Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PELAYANAN KESEHATAN DAN PROGRAM MENURUNKAN AKI

Dosen Pengampu : Dr. Tati Nuryati, SKM, M.Kes

DISUSUN OLEH

Merissa Laora Heryanto 1809047015


Neilva Lailatusyifa 1809047022
Ade Handriati 1809047027
Devita Zakirman 1809047038
Nur Izati 1809047021
Ni Luh Kasfiani Dewi 1809047047
Ratna Juita Putri Susanti 1809047023
Ressy Oktalisa 1809047050
Kasmia Yuliana 1809047012

PROGRAM STUDI
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PASCA SARJANA UNIVERSITAS PROF.DR.HAMKA
2019

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah serta karunia-Nya sehingga kami dapat

menyelesaikan Tugas Kesehatan Maternal tentang Pelayanan Kesehatan dan

Program Menurunkan AKI. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan

makalah ini mendapat banyak dukungan, bimbingan, bantuan dan


kemudahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan ketulusan hati,

penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Dr. Tati Nuryati, SKM, M.Kes selaku dosen pengampu Mata Kuliah

Kesehatan Maternal. Sekolah Pascasarjana Program Studi Ilmu Kesehatan

Masyarakat Universitas Universitas Muhammadiyah Prof.Dr.Hamka Jakarta.


Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari masih terdapat banyak

kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik yang

membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir

kata semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat menjadi pelengkap

dalam pengembangan ilmu pengetahuan bagi penulis sendiri, institusi

pendidikan dan masyarakat luas.


Jakarta, Oktober 2019

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................................1

B. Tujuan..........................................................................................................4

C. Manfaat........................................................................................................4

ii
BAB II Tinjauan Pustaka

A. Angka Kematian Ibu Di Indonesia............................................................6

B. Penyebab Angka Kematian Ibu Meningkat.............................................7

C. Pelayanan Kesehatan Pemerintah...........................................................11

D. Program Pemerintah Dalam Menurunkan Angka Kematian Ibu.......16

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan................................................................................................18

B. Saran..........................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kematian ibu adalah kematian seorang wanita yang terjadi saat hamil,
atau dalam 42 hari setelah akhir kehamilanya, tanpa melihat usia dan letak
kehamilanya, yang diakibatkan oleh sebab apapun yang terkait dengan atau
diperburuk dengan kehamilannya atau penangannya, tetapi bukan disebabkan
oleh insiden atau kecelakaan (Triana, 2015: 40). Angka kematian ibu
merupakan jumlah kematian ibu (15-49) tahun per 100.000 perempuan per
tahun. Kematian bayi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
kematian yang terjadi dibawah usia 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada
satu tahun tertentu. Angka kematian ibu (maternal) dan angka kematian bayi
(neonatal) senantiasa menjadi indikator keberhasilan sektor pembangunan di
bidang kesehatan. Di indonesia kematian ibu melahirkan masih merupakan
masalah utama hingga saat ini masih sulit diatasi. Tingginya angka kematian
ibu di Indonesia terkait dengan banyak faktor, diantaranya kualitas perilaku
ibu hamil yang tidak memanfaatkan ANC (Antenatal Care) pada pelayanan
kesehatan.
Disamping faktor geografis maupun ekonomi, peengetahuan ibu yang
minim berkaitan dengan kehamilannya menjadi masalah tersendiri bagi para
tenaga medis dalam memberikan pelayanan yang menjadi kurang sempurna.
Rendahnya kunjungan pada ANC dapat meningkatkan komplikasi maternal
dan neonatal serta kematian ibu dan anak karena adanya kehamilan beresiko
tinggi yang tidak segera ditangani (Wulandari, 2016).
Data World Health Organization (WHO) mengenai status kesehatan
nasional pada capaian target Sustainable Development Goals (SDGs)
menyatakan secara global sekitar 830 wanita meninggal setiap hari karena
komplikasi selama kehamilan dan persalinan, dengan tingkat AKI sebanyak

1
216 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2017: 29) Sebanyak 99 persen
kematian ibu akibat masalah kehamilan, persalinan atau kelahiran terjadi di
negara-negara berkembang. Rasio AKI masih dirasa cukup tinggi
sebagaimana ditargetkan menjadi 70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun
2030 (WHO, 2017). Data terbaru di sampaikan oleh Direktur Kesehatan
Keluarga dr. Eni Gustina, MPH menyebutkan, angka kematian ibu di
Indonesia tercatat 305 per 100.000 kelahiranhidup.
Dilaporkan bahwa tahun 2016 sebanyak 400.000 ibu meninggal setiap
bulannya, dan 15 ibu meninggal setiap harinya dengan penyebab kematian
tertinggi 32% disebabkan oleh perdarahan, 26% disebabkan hipertensi yang
menyebabkan terjadinya kejang, keracunan kehamilan hingga menyebabkan
kematian pada ibu. Penyebab lain yang menyertai seperti faktor hormonal,
kardiovaskuler dan infeksi (Widiarini, 2017).
Faktor predisposisi lainnya yaitu rendahnya pengetahuan ibu mengenai
kehamilanya sehingga memicu cakupan ANC menjadi kurang optimal.
Kebanyakan ibu tidak mengetahui kondisi kehamilanya secara menyeluruh
karena terlalu pasif untuk menanyakan kondisinya pada petugas kesehatan,
hal ini dapat berdampak pada ibu yang jarang atau tidak pernah
memeriksakan kehamilanya tidak memenuhi cakupan nutrisi selama
kehamilan yang mengakibatkan anemia dalam kehamlian, pada saat
persalinan mengalami perdarahan dan menyebabkan bayi berat lahir rendah
(BBLR).
Resiko komplikasi juga lebih tinggi terjadi karena terlambatnya deteksi
sedini mungkin selama kehamilan. Pada sebagian ibu hamil yang berasal dari
keluarga dengan status ekonomi rendah lebih memilih bersalin di rumah dan
dibantu oleh dukun desa setempat, sehingga jika terjadi komplikasi saat
persalinan, ibu tidak segera di rujuk ke fasilitas kesehatan yang lengkap dan
terlambat mendapat pertolongan yang cepat dan tepat dari tenaga kesehatan.
Tantangan terbesar yang dihadapi dalam upaya menurunkan Angka
Kematian Ibu dan Angka Kematian Balita adalah belum optimalnya kualitas
pelayanan kesehatan maternal termasuk diantaranya kompetensi SDM,

2
fasilitas kesehatan dan peralatan tempat persalinan, serta rumah sakit.
Pemerataan pendidikan dan pelayanan kesehatan perlu di fokuskan oleh
pemerintah saat ini, mengingat masih tingginya angka kematian ibu dan bayi
masih cukup tinggi khususnya di Indonesia.
Besarnya faktor penyulit dan komplikasi yang terjadi menjadi perhatian
khusus bagi setiap tenaga kesehatan untuk melakukan deteksi dini adanya
komplikasi preeklamasi, hipertensi dan KPD yang mengganggu proses
berjalanya kehamilan secara normal. Sejak awal kehamilan, diharapkan ibu
sudah mempersiapkan kehamilanya dengan matang serta rutin melakukan
memeriksakan kehamilanya.Pemeriksaan kehamilan (ANC)/ Antenatal Care
sejak dini dapat membantu memonitor kondisi kesehatan ibu dan janin secara
bertahap, sehingga deteksi penyulit mulai dari hamil hingga bersalin menjadi
lebih mudah dan cepat penyulit dapat segera diatasi.
Menurut Walyani (2015) pemeriksaan kehamilan pertama dapat
dilakukan ibu segera setelah diketahui terlambat haid, untuk pemeriksaan
ulang dilakukan setiap bulan sampai usia kehamilan 6-7 bulan, 2 minggu
hingga 8 bulan usia kehamilan dan 1 minggu saat usia kehamilan 9 bulan
hingga terjadi persalinan (Sartika, 2016: 16). Pada proses persalinan faktor
penyulit yang menyertai seperti kelainan letak, perdarahan intrapartum sangat
banyak di temukan, serta IMD yang kurang berhasil akibat dari minimnya
pengetahuan ibu tentang manfaat ASI, serta perubahan psikologis yang tidak
sesuai akan berdampak pada ibu sehingga mengurangi keingingan ibu untuk
menyusui anaknya.
Upaya yang dilaksanakan untuk menurunkan AKI antara lain dengan
dilaksanakannya Jaminan Persalinan (Jampersal) yang saat ini telah
diintegrasikan kedalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) bidang
kesehatan. Selain itu telah dilaksanakan program SIJARI EMAS yaitu
pengembangan sistem rujukan maternal neonatal lewat program EMAS
(Expanding Maternal and Neonatal Survival). Upaya lainnya adalah
mengintegrasikan indikator kesehatan ibu dan anak dalam Standar Pelayanan
Minimal (SPM) di bidang kesehatan.Upaya lain yang komprehensif untuk

3
memperbaiki status kesehatan ibu dan anak adalah dengan dilaksanakannya
conditional cash transfer dengan sasaran keluarga miskin dan rentan melalui
Program Keluarga Harapan (PKH). Kegiatan PKH mencakup pendidikan
anak, kesehatan ibu dan balita, pelaksanaan Manajemen Terpadu Bayi Muda
(MTBM) mencakup pemenuhan fasilitas kesehatan dasar dan meningkatkan
kompetensi tenaga kesehatan terutama bidan untuk dapat memberikan
penanganan kesehatan anak, serta pelayanan bagi penyandang disabilitas dan
lansia di atas 70 tahun (Kementrian PPN, 2017).
Dengan ditetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2015-
2019 sesuai yang dicanangkan dalam Rencana Strategi Kementrian
Kesehatan 2015-2019, salah satu kunci terwujudnya Program Indonesia Sehat
yaitu penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan
akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan dan peningkatan mutu
pelayanan kesehatan, menggunakan pendekatan Continuty Of Care dan
intervensi berbasis resiko kesehatan. (Kemenkes RI, 2015).

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui Angka Kematian Ibu di Indonesia tahun 2018
2. Untuk mengetahui penyebab kematian ibu
3. Untuk mengetahui peleyanan kesehatan pemerintah dalam rangka
menurunkan Angka Kematian Ibu
4. Untuk mengetahui program pemerintah untuk menurunkan Angka
Kematian Ibu.

C. Manfaat
1. Menambah pengetahuan mahasiswa mengenai Angka Kematian Ibu di
Indonesia tahun 2018
2. Mahasiswa mendapatkan pengetahuan tentang Angka Kematian Ibu di
Indonesia tahun 2018
3. Mahasiswa mengeahui peleyanan kesehatan pemerintah dalam rangka
menurunkan Angka Kematian Ibu
4. Mahasiswa mengetahui program-program pemerintah untuk menurunkan
Angka Kematian Ibu.

4
5
BAB II

Tinjauan Pustaka

A. Angka Kematian Ibu Di Indonesia


Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk
melihat keberhasilan upaya kesehatan ibu. AKI adalah rasio kematian ibu
selama masa kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh
kehamilan, persalinan, dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena
sebab-sebab lain seperti kecelakaan atau terjatuh di setiap 100.000 kelahiran
hidup Selain untuk menilai program kesehatan ibu, indikator ini juga mampu
menilai derajat kesehatan masyarakat, karena sensitifitasnya terhadap
perbaikan pelayanan kesehatan, baik dari sisi aksesibilitas maupun kualitas.
Secara umum terjadi penurunan kematian ibu selama periode 1991-2015 dari
390 menjadi 305 per 100.000 kelahiran hidup. Walaupun terjadi
kecenderungan penurunan angka kematian ibu, namun tidak berhasil
mencapai target MDGs yang harus dicapai yaitu sebesar 102 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2015. Hasil supas tahun 2015 memperlihatkan
angka kematian ibu tiga kali lipat dibandingkan target MDGs.Gambaran AKI
di Indonesia dari tahun 1991 hingga tahun 2015dapat dilihat pada Gambar 5.1
berikut ini.

GAMBAR 2.1
ANGKA KEMATIAN IBU DI INDONESIA PER 100.000 KELAHIRAN
HIDUP TAHUN 1991 –2015

6
s
Target penurunan AKI ditentukan melalui tiga model Average
Reduction Rate(ARR) atau angka penurunan rata-rata kematian ibu seperti
Gambar 5.2 berikut ini. Dari ketiga model tersebut, Kementerian Kesehatan
menggunakanmodel kedua dengan rata-rata penurunan 5,5% pertahun sebagai
target kinerja. Berdasarkan model tersebut diperkirakan pada tahun 2030 AKI
di Indonesia turun menjadi 131 per 100.000 kelahiran hidup.

B. Penyebab Angka Kematian Ibu Meningkat


Ibu meninggal karena komplikasi kebidanan yang tidak ditangani
dengan baik dan tepat waktu. Sekitar 15% dari kehamilan/ persalinan
mengalami komplikasi, 85% normal. Masalah dari sebagian besar komplikasi
tidak bisa diprediksi, artinya setiap kehamilan berisiko dan memerlukan
kesiapan pelayanan berkualitas setiap saat, atau 24 jam, agar semua ibu
hamil/melahirkan yang mengalami komplikasi setiap saat mempunyai akses
kepelayanan darurat berkualitas dalam waktu cepat, karena sebagian
komplikasi memerlukan pelayanan kegawat-daruratan dalam hitungan jam.
Penyebab utama kematian ibu disebabakan karena Perdarahan parah
(sebagian besar perdarahan pascasalin), infeksi (biasanya pascasalin),
Tekanan darah tinggi saat kehamilan (pre-eklampsia/eklampsia),
Partuslama/macet, Aborsi yang tidak aman, kompilkasi masa puerperium dan
riwayat penyakit tertentu.
GAMBAR 2.1
PENYEBAB KEMATIAN IBU DI INDONESIA

7
1. Perdarahan post partum (PPH)
Di negara maju, perdarahah post partum atau perdarahan setelah
persalinan adalah penyebab kematian ibu paling umum. Perdarahan setelah
melahirkan ini biasanya dapat terjadi dalam kurun waktu sehari atau dalam
hitungan minggu setelah persalinan. Perdarahan post partum ditandai
dengan keluarnya darah dari vagina secara terus-menerus. Bila dibiarkan,
perdarahan setelah persalinan akan menyebabkan syok dan kegagalan
fungsi organ.
Perdarahan setelah melahirkan bisa disebabkan oleh beberapa hal,
yaitu:
 Otot rahim yang tidak berkontraksi (atonia uteri).
 Luka jalan lahir, seperti sayatan pada perineum akibat tindakan
episiotomi.
 Sisa jaringan plasenta yang tertinggal di dalam rahim.
 Kelainan pada proses pembekuan darah.
 Rahim pecah (ruptur uteri).

8
2. Preeklamsia dan eklamsia
Komplikasi kehamilan, seperti preeklamsia dan eklamsia, juga bisa
meningkatkan risiko kematian saat hamil. Preeklamsia ditandai dengan
tekanan darah tinggi, ditemukannya protein dalam urine, dan pada tingkat
lanjut, akan terjadi kerusakan organ.
Ketika preeklampsia tidak mendapatkan penanganan yang tepat,
akan terjadi eklampsia. Eklamsia merupakan preeklamsia yang disertai
kejang. Kondisi ini berbahaya dan perlu segera ditangani.
Risiko terjadinya preeklamsia lebih tinggi pada wanita yang baru
pertama kali hamil, ibu hamil berusia di bawah 20 tahun atau di atas 40
tahun, mengalami kelebihan berat badan, penyakit ginjal, atau diabetes,
memiliki riwayat tekanan darah tinggi dalam keluarga, atau hamil bayi
kembar.

3. Infeksi
Sepsis yang terjadi saat hamil maupun setelah melahirkan dapat
menyebabkan kematian ibu. Hal ini karena sepsis yang tidak ditangani
dengan tepat akan berlanjut menjadi syok sepsis. Ketika mengalami syok
sepsis, organ ginjal, hati, dan paru-paru bisa mengalami kerusakan dengan
cepat.
Untuk menurunkan risiko kematian ibu saat hamil, sebisa mungkin
lakukan pemeriksaan dan kontrol kehamilan ke dokter secara rutin. Selain
itu, terapkan pola hidup yang sehat, baik sebelum hamil, selama hamil,
maupun setelah melahirkan.

4. Riwayat penyakit tertentu


Penyakit yang dialami sebelum dan selama hamil juga bisa
meningkatkan risiko kematian ibu saat hamil. Apalagi jika kondisi tersebut
tidak mendapat penanganan yang baik. Penyakit yang dimaksud antara
lain adalah penyakit ginjal, kanker, jantung, tuberkulosis, malaria, dan
HIV/AIDS.

9
5. Aborsi
Salah satu penyebab utama kematian ibu hamil adalah aborsi yang
tidak aman. Para wanita yang memiliki kehamilan yang tidak diinginkan
sering melakukan aborsi tetapi aborsi yang berisiko. Selain dilarang
menurut hukum agama dan negara, aborsi juga sangat membahayakan
nyawa ibu.

6. Emboli paru
Emboli paru adalah kondisi darah yang membeku di paru-paru.
Emboli paru dapat berkembang setelah ibu hamil melahirkan. Risiko
emboli paru lebih tinggi daripada operasi sesar. Jadi, Anda juga perlu
mewaspadai kemungkinan adanya emboli paru setelah melahirkan.

7. Partus Macet/Lama
Persalinan macet adalah kondisi ketika ada hambatan selama proses
melahirkan berlangsung, sehingga memakan waktu yang lebih lama. Kala
1 lebih dari 20 jam, dan kala 2 lebih dari 1 jam pada primipara dan 30
menit pada multipara. Akibatnya yaitu ibu dapat mengalami pendarahan,
trauma jalan lahir, dan infeksi sehingga mengkibatkan kematian ibu.

C. Pelayanan Kesehatan Pemerintah


Upaya percepatan penurunan AKI dapat dilakukan dengan menjamin
agar setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas,
seperti pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan terlatihdi fasilitas pelayanan kesehatan, perawatan pasca persalinan
bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi, dan
pelayanan keluarga berencanatermasuk KB pasca persalinan. Pada bagian
berikut, gambaran upaya kesehatan ibu yang disajikanterdiri dari : (1)
pelayanan kesehatan ibu hamil, (2) pelayanan imunisasi Tetanus bagi wanita

10
usia subur dan ibu hamil, (3) pelayanan kesehatan ibu bersalin, (4) pelayanan
kesehatan ibu nifas, (5) Puskesmas melaksanakan kelas ibu hamil dan
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K),dan (6)
pelayanan kontrasepsi/KB.
1. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil
Ibu hamil mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan di fasilitas
pelayanan kesehatan. Pelayananini dilakukan selama rentang usia
kehamilan ibu yang jenis pelayanannya dikelompokkan sesuaiusia
kehamilan menjadi trimester pertama, trimester kedua, dan trimester
ketiga. Pelayanan kesehatan ibu hamil yang diberikan harus memenuhi
jenis pelayanan sebagai berikut.
1) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan.
2) Pengukuran tekanan darah.
3) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA).
4) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri).
5) Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi
tetanus sesuai status imunisasi.
6) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama
kehamilan.
7) Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).
8) Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan
konseling, termasuk KB pasca persalinan)
9) Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin
darah (Hb), pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan
darah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya).
10) Tatalaksana kasus sesuai indikasi.

Pelayanan kesehatan ibu hamil harus memenuhi frekuensi minimal di


tiap trimester, yaitu minimal satu kali pada trimester pertama (usia
kehamilan 0-12 minggu), minimal satu kali pada trimester kedua (usia
kehamilan12-24 minggu), dan minimal dua kali pada trimester ketiga (usia
kehamilan 24 minggu sampai menjelang persalinan). Standar waktu
pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan terhadap ibu
hamil dan janin berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan,dan
penanganan dini komplikasi kehamilan.Penilaian terhadap pelaksanaan

11
pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dilakukan dengan melihat cakupan
K1 dan K4.
Cakupan K1 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh
pelayanan antenatal pertama kali oleh tenaga kesehatan,dibandingkan
jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktusatu
tahun. Sedangkan cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang telah
memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit
empat kali sesuai jadwal yang dianjurkan di tiap trimester,dibandingkan
jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerjapada kurun waktu satu
tahun. Indikator tersebut memperlihatkan akses pelayanan kesehatan
terhadap ibu hamil dan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam memeriksakan
kehamilannya ke tenaga kesehatan.

2. Pelayanan Imunisasi Tetanus Toksoid Difteri bagi Wanita Usia Subur dan
Ibu Hamil
Infeksi tetanus merupakan salah satu penyebab kematian ibu dan
kematian bayi.Kematian karena infeksi tetanus ini merupakan akibat dari
proses persalinan yang tidak aman/steril atau berasal dari luka yang
diperoleh ibu hamil sebelum melahirkan. Sebagai upaya mengendalikan
infeksi tetanus yang merupakan salah satu faktor risiko kematian ibu dan
kematian bayi, maka dilaksanakan program imunisasi Tetanus Toksoid
Difteri (Td) bagi Wanita Usia Subur (WUS) dan ibu hamil.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2017 tentang
Penyelenggaraan Imunisasi mengamanatkan bahwa wanita usia subur dan
ibu hamil merupakan salah satu kelompok populasi yang menjadi sasaran
imunisasi lanjutan. Imunisasi lanjutan merupakan ulangan imunisasi dasar
untuk mempertahankantingkat kekebalan dan untuk memperpanjang usia
perlindungan.Wanita usia subur yang menjadi sasaran imunisasi Td berada
pada kelompok usia 15-39 tahun yang terdiri dari WUS hamil (ibu hamil)
dan tidak hamil. Imunisasi lanjutan pada WUS salah satunya dilaksanakan
pada waktu melakukan pelayanan antenatal.

12
Imunisasi Td pada WUS diberikan sebanyak 5 dosis dengan interval
tertentu, berdasarkan hasil screening mulai saat imunisasi dasar bayi,
lanjutan baduta, lanjutan BIAS serta calon pengantin atau pemberian
vaksin mengandung “T” pada kegiatan imunisasi lainnya. Pemberian dapat
dimulai sebelum dan atau saat hamil yang berguna bagi kekebalan seumur
hidup. Screening status imunisasi Td harus dilakukan sebelum pemberian
vaksin. Pemberian imunisasi Td tidak perlu dilakukan bila hasil screening
menunjukkan wanita usia subur telah mendapatkan imunisasi Td5 yang
harus dibuktikan dengan buku KIA,rekam medis, dan atau kohort.
Kelompok ibu hamil yang sudah mendapatkan Td2 sampai dengan Td5
dikatakan mendapatkan imunisasiTd2+. Gambar 5.5 memperlihatkan
cakupan imunisasi Td5 pada wanita usia subur dan cakupan imunisasi
Td2+ pada ibu hamil.

3. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin


Selain pada masa kehamilan, upaya lain yang dilakukan untuk
menurunkan kematian ibu dan kematian bayi yaitu dengan mendorong
agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih yaitu dokter
spesialis kebidanan dan kandungan (SpOG), dokter umum, dan bidan,
dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan. Keberhasilan program ini
diukur melalui indikator persentase persalinan di fasilitas pelayanan
kesehatan.
Dalam rangka menjamin ibu bersalin mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai standar,sejak tahun 2015 setiap ibu bersalin diharapkan
melakukan persalinan dengan ditolong oleh tenaga kesehatan yang
kompeten di fasilitas pelayanan kesehatan. Oleh sebab itu, Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 menetapkan persalinan
ditolong tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan (PF) sebagai
salah satu indikator upaya kesehatan keluarga, menggantikan indikator
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (PN).

4. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas

13
Pelayanan kesehatan ibu nifas harus dilakukan minimal tiga kali
sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu pada enam jam sampai dengan tiga
hari pasca persalinan, pada hari ke empat sampai dengan hari ke-28 pasca
persalinan, dan pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 pasca
persalinan.Jenis pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan terdiri dari:
a) pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, nafas, dan suhu)
b) pemeriksaan tinggi puncak rahim (fundus uteri)
c) pemeriksaan lokhia dan cairan per vaginamlain
d) pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran ASI eksklusif
e) pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kesehatan ibu
nifas dan bayi baru lahir, termasuk keluarga berencana pasca
persalinan;
f) pelayanan keluarga berencana pasca persalinan.

5. Puskesmas Melaksanakan Kelas Ibu Hamil dan Program Perencanaan


Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
Penurunan kematian ibu dan anak tidak dapat lepas dari peran
pemberdayaan masyarakat, yang salah satunya dilakukan melalui
pelaksanaan kelas ibu hamil dan Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K). Kementerian Kesehatan menetapkan
indikator persentase puskesmas melaksanakan kelas ibu hamil dan
persentase Puskesmas melaksanakan orientasi Program Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) sebagai upaya menurunkan
kematian ibu dan kematian anak.
Kelas ibu hamil merupakan sarana bagi ibu hamil dan keluarga untuk
belajar bersama tentang kesehatan ibu hamil yang dilaksanakan dalam
bentuk tatap muka dalam kelompok. Kegiatan ini bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu dan keluarga mengenai
kehamilan, persalinan, nifas, KB pasca persalinan, pencegahan
komplikasi, perawatan bayi baru lahir dan aktivitas fisik atau senam ibu
hamil.Cakupan Puskesmas Melaksanakan Kelas Ibu Hamil didapatkan
dengan menghitung puskesmas yang telah melaksanakan kelas ibu hamil
dibandingkan dengan jumlah seluruh Puskesmas di wilayah

14
kabupaten/kota. Puskesmas dikatakan telah melaksanakan kelas ibu hamil
apabila telah melakukan kelas ibu hamil minimal sebanyak 4 kali

6. Pelayanan Kontrasepsi
Eratnya hubungan antara KB dan kematian ibu menjadikan pelayanan
kontrasepsi perlu ditingkatkan. Dilihat dari hasil analisis terhadap proporsi
kematian ibu usia 15-49 tahun dan angka prevalensi KB di 172 negara di
dunia. Semakin tinggi angka prevalensi KB di suatu negara maka semakin
rendah proporsi kematian ibu di negara tersebut. Dengan demikian KB
merupakan hal utama dalam upaya menurunkan angka kematian ibu di
dunia termasuk juga di Indonesia.
Beberapa alat kontrasepsi yang disiapkan oleh pemerintah yaitu
kontrasepsi jangka pendek dan jangka panjang. Kontrasepsi jangka pendek
dibagi menjadi 2 yaitu hormonal dan non hormonal, kontarsepsi hormonal
seperti suntik dan pil dan non hormonal seperti kondom. Kontasepsi
jangka panjang yang hormonal adalah implan dan yang non hormonal
yaitu IUD, MOW dan MOP.

D. Program Pemerintah Dalam Menurunkan Angka Kematian Ibu


Beberapa program pemerintah dalam rangka menurunkan Angka Kematian
Ibu yaitu :
1. Jaminan Persalinan (Jampersal) yang saat ini telah diintegrasikan kedalam
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) bidang kesehatan.
Jampersal adalah singkatan dari jaminan persalinan, sebuah program dari
Departemen Kesehatan berdasarkan Permenkes No.252 / Menkes / Per /
XII / 2011 tentang Petunjuk teknis jaminan persalinan.
Tujuan dari Jampersal yaitu
 Meningkatkan akses pemeriksaan kehamilan (antenatal), persalinan,

dan pelayanan nifas dan bayi baru lahir yang dilahirkannya (postnatal)
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan menghilangkan
hambatan finansial dalam rangka menurunkan AKI dan AKB.
 Memberikan kemudahan akses pemeriksaan kehamilan (antenatal),

persalinan, dan pelayanan nifas ibu, dan bayi baru lahir yang
dilahirkannya (postnatal) ke tenaga kesehatan

15
 Mendorong peningkatan pemeriksaan kehamilan (antenatal),
persalinan, dan pelayanan nifas ibu dan bayi baru lahir (postnatal) ke
tenaga kesehatan.
 Dengan dukungan Jampersal diharapkan makin mengurangi hambatan
finansial yang dihadapi masyarakat yang selama ini tidak memiliki
jaminan pembiayaan persalinan, agar mereka dapat mengakses
pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, dalam upaya percepatan
penurunan Angka Kematian Ibu di Indonesia.

2. Program SIJARI EMAS yaitu pengembangan sistem rujukan maternal


neonatal lewat program EMAS (Expanding Maternal and Neonatal
Survival).
3. Upaya lainnya adalah mengintegrasikan indikator kesehatan ibu dan anak
dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) di bidang kesehatan.
4. Upaya lain yang komprehensif untuk memperbaiki status kesehatan ibu
dan anak adalah dengan dilaksanakannya conditional cash transfer dengan
sasaran keluarga miskin dan rentan melalui Program Keluarga Harapan
(PKH). Kegiatan PKH mencakup pendidikan anak, kesehatan ibu dan
balita, pelaksanaan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) mencakup
pemenuhan fasilitas kesehatan dasar dan meningkatkan kompetensi
tenaga kesehatan terutama bidan untuk dapat memberikan penanganan
kesehatan anak, serta pelayanan bagi penyandang disabilitas dan lansia di
atas 70 tahun (Kementrian PPN, 2017).
5. Program Asuransi BPJS Kesehatan bagi seluruh masyarakat.
Menurut UU no. 24 tahun 2011 tentang BPJS pasal 7 ayat (1) dan Ayat
(2), pasal 9 ayat (1) dan UU. No. 40 Tahun 2011 Tentang SJSN, Pasal 1
Angka 8, Pasal 4 Dan Pasal 5 ayat (1)). Badan Penyeleggara jaminan
social kesehatan (BPJS Kesehatan) adalah badan hukum public yang
bertanggung jawab kepada presiden dan berfungsi menyelenggarakan
program jaminan kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia termasuk
orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) Bulan di Indonesia.
6. Program USAID
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes) bekerja sama
dengan Pemerintah Amerika Serikat melalui Badan Pembangunan

16
lnternasional Amerika Serikat (USAID) mencanangkan Program USAID
Jalin untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Selama
lebih dari 20 tahun, Indonesia dan Amerika Serikat telah bekerja bersama
untuk mengatasi permasalahan terkait kesehatan ibu dan bayi.

17
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Pelayanan kesehatan merupakan upaya percepatan penurunan AKI
yang dapat dilakukan dengan menjamin agar setiap ibu mampu mengakses
pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas. Pelayanan kesehatan yang
difasilitasi oleh pemerintah seperti pelayanan kesehatan ibu hamil,
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatihdi fasilitas pelayanan
kesehatan, perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan
khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi, dan pelayanan keluarga
berencana termasuk KB pasca persalinan.
B. Saran
Seiring dengan kemajuan infrastruktur Indonesia, maka pelayanan
kesehatan wajib lebih ditingkatkan dan ditambahkan kembali terutama
untuk daerah-daerah terpencil yang masih tinggi angka kematian ibu.
Apabila pemerintah dan para pemangku advokasi mampu meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat, maka Indonesia akan menjadi negara yang
maju.

18
DAFTAR PUSTAKA

Sandra. Faktor-faktor peyebab AKI di Kabupaten Ponorogo meningkat tahun


2017. 2018. Jurnal Universitas Muhammadiyah Ponorogo 2018
Dr. Merry Dame Cristhine. Alo dokter Indonesia. September 2019
Baby Center (2018). Postpartum Hemorrhage.
Baby Center (2017). Postpartum: Late Hemorrhage.
Baby Center (2016). Chronic High Blood Pressure in Pregnancy.
Healthline (2016).
Infections in Pregnancy: Septic Shock.
Smith, J. R. Medscape (2018). Postpartum Hemorrhage.
Profil Kesehatan Indonesia 2018
https://doktersehat.com/kematian-ibu-melahirkan/
Data Badan Statisik Indonesia 2018

Anda mungkin juga menyukai