Anda di halaman 1dari 18

TUGAS KELOMPOK

KESEHATAN MASYARAKAT
( GERAKAN SAYANG IBU )

DOSEN : Juraida Roito Harahap, SKM, M.Kes

OLEH
DIII KEBIDANAN TINGKAT 2.B
KELOMPOK 3 :

1. GRACE YOHANA SITOMPUL( P031715401055 )


2. IRZA NOPRA YUDHA( P031715401056 )
3. JUFIDA MEGAWATI ( P031715401057 )
4. MEILICHA YENNY CANDA ( P031715401059 )
5. MISDA NUR PAJAR ( P031715401060 )
6. MUNA APRINA SULASTI ( P031715401061 )
7. NIA LAILATUL FADILAH ( P031715401062 )
8.

POLTEKKES KEMENKES RIAU


TAHUN 2019-2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT,serta Ibu yang telah membantu dalam
proses pembuatan makalah ini karena atas petunjuknya,dan bimbingannya kami dapat
menyelesaikan penulisan Makalah Mata Kuliah Kesehatan Masyarakat ini.

Makalalah ini kami tulis bertujuan mengetahui lebih jauh tentang “ Gerakan Sayang
Ibu ” yakni hal yang berhubungan dengangerakan sayang ibu dalam ruang lingkup
kebidanan. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu segala kerendahan hati, kritik dan saran dari berbagai pihak kami
harapkan demi untuk penyempurnaan makalah berikutnya.

Akhirnya kami mengucapkan terimah kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penulisan makalah ini terutama kepada Dosen Juraida Roito Harahap,SKM, M.Kes
yang telah membimbing kami menyelesaikan makalah ini.

Pekanbaru, Februari 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………................………............................ ii

Daftar Isi …………………………………….......................................………….. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 1

1.3 Tujuan Penulisan……………………...........................................…............. 1

1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 2

BAB II.. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian GSI .................................................................................... 3

2.2 Program Baru ..................................................................................... 11

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan…………………………….............................................………. 13

3.2 Saran ............................................................................................................... 13

Daftar Pustaka

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu kasus kesehatan yang masih banyak terjadi di Indonesia adalah persalinan
dengan pertolongan oleh dukun bayi. Kenyataannya, hampir semua masyarakat Indonesia baik
itu yang tinggal di pedesaan maupun perkotaan lebih senang ditolong oleh dukun. Hal tersebut
disebabkan oleh tradisi dan adat istiadat setempat. Dan cara atau strategi untuk membangun
cohesive network di antara para pemuka setempat, masyarakat, dukun dan bidan dalam
melaksanakan pelayanan kesehatan maternal dan perinatal secara bersama-sama. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif. Teknik yang digunakan adalah wawancara mendalam.
Informan yang dipilih adalah Pembinaan kader dalam rangka satuan GSI. Tujuan dari
Pembinaan kader ini adalah untuk menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian
Bayi.

Terinspirasi dari diperingatinya Hari Ibuyang jatuh pada 22 Desember lalu, maka salah satu
gerakan perdamaian yang diberinama Gerakan Sayang Ibu ini dirasa perlu untuk diangkat
dalam tulisan ini. IstilahGerakan Sayang Ibu mungkin cukup asing bahkan terdengar aneh di
telinga, karenamemang tidak banyak yang tahu, dan eksistensinya pun masih sangat minim.
Namun,Gerakan Sayang Ibu (GSI) ini benar adanya.Kemampuan pelayanan kesehatan suatu
negara ditentukan denganperbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan angka
kematian bayi.Dinegara miskin sekitar 25 – 50 % kematian wanita usia subur ( WUS )
disebabkanhal yang berkaitan dengan kehamilan dan puncaknya pada saat melahirkan
(Manuaba, 1999 ). WHO ( 1996 ) memperkirakan lebih dari 585.000 ibu
pertahunnyameninggal saat hamil atau bersalin.

Upaya meminimalisasi dan menurunkan tingkat kematian ibu hamil, bayi dan balita
maka semua persalinan yang ditangani oleh dukun bayi harus beralih ditangani oleh bidan.
Kecuali hal-hal yang berhubungan dengan adat dan kebiasaan setempat dengan menjalin
hubungan antara dukun dan bidan, tetapi kemitraan yang berjalan saat ini masih dalam batas
pemaknaan transfer ilmu pengetahuan, serta masih dalam bentuk pembinaan cara-cara
persalinan yang higienis kepada dukun bayi.
Umumnya ukuran yang dipakai untuk menilai baik – buruknya keadaan pelayanan
kebidanan ( maternity care ) dalam suatu Negara atau daerah ialah maternal ( maternal mortality
). Menurut definisi WHO “ kematian maternal ialah kematian seorang wanita waktu hamil atau
dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari tuanya
kehamilan dan tindakan yang – sebab kematian ini dapat di bagi dilakukan untuk untuk
mengakhiri kehamilan “. Sebab – sebab – komlikasi dalam 2 golongan, yakni yang
berlangsung disebabkan oleh komplikasi – komlikasi – sebab yang lain seperti penyakit
jantung, kehamilan, persalinan dan nifas dan sebab – sebab kanker dan sebagainya ( associated
causes ). Angka kematian maternal ( maternal mortality rate ) ialah jumlah kematian maternal
diperhitungkan terhadap 1000 atau 10.000 kelahitan hidup, kini di beberapa Negara terhadap
100.000 kelahiran hidup. Dari pelaksanaan MPS target “ Indonesia Sehat Tahun 2010 “ adalah
: angka kematian ibu menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi
menjadi 15 per 1000 kelahiran hidup. Sesungguhnya tragedy kematian ibu tidak perlu terjadi
karena lebih dari 80 % kematian ibu sebernarnya dapat di cegah melalui kegiatan yang efektif,
seperti : pemeriksaan kehamilan dan pemberian gizi yang memadai. Penyebab langsung
kematian ibu seperti halnya di Negara lain : pendarahan 30,5 %, infeksi 22,5 %, eklampsia 17,5
% dan anastesia 2,0 %. Sedangkan penyebab tidak langsung antara lain anemia, kurang energi
kronis ( KEK ) dan keadaan “ 4 terlalu “ ( terlalu muda / tua, sering dan banyak ). ( Manuaba
1998 ).

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas tentang gerakan sayang ibu penulis dapat membuat
rumusan masalah yaitu “ Apa pengertian gerakan sayang ibu dan apa saja program dalam
gerakan sayang ibu ”.

1.3. Tujuan

1. 3.1 Untuk mengetahui apa itu gerakan sayang ibu

1.3.2 Untuk mengetahui program gerakan sayang ibu

1
1.4. Manfaat Penulisan
Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang
membacanya umumnya, khususnya kepada mahasiswa untuk menambah wawasan dan
pemahaman tentang pengertian dan ruang lingkup abortus serta aplikasi dalam menerapkan
prinsip-prinsip yang terdapat gerakan sayang ibu tersebut.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Gerakan Sayang Ibu


Gerakan sayang ibu dicanangkan sebagai Gerakan Nasional pada tanggal 22 desember
1996 oleh presiden soeharto di jawa tengah, yang ditindaklanjuti pencanangannya di jawa barat
pada tangga 13 maret 1997 di sukabumi, di seluruh desa di jawa barat. GSI harus segera
dilaksanakan sebagai upaya percepatan penurunan AKI, mengingat angka kematian ibu masih
tinggi.
Gerakan sayang Ibu (GSI) adalah gerakan yang mengembangkan kualitas perempuan
utamanya melalui percepatan penurunan angka kematian ibu yang dilaksanakan bersama-sama
oleh pemerintah dan masyarakat dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia dengan
meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan kepedulian dalam upaya integrative dan sinergis.
GSI didukung pula oleh Aliansi Pita Putih (White Ribbon Alliance) yaitu suatu aliansi
yang ditujukan untuk mengenang semua wanita yang meninggal karena kehamilan dan
melahirkan. Pita putih merupakan symbol kepedulian terhadap keselamatan ibu yang
menyatukan individu, organisasi dan masyarakat yang bekerjasama untuk mengupayakan
kehamilan dan persalinan yang aman bagi setiap wanita.
GSI diharapkan dapat menggerakkan masyarakat untuk aktif terlibat dalam kegiatan
seperti membuat tabulin, pemetaan bumil dn donor darah serta ambulan desa. Untuk
mendukung GSI, dikembangkan juga program suami SIAGA dimana suami sudah menyiapkan
biaya pemeriksaan dan persalinan, siap mengantar istri ke tempat pemeriksaan dan tempt
persalinan serta siap menjaga dan menunggui saat istri melahirkan.
3 (tiga) unsur pokok GSI. Pertama: Gerakan Sayang Ibu merupakan gerakan yang
dilaksanakan oleh masyarakat bersama dengan pemerintah. Kedua: Gerakan Sayang Ibu
mempunyai tujuan untuk peningkatan dan perbaikan kualitas hidup perempuan sebagai sumber
daya manusia. Ketiga: Gerakan Sayang Ibu bertujuan untuk mempercepat penurunan angka
kematian ibu karena hamil, melahirkan dan nifas.

Tujuan Gerakan Sayang Ibu


1) Menurunkan angka kematian ibu karena hamil, melahirkan dan nifas serta menurunkan angka
kematian bayi.
2) Meningkatkan pengetahuan ibu atau kaum perempuan mengenai Penyakit menular Seksual
(PMS).
3) Meningkatkan pengetahuan ibu atau kaum perempuan mengenai perawatan kehamilan, proses
melahirkan yang sehat, pemberian ASI Ekslusif dan perawatan bayi.
4) Memantapkan komitmen dan dukungn terhadap Gerakan Sayang Ibu.
5) Meningkatkan kepedulian dan dukungan sector terkait terhadap upaya-upaya penanggulangan
penyebab kematian ibu dan bayi secara terpadu.
6) Memantapkan kesadaran dan kepedulian masyarakat dalam mengembangkan dan membangun
mekanisme rujukan sesuai dengan kondisi daerah.
7) Meningkatkan kepedulian dan peran serta institusi masyarakat dan swasta (LSM, organisasi
kemasyarakatan, organisasi profesi) dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan
evaluasi dalam pengumpulan data ibu hamil, bersalin dan nifas di tingkat kelurahan dan
kecamatan.
8) Meningkatkan fungsi dan peran institusi kesehatan baik pemerintah maupun swasta dalam
pelayanan kesehatan yang aman, ramah dan nyaman bagi ibui dan bayi.
9) Meningkatkan upaya masyarakat dalam mengubah budaya masyarakat yang merugikan
kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas serta bayi yang dilahirkan.
10) Meningkatkan upaya pengembangan dana perawatan ibu hamil, bersalin, nifas serta perawatan
bayi di setiap wilayah kelurahan dibawah koordinasi camat.

Sasaran GSI

Yang menjadi sasaran dalam Gerakan sayang ibu


1) Langsung : Caten (Calon Penganten)
Pasangan Usia Subur (PUS)
Ibu hamil, bersalin dan nifas
Ibu meneteki masa perawatan bayi
Pria/Suami dan seluruh anggota keluarga

4
2) Tidak langsung : Sektor terkait
Institusi kesehatan
Institusi Masyarakat
Tokoh masyarakat dan agama
Kaum bapak/pria
Media massa
Gerakan sayang ibu dilaksanakan melalui pendekatan kemasyarakatan, dikembangkan
dalam bentuk desentralisasi, kemandirian, keluarga, dan kemitraan. Perencanaan dalam
pelaksanaan gerakan sayang ibu melalui langkah-langkah identifikasi masalah, penentuan
masalah, penentuan tujuan, pengembang alternatif pemecahan masalah, penentuan recana
operasional yang terdiri dari langkah kegiatan (jadwal kegiatan) tenaga pelaksana, dukungan
dana dan saran, pemantauan dan pelaporan serta ealuasi kegiatan.
Ruang lingkup gerakan sayang ibu adalah meningkatkan kualitas hidup perempuan dan
anak melalui upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi; meningkatkan pengetahuan sikap
dan perilaku suami istri dan masyarakat mengenai hak-hak reproduksi dan kesehatan
reproduksi; serta menghilangkan hambatan yang memengaruhi upaya peningkatan kualitas
hidup perempuan.

Indikator Keberhasilan GSI

1. Semakin dan mantapnya peranan organisasi masyarakat dalam GSI, seperti :


1) Meningkatkan dan mantapnya masyarakat menjadi kader KIE GSI
2) Mendata ibu hamil dalam lingkungannya termasuk data mengenai :
 Jumlah ibu hamil
 Umur kehamilan, riwayat kehamilan, persalinan dan rencana persalinan
 Mengenai kehamilan yang beresiko dan rencana tindak lanjutnya
3) Menyampaikan data-data tersebut kepada Satgas GSI setempat
4) Semakin tumbuhnya ide-ide baru dari masyarakat

5
2. Semakin meningkat dan mantapnya pengetahuan dan pemahaman mengenai GSI, seperti
1) Mengenai kelainan kehamilan sedini mungkin dan segera membawanya ke fasilitas kesehatan.
2) Mempersiapkan biaya persalinan dan perlengkapan bayi
3) Memeriksakan ibu hamil di sarana kesehatan atau bidan terdekat minimal 4 kali
4) Mempersiapkan segala kemungkinan yang dapat timbul selama kehamilan dan persalinan
(mempersiapkan donor darah, kendaraan, dsb)
5) Melaksanakan keadilan dan kesetaraan gender dalam rumah tangga
6) Memberi keluarga untuk mendapatkan pendidikan

3. Setinggi mungkin sesuai dengan kemampuan ekonomi keluarga :

1) Menghindarkan perkawinan remaja putri sebelum usia 20 tahun


2) Suami-istri merencanakan jumlah anak, waktu mengandung dengan mempertimbangkan
kesehatan istri serta memberi peluang istri untuk meningkatkan potensinya dalam berbagai
bidang kehidupan
3) Semua kehamilan merupakan kehamilan yang diinginkan
4) Memperhatikan makanan ibu hamil dan menghindarkan ibu hamil bekerja keras

4. Ibu hamil semakin mengenali masalah kehamilan seperti :

1) Menyiapkan biaya persalinan dan perawatan bayi


2) Melaksanakan berbagai kegiatan demi kesehatan kehamilan dan kelahirannya
3) Memberikan perawatan kepada bayi yang dilahirkan

6
Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah baik dengan GSI ataupun Safe Motherhood
telah memungkinkan ditambahnya sarana dan prasarana untuk mengajak ibu hamil dan
melahirkan makin dekat pada pelayanan medis yang bermutu.
Akan tetapi GSI juga menemui hambatan dalam pelaksanaannya, antara lain :
1) Secara Struktural
Berbagai program tersebut masih sangat birokratis sehingga orientasi yang terbentuk semata-
mata dilaksanakan karena ia adalah program wajib yang harus dilaksanakan berdasarkan SK
(Surat Keputusan).
2) Secara Kultural
Masih kuatnya anggapan/pandangan masyarakat bahwa kehamilan dan persalinan
hanyalah persoalan wanita.
Asuhan kebidanan merupakan metode pemberian asuhan yang berbeda dengan model
perawatan medis. Bidan-bidan diseluruh dunia sependapat bahwa prinsip-prinsip asuhan
kebidanan adalah sebagai berikut :
1) Memahami bahwa kelahiran anak merupakan suatu proses alamiah dan fisiologis
2) Menggunakan cara-cara yang sederhana, tidak melakukan intervensi tanpa adanya indikasi
sebelum berpaling ke teknologi
3) Aman, berdasarkan fakta, dan memberi konstribusi pada keselamatan jiwa ibu
4) Terpusat pada ibu, bukan terpusat pada pemberi asuhan kesehatan/lembaga (Sayang Ibu)
5) Menjaga privasi dan kerahasiaan ibu
6) Membantu ibu agar merasa aman, nyaman dan didukung secara emosional
7) Memastikan bahwa kaum ibu mendapatkan informasi, penjelasan dan konseling yang cukup
8) Mendorong ibu dan keluarga agar menjadi peserta aktif dalam membuat keputusan setelah
mendapat penjelasan mengenai asuhan yang akan mereka dapatkan
9) Menghornati praktek-praktek adapt, dan keyakinan agama mereka
10) Memantau kesejahteraan fisik, psikologis, spiritual dan social ibu/keluarganya selama masa
kelahiran anak
11) Memfokuskan perhatian pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit

7
Kehamilan dan persalinan merupakan suatu proses normal., alamiah dan sehat. Sebagai
bidan kita harus mendukung dan melindungi proses persalinan. Sebagai bidan kita yakin bahwa
model asuhan kebidanan, mendukung dan melindungi proses persalinan normal dan
merupakan cara yang paling sesuai bagi mayoritas kaum ibu selama kehamilan dan persalinan.
Dokumen WHO/Safe Motherhood menjelaskan salah satu cara untuk memberikan
asuhan yang bersifat “Sayang Ibu”. Diseluruh dunia asuhan jenis ini kini sedang
dimasyarakatkan dan sudah terbukti efektif karena kaum ibu merasa nyaman dengan asuhan
ini dan akan terus berupaya mendapatkannya. Hal ini kebetulan pula konsisten dengan caranya
bidan-bidan memberikan jasa pelayanannya secara tradisional.
Jika layanan diberikan dengan penuh hormat dan rasa peduli yang peka sesuai
kebutuhan ibu serta memberikan rasa percaya yang besar, maka ibu akan lebih memilih asuhan
yang seperti ini dan merekomendasikan hal ini pada ibu-ibu yang lain. Badan Coalition for
Improving Maternity Services (CIMS) melahirkan Safe Motherhood Initiative pada tahun
1987. Badan ini terdiri dari sejumlah individu dan organisasi nasional yang misiny untuk
mempromosikn kesempurnaan model asuhan persalinan yang dapat meningkatkan hasil
kelhiran serta menghemat biaya. Misi ini berdasarkan penelitian, saying ibu, bayi dan
kelurganya dan memfokuskan pada pencegahan dan kesempurnaan sebagai alternative untuk
penapisan, diagnosa dan program perawatan yang berbiaya tinggi. Salah satu prinsip yang
mendasari pemikiran ini ialah bahwa “model asuhan kebidanan ini, yang mendukung dan
melindungi proses kelahiran normal, merupakan langkah yang paling sesuai untuk mayoritas
ibu selama masa kehamilan dan melahirkan”. Badan ini merumuskan 10 langkah bagi rumah
sakit/pusat pelayanan persalinan/rumah-rumah biasa yang harus diikuti agar supaya bisa
mendapatkan predikat “sayang ibu”. Sebagaimana dikutip dari bahan CIMS dalam bacaan
tersebut, kesepuluh langkah tersebut ialah :
1) Menawarkan suatu askes kepada semua ibu yang sedang melahirkan untuk mendapatkan
seseorang yang akan menemani (suami,anak-anak,teman) menurut pilihannya dan
mendapatkan dukungan emosional serta fisik secara berkesinambungan.
2) Memberi informasi kepada public mengenai praktek-praktek tersebut, termasuk intervensi-
intervensi dan hasil asuhannya.
3) Memberikan asuhan yang sifatnyapeka dan responsive bertalian dengan kepercayaan, nilai dan
adat istiadat yang dianut ibu.
8
4) Memberi kebebasan bagi ibu yang akan melahirkan untuk berjalan-jalan, bergerak kemanapun
ia suka dan mengambil posisi pilihannya serta menasehati agar tidak mengambil posisi
lithotomi (kecuali jika komplikasi yang dialami mengharuskan demikian).
5) Merumuskan kebijakan dan prosedur yang jelas untuk pemberian asuhan yang
berkesinambungan (yakni, berkomunikasi dengan pemberi asuhan sebelumnya rujukan sudah
terjadi, dan menghubungkan ibu dengan nara sumber masyarakat yang mungkin ia perlukan,
misalnya konseling pemberian ASI/keluarga berencana.
6) Tidak rutin menggunakan praktek-praktek dan prosedur yang tidak didukung oleh penelitian
ilmiah tentang manfaatnya, termasuk dan tidak terbatas pada Pencukuran, Enema, IV
(Intravena), Menunda kebutuhan gizi, Merobek selaput ketuban secara dini, Pemantauan janin
secara elektronik, membatasi penggunaan oxytocin, episiotomi dan bedah Caesar dengan
menetapkan tujuan dan mengembangkan cara mencapai tujuan tersebut.
7) Mengajarkan petugas pemberi asuhan dalam metoda meringankan rasa nyeri tanpa
penggunaan obat-obatan.
8) mendorong semua ibu (dan keluarganya), termasuk mereka yang bayinya sakit dan kurang
bulan, agar mengelus, mendekap, memberi ASI dan mengasuh bayinya sendiri sedapat
mungkin.
9) Menganjurkan agar jangan menyunat bayi baru lahir jika bukan karena kewajiban agama.
10) Berupaya untuk mencapai ketentuan WHO-UNICEF mengeni “Sepuluh Langkah Sayang Bayi
Prakarsa RS” untuk mempromosikan pemberia ASI yang baik.

CIMS menyatakan bahwa lndasan filosofis dari suhan sayang ibu adalah sebagai
berikut :

1) Kelahiran adalah suatu proses alamiah, Kelahiran adalah suatu proses normal, alamiah dan
sehat. Sebagai bidan, kita harus mendukung dan melindungi proses kelahiran tersebut. Sebgai
bidn kita percaya bahwa model asuhan kebidanan yang mendukung dan melindungi proses
normal dari kelahiran, adalah yang paling sesuai bagi sebagian besar wanita selama masa
kehamilan dan kelahiran.

2) Pemberdayaan, Ibu-ibu beserta keluarganya memiliki kearifan dan lebih memahami apa yang
mereka perlukan untuk bisa melahirkan. Keyakinan dan kemampuan seorang wanita untuk
melahirkan dan mengasuh bayinya akan diperkuat atau diperlemah oleh setiap orang yang turut
memberi asuhan, serta oleh lingkungan dimana ia melahirkan. Jika kita bersifat negative dan
megeritik, hal itu akan dapat mempengaruhi sorang ibu. Bahkan dapat juga mempengaruhi
lamanya proses persalinan tersebut. Sebagai bidan kita harus mendukung wanita yang sedang
melahirkan dan bukan untuk mengendalikan proses kelahiran tersebut. Kita harus menghormati
bahwa ibu tersebut merupakan actor utama dan bahwa si pemberi asuhan merupakan actor
pendukung Selma proses persalinan tersebut.

3) Otonomi, Ibu beserta keluarganya memerlukan informasi agar supya mereka bisa membuat
keputusan yang sesuai dengan keinginannnya. Kita harus mengetahui dan menjelaskan
informsi secara benar tentang resiko dan keuntungan dari semua prosedur, obat-obtan, dan tes.
Kita juga harus mendukung ibu untuk membuat keputusan sesuai pilihannya sendiri mengenai
apa yang terbaik baginya dan bayinya berdasarkan nilai-nilai dan kepercayaan yang dianutnya
(termasuk kepercayaan adat dan agamanya.

4) Jangan Menimbulkan Penderitaan, Intervensi sebaiknya tidak dilakukan sebagai sesuatu yang
rutin, kecuali ada indikasi kearah itu. Pengobatan dalam kehamilan, melahirkan atau pada masa
postpartum dengan pengujian dan obat-obatan serta prosedur secara rutin dapat menimbulkan
resiko, baikbagi ibu mupn bayinya. Contoh-contoh dari prosedur semacam itu yng sudah
terbukti tidak ada mnfaat nyata adalah meliputi episiotomi rutin bagi para primipara, enema,
dan penghisapan lender bagi semua bayi baru lahir. Bidan yang terampil perlu memahami
kapan untuk tidak melakukan apapun. Asuhan selama kehamilan, melahirkan dan masa
postpartum, dan juga pengobatan untukkomplikasi harus didasari bukti ilmiah.

5) Tanggung Jawab, Setiap pemberi asuhan bertabggung jawab atas kualitas yang diberikannya.
Praktek suhan persalinan seharusnya tidak didasari pada kebutuhan si pemberi asuhan tetapi
semata-mata untuk kebutuhan ibu dan bayi. Asuhan berkualitas tinggi yang berfokus pada
klien, dan bersifat saying ibu yang berdasarkan pada penelitian ilmiah merupakan tanggung
jawb dari setiap bidan.

10

2.2 Program Baru

KP-KBB ( Kelompok Pendukung Kesehatan Bayi dan Balita )

Selama ini kita sering mendengar kelompok pendukung kesehatan ibu dan anak ( KP-
KIA ) serta kelompok pendukung ASI ( KP-ASI ). Namun banyak yang kurang menyadari
bahwa setelah bayi lahir lebih banyak kemungkinan masalah yang terjadi pada bayi dan balita
tersebut. Program ini dimaksudkan untuk memberikan informasi kepada ibu yang memiliki
bayi dan balita tentang pentingnya kesehatan anak dan cara pencegahan masalah apapu yang
mungkin terjadi pada anak tersebut.

Tujuan KP- KBB :


1. Memberikan informasi penting seputar bayi dan balita
2. Sebagai fasilitas bagi komunikasi ibu yang memiliki bayi dan balita
3. Memberikan asuhan atau tekhnik yang baik dalam perawatan bayi dan balita
4. Kesejahteraan bagi bayi dan balita

Sasaran KP- KBB :

1) Langsung : Ibu yang memiliki anak usia dari 28 hari-5 tahun

2) Tidak langsung : Sektor terkait


Institusi kesehatan
Institusi Masyarakat
Tokoh masyarakat dan agama
Kaum ibu
Media massa

Indikator Keberhasilan

1. Semakin banyaknya peranan organisasi KP- KBB


2. Semakin mantapnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan bayi dan balita
3. Semakin banyaknya kader yang ikut serta dalam kegiatan KP- KIA
4. Terjaminnya kesejahteraan kesehatan bayi dan balita
11
Program ini tentu sangat bermanfaat bagi masyarakat khususnya ibu yang
memerlukan wadah atau fasilitas untuk mengembangkan atau menambah pengetahuan
mengenai kesehatan bayi dan balita. Hampir sama dengan kelompok pendukung
lainnya, strukutur organisasi dari kelopmok pendukung kesehatan bayi dan balita ini
tentu tenaga kesehatan yang telah dibekali ilmu sebelumnya.
Apabila kami berada di desa yang memiliki banyak masalah dalam asuhan bayi dan
balita tentu ptogram ini akan sangat membantu menyejahterakan kesehatan bayi dan
balita di lingkungan tersebut dan tanpa disadari akan meningkatkan kepercayaan diri
ibu disana dan tentunya kualitas dari generasi banga Indonesia juga.

12
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gerakan sayang ibu dicanangkan sebagai Gerakan Nasional pada tanggal 22 desember
1996 oleh presiden soeharto di jawa tengah, yang ditindaklanjuti pencanangannya di jawa barat
pada tangga 13 maret 1997 di sukabumi, di seluruh desa di jawa barat. GSI harus segera
dilaksanakan sebagai upaya percepatan penurunan AKI, mengingat angka kematian ibu masih
tinggi.
Gerakan sayang Ibu (GSI) adalah gerakan yang mengembangkan kualitas perempuan
utamanya melalui percepatan penurunan angka kematian ibu yang dilaksanakan bersama-sama
oleh pemerintah dan masyarakat dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia dengan
meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan kepedulian dalam upaya integrative dan sinergis.
Selama ini kita sering mendengar kelompok pendukung kesehatan ibu dan anak ( KP-
KIA ) serta kelompok pendukung ASI ( KP-ASI ). Namun banyak yang kurang menyadari
bahwa setelah bayi lahir lebih banyak kemungkinan masalah yang terjadi pada bayi dan balita
tersebut. Program ini dimaksudkan untuk memberikan informasi kepada ibu yang memiliki
bayi dan balita tentang pentingnya kesehatan anak dan cara pencegahan masalah apapu yang
mungkin terjadi pada anak tersebut.

3.2 Saran

Dengan ditulisnya makalah yang menjelaskan “ Gerakan Sayang Ibu ” ini,


semoga kita semua bisa benar benar memahami tentang bersikap dan bertingkah laku
yang baik dan benar agar memberikan hasil yang maksimal juga serta pengetahuan yang
bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Dengan mempelajari dan memahami konsep dasar diharapkan agar mahasiswa
kebidanan dan masyarakat dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari
sehingga kita dapat menjiwai dan mengerti arti penting tersebut.

13
DAFTAR PUSTAKA

Siwi walyani elisabeth. 2014. Kebidanan Kominitas. Yogyakarta: Pustakabarupress


Dewi pudiastusi ratna. 2011. Buku Ajaran Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai