Anda di halaman 1dari 29

ANALISIS PERSALINAN, POSTPARTUM, DAN NEONATUS

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Kesehatan Reproduksi Dasar

Dosen Pengampu:

Mia Ashari Kurniasari, S.ST., MPH

Disusun oleh

Nama : Elvanda Helzalia Putri

NIM : 10322029

S1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN KESEHATAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN
ANALISIS PERSALINAN, NIFAS, DAN NEONATUS
Laporan Analisis kesehatan lansia ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
kesehatan reproduksi dasar.

Menyetujui,

Pembimbing
Mata Kuliah Kesehatan Reproduksi Dasar

(Mia Ashari Kurniasari, S.ST., MPH)


NIDN.071207920

Ketua Program Studi


S1 Kesehatan Masyarakat

(Endah R. Wismaningsih, S. KM., M. Kes)


NIDN.072708704

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan laporan analisis ini dengan judul " Analisis
Persalinan, Nifas, Dan Neonatus".
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan laporan analisis ini. Tentunya, tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam laporan analisis ini. Oleh karena itu,
kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki laporan analisis ini.
Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan
juga inspirasi untuk pembaca.

Kediri, 6 Juli 2023

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

Cover...........................................................................................................................................i
Lembar Pengesahan...................................................................................................................ii
Kata Pengantar..........................................................................................................................iii
Daftar Isi...................................................................................................................................iv
BAB I.........................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................................................2
1.4 Manfaat........................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
2.1 Persalinan....................................................................................................................3
2.2 Post partum................................................................................................................10
2.3 Neonatus....................................................................................................................14
BAB III.....................................................................................................................................17
3.1 Persalinan..................................................................................................................17
3.2 Postpartum.................................................................................................................17
3.3 Neonatus....................................................................................................................18
BAB IV....................................................................................................................................19
4.1 Operasi Sectio Cesarean............................................................................................19
4.2 Luka sayatan lama sembuh........................................................................................19
4.3 Ruam popok...............................................................................................................21
BAB V......................................................................................................................................22
5.1 Kesimpulan................................................................................................................22
5.2 Saran..........................................................................................................................22
Daftar Pustaka..........................................................................................................................23
Dokumentasi............................................................................................................................24

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Upaya kesehatan ibu dan anak adalah upaya bidang kesehatan terkait pelayanan dan
pemeliharaan ibu hamil, bersalin, menyusui, bayi, dan anak balita serta anak prasekolah.
Seorang ibu berperan penting dalam pertumbuhan bayi dan perkembangan anak.
Gangguan kesehatan yang dialami ibu hamil mempengaruhi kesehatan janin sampai
masa anak-anak (Kemenkes RI, 2017). Tujuan pembangunan kesehatan tertuang dalam
deklarasi Millennium Development Goal’s (MDGs), targetnya adalah menurunkan
Angka Kematian Ibu(AKI) menjadi 102/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015,
namun tujuan MDGs belum tercapai sehingga dilanjutkan dengan Sustainable
Development Goals (SDGs) dengan penurunan AKI menjadi 70/100.000 kelahiran hidup
pada tahun 2030 (Kemenkes RI, 2017).

Kelahiran seorang anak akan menyebabkan timbulnya suatu tantangan mendasar


terhadap struktur interaksi keluarga. Bagi seorang ibu, melahirkan bayi adalah suatu
peristiwa yang sangat membahagiakan sekaligus juga suatu peristiwa yang berat, penuh
tantangan dan kecemasan. Sehingga dapat dipahami bahwa mengapa hampir 70 persen
ibu mengalami kesedihan atau syndrome baby blues setelah melahirkan (Shinaga, 2006).
Sebagian besar ibu dapat segera pulih dan mencapai kestabilan, namun 13% diantaranya
akan mengalami depresi postpartum (Shinaga, 2006).

Penanganan bayi baru lahir memerlukan upaya bersama tenaga kesehatan khususnya
bidan dengan memberikan asuhan komprehensif sesuai dengan PerMenKes RI
No.1464/MenKes/2010 sejak bayi dalam kandungan, selama persalinan segera sesudah
melahirkan serta melibatkan keluarga dan masyarakat dalam memberikan pelayanan
kesehatan yang berkualitas seperti mengajar cara merawat tali pusat, cara memandikan
bayi serta memberi ASI Esklusif dan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan
selanjutnya akan menghasilkan bayi sehat. Empat negara termasuk Indonesia diantara
Filipina, Laos dan Kamboja termasuk kelompok sedang. Sedangkan ke lima negara
lainnya yaitu Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand dan Vietnam termasuk
negara dengan Angka Kematian Bayi rendah. Dari 10 negara anggota ASEAN, tidak ada
yang masuk dalam kelompok angka kematian bayi sangat tinggi (>100 per 1.000
kelahiran hidup).

Ny. Siska Dwi Andriana adalah seorang Ibu rumah tangga yang berusia 30 tahun, dan
memiliki 2 anak. Beliau telah melakukan persalinan anak kedua pada hari sabtu 6 Mei
2023 berjenis kelamin laki-laki bernama Raden Faaz El Barra. Menurut penuturan beliau
terdapat beberapa keluhan selama masa persalinan, post partum, dan neonatus. Namun,
kendala tersebut dapat diatasi karena beliau aktif dalam mengikuti pelayanan baik
kunjungan ke fasilitas kesehatan maupun pelayanan melalui daring. Beberapa keluhan
tersebut yang akan menjadi topik bahasan pada makalah kali ini.

1
2

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang tersebut, terdapat beberapa rumusan masalah :
1. Apa yang menyebabkan harus dilakukannya tindakan operasi Sesar pada Ny. Siska?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi luka sulit sembuh pada saat postpartum Ny.
Siska dan bagaimana cara mengatasinya?
3. Apa saja yang mengakibatkan ruam popok pada bayi Ny. Siska ?

1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk menganalisis beberapa keluhan dan kendala
pada saat persalinan, postpartum dan naonatus. Kendala dan keluhan seperti
dilakukannya tindakan operais sesar, luka yang sulit sembuh, dan ruam popok pada bayi.
Serta mengetahui cara menangani kendala dan keluhann tersebut.

1.4 Manfaat
Manfaat dari analisa ini adalah dapat memberi informasi lebih mengenai penanganan
beberapa kendala dan keluhan yang terjadi pada masa persalinan, postpartum dan
neonatus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persalinan
A. Pengertian persalinan
Beberapa pengertian persalinan adalah sebagai berikut :
1. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke
dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses di mana janin dan ketuban didorong
keluar melalui jalan lahir (Sarwono, 2008).
2. Persalinan adalah proses di mana bayi, plasenta, dan ketuban keluar dari uterus
(JNPK-KR, 2008).
3. Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagina ke dunia luar(Mochtar, 2013)
4. Persalinan adalah suatu proses yang dimulai dengan adanya kontraksi rahim yang
menyebabkan dilatasi progresif dari serviks, kelahiran bayi, dan kelahiran
plasenta, dan proses tersebut merupakan proses alamiah (Mahmud, 2020).
Dari pengertian diatas, persalinan adalah proses pengeluaran (kelahiran) hasil
konsepsi yang dapat hidup di luar uterus melalui vagina ke dunia luar. Proses tersebut
dapat dikatakan normal atau spontan jika bayi yang dilahirkan berada pada posisi
letak belakang kepala dan berlangsung tanpa bantuan alat-alat atau pertolongan, serta
tidak melukai ibu dan bayi. Pada umumnya proses ini berlangsung dalam waktu
kurang dari 24 jam.
B. Jenis persalinan
1. Persalinan spontan
Persalinan spontan disebut juga persalinan pervaginam. Persalinan spontan
adalah proses pengeluaran janin secara spontan melalui pervaginam dengan
presentasi belakang kepala tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin.
Persalinan normal dimulai dengan kala satu persalinan yang didefinisikan sebagai
7 pemulaan kontraksi secara adekuat yang ditandai dengan perubahan servik yang
progresifdan diakhiri dengan pembukaan lengkap (10 centimeter) (Prawirohardjo,
2010).
2. Persalinan bedah sesar
Persalinan bedah sesar termasuk dalam persalinan buatan. Persalinan bedah
sesar dikenal dengan istilah sectio sesarea(SC) yaitu pengeluaran janin melalui
insisi yang dibuat pada dinding abdomen dan uterus. Tindakan ini
dipertimbangkan sebagai pembedahan abdomen mayor (Reeder, 2012).
C. Tahapan persalinan
Yang merupakan tanda pasti dari persalinan adalah (Kurniarum, 2016):
1. Timbulnya kontraksi uterus
Biasa juga disebut dengan his persalinan yaitu his pembukaan yang mempunyai
sifat sebagai berikut:
a Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan
b Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan

3
4

c Sifatnya teratur, inerval makin lama makin pendek dan kekuatannya makin
besar
d Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan cervix.
e Makin beraktifitas ibu akan menambah kekuatan kontraksi. Kontraksi uterus
yang mengakibatkan perubahan pada servix (frekuensi minimal 2 kali dalam
10 menit). Kontraksi yang terjadi dapat menyebabkan pendataran, penipisan
dan pembukaan serviks.
2. Penipisan dan pembukaan serviks
Penipisan dan pembukaan servix ditandai dengan adanya pengeluaran lendir
dan darah sebagai tanda pemula.
3. Bloody Show
Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis cervicalis keluar
disertai dengan sedikit darah. Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena
lepasnya selaput janin pada bagian bawah segmen bawah rahim hingga beberapa
capillair darah terputus.
D. Faktor yang mempengaruhi jenis persalinan
Berikut adalah penjelasan faktor-faktor yang memengaruhi persalinan
1. Usia
Usia reproduksi yang optimal bagi seorang ibu untuk hamil dan melahirkan
adalah 20-35 tahun karena pada usia ini secara fisik dan psikologi ibu sudah
cukup matang dalam menghadapi kehamilan dan persalinan. Pada usia <20 tahun
organ reproduksi belumsempurna secara keseluruhan dan perkembangan
kejiwaan belum matang sehingga belum siap menjadi ibu dan menerima
kehamilannya. Usia >35 tahun organ reproduksi mengalami perubahan karena
proses menuanya organ kandungan dan jalan lahir kaku atau tidak lentur lagi.
Selain itu peningkatan pada umur tersebut akan mempengaruhi organ vital dan
mudah terjadi penyakit sehingga beresiko mengalami komplikasi pada ibu dan
janin (Annisa, 2011).
2. Paritas
Paritas menunjukkan jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh seorang wanita.
Paritas merupakan factor penting dalam menentukan kondisi ibu dan janin selama
kehamilan maupun selama persalinan. Pada ibu primipara atau bersalin pertama
kali, belum pernah melahirkan maka kemungkinan terjadinya kelainan dan
komplikasi cukup besar baik pada kekuatan his (power), jalan lahir (passage) dan
kondisi janin (passanger).
3. Jarak kehamilan
Seorang wanita yang hamil dan melahirkan kembali dengan jarak yang pendek
dari kehamilan sebelumnya akan memberikan dampak yang buruk terhadap
kondisi kesehatan ibu dan bayi. Jarak antara dua persalinan yang terlalu dekat
menyebabkan meningkatnya anemia yang dapat menyebabkan BBLR, kelahiran
preterm, dan lahir mati yang mempengaruhi proses persalinan dari faktor bayi.
Sehingga wanita membutuhkan 2-3 tahun dalam memulihkan tubuhnya dan
mempersiapkan dirinya pada persalinan berikutnya (Kusumawati, 2006).
5

4. Pemeriksaan prenatal
Penelitian Salusatiaano EMA et al (2012) menunjukkan bahwa kurangny
pemeriksaan antenatal berhubungan dengan skor Apgar yang rendah dengan
proses persalinan. Penelitian tersebut sejalan dengan hasil yang didapatkan antara
proses persalinan dengan jumlah pemeriksaan kehamilan terhadap hasil skor
Apgar. Hasil penelitian menunjukan skor Apgar 0-3 dan 4-6 lebih sering terjadi
pada ibu yang melahirkan secara tindakan, sebaliknya nilai skor Apgar 7-10 lebih
banyak pada ibu yang melahirkan dengan spontan. Hal ini menunjukan bahwa ibu
yang memeriksa kehamilan <4 kali merupakan salah satu factor resiko terjadinya
asfiksia berat pada neonatus dimana 29.9% ibu akan mengalami proses persalinan
tindakan.
Penelitian Siti Fatimah et al (2020) Pada penelitian ini didapatkan proses
persalinan berhubungan terhadap berat badan bayi dengan pemeriksaan
Kehamilan. Dimana bayi dengan berat badan <2500 gram beresiko 13.4 % akan
mengalami persalinan dengan tindakan dengan jumlah pemeriksaan antenatal <4
kai selama hamil. hal ini sejalan dengan penelitian Deshande, et al. ibu dengan
pemeriksaan kehamilan <4 kali selama kehamilan memiliki resiko melahirkan
bayi dengan berat badan lahir rendah. Demikian juga dalam penelitian Sigh dkk
menunjukan bahwa ibu hamil dengan BMI< 20 sangat berpengaruh terhadap
persalinan dan Berat Badan lahir Rendah.
E. Permasalahan pada saat persalinan
Berdasarkan Manuaba (2009), faktor yang menghambat persalinan diagi menjadi
3 golongan :
1. Kelainan tenaga/ HIS/ Power
His tidak normal menyebabkan halangan pada jalan lahir yang biasanya terdapat
pada setiap persalinan, sehingga persalinan dapat menjadi lambat dan macet.
Jenis kelainan antara lain :
a. Persalinan hipertonik
Biasanya terjadi pada dase laten persalinan, dengan peningkatan frekuensi
kontraksi dan penurunan lama kontraksi. Kontraksi menjadi amat
menyakitkan, karena sel-sel otot uterus mengalami anoksi, tetapi terjadi
dilatasi dan pendataran serviks inefektif, yang menyebabkan kelelahan-
kelelahan maternal. Kontraksi dapat terganggu dengan pertukaran
uteroplasenta dan dapat menyebabkan pada distress janin atau bahkan
kematian janin.
b. Persalinan hipotonik
Persalinan hipotonik adalah persalinan dengan kontraksi kurang dari tiga
hari intensitas ringan sampai sedang selama periode 10 menit dalam fase
persalinan aktif. Persalinan hipotonik juga dapat terjadi bila obat obatan
seperti meperedin diberikan pada fase persalinan laten atau ketika distensi
usus atau kandung kemih. Walaupun tidak sakit persalinan seperti ini dapat
menyebabkan kelelahan maternal, stress, infeksi intrauterine, dan pendarahan
postpartum.
6

c. Partus lama
Partus lama merupakan persalinan yang terjadi lebih dari 24 jam pada
primigravida dan lebih dari 18 jam pada multigravida (Teibang, 2012). Partus
lama ditandai oleh fase persalinan kala 1 berlangsung lebih lama fase ahir dan
laten menjadi lebih lama dan terjadi kegagalan dilatsi serviks dalam waktu
yang dapat diterima. Untuk mencegah penyulit, pengenalan dini, dan
pengobatan merupakan hal yang vital.
d. Persalinan presipitatus
Persalinan presipitatus adalah peristiwa persalinan yang selesai dalam
waktu empat jam (Farrer, 2001). Penyebab tersering pada kelahiran
presipitatus adalah kurangnya tahanan pada jaringan ibu, hiperaktif kontraksi
uterus, dan janin yang kecil terletak pada posisi yang yang mudah turun.
Persalinan demikian sering terjadi pada wanita multipara memiliki riwayat
persalinan presipitatus atau memiliki ukuran pelvic yang terlalu besar
( Manuaba, 2009).
e. Persalinan preterm
Persalinan preterm ditandai dengan kontraksi uterus yang menyebabkan
perubahan servikal antara kehamilan minggu ke-26 sampai ke-37. Faktor
yang berhubungan dengan masalah ini meliputi bayi lebih dari satu,
hidramnion (kelebihan air ketuban), hipertensi pada kehamilan, operasi
abdomen atau trauma, kematian janin, pendarahn uterus, inkompeten serviks,
dan ketuban pecah dini. Faktor maternalnya meliputi status sosial-ekonomi,
usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, merokok lebih dari 10
batang perhari, dan riwayat persalinan premature (Saifudin, 2006).
f. Ketuban pecah dini
Adalah kondisi pecahnya ketuban sebelum inpartu, yaitu jika pembukaan
primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm (Mochtar, 2002).
Penyebab KPD belum diketahui, tapi beberapa kali ditemui akibat bakteri dan
sekresi maternal yang menyebabkan iritasi dapat menghancurkan ketuban,
dan KPD pada trismester ke-2 sebagian besar disebabkan oleh serviks yang
tidak lagi mengalami kontraksi (inkompeten).
g. Ruptur uterus
Adalah robeknya otot uterus yang utuh bekas jaringan parut pada uterus
setelah janin lahir hidup. Ruptur uterus mengakibatkan janin terdorong ke
dalam abdomen menjadi lebih aktif karena mengalami asfiksia, denyut
jantung janin (DJJ) menjadi lemah dan kemudian hilang karena janin mati
(Champman, 2006).
2. Kelainana janin
a. Distres janin
Distres janin adalah kondisi dimana janin tidak dapat oksigen secara
cukup melalui sirkulasi maternal, sehingga menyebabkan hipoksia.ditandai
dengan melambatnya DJJ, cairan amnion berwarna mekonium, dan
7

hiperaktivitas janin, serta sampel darah kulit kepala janin memperlihatkan PH


7,2 atau kurang.

b. Ukuran terlalu besar


Besar ukuran bayi memiliki hubungan dengan beberapa faktor, termasuk
keturunan, ibu yang mengalami diabates, dan kehamilan yang sering
(Champman, 2006). Hal ini dapat meyebabkan disfungsional persalinan, yaitu
reptur uterus dan peningkatan insiden pendarahan postpartum. Persalinan
dapat lebih lama dan tindakan oprasi harus di lakukan.
c. Hidrosefalus
Hidrosefalus merupakan kondisi dimana cairan sarepbrospinal terkumpul
di kepala bayi, menyebabkan perbesaran kepala janin. Harapan hidup bagi
bayi sangat minim. Neonatus akan mengalami kerusakan otak berat dan
mungkin mati selama atau setelah persalinan (Surjadiningrat dan Saifudin,
2006).
d. Kehamilan ganda
Kembar dizigotik disebabkan dari pembuahan 2 ovum secara terpisah.
Kembar ini tidak identik, dan bisa berjenis kelamin yang berbeda. Hereditas,
usia, paritas, dan obat-obatann fertilitas mempengaruhi insiden kembar
dizigotik.
e. Malposisi dan malpresentasi
Ketika janin normal dan jalan lahir adekuat, persalinan kemungkin
memiliki hambatan jika posisi bayi abnormal terhadap pelvik ibu. Kecuali
terdapat masalah pada ukuran uterus, posisi ini memungkinkan bayi untuk
lewat melalui jalan lahir yang tidak teratur dengan mengalami sedikit
kesulitan (Pamilih, 2005).
f. Presentasi sungsang
Presentasi sungsang terjadi pada 3% sampai 4% dari semua kehamilan.
Beberapa teori menyebutkan faktor yang menyebabkan adalah bayi peterm,
plasenta preveia, hidramnion, kehamilan multiple, dan kelainan krainal janin.
Persalinan per vagina pada masalah ini akan lebih beresiko mengalami
prolaps tali pusar dan bayi mengalami peningkatan resiko terhadap
pendarahan intraknial, cidera medula spinalis disebabkan oleh regangan dan
manipulasi, palsi pleksus brakialis.
g. Kematian janin intera uterin
Intra uteri fetal death (IUFD) merupakan kematian janin dalam rahim,
sebelumnya disebut stillbirth, berhubugan dengan preklamsia atau eklamsia,
abrupsio, plasenta previa, diabetes, dan infeksi anomali kongienital
(Champman, 2006).
3. Kelainan jalan lahir
a. Kontraktur pada tulang pelvik
Masalah ini terjadi akibat tulang yang berbentuk corong dari pelvic pasien
terlalu sempit pada beberapa menit sehingga tidak dapat dilalui janin.
b. Tumor
8

Penyebab lain dari hambatan persalinan adalah adanya tumor yang


menyumbat sebgian atau keseluruhan jalan lahir.

F. Pencegahan permasalahan pada saat persalinan


Pencegahan permasalahan permasalahn tersebut dengan pelananan antenatal
care. Tujuan dari pelayanan ini adalah untuk agar ibu hamil dapat bersalin dengan
sehat dan memperoleh bayi yang sehat, deteksi dan antisipasi kehamilan, serta
deteksi dan antisipasi kelainan janin ( Maternity et al, 2017).
ANC bermanfaat bagi penurunan morbiditas dan mortalitas ibu. Antenatal care
yang dilakukan secara rutin juga dapat menurunkan kemungkinan kematian neonatal,
seperti dijelaskan dari hasil penelitian (Arunda, Emmelin, & Asamoah, 2017) bahwa
ada hubungan antara pemeriksaan kehamilan yang rutin dengan penurunan kematian
neonatal dan ibu hamil yang mendapat injeksi tetanus pada saat persalinan
berhubungan dengan penurunan kemungkinan kematian neonatal akibat infeksi
tetanus (OR 2,5, CI 95% 1,0-6,0). Didukung hasil penelitian lain yang menunjukkan
bahwa ibu hamil yang melakukan ANC secara lengkap terbukti efektif menurunkan
risiko perdaraan pasca salin sebesar 4,3%, kematian neonatus 2,3%, kematian bayi
2,7% dan 7,5% berat bayi lahir rendah 7,5%. ANC yang lengkap terbukti efektif
menurunkan risiko komplikasi neonatal (Haftu et al, 2018).
Standar antenatal care yaitu minimal pelayanan “10T”, sebagai berikut :
1. Timbang berat badan
2. Ukur tekanan darah
3. Nilai status gizi
4. Ukur tinggi fundus uteri
5. Tenentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
6. Skrining status imunisasi tetanus dan beikan imunisasi tetanus toksoid (TT )
7. Pemberian tablet zat besi
8. Tes laboratorium, tes kehamilan, pemeriksaan hemoglobin darah ( Hb),
pemeriksaan golongan darah ( bila belum pernah dilakukan sebelumnya ),
pemriksaan protein urin ( bila ada indikasi ) yang pemberian pelayanan
disesuaikn dengan trimester kehamilan.
9. Tatalaksana/penanganan kasus sesuia kewenangan
10. Temu wicara ( konseling )( Permenkes,2016).
G. Solusi permasalahan pada saat persalinan
Solusi permasalahan pada saat kehamilan dapat dilakukan dengan
penatalaksanaan masalah persalinan, yang terdiri dari :
1. Versi Sefalik Luar (External Cephalic Version)
Merupakan upaya memutar janin dari presentasi bokong atau bahu ke
peresentasi vertex. Upaya ini dilakukan setelah usia kehamilan 37 minggu dan
dilakukan di kamar bersalin. Ultrasonography diperlukan untuk memastikan
posisi janin, usia gestasi, jumlah cairan amnion, dan menyingkirkan diagnosis
plasenta previa dan anomaly.
2. Percobaan pertus
9

Dilakukan jika pelvis ibu masih dipertanyakan baik ukuran maupun bentuknya
atau jika ibu ingin melahirkan pervaginam setelah sebelumnya melahirkan
dengan SC dan bila janin menunjukkan presentasi yang abnormal.

3. Induksi Persalinan
Induksi persalinan adalah penggunaan stimulasi fisik atau kimiawi untuk
mempercepat intensitas kontraksi uterus Hal ini dilakukan pada wanita DM,
penyakit kronik, penyakit ginjal, riwayat persalinan presipitatus (kurang dan 4
jam) KPD pre eklamsı berat/eklaması dan abrupsio plasenta. Persalinan induksi
dapat dilakukan dengan :
a. Amniotomi
Amniotomi adalah perobekan membran amnion dengan perobeka
tujuan medis untuk mengalirkan cairan. Keuntungannya adalah
kontraksinya serupa dengan persalinan spontan pengawasan janin dapat
dilakukan, dan warna serta komposisi cairan amnion dapat dievaluasi
Kerugian adalah persalinan tidak segera mulai, mungkin terjadi proplaspus
tali pusat, dan selanjutnya tejadi infeksi (Prabulos dan Philipson, 1998
dalam Chapman 2006).
b. Infus Oksitosin
Infus oksitosin intravena adalah metode yang efektif untuk merangsang
kontraksi uterus. Oksitoksin 10 unit ditambahkan kedalam 1 liter cairan
intravena (biasanya Ringer Laktat), menghasilkan 10 mU oksitosin per
milliliter. Dibuatkan aliran intravena tanpa menggunakan cairan yang
mengandung obat, dan hubungkan botol oksitosin pada aliran tersebut.
Alat monitoring eksternal mungkin dipasangkan pada abdomen ibu
kontraksi uterus Dosisnya ditentukan oleh dokter yang hadir dan secara
bertahap ditingkatkan.
c. Pemberian Prostaglandin
Prostaglandin sangat efektif dalam mematangkan servik selama
induksi persalinan (Pamilih, 2006). Prostaglandin diberikan baik melalui
infuse intravena maupun melalui jeli intravena.
4. Metode Pematangan Serviks
Metode pematangan serviks yang sering dilakukan adalah dengan memberikan
hormone progesterone sintetik melalui kateter dan dimasukkan ke kanalis
servikalis atau dipasang pada diagfragma yang diletakkan dekat serviks.
Persalinan dengan Bantuan Forsep Inciden AM
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam persalinan bantuan forsep adalah
pembukaan sudah lengkap, bagian terendah sudah masuk panggul, presentasi
ketuban suda vertex, selaput ketuban sudah pecah, dan tidak boleh ada CPD
(Machmudah, 2010).
5. Persalinan dengan Bantuan Vakum Ekstraksi
Ekstrasi vakum merupakan alterfnatif yang sangat membantu untuk
menggantikan tindakan forceps rendah pada saat ibu meras letih dan tidak
mampu mengejan. Dengan menggunakan ekstraksi vacum, kemungkinan laserasi
10

atau keharusan untuk melakukan episiotomi akan lebih kecil bila dibandingkan
dengan tindakan forseps.

6. Persalinan Sectio Cesarean (SC)


Persalinan SC adalah kelahiran bayi melalui abdomen dan insisi uterus
(Bobaker al 2005). Tujuan SC adalah memelihara kehidupan atau kesehatan ibu
dan janinnya, yaitu karena adanya indikasi yang mendukung.
Indikası dilakukan SC adalah distosia, SC ulang, presentasi bokong, dan gawat
janin (Bobaket al, 2005). Indikasi lain antara lain infeksi, prolaps tali pusat
precklamsia, plasenta previa, solusio plasenta, malpresentasi, dan anomaly janin,
seperti hidrosephalus.
Faktor yang menyebabkan harus operasi SC adalah usia ibu, paritas, tinggi
badan ibu, jumlah pemeriksaan kehamilan, riwayat obstetri ibu, kejadian ketuban
pecah dini, riwayat hipertensi ibu, riwayat asma ibu, kejadian anemia.

2.2 Post partum


A. Pengertian post partum
Postpartum adalah periode setelah bayi lahir sampai organ-organ reproduksi
kembali ke keadaan normal dengan waktu enam minggu (Lowdermik, Perry, Bobak,
2005). Sedangkan Cunningham (2006) menyebutkan bahwa pengertian postpartum
adalah periode setelah kelahiran, mencakup enam minggu berikutnya saat terjadi
involusi uterus. Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa postpartum
adalah waktu setelah melahirkan sampai enam minggu sehingga fungsi organ
reproduksi kembali normal.
B. Tahapan post partum
Periode postpartum (puerperium) dibagi menjadi tiga periode yaitu pertama
puerperium dini yaitu periode dimana ibu sudah diperbolehkan berdiri dan berjalan-
jalan. Kedua puerperium intermedial yaitu waktu yang dibutuhkan untuk kepulihan
seluruh alat genetalia dengan waktu 6-8 minggu. Ketiga remote puerperium yaitu
waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna (Mochtar, 2002; Manuaba,
2007).
C. Permasalahan pada saat post partum
1. Infeksi nifas
Disebabkan oleh bakteri Staphylicocsuss aureus, Escherichia coli, dan Proteus
vulgaris. Menyebabkan gejala selama 36-48 jam dengan gejala suhu tubuh
menungkat, dan luka biasanya membengkak, hangat dan nyeri tekan.
2. Perdarahan
Adalah kehilangan darah lebih dari 500 cc atau lebih dari traktus ganetalia
setelah melahirkan.
3. Dehiscene dan eviserasi
Gangguan yang menyebabkan penonjolan bekas luka. Terjadi karena jahitan
lepas, infeksi, dan lebih sering batuk atau mengejan.
11

4. Luka operasi sectio caesaria


a. Sectio Caesaria Transperitonealis Profunda
Bahaya peritonitis tidak besar,karena parut pada uterus umumnya kuat dan
juga tidak seberapa banyak mengalami kontraksi. Sehingga luka dapat
sembuh dengan sempurna.
b. Sectio Caesaria Klasik
Yaitu pembedahan pada bagian tengah korpus uteri sepanjang 10-12 cm.
Bahaya peritonitis lebih besar, karena lebih berisiko terjadinya perdarahan.
c. Sectio Caesaria Ekstraperitoneal
Tidak lagi dilakukan, dikarenakan tekniknya sangat sulit. Pembedahan ini
dilakukan untuk mengurangi bahaya infeksi.
5. Luka perineum
a. Repture
Adalah luka yang disebabkan oleh desakan kepala atau bahu janin saat
persalinan. Bentuknya tidak teratur, sehingga sulit untuk dilakukan
penjahitan.
b. Episitomi
Adalah luka yang dibuat untuk memperbesar muara vagina yang
dilakukan tepat sebelum keluarnya kepala bayi.
6. Perubahan psikologis
Tabel perbedaan macam macam perubahan psikologis (Taufik ,2011)

D. Pencegahan permasalahan pada saat post partum


1. Pencegahan infeksi dan luka
Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh
karena itu kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi.
Kebersihan badan, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk
tetap dijaga. Saat ibu mandi bersihkan seluruh tubuh sampai ke perineum dengan
memakai sabun (Ella dan Maryam, 2019).
Dampak jika ibu tidak melakukan Pencegahan Infeksi pada Luka Perineum
ibu maka akan timbul beragam masalah seperti pengeluaran cairan vagina/flour
albous, iritasi didaerah vulva, timbulnya masalah infeksi pada saluran kemih, bau
yang tidak menyenangkan dan infeksi pada daerah vagina (vaginitis), Serta
berbagai macam infeksi lainnya.
12

2. Pencegahan gangguan psikologis


Tindakan pencegahann seperti :
a. Hindari pekerjaan atau kegiatan tak penting. Jangan sampai merasa sangat
lelah.
b. Olah raga
c. Mintalah bantuan keluarga, tetangga, teman, atau baby sitter untuk menjaga
bayi sementara saat tidur.
d. Rekreasi.
e. Rencanakan acara keluar bersama bayi, berdua bersama dengan suami.
f. Memilih dokter kandungan atau bidan yang tepat, juga perlu
dipertimbangkan.
E. Solusi permasalahan pada saat post partum
1. Pengobatan luka operasi yang lama
Menurut Arisanty (2013), ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses
penyembuhan luka yaitu:
a. Faktor Umum
1 Usia, pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi tubuh yang akan
menyebabkan penurunan waktu selama proses penyembuhan luka
2 Penyakit penyerta, ada beberapa penyakit penyerta yang sering
mempengaruhi proses penyembuhan luka seperti diabetes melitus, ginjal,
dan jantung yang akan memperberat kerja sel dalam memperbaiki luka
3 Nutrisi, atau yang biasa disebut dengan istilah asupan makanan
berpengaruh dalam proses penyembuhan luka
4 Status psikologis, dapat menyebabkan penurunan selama proses
penyembuhan luka karena hal tersebut akan menganggu efisiensi kerja
imun tubuh. Status psikologis tersebut seperti stres, cemas, dan depresi
5 Obat, obat-obatan kimia sintetis ada yang berfungsi untuk
menyembuhkan luka, tetapi ada juga beberapa yang menghambat proses
penyembuhan luka seperti nonsteroidal antiinflamatoy drug atau NSAID
b. Faktor lokal
1 Hidrasi luka, kondisi luka yang lembab sangat mendukung proses
penyembuhan luka
2 Penatalaksanaan luka, perlu diperhatikan dengan tepat untuk mendukung
penyembuhan luka seperti kebersihan dan pemilihan obat yang
digunakan
3 Temperatur luka, temperatur yang stabil untuk jaringan tubuh yang
mengalami luka adalah 37oC
4 Benda asing, pada luka sayat benda asing harus dibersihkan dengan tepat
agar luka cepat menutup dan tidak menyebabkan terjadinya infeksi
2. Pengobatan gangguan psikologis
Penatalaksanaan ibu dengan gangguan psikologis postpartum dapat dilakukan
dengan :
1. Farmakologi
13

Pasien yang telah didiagnosis dengan gangguan depresi postpartum, diberikan


pengobatan dengan antidepressant. Pemberian selective serotonin reuptake
inhibitor (SSRIs) seharusnya diberikan pada karena golongan obat tersebut
mempunyai resiko efek toksik yang rendah.
2. Psikoterapi
Pada studi yang melibatkan 120 ibu melahirkan, interpersonal psikoterapi,
dengan pengobatan 12 sesi yang terfokus pada perubahan peran dan pentingnya
suatu hubungan sangat efektif untuk meredakan gejala depresi dan meningkatkan
fungsi psikososial.

3. Profilaksis Treatment
Menyusui juga merupakan salah satu treatment yang bersifat profilaksis.
Menyusui tidak hanya untuk mengurangi stress untuk ibu, namun juga menguragi
tingkat stress pada bayi ketika ibunya mengalami depresi.

2.3 Neonatus
A. Pengertian neonatus
Neonatus adalah bayi yang baru lahir 28 hari pertama kehidupan (Rudolph,
2015). Neonatus memiliki ciri berat badan 2700-4000gram, panjang, panjang 48- 53
cm, lingkar kepala 33-35cm (Potter & Perry, 2009). Neonatus memiliki frekuensi
denyut jantung 120-160 x/menit, pernapasan 40-60 x/menit, lanugo tidak terlihat dan
rambut kepala tumbuh sempurna, kuku agak panjang dan lemas, nilai APGAR >7,
refleks -refleks sudah terbentuk dengan baik (Dewi, 2010).
B. Klasifikasi neonatus
Klasifikasi neonatus menurut Marni (2015) :
1. Neonatus menurut masa gestasinya
a. Kurang bulan (preterm infan) : <259 hari ( 37 minggu)
b. Cukup bulan (term infant) : 259- 294 hari (37-42 minggu)
c. Lebih bulan( postterm infant) : >294hari (42 minggu)
2. Neonatus menurut berat lahir :
a. Berat lahir rendah : <2500 gram
b. Berat lahir cukup : 2500-4000 gram
c. Berat lahir lebih : >4000 gram
3. Neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi (masa gestasi dan
a. Ukuran berat lahir yang sesuai untuk masa kehamilan :
b. Neonatus cukup/ kurang/ lebih bulan.
c. Sesuai/ kecil/ besar ukuran masa kehamilan.
C. Permasalahan pada naonatus
1. Suhu tubuh
Permasalahan pada suhu tubuh akan muncul jika suhu tubuh bayi kurang dari
36,5°C dan lebih dari 37,5°C.

2. Frekuensi pernapasan terganggu


14

Permaslahan ini akan muncul apabila frekuensi secara konsisten lebih dari 60
atau kurang dari 30 kali per menit, Grunting ketika ekspirasi, dan terdapat tarikan
dinding dada ke dalam.
3. Infeksi kulit
Infeksi kulit pada balita yang biasanya terjadi adalah ruam popok. Ruam
popok merupakan inflamasi kulit yang umum pada area popok untuk bayi dan
balita. Ruam popok atau juga diaper rash, berkaitan dengan infeksi. Sejak
popok sering digunakan pada balita, banyak komplikasi yang terjadi pada
kelompok usia ini (Bonifazet al., 2016). Hal ini menjadi sebagai salah satu
masalah kulit pada bayi dan balita, dengan prevalensi 7% dan 50%
(Coughlin,Frieden, & Eichenfield, 2014).
Ruam akan dikarakteristikkan dengan tampak kasar, lembab atau adanya
macula, dan papula pada kulit yang kontak langsung dengan popok. Terutama
pada lipatan kulit. Ketika infeksi Candida albicans terjadi, ruam mempunyai plak
merah terang dengan bagian tepi yang tajam akan pecah dan keluar. Papula dan
pustule kecil akan terlihat pada sepanjang lesi. Lipatan kulit akan
terpengaruh/terkena (Ball, Bindler, Cowen, & Shaw, 2017).
4. Permasalahan berat badan
Berat lahir kurang dari 2,5 kg atau lebih dari 4 kg.
D. Pencegahan permasalahan pada saat neonatus
1. Suhu tubuh
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
a. Mempertahankan bayi tetap memakai baju atau tertutup setiap saat
b. Rawat bayi dalam ruangan yang hangat tidak kurang dari 25°C.
c. Jangan meletakkan bayi dekat dengan benda dingin
2. Frekuensi napas terganggu
Pencegahan adanya permasalahan pada frekuensi napas, dapat dilakukan
dengan cara memantau repon bayi terhadap oksigen. Biasanya menggunakan
oksimeter untuk memastikan bahwa bayi mendapat konsentrasi oksigen yang
adekuat. Jika oksimeter tidak tersedia, pantau bayi menggunakan tanda-tanda,
kesulitan bernapas atau sianosis sentral (lidah dan bibir biru).
3. Infeksi kulit
Beberapa pencegahan ruam popok pada bayi, yaitu :
a. Berikan perawatan rutin pada bayi baru lahir, seperti mengganti popok
dengan rutin
b. Pertimbangkan setiap orang yang ingin kontak langsung dengan bayi
c. Cuci tangan atau berikan pembersih alkohol
d. Pakai pakaian pelindung dan sarung tangan
e. Bersihkan tempat perawatan bayi dengan teratur
4. Permasalahan berat badan
Permaslahan pada berat badan bayi dapat dicegah saat masa kehamilan, dengan
cara :
1. Merencanakan kehamilan dengan matang
2. Periksa kehamilan dengan teratur
15

3. Konsultasi penyakit bawaan


E. Solusi permasalashan pada saat neonatus
1. Suhu tubuh
Solusi untuk mempertahankan suhu tubuh bayi adalah dengan inkubator.
Selain untuk mempertahankan suhu tubuh, inkubator juga memungkinkan
pengamatan bayi, oksigen dapat mudah diberikan, dan bayi dapat terlanjang bila
perlu.
2. Frekuensi napas terganggu
Penggunaan Head box Inkubator, Dengan cara mengubungkan langsung oksigen
kedalam inkubator dan menyesuaikannya agar mencapai konsentrasi yang
diinginkan.

3. Infeksi kulit
Cara mengobati ruam popok menurut Handayani, Irawaty, dan Panjaitan
(2011) menunjukkan bahwa minyak zaitun dapat mencegah komplikasi. Temuan
dari penelitian ini mengkonfirmasi sejumlah penelitian dan mengindikasikan
bahwa pemberian minyak zaitun mempunyai efek yang baik terhadap ruam
popok. Manajemen ruam popok mempunyai banyak pendekatan. Akan tetapi,
pada diagnosa yang tepat dan pengobatan yang sesuai, tenaga kesehatan
sebaiknya mempunyai pengetahuan tentang etiologi ruam popok, fisiologi kulit,
dan mikrobakterial kulit. Untuk menghilangkan penyebab ruam popok dan
menggunakan salep pelindung akan cukup membantu dalam mengobati kasus
yang ringan. Akan tetapi, pada pendekatan terapeutik terbaik, pemeriksaan
jamur dan bakteri sebaiknya dijalankan ketika ada dugaan (Shin, 2014).
Hal yang harus dihindari saat terjadinya ruam, seperti : pergantian popok
yang lama, penggunaan antibiotic spectrum luas pada bayi, perawatan kulityang
buruk pada area popok, penggunaan cairan sabun untuk membersihkan kulit,
dan menggunakan bedak talcum (Tuzun et al., 2015).
4. Permasalahan berat badan
Beberapa perawatan yang sering kali digunakan untuk berat badan bayi yang
kurang di antaranya:
a. Perawatan di unit perawatan intensif neonatal (NICU)
b. Tempat tidur yang dilengkapi dengan pengatur suhu
c. Pemberian makanan khusus
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Persalinan
1. Nama Ibu : Siska Dwi Andriana
2. Usia : 30 tahun
3. Melahirkan yang ke : ke-2 kali, SC karena pastur lama dan SC ulang
4. Tanggal persalinan : 6 Mei 2023,
5. Penolong persalinan : Dokter Spesialis, Rumah Sakit Amelia Pare
6. Kondisi kesehatan ibu
TB 156 cm IMT
BB 74 kg kurus normal gemuk obesitas
Lila 32 cm 30,4
Riwayat kesehatan ibu
Hipertensi - Asma -
Jantung - Tuberkolosis -
Tyroid - Hepatitis -
Alergi - Jiwa -
Autoimun - Sifilis -
Diabetes -
Riwayat kehamilan dan persalinan
No Tahun Berat lahir Persalinan Penolong persalinan Komplikasi
1 2014 3300 gr Spt B Bidan RS / dokter OD
2 2023 3800 gr Sc Dokter Spesialis -

7. Berapa lama merasakan kontraksi : lebih dari 1 hari


8. Tanda-tanda awal persalinan yang dirasakan ibu
a. Mulas-mulas
b. Keluar lender bercampur darah
c. Keluar ketuban
3.2 Postpartum
1. Lama waktu nifas : 7 hari
2. Keadaan umum : Baik
3. Kunjungan nakes dirumah : Tidak pernah
4. Konsumsi Vit A : Iya
5. Komsumsi tablet darah : Iya
6. Konsumsi Antibiotik : Iya
7. Keluhan saat nifas : Luka operasi sulit sembuh
8. Demam sat nifas : Tidak
9. Sakit Kepala : Tidak
10. Pandangan Kabur : Tidak
11. Nyeri ulu hati,jantung berdebar : Tidak
12. Keluar cairan dari jalan lahir : Darah dan bercak
16
17

13. Asi keluar : Iya


14. Darah Nifas : Berbau amis
15. Berhenti darah nifas berapa lama : 7 hari setelah persalinan
16. Apakah sudah melakukan KB : Sudah, IUD
17. Luka setelah melahirkan : Jahitan lama keringnya
18. Makanan yang dimakan saat nifas : Buah-buahan, Nasi, Ayam, dan sayur
19. Berapa kali melakukan pemeriksaan : 4 kali
20. Cara memberikan ASI : Secara langsung ( tidak di pompa)
3.3 Neonatus
Nama balita : Raden Faaz Elbarra
Usia : 1 bulan 29 hari
Jenis kelamin : Laki-laki
Anak keberapa : ke-2
Berat badan lahir : 3800 gr
Panjang badan lahir : 50 cm
Lingkar kepala : 32 cm
IMD : iya
Vit K : iya
Salep mata : iya
Imunisasi HB : iya
Tali pusat sudah lepas belum : sudah
IMunisasi yang didapatkan sekarang : polio tetes 1
Dikunjungi oleh tenagan kesehatan : tidak pernah
Perkembangan bayi
1. Bisa mengangkat kepala namun belum terlalu kuat
2. Bayi bisa spontan mengoceh dan bereaksi dengan mengoceh
3. Bayi suka tertawa keras
4. Bayi membalas dengan tersenyum ketika diajak berbicara
5. Bayi mengenal ibu dengan pendengaran dan kontak
ASI dicampur sufor atau tidak : tidak
Sudah diberikan makanan apa belum : belum
Apakah ada tanda bahaya dari balita : ruam merah pada sekitar paha
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Operasi Sectio Cesarean

Ny. Siska mengikuti pelayanan ANC secara rutin setiap bulan. Bahkan beliau sempat
melakukan kontrol lebih dari 1 kali per bulan. Dari data yang diperoleh, beliau
melakukan 17 kali dalam masa kehamilan. Dari data tersebut, dapat dianalisis hampir
tidak ada keluhan kecuali mual-mual dan tanda tanda persalinan. Menurut kontraksi
persalinan beliau dimulai dari tanggal 4 Mei 2023 dan melahirkan pada tanggal 6 mei
2023 yang mana hal tersbut teridentifikasi sebagai permasalhan partus lama yang
menyebabkan diberlakukannya operasi Sectio Cesarean.
Partus lama merupakan persalinan yang terjadi lebih dari 24 jam pada primigravida
dan lebih dari 18 jam pada multigravida (Teibang, 2012). Partus lama ditandai oleh fase
persalinan kala 1 berlangsung lebih lama fase ahir dan laten menjadi lebih lama dan
terjadi kegagalan dilatsi serviks dalam waktu yang dapat diterima. Untuk mencegah
penyulit, pengenalan dini, dan pengobatan merupakan hal yang vital. Komplikasi
persalinan lama meliputi :
1. Stress janin, terjadi ksrena gangguan suplai darah dan berkurangnya oksigen
oksigen, menyebabkan asfiksia janin
2. Ketuban pecah dini meningkatkan infeksi dan prolaps tali pusat bila bagian
presentasi gagal untuk turun.
3. Cidera jaringan lunak atau trauma serebral karena tekanan terus-menerus yang kuat
pada kepala janin atau karena tekanan terus menerus yang kuat pada kepala janin
atau karena kelahiran forsep.
Selain partus yang lama indikası dilakukan Sectio Cesarean adalah distosia, Sectio
Cesarean ulang, presentasi bokong, dan gawat janin (Bobaket al, 2005). Tujuan SC
adalah memelihara kehidupan atau kesehatan ibu dan janinnya, yaitu karena adanya
indikasi yang mendukung.
Ny. Siska menyatakan bahwa beliau memilih tindakan operasi Sectio Cesarean ini
juga sebabkan oleh salah satu indikasi, yaitu Sectio Cesarean ulang. Sehingga menurut
penurutan beliau dokter menyarankan untuk melakukan operasi Sectio Cesarean saja.

4.2 Luka sayatan lama sembuh

Berdasarkan dari tinjauan kasus, Ny. Siska memiliki keluhan luka sayatan operasi lama
sembuh. Menurut Arisanty (2013), ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses
penyembuhan luka yaitu:
a. Faktor Umum
a Usia, pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi tubuh yang akan menyebabkan
penurunan waktu selama proses penyembuhan luka.
b Penyakit penyerta, ada beberapa penyakit penyerta yang sering mempengaruhi
proses penyembuhan luka seperti diabetes melitus, ginjal, dan jantung yang
akan memperberat kerja sel dalam memperbaiki luka.

18
19

c Nutrisi, atau yang biasa disebut dengan istilah asupan makanan berpengaruh
dalam proses penyembuhan luka, karena nutrisi yang kurang akan menghambat
kinerja sel bahkan menyebabkan infeksi.
d Status psikologis, dapat menyebabkan penurunan selama proses penyembuhan
luka karena hal tersebut akan menganggu efisiensi kerja imun tubuh. Status
psikologis tersebut seperti stres, cemas, dan depresi.
e Obat, obat-obatan kimia sintetis ada yang berfungsi untuk menyembuhkan luka,
tetapi ada juga beberapa yang menghambat proses penyembuhan luka seperti
nonsteroidal antiinflamatoy drug atau NSAID, obat sitotoksik, kortikosteroid,
imunosupresan, dan penisilin atau penisilamin.
b. Faktor lokal
1 Hidrasi luka, kondisi luka yang lembab sangat mendukung proses penyembuhan
luka, karena pada luka yang terlalu kering akan menghasilkan fibrin yang
mengeras sedangkan luka yang terlalu basah kan menyebabkan kerusakan yang
memperburuk area di sekitar luka.
2 Penatalaksanaan luka, perlu diperhatikan dengan tepat untuk mendukung
penyembuhan luka seperti kebersihan dan pemilihan obat yang digunakan.
3 Temperatur luka, temperatur yang stabil untuk jaringan tubuh yang mengalami
luka adalah 37o C, karena pada suhu tersebut dapat meningkatkan proses
mitosis untuk mempercepat proses penyembuhan.
4 Benda asing, pada luka sayat benda asing harus dibersihkan dengan tepat agar
luka cepat menutup dan tidak menyebabkan terjadinya infeksi.
Pencegahan dalam permasalahan ini dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan
badan, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga. Saat ibu
mandi bersihkan seluruh tubuh sampai ke perineum dengan memakai sabun (Ella dan
Maryam, 2019).
Selain itu dapat juga dilakukan dengan melakukan beberapa upaya, seperti :
1. Lakukan kontrol ke dokter sesuai jadwal yang telah ditentukan
2. Periksa bekas luka secara rutin. Pastikan tidak ada tanda-tanda infeksi.
3. Jaga luka operasi agar tidak terkena air dalam 24 jam pertama setelah operasi.
4. Ganti perban penutup luka operasi secara berkala. Pastikan Anda mencuci tangan
terlebih dahulu sebelum membuka perban.
5. Konsumsi makanan bernutrisi.
6. Lakukan aktivitas ringan, seperti berjalan-jalan di sekitar rumah.
7. Hindari berenang selama beberapa minggu setelah operasi.
8. Hindari mengangkat benda yang terlalu berat selama beberapa minggu setelah
operasi.
9. Hindari mengonsumsi obat selain obat yang diresepkan oleh dokter.
10. Hindari mengemudi motor atau mobil selama 2 minggu sampai 2 bulan, atau sesuai
anjuran dokter.
11. Jangan memaksakan diri untuk kembali bekerja jika luka bekas operasi belum benar-
benar sembuh (Merry Dame Cristy Pane, 2020).
20

4.3 Ruam popok


Infeksi kulit pada balita yang biasanya terjadi adalah ruam popok. Ruam popok
merupakan inflamasi kulit yang umum pada area popok untuk bayi dan balita. Ruam
popok atau juga diaper rash, berkaitan dengan infeksi. Sejak popok sering digunakan
pada balita, banyak komplikasi yang terjadi pada kelompok usia ini (Bonifazet al.,
2016). Hal ini menjadi sebagai salah satu masalah kulit pada bayi dan balita, dengan
prevalensi 7% dan 50% (Coughlin,Frieden, & Eichenfield, 2014).
Hal yang harus dihindari saat terjadinya ruam, seperti : pergantian popok yang
lama, penggunaan antibiotic spectrum luas pada bayi, perawatan kulityang buruk pada
area popok, penggunaan cairan sabun untuk membersihkan kulit, dan menggunakan
bedak talcum (Tuzun et al., 2015).
Cara mengobati ruam popok menurut Handayani, Irawaty, dan Panjaitan (2011)
menunjukkan bahwa minyak zaitun dapat mencegah komplikasi. Temuan dari penelitian
ini mengkonfirmasi sejumlah penelitian dan mengindikasikan bahwa pemberian
minyak zaitun mempunyai efek yang baik terhadap ruam popok. Manajemen ruam
popok mempunyai banyak pendekatan. Akan tetapi, pada diagnosa yang tepat dan
pengobatan yang sesuai, tenaga kesehatan sebaiknya mempunyai pengetahuan tentang
etiologi ruam popok, fisiologi kulit, dan mikrobakterial kulit.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kontraksi persalinan lama/ patrus lama yang menyebabkan diberlakukannya operasi
Sectio Cesarean. Partus lama ditandai oleh fase persalinan kala 1 berlangsung lebih lama
fase ahir dan laten menjadi lebih lama dan terjadi kegagalan dilatsi serviks dalam waktu
yang dapat diterima. Untuk mencegah penyulit, pengenalan dini, dan pengobatan
merupakan hal yang vital. Hal ini juga sebabkan oleh salah satu indikasi, yaitu Sectio
Cesarean ulang. Sehingga menurut penurutan beliau dokter menyarankan untuk
melakukan operasi Sectio Cesarean saja.

Berdasarkan dari tinjauan kasus, Ny. Siska memiliki keluhan luka sayatan operasi
lama sembuh. Menurut Arisanty 2013, ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses
penyembuhan luka yaitu Faktor Umum dan Usia, Penyakit penyerta, Nutrisi, Status
psikologis, dan Obat. Faktor lokal Hidrasi luka, Penatalaksanaan luka, temperatur dan
benda asing. Hal tersebut dapat di atasi dengan melakukan beberapa upaya seperti
kontrol setiap hari dan mengkonsumsi masakan bergizi.

Infeksi kulit pada balita yang biasanya terjadi adalah ruam popok. Ruam popok
merupakan inflamasi kulit yang umum pada area popok untuk bayi dan balita. Ruam
popok atau juga diaper rash, berkaitan dengan infeksi. Hal yang harus dihindari saat
terjadinya ruam, seperti pergantian popok yang lama, penggunaan antibiotic spectrum
luas pada bayi, perawatan kulityang buruk pada area popok, penggunaan cairan sabun
untuk membersihkan kulit, dan menggunakan bedak talcum Tuzun et al.

5.2 Saran
Menurut penjelasan dari Ny. Siska, beliau tidak pernah mendapatkan kunjungan
langsung ke rumah selama post partum berlangsung. Yang mana hal tersebut tidak sesuai
dengan kebijakan yang ada. Petugas kesehatan yang bertugas seharusnya dapat lebih
aktif dalam melakukan pelayanan postpartum dan neonatus.

21
Daftar Pustaka

Aliyanto, W., & Rosmadewi, R. (2017). Pengetahuan ibu hamil tentang Program
Perencanaan
Persalinan Dan Pencegahan Komplikasi (P4k) pada Antenatal Care. Jurnal Ilmiah
Keperawatan Sai Betik, 10(1), 90-96.

Amelia, P. (2019). Konsep Dasar Persalinan. Umsida Press, 1-126.

Diana, S., & Mail, E. (2019). Buku ajar asuhan kebidanan, persalinan, dan bayi baru lahir.
CV Oase Group (Gerakan Menulis Buku Indonesia).

Fatimah, S., & Fatmasaanti, U. (2020). Analisis Faktor Yang Behubungan Dengan Jenis
Persalinan Pada Ibu Hamil. Jurnal Kebidanan Malahayati, 6(3), 277-281.

Fitriyani, F., & Aisyah, R. D. (2019). Hubungan frekuensi antenatal care dengan program
persiapan persalinan dan pencegahan komplikasi. Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan
Aisyiyah, 15(1), 31-36.

Irawati, Lia Dwi (2018) Uji Efektivitas Ekstrak Daun Salam (Syzygium Polyanthum W.)
Terhadap Penyembuhan Luka Sayat Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Dimanfaatkan
Sebagai Sumber Belajar Biologi. Undergraduate (S1) Thesis, University Of
Muhammadiyah Malang.

Lestari, Dwi (2015) Hubungan Antara Usia Ibu Dengan Kejadian Penyulit Persalinan Di
Rsud
Banyumas. Bachelor Thesis, Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Machmudah, M. (2015). Gangguan Psikologis pada Ibu Postpartum; Postpartum


Blues. Jurnal
Keperawatan Maternitas, 3(2), 118-125.

Pertasari, R. M. Y. (2022). Efektifitas Birth Ball terhadap Kemajuan Persalinan pada Ibu
Bersalin di Klinik Permata Bunda Kota Serang. Journal Of Midwifery, 10(1), 77-82.

Risnawati, Ni Kadek (2021) Gambaran Jenis Persalinan Pada Ibu Bersalin Dengan


Corona Virus Disease 19 Di Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya
Denpasar. Diploma Thesis, Poltekkes Denpasar.

Asgalina Prabawani (2021) Karakteristik Ibu Hamil Dan Kepatuhan Anc Selama Pandemi
Covid-19 Di Puskesmas Minggir Sleman Tahun 2021.
["Eprint_Fieldopt_Thesis_Type_Skripsi" Not Defined] Thesis, Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta.

22
23

Sebayang, S. M., & Sembiring, E. (2020). Efektivitas Pemberian Minyak Zaitun Terhadap
Ruam Popok Pada Balita Usia 0-36 Bulan. Indonesian Trust Health Journal, 3(1), 258-
264.
Dokumentasi

24
25

Anda mungkin juga menyukai