Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

SKRINING KESEJAHTERAAN JANIN


Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan pada Kehamilan

Dosen Pengampu : Miftahul Mahfirah Ermadona, SST., M. Keb

Disusun Oleh :
Adriana Yerkohok (202203152010051)
Faiza Afrilia (202203152010053)
Yuslina Lawa Jati (202203152010058)
Alince weya (202102152010021)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES


PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN
Jl. R. Panji Suroso, No. 6, Arjosari, Malang, Jawa Timur
2023
MAKALAH

SKRINING KESEJAHTERAAN JANIN


Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan pada Kehamilan

Dosen Pengampu : Miftahul Mahfirah Ermadona, SST., M. Keb

Disusun Oleh :
Adriana Yerkohok (202203152010051)
Faiza Afrilia (202203152010053)
Yuslina Lawa Jati (202203152010058)
Alince weya (202102152010021)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES


PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN
Jl. R. Panji Suroso, No. 6, Arjosari, Malang, Jawa Timur
2023

I
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat
menyelesaikan tugas makalah Tentang Skrining Kesejahteraan Janin dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah ini. Selain itu, makalah ini bertujuan
menambah wawasan tentang Skrining Kesejahteraan Janin bagi para pembaca dan juga bagi
kami.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh
karena itu kami menyampaikan banyak terima kasih utamanya kepada ibu Miftahul Mahfirah
Ermadona, SST., M. Keb selaku dosen pengampu mata kuliah Asuhan Kebidanan pada
Kehamilan
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada teman-teman dan semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan makalah ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan
atas jasa-jasa mereka yang telah membantu dan membimbing dalam menyelesaikan penulisan
makalah ini. Jika dalam makalah ini terdapat kekurangan, maka kritik dan saran yang
konstruktif sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami berharap
makalah ini memberikan manfaat dan tambahan ilmu bagi para pembaca.

Malang, 5 Maret 2024

Penyusun

II
DAFTAR ISI

MAKALAH...............................................................................................................................I
KATA PENGANTAR.............................................................................................................II
DAFTAR ISI...........................................................................................................................III
BAB I
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................1
BAB II
2.1 Riwayat Kunjungan.....................................................................................................3
2.2 Indikasi Pemeriksaaan Janin........................................................................................3
2.3 Menghitung Gerakan Janin..........................................................................................5
2.4 Pemeriksaan DJJ..........................................................................................................7
2.5 Anatomi Cairan Ketuban.............................................................................................8
2.6 Profil Biofisik............................................................................................................11
2.7 Pemeriksan dengan Doppler dan USG (Indikasi, Keuntungan dan Kerugian).........13
2.8 Kelainan Konginetal dan Ketidaknormalan pada Janin............................................16
BAB III
3.1 Kesimpulan................................................................................................................20
3.2 Saran..........................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA

III
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Keadaan kesejahteraan janin adaah upaya untuk menilai keadaan janin di kaitkan
dengan aktifitas janin ,kesehatan ibu,keadaan plasenta,cairan amnion,keadaan tali pusat
dan kontraksi uterus. di pengaruhi oleh beberapa factor,diantaranya factor keturunandan
kondisi kesehatan orang tuannya.dengan demikian untuk mengupayakan mendapat
keturunan yang sehat .sebaiknya orang tua dapat menyiapkan diri secara fisik maupun
psikologik jauh sebelum kehamilan di mulai.kepada mereka perlu di jelaskan mengenai
pentingnya kesehatan fisik seperti gizi yang cukup,menghindari pemakaian obat
obatan,meroko,alcohol dan lain lain begitu pula pentingnya persiapan psikologi. Terlebih
bagi wanita yang mempunyai kecenderungan terjadi masalah perinatal,seperti wanita
dengan diabetes militus,yang mana sering di ikuti terjadinya kelainan bawaan,atau
hambatan pertumbuhan janin dalam Rahim,sangat di perlukan dukungan berupa
perawatan dan konseling dalam upaya menekan resiko semaksimal mungkin.

Tujuan utama pemantauan kesejahteraan janin adalah untuk memantau sedini


mungkin kapan waktu yang tepat untuk terminasi kehamilan sehingga bayi dapat bertahan
hidup lebih baik di bandingkan bila tetap berada dalam kandungan. Dewasa ini
perkembangan teknologi sudah sedemikian maju sehigga memungkinkan pengkajian
kesejahteraan janin di lakukan lebih teliti.baik selama kehamilan atau persalinan

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan riwayat kunjungan?


2. Apa saja Indikasi pemeriksaaan janin?
3. Bagaimana cara Menghitung gerakan janin?
4. Bagaimana cara Pemeriksaan djj ?
5. Bagaimanakah anatomi cairan ketuban?
6. Apa yang dimaksud dengan profil biofisik?
7. Bagaimana cara pemeriksan dengan doppler dan USG (Indikasi, keuntungan dan
kerugian)?
8. Apa saja kelainan konginetal dan ketidaknormalan pada janin?

1.3 Tujuan

1
1. Pembaca memahami tentang riwayat kunjungan
2. Pembaca memahami tentang indikasi pemeriksaaan janin
3. Pembaca memahami tentang menghitung gerakan janin
4. Pembaca memahami tentang pemeriksaan djj
5. Pembaca memahami tentang anatomi cairan ketuban
6. Pembaca memahami tentang profil biofisik
7. Pembaca memahami tentang pemeriksan dengan doppler dan USG (Indikasi,
keuntungan dan kerugian)
8. Pembaca memahami tentang kelainan konginetal dan ketidaknormalan pada janin

2
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Riwayat Kunjungan

Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan


kesehatan mental dan fisik ibu hamil sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas,
persiapan memberikan Air Susu Ibu (ASI) dan kembalinya reproduksi secara wajar.
Pelayanan antenatal care merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih
untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan
antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK). Dengan
pengawasan hamil dapat diketahui berbagai komplikasi ibu yang dapat mempengaruhi
kehamilan atau komplikasi hamil sehingga segera dapat diatasi.
Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter
sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan
antenatal. Pelayanan antenatal ialah untuk mencegah adanya komplikasi obstetri bila
mungkin dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani
secara memadai (Saifuddin, 2002).

Kunjungan baru ibu hamil (K1) adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada
masa kehamilan. Kunjungan ulang adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan
yang kedua dan seterusnya untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar
selama satu periode kehamilan berlangsung. Sedangkan K4 adalah kontak ibu hamil
dengan tenaga kesehatan yang keempat atau lebih untuk mendapatkan pelayanan
antenatal sesuai dengan standar (Hamidah, 2009). Standar asuhan maka ibu hamil begitu
diketahu hamil disarankan sedini mungkin segera melakukan kunjungan ANC. Esensi
dari asuhan antenatal adalah pendidikan dan promosi kesehatan serta upaya deteksi,
sehingga begitu ada kelainan segera diketemukan dan dilakukan upaya
penatalaksanaan.Berdasarkan standar WHO, ibu hamil disarankan untuk melakukan
kunjungan ANC minimal 4 kali selama kehamilan; dengan komposisi waktu kunjungan
satu kali pada trimester I, satu kali pada trimester II, dan dua kali pada trimester III.
Menurut standar pelayanan kebidanan, jadwal kunjungan ANC, adalah sebagai berikut;
satu kali setiap bulan pada trimester I, satu kali setiap 2 minggu pada trimester II, dan satu
kali setiap minggu pada trisemester 3.

2.2 Indikasi Pemeriksaaan Janin

3
Pemeriksaan kehamilan/ antenatal care (ANC) diperuntukan untuk ibu hamil guna
mencegah komplikasi dan menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu. Adapaun
tujuan pemeriksaan ANC adalah untuk mengidentifikasi kondisi ibu dan bayi dan
berhubungan dengan angka kematian ibu dan bayi dan bertujuan pencegahan komplikasi.
Dalam melakukan perawatan ibu hamil berdasarkan evidence based, sistematis dan
memberikan dukunagn pelayanan kesehatan dan psikologis untuk mengurangi risiko
komplikasi.

Pemeriksaan kehamilan merupakan pemeriksaan yang dilakukan oleh ibu hamil untuk
memerika keadaan ibu dan juga pemantauan pertumbuhan janin (fetal growth) dan
pemantauan kesejahteraan janin (fetal well-being). Hal tersebut dilakukan dengan tujuan
mampu mendeteksi secara dini keadaan abnormal pada janin, serta mencegah kematian
janin. Adapaun alat atau metode yang dapat digunakan untuk memantau kesejahteraan
janin antera lain:

 Tinggi Fundus Uteri (TFU)


Perkiraan metode kehamilan dilakukan melalui 3 metode yaitu dengan menghitung
periode menstruasi terakhir, pengukuran TFU dan USG. TFU merupakan salah satu
cara metode pengukuran sederhana yang dilakukan pada trimester ke dua dan tiga.
Pemeriksaan TFU dilakukan dengan cara menggunakan pita ukur yang tidak elastsi
dari tepi atas simpisis pubis menuju midline fundus uteri. Penggunana pemeriksaan
TFU ini di dasrkan pada perubahan anatomi dan fisiologi uterus selama kehamilan,
fundus tampak lebih jelas di abdominal dan dapat di ukur. Berdasarkan Studi Kayen
(2009) pengukuran besar janin dengan cara pengukiran TFU mempunyai tingkat
sensifitas 41,2 % dan spesifisitas 94,2%. Untuk meningkatkan sensifitas dan
spesifisitas dapat dilakukan dengan pengukuran secara berkelanjutan dan
menggunakan teknik yang sama. Selain itu untuk mengurangi bias pengukiran dapat
dilalukan dengan cara pasien posisi telentang, kandung kemih kosong, serta pita ukur
dalam keadaan terbalik.

4
 Tafsiran Berat Janin (TBJ)
Pemantauan perkembangan janin juga bisa dilakukan dengan melihat TBJ. TBJ
dapat di ukur dengan cara:

2.3 Menghitung Gerakan Janin

Menghitung gerakan janin adalah salah satu cara pemantauan kesejahteraan janin.
Merupakan deteksi dini penurunan keadaan janin. Dapat dilakukan setalh usia kehamilan
> 16 minggu. Bidan dapat meliabtkan ibu dalam melakukan perhitungan gerakan janin,
dengan mengajarkan teknik menghitung gearkan janin. Adapun metode yang sering
digunakan untuk perhitungan gerakan janin dengan menghitung gerakan 10 dalm 1 hari
dan dicatat dalam grafik gerakan. Penggunaan electrocardiograf dinilai tidak bermanfaat
pada ibu tanpa risiko dan dapat meningkatkan kejadian sectio secarea.

Palpasi abdomen – Manuver Leopold Pemeriksaan dimulai pada umur kehamilan


25 minggu dengan menggunakan empat manuver yang diperkenalkan oleh Leopold tahu
1984. Adapu ntujuan pemeriksaan Leopold adalah:

a) Mengobservasi tanda-tanda kehmilan


b) Menilai perkembangan dan pertumbuhan janin
c) Auskultasi DJJ
d) Mengetahui bagian lokasi janin
e) Mendeteksi ketidaknormalan

5
Persiapan pemeriksaan adalah:

a) Pasien tidur terlentang, tangan diletakan disisi badan atau di bawah kepala.
b) Posisi uterus diletakn ditengah-tengah sehingga TFU dengan mudah dapat ditentukan.
c) Bagian perut yang akan diperiksa dibuka seperlunya.

Adapun ke empat manuver Leopold dapat dijelaskn pada bagian berikut:

a. Leopold 1
Menentukan tinggi fundus. Pemeriksaan leopold 1 dapat digunakan untuk
menentukan umur kehamilan dan menentukan berat janin. Pada Leopold 1
menentukan bagian apa yang terdapat di fundud uteri dalam posisi janin membujur
atau akan kosong jika posisi janin melintang. Bokong memberikan sensai masa

besar nodular, sedangkan kepala terasa kersa dan bulat serta lebih udah bergerak
(melenting).
b. Leopold 2

Leopold 2 digunakan untuk mementukan punggung janin, mendengakan DJJ pada


pungtum maksimum. Cara melakukan pemeriksaan yaitu dengan Meletakan tangan
disalah satu sisi abdomen, dan memberikan tekananlembut tapi dalam. Bila
punggung maka teraba bagian keras, memanjang seperti papan. Bila ekstrimitas
janin teraba bagian keci, ireguker dan mudah digerakan.

6
c. Leopold 3

Tujuan pemeriksaan ini adalah menentukan bagian terendah janin. Ibu jari dan jari-
jari satu tangan menggenggam bagian terbawah abdomen ibu, tepat diatas simpisis
pubis. Jika bagian terbawah janin tidak engaged, akan teraba masa yang dapat
digerakan, biasanya kepala. Bila bagian terendah janin telah masuk panggul
(engaged), hasil manuver ini hanya menunjukan bahwa bagian terbawah polus janin
berada dalam pelvis.

d. Leopold 4

Pemeriksa menghadap ke arah kai ibu dengan ujung tiga jari pertama
masingmasing tangan memebrikan tekanan yang dalamsearah aksis apertura pelvis.

7
2.4 Pemeriksaan DJJ

Kesejahteraan janin dapat dinilai berdasrkan DJJ. Perubahan frekuensi dan ritme DJJ
menunjukan adanya ganngguan dalam vaskulerisasi plasenta, yang menyebabkan turunya
kadar oksigen yang diterima oelh janin sehingga menimbulkan keadaan fetal distress.
Frekuensi DJJ normal janin 120-160 kali/menit. Bila DJJ < 110 kali/menit disebut
bradikardi dan bila > 160 kali/menit disebut takikardi. Alat yang dapat digunakan untuk
mendengarkan DJJ adalah Leannac, Dopler.
2.5 Anatomi Cairan Ketuban

Terdapat dua tipe sel utama pada amnion manusia. Pada awal embriogenesis, sebelum
usia kehamilan 8 minggu, amnion terdiri dari sebuah lapisan sel epitelium (diduga berasal
dari ektoderm janin) dan sebuah lapisan terpisah dari sel mesenkim (diduga berasal dari
mesoderm janin) yang terletak berdekatan dengan sel epitelium. Pada tahap awal
embriogenesis ini, amnion merupakan membran dengan dua lapisan sel. Seiring dengan
kantong amnion yang semakin besar, sel epitelium melakukan replikasi agar dapat
mempertahankan epitelium yang terdiri dari lapisan sel berdekatan yang dihubungkan oleh
desmosom. Laju replikasi dari sel mesenkim nampaknya tidak dapat mengimbangi ekspansi
kantong amnion; dimulai pada usia kehamilan 10-14 minggu, sel yang serupa dengan
fibroblas mulai terburai, yang pada mulanya hanya dihubungkan oleh jaringan ikat longgar
(Joyce 2009; Mamede et.al.,2012)

Membran ketuban merupakan suatu struktur membran yang lunak yang mengelilingi
fetus selama kehamilan. Kehamilan normal memerlukan kekuatan integritas dari membran
ketuban hingga kehamilan aterm, dimana pada saat terjadinya pecahnya membran ketuban
merupakan bagian yang saat vital pada saat persalinan. Membran ketuban terdiri dari
struktur dua lapis yang terdiri dari lapisan amnion dan lapisan chorion. Lapisan korion
lebih tebal dan lebih selular, dan sedangkan lapisan amnion lebih kaku dan kuat. Ketebalan
lapisan amnion + 20% dari ketebalan membran ketuban .Telah dikonfirmasi bahwa amnion
dan lapisanlapisan korion mengandung kolagen tipe I dan III di samping jenis kolagen IV
dan V (Benirschke et al., 2012; Abrantes et al., 2015) . Amnion manusia terdiri dari lima
lapisan yang berbeda, tidak mengandung pembuluh darah atau saraf, nutrisi yang

8
dibutuhkan dipasok oleh cairan ketuban. Lapisan paling dalam, yang terdekat dengan janin,
adalah epitel amnion. Sel epitel amnion mensekresikan kolagen tipe III dan IV dan
glikoprotein nonkolagen (laminin, nidogen, dan fibronektin) yang membentuk membran
basal, lapisan berikutnya dari amnion (Hasaneroglu and Murat, 2014; Abrantes et al.,
2015).

Lapisan kompakta jaringan ikat yang dekat dengan membran basal membentuk
kerangka fibrosa utama amnion. Kolagen lapisan padat tersebut disekresikan oleh sel
mesenkim pada lapisan fibroblas. Kolagen interstisial (tipe I dan III) predominan dan
membentuk ikatan paralel yang mempertahankan integritas mekanik amnion. Kolagen tipe
V dan VI membentuk penghubung filamentosa antara kolagen interstisial dan membran
basal epitel. Tidak ada penempatan substansi dasar amorf antara fibril kolagen dalam
jaringan ikat amnion aterm, sehingga amnion mempertahankan daya regangnya sepanjang
tahap akhir kehamilan normal (Hasaneroglu and Murat, 2014; Abrantes et al., 2015)

Lapisan fibroblast adalah lapisan yang paling tebal diantara lapisan amnion,
mengandung sel-sel mesenkim dan makrofag dalam suatu matriks ekstraselular. Kolagen
pada lapisan ini membentuk jaringan longgar dengan pulau-pulau glikoprotein nonkolagen.
Lapisan intermediat (lapisan spons, atau zona spongiosa) terletak di antara amnion dan
korion. Kandungan yang melimpah dari proteoglikan terhidrasi dan glikoprotein
memberikan sifat "kenyal" lapisan ini dalam preparat histologis, dan mengandung jaringan
nonfibrillar sebagian besar kolagen tipe III. Lapisan intermediat menyerap tekanan fisik
dengan membuat amnion bergeser di korion dasarnya, yang melekat kuat pada desidua
maternal (Hasaneroglu and Murat, 2014; Abrantes et al., 2015).

Lapisan korion lebih tebal dari pada lapisan amion dan berisi sublapisan jaringan ikat
dan sitotrofoblas . Sel-sel sitotrofoblas dikelilingi oleh kolagen tipe IV dan lapisan korion
berikatan kuat dengan lapisan decidua, di mana sel-sel desidua dikelilingi oleh kolagen tipe
III, IV, dan V. Ketika membran janin terpisah dari rahim saat melahirkan, beberapa
jaringan rahim yang melekat, bagian dari desidua tersebut, tetap melekat pada korion
(Parry and Strauss, 1998; Hasaneroglu and Murat,2014; Abrantes et al., 2015)

1. Trofoblast

Terdiri dari sel – sel trofoblast dari yang bulat sampai polygonal.
2. Pseudobasement

9
membrane Merupakan lapisan tebal sel – sel cytotrophoblastic polygonal
dengan 2 tipe sel yang berbeda morfologinya.

3. Lapisan reticular

Terdiri dari jaringan serabut – serabut fusiformis dan sel – sel stellata.

4. Lapisan seluler

Merupakan lapisan sel – sel bervakuola dan melekat satu dengan yang lain
secara erat dengan ruang intraseluler yang sempit (basal sitotrofoblast).
Membran amnion adalah struktur biologis yang transparan yang tidak memiliki saraf,
otot atau pembuluh limfe. Sumber nutrisi dan oksigen adalah cairan chorionic, cairan
amnion dan permukaan pembuluh darah janin, menjadi penyedia nutrisi melalui cara
difusi. Energi utamanya diperoleh melalui proses glikolitik anaerobik karena pasokan
oksigen terbatas. Transporter protein Glukosa 1 dan 3 telah ditemukan di permukaan
apikal sel epitel membran amnion (Todaet al., 2007; Benirschke et al., 2012).

Ketebalan membran amnion bervariasi dari 0,02 mm sampai 0,5 mm dan terdiri
dalam tiga lapisan histologis utama: lapisan epitel, membran basal yang tebal dan
jaringan avascular mesenchymal. Lapisan dalam, berdekatan dengan cairan amnion,
didasari oleh lapisan homogen tunggal dari sel-sel epitel kuboid yag terfiksasi pada
membran basal yang melekat pada lapisan aseluler yang kental yang terdiri dari kolagen
tipe I, II dan V. Sel epitel amnion memiliki banyak mikrovili di permukaan apikal
mereka dan mungkin memiliki fungsi sekresi aktif dan fungsi transportasi intra dan
transseluler. Sel-sel ini memiliki inti besar yang ireguler dengan nucleolus homogen
yang besar dan banyak.

Membran basal mengandung sejumlah besar proteoglikan yang kaya sulfat heparan
dan yang berfungsi sebagai penghalang permeabel untuk makromolekul amnion dan
beberapa molekul dengan fungsi struktural sehingga memungkinkan pemeliharaan
integritas membran. Molekul-molekul ini adalah aktin, α-actinin, spectrin, Ezrin,
beberapa cytokeratins, vimentin, desmoplakin dan laminin. Ekspresi laminin telah
banyak diteliti, karena molekul ini memberikan kontribusi terhadap kelangsungan hidup
sel, diferensiasi, bentuk dan gerakan dan terlibat dalam pemeliharaan fenotipe jaringan
(Takashima et al., 2008; Mamede et al., 2012).
Lapisan luar dari membran amnion terdiri dari sel-sel seperti fibroblast mesenchymal
yang diduga berasal dari lempeng embrionik mesoderm dan yang tersebar di membran

10
full term. Isi dari lapisan mesenchymal kaya kolagen meningkatkan kekuatan tarik.
Beberapa penulis menyebut lapisan terluar dari amnion dengan zona spongiosa, karena
kandungan melimpah dari proteoglikan dan glikoprotein menghasilkan penampilan spons
dalam preparat histologis. Lapisan ini berada berdekatan dengan korion laeve yang
merupakan struktur hampir aselular dan berisi jaringan nonfibrillar sebagian besar dari
kolagen tipe III (Parry dan Strauss 1998; Toda et al., 2007). Lapisan spons, berhubungan
dekat dengan membran korionik, terdiri dalam bundel yang bergelombang dari retikulum
yang bermandikan musin; maka, membran amnion mudah lepas dari korion dengan cara
diseksi tumpul. Seperti yang diharapkan, amnion bervariasi dalam penampilan
histologis dari konsepsi hingga maturitas dan beberapa pola yang berbeda sering
ditemukan, bahkan pada aterm (Benirschke et al., 2012; Mamede et al., 2012).

Membran amnion bukan hanya struktur avaskular sederhana, tetapi memiliki


beberapa fungsi metabolisme seperti transportasi air dan bahan-bahan larut dan produksi
faktor bioaktif, termasuk peptida vasoaktif, growth factor dan sitokin (Cunningham
2010). Salah satu fungsi dasar dari membran amnion adalah untuk menjaga
perkembangan embrio dengan melindungi terhadap pengeringan dan lingkungan
suspensi, di mana embrio dapat tumbuh bebas dari tekanan dari struktur yang
mengelilingi tubuhnya. Memang, resistensi tractional dari membran amnion utamanya
terkait dengan lapisan kental interstitial kolagen tipe I, II dan elastin. Di sisi lain,
elastisitas amnion utamanya disebabkan oleh kolagen tipe III . Karena kehadiran
kolagen interstitial, satu sifat penting dari membran amnion adalah ketahanan terhadap
faktor proteolitik. Membran amnion juga memiliki peran penting selama kelahiran,
karena zat yang dihasilkan oleh epitel membran amnion memungkinkan inisiasi dan
pemeliharaan kontraktilitas uterus. Prostaglandin, terutama prostaglandin E2 dan enzim
yang diintegrasikan ke dalam sintesis prostaglandin, seperti phospholipases dan
prostaglandin synthase, adalah beberapa molekul yang diproduksi di epitel amnion dan
yang memiliki peran dalam fisiologi kontraksi. Human chorionic gonadotropin,
corticotrophin releasing hormon dan glukokortikoid mengatur produksi prostaglandin.
Interleukin (IL) 4 juga telah menunjukan dapat menekan aktivitas prostaglandin-H
synthase-2 pada sel epitel amnion. Selama kehamilan, epitel amnion sangat aktif secara
metabolik dan memiliki peran penting dalam menjaga pH cairan amnion, menjaganya
agar tetap pada nilai konstan. Karbonat anhidrase isoenzim CA-1 dan CA-2 yang
ditemukan di sel-sel epitel amnion. Enzim ini, yang terlibat dalam metabolisme

11
bikarbonat / karbon dioksida, diduga memiliki peran regulasi dalam menjaga pH cairan
amnion yang konstan (Mamede et al., 2012)
2.6 Profil Biofisik

Tes profil biofisik adalah salah satu tes untuk memeriksa kondisi janin dalam
kandungan. Tes ini adalah kombinasi dari 2 pemeriksaan, yaitu USG janin dan
tes non-stres.
 USG janin, yaitu pemeriksaan menggunakan mesin ultrasound untuk memeriksa
kondisi rahim dan bayi dalam kandungan. Prosedurnya sama seperti USG
konvensional pada umumnya.

 Tes non-stres, yaitu sebuah tes yang mengukur detak jantung janin dan tingkat
kontraksi. Tes ini menggunakan sensor yang diletakkan di sabuk yang akan
dikenakan pada perut ibu. Non-stres berarti tidak ada perlakuan terhadap bayi
 selama pemeriksaan dan hanya bersifat memantau kondisi bayi. Pemeriksaan
ini sendiri dapat dilakukan mulai usia kehamilan 28 minggu.
Profil biofisik adalah kombinasi lima variabel biofisik : (1) Akselerasi denyut jantung
janin; (2) Pernapasan janin ; (3) Gerakan janin ; (4) Tonus janin; (5) Volume cairan
amnion. Masing- masing komponen diberi skor 2 jika normal dan nol jika abnormal,
sehingga skor tertinggi yang mungkin adalah 10. Skor biofisik nol hampir selalu berkaitan
dengan asidemia janin yang signifikan, sedangkan skor normal 8 sampai 10 berkaitan
dengan pH yang normal. Protokol yang dianjurkan untuk interprestasi dan penanganan
profil biofisik. Angka negatif palsu, yang didefinisikan sebagai kematian anterpaturm
pada janin yang secara struktural normal, adalah sekitar 1 per 1000, dan lebih dari 97
persen janin yang diperiksa memberi hasil normal.
Tes dilakukan seminggu sekali atau 2 kali seminggu di masa menjelang persalinan
(terbaik 12 minggu sebelum persalinan). Tes ini menentukan keputusan dokter untuk
melanjutkan ke pemeriksaan tambahan lainnya (misalnya tes stres janin), atau
sebagai dasar pengambilan keputusan untuk proses melahirkan lebih dini. tes profil
biofisik bukanlah prosedur rutin. Dokter merekomendasikan pemeriksaan ini, jika Anda
termasuk golongan kehamilan risiko tinggi. Kelompok ibu dengan kondisi berikut ini
membutuhkan tes tersebut:

 Hipertiroidisme

12
 Masalah perdarahan

 Lupus

 Gangguan ginjal kronik

 Diabetes pada kehamilan atau diabetes tipe-1

 Hipertensi dan preeklampsia

 Volume air ketuban yang abnormal, yaitu terlalu sedikit (oligohidroamnion)


atau terlalu banyak (polihidroamnion)
 Gerakan janin menurun

 Gangguan pertumbuhan janin

 Kehamilan kembar

 Kehamilan yang lewat minggu (40-42 minggu)

 Riwayat abortus atau komplikasi pada kehamilan sebelumnya

 Obesitas

 Berusia lebih dari 35 tahun

 Rh negatif

 Kelainan jantung atau penyakit jantung

Tidak ada persiapan khusus sebelum menjalani tes profil biofisik. Namun sebaiknya
Anda minum air putih yang banyak agar kandung kemih terisi penuh. Kandung kemih
yang penuh dapat membuat gambar USG menjadi lebih jelas. Anda pun harus tenang, agar
pemeriksaan berjalan lancar dan tidak memengaruhi hasil. Kecemasan akan memengaruhi
aktivitas janin, sehingga berpotensi menghasilkan nilai positif palsu. Artinya bayi
menunjukkan kelainan, padahal bayi normal, hanya karena ibu yang cemas menghadapi
pemeriksaan.

Tes profil biofisik adalah prosedur non-invasi yang mudah, murah, cepat dan aman
tanpa rasa sakit. Tidak ada risiko dan efek samping dari prosedur ini. Penggunaan
gelombang suara pada ultrasound yang dulu diyakini dapat memengaruhi bayi, ternyata
tidak terbukti berdasarkan penelitian ilmiah. Tindakan medis ini juga aman untuk bayi
dan ibu.
2.7 Pemeriksan dengan Doppler dan USG (Indikasi, Keuntungan dan Kerugian)

13
USG biasa atau ultrasonografi adalah alat yang menggunakan gelombang suara dan
semua alat yang menggunakan gelombang suara masuk dalam kategori USG. Saat seseorang
akan mendapat USG, bagian yang akan dilakukan pengecekan akan dioleskan gel khusus
untuk menghindari gesekan. Gel tersebut juga untuk memudahkan pengiriman gelombang
suara ke dalam tubuh.
Saat alat tersebut menyentuh kulit, gelombang suara akan dipantulkan kembali, sehingga
muncul gambar yang baik. Tiap gema yang memantul akan membentuk gambar, seperti
ukuran dan bentuk dari jaringan atau organ yang diperiksa tersebut. Pantulan tersebut akan
muncul di layar komputer, sehingga dokter dapat mendiagnosis apa yang terjadi. Setelah itu,
dokter akan menjelaskan hasil pemeriksaan dan apa yang harus dilakukan oleh orang tersebut

 Kelebihan Ultrasonography (USG)


1. Kemampuan penggambaran otot dan jaringan lembut sangat baik sekali dan
bermanfaat untuk menggambarkan alat penghubung antara zat padat dan cairan
pengisi ruang.
2. Kemampuan memandang gambar hidup, dimana operator dapat secara dinamis
memilih bagian paling bermanfat untuk mendiagnosa dengan cepat.
3.Kemampuan menunjukkan susunan organ tubuh
4.Tidak memiliki efek samping dan ketidaknyamanan yang dirasakan pasien.
5.Peralatan ini secara luas komparatif fleksibel.
6. Kecil dan mudah dibawa untuk menyediakan keperluan scan, pemeriksaan atau
pengujian dapat dilakukan disamping tempat tidur.
7. Harga relatif lebih murah bila dibandingkan dengan mode investigasi lain seperti
CAT, DEXA atau MRI.

 Kelemahan Ultrasonography(USG)
1. Alat ultraonography memiliki masalah dalam menembus tulang. Sebagai contoh,
sonography otak orang dewasa sangat terbatas.
2. Performansi ultasonography kurang baik bila terdapat gas diantara transducer dan
organ tubuh yang diamati, keduanya mempunyai perbedaan akustik impedansi yang
ekstrim. Sebagai contoh, gas-gas trointestinal sering terbaca pankreas karena
ultrasonography sulit melacak, dan tidak memungkinkan melakukan penggambaran
paru-paru.
3. Tanpa adanya tulang atau udara, kedalaman penetrasi ultrasonography terbatas,

14
sehingga kesulitan membuat gambar kedalaman susunan tubuh, khususnya pasien
gemuk.
4. Metoda yang digunakan operator dependent. Diperlukan ketrampilan dan
pengalaman untuk memperoleh gambar berkualitas dan membuat diagnosa akurat.
5.Tidak ada panduan penggambaran seperti halnya pada CT scan dan MRI

 Bahaya Ultrasonography (USG)

Terdapat banyak hal yang berkaitan dengan keselamatan ultrasonography. Karena


ultrasonography merupakan energi, pertanyaannya bagaimanakah energi ini bekerja
dalam jaringan tubuh atau bayi?. Banyak laporan bahwa bayi yang dilahirkan dari ibu
yang sering melakukan pemeriksaan ultrasonography selama kehamilan mempunyai
berat badan yang rendah. Ada dua kemungkinan besar dengan penggunaan
ultrasonography yaitu :
1. Peningkatan panas jaringan atau air menyerap energi ultrasonik, sehingga
menambah temperatur local.
2. Pembentukan gelembung (rongga) ketika gas di keluarkan
Walaupun demikian tidak ada pengaruh rasa sakit dari penggunaan ultrasonogrphy,
hal ini diperkuat dengan dokumentasi hasil penelitian pada manusia ataupun hewan.
Dinyatakan bahwa ultrasonography akan digunakan hanya bila diperlukan saja dengan
prosedur yang lebih baik dan hati-hati.
Fetal doppler adalah alat diagnostik yang digunakan untuk mendeteksi denyut jantung
bayi yang menggunakan prinsip pantulan gelombang elektromagnetik. Alat ini sangat
berguna untuk mengetahui kondisi kesehatan janin, dan aman digunakan dan bersifat
non invasif.
Doppler juga merupakan alat yang digunakan untuk mendengarkan detak jantung
janin selama masih ada didalam kandungan. Doppler biasanya terdapat di ruang
kebidanan untuk membantu perawat dalam untuk mengetahui kondisi jantung janin
dalam kandungan ibu. Doppler menggunakan 2 sensor yaitu :

 Ultrasound Menggunakan transmitter dan receiver, Keuntungannya lebih peka dan


akurat, tetapi harganya lebih mahal.

 Mikrosound Tidak menggunakan transmitter dan receiver.Hanya menerima, tidak


memancarkan,sehingga kurang peka.

15
 USG Doppler dapat membantu untuk mendiagnosis berbagai macam kondisi, seperti:

 Gumpalan darah.

 Katup yang berfungsi buruk di pembuluh darah kaki yang dapat menyebabkan darah
atau cairan lain menggenang di kaki (insufisiensi vena).

 Cacat katup jantung dan penyakit jantung bawaan.

 Arteri yang tersumbat (oklusi arteri).

 Sirkulasi darah menurun ke kaki (penyakit arteri perifer).

 Arteri bulging (aneurisma).

 Penyempitan arteri, seperti pada leher seseorang (stenosis arteri karotis).

2.8 Kelainan Konginetal dan Ketidaknormalan pada Janin

Kesenjangan dalam bidang kesehatan terutama dirasakan pada penderita kelainan


kongenital. Kelainan kongenital adalah suatu kondisi ketidaknormalan struktur atau fungsi
tubuh yang muncul saat lahir. Kelainan kongenital dapat menyebabkan abortus spontan atau
lahir mati. Apabila bayi terlahir dengan baik maka dapat menyebabkan disabilitas seumur
hidup dan menyebabkan pengaruh negatif bagi keluarga dan lingkungan. WHO
memperkirakan 7% dari seluruh kematian neonatus di dunia adalah karena kelainan
kongenital. Kelainan kongenital dapat timbul akibat berbagai etiologi, misalnya karena
mutasi genetik, virus, trauma, dll.
Saat ini masih sedikit sekali publikasi ilmiah terkait angka kejadian kelainan kongenital
di Indonesia. Saat ini baru diketahui jumlah bayi dengan kelainan kongenital di
RS Moehamad Hoesin Palembang pada tahun 2015 sejumlah 108 bayi. Namun dari
penelitian ini tidak diketahui dari berapa jumlah kelahiran sehingga tidak bisa ditentukan
persentasenya. Kemudian ada publikasi mengenai prevalensi kelainan kongenital di RS
Abdul Muluk Bandar Lampung pada tahun 2006- 2007 yaitu sebesar 0,6% dari total
kelahiran. Pangan yang dikonsumsi seorang wanita saat belum hamil dan saat hamil sangat
menentukan tingkat kesehatan janin yang dikandungnya. Janin mendapat nutrisi penuh dari
plasenta yang menempel pada rahim sang wanita. Suatu penelitian di Turki menemukan

16
bahwa bayi-bayi dengan celah langit-langit mulut (cleft palate) dan celah bibir (cleft lip
palate) memiliki riwayat intrauterine growth retardation (IUGR) atau prematur. IUGR dapat
timbul apabila sang ibu tidak memperhatikan gizinya selama hamil, sehingga perkembangan
janinnya tidak baik. Calon ibu yang kekurangan asam folat dari nutrisinya dapat
menyebabkan janinnya lahir dengan cacat pada tabung saraf (neural tube defect). Kadar
asam folat yang dibutuhkan oleh ibu hamil agar janinnya terhindar dari cacat tabung saraf
adalah 400 mikrogram per hari. Kadar ini bisa diperoleh dengan mengonsumsi satu tablet
asam folat per hari atau dengan mengonsumsi makanan tinggi asam folat misalnya kacang-
kacangan, buah jeruk, brokoli, dan bayam

Upaya Pencegahan The Commission on Social Determinants of Health memberikan tiga


rekomendasi untuk menutup celah ketidakseimbangan kesehatan pada generasi berikutnya.
Rekomendasi tersebut adalah meningkatkan kondisi kehidupan sehari-hari; mengatasi
ketidakseimbangan penyebaran kekuasaan, ekonomi, dan sumber daya alam; serta
mengukur dan memahami masalah yang sebenarnya dan menentukan hasil dari aksi yang
dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.(1) Perkembangan otak pada masa awal
kehidupan anak yang akan berpengaruh sepanjang kehidupannya. Nutrisi yang baik sangat
penting dan dimulai sebelum kehamilan dengan pemberian nutrisi yang adekuat bagi ibu.
Nutrisi yang baik ini terus diberikan sebelum, selama, dan setelah kehamilan bagi ibu dan
anak, dan untuk anak diteruskan hingga tahun-tahun pertama kehidupan.(1) Bila calon ibu
maupun ibu hamil tinggal di daerah pertanian yang sering menggunakan insektisida, maka
mereka sebaiknya tidak diizinkan bekerja dengan insektisida sehingga hanya sedikit
terpapar. Anggota keluarga perlu diberi edukasi terkait tidak merokok di sekitar ibu hamil
karena paparan asap rokok secara rutin dapat menyebabkan kelainan kongenital pada janin.

Konsumsi nutrisi, konsumsi obat, usia orang tua, dan lingkungan sekitar ibu hamil
memiliki peranan dalam menyebabkan kelainan kongenital pada janin.
Faktor Risiko Beberapa faktor risiko yang berperan dalam timbulnya kelainan
kongenital adalah sebagai berikut:

a) Nutrisi

Pangan yang dikonsumsi seorang wanita saat belum hamil dan saat hamil sangat
menentukan tingkat kesehatan janin yang dikandungnya. Janin mendapat nutrisi penuh
dari plasenta yang menempel pada rahim sang wanita. Suatu penelitian di Turki
menemukan bahwa bayi-bayi dengan celah langit-langit mulut (cleft palate) dan celah

17
bibir (cleft lip palate) memiliki riwayat intrauterine growth retardation (IUGR) atau
premature.IUGR dapat timbul apabila sang ibu tidak memperhatikan gizinya selama
hamil, sehingga perkembangan janinnya tidak baik.

Calon ibu yang kekurangan asam folat dari nutrisinya dapat menyebabkan janinnya
lahir dengan cacat pada tabung saraf (neural tube defect). Kadar asam folat yang
dibutuhkan oleh ibu hamil agar janinnya terhindar dari cacat tabung saraf adalah 400
mikrogram per hari. Kadar ini bisa diperoleh dengan mengonsumsi satu tablet asam folat
per hari atau dengan mengonsumsi makanan tinggi asam folat misalnya kacang-kacangan,
buah jeruk, brokoli, dan bayam.

Faktor risiko yang paling besar menyebabkan kelainan kongenital di Provinsi Shanxi,
China, adalah tidak mengonsumsi asam folat selama hamil, disusul gaya hidup tidak sehat
dan pendidikan ibu yang rendah. Selain asam folat, calon ibu yang kekurangan yodium
akan menyebabkan janinnya lahir dengan kadar yodium rendah sehingga janin tersebut
akan tumbuh dengan disabilitas intelektual. Sebuah penelitian di Australia menemukan
asosiasi antara defisiensi yodium ringan pada ibu selama masa kehamilan dengan
gangguan memori dan kecepatan proses mendengar pada anak yang dikandungnya.(13)
Beberapa bahan pangan mengandung insektisida. Bila insektisida ini terkonsumsi oleh
calon ibu secara rutin dan dalam jumlah yang banyak dapat menyebabkan gangguan
pertumbuhan janin sehingga janin kemungkinan lahir dengan kecacatan bawaan. Sebuah
penelitian di Picardy, Perancis, menemukan hubungan antara konsumsi pangan
mengandung insektisida dengan timbulnya kelainan penis berupa isolated hypospadias.

b) Konsumsi obat
Ibu yang mengonsumsi obat antimuntah Ondansetron pada trimester pertama
kehamilan memiliki risiko lebih besar melahirkan bayi dengan kelainan kongenital pada
jantung dan celah orofasial. Ondansetron dapat menyebabkan pemanjangan gelombang
QT dan aritmia jantung. Efek teratogeniknya timbul akibat aritmia jantung embrio,
terganggunya suplai darah dan oksigen pada embrio, serta kerusakan reperfusi Namun,
hingga saat ini masih ada pro kontra terkait efek teratogenik Ondansetron karena ada
penelitian yang tidak menemukan asosiasi antara konsumsi Ondansetron pada ibu hamil
dengan kelainan kongenital (17). Ibu hamil sering menderita keputihan dan diobati dengan
obat antifungal. Namun, konsumsi obat antifungal Fluconazole diketahui dapat
menimbulkan celah bibir dan langit-langit (cleft lip and palate) serta kelainan pembuluh

18
darah besar

c) Usia orang tua

Usia ibu dan usia ayah yang tua saat terjadi pembuahan dapat meningkatkan risiko
timbulnya kelainan kongenital pada janin yang dikandung. Dalam sebuah penelitian di
Norwegia, ditemukan hubungan antara usia orang tua yang tua dengan timbulnya cleft
palate . Sebuah penelitian yang menggunakan data dari The National Birth Defects
Prevention Study mendapatkan hasil bahwa peningkatan usia ayah meningkatkan risiko
timbulnya cleft palate, hernia diafragma, dan kelainan kongenital pada jantung janin.
Penelitian ini juga menemukan bahwa usia ayah yang muda juga dapat menimbulkan
gastroschisis. Usia ayah yang termasuk tua pada saat pembuahan dikaitkan dengan
meningkatnya mutasi DNA dan aberasi kromosom dalam sperma .

Pengaruh usia ayah terhadap timbulnya kelainan kongenital masih kontroversial


karena ada penelitian yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara kedua hal
tersebut. Salah satunya adalah penelitian kohort retrospektif di Ohio yang menyatakan
bahwa tidak ada hubungan antara usia ayah yang tua dengan timbulnya kelainan
kongenital

d) Lingkungan

Seorang ibu hamil yang merokok dapat menyebabkan timbulnya kelainan


kongenital pada janin yang dikandungnya. Hal ini dibuktikan dalam suatu penelitian di
Brazil dimana ditemukan hubungan antara ibu yang merokok dengan timbulnya cleft lip
palate pada janinnya. Mekanisme mengapa merokok dapat menyebabkan kelainan
kongenital pada janin masih belum dimengerti. Ada dugaan bahwa paparan komponen
rokok pada janin dalam kandungan dapat menginduksi gengen dengan jalur metabolism
tertentu, misalnya glutathione S-transferase theta (GSTT1) atau nitric oxide synthase-3
(NOS3). Induksi GSTT1 kemungkinan menyebabkan defisiensi pada jalur detoksifikasi
sehingga menimbulkan kelainan kongenital .

Sebuah penelitian di China juga menguatkan hal tersebut dimana ibu hamil yang
terpapar asap rokok dari lingkungannya lebih besar kemungkinannya melahirkan janin
dengan kelainan jantung kongenital . Jika ibu terpapar polusi udara saat hamil maka janin
dapat mengalami kelainan bawaan, terutama pada bagian genital dan dinding perut. (24,25)
Salah satu contoh kelainan kongenital pada bagian genital adalah hipospadia, yaitu posisi

19
lubang penis di bagian bawah batang penis, bukan pada bagian ujungnya.

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan standar WHO, ibu hamil disarankan untuk melakukan kunjungan ANC
minimal 4 kali selama kehamilan; dengan komposisi waktu kunjungan satu kali pada
trimester I, satu kali pada trimester II, dan dua kali pada trimester III. Menurut standar
pelayanan kebidanan, jadwal kunjungan ANC, adalah sebagai berikut; satu kali setiap
bulan pada trimester I, satu kali setiap 2 minggu pada trimester II, dan satu kali setiap
minggu pada trisemester 3.
Pemeriksaan kehamilan/ antenatal care (ANC) diperuntukan untuk ibu hamil guna
mencegah komplikasi dan menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu. Adapaun
tujuan pemeriksaan ANC adalah untuk mengidentifikasi kondisi ibu dan bayi dan
berhubungan dengan angka kematian ibu dan bayi dan bertujuan pencegahan komplikasi.
Dalam melakukan perawatan ibu hamil berdasarkan evidence based, sistematis dan
memberikan dukunagn pelayanan kesehatan dan psikologis untuk mengurangi risiko
komplikasi.

Menghitung gerakan janin adalah salah satu cara pemantauan kesejahteraan janin.
Merupakan deteksi dini penurunan keadaan janin. Dapat dilakukan setalh usia kehamilan
> 16 minggu. Bidan dapat meliabtkan ibu dalam melakukan perhitungan gerakan janin,
dengan mengajarkan teknik menghitung gearkan janin. Adapun metode yang sering
digunakan untuk perhitungan gerakan janin dengan menghitung gerakan 10 dalm 1 hari
dan dicatat dalam grafik gerakan. Penggunaan electrocardiograf dinilai tidak bermanfaat
pada ibu tanpa risiko dan dapat meningkatkan kejadian sectio secarea.

Kesejahteraan janin dapat dinilai berdasrkan DJJ. Perubahan frekuensi dan ritme DJJ
menunjukan adanya ganngguan dalam vaskulerisasi plasenta, yang menyebabkan
turunya kadar oksigen yang diterima oelh janin sehingga menimbulkan keadaan fetal
distress. Frekuensi DJJ normal janin 120-160 kali/menit. Bila DJJ < 110 kali/menit
disebut bradikardi dan bila > 160 kali/menit disebut takikardi. Alat yang dapat
digunakan untuk mendengarkan DJJ adalah Leannac, Dopler.

Membran ketuban merupakan suatu struktur membran yang lunak yang mengelilingi
fetus selama kehamilan. Kehamilan normal memerlukan kekuatan integritas dari

20
membran ketuban hingga kehamilan aterm, dimana pada saat terjadinya pecahnya
membran ketuban merupakan bagian yang saat vital pada saat persalinan. Membran
ketuban terdiri dari struktur dua lapis yang terdiri dari lapisan amnion dan lapisan
chorion. Lapisan korion lebih tebal dan lebih selular, dan sedangkan lapisan amnion
lebih kaku dan kuat. Ketebalan lapisan amnion + 20% dari ketebalan membran
ketuban .Telah dikonfirmasi bahwa amnion dan lapisanlapisan korion mengandung
kolagen tipe I dan III di samping jenis kolagen IV dan V (Benirschke et al., 2012;
Abrantes et al., 2015) .
Profil biofisik adalah kombinasi lima variabel biofisik : (1) Akselerasi denyut
jantung janin; (2) Pernapasan janin ; (3) Gerakan janin ; (4) Tonus janin; (5) Volume
cairan amnion. Masing- masing komponen diberi skor 2 jika normal dan nol jika
abnormal, sehingga skor tertinggi yang mungkin adalah 10. Skor biofisik nol hampir
selalu berkaitan dengan asidemia janin yang signifikan, sedangkan skor normal 8 sampai
10 berkaitan dengan pH yang normal. Protokol yang dianjurkan untuk interprestasi dan
penanganan profil biofisik. Angka negatif palsu, yang didefinisikan sebagai kematian
anterpaturm pada janin yang secara struktural normal, adalah sekitar 1 per 1000, dan
lebih dari 97 persen janin yang diperiksa memberi hasil normal.
USG biasa atau ultrasonografi adalah alat yang menggunakan gelombang suara dan
semua alat yang menggunakan gelombang suara masuk dalam kategori USG. Saat
seseorang akan mendapat USG, bagian yang akan dilakukan pengecekan akan dioleskan
gel khusus untuk menghindari gesekan. Gel tersebut juga untuk memudahkan
pengiriman gelombang suara ke dalam tubuh. Doppler juga merupakan alat yang
digunakan untuk mendengarkan detak jantung janin selama masih ada didalam
kandungan. Doppler biasanya terdapat di ruang kebidanan untuk membantu perawat
dalam untuk mengetahui kondisi jantung janin dalam kandungan ibu.
Kesenjangan dalam bidang kesehatan terutama dirasakan pada penderita kelainan
kongenital. Kelainan kongenital adalah suatu kondisi ketidaknormalan struktur atau
fungsi tubuh yang muncul saat lahir. Kelainan kongenital dapat menyebabkan abortus
spontan atau lahir mati. Apabila bayi terlahir dengan baik maka dapat menyebabkan
disabilitas seumur hidup dan menyebabkan pengaruh negatif bagi keluarga dan
lingkungan. WHO memperkirakan 7% dari seluruh kematian neonatus di dunia adalah
karena kelainan kongenital. Kelainan kongenital dapat timbul akibat berbagai etiologi,
misalnya karena mutasi genetik, virus, trauma, dll.

21
3.2 Saran
1. Semoga penyusunan makalah ini dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi kita
semua untuk lebih mengenal mengenai skrining risiko maternal selama kehamilan
2. Kami menyadari apa yang kami paparkan dalam makalah ini tentu masih belum
sesuai apa yang di harapkan dengan ini kami berharap masukan yang lebih
banyak lagi dari dosen pembimbing dan teman – teman semua.

22
DAFTAR PUSTAKA

Marmot M, Friel S, Bell R, Houweling TA, Taylor S. Closing the gap in a generation:
health equity through action on the social determinants of health. Lancet.
2008;372(9650):1661–9.
World Health Organization. Birth Defects. 2010.
Chen M-J, Karaviti LP, Roth DR, Schlomer BJ. Birth prevalence of hypospadias and
hypospadias risk factors in newborn males in the United States from 1997 to 2012. J Pediatr
Urol. 2018;1–7.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar: Riskesdas
2013. Jakarta: BKementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta; 2013.
Hani, ummi.2011.Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta, Salemba
Medika
Husin, Farid. 2014. Asuhan Kehamilan berbasis bukti. Jakarta: Sagung seto
Hee, L. S., & Young, L. E. (2015). Factors Influencing Maternal-Fetal attachment in
High-Risk Pregnancy, 104, 38–42.
Lee, S., & Lee, S. (2015). Factors Influencing Maternal-Fetal attachment among Pregnant
Women. Journal of the Korea Academia-Industrial Cooperation Society, 16(3), 2020– 2028.
Luluk, Zuyina., Aspuah, Siti. 2002. Anatomi Fisiologi dan Obsgin untuk kebidanan.
Nuha Medika: Yogyakarta.
Alenzi, F. Q., Alotaibi, A. Q., Almotiri, G. M., Alanazi, A. M., Alanazi, F. M., Alenazi,
M.
S. 2014. Role of Apoptosis in Microbial Infection. Open Journal of Apoptosis

23

Anda mungkin juga menyukai