hubertia. (2004). Konsep Penerapan ASI Eksklusif Buku Saku Untuk
Bidan. Jakarta: EGC
Nisman, Wenny Artanty. (2011). Panduan Pintar Menyusui. Yogyakarta: ANDI
Widuri, Hesti. (2013). Cara Mengelola ASI Eksklusif Bagi Ibu Bekerja. Yogyakarta :
Gosyen Publishing.
Marmi, (2012). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Elisabeth SW & Endang Purwoastuti. (2017). Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi
Baru Lahir. Yogyakarta : Pustaka Baru Press
Haryono, Rudi dkk. (2014). Manfaat ASI Eksklusif Untuk Buah Hati Anda.
Yogyakarta: Gosyen Publishing
Arifin, S. (2004). Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi-
nya. Sumatra Utara: Universitas Sumatra Utara
Riskani, R. (2012). Keajaiban ASI (Air Susu Ibu). Jakarta Timur: Dunia Sehat
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 41 Tentang Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta: Kemenkes RI
Febry, Ayu Bulan, dkk. 2013. Ilmu Gizi Untuk Praktisi Kesehatan. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Sibagariang, Eva Ellya. 2010. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: CVTIM.

48
Lampiran 1

49
Lampiran 2

SATUAN ACARA PENYULUHAN


ASI EKSKLUSIF

Disusun Oleh :
Vilia Ayu Kumalasari
(1602450011)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN MALANG
TAHUN 2020

50
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

ASI EKSKLUSIF

1. Topik penyuluhan : Pendidikan kesehatan pada ibu menyusui


2. Pokok bahasan : ASI ekslusif
3. Sub topic bahasan :
a. Pengertian ASI ekslusif.
b. Manfaat pemberian ASI ekslusif.
c. Langkah-langkah menyusui yang benar
4. Sasaran : Ibu Menyusui
5. Hari/ Tanggal : Sabtu, 13 Juni 2020
6. Waktu : 09.00 WIB
7. Tempat : Rumah Tn. M

A. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Setelah dilakukan penyuluhan tentang pemberian ASI ekslusif diharapkan ibu
dapat mengerti, memahami manfaat ASI ekslusif, dan mau memberikan ASI secara
eksklusif kepada anaknya.

B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Setelah dilakukan penyuluhan tentang ASI eksklusif diharapkan ibu dapat:
1. Mengetahui pengertian ASI ekslusif.
2. Mengetahui manfaat pemberian ASI ekslusif.
3. Melakukan langkah-langkah menyusui yang benar.
4. Mengetahui cara memperbanyak ASI.

C. SASARAN

51
Ibu nifas di Ruang Brawijaya RSUD Kanjuruhan

D. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi

E. Media
1. Leaflet
2. Video cara menyusui yang benar

F. Pengorganisasian
1. Penyaji
Penyaji membuka acara, memperkenalkan diri, menjelaskan materi penyuluhan
dengan jelas dan mudah dipahami oleh klien, tanya jawab, dan mengucapkan
salam penutup.
2. Peserta
Peserta mendengarkan, memperhatikan, mempraktekkan dan mengajukan
pertanyaan.

G. Proses Pelaksanaan
NO Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1 2 menit Pembukaan : Menyambut salam dan
1. Memperkenalkan diri mendengarkan
2. Menjelaskan tujuan dari
penyuluhan
3. Melakukan kontrak
waktu
2 10 menit Pelaksanaan Memperhatikan,

52
1. Menjelaskan materi mendengarkan dan
penyuluhan secara berurutan mengajukan pertanyaan
dan teratur:
a. Pengertian ASI ekslusif
b. Manfaat pemberian ASI
ekslusif.
c. Langkah-langkah
menyusui yang benar.
2. Mendemonstrasikan langkah-
langkah menyusui.
3 5 menit Evaluasi: Menjawab dan
Menyakan pada ibu tentang memjelaskan pertanyaan
materi yang telah diberikan dan
reinforcement kepada ibu bila
dapat menjawab dan
menjelaskan kembali pertanyaan
materi
4 1 menit Terminasi Mendengarkan dan
1. Mengucapkan terima membalas salam.
kasih pada ibu-ibu
2. Mengucapkan salam

EVALUASI PENYULUHAN/ PROMOSI KESEHATAN


1. Waktu Penyuluhan : 18 menit
2. Hari/tanggal pelaksanaan : Sabtu, 13 Juni 2020
3. Jam : 09.00 WIB
4. Jumlah Peserta hadir : 2 orang
5. Strategi Penyuluhan : Ceramah, tanya jawab

53
6. Tempat pelaksanaan : Rumah Tn. M
7. Jumlah informasi yang diberikan : 1 materi
8. Denah penyuluhan

PENYULUH

AUDIENS AUDIENS

REFERENSI PUSTAKA

Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Makasar: Salemba Medika.
Retna, Diah. 2008. Asuhan Kebidanan Nifas.Yogyakarta: Nuha medika.

MATERI PENYULUAHAN ASI EKSKLUSIF


Pengertian

54
ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain
seperti susu formula, jeruk, madu, air the, air putih dan tanpa tambahan makanan
padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, nasi tim (Anik
Maryunani :2010)
Menurut Nisman (2011) ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan
dan minuman tambahan pada bayi berumur 0-6 bulan. Makan dan minuman lain
seperti air putih, susu formula, madu, teh, ataupun makanan padat seperti pisang,
papaya, bubur susu, biskuit dan nasi tim. Pemberian ASI Eksklusif adalah pemberian
ASI saja tapa minuman atau makanan seperti air putih atau vitamin lainnya, kecuali
vitamin maupun suplemen yang dari ASI perahan ibunya (Widuri, 2013)

Komposisi ASI
   Lemak merupakan sumber energy utama dalam ASI dalam kadar yang cukup
tinggi, sebesar 50%. Karbohidrat, karbohidrat utama dalam ASI adalah lactose karena
mempertinggi penyerapan yang dibutuhkan bayi. Protein, garam mineral yang rendah
sehingga tidak merusak fungsi ginjal.

ASI Transisi / Peralihan


Merupakan ASI yang keluar dari hari ke 4 atau ke 7 samapi hari ke 10 atau
hari ke 14.

ASI matang
ASI yang keluar dari hari ke 3 sampai hari ke 14 setelah persalinan. Kaya
protein, vitamin E,A,K dan mineral seperti zat besi dan seng.

Manfaat pemberian ASI


1. Bagi bayi
a. Merupakan makanan yang sempurna dan alamiah bagi pertumbuhan

55
b. Dapat mengurangi kekurangan gizi dan tidak menyebabkan alargi
c. ASI mudah tercena dan langsung diserap.
2. Bagi Ibu
a. Memperkuat hubungan batin antara ibu dan bayi
b. Mempercepat proses pemulihan kandungan
c. Menyusui ASI secara ekslusif dapat menunda kehamilan
d. Dapat mencegah kanker payudara.
3. Bagi Ayah
Menghemat pengeluaran karena tidak perlu memberi susu kaleng

Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif


Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif dibedakan

menjadi tiga, yaitu:

a. Faktor Pemudah (predisposing factor)

1) Pendidikan

Pendidikan dapat mendorong seseorang untuk mencari tahu, mencari

pengalaman dan mengorganisasikan pengalaman sehingga informasi yang

diterima akan menjadi pengetahuan. Pengetahuan yang dimiliki akan

membentuk keyakinan untuk melakukan perilaku tertentu. Pendidikan

mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif. Ibu yang berpendidikan tinggi

dapat lebih mudah menerima suatu ide baru dibandingkan dengan ibu

yang berpendidikan rendah. Sehingga promosi dan informasi mengenai

ASI Eksklusif dengan mudah dapat diterima dan dilaksanakan.

2) Pengetahuan

56
Pengetahuan merupakan hasil stimulasi informasi yang diperhatikan dan

diingat. Informasi tersebut dapat berasal dari pendidikan formal, non

formal, percakapan, membaca, mendengarkan radio, menonton televisi

dan pengalaman hidup. Contoh pengalaman hidup yaitu pengalaman

menyusui anak sebelumnya.

3) Nilai-Nilai atau Adat Budaya

Adat budaya dapat mempengaruhi ibu dalam proses menyusui. Salah satu

adat budaya yang dilakukan oleh masyarakat yaitu selapanan, bayi diberi

sesuap bubur dengan alasan untuk melatih alat pencernaan bayi. Hal

tersebut tidak sesuai dengan kesehatan, tetapi telah menjadi adat budaya

dalam keluarga.

b. Faktor Pendukung (Enabling Factor)

4) Pendapatan Keluarga

Pendapatan keluarga adalah penghasilan yang diperoleh suami dan istri

dari berbagai kegiatan ekonomi sehari-hari. ASI memiliki kualitas baik

jika ibu mengkonsumsi makanan dengan kandungan gizi baik. Keluarga

yang memiliki cukup pangan lebih mudah membantu ibu untuk

memberikan ASI Eksklusif dibandingkan keluarga yang tidak memiliki

cukup pangan. Hal tersebut menunjuukkan bahwa pendapatan keluarga

memiliki hubungan dengan keputusan untuk memberikan ASI Eksklusif

bagi bayi.

57
5) Ketersediaan Waktu

Ketersediaan waktu seorang ibu untuk menyusui secara eksklusif

berkaitan dengan status pekerjaannya. Ibu yang tidak memberikan ASI

karena alasan harus kembali bekerja setelah cuti melahirkannya selesai.

Hal tersebut bukan alasan untuk tidak memberikan ASI secara eksklusif.

Bagi ibu yang bekerja ASI dapat diperah setiap 3 sampai 4 jam sekali

untuk disimpan dalam lemari pendingin.

6) Kesehatan Ibu

Kondisi kesehatan ibu mempunyai pengaruh penting dalam proses

menyusui. Ibu yang mempunyai penyakit menular seperti (HIV/AIDS,

TBC, hepatitits B) atau penyakit pada payudra (misalnya kanker

payudara, kelainan puting susu) tidak diperbolehkan ataupun tidak dapat

menyusui bayinya.

c. Faktor Pendorong (Reinforcing Factor)

3) Dukungan keluarga dan suami

Dukungan dari keluarga termasuk suami, orang tua atau saudara lainnya

sangat menentukan keberhasilan menyusui. Seorang ibu yang

mendapatkan dukungan dari suami dan anggota keluarga lainnya dapat

meningkatkan pemberian ASI kepada banyinya. Dukungan yang kurang

dapat menurunkan pemberian ASI.

4) Dukungan petugas kesehatan

58
Petugas kesehatan yang professional dapat menjadi faktor pendorong ibu

dalam memberikan ASI. Dukungan tenaga kesehatan juga menentukan

keberlanjutan ibu dalam pemberian ASI (Haryono. 2014).

Frekuensi Menyusui
1. Tidak terjadwal
2. Kedua payudara disusukan bergantian
3. Lama menyusui tergantung pada bayi
4. Usahakan tiap kali menyusui sampai payudara kosong

Kerugian bila ASI tidak diberikan


1. Bagi Bayi
a. Bayi tidak dapat kekebalan
b. Resiko infeksi semakin tinggi
c. Mudah terserang diare dan alergi
d. Pertumbuhan mulut, rahang dan gigi kurang baik
e. Resiko kurang gizi
2. Bagi Ibu
a. Meningkatkan kangker payudara
b. Payudara akan terasa sakit karena ASI yang dihasilkan tidak keluar

Posisi Meneteki yang Benar                  


1. Posisi menyusui
a. Lengan ibu menopang kepala, leher dan seluruh badan bayi ( kepala dan tubuh
berada pada satu garis lurus ), muka bayi menghadap payudara ibu, hidung
bayi berada di depan putting susu ibu. posisi bayi lurus sedemikin rupa
sehinnga perut bayi menghadap ke perut ibu.

59
b. Ibu mendekatkan bayinya ketubuhnya ( muka bayi ke payudara ibu ) dan
mengamati bayi siap menyusui : membuka mulut bergerak mencari dan
menoleh.
c. Ibu menyentukan putting susunya ke bibir bayi, menunggu hinnga mulut bayi
terbuka lebar kemudian mengarahkan mulut bayi ke putting susu ibu sehingga
bibir bayi dappat menangkap putting susu tersebut.

2. Tanda – tanda posisi bayi menyusu dengan baik :


a. Dagu menyentuh payudara ibu
b. Mulut terbuka lebar
c. Hidung bayi mendekati dan kadang – kadang menyentuh payudara ibu
d. Mulut bayi mencangkup sebanyak mungkin areola ( tidak hanya putting susu,
lingkar areola atas terlihat lebih banyak dibandingkan areola bawah )
e. Lidah bayi menopang putting dan areola bagian bawah
f. Bibir bawah bayi melengkung keluar
g. Bayi menghisap kuat dan dalam secara perlahan dan kadang – kadang disertai
dengan berhenti sesat

60
Lampiran 3
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
BAHAYA MEROKOK

Disusun Oleh :
Vilia Ayu Kumalasari
NIM. 1602450011

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN MALANG
2020

61
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
BAHAYA MEROKOK

Topik : Bahaya merokok


Sasaran : Ibu yang memiliki bayi (Masyarakat Umum)
Hari/Tanggal : Sabtu, 20 Juni 2020
Waktu : 30 menit
Tempat/ Media : Rumah Tn.M

I. LATAR BELAKANG
Merokok merupakan aktivitas yang tidak asing lagi bagi kita, dalam
kehidupan sehari-hari pada saat sekarang ini. Kegitatan ini dapat kita temui
dimana saja, didaerah pedesaan maupun didaerah perkotaan, bahkan ditempat
fasilitasfasilitas umum, seperti tempat kerja, angkutan umum, tempat ibadah,
arena kegiatan anak-anak, tempat pelayanan kesehatan dan instansi pendidikan
seperti sekolah dan kampus. Kegiataan merokok ini seakan tidak pernah
terlepas dari kehidupan masyarakat.Merokok menjadi masalah karena
menimbulkan banyak kerugian, baik dari segi sosial, moral, ekonomi finansial,
maupun kesehatan yang dapat mengakibatkan kematian atau penurunan Sumber
Daya Manusia yang produktif.
Rokok yang dikonsumsi menghasilkan asap rokok yang sangat
berbahaya bagi kesehatan, perokok itu sendiri sebagai perokok aktif, maupun
orang lain yang ada disekitarnya sebagai perokok pasif. Pada dasarnya asap
rokok terdiri dari asap utama yang mengandung 25% kadar berbahaya dan asap
sampingan yang mengandung 75% kadar berbahaya. Perokok pasif menghisap
75% bahan berbahaya ditambah separuh dari asap yang dihembuskan.

62
Dari sebatang rokok mengandung 4.000 bahan kimia beracun dan
tidak kurang dari 69 diantaranya bersifat karsinogenik. Sehingga rokok dan
lingkungan yang tercemar asap rokok dapat membahayakan kesehatan.
Kandungan bahan kimia tersebut dapat menyebabkan berbagai penyakit tidak,
menular seperti penyakit jantung, gangguan pembuluh darah, stroke, kanker
paru, dan kanker mulut.Rokok juga dapat menyebabkan penurunan kesuburan,
pertumbuhan janin baik fisik maupun IQ (Intelegent Quotient) yang melambat
gangguan imunitas bayi, dan peningkatan kematian.

II. TUJUAN INSTRUKSTIONAL


UMUM (TIU)
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan ibu dan keluarga dapat
mengerti dan memahami tentang bahaya rokok.

III. TUJUAN INSTRUKSIONAL


KHUSUS (TIK)
Setelah mengikuti penyuluhan ibu mampu :
a. Menjelaskan kandungan dalam rokok
b. Menjelaskan jenis perokok
c. Menjelaskan bahaya merokok
d. Menyebutkan penyakit akibat merokok
e. Cara mengurangi resiko menjadi perokok pasif

IV. MATERI
1. Kandungan dalam rokok
2. Jenis perokok
3. Pengertian bahya merokok
4. Penyakit akibat merokok

63
5. Cara mengurangi resiko menjadi perokok pasif

V. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
VI. MEDIA
1. Materi SAP
2. Leafleat
VII. PROSES PELAKSANAAN
KEGIATAN /
KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN PESERTA
WAKTU
Pembukaan Memberi salam Menjawab salam
5 menit Memperkenalkan diri Memperhatikan dan bertanya
Melaksanakan pre test Mengerjakan soal pre test
Memberitahukan topik dan tujuan Memperhatikan dan mendengarkan
instruksional khusus
Pelaksanaan Menjelaskan kandungan dalam rokok Mendengarkan dan memperhatikan
25 menit Menjelaskan jenis perokok Mendengarkan dan memperhatikan
Menjelaskan pengertian bahaya merokok Mendengarkan dan memperhatikan
Menyebutkan penyakit akibat merokok Mendengarkan dan memperhatikan
Menyebutkan cara mengurangi resiko Mendengarkan dan memperhatikan
menjadi perokok pasif
Memberi kesempatan kepada peserta Mengajukan pertanyaan terkait
untuk bertanya hal-hal yang belum materi yang kurang dipahami
dipahami terkait materi yang
disampaikan
Menjawab pertanyaan peserta Mendengarkan dan menyimak

64
Penutup Membuat rangkuman bersama peserta Membuat rangkuman
Evaluasi Melaksanakan evaluasi pembelajaran Mengerjakan/menjawab evaluasi
secara umum yang diberikan oleh fasilitator
Melaksanakan pos test Mengerjakan soal pos test
Terminasi Menutup pertemuan dengan ucapan Membalas salam
Pada tahap terimakasih dan apresiasi kepada peserta
penutup,
evaluasi dan
terminasi
10 menit

VIII. EVALUASI:
1) Evaluasi Struktur
Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau keadaan
sekeliling tempat pemberian penyuluhan diberikan. Aspek lingkungan secara
langsung atau tidak langsung mempengaruhi dalam pemberian penyuluhan.
Persediaan perlengkapan, fasilitas fisik, dukungan administrasi,
pemeliharaan dalam area yang diinginkan. (terkait dengan tenaga
manusia/bahan-bahan yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan)
2) Evaluai Proses
Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja bidan dan apakah bidan
dalam memberikan penyuluhan merasa cocok, tanpa tekanan, dan sesuai
wewenang. Area yang menjadi perhatian pada evaluasi proses mencakup
jenis informasi yang didapat pada saat memberikan penyuluhan. (berkaitan
dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan)
3) Evaluasi Hasil
Evaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi peserta (audience).
Respons prilaku audience merupakan pengaruh dari penyuluhan dan akan

65
terlihat pada pencapaian tujuan dan kriteria hasil (bertambahnya
kesanggupan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas keluarga)

IX. REFERENSI / SUMBER


Ariyadin. 2011. Rokok Anda: Relakah Mati demi Sebatang Rokok?.
Yogyakarta: Manyar Media
Hajjah, Nur. 2016. Perilaku Sosial Para Perokok Aktif Dan Respon Terhadap
Poster Peringatan Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok. Vol 3.
No 1 Februari 2016
Jacken, A. (2002). Bye-bye Smoke: Buku Panduan Ampuh untuk Berhenti
Merokok. Jakarta Barat: Nexx Media.
Zulkifli. 2010. Kontroversi Rokok. Yogyakarta: Graha Pustaka.

66
LAMPIRAN MATERI
A. KANDUNGAN ROKOK
Hasil penelitian menyebutkan bahwa di dalam rokok kurang lebih 4000
elemen dan 200 di antaranya telah dinyatakan sebagai zat yang mematikan dan
berbahaya bagi tubuh yang dapat mengganggu kesehatan. Menurut Ariyadin
(2011), terdapat banyak zat-zat yang terdapat dalam rokok antara lain:
a. Acrolein
Merupakan zat cair yang tidak berwarna,seperti aldehyde.Zat ini diperoleh
dengan megambil cairan dari glyceryl atau dengan mengeringkanya. Zat ini
sedikit banyaknya mengandung kadar alkohol.
b. Karbon Monoksida
Merupakan sejenis gas yang tidak mempunyai bau. Unsur ini dihasilkan oleh
pembakaran yang tidak sempurna dari unsur zat arang atau karbon.Zat ini
bersifat sangat beracun.
c. Nikotin
Merupakan cairan berminyak yang tidak berwarna dan dapat membuat rasa
perih.Nikotin menghalangi kontraksi rasa lapar.Sehingga seseorang bisa
merasakan tidak lapar karena merokok.
d. Ammonia
Merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri dari hidrogen.Zat ini sangat
mudah memasuki sel-sel tubuh. Begitu kerasnya racun yang terdapat pada
amonia itu,sehingga kalau disuntikan sedikitpun kepada peredaran darah akan
mengakibatkan seseorang pingsan atau koma.
e. Formic Acid
Merupakan sejenis cairan tidak berwarna yang bergerak bebas dan dapat
membuat lepuh.Cairan ini sangat tajam dan menusuk baunya.Zat ini dapat

67
menyebabkan seseorang seperti merasa digigit semut. Bertambahnya jenis
acid apapun di peradaran darah akan menambah cepatnya pernafasan
seseorang.

f. Hydrogen Cyanida
Merupakan sejenis gas tidak berwarna,tidak berbau dan tidak mempunyai
rasa. Zat ini paling ringan dan mudah terbakar,serta membahayakan. Zat ini
sangat efesien untuk menghalangi pernafasan dan menyebabkan kematian.
g. Nitrous oxide
Merupakan sejenis gas tidak berwarna,dan bila mana diisap dapat
menyebabkan hilangnya kesadaran serta mengakibatkan rasa sakit. Nitrous
oxide merupakan jenis zat yang awalnya dapat digunakan sebagai anastesi
(zat pembius)waktu diadakan operasi.
h. Formaldehyde
Merupakan sejenis gas tidak berwarna dengan bau yang tajam. Gas ini
tergolong pengawet dan pembasmi hama. Salah satu jenis formaldehyde ini
ialah formalin.Formaldehyde banyak digunakan sebagai pengawet di
laboratorium.
i. Phenol
Merupakan campuran yang terdiri dari Kristal yang dihasilkan dari dilatasi
beberapa zat organik seperti kayu dan arang. Bahan initermasuk zat racun
yang membahayakan apabila terikat ke protein dan menghalangi aktifitas
enzim.
j. Acetol
Merupakan hasil pemanasan aldehyde( sejenis zat yang tidak berwarna yang
bebas bergerak) dan mudah menguap dengan alkohol.
k. Hydrogen Sulfide

68
Merupakan sejenis gas yang mudah terbakar dan berbau keras. Zat ini
menghalangi proses oksidasi enzim (zat besi berisi pigmen)

B. JENIS PEROKOK
Jenis perokok dapat dikatakan ada dua jenis yaitu:
1) Perokok Aktif (Active Smoker)
Perokok aktif adalah orang yang melakukan langsung aktivitas merokok
dan memiliki kebiasaan merokok dan secara langsung mereka juga
menghirup asap rokok yang mereka hembuskan dari mulut mereka.
2) Perokok Pasif (Passive Smoker)
Perokok pasif adalah seseorang yang tidak merokok tetapi secara tidak
langsung menghirup asap dari hembusan dari mulut perokok aktif (Hajjah,
2016).

Menurut Mu’tadin (2002), jika ditinjau dari banyaknya jumlah rokok


yang dihisap setiap harinya, ada tiga tipe perokok yakni:
a) Perokok Berat
Perokok yang menghabiskan lebih dari 21-30 batang rokok tiap hari
dengan selang merokok lima menit setelah bangun tidur pada pagi
hari.
b) Perokok Sedang
Perokok yang menghabiskan 11-21 batang rokok setiap harinya
dengan selang waktu merokok berkisar 6-30 menit setelah bangun
tidur pada pagi hari.
1. Perokok Ringan
Perokok yang menghabiskan sekitar 10 batang rokok setiap hari
dengan selang waktu merokok 60 menit setelah bangun tidur pada
pagi hari.

69
C. BAHAYA MEROKOK
Menurut Zulkifli (2010) Rokok memiliki 4000 zat kimia berbahaya untuk
kesehatan,dua diantaranya adalah nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat
karsinogenik. Sebagaimana telah kita ketahui kandungan dari rokok terdapat 4000
zat kimia yang sangat berbahaya bagi tubuh kita. Berikut kasus-kasus medis
tentang rokok terhadap tubuh kita:
B. Kehamilan
Wanita yang mempunyai kebiasaan merokok akan sulit mengalami
kehamilan dan rentan mengalami keguguran. Hasil penelitian kementerian
kesehatan AS terhadap beberapa wanita yang merokok selama kehamilan,
menyatakan bahwa tingkat kematian janin dan bayi meningkat menjadi 28-
60%.Perempuan yang merokok ketika hamil beresiko lebih besar mengalami
risiko keguguran, kematian janin, mengganggu system saraf janin, membuat
lingkar bayi kecil, memicu terjadinya solusio plasenta (keluarnya plasenta dari
rahim sebelum bayi lahir) dan memperbesar sindrom kematian mendadak
pada bayi (Ariyadin, 2011).
2) Pencernaan
Bagi lambung, rokok lebih berbahaya daripada kopi atau yang
lainnya.Zat-zat kimia yang ada di dalam rokok dapat mengganggu
keseimbangan pengeluaran asam lambung, secara otomatis membuat
keseimbangan kerja lambung juga terganggu.Berdasarkan penelitian, nikotin
mengganggu kerja pankreas dalammenetralisir asam di lambung dan usus,
mengakibatkan terjadi tukak dan menimbulkan pendarahan di daerah tersebut.
Bila di lambung ada beberapa gangguan, maka tubuh kita juga akan
mengalami gangguan karena pendistribusian zat-zat makanan tidak dapat
berjalan dengan lancar (Ariyadin, 2011).
3) Sexual

70
Impoten merupakan kegagalan atau disfungsi alat kelamin lelaki secara
berulang.Ciri utamanya ialah kegagalan mempertahankan ereksi atau berhasil
tetapi “kurang keras”. Rokok merupakan salah satu penyumbang penting
terjadinya impotensi. Selain dapat mengakibatkan berkurangnya jumlah
sperma, mempengaruhi mobilitas sperma, dan menyebabkan impotensi, rokok
juga menyebabkan beberapa gangguan dengan masalah seksual diantaranya:
a)Menyebabkan frekuensi hubungan intim berkurang
b)Frekuensi hubungan intim berkisar lima kali sebulan, sedangkanyang non
perokok dua belas kali sebulan
c)Mengurangi sensasi kenikmatan dalam hubungan intim (Ariyadin, 2011).
2) Kanker
Menurut International Agency for Researh on Cancer (Lembaga
Internasional Untuk Riset Kanker), tembakau memegang peranan penting
dalam terjadinya beberapa jenis kanker yang paling sering menyerang
manusia, seperti:
3) Kanker Paru-paru
jika ia berhenti sebelum usia pertengahan, maka orang tersebut dapat
terbebas dari 90% resiko kesehatan yang diakibatkan oleh merokok.
b) Kanker Mulut dan Tenggorokan
Merokok merupakan faktor resiko penting terjadinya kanker laring
(pangkal tenggorokan), saluran mulut, dan esophagus.Lebih dari 90%
penderita “kanker mulut” adalah perokok.Tingkat kematian perokok akibat
kanker pangkal tenggorokan sebesar 20-30 kali daripada orang yang tidak
merokok.
c) Kanker Ginjal dan Kandung Kemih
Kebiasaan merokok menyebabkan kanker kandung kemih yang menyerang
pria dan wanita.Studi ilmiah menunjukkan bahwa kanker ginjal lebih
seringditemukan para perokok daripada mereka yang tidak merokok.

71
d) Kanker Pankreas
Kanker pankreas merupakan penyakit yang sangat fatal dengan tingkat
kesembuhan tidak lebih dari 4% pada orang yang lebih dari lima tahun
menderita. Merokok terbukti sebagai penyebab yang kuat dan konsisten
dari timbulnya penyakit ini, sekalipun resiko terkena akan menurun jika
yang bersangkutan sudah berhenti merokok selama 10 tahun.
e) Kanker Perut
Kanker perut terbukti memiliki hubungan yang kuat dengan merokok, baik
pada wanita mupun pria.Penelitian menunjukkan bahwa tingkat resiko
berbanding lurus dengan jumlah dan lama merokok.Semakin lama
merokok semakin besar kemungkinan terkena penyakit ini.
f) Kanker Liver atau Hati
Penelitian terkontrol pada sejumlah besar orang menunjukkan adanya
hubungan antara merokok dengan kanker hati (Jacken, 2002).

D. PENYAKIT AKIBAT MEROKOK


Menurut Zulkifli (2010), beberapa penyakit yang ditimbulkan oleh kebiasaan
menghisap rokok,yang mungkin saja tidak terjadi dalam waktu singkat, tapi
memberikan perokok potensi yang lebih besar. Beberapa diantaranya adalah:
a) Impotensi,rokok menghancurkan kehidupan sexual. Disfungsi sexual atau
impotensi beresiko bagi mereka yang merokok.
b) Penurunan intelektual,merokok menjadi pemicu munculnya penyakit
kardiovaskular dan arteriosclerosis. Hal ini akan menghambat arteri karena itu
mengurangi pasokan darah ke otak
c) Menyerang kekebalan tubuh, rokok mampu menyerang sistem imun tubuh
diantaranya mengurangi leukosit,limfosit,membunuh sel pembunuh yang
berguna untuk mengurangi sel kanker.

72
d) Osteoporosis, nikotin,karbon monoksida dan hydrogen sianida mengambil
oksigen sehingga mengganggu pertumbuhan tulang

E. CARA MENGURANGI RESIKO MENJADI PEROKOK PASIF


a. Mengusahakan lingkungan rumah yang bebas dari rokok.
b. Memastikan bahwa pengunjung rumah (tamu) tidak merokok di dalam
rumah.
c. Menyediakan ruangan khusus untuk merokok.
d. Menjaga jarak dengan perokok aktif.
e. Memastikan seseorang untuk tidak merokok di dalam mobil anda.

73

Anda mungkin juga menyukai