Anda di halaman 1dari 12

PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH

TENAGA NON KESEHATAN


Makalah disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas

Dosen Pengampu:
Rifzul Maulina, S.ST., M.Kes

Kelompok 7 :

1. Rhenda Ainka Risma 216003


2. Rieza Junava Saffrilia 216006
3. Ine Febrianti Suswardani 216008
4. Iza Rahmatuz Zahwa 216031
5. Ria Fatimatuz Zahro 216032

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN
RS dr. SOEPRAOEN MALANG
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan keharibaan Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberi taufiq/hidayah, kesehatan, dan kesempatan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas dengan Judul
“Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Non Kesehatan” ini dengan tepat pada waktunya.
Adapun makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Asuhan
Kebidanan Komunitas di prodi Sarajana Kebidanan Tingkat 3 Institut Teknologi Sains dan
Kesehatan RS dr. Soepraoen Malang.
Tak lupa penulis haturkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada :
1. Rifzul Maulina, S.ST.,M.Kes selaku dosen pengampu mata kuliah Asuhan
Kebidanan Komunitas di Institut Teknologi Sains dan Kesehatan RS dr. Soepraoen
Malang
2. Seluruh pihak yang telah dalam membantu penyelesaian makalah ini
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak kesahalahan dalam penulisan dan kata. Dimohon untuk kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk memperbaiki makalah kami agar selanjutnya bisa menjadi lebih
baik.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................................3
PENDAHULUAN....................................................................................................................3
1.1 LATAR BELAKANG................................................................................................3
1.2 RUMUSAN MASALAH...............................................................................................4
1.3 TUJUAN PENULISAN.................................................................................................4
1.4 MANFAAT.....................................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................................5
PEMBAHASAN......................................................................................................................5
2.1 Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan............................................................5
2.2 Faktor Penyebab Bersalinan Oleh Non Nakes...............................................................5
2.2.1 Hubungan Pengetahuan dengan Pemilihan Tenaga Penolong Persalinan..................5
2.2.2 Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Pemilihan Tenaga Penolong Persalinan.....6
2.2.3 Hubungan Jarak ke Fasilitas Kesehatan dengan Pemilihan Tenaga Penolong
Persalinan.............................................................................................................................6
2.3 Kelebihan Pertolongan dukun Bayi (Non Nakes)..........................................................7
2.4 Kekurangan pertolongan persalinan oleh non tenaga kesehatan...............................7
2.5 Upaya pemerintah utk mengatasi pertolongan persalinan oleh non tenaga kesehatan...8
BAB III...................................................................................................................................10
PENUTUP..............................................................................................................................10
3.2 Saran........................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................11

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Persalinan merupakan proses membuka dan menipisnya serviks dan janin
turun kedalam jalan lahir kemudian berakhir dengan pengeluaran bayi cukup bulan
atau siap untuk tinggal di luar perut, diikuti dengan pengeluaran plasenta dan selaput
janin dari tubuh ibu melalui vagina, dengan atau tanpa bantuan. Persalinan dianggap
normal jika prosesnya terjadi pada usia cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa
disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) ketika uterus berkontraksi dan
menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan mengecil) dan berakhir dengan
keluarnya plasenta total.(Sulfianti et al., 2020)
Pada beberapa daerah masih banyak memilih penolong persalinan dengan
tenaga non kesehatan seperti dukun beranak yang sering kali menimbulkan dampak
buruk bagi ibu dan bayi seperti tetanus neonatorum dan infeksi karena pertolongan
persalinan yang diberikan tidak adekuat (Saifuddin, 2014). Rendahnya cakupan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan menjadi salah satu faktor yang yang
berhubungan dengan angka kematian pada ibu dan bayi (Kemenkes RI, 2014).
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan jumlah kematian ibu yang terjadi
selama kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan,
nifas ataupun penanganannya, tapi bukan disebabkan oleh kecelakaan atau cidera di
setiap 100.000 kelahiran hidup. AngkaKematian Bayi (AKB) adalah jumlah
kematian bayi dalam usia 28 hari pertama kehidupan per 1000 kelahiran hidup
(WHO, 2016). Penyebab kematian bayi dibagi menjadi kematian dalam kandungan
yang dibawa oleh bayi sejak lahir seperti asfiksia dan kematian bayi di luar
kandungan yang disebabkan oleh beberapa faktor-faktor yang berhubungan dengan
pengaruh dari luar (Vivian, 2014).
Organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan sekitar 830 perempuan
meninggal tiap harinya karena diakibatkan komplikasi kehamilan dan pada saat
proses kelahiran. Sekitar 99% dari kematian tersebut terjadi di daerah negara
berkembang. Pada tahun 2015, rasio kematian maternal di negara-negara
berkembang adalah 239 per 100.000 kelahiran hidup berbanding 12 per 100.000
kelahiran hidup di negara maju. Sekitar 303.000 wanita meninggal selama kehamilan
dan persalinan pada akhir tahun 2015. Sementara itu, bayi yang meninggal selama
28 hari pertama kehidupan sebanyak 2,7 juta bayi dan yang lahir mati sebanyak 2,6
juta. Menurut WHO tahun 2016 tersebut, hampir semua kejadian kematian terjadi
karena hal yang dapat dicegah.
Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi angka kematian ibu
dan bayi ini adalah dengan memastikan kelahiran bayi ditolong oleh tenaga
kesehatan terlatih dan terakreditasi seperti Bidan, Dokter Spesialis Kandungan dan
Dokter Umum atau tenaga penolong yang telah dididik dan dilatih. Tenaga inilah
yang bertugas untuk mengelola kehamilan normal (tanpa komplikasi), persalinan,
masa nifas dan mampu melakukan identifikasi, manajemen serta rujukan komplikasi
pada ibu dan bayi baru lahir (Kemenkes RI, 2013). Upaya preventif lain yang harus
dilakukan dalammengurangi angka kematian ibu dan bayi adalah meningkatkan

4
pengetahuan, mencegah komplikasi dan mempersiapkan wanita untuk melahirkan
(Nurdiyan, 2014).
Sekitar 70% – 80% pertolongan persalinan di pedesaan ditangani oleh dukun
bayi. Dukun bayi mendapat mendapat kepercayaan kepercayaan penuh sebagai
sebagai orang tua yang dapat melindungi melindungi klien dan keluarga. Biaya
pertolongan bayi oleh dukun di berikan secara bertahap yang dianggap murah,
meskipun bila dihitung relatif mahal. Di zaman sekarang pun masih ada ibu yang
memilih untuk persalinan ditolong oleh tenaga non kesehatan. Maka dari itu penulis
tertarik untuk membahas perihal pertolongan persalinan oleh tenaga non Kesehatan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan?
2. Apa faktor penyebab pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan?
3. Apa kelebihan pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan?
4. Apa kekurangan pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan?
5. Bagaimana upaya pemerintah untuk mengatasi pertolongan persalinan oleh
tenaga non kesehatan?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Mengetahui pengertian dari pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan?
2. Mengetahui factor penyebab pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan?
3. Mengetahui kelebihan pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan?
4. Mengetahui kekurangan pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan?
5. Mengetahui upaya pemerintah untuk mengatasi pertolongan persalinan oleh
tenaga non kesehatan?

1.4 MANFAAT
Diharap makalah ini dapat memberikan manfaat kepada:
1. Mahasiswa
Diharap makalah ini dapat memberi informasi dan wawasan bagi mahasiswi
Program Studi Sarjana Kebidanan Institut Teknologi Sains dan Kesehatan RS.
Dr. Soepraoen
2. Penulis
Diharap makalah ini dapat menambah wawasan serta pengetahuan mengenai
pertolongan persalinan oleh tenaga non Kesehatan.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan


Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan non-medis seringkali dilakukan oleh
seseorang yang disebut sebagai dukun beranak, dukun bersalin atau paraji. Pada dasarnya
dukun bersalin diangkat berdasarkan kepercayaan masyarakat setempat atau merupakan
pekerjaan pekerjaan yang sudah turun temurun temurun dari nenek moyang atau
keluarganya keluarganya dan biasanya biasanya sudah berumur ± 40 tahun ke atas. Dukun
bayi terbagi menjadi dukun terlatih yaitu dukun yang telah mendapatkan pelatihan oleh
tenaga Kesehatan yang telah dinyatakan lulus dan dukun tidak terlatih yaitu dukun yang
belum pernah dilatih oleh tenaga Kesehatan atau dukun yang sedang dilatih yang belum
dinyatakan lulus.
Pertolongan persalinan tenaga non medis biasanya memberikan pertolongan pada waktu
kelahiran atau dalam hal-hal yang berhubungan dengan pertolongan kelahiran, seperti
memandikan bayi, upacara menginjak tanah, dan upacara serimonial lainnya. Bahaya
bersalin pada dukun karena dukun belum mengerti teknik septik dan antiseptik dalam
menolong persalinan. Dukun juga kurang mengenal keadaan patologis dalam kehamilan,
persalinan, nifas, dan bayi baru lahir. Selain itu,dukun kurang mengenal keadaan patologis
dalam kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir sehingga akan membahayakan
keselamatan ibu dan bayi. Pengetahuan dukun rendah sehingga sukar di tatar dan
diikutsertakan dalam program pemerintah.Tugas dukun yang seharusnya yaitu yaitu
membantu tenaga kesehatan dalam perawatan ibu hamil, ibu nifas, ibu melahirkan, ibu
menyusui, dan perawatan bayi baru lahir. Persalinan utamanya tetap dilakukan oleh tenaga
kesehatan. Dengan begitu tidak ada pihak yang dirugikan.

2.2 Faktor Penyebab Bersalinan Oleh Non Nakes

2.2.1 Hubungan Pengetahuan dengan Pemilihan Tenaga Penolong Persalinan


Hasil penelitian dapat dilihat bahwa ada hubungan pengetahuan dengan pemilihan tenaga
penolong persalinan. Semakin baik pengetahuan ibu tentang tenaga penolong persalinna,
maka semakin kecil kemungkinan ibu bersalin ditolong oleh tenaga non nakes.Berdasarkan
penelitian yang dilakukan maka diketahui bahwa Pengetahuan ibu tentang tenaga penolong
persalinan yang tepat akan mempengaruhi proses persalinan dan risiko yang ditimbulkan
selama proses persalinan baik kesehatan ibu maupun bayi yang akan lahir. Ibu yang baik
pengetahuan tentang tenaga penolong persalinan akan lebih memilih tenaga penolong
persalinan oleh nakes.
Pengetahuan responden yang dikategorikan baik akan berisiko 4,5 kali memilih bersalin
ditolong oleh tenaga nakes dibandingkan ibu yang berpengetahuan kurang. Pengetahuan ibu
bersalin yang tinggi dapat mencegah terjadinya komplikasi pada saat persalinan seperti
infeksi pada tali pusat bayi, pendarahan dan dampak lainnya, karena ibu bersalin yang
berpengetahuan tinggi akan mengerti dampak dari persalinnan ditolong oleh non nakes.
Penelitian ini menemukan 5 orang (12,2%) ibu bersalin berpengetahun baik tetapi
memilih tenaga penolong persalinan oleh non nakes. Alasan ibu bersalin memilih non nakes

6
sebagai tenaga penolong persalinan yaitu 2 orang ibu bersalin mengatakan pada keluarga ibu
bersalin memiliki kepercayaan pada dukun persalinan yang turun temurun sehingga
walaupun ibu tau dampak yang bisa terjadi pada persalinan yang ditolong bidan, ibu tetap
mengikuti adat kebiasaan keluargannya, 2 orang ibu bersalin mengatakan karena jarak
tempat tinggal ibu yang jauh ke fasilitas kesehatan dan 1 orang ibu mengatakan karena
suami tidak mendukung bersalin ke tenaga non nakes.

2.2.2 Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Pemilihan Tenaga Penolong Persalinan


Hasil penelitian dapat dilihat bahwa ada hubungan pendapatan keluarga dengan
pemilihan tenaga penolong persalinan. Hasil penelitian ini didukung oleh teori yang
dikemukakan oleh Notoadmojo (2010), pendapatan keluarga akan menentukan tersedianya
suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga pendapatan keluarga ini
akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. Faktor sosial cenderung berpengaruh terhadap
keputusan seseorang untuk memilih pelayanan kesehatan dalam hal ini keputusan memilih
pertolongan persalinan, faktor tersebut antara lain rendahnya pendapatan keluarga, dimana
masyarakat yang tidak mempunyai uang yang tidak cukup untuk mendapatkan pelayanan
yang aman dan berkualitas. Keluarga dengan tingkat pendapatan tinggi biasanya ingin
mendapat pelayanan yang baik dan tempat pelayanan yang bagus sedangkan tingkat
ekonomi menengah dan rendah tidak memperdulikan tempat persalinan. Penelitian ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan Lili et al (2015) dapat diketahui bahwa sosial
ekonomi responden yang bersalin pada dukun bayi sebagian besar rendah yaitu sebesar
63,2%, sedangkan sosial ekonomi responden yang bersalin kepada tenaga kesehatan
sebagian besar tinggi yaitu 41,7%. Berdasarkan penelitian ini maka diketahui bahwa faktor
pendapatan keluarga mempengaruhi pemilihan tenaga penolong persalinan. Semakin rendah
pendapatan keluarga maka semakin besar kemungkinan ibu bersalin memilih tenaga
kesehatan non nakes.

2.2.3 Hubungan Jarak ke Fasilitas Kesehatan dengan Pemilihan Tenaga Penolong


Persalinan
Hasil penelitian dapat dilihat bahwa ada hubungan jarak ke fasilitas kesehatan dengan
pemilihan tenaga penolong persalinan. Hasil penelitian ini didukung oleh teori yang
dikemukakan oleh Suparyadi (2013) mengatakan Aaksebilitas merupakan salah satu faktor
yang berperan dalam menentukan pelayanan kesehatan yang di nilai dari jarak waktu
tempuh, dan ketersediaan transportasi untuk mencapai lokasi pelayanan kesehatan. Akses
pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan itu harus dapat dicapai oleh masyarakat,
tidak terhalang oleh keadaan geografis, sosial, ekonomi, organisasi dan bahasa. Salah
satunya yaitu keadaan / geografis yang dapat diukur dengan jarak, lama perjalanan, jenis
transportasi atau hambatan fisik lain yang dapat menghalangi seseorang untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan.
Menurut Medical (2015) konsep jarak tempat tinggal merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi perilaku seseorang dalam melakukan suatu kegiatan. Semakin jauh jarak
antara tempat tinggal dengan tempat kegiatan akan semakin menurunkan motivasi seseorang
dalam melakukan aktivitas. Sebaliknya semakin dekat jarak tempat tinggal dengan tempat
kegiatan dapat meningkatkan usaha. Pengaruh jarak tempat tinggal dengan tempat kegiatan
tak terlepas dari besarnya biaya yang digunakan dan waktu yang lama. Hasil penelitian ini
juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Rizka (2018) yang menunjukkan hasil ada
hubungan yang bermakna antara jarak kefasilitas kesehatan (0,004) dengan pemilihan
7
penolong persalinan. Berdasarkan penelitian ini maka diketahui bahwa faktor jarak ke
fasilitas kesehatan mempengaruhi pemilihan tenaga penolong persalinan. Semakin jauh
jarak ke fasilitas kesehatan maka semakin besar kemungkinan ibu bersalin memilih tenaga
kesehatan non nakes

2.3 Kelebihan Pertolongan dukun Bayi (Non Nakes)


Pertolongan persalinan oleh dukun tradisional atau dukun bayi dapat menjadi pilihan
dalam beberapa budaya atau komunitas tertentu. Meskipun praktik ini masih ada di
beberapa daerah, ada beberapa kelebihan yang dapat dikaitkan dengan pertolongan
persalinan oleh dukun:

1. Aksesibilitas: Dukun bayi seringkali lebih mudah diakses daripada fasilitas


kesehatan modern atau perawat/bidan terlatih, terutama di daerah pedesaan atau
terpencil. Ini bisa sangat penting dalam situasi darurat ketika perawat atau bidan
tidak tersedia dengan cepat.
2. Keterampilan Tradisional: Beberapa dukun bayi memiliki pengetahuan dan
keterampilan tradisional yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Mereka
mungkin memiliki metode tradisional untuk mengatasi masalah yang mungkin
terjadi selama persalinan, seperti memanipulasi posisi bayi atau menghentikan
perdarahan.
3. Kenyamanan Budaya: Untuk beberapa wanita, menggunakan dukun bayi adalah
pilihan yang lebih nyaman karena mereka memahami dan merasa terhubung dengan
praktik-praktik tradisional dan budaya mereka.

2.4 Kekurangan pertolongan persalinan oleh non tenaga kesehatan


1. Agar janin lahir normal, dukun biasa melakukan melakukan perubahan posisi janin
dalam kandungan dengan cara pemutaran perut (diurut-urut) disertai doa.
2. Masih tingginya AKI akibat pertolongan persalinan tanpa fasilitas fasilitas yang
memadai memadai juga kurangnya pengetahuan dukun tentang pertolong
pengetahuan dukun tentang pertolongan kegawatdaruratan.
Menurut Dinkes AKI cenderung tinggi akibat pertolongan persalinan tanpa
fasilitas memadai, antara lain tidak adanya tenaga bidan apalagi dokter obgyn.
Karena persalinan masih ditangani oleh dukun beranak atau peraji, kasus kematian
ibu saat melahirkan masih tetap tinggi. Pertolongan gawat darurat bila terjadi kasus
perdarahan atau infeksi yang diderita ibu yang melahirkan, tidak dapat dilakukan.
3. Praktek yang tidak steril
Penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan orang lebih memilih untuk
menggunakan dukun beranak. Sementara itu, definisi mereka tentang mutu
pelayanan berbeda dengan definisi standar medis. Kelemahan utama dari mutu
pelayanan adalah tidak terpenuhinya standar minimal medis oleh para dukun

8
beranak, seperti dengan praktek yang tidak steril (memotong tali pusat dengan
sebilah bambu dan meniup lubang hidung bayi yang baru lahir dengan mulut)
4. Kurangnya kemampuan dukun bayi dalam mengenali mengenali resiko tinggi
persalinan dan kurang menyadari akibat keterlambatan merujuk.
Riwayat kasus kematian ibu dan janin dalam penelitian ini menggambarkan apa
yang terjadi jika dukun beranak gagal mengetahui tanda bahaya dalam masa
kehamilan dan persalinan serta rujukan yang terlambat dan kecacatan janin pun bisa
terjadi dari kekurangtahuan dukun beranak akan tanda-tanda bahaya kehamilan yang
tidak dikenal (Suara Merdeka, 2003).
5. Pertolongan persalinan oleh dukun sering menimbulkan kasus persalinan
Selain itu, pertolongan persalinan oleh dukun sering menimbulkan kasus
persalinan, diantaranya kepala bayi sudah lahir tetapi badannya masih belum bisa
keluar atau partus macet, itu disebabkan karena cara memijat dukun bayi tersebut
kurang profesional dan hanya berdasarkan kepada pengalaman.
Kemungkinan dampak tersering dari persalinan yang ditolong oleh dukun baik
bagi ibu maupun bayinya adalah perdarahan post partum, persalinan lama, ruptur
uteri, kematian janin dalam rahim, asfiksia dan infeksi neonatus. Selain neonatus.
Selain itu masih ada beberapa kendala diantaranya.

2.5 Upaya pemerintah utk mengatasi pertolongan persalinan oleh non tenaga
kesehatan

1. Membatasi kewenangan dukun dalam melakukan pertolongan persalinan menurut Depkes


(2000) adalah sebagai berikut :
1) Mempersiapkan pertolongan persalinan meliputi mempersiapkan tempat, dan kebutuhan
bayi, mempersiapkan alat-alat persalinan sederhana secara bersih, mencuci tangan
sebatas siku dengan sempurna (10 menit).
2) Memimpin persalinan normal dengan teknik-teknik sederhana yang meliputi
membimbing ibu mengejan, menahan perineum, merawat tali pusat, memeriksa
kelengkapan plasenta.
3) Dukun tidak melakukan tindakan yang dilarang seperti memijat perut serta mendorong
rahim, menarik plasenta, memasukkan tangan ke dalam liang senggama.
4) Melakukan perawatan pada bayi baru lahir yang meliputi meliputi perawatan mata,
mulut dan hidung bayi baru lahir, perawatan tali pusat dan memandikan bayi.

9
1. Kemitraan Bidan dan Dukun
Peran dukun dalam pertolongan persalinan dalam Pedoman Kemitraan Bidan dengan
Dukun (2004) adalah sebagai berikut :
1. Mengantar calon ibu bersalin ke bidan,
2. Mengingatkan keluarga menyiapkan alat transportasi untuk pergi ke bidan/memanggil
bidan
3. Mempersiapkan sarana prasarana persalinan aman seperti :Air bersih, Kain bersih,
4. Mendampingi ibu pada saat persalinan
5. Membantu Bidan pada saat proses persalinan
6. Melakukan ritual keagamaan/tradisional yang sehat yang sesuai tradisi setempat
7. Membantu bidan dalam perawatan bayi baru lahir
8. Membantu ibu dalam inisiasi menyusui dini kurang dari 1 jam
9. Memotivasi rujukan jika diperlukan
10. Membantu bidan membersihkan ibu, tempat dan alat setelah persalinan

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pertolongan persalinan yang dilakukan oleh tenaga non kesehatan sering kali dilakukan
oleh seseorang yang sering disebut dukun beranak, sukun bersalin atau peraji. Dukun
beranak merupakan salah satu anggota masyarakat, pada umumnya seorang wanita yang
mendapatkan kepercayaan dan memiliki keterampilan dalam menolong persalinan secara
tradisional dan memperoleh keterampilan tersebut secara turun-temurun, belajar praktis atau
cara lain yang dapat menjurus ke arah peningkatan keterampilan tersebut dan melali petugas
kesehatan.
Yang dapat menyebabkan terjadinya persalinan oleh tenaga non kesehatan yaitu
kemiskinan,masih langkahnya tenaga medis didaerah pedalaman, aksebilitas/keterjangkauan
fasilitas pelayanan kesehatan terutama di pedesaan dan kultur budaya masyarakat.

3.2 Saran
1. Untuk Masyarakat
Diharapkan masyarakat ikut lebih untuk memperhatikan tentang kesehatan atau ibu terutama
dalam proses persalinannya dan diharapkan masyarakat lebih seleksi dalam memilij
penolong persalinannya
2. Untuk Ibu Hamil
Diharapkan ibu hamil tidak hanya memeriksakan kehamilannya di dukun tetapi juga di
bidan agar bisa mendeteksi dini tanda-tanda bahaya kehamilan.
3. Untuk Tenaga Kesehatan
Diharapkan tenaga kesehatan bersedia menjalin kerjasama atau berbagi ilmu dengan para
dukun beranak atau paraji.
4. Untuk Dukun
Diharapkan para dukun memiliki kesadaran untuk meningkatkan pengetahuannya dan
menerima pelatihan-pelatihan yang diberikan.
5. Untuk Mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat memberikan literatur dan wawasan dalam pembelajaran
materi bidan komunitas.
Makalah di atas tersusun jauh dengan kata sempurna diharapkan para pembaca dapat
memberikan masukan dan kritikan yang membangun untuk pengembangan penulisan
penulis dalam pembuatan makalah.

11
DAFTAR PUSTAKA

Notoadmojo, S. (2010).” Ilmu Prilaku Manusia.” Jakarta : Rineka Cipta. . (2015).


Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka cipta.

Lily TF. (2015). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Bersalin Pada Dukun Bayi
Dengan di desa brongkal kecamatan pagelaran kabupatenb malang. Diakses 05 april
2019 dari http://www.journal.unair.ac.id/download-fullpapers-
jupromkes9aa444b4aafull.pdf.

Supardi. (2013).” Aplikasi Statistika dalam Penelitian Konsep Statistika yang Lebih
Komprehensif.” Jakarta, Change Publication

Rizka M. (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Tenaga Penolong


Persalinan Oleh Ibu Hamil Di Puskesmas Tosiba Kecamatan Samaturu Kabupaten
Kolaka. http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/38/1/RIZKA%20MUTMAINA.pdf.
Diakses 05 april 2019.

Husna, Aulia Tul, Syukrianti Syahda, and Yusnira Yusnira. "FAKTOR –FAKTOR
YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI
DESA GEMA DAN TANJUNG BELIT WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAMPAR
KIRI HULU I KABUPATEN KAMPAR TAHUN 2019." Jurnal Kesehatan Tambusai
1.2 (2020): 50-60.

Departemen Kesehatan RI (2008). Pedoman Kemitraan Bidan dengan Dukun. Jakarta.

Ketua Mitra Peduli Kependudukan/Milik Jabar. 2006. Pikiran Rakyat Bandung

12

Anda mungkin juga menyukai