Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PERILAKU KESEHATAN LAPISAN SOSIAL MASYARAKAT YANG


BERKAITAN DENGAN PERAWATAN KEHAMILAN

Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Antropologi Kesehatan

Dosen Pengampu : Ibu Tati Suhaeti, M.Kes

Disusun Oleh:

TINGKAT 2B

Anis Rianti P17320120008 Riski Nur Azizah P17320120076


Gita Puspita Dewi P17320120030 Roki Rohan S. P17320120080
Nova Nur S P17320120058 Sarah Najibah N. P17320120084
Puteri Diva Sabila P17320120060 Syafitri Oktaviani R P17320120092
Rahman Firdaus P17320120064 Vela Sufaeni P17320120096
Ratu Nurasyifa P. I. P17320120068 Yumna Nizamul M. P17320120100

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

JURUSAN D-III KEPERAWATAN BANDUNG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG

2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan
syafa’atnya di akhirat nanti.

Penyusun mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga Penyusun mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas Mata Kuliah Antropologi Kesehatan dengan judul “PERILAKU
KESEHATAN LAPISAN SOSIAL MASYARAKAT YANG BERKAITAN DENGAN
PERAWATAN KEHAMILAN” tepat pada waktunya.

Penyusun tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, Penyusun mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca supaya laporan praktek ini nantinya dapat menjadi laporan yang
lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan Penyusun mohon maaf yang sebesar-
besarnya. Penyusun juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak khususnya kepada Dosen
Pembimbing kami yaitu Ibu Tati Suhaeti, M.Kes yang telah membimbing dalam penyusunan
laporan praktek ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Bandung, 11 Oktober 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
BAB 1 ............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 3
1.3 Tujuan.................................................................................................................................... 3
BAB II............................................................................................................................................. 4
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 4
2.1 Pengertian Lapisan Sosial Masyarakat .................................................................................. 4
2.2 Perilaku kesehatan pada berbagai lapisan masyarakat dan pengaruhnya terhadap
kehamilan. ................................................................................................................................... 7
2.3 Contoh perilaku lapisan sosial masyarakat dalam perawatan kehamilan ........................... 10
BAB III ......................................................................................................................................... 13
PENUTUP..................................................................................................................................... 13
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................... 13
3.2 Saran .................................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 14

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai sejak
konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan. Kehamilan, persalinan, nifas, bayi
baru lahir dan pemilihan alat kontrasepsi merupakan proses fisiologis dan
berkesinambungan. (Marmi, 2011:11).
Dan tidak bisa di pungkiri bahwa masa kehamilan, persalinan, masa nifas, bayi baru
lahir hingga penggunaan kontrasepsi, wanita akan mengalami berbagai masalah kesehatan.
Agar kehamilan, persalinan serta masa nifas seorang ibu berjalan normal, ibu
membutuhkan pelayanan kesehatan yang baik. Untuk peraturan pemerintahan Nomor 61
Tahun 2014 tentang kesehatan reproduksi menyatakan bahwa setiap perempuan berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan untuk mencapai hidup sehat dan mampu melahirkan
generasi yang sehat dan berkualitas serta mengurangi Angka Kematian Ibu (Bandiyah,
2009).
Indonesia sehat adalah suatu gambaran kondisi Indonesia di masa depan, yakni
masyarakat, bangsa, dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan
dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata, serta mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Visi Depkes 2010-2014
yaitu masyarakatsehat yang mandiri dan berkeadilan (Depkes, 2010). Setiap negara
memiliki tolak ukur dalam pencapaian derajat kesehatan, diIndonesia salah satu indikator
dalam pencapaian derajat kesehatan masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan sesuai
dengan visi Depkes 2010 – 2014 adalah dengan target menurunkan kematian Ibu (AKI)
dan angka kematian bayi (AKB) yang masih tinggi (Ronald, 2011).
World Health Organization (WHO) memperkirakan angka kematian maternal di
Indonesia diperkirakan mencapai 100 sampai 1.000 lebih per 100.000 dari kelahiran hidup.
Hasil laporan kemajuan pencapaian Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2007
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup,
tertinggi di Asia Tenggara (Sukowati, 2008). Dan berdasarkan Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2012 jumlah AKI di Indonesia yaitu 359 per 100
ribu kelahiran hidup (Depkes, 2012). Berdasarkan laporan dari profil kab/kota AKI

1
maternal yang dilaporkan di Sumatera Utara tahun 2012 yaitu 106/100.000 kelahiran
hidup. (Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2012).
Diperkirakan 50.000.000 ibu setiap tahunnya mengalami masalah kesehatan yang
berhubungan dengan komplikasi – komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas.
Komplikasi yang ada kaitannya dengan kehamilan berjumlah sekitar 18 % dari jumlah
global penyakit yang di derita wanita pada usia reproduksi. Dan diperkirakan 40 % wanita
hamil akan mengalami komplikasi sepanjang kehamilannya (Ronald, 2011). Menurut
Ronald (2010) diperkirakan dari setiap ibu yang meninggal dalam kehamilan, karena
menderita komplikasi, diakibatkan karena adanya penyebab langsung dan tidak langsung
dari kematian ibu tersebut. Penyebab utama kematian ibu yaitu adanya perdarahan (25 %),
sepsis (15%), hipertensi dalam kehamilan (12%), partus macet (8 %), komplikasi aborsi
tidak aman (13%), dan penyebab lain (8%) maka penyebab tidak langsung dari kematian
ibu seperti anemia. Sebab kematian ibu, mulai dari kehamilan itu sendiri terdapat banyak
masalah yang salah satunya kehamilan dengan mitos – mitos yang baik sadar atau tidak
disadari selalu hidup secara turun temurun dalam masyarakat. Mitos-mitos kehamilan ini
dapat memberikan pengaruh bagi perilaku ibu hamil baik itu positif maupun negatif hingga
mempengaruhi kunjungan pemeriksaan kehamilan.
Berdasarkan Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2012 Cakupan pemeriksaan
kehamilan ibu hamil di Sumatera Utara sejak tahun 2007 mengalami kenaikan dari 77,95%
menjadi 85,92% ditahun 2012, yaitu untuk cakupan KI sebesar 92,74 % dan untuk cakupan
K4 sebesar 85,92 % dari 25 kabupaten dan 8 kota yang ada di Sumatera Utara namun
peningkatan ini terkesan lambat karena peningkatkannya hanya sekitar 2% setiap tahun.
Dengan peningkatan seperti ini dikhawatirkan Sumatera Utara tidak mampu mencapai
target SPM bidang kesehatan yaitu 95% di tahun 2015.
Dari penyebab kematian ibu tersebut masalah kematian maupun kesakitan dan
kunjungan pemeriksaan kehamilan pada ibu tidak terlepas dari faktor sosial budaya dan
lingkungan di dalam masyarakat. Disadari atau tidak faktor kebudayaan, kepercayaan dan
pengetahuan budaya seperti berbagai pantangan, hubungan sebab akibat, antara makanan
dan kondisi sehat sakit, kebiasaan, dan ketidaktahuan, seringkali membawa dampak positif
maupun negatif terhadap kesehatan ibu. Pengetahuan, sosial dan budaya ibu yang sedang
hamil akan memengaruhi kesehatan ibu saat hamil.

2
Tujuannya adalah untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan
antenatal yang berkualitas, sehingga mampu menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin
dengan selamat, dan melahirkan bayi yang sehat (Sari, Ulfa, & Daulay, 2015:38).
Menurut Depkes RI (1998) frekuensi pelayanan ANC yang dianjurkan minimal 4
kali selama kehamilan yaitu: minimal 1 kali pada tribulan pertama, minimal 1 kali pada
tribulan kedua dan minimal 2 kali pada tribulan ketiga.
Kompleksitas permasalahan seputar persalinan membawa seorang ibu dihadapkan
pada pertaruhan hidup dan mati. Begitu banyak faktor mempengaruhi keberhasilan proses
persalinan, baik dari faktor internal ibu sebagai subyek dan faktor eksternal yang salah
satunya adalah adanya tradisi. Tradisi sebagai warisan leluhur sampai saat ini sebagian
masyarakat memilih cukup dengan mengetahuinya tanpa harus mengikuti, sebagian
lainnya masih memelihara dengan rapih sebagai pelaku tradisi itu sendiri.
Pengaruh budaya terhadap status kesehatan masyarakat tidak bisa diabaikan begitu
saja, kesehatan merupakan bagian integral dari kebudayaan. Hasil riset etnografi kesehatan
tahun 2012 di 12 etnis di Indonesia menunjukkan masalah kesehatan ibu dan anak terkait
budaya kesehatan sangat memprihatinkan. Keharusan untuk tetap bekerja keras sampai
mendekati persalinan bagi ibu hamil juga sangat membahayakan baik bagi ibu maupun
janinnya.

1.2 Rumusan Masalah


a. Pengertian lapisan sosial masyarakat
b. Perilaku kesehatan masyarakat
c. Contoh perilaku lapisan sosial masyarakat dalam perawatan kehamilan

1.3 Tujuan
a. Mengetahui lapisan sosial masyarakat
b. Mengetahui perilaku kesehatan masyarakat
c. Mengetahui contoh perilaku lapisan sosial masyarakat dalam perawatan kehamilan

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Lapisan Sosial Masyarakat

Pelapisan sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara
bertingkat atau hierarkis.Perwujudannya adalah adanya lapisan-lapisan di dalam masyarakat.
Lapisan -lapisan didalam masyarakat memang tidak jelas batas-batasnya,tetapi tampak bahwa
setiap lapisan akan terdiri atas individu-individu yang mempunyai tingkatan atau strata sosial yang
relative adalah sama .(Pitirim A. Sorokin)

Pelapisan sosial adalah golongan manusia yang ditandai dengan suatu cara hidup dalam
kesadaran akan beberapa hak istimewa tertentu.Oleh karena itu, mereka menuntut gengsi
kemasyarakatan.(P.J. Bouman)

Pelapisan sosial adalah pembedaan posisi seseorang atau kelompok dalam kedudukan yang
berbeda-beda secara vertikal. Lapisan sosial merupakan gejala umum pada masyarakat ,baik
masyarakat tradisional maupun masyarakat modern yang heterogen.(Soerjono Sokanto)

Pelapisan sosial merupakan pembeda tinggi dan rendahnya kedudukan atau posisi
seseorang dalam kelompoknya, jika dibandingkan dengan posisi seseorang maupun kelompok
lainnya. Tinggi dan rendahnya lapisan sosial itu disebabkan oleh bermacam-macam perbedaan,
seperti kekayaan di bidang ekonomi, nilai-nilai sosial, serta kekuasaan dan wewenang. Gejala yang
bersifat universal. Pelapisan sosial ada kapan pun dan dalam masyarakat mana pun. Selo
Soemardjan dan Soelaiman Soemardi mengatakan bahwa selama dalam masyarakat ada sesuatu
yang dihargai, maka dengan pelapisan sosial pun dapat terjadi dengan sendirinya. Sesuatu yang
dihargai dalam masyarakat dapat berupa harta kekayaan, ilmu pengetahuan, atau kekuasaan.

A. Perilaku Kesehatan Masyarakat


1. Perilaku
Perilaku merupakan hasil kegiatan atau aktifitas organisme. Perilaku terbentuk dari
hasil adaptasi terhadap lingkungan sekitarnya (Soekidjo, 2011 ). Perilaku manusia
merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan sehari hari, seperti berjalan, berbicara,
bereaksi, cara berpakaian, tradisi dan lain sebagainya. Perilaku adalah segala kegiatan yang

4
dilakukan organisme baik yang dapat diamati secara langsung maupun secara tidak
langsung. Soekidjo (2011) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan
suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari.
Faktor faktor yang memperngaruhi perilaku manusia antara lain adalah; faktor
genetik dan lingkungan. Faktor herediter merupakan konsep dasar bagi perkembangan
perilaku makhluk hidup selanjutnya. Sedangkan lingkungan merupakan lahan untuk
perkembangan perilaku tersebut. Komponen Perilaku Dalam proses pembentukan perilaku,
Benyamin Bloom (1908), membagi 3 tingkat ranah perilaku sebagai berikut:
a. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra
manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (overt behavior). Soekidjo (2011) menegaskan, pengetahuan yang dicakup
dalam domain kognitif mempunyai enam tingkat , yakni: tahu (know), memahami
(comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintetis (synthesis), dan
evaluasi.
b. Sikap (attitude)
Sikap adalah juga respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu,
yang sudah melibatkan factor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang – tidak
senang, setuju – tidak setuju, baik – tidak baik, dan sebagainya) (Soekidjo, 2010). Sikap
juga mempunyai tingkat tingkat berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut: menerima
(receiving), menanggapi (responding), menghargai (valuing), bertanggung jawab
(responsible), tindakan atau praktik (practice), praktik terpimpin (guided response),
praktik secara mekanisme (mechanism), dan adopsi (adoption).
c. Perilaku Sehat
Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat
menjadi perilaku sehat dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga. Menurut
Becker, konsep perilaku sehat ini merupakan pengembangan dari konsep perilaku yang
dikembangkan Bloom menguraikan perilaku kesehatan menjadi tiga domain, yakni

5
pengetahuan kesehatan (health knowledge), sikap terhadap kesehatan (health attitude)
dan praktik kesehatan (health practice).
Becker mengklasifikasikan perilaku kesehatan menjadi tiga dimensi: Pengetahuan
Kesehatan Pengetahuan tentang kesehatan mencakup apa yang diketahui oleh
seseorang terhadap cara cara memelihara kesehatan, seperti pengetahuan tentang
penyakit menular, pengetahuan tentang faktor faktor yang terkait dan atau
mempengaruhi kesehatan, pengetahuan tetntang fasilitas pelayanan kesehatan dan
pengetahuan untuk menghindari kecelakaan.
Sikap terhadap kesehatan sikap yang sehat dimulai dari diri sendiri, dengan
memperhatikan kebutuhan kesehatan dalam tubuh dibanding keinginan. Praktik
kesehatan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau aktifitas orang dalam rangka
memelihara kesehatan, seperti tindakan terhadap penyakit menular dan tidak menular,
tindakan terhadap faktor faktor yang terkait dan atau mempengaruhi kesehatan,
tindakan tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan tindakan untuk menghindari
kecelakaan.
B. Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan
lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status
kesehatan yang optimal pula (Soekidjo, 2011). Definisi lain dikemukakan oleh WHO
(World Health Organization) yaitu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia
dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia. Dari Undang Undang
Kes RI Nomor 36 Tahun 2009 pasal 162: Upaya Kesehatan Lingkungan ditujukan untuk
mewujudkan kualitas yang sehat, baik fisik, kimia dan biologi, maupun social yang
memungkinkan setiap orang mencapai kesehatan yang setinggi tingginya maka dapat
disimpulkan bahwa kesehatan lingkungan yang berkualitas adalah kesehatan lingkungan
yang telah memenuhi kaidah standar yang telah ditetapkan sehingga setiap orang dapat
mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Kualitas lingkungan yang baik akan memperkecil resiko terjadinya penurunan
kesehatan. Sarana dan prasarana juga menjadi dasar dalam pengendalian kualitas
lingkungan. Untuk menilai keadaan lingkungan, indikator yang harus diperhatikan adalah

6
penggunaan Air bersih, rumah sehat, keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar,
dan tempat umum dan pengelolaan makanan.
C. Teori Kesehatan Menurut H.L Blum
Kesehatan sangat erat hubungannya dengan faktor keturunan, lingkungan, perilaku,
dan pelayanan kesehatan. Keempat faktor tersebut saling berpengaruh positif dan sangat
berpengaruh kepada status kesehatan seseorang. Berikut ini akan dijelaskan satu per satu
keempat faktor tersebut.
1. Faktor Keturunan
Faktor ini lebih mengarah pada kondisi individu yang berkaitan dengan asal usul
keluarga, ras, dan jenis golongan darah.
2. Faktor Pelayanan Kesehatan
Faktor ini dipengaruhi oleh seberapa jauh pelayanan kesehatan yang diberikan.
3. Faktor Perilaku
Faktor Perilaku berhubungan dengan perilaku individu atau masyarakat, perilaku
petugas kesehatan, dan perilaku para pejabat pengelola pemerintahan (pusat dan
daerah) serta perilaku pelaksana bisnis.
4. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan sangat besar pengaruhnya terhadap status kesehatan. Faktor
lingkungan terdiri dari 3 bagian yaitu diantaranya sebagai berikut.
1) Lingkungan fisik, terdiri dari benda mati yang dapat dilihat, diraba, dan dirasakan.
2) Lingkungan biologis, terdiri dari makhluk hidup yang bergerak, baik yang dapat
dilihat maupun tidak.
3) Lingkungan sosial. Lingkungan sosial adalah bentuk lain secara fisik dan biologis
di atas

2.2 Perilaku kesehatan pada berbagai lapisan masyarakat dan pengaruhnya terhadap
kehamilan.

Faktor sosial ekonomi pada berbagai lapisan masyarakat memiliki pengaruh secara tidak
langsung terhadap kejadian bayi pada masa kehamilan. Keluarga dengan pendapatan cukup
memenuhi kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan, sebaliknya keluarga yang memiliki pendapatan
rendah mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan gizi. Pada ibu hamil kekurangan nutrisi

7
dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan janin dikandungan. Wanita pada tingkat sosial ekonomi
(pekerjaan dan pendidikan) yang rendah mempunyai kemungkinan lebih tinggi mengalami
kelahiran kurang bulan yang menyebabkan bayi lahir dengan berat badan kurang (Jusuf, 2008).

Faktor pendidikan pun berpengaruh pada pengetahuan ibu hamil, pengetahuan terkait
dengan pentingnya pemeriksaan kehamilan dan juga pentingnya untuk memenuhi asupan nutrisi
yang baik bagi ibu dan juga janin. Pada lapisan masyarakat bawah memiliki tingkat pendidikan
yang rendah, dikarenakan ada beberapa masyarakat yang tidak mampu untuk menempuh
pendidikan secara formal. Namun berbeda dengan lapisan masyarakat tingkat atas tentunya
memiliki wawasan pendidikan yang cukup luas, ditunjang dengan pendidikan yang tinggi. Oleh
karena itu, tingkat pendidikan ibu sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk bertindak dan
mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Demikian halnya dengan ibu yang berpendidikan
tinggi akan memeriksakan kehamilannya secara teratur demi menjaga keadaan kesehatan dirinya
dan anak dalam kandungannya. Menururt Pasaribu (2005), ibu yang berpendidikan rendah
biasanya kurang menyadari pentingnya frekuensi pemeriksaan kehamilan.

Berdasarkan faktor tersebut, tentunya mempengaruhi perilaku kesehatan yang dilakukan


oleh ibu hamil pada berbagai lapisan masyarakat. Diantaranya yaitu :
A. Lapisan masyarakat tingkat bawah
a. Perilaku kesehatan
• Tingkat kepedulian terhadap pemeriksaan kehamilan rendah, dikarenakan faktor
pendidikan yang masih kurang, keadaan ekonomi yang tidak memadai untuk
membiayai pemeriksaan.
• Asupannya makanan untuk ibu dan janin tidak terpenuhi, dikarenakan kurangnya
pengetahuan akibat rendahnya tingkat pendidikan.
• Masih menjalani adat dan budaya yang ada di lingkungan setempat, yang beberapa
diantara justru dapat membahayakan kesehatan ibu dan janin.
b. Pengaruh/dampak
Ibu hamil dengan gizi buruk juga akan mempengaruhi kesehatan dirinya sendiri. Gizi yang
tidak cukup selama kehamilan akan menyebabkan beberapa gangguan kesehatan seperti anemia,
merasa lelah dan lesuh, produktivitas rendah, dan menurunnya sistem kekebalan tubuh sehingga

8
mudah terserang infeksi. Kekurangan gizi pada ibu hamil tidak hanya terjadi jika kurangnya nutrisi
makronutrien. Namun, ini juga akan berdampak buruk jika ibu hamil kekurangan nutrisi
mikronutrien. Gangguan kesehatan yang mungkin terjadi meliputi:
• Defisiensi zinc dan magnesium dapat menyebabkan preeklampsia dan kelahiran
prematur.
• Kurangnya zat besi dan vitamin B12 dapat menyebabkan anemia.
• Asupan vitamin B12 yang tidak memadai juga dapat menyebabkan masalah pada
sistem saraf.
• Kekurangan vitamin K bisa menyebabkannya perdarahan yang berlebihan saat
melahirkan.
• Asupan yodium yang tidak memadai selama kehamilan dapat menyebabkan keguguran
dan bayi lahir mati.
Pengaruh ibu hamil kurang gizi terhadap janin kurang nutrisi pada ibu hamil dikaitkan dengan
berbagai dampak buruk pada janin yang sedang berkembang, termasuk lambatnya pertumbuhan
janin dan berat lahir rendah. Kekurangan gizi selama kehamilan akan meningkatkan risiko:
• Stillbirth (bayi lahir mati)
• Lahir prematur
• Kematian perinatal (kematian bayi tujuh hari setelah lahir). Bayi yang memiliki berat
kurang dari 2,5 kilogram (kg) kemungkinan 5 hingga 30 kali lebih besar untuk
meninggal dalam tujuh hari pertama kehidupan dibandingkan dengan bayi dengan berat
normal (≥2,5kg). Bayi yang memiliki berat badan kurang dari 1,5 kg memiliki
peningkatan risiko kematian 70 hingga 100 kali dalam tujuh hari sejak lahir.
• Gangguan sistem saraf, pencernaan, pernapasan, dan peredaran darah.
• Cacat lahir
• Kurang berkembangnya beberapa organ
• Kerusakan otak
B. Lapisan masyarakat tingkat menengah.
a. Perilaku kesehatan
• Mulai menyadari akan pentingnya pemeriksaan kehamilan. Seminimalnya 3 kali
selama masa kehamilan.
• Mulai mengetahui kebutuhan nutrisi yang baik bagi janin dan ibu.
9
b. Pengaruh/dampak
Asupan gizi ibu hamil menjadi faktor penting baik untuk pemenuhan nutrisi ibu
hamil atau pun untuk pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan. Bahkan,
dapat mengurangi risiko penyakit kronis pada janin dan anak yang akan lahir.
C. Lapisan masyarakat tingkat atas
a. Perilaku kesehatan
• Tingginya tingkat kepedulian atas pemeriksaan kehamilan dikarenakan faktor ekonomi
yang juga mendukung untuk melakukan pemeriksaan itu sendiri.
• Sangat menjaga asupan nutrisi baik untuk ibu dan janin, terdukung oleh pengetahuan
akan nutrisi dan juga kemampuanya ekonomi yang mendukung terpenuhinya
kebutuhan tersebut.
b. Pengaruh/dampak
Dengan terpenuhi status gizi bagi ibu hamil, tentunya membawa pengaruh/dampak
positif bagi kesehatan ibu dan janin, diantaranya yaitu :
• Resiko terjadinya gangguan kesehatan pada ibu dan janin berkurang.
• Bayi lahir dalam kondisi sehat.
• Minim terjadinya cacat lahir, bayi lahir prematur, kerusakan otak dan juga gangguan
sistem saraf, pencernaan, pernapasan, dan peredaran darah.
2.3 Contoh perilaku lapisan sosial masyarakat dalam perawatan kehamilan

Pada perilaku masyarakat bawah dan menengah contohnya ada suku baduy. Aspek kehidupan
masyarakat Baduy diselimuti dengan berbagai budaya dan ritual termasuk upacara adat pada
proses kehamilan dan persalinan. Hasil riset etnografi menggambarkan bahwa masyarakat Baduy
sangat patuh dan taat dalam melaksanakan budaya dan upacara yang telah diturunkan dari
leluhurnya hingga kini (Ipa et al., 2014). Upacara kehamilan dan persalinan yang masih diterapkan
di kehidupan sehari-hari diantaranya adalah:

a. Upacara empat bulanan (Neundeun Seupaheun) dilakukan oleh dukun paraji bersama
dengan beberapa kokolot bertujuan untuk menghindari dari gangguan roh dan marabahaya
lain selama kehamilan. Upacara ini dilakukan dengan memberikan ‘Kapuru’ (untaian

10
benang putih) yang sudah diberi doa atau jampe oleh kokolot selama tiga malam, lalu
diikatkan di pergelangan tangan ibu di sebelah kiri;
b. Upacara tujuh bulanan (Kendit) atau biasa disebut dengan upacara pemasangan kain putih
yang sudah didoakan oleh kokolot yang diikatkan dipinggang ibu hamil. Tujuan dari
upacara ini adalah memberikan doa kepada ibu hamil dan janinnya agar selamat, aman
tidak diganggu ruh sehingga proses kelahiran bisa berjalan lancar ibu dan bayinya selamat;
c. Upacara kelahiran anak dilakukan oleh dukun paraji yang dilakukan setelah bayi lahir.
Upacara hari pertama bayi lahir dinamakan Pereuh Sepeting, merupakan upacara
memotong tali pusar menggunakan hinis atau sebilah bambu, kemudian memberikan ari-
ari lalu memasukkannya ke daun pisang yang sudah disiapkan oleh suami;
d. Upacara hari ketiga setelah kelahiran dinamakan upacara ‘Pereuh Tilu Peuting’ yaitu
upacara yang dilakukan dengan meneteskan ramuan yang sudah diberi doa oleh paraji ke
mata ibu.
e. Upacara hari ketujuh dinamakan upacara “Pereuh Nujuh Peuting” setelah kelahiran,
merupakan upacara pemberian nama, yang sebelumnya sudah diberikan oleh Kokolot
(ketua adat). Pada upacara ini dilakukan pemberian gelang berupa untaian benang putih
(Kapuru) diikatkan di tangan sebelah kiri yang sudah diberi doa untuk ibu dan bayi
perempuan jika bayi laki-laki, kapuru diikatkan di tangan sebelah kanan. Pada upacara ini
juga dilakukan makan bersama dengan para kerabat, saudara, tetangga juga kokolot;
f. Upacara yang terakhir dilakukan adalah saat hari ke 40, dinamakan dengan Ngangiran,
merupakan upacara memandikan bayi di sungai yang dilakukan oleh paraji yang juga
dikenal dengan sebutan bebersih tujuannya untuk membersihkan bayi setelah 40 hari bayi
lahir.

Budaya persalinan di masyarakat Baduy yang saat ini masih terjadi adalah persalinan yang
dilakukan sendiri tanpa bantuan penolong persalinan. Saat proses persalinan sudah selesai,
penolong persalinan baru diperlukan perannya untuk memotong tali pusar, membersihkan bayi
atau saat ibu bersalin mengalami kesulitan dalam proses persalinan (Lestari & Agustina, 2018).
Selain budaya persalinan sendiri, masyarakat Baduy juga masih lebih mempercayai dukun paraji
sebagai penolong persalinannya. Hal ini disebabkan karena sebagian besar masyarakat Baduy
masih percaya bahwa bayi sebelum keluar dari perut ibu tidak diperbolehkan ditolong oleh tenaga
kesehatan.

11
Oleh karena itu, setelah bayi lahir, biasanya suami atau keluarga lebih sering memanggil
dukun paraji sebagai penolong dalam membantu menyelesaikan proses persalinan. Masyarakat
Baduy menganggap dukun paraji merupakan orang yang dipercaya dapat memberikan doa-doa
sehingga memberikan rasa nyaman pada ibu (Batubara, 2012).

Dengan kondisi tersebut, permasalahan kesehatan ibu hamil dan melahirkan di masyarakat
Baduy semakin kompleks. Untuk itu, perlu dibuat suatu upaya untuk mengentaskan masalah
kesehatan terutama yang berkaitan dengan kesehatan kehamilan dan persalinan. Upaya untuk
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman kesehatan kehamilan dan persalinan pada masyarakat
Baduy merupakan salah satu upaya yang bertujuan untuk mendorong penurunan AKI. Hal ini
sejalan dengan pendapat Notoatmodjo, bahwa seseorang itu berperilaku tertentu karena memiliki
pemikiran dan perasaan (Notoatmodjo, 2010).

12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pelapisan sosial merupakan pembeda tinggi dan rendahnya kedudukan atau posisi
seseorang dalam kelompoknya, jika dibandingkan dengan posisi seseorang maupun kelompok
lainnya. Tinggi dan rendahnya lapisan sosial itu disebabkan oleh bermacam-macam perbedaan,
seperti kekayaan di bidang ekonomi, nilai-nilai sosial, serta kekuasaan dan wewenang. Gejala yang
bersifat universal. Pelapisan sosial ada kapan pun dan dalam masyarakat mana pun.

Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai sejak konsepsi
dan berakhir sampai permulaan persalinan. Kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan
pemilihan alat kontrasepsi merupakan proses fisiologis dan berkesinambungan. (Marmi, 2011:11).
Dan tidak bisa di pungkiri bahwa masa kehamilan, persalinan, masa nifas, bayi baru lahir hingga
penggunaan kontrasepsi, wanita akan mengalami berbagai masalah kesehatan. Agar kehamilan,
persalinan serta masa nifas seorang ibu berjalan normal, ibu membutuhkan pelayanan kesehatan
yang baik.

Faktor sosial ekonomi pada berbagai lapisan masyarakat memiliki pengaruh secara tidak
langsung terhadap kejadian bayi pada masa kehamilan. Keluarga dengan pendapatan cukup
memenuhi kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan, sebaliknya keluarga yang memiliki pendapatan
rendah mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan gizi. Faktor pendidikan pun berpengaruh
pada pengetahuan ibu hamil, pengetahuan terkait dengan pentingnya pemeriksaan kehamilan dan
juga pentingnya untuk memenuhi asupan nutrisi yang baik bagi ibu dan juga janin.

3.2 Saran
Setelah dibuatnya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami bagaimana Lapisan-
lapisan Sosial Masyarakat dan perilaku kesehatannya kaitannya dengan perawatan kehamilan.
Melalui tenaga kesehatan, ibu hamil dengan tingkat pendidikan rendah disarankan untuk lebih
banyak mencari informasi mengenai perawatan kehamilan melalui tenaga kesehatan terutama
bidan, petugas posyandu , media masa sehingga dapat mengenal resiko kehamilan.

13
DAFTAR PUSTAKA
Rabbani, Aletheia.(2017). Pengertian Lapisan Masyarakat (Stratifikasi Sosial) Menurut Ahli.
https://www.sosiologi79.com/2017/04/beberapa-pengertian-lapisan-masyarakat.html.
Diakses pada tanggal 10 Oktober 2021

Murom,S.(2020). Pelapisan Sosial.


https://repository.unikom.ac.id/64814/1/6.%20PELAPISAN%20SOSIAL.pdf. Diakses
pada tanggal 10 Oktober 2021

Masayooe, dkk. 2018. Perilak masyarakat dalam pengelolaan kesehatan lingkungan. Diakses
dari https://media.neliti.com/media/publications/168118-ID-perilaku-masyarakat-dalam-
pengelolaan-ke.pdf pada tanggal 10 Oktober 2021

Kartika, Vita. Dkk. (2019). BUDAYA KEHAMILAN DAN PERSALINAN PADA


MASYARAKAT BADUY, DI KABUPATEN LEBAK, TAHUN 2018. Diakses melalui
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://ejournal2.litbang.kem
kes.go.id/index.php/hsr/article/download/1494/1244&ved=2ahUKEwjtkvD97b_zAhUlgt
gFHbxOBL8QFnoECDsQAQ&usg=AOvVaw35hUFTexyzEcaZWT9EP35_. Pada
tanggal 10 Oktober 2021

Unknown. Sosial, Budaya Serta Pengetahuan Ibu Hamil Yang Tidak Mendukung Kehamilan
Sehat.http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=1091381&val=16414&
=SOSIAL%20BUDAYA%20SERTA%20PENGETAHUAN%20IBU%20HAMI
L%20YANG%20TIDAK%20MENDUKUNG%20KEHAMILAN%20SEHAT . Diakses
pada tanggal 10 Oktober 2021
Nurs Ikke. (2018). Bab I Pendahuluan.http://eprints.umpo.ac.id/4028/2/BAB%20I.pdf .Diakses
pada tanggal 10 Oktober 2021

14

Anda mungkin juga menyukai