Anda di halaman 1dari 15

PERILAKU MASYARAKAT YANG MELAKUKAN MITOS PERAWATAN UNTUK

IBU NIFAS

Dosen Pengampu :
Ira Titisari, S.Si.T, M.Kes

Nama Anggota :
1. Azizah Fauziyah Ayu Putri (P17321211003)
2. Aulia Salsavira Syifa (P17321211009)
3. Mariana Putri Sholihah (P17321211010)
4. Annisa Fitri Basuki (P17321211020)
5. Dwi Ayu Safitri (P173212110222)
6. Vitasari Nur Ayu Pradhany (P17321211023)
7. Rienta Wahyu Cindea (P17321211024)
8. Imtiyaz Kartika Khasna (P17321211027)
9. Faizatul Seruniati (P17321213033)
10. Giska Elma Virginita (P17321213035)
11. Jihan Salsabila Hermawan (P17321213036)
12. Nabila Muafiqoh (P17321214044)
13. Iqfa Rahma Zanuarizki (P17321214051)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN KEDIRI


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
TAHUN 2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
LP tentang Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Nenonatal
Abortus Inkomplit ini dapat diselesaikan dengan maksimal, tanpa ada halangan
yang berarti. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan
Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Nenonatal yang di bimbing oleh
Ibu Susanti Pratamaningtyas, M.Keb
Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
materi maupun pikirannya. Khususnya kepada dosen pembimbing kami Ibu
Susanti Pratamaningtyas, M.Keb. yang telah memberikan saran dan kritik yang
membangun sehingga kami dapat menyelesaikan LP ini dengan baik.
Karena keterbatasan pengetahuan kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan LP ini. Dan harapan
kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi LP menjadi lebih baik lagi.

Kediri, 31 Januari 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

BAB I........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................................3
TINJAUAN TEORI..................................................................................................................3
2.1 Definisi Perilaku..............................................................................................................3
2.2 Definisi Mitos...................................................................................................................3
2.3 Definisi perawatan masa nifas..........................................................................................4
2.4 Tujuan perawatan masa nifas..........................................................................................4
2.5 Penyebab perilaku mitos perawatan pada ibu nifas..........................................................5
2.6 Macam macam Mitos dan dampak dari mitos perawatan ibu nifas..................................6
2.7 Kronologi Kasus atau Masalah yang Ada pada Masyarakat.............................................7
2.8 Cara Mengubah Perilaku Masyarakat Untuk Mengatasi Mitos Perawatan Pada Ibu Nifas
..............................................................................................................................................8
2.9 Peran Bidan Dalam Mengatasi Mitos Perawatan Pada Ibu Nifas......................................9
BAB III...................................................................................................................................11
PENUTUP..............................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................11
3.2 Saran.............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa Nifas adalah masa pemulihan pasca persalinan hingga seluruh
organ reproduksi wanita pulih kembali sebelum kehamilan berikutnya. Angka
kematian ibu di Indonesia Masih menjadi salah satu tujuan penting untuk di
turunkan. Pada tahun 2015 AKI tercatat 305 per 100 ribu kelahiran hidup dari
target seharusnya 102 per 100 ribu kelahiran hidup. Peran tenaga kesehatan
selama dan pasca persalinan sangat berperan dalam penurunan AKI. 68,6%
persalinan di indonesia di bantu oleh Bidan, 18,5% di bantu oleh dokter dan 11,8% di
oleh tenaga non kesehatan seperti dukun bayi, dan 0,8% tanpa ada penolong.
Penyebab kematian ibu yang paling banyak adalah perdarahan yang
biasanya terjadi selama masa nifas. Masa nifas merupakan masa pemulihan organ
reproduksi pasca persalinan dan merupakan masa yang penting bagi ibu maupun
bayinya.
Masalah kesehatan ibu dan anak tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya
dan lingkungan di dalam masyarakat tempat mereka berada. Disadari atau
tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan tradisional seperti konsep-konsep
mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab akibat, dan konsep tentang
sehat sakit, serta kebiasaan-kebiasaan ada kalanya mempunyai dampak positif
atau negatif terhadap terhadap kesehatan ibu dan anak. Bisa jadi budaya bisa
menjadi penyebab tingginya angka kematian ibu dan anak, seperti faktor
geografi, penyebaran penduduk, dan kondisi sosial ekonomi (Kristiana,2012).
Budaya bagi masyarakat adalah suatu hal yang penting, bahkan diantaranya
dipercaya dan menjadi pegangan hidup oleh masyarakat. Di beberapa wilayah
masyarakat di indonesia, masih percaya pada mitos, yang berkaitan dengan
perawatan pada masa nifas. Bagi masyarakat mitos sudah diyakini kebenarannya karena
beberapa bukti yang terjadi. Masyarakat akan melakukan apa saja dengan harapan
keselamatan pada ibu dan bayinya. Kadang kala kepercayaan tersebut bertentangan
dengan nilai-nilai kesehatan medis modern, sehingga mengakibatkan
permasalahan kesehatan pada ibu hamil dan pada masa nifas.
Budaya atau kebiasaan merupakan salah satu yang mempengaruhi status
kesehatan ibu dalam masa kehamilan sampai nifas. Penanganan bagi ibu hamil,
melahirkan dan nifas memiliki ciri khas budaya yang berbeda-bedadan menjadi
gambaran penting bagi bidan yang bertugas di wilayah seluruh indonesia. Pengaruh
Budaya-budaya tersebut ada yang menguntungkan dan ada pula yang merugikan.
Ilmu sosial kemasyarakatan sangat penting untuk dipahami seorang bidan dalam
menjalankan tugasnya. Karena bidan sebagai petugas kesehatan yang berada di
garis terdepan dan berhubungan langsung dengan masyarakat, dengan latar
belakang Agama, budaya, pendidikan dan adat istiadat yang berbeda.

iv
Pengetahuan sosial dan budaya yang dimiliki oleh Bidan akan berkaitan dengan
cara pendekatan untuk merubah perilaku dan keyakinan masyarakat yang tidak
sehat, menjadi masyarakat yang berperilaku sehat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi perilaku dan mitos ?
2. Apa definisi perawatan masa nifas dan tujuannya?
3. Apa penyebab perilaku mitos perawatan pada ibu nifas?
4. Apa saja macam-macam mitos perawatan pada ibu nifas dan dampak dari mitos
perawatan ibu nifas?
5. Bagaimana kronologi kasus/masalah yang ada pada masyarakat?
6. Bagaimana cara mengubah perilaku untuk menghindari mitos perawatan pada ibu
nifas?
7. Bagaimana peran bidan dalam menghindari mitos perawatan pada ibu nifas?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari perilaku dan mitos
2. Untuk mengetahui definisi perawatan masa nifas dan tujuannya
3. Untuk mengetahui penyebab perilaku mitos perawatan pada ibu nifas
4. Untuk mengetahui macam-macam mitos perawatan pada ibu nifas dan dampak dari
mitos perawatan ibu nifas
5. Untuk mengetahui kronologi kasus/masalah yang ada pada masyarakat
6. Untuk mengetahui cara mengubah perilaku dalam menghindari mitos perawatan pada
ibu nifas
8. Untuk mengetahui peran bidan dalam menghindari mitos perawatan pada ibu nifas

v
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Perilaku


Perilaku merupakan seperangkat perbuatan atau tindakan seseorang dalam
melakukan respon terhadap sesuatu dan kemudian dijadikan kebiasaan karena adanya
nilai yang diyakini. Perilaku manusia pada hakekatnya adalah tindakan atau aktivitas
dari manusia baik yang diamati maupun tidak dapat diamati oleh interaksi manusia
dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan.
Perilaku secara lebih rasional dapat diartikan sebagai respon organisme atau
seseorang terhadap rangsangan dari luar subyek tersebut. Respon ini terbentuk dua
macam yakni bentuk pasif dan bentuk aktif dimana bentuk pasif adalah respon
internal yaitu yang terjadi dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat dilihat
dari orang lain sedangkan bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu dapat diobservasi
secara langsung (Triwibowo, 2015).

2.2 Definisi Mitos


Mitos ialah sesuatu berupa wacana bisa berupa cerita, asal-usul, atau
keyakinan. Yang keberadaannya belum tentu dengan kebenarannya (Lara Asih
Mulya, 2011). Mitos terkait erat dengan isi kebudayaan. Perwujudan mitos dalam
kehidupan masyarakat senantiasa mewakili aktivitas tingkah laku manusia yang patut
diteladani atau sama sekali harus dihindari.

Banyak dijumpai seputar mitos yang berkembang khususnya pada masyarakat


awam, yang keberadaannya berbeda dari masa ke masa. Setiap masing-masing daerah
mempunyai ciri khasnya sendiri yang disesuaikan dengan kebudayaan leluhurnya
pada masa itu. Sehingga masih erat mitos yang dipercayai oleh masyarakat di setiap
daerah. Mitos berupa nasehat, anjuran ataupun larangan. Beberapa mitos dapat
bertahan karena memberikan nasehat yang sesuai dengan pengalaman sehari-hari
tetapi tidak semua mitos yang kebenarannya belum tentu benar adanya yang terbukti
salah atau tidak efektif. Karena masih banyaknya masyarakat yang percaya terhadap
pola pikir zaman dahulu sehingga masih bertahan hingga saat ini.

vi
2.3 Definisi perawatan masa nifas
World Health Organization (WHO) menganjurkan pelayanan kesehatan masa nifas
atau postnatal care dimulai dalam kurun waktu 24 jam setelah melahirkan oleh tenaga
kesehatan yang kompeten, seperti dokter, bidan atau perawat. Perawatan masa nifas
merupakan suatu upaya yang dilakukan bidan, ibu nifas dan keluarga dengan harapan
tidak terjadi hal yang berbahaya selama masa nifas yang dapat mengganggu kesehatan
ibu (Safitri dkk, 2020). Masa nifas dimulai setelah persalinan dan berakhir setelah
kondisi ibu hamil dalam keadaan normal seperti alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil, masa nifas ini berlangsung dalam kurun waktu enam minggu
(Febrianti selvia, 2019).
Kepercayaan dan keyakinan budaya terhadap perawatan masa nifas, masih banyak
dilakukan oleh kalangan masyarakat. Mereka meyakini perawatan masa nifas dapat
memberikan dampak yang positif dan menguntungkan bagi mereka. Indonesia
memiliki beraneka ragam kepercayaan dalam perawatan masa nifas dengan ciri khas
daerah masing –masing.

2.4 Tujuan perawatan masa nifas


Dalam masa nifas ini, ibu memerlukan perawatan dan pengawasan yang dilakukan
selama ibu tinggal di rumah sakit maupun setelah keluar dari rumah sakit. Adapun
tujuan dari perawatan masa nifas adalah Sri Wahyuningsih, (2019)
a. Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas Tujuan perawatan masa nifas adalah
untuk mendeteksi adanya kemungkinan adanya perdarahan post partum, dan
infeksi, penolong persalinan harus waspada, sekurang-kurangnya satu jam post
partum untuk mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi persalinan.
Umumnya wanita sangat lemah setelah melahirkan, lebih lebih bila partus
berlangsung lama.
b. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik
fisik maupun psikologis harus diberikan oleh penolong persalinan ibu dianjurkan
untuk menjaga kebersihan badan, mengajarkan ibu bersalin bagaimana
membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air bersihkan daerah di sekitar
vulva dahulu, dari depan ke belakang dan baru sekitar anus. Sarankan ibu
mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudahnya. Jika ibu
mempunyai luka episiotomi atau laserasi sarankan ibu untuk menghindari
menyentuh daerah luka.
c. Melaksanakan skrining secara komprehensif. Melaksanakan skrining yang
komprehensif dengan mendeteksi masalah, mengobati dan merujuk bila terjadi
komplikasi pada ibu maupun bayi. Bidan bertugas untuk melakukan pengawasan
kala IV yang meliputi pemeriksaan plasenta, pengawasan TFU, pengawasan PPV,
pengawasan konsistensi rahim dan pengawasan KU ibu. Bila ditemukan

vii
permasalahan maka segera melakukan tindakan sesuai dengan standar pelayanan
pada penatalaksanaan masa nifas.
d. Memberikan pendidikan kesehatan diri Memberikan pelayanan kesehatan tentang
perawatan diri, nutrisi KB, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan
perawatan bayi sehat. Ibu post partum harus diberikan pendidikan pentingnya di
antara lain kebutuhan gizi ibu menyusui
1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan
vitamin yang cukup
3) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum sebelum
menyusui).
e. Memberikan pendidikan tentang laktasi dan perawatan payudara
1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering
2) Menggunakan BH yang menyokong payudara.
3) Apabila puting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada
sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui Menyusui tetap dilakukan
mulai dan puting susu yang tidak lecet.
4) Lakukan pengompresan apabila bengkak dan terjadinya bendungan.

2.5 Penyebab perilaku mitos perawatan pada ibu nifas


1. Status ekonomi rendah, tidak tersedia atau rendahnya pelayanan kesehatan yang
berkualitas.
Hal tersebut berdampak terhadap keberhasilan promosi kesehatan, deteksi
dini, dan penatalaksanaan yang adekuat terhadap masalah pada masa pasca persalinan.
Sebab dari segi ekonomi masih perlu diperbaiki dapat kita lihat mengenai fasilitas
kesehatan yang minim peralatan dan pelayanan yang ada di desa terpencil. Lalu,
layanan yang diberikan juga terkadang jauh dari pedesaan sehingga masyarakat sering
melakukannya sendiri di rumah.
2. Budaya nifas tidak hanya mencakup mitos, namun juga tradisi tertentu.
Masyarakat Indonesia masih mempertahankan kebudayaan bagi ibu nifas yang
tidak memiliki dasar logis, terutama dari segi medis sehingga perilaku tersebut dapat
membahayakan ibu dan anak. Adat dan tradisi merupakan dasar perilaku mengenai
berbagai pantangan dan aktivitas tertentu yang harus dipatuhi. Oleh karena itu, ibu
nifas lebih mematuhi apa yang dikatakan oleh orang tua ataupun nenek moyangnya
dan berlangsung lama hingga diteruskan sampai saat ini.
3. Rendahnya pengetahuan mengenai kesehatan
Ketidaktahuan ilmu tentang kesehatan yang mempengaruhi psikis dan mental
ibu dalam menghadapi kondisi pasca melahirkan sehingga ibu mempercayai mitos-
mitos tersebut. seperti halnya pada ibu yang baru memiliki anak mental dan psikis
terkadang masih belum stabil dan dukungan orang tua yang masih menganut mitos-
mitos yang minim akan kebenarannya secara medis. Kunjungan pada ibu nifas sangat
penting untuk dilakukan karena dengan melakukan kunjungan sampai 40 hari masa
viii
ibu nifas, bidan dapat memantau perubahan-perubahan yang terjadi pada ibu nifas
seperti proses involusio, memantau banyaknya perdarahan dan memantau proses
laktasi.

2.6 Macam macam Mitos dan dampak dari mitos perawatan ibu nifas
1. Pantang Makanan Protein Supaya Jahitan Cepat Kering
Pantangan makan (Tarak) adalah suatu larangan untuk mengkonsumsi jenis
makanan tertentu, karena terdapat ancaman bagi ibu yang melanggarnya. Pantangan
merupakan sesuatu yang diwariskan dari leluhur melalui orang tua ke generasi
bawahnya. Pantangan menyebabkan orang tidak mengerti kapan suatu pantangan
makanan dilakukan dan penyebab melakukan pantangan tersebut. Pantangan makanan
yang dilakukan oleh masyarakat tidak sesuai dengan nilai gizi makanan yang
dibutuhkan.
Nutrisi pada masa nifas untuk mempercepat pemulihan kesehatan dan
kekuatan, meningkatkan kualitas dan kuantitas ASI, serta mencegah terjadinya
infeksi. Kandungan makanan seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral
mempunyai manfaat untuk membantu proses penyembuhan luka perineum.
Perilaku atau Budaya ini dapat merugikan ibu nifas.Tanpa protein sebagai zat
pembangun yang cukup, maka ibu nifas akan mengalami keterlambatan penyembuhan
bahkan berpotensi infeksi bila daya tahan tubuh kurang akibat pantang makanan
bergizi. Protein juga diperlukan untuk pembentukan ASI. Ibu nifas sebaiknya
mengkonsumsi minimal telur, tahu, tempe dan daging atau ikan bila ada.
2. Penggunaan Stagen atau Centing
Berdasarkan teori bahwa masa nifas uterus akan berangsur - angsur
membaik kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan uterus ini dalam
keseluruhannya disebut involusi. Involusi disebabkan oleh, Pengurangan estrogen
plasenta. Pengurangan estrogen menghasilkan stimulus ke hipertropi dan hiperplasia
uterus dan Iskemia miometrium. Miometrium terus berkontraksi dan berinteraksi
setelah kelahiran, mengkontraksi pembuluh darah dan mencapai homeostasis
pada sisa plasenta. Iskemia menyebabkan atropi pada serat -serat otot.
Fakta memang seorang perempuan setelah melahirkan seorang bayi memang perut
akan terasa longkar akan tetapi akan lebih baik dampaknya jika tidak menggunakan
stagen, karena dapat menghambat sirkulasi darah pada uterus. Dipertegas oleh teori

ix
diatas bahwa uterus ibu nifas akan berangsur-angsur akan kembali seperti sebelum
hamil sampai masa habisnya masa nifas yaitu 40 hari.

3. Tidak Boleh Mandi atau Keramas dalam Jangka Waktu Tertentu


Masyarakat mempercayai, bersentuhan dengan air dapat menyebabkan masuk
angin, sakit kepala, dan nyeri sendi di kemudian hari. Akhirnya, sering kali ibu yang
baru melahirkan dilarang mandi atau keramas dalam jangka waktu tertentu. Mitos
tersebut sangat keliru, bahkan cenderung merugikan.
Karena ibu nifas dianjurkan untuk menjaga kebersihan seluruh tubuh,
mengajarkan ibu cara membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air,
menyarankan ibu mengganti pembalut setiap kali mandi, BAB/BAK, paling tidak
dalam waktu 3-4 jam, menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air
sebelum menyentuh kelamin, menganjurkan ibu tidak sering menyentuh luka
episiotomi dan laserasi, pada ibu post sectio caesaria (SC), dan luka tetap di jaga agar
tetap bersih dan kering, serta setiap hari di ganti balutan. Jika hal tersebut dihindari
atau tidak dilakukan ibu kemungkinan akan dapat mengalami infeksi karena telah
membiarkan kuman kuman dan bakteri berada di tubuh ibu.
4. Tidak Boleh Keluar Rumah Sebelum 40 Hari
Tradisi tidak boleh keluar rumah selama masa nifas ini cukup sering
dipraktikkan dalam budaya Asia dan Amerika Latin. Tujuannya adalah membantu ibu
baru untuk memulihkan diri dari proses kehamilan dan melahirkan. Dalam setiap
budaya yang memiliki larangan keluar rumah tersebut, ibu baru diharapkan untuk
beristirahat saja di rumah dan menghindari kerja berat.
5. Tidak Boleh Turun dari Ranjang
Salah satu mitos ibu nifas di masyarakat adalah setelah melahirkan, ibu
diharuskan berbaring terus di ranjang. Ibu baru memang butuh banyak istirahat.
Namun, sebaiknya segera bergerak dan berjalan. Aktivitas sehari-hari yang biasa
dilakukan sebelum hamil pun dapat dimulai kembali secara bertahap. Hal ini penting
untuk menghindari risiko terbentuknya gumpalan darah akibat tubuh yang kurang
aktif dan mempercepat pemulihan oto-otot.
6. Tidak Boleh Banyak Minum
Menurut sebuah studi pada masyarakat Jawa, terdapat kebiasaan yang
melarang ibu yang habis melahirkan untuk banyak minum. Karena, banyak minum
dianggap membuat area jalan lahir basah sehingga mengganggu penyembuhan. Mitos
setelah melahirkan ini akan membahayakan, karena berisiko membuat ibu mengalami
dehidrasi. Konsumsi cukup air sangat diperlukan ibu baru untuk mendukung produksi
ASI. Jika Mitos tersebut diterapkan akan berdampak pada kuantitas pengeluaran ASI
yang tidak maksimal.

x
2.7 Kronologi Kasus atau Masalah yang Ada pada Masyarakat
Adat atau kebiasaan di masyarakat mengenai mitos perawatan pada ibu nifas
seringkali merugikan masyarakat itu sendiri. Di Desa Makmur ditemukan banyak kejadian
ibu nifas yang mengalami nyeri dan ruam perut, perdarahan berlebihan, serta lamanya
proses penyembuhan luka jahitan hingga mengalami infeksi. Setelah diselidiki
penyebabnya, ibu nifas yang mengalami kejadian merugikan tersebut ternyata disebabkan
oleh adat atau kebiasaan masyarakat di Desa Makmur yang masih mempercayai mitos.
Mitos pertama yang dibawa nenek moyang di desa tersebut ialah larangan mengkonsumsi
makanan yang amis seperti ikan, telur dan daging setelah melahirkan. Mereka percaya
bahwa menkonsumsi makanan amis tersebut dapat memicu gatal dan keluarnya darah amis
pasca persalinan. Akibatnya, banyak kejadian ibu nifas di Desa Makmur yang kekurangan
asupan protein sehingga luka jahitan lama sembuh bahkan terjadi infeksi. Padahal
faktanya, makanan tersebut dapat membantu memulihkan tubuh ibu pasca melahirkan.
Sebab, mereka memiliki kandungan protein sehingga mampu memperbaiki sel-sel yang
rusak.
Pemakaian stegen pasca melahirkan juga sangat populer di Desa Makmur. Para ibu
di desa tersebut ingin memiliki bentuk perut yang bagus seperti sebelum hamil. Kebiasaan
tersebut membuat ibu pasca melahirkan selalu menggunakan stegen dengan harapan
bentuk perutnya akan kembali normal dalam waktu yang singkat. Dampak dari kebiasaan
tersebut adalah terjadinya nyeri, gatal dan ruam pada perut ibu yang memakai stegen.

2.8 Cara Mengubah Perilaku Masyarakat Untuk Mengatasi Mitos Perawatan Pada Ibu
Nifas
Menurut Ika Murtiyarini (2020) nifas disebut dengan masa kritis bagi ibu pasca
melahirkan karena mengalami perubahan pada tubuh dan mengalami ketidaksiapan secara
fisik, psikis, mental dan spiritual. Perawatan pasca melahirkan merupakan salah satu
faktor penting untuk mencegah terjadinya bahaya pada masa nifas bagi ibu dalam masa
pemulihan. Memahami perilaku perawatan masa nifas yang berkaitan dengan aspek sosial
budaya penting dilakukan untuk kesehatan bagi sang ibu. Kesehatan seseorang atau
masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor perilaku dan faktor diluar perilaku.
Perilaku tersebut terbentuk dari beberapa faktor salah satunya adalah faktor predisposisi.
Faktor predisposisi dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap maupun tradisi masyarakat
terhadap kesehatan. Hal ini dapat memunculkan suatu stimulus (objek) yang dapat
menghasilkan mitos. Mitos-mitos perawatan nifas yang berkembang dapat memberikan
dampak negatif bagi sang ibu. Maka dari itu diperlukan cara pencegahan dengan
mengubah perilaku untuk menghindari mitos perawatan ibu nifas. Menurut Hosland dkk,
perubahan perilaku pada hakikatnya adalah sama dengan proses belajar, yang dimulai
dengan stimulus atau rangsangan yang dapat diterima oleh individu. Perubahan dilakukan
dalam masing masing domain perilaku, seperti

Pengetahuan Sikap Praktik

- Melakukan - Menyaring informasi - Bertanya dengan tenaga medis


pembuktian

xi
- Mengedukasi diri - Meningkatkan rasa - Mengikuti saran medis
percaya diri - Tidak mudah terpengaruh oleh
- Menjaga kesehatan tekanan budaya atau mitos
mental

2.9 Peran Bidan Dalam Mengatasi Mitos Perawatan Pada Ibu Nifas
Bidan memiliki peran untuk terus mengontrol perkembangan ibu nifas dan bayinya
dan juga perlu memberikan edukasi terkait perilaku ibu baik itu berdasarkan perspektif
budaya maupun medis. Bidan juga memegang peranan penting dalam upaya pemerintah
untuk meningkatkan kesehatan dan pengertian masyarakat melalui konsep promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dalam standar pelayanan kebidanan, bidan memberikan
pelayanan bagi ibu pada masa nifas melalui kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu kedua
dan minggu keenam setelah persalinan untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi
melalui penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini, penanganan atau rujukan
komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang
kesehatan secara umum, personal hygiene, nutrisi, perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI,
imunisasi dan keluarga berencana.
Bidan merupakan tenaga kesehatan yang menjadi panutan kaum perempuan. Bidan
menjadi mitra bagi masyarakat dalam pemberian dukungan, nasehat serta asuhan selama
masa kehamilan hingga masa nifas berakhir. Oleh karena itu bidan menjadi instrumen utama
untuk merubah perilaku masyarakat lebih sehat. Bidan memiliki peran dalam mengedukasi
masyarakat.
Pada kronologi kasus, terdapat 2 permasalahan masyarakat yang mempercayai mitos
pada perawatan ibu nifas di Desa Makmur. Sebenarnya, permasalahan masyarakat yang
mempercayai mitos pada perawatan ibu nifas banyak terjadi juga di desa-desa lain. Dalam
menghadapi masyarakat yang mempercayai mitos, maka diperlukan pendekatan yang baik
terlebih dahulu, mengenali aspek pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat terlebih dahulu
dan nantinya baru membantu masyarakat untuk menyelesaikan masalah mereka dengan
kerjasama oleh pemangku adat/pemerintah setempat, masyarakat itu sendiri, ataupun LSM
dimana bidan bertugas membantu menyelesaikan masalah masyarakat dengan usaha dan
sumber daya merrka sendiri melalui metode pendidikan atau edukasi masyarakat. Beberapa
upaya yang dapat dilakukan bidan untuk mengatasi mitos perawatan ibu nifas sebagai berikut

xii
Metode Pendidikan Implementasi

Diskusi Kelompok Bidan dapat melakukan pertemuan bersama


dengan masyarakat dan pemangku adat
untuk menyampaikan permasalahan
masyarakat yang kemudian dipecahkan oleh
masyarakat sendiri. Disini bidan dapat
memberikan penyuluhan/edukasi dengan
menyampaikan pentingnya mengkonsumsi
gizi seimbang dan memperbanyak protein
pada ibu nifas karena bagus untuk
penyembuhan luka serta menyampaikan
bahwa perubahan tubuh pada ibu nifas
merupakan hal yang wajar dan akan pulih
kembali nantinya.

Pemutaran Film / Video Setelah dilakukan edukasi melalui


penyuluhan atau seminar dan mengenali
masalah lewat diskusi kelompok, hal yang
dapat dilakukan selanjutnya adalah
pemutaran film / video berkaitan dengan
masalah masyarakat entah tentang edukasi
lagi atau tentang contoh masyarakat lain
dalam menyelesaikan masalah tersebut agar
dapat memberikan inspirasi pemecahan
masalah dan membuat masyarakat ingin
segera memperbaiki perilaku yang lebih
sehat.

Simulasi / Demonstrasi Setelah itu, bidan dapat memanfaatkan


teknologi untuk membuat simulasi terkait
mitos perawatan ibu nifas atau dapat
melakukan demonstrasi contohnya adalah
demonstrasi memasak menu makanan yang
sesuai dengan gizi seimbang yang
diperlukan oleh ibu nifas dan memberikan
resepnya pada masyarakat atau kader, serta
dapat pula mengajak ibu-ibu nifas untuk
melakukan senam nifas bersama-sama
dengan dipimpin oleh bidan dan kader
setempat.

Tabel diatas merupakan beberapa hal yang mungkin dapat dilakukan bidan untuk
memecahkan masalah masyarakat, namun kita tidak boleh hanya berpatokan pada tabel
tersebut karena masih banyak peran bidan dengan metode atau cara lain yang dapat
diimplementasikan pada masyarakat sesuai dengan kebutuhan, permasalahan, dan
karakteristik masyatakat.

xiii
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perilaku merupakan seperangkat perbuatan atau tindakan seseorang dalam melakukan
respon terhadap sesuatu dan kemudian dijadikan kebiasaan karena adanya nilai yang
diyakini.Perilaku secara lebih rasional dapat diartikan sebagai respon organisme atau
seseorang terhadap rangsangan dari luar subyek tersebut.
Mitos ialah sesuatu berupa wacana bisa berupa cerita, asal-usul, atau keyakinan. Yang
keberadaannya belum tentu dengan kebenarannya (Lara Asih Mulya, 2011). Mitos terkait erat
dengan isi kebudayaan. Perwujudan mitos dalam kehidupan masyarakat senantiasa mewakili
aktivitas tingkah laku manusia yang patut diteladani atau sama sekali harus dihindari.
Kepercayaan dan keyakinan budaya terhadap perawatan masa nifas, masih banyak
dilakukan oleh kalangan masyarakat. Mereka meyakini perawatan masa nifas dapat
memberikan dampak yang positif dan menguntungkan bagi mereka. Indonesia memiliki
beraneka ragam kepercayaan dalam perawatan masa nifas dengan ciri khas daerah masing –
masing.
Bidan merupakan tenaga kesehatan yang menjadi panutan kaum perempuan. Bidan
menjadi mitra bagi masyarakat dalam pemberian dukungan, nasehat serta asuhan selama
masa kehamilan hingga masa nifas berakhir. Oleh karena itu bidan menjadi instrumen utama
untuk merubah perilaku masyarakat lebih sehat. Bidan memiliki peran dalam mengedukasi
masyarakat.

3.2 Saran
Semoga para pembaca dapat memahami isi dari makalah ini serta tidak henti mencari
referensi lain untuk menambah wawasan. Kami menyadari jika dalam penyusunan makalah
di atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis
akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman dari
beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.

xiv
DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, L., & Mukhlishah, N. R. I. (2023). Artikel review: Perawatan tradisional Indonesia
bagi ibu pada masa nifas. Sasambo Journal of Pharmacy, 4(1), 24-29.
Maryam, S. (2021). BUDAYA MASYARAKAT YANG MERUGIKAN KESEHATAN
PADA IBU NIFAS DAN BAYI COMMUNITY CULTURE THAT HEATS HEALTH IN
PROTECTION MOTHER AND BABY. Jurnal Kebidanan, 10(1), 2.
Arma Nuriah., Sipayung A Novitri., Syari Mila., Ramini Novy. (2020). Pantang Makanan
Terhadap Lamanya Penyembuhan Luka Perenium Pada Ibu Nifas. Jurnal Ilmu Kesehatan.
Vol 4,Nomor 2. pp 96-97
Dewi, N. P. D. J. S. (2021). GAMBARAN PERAWATAN IBU POST PARTUM PADA
MASA PANDEMI COVID-19 DI PUSKESMAS TABANAN III TAHUN 2021 (Doctoral
dissertation, Poltekkes Kemenkes Denpasar Jurusan Keperawatan 2021).
Maryam, S. (2021). BUDAYA MASYARAKAT YANG MERUGIKAN KESEHATAN
PADA IBU NIFAS DAN BAYI COMMUNITY CULTURE THAT HEATS HEALTH IN
PROTECTION MOTHER AND BABY. Jurnal Kebidanan, 10(1), 2.
Novembriany, YE. 2021. Implementasi Kebijakan Nasional Kunjungan Masa Nifas Pada
Praktik Mandiri Bidan HJ. Norhidayati Banjarmasin. Jurnal Keperawatan Suaka. Vol 6. No.
2. pp 121-126. P- ISSN: 2527-5798, E-ISSN: 2580-7633.
Prastiwi, SR. 2019. Pendidikan Kesehatan Sarana Bidan Dalam Merubah Perilaku
Tradisional Masyarakat Indonesia. Jurnal Siklus. Vol. 08. No. 02. pp 137-143. p-ISSN: 2089-
6778 e-ISSN: 2549-5054
Rumpiati, R. (2022). Faktor Budaya (Adat Jawa) Dengan Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku
Ibu Dalam Perawatan Pada Masa Nifas. Jurnal Maternitas Aisyah (Jaman Aisyah), 3(1), 67-
77. Diakses dari https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=FAKTOR+BUDAYA+%28ADAT+JAWA
%29+DENGAN+PENGETAHUAN%2C+SIKAP
%2C+DAN+PERILAKU+IBU+DALAM+PERAWATAN+PADA+MASA+
+NIFAS&btnG=#d=gs_cit&t=1706678616334&u=%2Fscholar%3Fq%3Dinfo
%3ANEpavEuJhhAJ%3Ascholar.google.com%2F%26output%3Dcite%26scirp%3D0%26hl
%3Did pada 31 Januari 2024 pukul 12.20
Reiza, Y. (2018). Budaya Nifas Masyarakat Indonesia, Perlu Tidak Dipertahankan?. eJournal
Kedokteran Indonesia, 6(1), 237855.

xv

Anda mungkin juga menyukai