Anda di halaman 1dari 54

STAGE

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN

NAMA MAHASISWA : MUJIRAH

NIM : P1337424821617

RUANG : KIA PUSKESMAS SAWANGAN I

TANGGAL PRAKTIK : 4 – 30 APRIL 2022

JUSTINA UDADING IRWANDARI,


PEMBIMBING :
Amd.Keb

LAPORAN PENDAHULUAN
BERKAS YANG DIKUMPULKAN :
KEHAMILAN TRIMESTER III

HARI TANGGAL PENYERAHAN :

PENERIMA : MUJIRAH
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan kebidanan Holistik Kehamilan Fisiologis Pada Ibu Hamil Trimester III di
Puskesmas Sawangan I, telah disahkan oleh pembimbing pada :

Hari :
Tanggal : April 2022

Magelang, April 2022

Mahasiswi

Mujirah

Mengetahui,

Pembimbing Klinik Pembimbing Institusi

Ayuningtyas, S.ST,M.Kes
Justina Udading Irwandari, Amd.Keb
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehamilan ialah suatu proses proses alami dalam kehidupan terjadinya pembuahan
sel telur oleh sel spema di masa ovulasi yang berproses menjadi janin dan selama
kehamilan ibu harus diberikan perawatan yang penting serta intervensi yang tepat
(Homer, 2019; I. K. Sari, 2015; World Health Organization, 2017).
Kehamilan trimester III dimulai pada umur kehamilan 28 minggu sampai 40
minggu. Ibu hamil cenderung terlihat khawatir pada usia kehamilan ini, mungkin
merasakan ketidaknyamanan yang dialami pada ibu hamil trimester III,
ketidaknyamanan ini dapat memmpengaruhi persalinan dan masa nifasnya.
Ketidaknyamanan yang dialami seperti nyeri punggung, susah bernafas, gangguan
tidur, sering kencing, kontraksi perut, pergelangan kaki membengkak, kram pada kaki,
rasa cemas dan masih banyak keluhan-keluhan yang lain (Dheska, Sri. 2018).
Ketidaknyamanan psikologis yang paling sering muncul pada trimester III adalah
kecemasan. Kecemasan (Ansietas) adalah istilah yang sering digunakan dalam
kehidupan sehari-hari, yakni menggambarkan keadaan kekhawatiran, kegelisahan yang
tidak menentu, atau reaksi ketakutan dan tidak tenteram yang terkadang disertai dengan
keluhan fisik (Sulistyawati, 2012). Berbagai keluhan dapat ditimbulkan oleh ansietas.
Keluhan tersebut dapat berupa firasat buruk, mudah tersinggung, merasa tegang, takut
sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang serta gangguan konsentrasi. Selain
itu, keluhan-keluhan somatik juga dapat timbul pada seseorang yang mengalami
kecemasan, misalnya rasa sakit pada otot, tulang, pendengaran berdenging, dada
berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan dan lain-lain.
Ansietas menghadapi persalinan pada ibu hamil trimester III disebabkan oleh
beberapa factor yaitu pengetahuan, ekonomi, pengalaman, dukungan keluarga serta
dukungan suami. Ibu hamil dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
merupakan usia hamil resiko tinggi karena dapat terjadi kelainan atau gangguan pada
janin, sehingga dapat menimbulkan kecemasan pada ibu hamil tersebut.
Pemeriksaan kehamilan atau ANC dilakukan minimal 4 kali selama kehamilan
yaitu satu kali pada trimester I (K1) , satu kali pada trimester II (K2) dan dua kali pada
trimester III (K3 K4). Pelayanan yang yang didapatkan ibu hamil pada saat kunjungan
ANC dengan standar 10 T adalah T imbang berat badan dan ukur tinggi badan, Ukur
Tekanan Darah, Skrinning status imunisasi Tetanus dan berikan Imunisasi Tetanus
Toxoid (TT) bila diperlukan, Ukur tinggi fundus uteri, Pemberian Tablet tambah darah
minimal 90 tablet selama kehamilan, Test Laboratorium (rutin dan Khusus), Temu
wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
(P4K) serta KB pasca persalinan, Nilai status Gizi (ukur lingkar lengan atas), Tentukan
presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ) serta Tata laksana kasus (Fitrayeni, dkk,
2015).
Faktor sosial dan budaya juga sanagat mempengaruhi kunjungan ANC ibu hamil
untuk datang ke pelayanan kesehatan. Sebagian masyarakat masih percaya untuk
melakukan perawatan kehamilan dan pertolongan persalinan yang dilakukan oleh
dukun beranak. Hal ini karena ibu hamil masih melaksanakan tradisi dan kebiasaan
yang telah dilakukan secara turun temurun (Juriah 2018). budaya dan kepercayaan yang
ada di masyarakat yang mengharuskan mereka untuk mematuhi perawatan tradisional
seperti memeriksakan kehamilan awal ke dukun bayi ataupun pada kehamilan trimester
III mereka percaya untuk memperbaiki posisi anak supaya persalinan lancar (Wijaya,
Marliana & Indra., 2016).
Asuhan Kehamilan yang diberikan kepada klien haruslah mengutamakan asuhan
yang komprehensif. Hal ini sangat penting untuk wanita hamil mendapatkan pelayanan
kesehatan dari tenaga Kesehatan yang terampil dan profesional, sehingga kondisi dari
ibu dan janin dapat dipantau dengan baik dan benar. Dalam upaya mengoptimalkan
pelayanan kesehatan berupa ANC terpadu dimana program ini merupakan kunci dalam
pelayanan KIA yang diberikan pada wanita hamil sampai dengan nifas beserta bayinya.
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator
langsung dari keberhasilan pelayanan kesehatan difasilitas kesehatan.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana aplikasi manajemen pemberian asuhan kebidanan kehamilan holistik di
Puskesmas Sawangan I Kabupaten Magelang?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengimplementasikan asuhan kebidanan
kehamilan pada klien dengan menggunakan pola pikir manajemen kebidanan serta
mendokumentasikan hasil asuhannya dalam bentuk SOAP.
1.3.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu dengan benar :
1. Menjelaskan mengenai teori dan konsep dasar asuhan kebidana kehamilan
pada klien.
2. Mengintegrasikan teori dan manajemen asuhan kebidanan serta
mengimplementasikannya pada kasus yang dihadapi, yang meliputi:
1) Melakukan pengkajian data subjektif dan objektif kehamilan pada klien.
2) Melakukan analisis data yang telah diperoleh untuk merumuskan diagnosa
dan masalah aktual pada klien.
3) Melakukan identifikasi diagnosa dan masalah potensial pada klien.
4) Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera dan rujukan pada klien.
5) Menyusun rencana asuhan kebidanan pada kehamilan pada klien.
6) Melaksanakan rencana asuhan kebidanan pada kehamilan pada klien yang
telah disusun.
7) Melakukan evaluasi hasil asuhan yang telah dilakukan pada klien.
8) Melakukan dokumentasi asuhan kebidanan yang telah diberikan pada
klien.

1.4 Manfaat
1.4.1 Untuk Penulis
Menambah wawasan mengenai pengetahuan tentang persiapan kehamilan
sehingga mampu membuat asuhan kebidanan kehamilan yang fisiologis.
1.4.2 Untuk Institusi
Menambah asuhan kebidanan yang dapat menjadi referensi dan panutan untuk
membuat asuhan kebidanan kehamilan.
1.4.3 Untuk Mahasiswa
Sebagai bahan bacaan yang dapat mendukung pengetahuan kebidanan tentang
proses persiapan prakonsepsi.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori Medis Kehamilan Trimester III


1. Definisi Kehamilan
Kehamilan adalah proses alamiah yang meminimal intervensi. Asuhan
kehamilan mengutamakan kesinambungan pelayanan sehingga perkembangan
ibu hamil akan terpantau setiap saat. Pelayanan berpusat pada wanita dan
keluarga, artinya asuhan yang diberikan berdasarkan kebutuhan ibu, keluarga
berpengaruh terhadap sikap, perilaku dan kebiasaan ibu hamil. Asuhan
kehamilan menghargai hak ibu hamil untuk berpartisipasi dan memperoleh
pengetahuan dan pengalaman yang berkaitan dengan kehamilan.
Kehamilan trimester III merupakan kehamilan dengan usia 28-40 minggu
dimana merupakan waktu mempersiapkan kelahiran dan kedudukan sebagai
orang tua, seperti terpusatnya perhatian pada kehadiran bayi, sehingga disebut
juga sebagai periode penantian (Lombogia, 2017).
2. Pertumbuhan dan Perkembangan Hasil Konsepsi
Menurut Hatini (2018) Pertumbuhan dan Perkembangan Janin Kehamilan
Trimester III
1. Minggu ke 29
Beratnya sekitar 1250 gram, panjang rata-rata 37 cm.
2. Minggu ke 30
Beratnya mencapai 1400 gram, kisaran panjang 38 cm. Puncak Rahim yang
berada sekitar 10 cm diatas pusar memperbesar rasa tak nyaman. Mulai
denyutan halus, sikutan/ tendangan sampai gerak cepat meliuk- liuk yang
menimbulkan rasa nyeri
3. Minggu ke 31
Berat bayi sekitar 1600 gram, taksiran panjang 40 cm.
4. Minggu ke 32
Pada usia ini berat bayi harus berkisar 1800-2000 gram, panjang tubuh 42
cm.
5. Minggu ke 34
Berat bayi hampir 2775 gram, taksiran panjang sekitar 44 cm
6. Minggu ke 35
Secara fisik bayi berukuran sekitar 45 cm, berat 2450 gram. Mulai minggu
ini bayi umumnya sudah matang fungsi paru-paru. Ini sangat penting karena
kematangan paru-paru sangat menentukan life viabilitas atau kemampuan si
bayi untuk bertahan hidup.

7. Minggu ke 38
Seluruh uterus terisi oleh bayi sehingga tidak bisa bergerak atau berputar
banyak, antibody ibu di transfer ke bayi. Hal ini akan memberikan
kekebalan untuk 6 bulan pertama sampai sistem kekebalan bayi bekerja
sendiri.(Nurhayati, 2019)
3. Perubahan Dan Adaptasi Fisiologi Dalam Masa Kehamilan Trimester III
a. Sistem Reproduksi
1) Vagina dan Vulva
Pada kehamilan trimester III terkadang terjadi peningkatan rabas
vagina. Peningkatan cairan vagina selama kehamilan adalah normal.
Cairan biasanya jernih. Pada awal kehamilan, cairan ini bisanya agak
kental, sedangkan pada saat mendekati persalinan cairan tersebut akan
lebih cair (Hutahaean, 2013; Wagiyo & Putrono, 2016).
2) Serviks
Vaskularisasi ke serviks meningkat selama kehamilan, sehingga
serviks menjadi lebih lunak dan warna lebih biru. Dalam persiapan
persalinan, estrogen dan hormon plasenta relaxin membuat serviks
menjadi lebih lunak. Sumbat mucus yang disebut operculum terbentuk
drao sekresi kelenjar serviks pada kehamilan minggu ke-8. Sumbat
mucus tetap berada dalam serviks sampai persalinan dan pada saat itu
dilatasi serviks menyebabkan sumbat tersebut terlepas. Terlihat mucus
serviks merupakan salah satu tanda dini persalinan. (Gardenia, 2012)
3) Uterus
Pada usia kehamilan 28 minggu, TFU 25 cm, pada 32 minggu
27 cm, pada 36 minggu 30 cm. Pada kehamilan 40 minggu TFU turun
kembali dan terletak 3 jari dibawah prosessus xyfoideus. Berat menjadi
1000 gram pada akhir kehamilan, ukuran untuk pertumbuhan janin
rahim menjadi besar, endometriumm menjadi desidua, ukuran kehamilan
30x25x20 dengan kapasitas lebih dari 4000 cc. Akhir 36 minggu 3 jari
dibawah prosessus xyfoideus. Uterus yang hamil sering berkontraksi
tanpa rasa nyeri, juga saat disentuh pada waktu pemeriksaan (palpasi)
konsistensi lunak kembali. Kontraksi ini disebut kontraksi braxton hicks.
kontraksi ini merupakan tanda mungkin hamil dan untuk menentukan
anak dalam kandungan atau tidak. Kontraksi sampai akhir kehamilan
menjadi his. (Gardenia, 2012)
4) Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum
graviditatis sampai terbentuknya plasenta pada kira-kira kehamilan 16
minggu. Korpus leteum ini mengeluarkan hormon estrogen dan
progesteron. Lambat laun fungsi ini diambil aluh oleh
plasenta.Diperkirakan korpus luteum adalah tempat sintesis dari relaxin
pada awal kehamilan. Kadar relaxin di sikulasi maternal dapat
ditentukan dan meningkat dalam trimester pertama. Relaxin mempunyai
pengaruh menenangkan hingga pertumbuhan janin menjadi baik hingga
aterm. (Gardenia, 2012)
5) Payudara
Pada ibu hamil trimester III terkadang keluar rembesan cairan
berwarna kekuningan dari payudara ibu yang disebut dengan kolostrum.
Hal ini tidak berbahaya dan merupakan pertanda bahwa payudara sedang
menyiapkan ASI untuk menyusui bayinya nantinya. Progesterone
menyebabkan puting menjadi lebih menonjol dan dapat digerakkan
(Hutahaean, 2013; Syaiful & Fatmawati, 2019).
6) Sistem Kardiovaskuler
Setelah mencapai kehamilan 30 minggu,curah jantung agak
menurun karena pembesaran rahim menekan vena yang membawa darah
dari tungkai ke jantung. Janin yang terus tumbuh, menyebabkan darah
lebih banyak dikirim ke rahim ibu. Pada akhir usia kehamilan,rahim
menerima seperlima dari seluruh darah ibu. (Sulistyawati, 2013)
7) Sistem pernapasan
Frekuensi pernafasan hanya mengalami sedikit perubahan
selama kehamilan, tetapi volume tidal, volume ventilasi per menit dan
penhembalian oksigen per menit akan mengalami penambahan secara
signifikan pada kehamilan lanuut. Perubahan ini mencapai puncak pada
minggu ke 37 dan akan kembali seperti sediakala selama 24 minggu
setelah persalinan. (Prawirohardjo, 2014)
8) Sistem Muskuloskeletal
Estrogen dan progesteron memberi efek maksimal pada relakssi
otot dan ligamen pelvis pada akhir kehamilan. Adanya sakit punggung
dan ligamen pada kehamilan tua disebabkan oleh meningkatnya
pergerakan pelvis akibat pembesaran uterus. Bentuk tubuh selalu
berubah menyesuaikan dengan pembesaran uterus ke depan karena tidak
adanya otot abdomen. (Sulistyawati, 2013)
9) Traktus Urinarius
Pada akhir kehamilan,peningkatan aktivitas ginjal yang lebih
besar terjadi saat wanita hamil yang tidur miring.Tidur miring
mengurangi tekanan dari rahim pada vena yang membawa darah dari
tungkai sehingga terjadi perbaikan aliran darah yang selanjutnya akan
meningkatkan aktivitas ginjal dan curah jantung. (Sulistyawati, 2013)
10) Sistem Pencernaan
Karena kehamilannya berkembang terus, lambung dan usus
digeser oleh uterus yang membesar. Pada 15% sampai 20% wanita
hamil, herniasi bagian lambung (hiatus hernia) terjadi setelah bulan ke
tujuh atau ke delapan kehamilan. Keadaan ini disebabkan pergeseran
lambung ke atas, yang menyebabkan hiatus diafragma melebar. Kondisi
ini lebih sering terjadi pada wanita multipara, wanita yang gemuk atau
wanita yang lebih tua.
Nafsu makan pada akhir kehamilan akan meningkat dan sekresi usus
berkurang. Usus besar bergeser ke arah lateral atas dan posterior,
sehingga aktivitas peristaltik menurun yang mengakibatkan bising usus
menghilang dan konstipasi umumnya akan terjadi (Wagiyo dan Putrono,
2016; Syaiful & Fatmawati, 2019).
11) Berat Badan
Sebagain besar penambahan berat badan selama kehamilan
berasal dari uterus dan isinya. Kemudian payudara, volume darah dan
cairan ekstravaskuler. Diperkirakan selama kehamilan berat badan
bertambah 12,5 kg. (Prawirohardjo, 2014)
12) Sistem integumen
Striae gravidarum terjadi pada bulan-bulan terakhir kehamilan,
garis-garis sedikit cekung kemerahan, umumnya timbul pada kulit
abdomen, kadang kala pada kulit paha dan payudara. Terjadi pada
separuh wanita hamil. Pada wabita multipara seringkali ditemukan
bersamaan dengan striae kehamilan sebelumnya. (Jannah, 2012)
13) Sistem Kekebalan Tubuh
Kadar serum Ig A dan Ig M meningkat selama kehamilan karena
adanya peningkatan resiko infeksi. (Marmi, 2017)
4. Perubahan Psikologi Dalam Masa Kehamilan Trimester II
Trimester III sering disebut periode menunggu dan waspada sebab ibu
merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Ibu khawatir bayinya akan
lahir sewaktu-waktu. Ini menyebabkan ibu meningkatkan kewaspadaan akan
timbulnya tanda dan gejala persalinan serta ketidaknormalan bayinya. Rasa
ketidaknyamanan akibat kehamilan timbul kembali, merasa diri aneh dan jelek,
serta gangguan body mekanik dan body image dapat berdampak besar pada
wanita dan pasangannya saat kehamilan. Beberapa wanita menikmati
kehamilannya sampai mereka merasa badannya terasa berat dan tidak modis.
Disamping itu, ibu merasa sedih akan berpisah dengan bayinya dan perhatian
khusus yang diterima selama hamil. Pada trimester ini, ibu memerlukan
keterangan dan dukungan dari suami, keluarga dan bidan. (Jannah, 2012)
Gejala kecemasan yang sering dirasakan ibu hamil trimester III yaitu
diantaranya cemas, khawatir, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung,
merasa tegang, tidak tenang, gangguan pola tidur, mimpimimpi yang
menegangkan, gangguan konsentrasi dan daya ingat, 19 kleuhan somatic, sesak
nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan dan sakit kepala (Hawari,
2016).
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan
kecemasan dapat dilakukan dengan berbagai cara dianataranya yaitu dengan
teknik relaksasi nafas dalam. Relaksasi merupakan metode efektif untuk
mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh dan kecemasan (Laili dan Wartini,
2017). Selain itu terdapat juga beberapa cara untuk mengurangi kecemasan
dianatranya dengan teknik relaksasi otot progresif, terapi pijatan, imaginery,
dan terapi yoga (Rafika, 2018).
5. Ketidaknyamanan Trimester III
a) Nafas pendek
Etiologi : Selama trimester ketiga, pola napas bergantung pada posisi
kepala bayi yang sedang berkembang. Sebelum bayi bergerak turun
mendekati panggul dan jalan lahir, kepala bayi akan berada di bawah
tulang rusuk. Posisi ini akan menekan diafragma, sehingga jadi lebih
sulit bernapas.
Cara mengatasi : berdisi secara periodic dan mengangkat tangannya diatas
kepala dan menarik nafas panjang.
b) Nyeri punggung
Etiologi : relaksasi sendi simfisis dan sakroiliaka karena hormonal yang
mengakibatkan panggul menjadi tidak stabil. Perubahan pada kelengkungan
area lumbal dan serviks akibat perubahan pusat gravitasi oleh pembesaran
perut. Biasanya akan hilang dalam 6-8 minggu setelah kelahiran.
Cara mengatasi : hindari posisi terlentang terlalu lama, hindari
membungkuk berlebihan, hindari berjalan tanpa istirahat dan mengangkat
barang berat.
c) Insomnia
Etiologi : masalah emosional, gerakan janin dan rasa tidak nyaman lain
dapat menyebabkan wanita hamil terbagun di malam hari seperti
peningkatan frekuensi miksi.
Cara mengatasi : masase punggung, gunakan bantal untuk menyangga
bagian tubuh saat istirahat.
d) Kontraksi braxton hicks
Etiologi : Hal ini terjadi karena adanya kontraksi dan relaksasi otot rahim.
Perut kencang saat hamil yang menjadi gejala kontraksi palsu ini merupakan
cara tubuh mempersiapkan proses persalinan yang akan datang.
Cara mengatasi : relaksasi dengan bernafas secara teratur, menggosok perut
dengan gerakan ritmik.
e) Kram kaki
Etiologi : diet rendah kalsium, tekanan pada uterus menganggu sirkulasi ke
ekstremitas bawah dan dapat memberikan tekanan pada saraf yang berjalan
melewatin foramen obturator.
Cara mengatasi : dorsofleksikan kaki hingga spasme hilang.
f) Edema pada kaki
Etiologi : aliran balik vena terganggu akibat berat uterus yang membesar.
Cara mengatasi : hindari mengenakan pakaian yang ketat yang menganggu
aliran balik vena, ubah posisi sesering mungkin, minimalkan berdiri atau
berjalan terlalu lama, istirahat dengan kaki ditinggikan dan minum air yang
cukup.
g) Sering berkemih
Etiologi : turunnya bagian presentasi janin, kandung kemih kembali
mendapat tekanan.
Cara mengatasi : meningkatkan asupan cairan pada siang hari dan minum
sedikit sebelum tidur dan menghindrai kafein.
h) Varises
Etiologi : aliran balik vena dari ekstremitas bawah terganggu oleh uterus
yang terus berkembang dan membesar sehingga sistem vena mendapat
tekanan semakin besar dan akibatnya timbul varises. Kelebihan berat badan,
mengangkat barang berat dan konstipasi.
Cara mengatasi : Hindari duduk dengan menyilangkan kaki dan hindari
periode berdiri yang lama.
i) Hemoroid
Etiologi : akibat relaksasi-diperantarai progesteron pada dinding vena atau
berat uterus, kongesti vena pelvis dan tegangan konstipasi.
Cara mengatasi : istirahat dalam posisi miring, menghindari mengejan dan
menghindari makanan berbumbu menyengat.
(Gardenia, 2012)
j) Nyeri ulu hati
Etiologi : peningkatan hormon progesterone sehingga merelaksasikan
sfingter jantung pada lambung, motilitasgastrointestinal karena otot halus
relaksasi dan tidak ada ruang fungsional untuk lambung karena tekanan
pada uterus.
Cara mengatasi : 1) Makan dengan porsi kecil tapi sering untuk
menghindari lambung yang menjadi penuh, 2) Hindari makanan yang
berlemak, lemak mengurangi mortilitas usus dan sekresi asam lambung
yang dibutuhkan untuk pencernaan, 3) Hindari minum bersamaan dengan
makan karena cairan cenderung menghambat asam lambung, 4) Hindari
makanan dingin 5) Hindari makanan pedas (Hutahaean, 2013).
k) Konstipasi
Etiologi : pengerasan feses yang terjadi akibat penurunan kecepatan kerja
peristaltik karena progesteron 29 yang menimbulkan efek relaksasi,
pergeseran usus akibat pertumbuhan uterus atau suplemasi zat besi dan
akivitas fisik yang kurang.
Cara mengatasi : 1) Asupan cairan yang adekuat, yakni minum air minimal
8 gelas/ hari (ukuran gelas minum), 2) Istirahat cukup. Hal ini memerlukan
periode istirahat pada siang hari, 3) Minum air hangat saat bangkit dari
tempat tidur untuk menstimulasi peristaltik, 4) Makan-makanan berserat
dan mengandung sarat alami, 5) Miliki pola defikasi yang baik dan teratur,
6) Lakukan latihan secara umum, berjalan setiap hari, pertahankan postur
tubuh yang baik, mekanisme tubuh yang baik, latihan kontraksi otot
abdomen bagian bawah secara teratur. (Hutahaean, 2013; Syaiful dan
Fatmawati, 2019).
6. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III
a) Hipertensi Gestasional
Hipertensi dalam kehamilan berarti bahwa wanita telah menderita hipertensi
sebelum hamil atau disebut pre eklamsia tidak murni. Hipertensi dalam
kehamilan sering dijumpai dalam klinis, yang terpenting adalah
menegakkan diagnosis seawal mungkin. Menurut WHO hipertensi dalam
kehamilan yaitu apabila tekanan sistol <140 atau tekanan diastol<90
mmHG. Kenaikan tekanan sistolik <15 mmhg dibandingkan tekanan darah
sebelum hamil atau pada trimester pertama kehamilan.
b) Perdarahan per vaginam
Perdarahan pervaginam pada kehamilan lanjut disebut juga dengan
perdarahan antepartum atau Haemorrhage Antepartum (HAP) yaitu
perdarahan dari jalan lahir setelah kehamilan 22 minggu. Frekuensi HAP 3
% dari semua persalinan.
c) Penglihatan kabur
Penglihatan menjadi kabur atau berbayang dapat disebabkan oleh sakit
kepala yang hebat, sehingga terjadi edema pada otak dan meningkatkan
resistensi otak yang mempengaruhi sistem saraf pusat, yang dapat
menimbulkan kelainan serebral (nyeri kepala, kejang), dan gangguan
penglihatan. Perubahan penglihatan atau pandangan kabur dapat menjadi
tanda preeklamsia. Masalah visual yang menidentifikasikan keadaan yang
mengancam jiwa adalah perubahan visual yang mendadak, misalnya
penglihatan kabur atau terbayang, melihat bintik-bintik (spot), berkunang-
kunang. Selain itu adanya skotama, diplopia, dan amblyopia merupakan
tandatanda yang menunjukkan adanya preeklamsia berat yang mengarah
pada eklamsia. Hal ini disebabkan adanya perubahan peredaran darah dalam
pusat penglihatan di korteks serebri atau didalam retina (edema retina dan
spasme pembuluh darah) (Syaiful dan Fatmawati, 2019).
d) Keluar cairan pervaginam
Keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah kehamilan 22 minggu,
ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan
berlangsung. Tanda ketuban pecah yaitu jika keluarnya cairan ibu tidak
terasa, berbau amis, dan berwarna putih keruh. Jika kehamilan belum cukup
bulan, dapat mengakibatkan persalinan preterm dan komplikasi infeksi
intrapartum (Syaiful dan Fatmawati, 2019).
e) Nyeri perut hebat
Nyeri abdomen yang tidak berhubungan dengan persalinan adalah tidak
normal. Nyeri abdomen yang mengindikasikan mengancam jiwa adalah
yang hebat, menetap dan tidak hilang setelah beristirahat, kadang-kadang
dapat disertai dengan perdarahan lewat jalan lahir (Hutahaean, 2013).
f) Edema pada muka, tangan, dan kaki
Edema adalah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam
jaringan tubuh dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta
pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka. Bengkak biasanya
menunjukkan adanya masalah serius jika muncul pada muka dan tangan.
Hal ini dapat disebabkan adanya pertanda anemia, gagal jantung, dan
preeklamsia (Hutahaean, 2013).
7. Komplikasi Kehamilan Trimester III
a) Plasenta previa
Prasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat
abnormal yaitu pada segmen bawah rahim, sehingga menutupi sebagian atau
seluruh permukaan jalan lahir (Ostinum Uteri Internum) dan bagian
terendah sering kali terkendala memasuki pintu atas panggul (PAP) atau
dapat menimbulkan kelainan janin dalam lahir. Pada keadaan normal
plasenta umumnya terletak di korpus uteri bagian depan atau belakang agak
kearah fundus uteri (Putri dan Hastina, 2020).
b) Solusio plasenta
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implementasi yang
normalnya (uterus) sebelum janin dilahirkan. Terjadi pada masa gestasi di
atas 22 minggu atau berat badan janin diatas 500 gram. Pelepasan sebagian
atau seluruh seluruh plasenta dapat menyebabkan perdarahan, baik ibu
maupun janin (Hutahaean, 2013).
c) Persalinan prematuritas
Persalinan prematuritas (premature) adalah persalinan yang terjadi di antara
umur kehamilan 29-36 minggu, dengan berat badan lahir kurang dari 2,5 kg
dan alat-alat vital belum sempurna (Hutahaean 2013).
d) Preeklamsia
Preeklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan yang dapat menyebabkan
kematian pada ibu dan janinnya. Penyakit ini pada umumnya terjadi dalam
trimester III kehamilan dan dapat terjadi pada waktu antepartum,
intrapartum, dan pasca persalinan (Syaiful dan Fatmawati, 2019).
e) Anemia kehamilan
Anemia kehamilan adalah jika kadar hemoglobin <11 gr/dL pada trimester
1 dan III, atau jika kadar hemoglobin <10,5 gr/dL pada trimester II. Adapun
klasifikasi anemia yaitu anemia ringan 9-10 gr/dL, anemia sedang 7-8
gr/dL, dan anemia berat <7gr/dL (Syaiful dan Fatmawati, 2019).
Pelayanan Kesehatan

Pada Ibu Hamil


B.
Konseling Penurunan AKI & AKB
Pengkajian Data Subyektif
1. Dokter Umum
2. Klinik Gizi
10T 3. Dokter Gigi dan
Mulut
1. Timbang berat badan dan Terlaksananya Pemeriksaan
ukur tinggi badan Kesehatan Bagi Ibu Hamil
Penegakan Diagnosis
2. Pemeriksaan tekanan darah
3. Nilai status gizi (ukur Pemeriksaan Penunjang
lingkar lengan atas)
4. Pemeriksaan puncak rahim (laboratorium) Asuhan Yang Diberikan : Rasionalisasi
(tinggi fundus uteri) - HB
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan 1. Agar ibu dan suami mengerti keadaanya
5. Tentukan presentasi janin - Pemeriksaan Urin
2. Memberikan KIE tentang cara saat ini.
dan denyut jantung janin
mengatasi ketidaknyamanan TM III 2. Paham mengenai cara mengatasi
(DJJ)
6. Skrining status imunisasi 3. Memberikan KIE Resti hamil ketidaknyamanan TM III
Tetanus dan berikan 4. Menganjurkan Kegel Exercise 3. Mengerti tentang Resti hamil
imunisasi Tetanus Toksoid 5. Memberikan KIE masalah yang 4. Mengerti tentang Kegel Exercise
(TT) bila diperlukan. mungkin timbul pada kehamilan 5. Paham mengenai masalah yang mungkin
7. Pemberian Tablet zat besi 6. Memberikan KIE tentang perubahan timbul pada kehamilan
minimal 90 tablet selama psikologis ibu Trimester III 6. Paham mengenai perubahan psikologis ibu
kehamilan 7. Memberikan KIE persiapan persalinan Trimester III
8. Test laboratorium (rutin dan laktasi 7. Paham mengenai persiapan persalinan dan
dan khusus) 8. Mengonsumsi vitamin C dan tablet laktasi
9. Tatalaksana kasus tambah darah 8. Terhindar dari anemia
10. Temu wicara (konseling), 9. Menganjurkan beristirahan dan 9. Terhindar dari penylit
termasuk Perencanaan menjaga kehamilan 10. Untuk mengetahui kondisi saat ini
Persalinan dan Pencegahan 10. Pemeriksaan laboratorium 11. Untuk memriksakan kesehatannya lebih
Komplikasi (P4K) serta KB 11. Konsultasi dengan dokter lanjut
paska persalinan 12. Untuk mengetahui kondisi kehamilan
12. Kunjungan ulang
selanjutnya
B. Tinjauan Teori Kebidanan
1. Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir logis sistematis
dalam memberi asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak.
baik klien maupun pemberi asuhan. Oleh karena itu, manajemen kebidanan
merupakan alur fikir bagi seorang bidan dalam memberikan arah/kerangka
dalam menangani kasus yang menjadi tanggung jawabnya (Sukini and Rofi’ah
2016).
Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan, keterampilan suatu keputusan yang
berfokus pada klien (Sukini dan Rofi’ah 2016).
2. Tahapan dalam Manajemen Kebidanan
Pada tahun 1997, Helen Varney menyempurnakan proses 5 langkah
manajemen menjadi 7 langkah. Langkah-langkah tersebut membentuk
kerangka yang lengkap yang bisa diaplikasikan dalam semua situasi, tetapi
setiap langkah tersebut bisa dipecah-pecah ke dalam tugas-tugas tertentu dan
semuanya bervariasi sesuai dengan kondisi klien menurut (Sukini dan Rofi’ah
2016) sebagai berikut.
a. Langkah 1: Tahap Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap
dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh
data dilakukan dengan cara:
1) Anamnesis. Dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat menstruasi,
riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas, bio psiko-
sosial-spiritual, serta pengetahuan klien.
2) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda
tanda vital, meliputi:
a) Pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auscultasi, dan perkusi)
b) Pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi/USG, dan cacatan
terbaru serta catatan sebelumnya). Tahap ini merupakan langkah
awal yang akan menentukan langkah berikutnya, sehingga
kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi yang akan
menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap
selanjutnya. Sehingga dalam pendekatan ini harus komprehensif
meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan sehingga
dapat menggambarkan kondisi pasien yang sebenarnya dan valid.
Kaji ulang data yang sudah dikumpulkan apakah sudah tepat,
lengkap.
b. Langkah 2: Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau
masalah berdasarkan interpretasi atas data-data yang telah dikumpulkan.
Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat
merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik. Rumusan diagnosis dan
masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan
seperti diagnosis tetapi tetap membutuhkan penanganan. Masalah sering
berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasi
oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai
diagnosis
c. Langkah 3: Mengidentifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial dan
Mengantisipasi Penanganannya
Pada langkah ini bidan mengidantifikasi masalah potensial atau
diagnos potensial berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah
diidentifikas Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakuka pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap
mencegah diagnosis atau masalah potensial ini menjadi benar-benar
terjadi. Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman.
Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi
masalah potensial, tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan
terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah ata
diagnosis potensial tidak terjadi. Sehingga langkah ini benar merupakan
langkah yang bersifat antisipasi yang rasional atau logis. Kaji ulang apakah
diagnosis atau masalah potensial yang diidentifikasi sudah tepat.
d. Langkah 4: Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera untuk
Melakukan Konsultasi, Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain
Berdasarkan Kondisi Klien
Mengindentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
dan atau tenaga konsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah keempat
mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi
manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan
prenatal saja tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus
menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.
Data baru dapat dikumpulkan dan dievaluasi dengan
mengidentifikasi situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera
untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak. Hal ini dapat
menunjukkan satu situasi yang memerlukan tindakan segera, dan situasi
lainnya tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau
kolaborasi dengan dokter. Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda
awal dari pre-eklampsia, kelainan panggul, adanya penyakit jantung,
diabetes, atau masalah medic yang serius, bidan memerlukan konsultasi
atau kolaborasi dengan dokter. Dalam kondisi tertentu seorang wanita
mungkin juga akan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter
atau tim kesehatan lain seperti pekerja sosial, ahli gizi atau seorang ahli
perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini bidan harus mampu
mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa
konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat. dalam manajemen asuhan
kebidanan. Kaji ulang apakah tindakan segera ini benar-benar dibutuhkan.
e. Langkah 5: Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan
oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat
dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang
sudah terindentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang
berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita
tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah
dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada
masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi-kultural atau
masalah psikologis. Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut
sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan setiap aspek asuhan
kesehatan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua pihak,
yaitu oleh bidan dank lien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena
klien juga akan melaksanakan rencana asuhan bersama klien kemudian
membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.
Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini
harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori
yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan
dilakukan klien.
f. Langkah 6: Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman.
Perencanaan ini bias dilakukan seluruh oleh bidan atau sebagian lagi oleh
klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak
melakukannya sen diri, ia tetap memikul tanggungjawab untuk
mengarahkan pelaksanaannya, misalnya memastikan langkah-langkah
tersebut benar-benar terlaksana.
Dalam situasi ketika bidan berkolaborasi dengan dokter untuk
menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan
dalam manajemen asuhan bagi klien adalah tetap bertanggungjawab
terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut.
Manajemen yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta
meningkatkan mutu dan asuhan klien. Kaji ulang apakah semua rencana
asuha telah dilaksanakan.
g. Langkah 7: Mengevaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi kefektifan dari asuhan
yang su dah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan
apakah benar benar telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasi dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dapat
dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya.
Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif
sedangkan sebagian belum efektif. Mengingat bahwa proses manajemen
asuhan ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan maka perlu
mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui
manajemen tidak efektif serta melakukan penyusaian terhadap rencana
asuhan tersebut.
Langkah-langkah proses manajemen umumnya merupakan peng
kajian yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan
serta berorientasi pada proses klinis, karena proses manajemen tersebut ber
langsung di dalam situasi klinik dan dua langkah terakhir tergantung pada
klien dan situasi klinik, maka tidak mungkin proses manajemen ini dievalu
asi dalam tulisan saja.
3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Dengan SOAP
Menurut Asih dan Risneni (2016), pendokumentasian asuhan kebidanan dengan
SOAP, yaitu:
1) Subyektif
Pengkajian yang diperoleh dengan anamnesis, berhubungan dengan masalah
dari sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan
keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan
berhubungan langsung dengan diagnosis.
2) Obyektif
Data berasal dari observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien,
pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan diagnostik lainnya.
3) Assesment
Pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan) dari data
subyektif dan obyektif.
4) Planning
Perencanaan dibuat saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan akan
disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data yang bertujuan untuk
mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan
mempertahankan kesejahteraan pasien
I. Pengkajian
Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk nilai kepada pasien secara
keseluruhan, antara lain:
1. Identitas Pasien
a. Nama
Nama merupakan identitas khusus yang membedakan seseorang dengan
orang lain.Hendaknya klien dipanggil sesuai dengan nama panggilan yang
biasa baginya atau yang disukainya agar ia merasa nyaman serta lebih
mendekatkan hubungan interpersonal bidan dengan klien.(Widatiningsih,
2017)
b. Umur
Umur dicatat dalam hitungan tahun (Sukini dan Rofi’ah 2016).
Faktor umur merupakan faktor risiko kejadian anemia pada ibu hamil.
Umur seorang ibu berkaitan dengan alat – alat reproduksi wanita. Umur
reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20 – 35 tahun. Kehamilan
diusia < 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat menyebabkan anemia karena
pada kehamilan diusia < 20 tahun secara biologis belum optimal emosinya
cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami
keguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap
pemenuhan kebutuhan zat – zat gizi selama kehamilannya. Sedangkan pada
usia > 35 tahun terkait dengan kemunduran dan penurunan daya tahan
tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa diusia ini. Hasil
penelitian didapatkan bahwa umur ibu pada saat hamil sangat berpengaruh
terhadap kajadian anemia (Amirrudin dan Wahyuddin, 2014).
c. Pendidikan
Pendidikan klien ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektualnya.
Tingkat pendidikan
Pendidikan merupakan suatu proses melalui pengajaran atau pelatihan yang
mampu meningkatkan perkembangan mentak, emosional dan intelektual
individu. Dengan tingginya pendidikan, ibu hamil akan lebih mudah
menghadapi dan mengatasi setiap perubahan psikologis maupun fisiologis
selama kehamilan karena tingginya pemahaman terhadap informasi
kesehatan yang didapat serta akan meningkatkan juga keinginan dalam
melakukan pemeriksaan kehamilan demi kesehatan ibu dan bayi dalam
kandungan.(Sari Priyanti et al., 2020)
d. Agama
Agama ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap
kebiaasan kesehatan klien. Dengan diketajui agama klien akan
memudahkan bidan melakukan pendekatan di dalam melaksanakan asuhan
kebidanan (Sukini dan Rofi’ah 2016).
e. Pekerjaan
Pekerjaan klien ditank=yakan untuk mengetajui kemungkinan pengaruh
pekerjaan terhadap permasalahan kesehatan pasien. (Sukini dan Rofi’ah
2016)
Pekerjaan memiliki hubungan yang signifikan dengan kehamilan risiko
tinggi karena ibu hamil yang bekerja lebih memfokuskan waktunya pada
rutinitas pekerjaan sehingga waktu yang seharusnya digunakan untuk
beristirahat akan terbatas. Hal tersebut tentu membuat ibu lebih mudah
lelah dan kurang istirahat. Psikologi ibu juga akan terpengaruh oleh tekanan
yang ada di dalam pekerjaan. Keadaan itu tentu mempengaruhi kondisi
kehamilan ibu dan memberikan dampak buruk, seperti abortus atau
perdarahan saat hamil. Oleh karena itu, istirahat yang cukup dan pikiran
yang tenang sangat dibutuhkan untuk menjaga kesehatan ibu dan janinnya
selama kehamilan. (Fitrianingsih, et al. 2019)
f. Suku bangsa
Praktik budaya suku bangsa tertentu pada masa hamil jika tidak dapat
dilakukan terkadang menimbulkan distress dan kekhawatiran yang perlu
mendapatkan perhatian dari bidan.Misalnya untuk suku bangsa jawa ada
upacara empat bulan kehamilan.Tujuh bulan dan sebagainya.
(Widatiningsih, 2017)

g. Alamat
Alamat ditanyakan untuk maksud mempermudah hubungan bila diperlukan
keadaan mendesak. Dengan mengetahui alamat, bidan juga dapat
mengetaui tempat tinggal dan lingkungannya (Sukini dan Rofi’ah 2016).
Memberi gambaran mengenai jarak dan waktu yang ditempuh pasien
menuju pelayanan kesehatan,serta mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan.(Widatiningsih, 2017)

II. Data Subyektif


a. Alasan datang
Hal hal yang mendasari kedatangan ibu hamil sesuai dengan ungkapan ibu.
(Widatiningsih, 2017)
b. Keluhan utama
Hal ini dikaji untuk mengetahui apa saja yang dikeluhkan ibu yang
berkaitan dengan kehamilannya. Misalnya: konstipasi, peningkatan
frekuensi berkemih, kram tungkai, nyeri punggung bawah, hemoroid, sesak
nafas, kesemutan/baal. Kemudian dari keluhan utama kemudian
dikembangkan menjadi riwayat kehamilan sekarang. (Widatiningsing, 2017)
c. Riwayat Kesehatan
Untuk mengetahui karakteristik personal, riwayat penyakit
menular/keturunan dan riwayat pengobatan (Khairoh & Arka, 2019)
Riwayat kesehatan meliputi :
1. Penyakit menular
a) Hepatitis
Hepatitis dapat terjadi pada setiap wanita atau pasangan dan
mempunyai pengaruh buruk bagi janin dan ibu saat terjadi
kehamilan. Pengaruhnya dalam kehamilan dapat dalam bentuk
keguguran atau persalinan prematuritas dan kematian janin dalam
rahim. (Prawiroharjo, 2014).
b) TBC
Sikap bidan dalam menangani kehamilan dengan penyakit
tuberculosis paru sebaiknya adalah melakukan konsultasi ke dokter
untuk memastikan penyakitnya. (Marmi, 2017)
Gejala TBC pada ibu hamil sama seperti gejala TBC pada
umumnya, yaitu batuk lebih dari 2 minggu atau batuk berdarah,
demam, lemah, lesu, sesak napas, keringat malam, nyeri dada dan
nafsu makan menurun. Akibat TBC saat kehamilan sendiri antara
lain:
1) Keguguran
2) Berat janin kurang di dalam kandungan
3) Persalinan premature, terutama jika telat terdiagnosis, dapat
meningkatkan kemungkinan terjadinya persalinan prematur 9x
lipat
4) Kemungkinan kematian janin dan ibu meningkat 4x lipat
5) Bayi lahir dengan berat lahir rendah
6) TBC Kongenital

Meskipun jarang terjadi, TBC kongenital pada bayi (bayi sejak lahir
terkena TBC) memiliki angka kematian yang cukup tinggi. TBC
kongenital terjadi akibat penyebaran infeksi melalui aliran darah ibu
ke janin atau akibat tertelannya cairan ketuban yang terinfeksi.
(https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3406366/apa-
akibatnya-jika-ibu-hamil-kena-tbc#:~:text=TBC%20kongenital
%20terjadi%20akibat%20penyebaran,terkena%20TBC%2C
%20harus%20diberi%20pengobatan. diakses pada 8 April 2022
pukul 13.10 WIB)

c) HIV
Pada kehamilan dengan ibu yang mengidap HIV, janin akan
menjadi sangat rentan terhadap penularan selama proses
kehamilannya.Virus HIV kemungkinan besar akan ditransfer
melalui plasenta ke dalam tubuh bayi. (Sulistyawati, 2013)
2. Penyakit menurun
1) Jantung
Pada kehamilan terdapat resiko gagal jantung, aritmia dan
tromboembolisme , beberapa ahli menyarankan pemberian aspirin
dosis rendah untuk menurunkan resiko tersebut. (Judy,EGC, 2018:
99).Pada kehamilan akan mempengaruhi terjadinya abortus,
prematuritas, dismaturitas, IUFD, dan mortalitas maternal.
2) Hipertensi
Hipertensi merupakan kondisi medis yang paling sering
mempengaruhi wanita usia subur ( Powrie,2008 dalam (Judy,EGC,
2018: 191).
Hipertensi pada kehamilan dapat menyebabkan preeklamsia,
eklamsia, perdarahan, kelainan premature, IUGR (Intrauterine
Growth Restriction), gawat janin, dan IUFD (Intrauterine Fetal
Death).
Apabila dalam kehamilan disertai dengan proteinuria dan oedema
maka di sebut pre eklamsia yang tidak murni atau superimposed pre-
eklamsia. Penyebab utama hipertensi esensial dan penyakit ginjal.
(Marmi, 2017)
3) Asma
Asma merupakan penyakit keturunan. Asma juga dapat bertambah
atau berkurang dalam kehamilan. Ibu yang mengalami sesak napas
maka janin akan kekurangan oksigen (hipoksia in utero) yang akan
mengakibatkan terhambatnya perkembangan janin.
Asma pada kehamilan dapat menyebabkan abortus, BBLR,
premature, dan IUFD. (Gardenia, 2012)
4) Diabetes Mellitus
Diabetes disebabkan oleh tidak adanya atau terbatasnya insulin yang
meriupakan hormon penting untuk metabolisme karbohidrat.
(Judy,EGC, 2018: 3).
Diabetes yang dialami oleh ibu hamil dapat berupa :
a) DM tipe 1 ( Insuline Dependency-DM) dan tipe 2 ( Non
IDDM). Keduanya jika dialami ibu sejak sebelum hamil
sering disebut pregestasional DM
b) Tipe spesifik lainnya (akibat infeksi, obat)
c) Gestasional diabetes
d) Pengaruh DM terhadap kehamilan tergantung pada baik
tidaknya kontrol glikemia/gula darah (Widatiningsih, 2017)

Pengaruh DM pada kehamilan yaitu kelainan kongenital, partus


prematurus, hidramnion, makrosomia, kelainan letak, dan
insufisiensi plasenta.

d. Riwayat kesehatan keluarga


Untuk mengetahui adanya resiko penyakit menular/keturunan dan kelainan-
kelainan genetic. Jika ada anggota dalam keluarga yang menderita penyakit
yang bersifat menurun seperti hipertensi, penyakit jantung, diabetes,
kelainan/cacat bawaan, penyakit jiwa, kembar, preeklamsi-eklamsi pada
ibu/kakak/adik kandung, maka klien akan berpotensi mengalaminya
sehingga membahayakan kehamilan. Begitu juga jika ada anggota keluarga
yang menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis, typhoid, herpes
maka akan berisiko menularkannya pada ibu hamil. Selain itu jika suami
menderita penyakit kelamin seperti sifilis, GO, HIV/AIDS dapat menular ke
klien dan membahayakan kehamilan ini.(Khairoh & Arka, 2019)
e. Riwayat Obstetri
Menurut (Sulistyawati, 2013) riwayat obstetri meliputi :
1) Riwayat Haid
a) Menarche
Menarche adalah usia pertama kali mengalami menstruasi. Wanita
Indonesia umumnya mengalami menarche sekitar usia 12 tahun
sampai 16 tahun.
b) Siklus
Siklus menstruasi adalah jarak antara menstruasi yang dialami
dengan menstruasi berikutnya,dalam hitungan hari.Biasanya sekitar
23 sampai 32 hari.
c) Volume
Jawaban yag diberikan oleh pasien biasanya bersifat subjektif,
namun kita dapat kaji lebih dalam lagi dengan beberapa pertanyaan
pendukung, misalnya sampai berapa kali mengganti pembalut dalam
sehari.
d) Keluhan
Beberapa wanita menyampaikan keluhan yang dirasakan ketika
mengalami menstruasi, misalnya nyeri hebat, sakit kepala sampai
pingsan atau jumlah darah yang banyak
f. Riwayat kehamilan sekarang
1) Status paritas
Paritas menunjukkan jumlah kehamilan yang pernah dialami dan
memberikan pengalaman ibu dalam menghadapi kehamilan.(Sari
Priyanti et al., 2020)
Paritas adalah keadaan wanita berkaitan dengan jumlah anak yang
dilahirkan. Paritas anak kedua dan anak ketiga merupakan paritas paling
aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Persalinan pertama atau
lebih dari tiga mempunyai dampak buruk terhadap ibu dan janinnya.
Setelah tiga kali persalinan, ibu berisiko melahirkan bayi cacat atau bayi
berat lahir rendah. Pada paritas tinggi lebih dari tiga, mempunyai angka
kematian maternal lebih tinggi. (Julina et. al. 2019)
2) Hari pertama haid terakhir (HPHT)
Hari pertama haid terakhir (HPHT) sangat penting untuk dikaji agar
dapat menentukan umur kehamilan dan perkiraan tanggal persalinan,
mengetahui usia kehamilan sangat berguna untuk memantau
perkembangan kehamilan sesuai dengan usia kehamilan sedangkan
taksiran persalinan berguna untuk menentukan apakah pada saat
persalinan kehamilan dalam keadaan aterm, preterm atau posterm
(Khairoh & Arka, 2019)
3) Taksiran persalinan
Untuk menentukan taksiran persalinan dengan memakai rumus neagele.
Rumus neagele dihitung berdasarkan asumsi bahwa usia kehamilan
normal adalah 266 hari sejak ovulasi (38 minggu/ 9 bulan 7 hari).
(Khairoh & Arka, 2019)
4) Usia Kehamilan
Kehamilan aterm (cukup bulan) merupakan kehamilan dengan masa
gestasi 37-42 minggu. (Prawirohardjo, 2014)
5) Gerakan janin
Gerakan janin pertama kali ditanyakan untuk mengetahui gerak janin
yang pertama kali dirasakan ibu pada usia kehamilan berapa dan
mengetahui maslaah yang mungkin terjadi pada janin. (Khairoh & Arka,
2019)
6) Kekhawatiran
Melakukan pengkajian terhadap keluhan yang dirasakan selama hamil
agar dapat diberikan penatalaksanaan untik mengurangi keluhan dan
mencegah agar keluhan tidak sampai menjadi komplikasi. (Khairoh &
Arka, 2019)
7) Status imunisasi TT
Pemberian imunisasi tetanus toksoid untuk mencegah terjadinya tetanus
neonatorum. Ibu hamil skrining status imunisasi TT pada saat kontak
pertama ANC. Pemberian disesuaikan dengan status imunisasi ibu, jika
belum pernah atau ragu mendapat imunisasi diberikan sebanyak 2 kali
dengan interval pemberian minimal 1 bulan, jika pernah mendapatkan
imunisasi sebanyak 2 kali pemberian pada kehamilan sebelumnya atau
pada saat calon pengantin, maka hanya diberikan 1 kali. (Khairoh &
Arka, 2019)
8) Obat-obatan
Obat-obatan yang dikonsumsi selama hamil untuk mengetahui paparan
penyakit yang dialami selama/sejak hamil untuk mengetahui efek yang
dapat ditimbulkan dari masalah tersebut pada kehamilan. (Khairoh &
Arka, 2019)
g. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu
1) Kehamilan, adakah gangguan seperti perdarahan, muntah yang sangat
(sering), toxaemia gravidarum.
2) Persalinan, spontan atau buatan, aterm atau prematur, perdarahan,
ditolong oleh siapa (bidan, dokter).
3) Nifas, adakah panas atau perdarahan,bagaimana laktasi.
4) Anak, jenis kelamin, hidup atau tidak, kalau meninggal umur berapa dan
sebabnya meninggal, berat badan waktu lahir. (Marmi, 2017)
h. Riwayat KB
Riwayat kontrasepsi diperlukan karena kontrasepsi hormonal dapat
mempengaruhi tanggal perkiraan lahir,karena penggunaan metode lain dapat
membantu menanggali kehamilan.(Marmi, 2017)
i. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
1) Pola Nutrisi
Ini penting untuk diketahui supaya kita mendapatkan gambaran
bagaimana pasien mencukupi asupan gizinya selama hamil. Kita bisa
menggali dari pasien tentang makanan yang disukai dan yang tidak
disukai,seberapa banyak dan sering ia mengonsumsinya. Kita juga harus
dapat memperoleh data dari kebiasaan pasien dalam memenuhi
kebutuhan cairan. (Sulistyawati, 2013)

Kebutuhan Zat
Tidak Hamil
Makanan Hamil

Kalori 2000 kal 2300 kal

Protein 55 gr 65 gr

Kalsium 0,5 gr 1 gr

Zat Besi 12 gr 17 gr

Vitamin A 5000 IU 6000 IU


Vitamin D 400 IU 600 IU

Thiamin 0,8 mg 1 mg

Riboflavin 1,2 mg 1,3 mg

Niasin 15 mg 15 mg

Vitamin C 60 mg 90 mg

(Gardenia, 2012)
2) Pola Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar
meliputi frekuensi, jumlah konsistensi, dan bau serta kebiasaan
buang air kecil meliputi frekuensi, warna dan jumlah. (Sulistyawati,
2013)
3) Pola istirahat dan tidur
Dikaji untuk mengetahui pola istirahat dan tidur pasien, berapa lama
kebiasaan tidur siang dan tidur malam hari. (Sulistyawati, 2013)
4) Pola Seksual
Menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas seksual, melalui
pertanyaan tentang frekuensi aktivitas seksual, berapa kali melakukan
hubungan seksual dalam seminggu, serta gangguan aktivitas seksual,
apakah pasien mengalami gangguan ketika melakukan hubungan
seksual, misalnya nyeri saat berhubungan, adanya ketidakpuasan dengan
suami, kurangnya keinginan untuk melakukan hubungan dan lain
sebagainya. (Sulistyawati, 2013)
5) Pola hygiene
Data ini perlu dikaji karena bagaimanapun juga hal ini akan
memengaruhi kesehatan pasien. Jika pasien mempunyai kebiasaan yang
kurang baik dalam perawatan kebersihan dirinya.Meliputi
mandi,keramas,ganti baju dan celana dalam,kebersihan kuku maka akan
mengganggu kesehatannya (Sulistyawati, 2013)
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Cangöl dalam Sevil didapatkan
bahwa frekuensi infeksi genital pada orang yang melakukan praktik
personal hygiene genitalia dengan benar adalah 35,1%, sedangkan orang
yang tidak melakukan personal hygiene genitalia dengan benar sejumlah
38,1%. Aktivitas sehari-hari menyebabkan pengeluaran keringat yang
akan menempel pada kulit. Kulit yang bercampur keringat dan kotoran
menyebabkan daerah genitalia menjadi lembab, jika tidak menjaga
kebersihan genitalia dengan benar, maka jamur dan bakteri yang berada
di daerah genitalia akan tumbuh subur sehingga menyebabkan rasa gatal
dan infeksi pada daerah tersebut. Tanda dan gejalayang ditimbulkan
akibat berkembangnya bakteri yang menginfeksi saluran kemih antara
lain seperti gatal, iritasi, bau, nyeri dan sering berkemih. Bakteri dapat
masuk ke uretra dan menyebabkan infeksi pada organ urogenital. Infeksi
tersebut antara lain adalah infeksi saluran kemih (ISK), balanitis dan
phimosis atau paraphimosis. Bakteri yang ada di uretra dapat naik ke
dalam ginjal melalui ureter kemudian kandung kemih sehingga
menyebabkan infeksi saluran kemih atas. ISK atas lebih berbahaya
dibandingkan dengan ISK bawah karena bakteri telah menginfeksi ginjal
sehingga bakteri dapat masuk ke dalam sistem sirkulasi darah. Bakteri
yang masuk ke dalam sistem sirkulasi darah merupakan faktor
predisposisi terjadinya gagal ginjal kronik yang disebabkan oleh ISK.
(Wahyuningtyas, 2016)
j. Data Psikososial dan Spiritual
Meliputi riwayat perkawinan,kehamilan ini diharapkan atau tidak oleh ibu
dan suami,serta respon dan dukungan keluarga terhadap kehamilan
ini,mekanisme koping,ibu tinggal serumah dengan siapa saja,pengambil
keputusan utama dalam keluarga,yang menemani ibu selama ANC, adat
istiadat yang berkaitan dengan kehamilan, rencana tempat dan penolong
persalinan,praktik agama yang berhubungan dengan kehamilan,tingkat
pengetahuan ibu. (Widatiningsih, 2017)

III. DATA OBYEKTIF


1. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada kunjungan awal prenatal difokuskan untuk
mengidentifikasi kelainan yang sering mengontribusi morbiditas dan
mortalitas dan untuk mengidentifikasi gambaran tubuh yang menunjukkan
gangguan genetik. Pemeriksaan harus mencakup penetapan tinggi badan
dan berat badan,tekanan darah,nadi dan pemeriksaan kulit, kelenjar tiroid,
jantung, paru- paru,payudara,ekstremitas dan abdomen,serta pemeriksaan
pelvis.(Marmi, 2017)
a. Pemeriksaan Umum:
1) Keadaan umum
Untuk mengetahui hal ini, cukup dengan mengamati keadaan pasien
secara keseluruhan. (Sulistyawati, 2013)
2) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita dapat
melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari keadaan
komposmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan koma (pasien
tidak dalam keadaan sadar). (Sulistyawati, 2013)
3) Berat badan
Berat badan ditimbang pada kunjungan awal untuk membuat
rekomendasi penambahan berat badan pada wanita hamil dan untuk
membatasi kelebihan atau kekurangan berat. (Marmi, 2011)
4) TB
Tubuh yang pendek dapat menjadi indikator gangguan genetik.
Karena tinggi badan yang sering kali tidak diketahui dan tinggi
badan berubah seiring peningkatan usia wanita,tinggi badan harus
diukur pada saat kunjungan awal. (Marmi, 2017)
5) Indeks Massa Tubuh (IMT)
Status gizi dapat ditentukan dengan pengukuran IMT. Indeks Masa
Tubuh (IMT) merupakan proporsi standar berat badan (BB)
terhadap tinggi badan (TB).
6) LILA
Standar minimal untuk ukuran lingkar lengan atas pada wanita
dewasa atau usia reproduksi adalah 23,5 cm. Jika ukuran lingkar
lengan atas kurang dari 23,5cm maka interprestasinya adalah kurang
energy kronis (KEK). (Widatiningsih, 2017)
7) Tanda Vital
a. Tekanan darah
Tekanan darah memiliki dua komponen yaitu sistolik dan
diastolik. Pada waktu ventrikel berkonstraksi, darah akan
dipompakan ke seluruh tubuh, tekanan aliran darah pada
kontraksi disebut tekanan darah sistolik. Pada saat ventrikel
sedang rileks, darah dari atrium masuk ke ventrikel, tekanan
aliran darah pada waktu ventrikel sedang rileks disebut tekanan
darah diastolik. Tekanan darah diukur dengan alat pengukur
tekanan darah yang disebut dengan Tensimeter. Diukur untuk
mengetahui kemungkinan terjadi hipertensi,yaitu bila tekanan
darahnya lebih dari 140 atau 190 mmHg. (Marmi, 2017)
b. Nadi
Denyut nadi maternal sedikit meningkat selama hamil, tetapi
jarang melebihi 100 denyut permenit (dpm). Curigai
hipotiroidisme jika denyut nadi lebih dari 100 dpm. Periksa
adanya eksoflatmia dan hiperrefleksia yang menyerai. (Marmi,
2017)
c. Suhu
Peningkatan suhu menunjukkan proses infeksi atau dehidrasi.
(Widatiningsih, 2017)
Suhu tubuh normal 36-37,5oC. (Marmi, 2017)
d. Respirasi
Wanita hamil nernapas lebih cepat dan lebih dalam karena
memerlukan lebih banyak oksigen untuk janin dan untuk
dirinya. (Widatiningsih, 2017)
Untuk mengetahui fungsi sistem pernafasan,normalnya 16-24
x/menit. (Marmi, 2017)
2. Status Present
Menurut (Khairoh & Arka, 2019) pemeriksaan tidak hanya dilakukan secara
pandang tetapi sekaligus dengan rabaan, pemeriksaan diawali dari:
1) Wajah
Perhatikan adanya pembengkakan pada wajah. Apabila terdapat
pembengkakan atau edemadi wajah, perhatikan juga adanya
pembengkakan pada tanga dan kaki, apabila ditekan menggunakan jari
akan berbekas cekungan yang lambat kembali seperti semula. Apabila
bengkak terjadi pada wajah, tangan dan kaki merupakan pertanda
terjadinya pre eklampsia
2) Mata
Periksa perubahan warna konjungtiva mata. Konjungtiva yang pucat
menandakan ibu menderita anemia sehingga harus dilakukan
penanganan lebih lanjut. Pada pemeriksaan mata juga lihat warna sclera,
apabila sclera berwarna kekuningan curigai bahwa ibu memliliki riwayat
penyakit hepatitis
3) Mulut dan gigi
Ibu hamil mengalami perubahan hormone baik itu progesterone maupun
estrogen. Dampak dari perubahan hormone kehamilan itu dapat
mempengaruhi kesehatan mulut dan gigi.
4) Leher
Periksa adanya pembengkakan pada leher yang biasanya disebabkan
oleh pembengkakan kelenjar tiroid dan apabila ada pembesarab pada
vena jugularis curigai bahwa ibu memiliki penyakit jantung.
5) Ekstremitas
Pemeriksaan ekstremitas meliputi pemeriksaan tangan dan kaki untuk
mengetahui adanya pembengkakan/edema sebagai indikasi dari
preeklamsia
6) Payudara
Perhatikan kesimetrisan bentuk payudara, bentuk putting payudara
menonjol atau mendatar, apabila putting payudara mendatar, berikan ibu
konseling melakukan perawatan payudara agar puing payudara
menonjol. Kemudian perhatikan adanya bekas operasi dan lakukan
palpasi untuk mengetahui adanya benjolan yang abnormal dan nyeri
tekan dimulai dari daerah axilla sampai seluruh bagian payudara.
Periksa adanya pengeluaran colostrum/cairan lain. Pemeriksaan
payudara ini bertujuan untuk mempersiapkan ibu dalam menyusui bayi.
7) Abdomen
Pembesaran abdomen yang tidak sesuai usia kehamilan ialah faktor
resiko terjadinya kehamilan dengan mola hidatidosa, kehamilan kembar,
polihidramnion
3. Status Obstetrik
a.) Inspeksi
1) Muka
Kloasma gravidarum,keadaan selaput mata pucat atau merah,adakah
oedema pada muka,bagaimana keadaan lidah,gigi.
2) Leher
Apakah vena terbendung di leher (misalnya pada penyalit jantung),
apakah kelenjar gondok membesar atau kelenjar limfe membengkak.
3) Dada
Bentuk payudara,pigmentasi putting susu, dan gelanggang
susu,keadaan putting susu,adakah colostrum.
4) Perut
Perut membesar ke depan atau ke samping (pada ascites misalnya
membesar ke samping), keadaan pusat, pigmentasi di linea alba,
nampakkan gerakan anak atau striae gravidarum atau bekas luka.
5) Vulva
Keadaan perinium, carilah varises, tanda chadwick, condyloma,
flour. (Marmi, 2017)
4. Palpasi
Menuut (Marmi, 2017) maksud pemeriksaan raba ialah untuk menentukan:
a. Besarnya rahim dan dengan ini menentukan umur kehamilan.
b. Menentukan letaknya anak dalam rahim.
c. Selain dari pada itu harus diraba apakah ada tumor-tumor lain dalam
rongga perut,kista,myoma,pembesaran limpa
d. Cara melalukan palpasi ialah menurut leopold yang terdiri atas 4 bagian:

Leopold I : digunakan untuk menentukan usia kehamilan


dan bagian apa yang ada dalam fundus

Leopold II : dilakukan untuk menentukan letak punggung


janin dan bagian-bagian kecil janin.

Leopold III : digunakan untuk menentukan bagian apa yang


terdapat dibagian bawah dan apakah bagian
bawah anak sudah atau belum terpegang oleh
pintu atas panggul.

Leopold IV : digunakan untuk menentukan apa yang


menjadi bagian bawah dan seberapa
masuknya bagian bawah tersebut kedalam
rongga panggul.

5. Tinggi Fundus Uteri


TFU merupakan salah satu pemantauan dalam kehamilan. Pengukuran TFU
diatas simfisis dipakai untuk mengukur kemajuan perkembangan janin
dalam kandungan. Dengan TFU dapat memperkirakan umur kehamilan,
dapat mengetahui resiko tinggi. TFU yang tetap atau bahkan menurun dapat
mendeteksi retardasi pertumbuhan intra uteri, peningkatan yang lebih bisa
saji adanya kehamilan gemeli atau hidramnion. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pengukuran TFU memegang peranan penting dalam
pemeriksaan kehamilan dan penting untuk dipelajari dan dikuasai seorang
kebidanan. (Sari, 2018)
6. Taksiran Berat Janin
Taksiran berat janin dianggap penting pada masa kehamilan karena
pertumbuhan janin intrauterine berlangsung tidak konstan, yaitu
berlangsung cepat pada awal masa kemudian melambat seiring
bertambahnya usia kehamilan dan berhubungan dengan meningkatnya
risiko terjadinya komplikasi selama persalinan pada ibu dan bayi seperti
berat lahir rendah atau berat lahir berlebih. (Hidayah & Khusna, 2015)

7. Pemeriksaan penunjang
Menurut (Yuliani, 2021), pemeriksaan penunjang masa kehamilan meliputi.
a. Haemoglobin
Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb) yang dilakukan minimal satu
kali pada trimester pertama dan satu kali pada trimester ketiga untuk
mengetahui keadaan ibu hamil anemia atau tidak. Jika pada usia 21
bulan ibu hamil mengalami anemia, hal ini dapat memengaruhi proses
tumbuh kembang janin
b. Golongan darah
Pemeriksaan golongan darah untuk mengetahui jenis golongon darah ibu
dalam rangka mempersiapkan calon pendonor jika diperlukan pada saat
situasi gawat darurat
c. Kadar gula darah
Pemeriksaan kadar ula darah selama kehamilan jika dicurigai menderita
diabetes mellitus. Minimal pemeriksaan dilakukan satu kali pada
trimester pertama, satu kali pada trimester kedua dan satu kali pada
akhir trimester ketiga
d. Protein urin
Pemeriksaan protein urin pada trimester kedua dan ketioga sesuai
indikasi untuk mengtahui adanya protein uria pada ibu hamil sebagai
indicator preeklamsia pada ibu hamil
e. Sifilis
Pemeriksaan tes sifilis yang dilakukan sedini mungkin di daerah yang
memiliki resiko tinggi serta di tujukan pada ibu hamil yang di duga
terkena resiko.

IV. ANALISA
Merupakan pendokumentasian hasil analisis dan intrepretasi (kesimpulan) dari
data subjektif dan objektif.
a. Diagnosis Kebidanan
Dalam bagian ini yang disimpilkan oleh bidan antara lain sebagai berikut
1) Paritas
Paritas adalah riwayat reproduksiseorang wanita yang berkaitan dengan
kehamilannya (jumlah kehamilannya). Contoh cara penulisan paritas
dalam interpretasi data sebagai berikut :
2) Primigravida : G1P0A0
G1 (gravida 1) atau hamil yang pertama kali
P0 (partus 0) berarti belum pernah partus atau melahirkan
A0 (abortus 0) berarti belum pernah mengalami abortus
3) Multigravida : G3P1A1
G3(gravida 3) atau ini adalah kehamilannya yang ketiga
P1 (partus 1)atau sudah pernah mengalami persalinan satu kali
A1(abortus 1) atau sudah pernah mengalami abortus satu kali
4) Usia Kehamilan dalam minggu
5) Keadaan janin
6) Normal atau tidak normal
b. Masalah
Masalah tidak dapat didefinisikan sebagai diagnosis, tetapi tetap perlu
dipertimbangkan untuk membuat rencana yang menyeluruh. Masalah sering
berhubungan dengan bagaimana wanita itu mengalami kenyataan terhadap
diagnosis. (Sulistyawati, 2013).
c. Diagnosa Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah yang lain juga.Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan,sambil terus
mengamati kondisi klien. (Sulistyawati, 2013)
V. PERENCANAAN
Pelaksanaan asuhan yang dilakukan sesuai dengan apa yang sudah
teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan, dari
kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut, apa yang akan terjadi
berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu
merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi,
kultural, atau masalah psikologis. Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita
tersebut harus mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspekasuhan
kesehatan. (Sulistyawati, 2013)
Secara umum asuhan yang dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan dengan bahasa yang mudah dimengerti
2. Memberikan KIE mengenai bagaimana cara mengatasi ketidaknyamanan
TM III.
3. Menjelaskan mengenai resiko tinggi hamil dan nutrisi yang baik bagi ibu
hamil dan janin.
4. Menganjurkan ibu untuk melakukan Kegel Exercise untuk mengatasi
sering kencing.
5. Memberikan KIE terhadap masalah yang mungkin timbul pada masa
kehamilan, yaitu Sering pusing; Kaki dan wajah bengkak pada kehamilan
tua; Sulit BAB pada kehamilan tua; BB tidak naik; Perut terlalu besar
dibandingkan usia kehamilan; Gerakan janin kurang; Perut terlalu kecil
dibanding usia kehamilan; Sering nyeri pinggang; Nyeri perut bagian
bawah sampai keselangkangan; Mudah capek / lelah; Kram pada kaki;
Tangan kesemutan; Sering naik asam lambung; Flek-flek pada
kehamilan; Sakit punggung; Puting susu mengeluarkan cairan;
Pendarahan; Keputihan; Sering Buang Air Kecil (BAK); Rasa terbakar
saat BAK; Sulit tidur; Sesak nafas; Sembelit; Mulas; Payudara mengeras;
Peningkatan berat janin lambat; Nyeri perut bagian bawah; Sesak nafas;
Wasir; Sering sakit kepala; Dada terasa panas; Tidak bisa menahan
kencing; Mimisan; Rasa gatal hebat; Adanya stretch mark; Sensitif;
Nyeri perut; Penglihatan kabur; Kontraksi pada usia kehamilan muda;
Panas pada lambung; Gusi mudah berdarah; Sering sendawa, buang
angin; Sering kembung dan maag; Rasa kepanasan; Enggan berhubungan
seks saat hamil;Gigi ngilu; Gigi berlubang; Hamil terdeteksi janin dengan
kelainan (kelainan kongenital, Down Syndrom, dll); Hamil di usia tua;
Hamil dengan riwayat pernah melakukan kuret; Nyeri perut hebat; Tidak
menyukai bau-bauan tertentu; Pemeriksaan kehamilan rutin; Hanya ingin
makan makanan tertentu (KEPMENKES 320 Th 2020)
6. Memberikan KIE tentang perubahan psikologis ibu Trimester III, yaitu
ibu merasa khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu-waktu. Ini
menyebabkan ibu meningkatkan kewaspadaan akan timbulnya tanda dan
gejalanya persalinan. Perasaan khawatir dan takut kalau bayinya akan
dilahirkan tidak normal lebih sering muncul. seorang ibu akan takut akan
rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu melahirkan.
(Widatiningsih, 2017)
7. Memberikan KIE tentang persiapan persalinan dan laktasi, yaitu senam
hamil dan perawatan payudara.
8. Keterampilan yang harus dimiliki bidan dalam praktik asuhan kehamilan
menurut KEPMENKES 320 Th 2020, yaitu pemeriksaan fisik terfokus
pada ibu hamil, inspeksi abdomen, penilaian pembesaran uterus normal
selama kehamilan, melakukan palpasi abdomen dalam pemeriksaan
kehamilan, mengidentifikasi masalah pada payudara pada masa hamil,
perawatan payudara, pemeriksaan denyut jantung janin stetoskop dan
doppler, pemeriksaan perkusi pada ekstremitas, penghitungan usia
kehamilan, periksa dalam saat hamil, identifikasi status TT 4,
penghitungan tafsiran berat janin, mengisi buku kesehatan ibu dan anak
(KIA), pemberian suplemen vitamin dan mineral, penentuan status gizi
ibu hamil, edukasi nutrisi pada ibu hamil,pemberian makanan tambahan
pada ibu hamil kurang energi kronik (KEK), memfasilitasi senam hamil,
konseling adaptasi kehamilan, konseling perencanaan persalinan dan
pencegahan komplikasi, konseling keluarga berencana, pemberian
pendidikan kesehatan pada perempuan, keluarga dan masyarakat tentang
perkembangan kehamilan, gejala dan tanda bahaya serta tindakan yang
dilakukan ketika terdapat tanda bahaya, pemberian pendidikan kesehatan
pada ibu dan keluarga untuk persiapan persalinan dan kelahiran,
penggunaan cardiotocography (CTG), interprestasi hasil
cardiotocography (CTG) amniosintesis, edukasi hasil pemeriksaan
penunjang pada masa hamil. skrining kehamilan risiko tinggi, konseling
pada ibu hamil yang berisiko, KIE tanda bahaya kehamilan, identifikasi
kehamilan dengan kelainan, tatalaksana awal pada ibu hamil dengan
penyakit sistemik, tatalaksana pada ibu hamil dengan penyakit infeksi,
tatalaksana pada kehamilan dengan penyulit obstetrik (hiperemesis
gravidarum, hipertensi, infeksi), tatalaksana awal kasus kegawatdaruratan
pada kehamilan (kehamilan ektopik terganggu, mola hidatidosa, abortus
imminen, solutio placenta, placenta previa, preeklamsi, kejang, henti
nafas, penurunan kesadaran, syok, henti jantung), skrining gangguan
psikologis ibu hamil, tatalaksana gangguan psikologis pada ibu hamil
pemberian suplemen vitamin dan mineral, tatalaksana awal kelainan
letak, presentasi dan kehamilan ganda, tatalaksana tokolisis, fasilitasi
kelas ibu hamil, tata laksana dengan korban kekerasan fisik dan seksual.
9. Menganjurkan untuk rutin dalam mengonsumsi Vitamin C dan tablet
tambah darah.
Pemberian suplementasi gizi bertujuan untuk pencegahan dan
pengobatan anemia. TTD adalah suplemen gizi yang mengandung
senyawa besi yang setara dengan 60 mg besi elemental dan 400 mcg
asam.
10. Merujuk pasien berkonsultasi dengan dokter umum mengenai kesehatan
kehamilannya.
11. Menganjurkan ibu untuk beristirahat dan menjaga kehamilannya dengan
berhati-hati.
12. Menganjurkan klien untuk melakukan pemeriksaan laboratorium lengkap
untuk pemeriksaan hemoglobin dan urin lengkap.
13. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang sesuai jadwal atau
jika ada keluhan.
14. Memberikan suplemen berupa kalsium, B6 dan tablet tambah darah.
15. Melakukan dokumentasi
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL


FISIOLOGIS PADA NY. F USIA 24 TAHUN G1P0A0
HAMIL USIA 32 MINGGU
DI PUSKESMAS WINDUSARI

PENGKAJIAN:
Tanggal : 4 April 2022
Jam : 08.25 WIB

IDENTITAS PASIEN:
Identitas Pasien Penanggung Jawab

Status Suami

Nama : Ny. F Nama : Tn. M

Umur : 24 Tahun Umur : 26 Tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Suku bangsa : Jawa Suku bangsa : Jawa

Alamat : Ketep, Magelang Alamat : Ketep, Magelang

I. DATA SUBYEKTIF
1. ALASAN DATANG
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya

2. KELUHAN UTAMA
Ibu mengatakan sering kencing
3. RIWAYAT KESEHATAN:
a. Penyakit/kondisi yang pernah atau sedang diderita :
Ibu mengatakan tidak pernah atau tidak sedang menderita penyakit menular
seperti HIV/AIDS, gonorhea, sifilis,TBC,Hepatitis dan penyakit menurun
seperti jantung, asma dan DM
b. Riwayat penyakit dalam keluarga (menular maupun keturunan) :
Ibu mengatakan dari pihak keluarga tidak pernah atau tidak sedang menderita
penyakit menular seperti HIV/AIDS, gonorhea, sifilis, TBC, Hepatitis dan
penyakit menurun seperti jantung, asma dan DM dan tidak ada riwayat
keturunan kembar dari pihak istri maupun suami.

4. RIWAYAT OBSTETRI
a. Riwayat Haid:
Menarche : 13 tahun
Nyeri Haid : Tidak ada
Siklus : 30 hari
Lama : 7 hari
Warna darah : Merah segar
Leukhorea : Tidak ada
Banyaknya : Hari 1-3 ganti pembalut 3-4x sehari,1 pembalut penuh
1
Hari 4-5 ganti pembalut 2-3x sehari, penuh
2
Hari 6-7 ganti pembalut 2x sehari, bercak cokelat
b. Riwayat Kehamilan sekarang :
1. Hamil ke 1 usia hamil 32 minggu
2. HPHT : 20 Januari 2021
3. HPL : 27 Oktober 2021
4. Gerak janin :
a) Pertama kali : 18 minggu
b) Frekuensi dalam 12 jam : 10 kali
5. Tanda bahaya : tidak ada
6. Kekhawatiran khusus : tidak ada
7. Imunisasi TT : TT lengkap
8. ANC : 6x
Suplement &
ANC Ke Tanggal Tempat Fe Masalah Tindakan/Pendkes
(Jenis & Jml)
1 27-01-22 PKM SF, B6, B12 Tidak ada Cek Urin
Sawangan
I
2 27-02-22 PKM SF, B6, B12 Tidak ada Cek Laboratorium
Sawangan
I
3 18-03-22 PKM SF, Vit C Tidak ada Penkes Nutrisi
Sawangan
I

c. Riwayat Kehamilan persalinan dan nifas yang lalu:


Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan yang pertama

5. RIWAYAT KB :
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan kb
Rencana Setelah Melahirkan : Ibu mengatakan belum memiliki rencana mengenai
KB

6. POLA PEMENUHAN KEBUTUHAN SEHARI-HARI


Sebelum hamil
a. Nutrisi
1. Makan
a) Frekuensi makan pokok : 2-3 x perhari
b) Komposisi :
- Nasi 2-3 x @ 1 piring sedang
- Lauk 2-3x @ 1 potong sedang, jenisnya telur,tempe,tahu, ikan
- Sayuran : 2 x @ 1 mangkuk sayur, jenis sayuran sawi, kangkung,
bayam
- Buah 2-3 x seminggu; jenis pisang, pepaya, jeruk
- Camilan 2x sehari; jenis makanan ringan
2. Minum
Jumlah total 6 gelas perhari, jenis air putih

Perubahan selama hamil ini :


1. Makan
Ibu mengatakan makan 2x sehari porsi lebih banyak yaitu dengan porsi
yang bertambah 1 piring nasi 3-4 centong nasi, lauk 1-2 potong bervariasi
dan sayur-sayuran kurang lebih 1 mangkok kecil. Ibu mengatakan saat ini
tidak ada masalah dalam mengkonsumsi makanan tersebut.
2. Minum
Ibu mengatakan kurang lebih minum 6-7 gelas air putih, 1 gelas susu ibu
hamil pada pagi atau malam hari. Ibu mengatakan tidak ada masalah dalam
mengkonsumsi minuman tersebut.
b. Eliminasi
Sebelum hamil
1. Buang air kecil :
- Frekuensi perhari : 5x, warna kuning jernih
- Keluhan/masalah : tidak ada
2. Buang air besar :
- Frekuensi perhari : 1x, warna kuning kecokelatan konsistensi lembek
- Keluhan/masalah : tidak ada
Perubahan selama hamil ini :
Ibu mengatakan selama hamil BAK sebanyak 6-7x perhari dan BAB tetap 1x
perhari
c. Personal hygiene
Sebelum hamil
- Mandi 2 x sehari
- Keramas 3x seminggu
- Gosok gigi 2x sehari
- Ganti pakaian 2x sehari, celana dalam 2x sehari
- Kebiasaan memakai alas kaki : iya
Perubahan selama hamil ini
Ibu mengatakan tidak mengalami perubahan selama hamil
d. Hubungan seksual
Sebelum hamil :
- Frekuensi 3x seminggu
- Contact bleeding : tidak ada
- Keluhan lain : tidak ada
Perubahan selama hamil ini
Ibu mengatakan frekuensi hubungan seksual mengalami penurunan yaitu 2x
dalam sebulan
e. Istirahat/tidur
Sebelum hamil :
- Tidur malam 6-7 jam
- Tidur siang 1 jam
- Keluhan/masalah : tidak ada
Perubahan selama hamil ini :
Ibu mengatakan tidur malam menjadi 5-6 jam perhari dan pada tengah malam
sering terbangun serta jarang tidur siang
f. Aktivitas fisik dan olah raga
Sebelum hamil :
- Aktivitas fisik (beban pekerjaan) : ibu mengatakan melakukan aktivitas
- sehari-hari sebagai ibu rumah tangga seperti menyapu, mengepel, mencuci
- Olah raga : ibu mengatakan jarang berolahraga
Perubahan selama hamil ini :
Ibu mengatakan selama hamil pekerjaan rumah tangga dibantu oleh suami dan
ibu sering jalan-jalan pagi
g. Kebiasaan yang merugikan kesehatan :
- Merokok : tidak pernah
- Minuman beralkohol : tidak pernah
- Obat-obatan : tidak pernah
- Jamu : tidak pernah

7. RIWAYAT PSIKOSOSIAL-SPIRITUAL
a) Riwayat perkawinan :
- Status perkawinan : menikah , umur waktu menikah 23 tahun
- Pernikahan ini yang ke 1,sah, lamanya 10 bulan
- Hubungan dengan suami : baik
b) Respon & dukungan keluarga terhadap kehamilan ini
Ibu mengatakan kehamilan ini direncanakan dan sangat diaharapkan oleh
semua anggota keluarga
c) Mekanisme koping (cara pemecahan masalah) :
Ibu mengatakan cara memecahkan masalah musyawarah dengan suami
d) Ibu tinggal serumah dengan :
Ibu mengatakan tinggal serumah dengan suami
e) Pengambil keputusan utama dalam keluarga :
Pengambil keputusan utama adalah suami. Dalam kondisi emergensi, ibu dapat
mengambil keputusan sendiri.
f) Orang terdekat ibu : Suami
g) Yang menemani ibu untuk kunjungan ANC : Suami
h) Adat istiadat yang dilakukan ibu berkaitan dengan kehamilan :
Ibu mengatakan tidak ada adat istiadat khusus yang merugikan ibu selama
kehamilannya
i) Rencana tempat dan penolong persalinan yang diinginkan :
Ibu mengatakan rencana persalinan di puskesmas dan ditolong oleh bidan
j) Penghasilan perbulan: Cukup
k) Praktek agama yang berhubungan dengan kehamilan :
- Kebiasaan puasa /apakah ibu berpuasa selama hamil ini? Tidak
l) Keyakinan ibu tentang pelayanan kesehatan :
- Ibu dapat menerima segala bentuk pelayanan kesehatan yang diberikan
oleh nakes wanita maupun pria
- Ibu mengatakan boleh menerima transfusi darah
- Ibu mengatakan boleh diperiksa daerah genitalia
- Ibu bersedia melakukan test rapid antigen
- Ibu bersedia melakukan vaksinasi covid
m) Tingkat pengetahuan ibu :
1) Hal-hal yang sudah diketahui ibu
- Ibu mengatakan sudah mengetahui pemenuhan nutrisi ibu hamil
2) Hal-hal yang ingin diketahui ibu
- Ibu mengatakan ingin mengetahui cara mengatasi sering kencing
- Ibu mengatakan ingin mengetahui tanda-tanda persalinan
- Ibu mengatakan ingin mengetahui tanda bahaya kehamilan TM III

II. DATA OBYEKTIF:


a) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum:
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tensi : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,5oC
RR : 20x/menit
BB sebelum/sekarang : 58 kg/68 kg
TB : 148 cm
LILA : 23,5 cm
IMT : 26.3 kg/cm2

b) Status present
Kepala : Mesocephal, tidak ada benjolan, rambut hitam,
rambut tumbuh merata
Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih, penglihatan
normal
Hidung : Tidak ada nafas cuping hidung

Mulut : Bibir simetris, tidak ada caries, lidah tidak stomatitis

Telinga : Tidak ditemukan lecet, bersih, pendengaran normal

Leher : Tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada


pembesaran kelenjar gondok, tidak ada

Ketiak : Tidak ada benjolan

Dada : Dada simetris, tidak ada retraksi dinding dada

Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi

Lipat paha : Tidak ada varises, tidak ada benjolan

Vulva : Tidak ada varises, tidak ada oedema, tidak ada infeksi

Ektremitas : Atas : bentuk simetris kanan dan kiri, tidak ada


edema, fungsi normal
Bawah : bentuk simetris kanan dan kiri, tidak ada
edema, fungsi normal
Punggung : Bentuk normal, tidak ada kelainan

Reflek patella : Normal, reflek patella kanan +, kiri +

Anus : Tidak ada hemoroid

c) Status Obstetrik
1. Inspeksi

Muka : Tidak ada chloasma gravidarum

Mamae : Tidak ada massa abnormal, ukuran payudara kanan dan


kiri simetris, putting payudara menonjol, ada
hiperpigmentasi aerola, kolostrum belum keluar

Abdomen : Tidak ada striae gravidarum,terdapat line nigra

Vulva : Tidak ada pengeluaran cairan abnormal, tidak ada


perdarahan

2. Palpasi
- Leoplod I : teraba 1 bagian kurang bulat, kurang melenting
- Leoplod II : kanan teraba satu bagian kecil-kecil,terputus,putus, kiri
teraba bagian panjang, keras
- Leoplod III : teraba 1 bagian keras, bulat
- Leoplod IV : belum masuk panggul (konvergen)
3. TFU : pertengahan px dan
pusat, 29 cm
4. TBJ : (TFU-12)x155= (29-12)x155 = 2.635 gram
5. Auskultasi :
- DJJ : 146x/menit,PM sebelah kiri
6. Pemeriksaan penunjang
Haemoglobin : 11,8 gr/dl
Gds : 98 mg/dL

III. ANALISIS
Diagnosa Kebidanan : Ny. F umur 24 tahun G1P0A0 usia hamil 32
minggu, janin tunggal, hidup, intrauterine,
presentasi kepala, PUKI, hamil TM III fisiologis
Masalah : Sering kencing
Diagnosa Potensial : Tidak ada
Kebutuhan Tindakan Segera : Tidak ada

IV. PELAKSANAAN
Tanggal 4 April 2022
1. Pukul 08.33 WIB
Memberi tahu ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa
kondisi ibu dan janin secara umum baik, ttv dalam batas normal TD : 110/70
mmHg, N: 80X/menit RR: 24X/menit S: 36,50C dan hasil pemeriksaan lab
Hb : 11,8 gr/ Dl, GDS 98 mg/Dl.
Hasil : Ibu merasa senang mendengar hasil pemeriksaan yang menunjukkan
keadaan baik
2. Pukul 08.35 WIB
Menjelaskan kepada ibu mengenai keadaan sering kencing yang terjadi pada
ibu hamil adalah suatu hal yang normal karena semakin bertambahnya usia
kehamilan maka penurunan kepala bayi menekan kandung kemih ibu
sehingga menyebabkan sering kencing.Cara mengatasi keadaan sering
kencing yaitu mengurangi minum pada malam hari sebelum tidur,
menghindari minuman berkafein (teh, kopi, soda), melakukan senam kegel
untuk melatih dan menguatkan otot panggul
Hasil : ibu paham dan dapat menjelaskan kembali apa yang sudah dijelaskan
3. Pukul 08.40 WIB
Memberitahu ibu mengenai tanda-tanda persalinan yang terdiri perut mulas-
mulas yang teratur, timnulnya sering dan semakin lama, keluar lendir
bercampur darah dari jalan lahir atau cairan ketuban dari jalan lahir dan
menganjurkan kepada ibu apabila sudah mengalami tanda-tanda persalinan
untuk segera datang ke fasilitas kesehatan
Hasil : ibu dapat paham dan dapat menjelaskan kembali apa yang sudah di
sampaikan
4. Pukul 08.45 WIB
Menjelaskan kepada ibu mengenai tanda bahaya kehamilan TM III yaitu
adanya perdarahan dari jalan lahir, nyeri kepala hebat, nyeri perut bagian
bawah, bengkak pada kaki dan wajah, nyeri ulu hati, ketuban pecah,
hilangnya gerakan janin, pencegahan yang dilakukan oleh ibu yaitu menjaga
kesehatan diri dan bayi serta rutin pemeriksaan ANC
Hasil : Ibu mengerti dan dapat menjelaskan kembali apa yang sudah
disampaikan
5. Pukul 08.50 WIB
Mengingatkan kepada ibu untuk menjaga kesehatan ibu dan bayinya, serta
memenuhi pemenuhan nutrisi seperti mengonsumsi makanan tinggi
karbohidrat (nasi, kentang, ketela, gandum dll), makanan tinggi protein
(ikan, telur, ayam, tempe, tahu dll), mengonsumsi sayur-sayuran hijau,dan
buah-buahan.
Hasil : Ibu bersedia menjaga kesehatan ibu dan bayi dengan makan makanan
bergizi
6. Pukul 08.53 WIB
Memberikan suplemen tambah darah, vitamin C dan menganjurkan ibu
untuk selalu rutin mengonsumsi suplemen. Memberitahukan kepada ibu cara
mengonsumsi tablet tambah darah yaitu sebanyak 1x1/hari, dengan air
putih/air jeruk dan diminum pada malam untuk mengurangi efek samping
dari tablet tambah darah yaitu mual.
Hasil : ibu sudah diberikan suplemen dan vitamin
7. Pukul 08.55 WIB
Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 bulan lagi, dan
apabila ada keluhan segera mengunjungi fasilitas kesehatan terdekat
Hasil : Ibu bersedia mengikuti anjuran
8. Pukul 08.58 WIB
Melakukan dokumentasi
Hasil : pendokumentasian telah dilakukan

Magelang, 4 April 2022


Pembimbing Klinik Mahasiswi

Mujirah
Justina Udading Irwandari,
Amd.Keb
Mengetahui,
Pembimbing Institusi

Ayuningtyas,S.ST,M.Kes
PEMBAHASAN

Berdasarkan pengkajian pada tanggal 4 April 2022 pukul 08.25 di Puskesmas


Sawangan I dan pemaparan kasus pada Ny. F umur 24 tahun G1P0A0 usia hamil 32
minggu didapatkan pembahasan sebagai berikut.

Dalam kasus Ny. F berusia 24 tahun, masih termasuk dalam usia reproduksi
sehat untuk hamil. (Sari Priyanti et al., 2020) yang menyatakan secara umum,
seorang wanita dikatakan siap secara fisik jika telah menyelesaikan pertumbuhan
tubuhnya, yaitu sekitar usia 20 tahun sehingga bisa dijadikan pedoman kesiapan fisik
dan usia kehamilan yang ideal berada pada rentang umur 20-35 tahun. Subiyanto
(2012), menyatakan wanita yang hamil pada usia dibawah 20 tahun belum siap
secara emosional dan mental. Kondisi tersebut dapat berakibat buruk bagi ibu hamil
dan kandungannya. Pada usia di atas 35 tahun, bibit kesuburan wanita akan menurun.
Akibatnya, ketika mereka hamil akan timbul kelainan pada janin dan menyebabkan
abortus spontan.

Berdasarkan pengkajian, Ny. F mengatakan sering kencing pada malam hari.


Pada kehamilan trimester III ibu lebih sering buang air kecil karena terdesaknya
kandung kemih oleh presentasi janin yang sudah mulai turun ke PAP.

Pada pola pemenuhan nutrisi diharapkan Ny. F memperhatikan pola


nutrisinya. Pada kehamilan trimester III, janin mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat. Umumnya nafsu makan ibu sangat baik, dan ibu
sering merasa lapar. Pada masa ini hindari makan berlebihan sehingga berat badan
tidak naik terlalu banyak. Bahan makanan yang banyak mengandung lemak dan
hidrat arang seperti yang manis-manis dan gorengan perlu dikurangi. Bahan makanan
sumber zat pembangun dan pengatur perlu diberikan lebih banyak, karena selain
untuk pertumbuhan janin yang sangat pesat, juga diperlukan untuk ibu dalam
persiapan persalinan. (Sulistyawati, 2013)

Pada kasus tanda-tanda vital Ny. I dalam keadaan normal, TD : 120/70


mmHg, N 80x/menit, S : 36.5 C, RR 20 x/menit. Pada pemeriksaan fisik tidak
terdapat kelainan, dilakukan palpasi dan pada pemeriksaan Leoplod I teraba 1 bagian
kurang bulat, kurang melenting, Leoplod II kiri teraba satu bagian kecil-
kecil,terputus,putus, kanan teraba bagian panjang, keras, Leoplod III teraba 1 bagian
keras, bulat, Leoplod IV belum masuk panggul (konvergen)
Pada penatalaksanaan ibu diberitahu mengenai hasil pemeriksan, pendkes
mengenai ketidaknyamanan TM III, tanda bahaya TM III, pendkes mengenai
kebutuhan nutrisi, mengingatkan untuk rutin mengonsumsi tablet tambah darah dan
vitamin serta mengingatkan untuk melakukan kunjungan ulang.

Pembimbing Prodi Praktikan

Ayuningt Mujirah
yas, S.ST,M.Kes
DAFTAR PUSTAKA

Amirudin, Wahyuddin, 2014, Studi Kasus Kontrol Faktor Biomedis Terhadap


Kejadian Anemia Ibu Hamil di Puskesmas Bantimurung Maros, Jurnal Medika
Nusantara. Vol. 25 No. 2.

Dewi, A K., Dary, Rifatolistia, T. (2021). Status Gizi Perilaku Makan Ibu Selama
Kehamilan Trimester Pertama. Jurnal Epidemiologi Kesehatan Komunitas 6 (1)

Fitrianingsih, W., Ni Nyoman S,. I Gustu A.S. (2019). HUBUNGAN ANTARA


PENGETAHUAN PENDAPATAN DAN PEKERJAAN IBU DENGAN
KEHAMILAN RISIKO TINGGI DI PUSKESMAS KECAMATAN DENPASAR
BARAT. Jurnal Ilmiah Kebidanan : The Journal Of Midwifery 7 (1)
Gardenia, Freezia. (2012). Resume Askeb I. Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi
DIII Kebidanan Magelang 2012.
Hidayah, N., & Khusna, N. (2015). Kecemasan, Status Gizi Ibu Terhadap Taksiran
Berat Janin Pada Ibu Hamil Trimester III Di BPM Ny Yayuk Kalbariyanto
Kudus. Jikk, 6(1), 1–10.

Hutari Puji Astuti. (2012). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu I (Kehamilan). Rohima
Pres.

https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3406366/apa-akibatnya-jika-ibu-hamil-
kena-tbc#:~:text=TBC%20kongenital%20terjadi%20akibat
%20penyebaran,terkena%20TBC%2C%20harus%20diberi%20pengobatan.
(diakses pada 8 April 2022 pukul 13.10 WIB)

https://www.alodokter.com/waspadai-hipertensi-kehamilan-dari-
sekarang#:~:text=Hipertensi%20dalam%20kehamilan%20merupakan
%20kondisi,bisa%20juga%20muncul%20lebih%20awal. (diakses pada 8 April
2022 pukul 13.40 WIB)

https://kumparan.com/kumparanmom/9-keluhan-yang-biasanya-dirasakan-ibu-hamil-
pada-trimester-ketiga-1550043976346009790 (diakses 10 April 2022 pukul
20.00 WIB)

Julina, Br. S., Debby P., Aprilian S. (2019). HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN USIA
KEHAMILAN DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RSU MITRA
MEDIKA MEDAN PERIODE 2017. Jurnal Bidan Komunitas, Vol. I1 No. 1 Hal.
38-46, e-ISSN 2614-7874
Kepmenkes 320 Tahun 2020 tentang Standar Profesi Bidan
Khairoh, K. U., & Arka, R. dan M. (2019). Asuhan Kebidanan Kehamilan. CV.Jakad
Publishing Surabaya.

Kundaryanti, R dan Anni S. (2018). EVALUASI PELAKSANAAN STANDAR 10T


DALAM PELAYANAN ANTENATAL TERPADU DI PUSKESMAS
WILAYAH KABUPATEN TANGERANG – BANTEN TAHUN 2018.
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS NASIONAL

Kustriyani, M., Wulandari, P., & Chandra, A. 2017. Hubungan tingkat


morning sickness pada ibu primigravida trimester I dengan tingkat
kecemasan suami di kelurahan Wonolopo Kecamatan Mijen
Semarang.MEDISAINS.15(1):17–22.
Marhaeni, Gusti Ayu. (2016). Keputihan Pada Wanita. Jurnal Skala Husada 13 (1)

Marmi. (2017). Asuhan Kebidanan Pada Masa Antenatal. Pustaka Pelajar.

Muzakir, Haris, Prihayati, Cornelis N. (2021). ANALISIS FAKTOR RISIKO


KELELAHAN PEKERJAAN DAN NON-PEKERJAAN PADA IBU HAMIL.
Jurnal Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan (JK3L) Volume 02
No.1.http://jk3l.fkm.unand.ac.id/
Prawirohardjo, S. (2014). Ilmu Kebidanan. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Prihandini, S. R., Pujiastuti, W., & Hastuti, T. P. (2016). Usia Reproduksi Tidak
Sehat Dan Jarak Kehamilan Yang Terlalu Dekat Meningkatkan Kejadian
Abortus Di Rumah Sakit Tentara Dokter Soedjono Magelang. Jurnal
Kebidanan, 5(10), 47–57.

Sari Priyanti, Dian Irawati, & Agustin Dwi Syalfina. (2020). Frekuensi Dan Faktor
Risiko Kunjungan Antenatal Care. Jurnal Ilmiah Kebidanan (Scientific Journal
of Midwifery), 6(1), 1–9. https://doi.org/10.33023/jikeb.v6i1.564

Sari, D. P. (2018). Perhitungan Usia Kehamilan Berdasarkan Pengukuran Tinggi


Fundus Uteri dengan Hari Pertama Haid Terakhir di BPS Farida Yuliani Desa
Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto. Biomedika, 11(2), 113–
117. https://doi.org/10.31001/biomedika.v11i2.402

Sulistyawati, A. (2013). Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Salemba


Medika.

Syaiful danLilis Fatmawati, Y. (2019). Asuhan Keperawatan Kehamilan. CV.Jakad


Publishing Surabaya.

Wahyuningtyas, Meiriza Ida. (2016). “GAMBARAN PRAKTIK PERSONAL


HYGIENE GENITALIA PADA ANAK LAKI-LAKI USIA SEKOLAH
DI MI HUSNUL KHATIMAH ROWOSARI SEMARANG”. Skripsi.
Semarang: Universitas Diponegoro

Widatiningsih, S. dan C. H. T. D. (2017). Praktik Terbaik Asuhan Kehamilan. Trans


Medika.

Yanti Damai. (2017). Konsep Dasar Asuhan Kehamilan. Bandung: PT Refika


Aditama.

Yuliani, D. R. (2021). Asuhan Kehamilan. Yayasan Kita Menulis.

Anda mungkin juga menyukai