Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Ny.M G7 P3003 Ab300 DENGAN PARTUS


PREMATURUS IMINENS (PPI) DI KAMAR BERSALIN PADA
RSUD KANJURUHAN KABUPATEN MALANG
TANGGAL 10 JANUARI 2022

Departemen Keperawatan Maternitas

Disusun Oleh :

Vita Amilia Rifa’i

202210461011035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2023

1
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA


Ny.M G7 P3003 Ab300 DENGAN PARTUS PREMATURUS IMINENS
(PPI) DI KAMAR BERSALIN PADA RSUD KANJURUHAN KABUPATEN
MALANG TANGGAL 10 JANUARI 2022

DEPARTEMEN
KEPERAWATAN MATERNITAS

Disusun Oleh:

Nama : Vita Amilia Rifa’i


NIM : 202210461011035
Kelompok : 15
Periode Praktik : 09-14 Januari 2023
Ruangan : Kamar Bersalin

Telah Disetujui
Pada Tanggal: Januari 2023

Mahasiswa,

(Vita Amilia Rifa’i)


NIM. 202210461011035

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

(Henny Dwi Susanti. S. Kep., M. ( )


Kep., Sp. Kep.Mat)

2
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I 4
LAPORAN PENDAHULUAN..............................................................................4
2.1 Konsep Dasar Antenatal Care (ANC)...................................................4
2.1.2 Tujuan Antenatal Care...........................................................................4
2.1.3 Jadwal Kunjungan Antenatal Care.......................................................4
2.1.4 Standar Asuhan Pelayanan Antenatal Care (ANC).............................5
2.2 Konsep Dasar Kehamilan Trimester III (30-32 Minggu)....................7
2.2.2 Perubahan Fisiologis Trimester III.......................................................8
2.2.3 Perubahan Psikologis Trimester III......................................................8
2.2.4 Ketidaknyamanan Trimester III...........................................................9
2.2.5 Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III............................................11
2.3 Konsep Dasar Partus Prematur Imminiens (PPI).............................12
2.3.2 Etiologi dan Faktor Risiko Partus Prematur Imminiens (PPI)........13
2.3.3 Tanda dan Gejala Partus Prematur Imminiens (PPI).......................13
2.4.4. Patofisiologi Partus Prematur Imminiens (PPI).....................................14
2.4.5 Pemeriksaan Penunjang Partus Prematur Imminiens (PPI)............15
2.4.8 Komplikasi Partus Prematur Imminiens (PPI)..................................18
BAB II 19
ASUHAN KEPERAWATAN..............................................................................19
LEMBAR PENGKAJIAN ANC.........................................................................20
ANALISA DATA PASIEN Ny.M.......................................................................27
Diagnosa Keperawatan berdasarkan Prioritas.................................................29
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny.M.......................................31

3
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

2.1 Konsep Dasar Antenatal Care (ANC)

2.1.1 Definisi Antenatal Care (ANC)


Antenatal Care (ANC) adalah perawatan fisik mental sebelum
persalinan atau masa hamil. ANC bersifat preventif care dan bertujuan
mencegah hal-hal yang kurang baik bagi ibu dan anak. Antenatal Care
adalah perawatan yang dilakukan atau diberikan kepada ibu hamil
mulai dari saat awal kehamilan hingga saat persalinan. Antenatal Care
(ANC) adalah suatu pelayanan yang diberikan oleh perawat kepada ibu
hamil, seperti pemantauan kesehatan secara fisik, psikologis, termasuk
pertumbuhan dan perkembangan janin serta mempersiapkan proses
persalinan dan kelahiran supaya ibu siap menghadapi peran baru
sebagai orang tua (Wahab, 2019).

Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh


tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan
standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan
Kebidanan (SPK). Sedangkan tenaga kesehatan yang berkompeten
memberikan pelayanan antenatal kepada ibu hamil antara lain dokter
spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat (Dinas Kesehatan
Provinsi Bali, 2018)

2.1.2 Tujuan Antenatal Care


Tujuan antenatal care untuk menjamin perlindungan terhadap
ibu hamil dan atau janin berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan,
dan penanganan dini komplikasi kehamilan (Kemenkes RI, 2018).
Tujuan asuhan keperawatan antenatal adalah mendeteksi secara dini
risiko komplikasi yang mungkin dialami ibu selama hamil, mencegah
komplikasi selama hamil, memantau kesehatan ibu dan janin,
membantu dan memfasilitasi proses adptasi yang terjadi sehingga ibu
dapat beradaptasi dengan perubahan fisik dan peran barunya,

4
menginformasikan kunjungan ulang, menentukan usia kehamilan dan
perkiraan persalinan menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan
perinatal (Wahab, 2019).

2.1.3 Jadwal Kunjungan Antenatal Care


Program pelayanan kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan
agar ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan minimal empat kali
selama masa kehamilan. Pemeriksaan kehamilan sesuai dengan
frekuensi minimal di tiap trimester, sebagai berikut (Kemenkes RI,
2018) :

1) Kunjungan pertama/K1 (Trimester I : usia kehamilan 0-12 minggu)


K1 adalah kunjungan pertama ibu hamil pada masa kehamilan ke
pelayanan kesehatan. Pemeriksaan pertama kehamilan diharapkan
dapat menetapkan data dasar yang mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan janin dalam rahim dan kesehatan ibu sampai
persalinan. Kegiatan yang dilakukan sebagai berikut: anamnesa,
pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan khusus obstetri, penilaian
risiko kehamilan, menentukan taksiran berat badan janin,
pemberian imunisasi TT1, KIE pada ibu hamil, penilaian status
gizi, dan pemeriksaan laboratorium.
2) Kunjungan kedua/K2 (Trimester II : usia kehamilan 12-24 minggu)
Pada masa ini ibu dianjurkan untuk melakukan kujungan antenatal
care minimal satu kali. Pemeriksaan terutama untuk menilai risiko
kehamilan, laju pertumbuhan janin, atau cacat bawaan. Kegiatan
yang dilakukan pada masa ini adalah anamnesis keluhan dan
perkembangan yang dirasakan ibu, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
USG, penilaian risiko kehamilan, KIE pada ibu, dan pemberian
vitamin
3) Kunjungan ketiga dan ke-empat / K3 dan K4 (Trimester III : usia
kehamilan 24 minggu sampai persalinan)
Pada masa ini sebaiknya ibu melakukan kunjungan antenatal care
setiap dua minggu sampai adanya tanda kelahiran. Pada masa ini
5
dilakukan pemeriksaan: anamnesis keluhan dan gerak janin,
pemberian imunisasi TT2, pengamatan gerak janin, pemeriksaan
fisik dan obstetri, nasihat senam hamil, penilaian risiko kehamilan,
KIE ibu hamil, pemeriksaan USG, pemeriksaan laboratorium
ulang.
2.1.4 Standar Asuhan Pelayanan Antenatal Care (ANC)
Pelayanan kesehatan ibu hamil yang diberikan harus sesuai
dengan standar dan memenuhi elemen pelayanan sebagai berikut
(Kemenkes RI, 2018):
a. Pengukuran berat badan dan tinggi badan.
Pengukuran tinggi badan cukup satu kali dalam waktu kunjungan
pertama. Bila tinggi badan < 145 cm, maka faktor resiko panggul
sempit, kemungkinan sulit melahirkan secara normal. Sedangkan
penimbangan berat badan di ukur setiap kali periksa. Sejak bulan
ke-4 pertambahan berat badan paling sedikit 1kg/bulan.
b. Pengukuran tekanan darah.
Tekanan darah normal 120/80 mmhg. Bila tekanan darah lebih
tinggi 140/90 mmhg ada faktor resiko hipertensi dalam kehamilan
c. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA).
Bila kurang dari 23,5 cm menunjukan ibu hamil menunjukan ibu
hamil Kurang Energi Kronis (ibu hamil KEK) dan beresiko
melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
d. Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri).
Pengukuran tinggi rahim berguna untuk melihat pertumbuhan janin
apakah sesuai dengan usia kehamilan
e. Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi
tetanus toksoid sesuai status imunisasi.
Penentuan Status Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) oleh petugas
untuk selanjutnya bilamana diperlukan mendapatkan suntikan
Tetanus Toksoid sesuai anjuran petugas kesehatan untuk mencegah
Tetanus pada Ibu dan Bayi.
Tabel rentang waktu pemberian imunisasi TT dari lama perlindungannya.
6
Imunisasi Selang Waktu
Lama Perlindungan
TT Minimal
Langkah awal pembentukan
TT 1
kekebalan tubuh terhadap
penyakit tetanus
TT 2 1 bulan setelah TT 1 3 Tahun
TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 Tahun
TT 4 12 bulan setelah TT 3 1 Tahun
TT 5 12 bulan setelah TT 4 >25 Tahun

f. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama


kehamilan. Ibu hamil sejak awal kehamilan minum 1 tablet
tambah darah setiap hari minimal selama 90 hari. Tablet
tambah darah diminum pada malam hari untuk mengurangi
rasa mual
g. Penentuan letak janin (presentase janin) dan denyut jantung
janin (DJJ).
Apabila Trimester III bagian bawah janin bukan kepala atau
kepala belum masuk panggul, kemungkinan ada kelainan letak
atau ada masalah lain. Bila denyut jantung kurang dari 120
kali/menit menujukan ada tanda gawat janin maka harus segera
di rujuk
h. Konseling atau penjelasan
Tenaga kesehatan memberi penjelasan mengenai perawatan
kehamilan, pencegahan kelaianan, persalinan dan inisiasi
menyusui dini (IMD), ASI eksklusif, Keluarga Berencana dan
imunisasi pada bayi. Penjelasan ini diberikan secara bertahap
pada saat kunjungan hamil.
i. Pelayanan tes laboratorium
- Tes golongan darah untuk mempersiapkan donor bagi ibu
hamil bila diperlukan
- Tes haemoglobin untuk mengetahui apakah ibu kekurangan

7
darah (Anemia).
- Tes pemeriksaan urine (air kencing).
- Tes pemeriksaan darah lainnya, seperti HIV dan sifilis,
sementara pemeriksaan malaria dilakukan di daerah
endemis.
j. Tatalaksana atau mendapatkan pengobatan
Jika ibu mempunyai masalah kesehatan pada saat hamil.

2.2 Konsep Dasar Kehamilan Trimester III (30-32 Minggu)

2.2.1 Pengertian Kehamilan Trimester III


Trimester ketiga berlangsung selama 13 minggu, mulai dari minggu ke
– 28 sampai minggu ke- 40. Pada trimester ketiga, organ tubuh janin sudah
terbentuk. Hingga pada minggu ke – 40 pertumbuhan dan perkembangan
utuh telah dicapai. Kehamilan trimester III merupakan kehamilan dengan
usia 28-40 minggu dimana merupakan waktu mempersiapkan kelahiran dan
kesiapan peran sebagai orang tua (Tania, 2018).

2.2.2 Perubahan Fisiologis Trimester III


Perubahan fisiologi pada masa kehamilan Trimester III adalah (Tania,
2018):

a. Minggu ke-28/bulan ke-7


Fundus uteri berada di pertengahan antara pusat dan prosesus
sifoideus. Ibu hamil sering pada minggu ini sering menggunakan
pernafasan dada dan pemeriksaan leopold sudah bisa dilakukan.
b. Minggu ke-32/ bulan ke-8
Fundus uteri sudah mencapai prosesus sifoideus, payudara sudah
terasa penuh karena ASI, dan terdapat nyeri tekan di payudara. Ibu
hamil pada minggu ini akan sering BAK dan terasa sesak karena
perut semakin besar.
c. Minggu ke-38/ bulan ke-9
Kepala janin akan masuk ke dalam panggul/pelvis ibu. Plasenta
lebih tebal 4 kali waktu usia kehamilan 18 minggu dengan berat 0,5
– 0,6 kg. ibu hamil pada minggu ini akan merasakan punggung
8
sakit dan BAK meningkat. Braxton Hicks meningkat karena
serviks dan segmen bawah rahim disiapkan untuk persalinan.

2.2.3 Perubahan Psikologis Trimester III


Perubahan psikologis pada masa kehamilan Trimester III , yaitu (Indriyani,
Sumarni, & Salat, 2018) :
a. Gangguan rasa nyaman sering terjadi
b. Takut dan cemas akan rasa sakit dan timbul bahaya fisik pada saat
melahirkan
c. Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal
d. Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya.
e. Merasa kehilangan perhatian
f. Perasaan mudah terluka (sensitif) & Libido menurun

2.2.4 Ketidaknyamanan Trimester III


Ketidaknyamanan ibu hamil pada Trimester III, adalah sebagai berikut
(Indriyani et al., 2018):
a. Peningkatan Frekuensi berkemih

Frekuensi berkemih meningkat pada trimester ketiga sering dialami wanita


primigravida. Peningkatan frekuensi berkemih disebabkan oleh tekanan
uterus karena turunnya bagian bawah janin sehingga kandung kemih
tertekan, kapasitas kandung kemih berkurang dan mengakibatkan frekuensi
berkemih meningkat.
Pada trimester III kandung kemih tertarik keatas dan keluar dari panggul
sejati ke arah abdomen. Uretra memanjang sampai 7,5 cm karena
kandung kemih bergeser kearah atas. Tonus kandung kemih dapat menurun.
Hal ini memungkinkan distensi kandung kemih sampai sekitar 1500 ml.
Pada saat yang sama pembesaran uterus menekan kandung kemih,
menimbulkan rasa ingin berkemih meskipun kandung kemih hanya berisi
sedikit urine.
Tanda-tanda bahaya yang dapat terjadi akibat terlalu sering buang air kecil
yaitu dysuria, oliguria dan asymtomatic bacteriuria. Untuk mengantisipasi
terjadinya tanda – tanda bahaya tersebut yaitu dengan minum air putih yang
9
cukup (± 8-12 gelas/hari) dan menjaga kebersihan disekitar alat kelamin.
Ibu hamil perlu mempelajari cara membersihkan alat kelamin yaitu dengan
gerakan dari depan kebelakang setiap kali selesai berkemih dan harus
menggunakan tissue atau handuk yang bersih serta selalu mengganti celana
dalam apabila terasa basah.
Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada ibu hamil trimester III dengan
keluhan sering kencing yaitu KIE tentang penyebab sering kencing,
kosongkan kandung kemih ketika ada dorongan, perbanyak minum pada
siang hari dan kurangi minum di malam haru jika mengganggu tidur,
hindari minum kopi atau teh sebagai diuresis, berbaring miring kiri saat
tidur untuk meningkatkan diuresis dan tidak perlu menggunakan obat
farmakologis.
b. Sakit punggung atas dan bawah
Karena tekanan terhadap akar syaraf dan perubahan sikap badan pada
kehamilan lanjut karena titik berat badan berpindah kedepan disebabkan
perut yang membesar. Ini diimbangi dengan lordosis yang berlebihan dan
sikap ini dapat menimbulkan spasmus.
c. Hiperventilasi dan sesak nafas
Peningkatan aktivitas metabolis selama kehamilan akan meningkatkan
karbondioksida. Hiperventilasi akan menurunkan karbon dioksida. Sesak
nafas terjadi pada trimester III karena pembesaran uterus yang menekan
diafragma. Selain itu diafragma mengalami elevasi kurang lebih 4 cm
selama kehamilan.
d. Edema Dependen
Terjadi karena gangguan sirkulasi vena dan peningkatan tekanan vena pada
ekstrimitas bawah karena tekanan uterus membesar pada vena panggul pada
saat duduk/ berdiri dan pada vena cava inferior saat tidur terlentang. Edema
pada kaki yang menggantung terlihat pada pergelangan kaki dan harus
dibedakan dengan edema karena preeklamsi.
e. Nyeri ulu hati
Ketidaknyamanan ini mulai timbul menjelang akhir trimester II dan
bertahan hingga trimester III. Penyebab :
10
1. Relaksasi sfingter jantung pada lambung akibat pengaruh yang
ditimbulkan peningkatan jumlah progesteron.
2. Penurunan motilitas gastrointestinal yang terjadi akibat relaksasi otot
halus yang kemungkinan disebabkan peningkatan jumlah progesteron
dan tekanan uterus.
3. Tidak ada ruang fungsional untuk lambung akibat perubahan tempat
dan penekanan oleh uterus yang membesar.
f. Kram tungkai
Terjadi karena asupan kalsium tidak adekuat, atau ketidakseimbangan rasio
dan fosfor. Selain itu uterus yang membesar memberi tekanan pembuluh
darah panggul sehingga mengganggu sirkulasi atau pada saraf yang
melewati foramen doturator dalam perjalanan menuju ekstrimitas bawah.
g. Konstipasi
Pada kehamilan trimester III kadar progesteron tinggi. Rahim yang semakin
membesar akan menekan rectum dan usus bagian bawah sehingga terjadi
konstipasi. Konstipasi semakin berat karena gerakan otot dalam usus
diperlambat oleh tingginya kadar progesterone.
Konstipasi ibu hamil terjadi akibat peningkatan produksi progesteron yang
menyebabkan tonus otot polos menurun, termasuk pada sistem pencernaan,
sehingga sistem pencernaan menjadi lambat. Motilitas otot yang polos
menurun dapat menyebabkan absorpsi air di usus besar meningkat sehingga
feses menjadi keras.
Perencanaan yang dapat diberikan pada ibu hamil dengan keluhan
konstipasi adalah tingkatkan intake cairan minimum 8 gelas air putih
setiap hari dan serat dalam diet misalnya buah, sayuran dan minum air
hangat, istirahat yang cukup, melakukan olahraga ringan ataupun senam
hamil, buang air besar secara teratus dan segera setelah ada dorongan.
h. Kesemutan dan kebal pada jari
Perubahan pusat gravitasi menyebabkan wanita mengambil postur dengan
posisi bahu terlalu jauh kebelakang sehingga menyebabkan penekanan pada
saraf median dan aliran lengan yang akan menyebabkan kesemutan dan
kebal pada jari-jari.
11
i. Insomnia
Disebabkan karena adanya ketidaknyamanan akibat uterus yang membesar,
pergerakan janin dan karena adanya kekhawatiran dan kecemasan.

2.2.5 Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III


Tanda bahaya yang dapat terjadi pada ibu hamil trimester III, yaitu (Yesi,
2018) :
a. Perdarahan pervaginam
Perdarahan pada kehamilan setelah 22 minggu sampai sebelum bayi
dilahirkan disebut sebagai perdarahan pada kehamilan lanjut atau
perdarahan antepartum.
b. Solusio Plasenta
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada
korpus uteri sebelum janin lahir. Biasanya terjadi pada trimester ketiga,
walaupun dapat pula terjadi setiap saat dalam kehamilan. Bila plasenta yang
terlepas seluruhnya disebut solusio plasenta totalis. Bila hanya sebagian
disebut solusio plasenta parsialis atau bisa juga hanya sebagian kecil
pinggir plasenta yang lepas disebut rupture sinus marginalis
c. Plasenta Previa
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruhnya pembukaanjalan
lahir. Pada keadaan normal plasenta terletak pada bagian atas uterus.
d. Keluar cairan pervaginam
Pengeluaran cairan pervaginam pada kehamilan lanjut merupakan
kemungkinan mulainya persalinan lebih awal. Bila pengeluaran berupa
mucus bercampur darah dan mungkin disertai mules, kemungkinan
persalinan akan dimulai lebih awal. Bila pengeluaran berupa cairan, perlu
diwaspadai terjadinya ketuban pecah dini (KPD). Menegakkan diagnosis
KPD perlu diperiksa apakah cairan yang keluar tersebut adalah cairan
ketuban. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan speculum untuk
melihat darimana asal cairan, kemudian pemeriksaan reaksi Ph basa.

e. Gerakan janin tidak terasa


12
Apabila ibu hamil tidak merasakan gerakan janin sesudah usia kehamilan 22
minggu atau selama persalinan, maka waspada terhadap kemungkinan
gawat janin atau bahkan kematian janin dalam uterus.Gerakan janin
berkurang atau bahkan hilang dapat terjadi pada solusio plasenta dan ruptur
uteri.
f. Nyeri perut yang hebat
Nyeri perut kemungkinan tanda persalinan preterm, ruptur uteri, solusio
plasenta. Nyeri perut hebat dapat terjadi pada ruptur uteri disertai shock,
perdarahan intra abdomen dan atau pervaginam, kontur uterus yang
abnormal, serta gawat janin atau DJJ tidak ada.
g. Keluar Air Ketuban
Sebelum Waktunya Keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah
kehamilan 22 minggu, ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum
proses persalinan berlangsung. Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada
kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan
aterm.

2.3 Konsep Dasar Partus Prematur Imminiens (PPI)

2.3.1 Definisi Partus Prematur Imminiens (PPI)


Partus Prematurus Imminens (PPI) atau ancaman kelahiran prematur
merupakan adanya kontraksi uterus disertai dengan perubahan serviks
berupa dilatasi dan effacement sebelum 37 minggu usia kehamilan serta
dapat menyebabkan kelahiran prematur. Kelahiran prematur merupakan
masalah dengan prevalensi yang tinggi di dunia dan merupakan tantangan
bagi dokter khususnya dokter kandungan untuk mengetahui penyebab dan
pencegahan kelahiran premature (Widiana, Putra, Budiana, & Manuaba,
2019). Partus Prematurus Imminens adalah persalinan yang berlangsung
pada umur kehamilan 20 – 37 minggu dihitung dari hari pertama menstuasi
terakhir (HPMT). Berdasarkan beberapa teori diatas dapat diketahui bahwa
Partus Prematurus Imminens (PPI) adalah adanya suatu ancaman pada
kehamilan dimana timbulnya tandatanda persalinan pada usia kehamilan

13
yang belum aterm (20 minggu-37 minggu) dan berat badan lahir bayi
kurang dari 2500 gram(Wiknjosastro, 2017).

2.3.2 Etiologi dan Faktor Risiko Partus Prematur Imminiens (PPI)


Faktor resiko PPI menurut (Wiknjosastro, 2017) yaitu :
1. Janin dan plasenta : perdarahan trimester awal, perdarahan antepartum,
KPD, pertumbuhan janin terhambat, cacat bawaan janin, gemeli,
polihidramnion.
2. Ibu : DM, pre eklampsia, HT, ISK, infeksi dengan demam, kelainan
bentuk uterus, riwayat partus preterm atau abortus berulang,
inkompetensi serviks, pemakaian obat narkotik, trauma, perokok berat,
kelainan imun/resus. Namun menurut (Taufan, 2018) ada beberapa
resiko yang dapat menyebabkan partus prematurus yaitu :
3. Faktor resiko mayor : Kehamilan multiple, hidramnion, anomali uterus,
serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, serviks
mendatar/memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu,
riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali, riwayat persalinan
pretem sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan preterm,
riwayat operasi konisasi, dan iritabilitas uterus.
4. Faktor resiko minor : Penyakit yang disertai demam, perdarahan
pervaginam setelah kehamilan 12 minggu, riwayat pielonefritis,
merokok lebih dari 10 batang perhari, riwayat abortus pada trimester
II, riwayat abortus pada trimester I lebih dari 2 kali.

2.3.3 Tanda dan Gejala Partus Prematur Imminiens (PPI)


Partus prematurus iminen ditandai dengan (Widiana et al., 2019) :

1. Kontraksi uterus dengan atau tanpa rasa sakit


2. Rasa berat dipanggul
3. Kejang uterus yang mirip dengan dismenorea
4. Keluarnya cairan pervaginam
5. Nyeri punggung
Gejala diatas sangat mirip dengan kondisi normal yang sering lolos dari
kewaspadaan tenaga medis. Menurut (Widiana et al., 2019) jika proses
14
persalinan berkelanjutan akan terjadi tanda klinik sebagai berikut :
1. Kontraksi berlangsung sekitar 4 kali per 20 menit atau 8 kali dalam satu jam
2. Terjadi perubahan progresif serviks seperti pembukaan lebih dari 1 cm,
perlunakan sekitar 75-80 % bahkan terjadi penipisan serviks.

2.4.4. Patofisiologi Partus Prematur Imminiens (PPI)


Persalinan prematur menunjukkan adanya kegagalan mekanisme yang
bertanggung jawab untuk mempertahankan kondisi tenang uterus selama
kehamilan atau adanya gangguan yang menyebabkan singkatnya kehamilan
atau membebani jalur persalinanan normal sehingga memicu dimulainya
proses persalinan secara dini. Empat jalur terpisah, yaitu stress, infeksi,
regangan dan perdarahan. Enzim sitokinin dan prostaglandin, ruptur
membran, ketuban pecah, aliran darah ke plasenta yang berkurang
mengakibatkan nyeri dan intoleransi aktifitas yang menimbulkan kontraksi
uterus, sehingga menyebabkan persalinan prematur. Akibat dari persalinan
prematur berdampak pada janin dan pada ibu. Pada janin, menyebabkan
kelahiran yang belum pada waktunya sehingga terjailah imaturitas jaringan
pada janin. Salah satu dampaknya terjdilah maturitas paru yang
menyebabkan resiko cidera pada janin. Sedangkan pada ibu, resiko tinggi
pada kesehatan yang menyebabkan ansietas dan kurangnya informasi
tentang kehamilan mengakibatkan kurangnya pengetahuan untuk merawat
dan menjaga kesehatan saat kehamilan.

15
15
2.4.5 Pemeriksaan Penunjang Partus Prematur Imminiens (PPI)
Menurut (Taufan, 2018) pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan
adalah sebagai berikut :
1. Laboratorium
- Pemeriksaan kultur urine
- Pemeriksaan gas dan pH darah janin
- Pemeriksaan darah tepi ibu : jumlah leukosit
- C-reactive protein. CRP ada pada serum penderita infeksi akut dan
dideteksi berdasarkan kemampuannya untuk mempresipitasi fraksi
polisakarida somatik non spesifik kuman pneumococcus yang
disebut fraksi C. CRP, dibentuk di hepatosit sebagai reaksi
terhadap IL-1, IL-6, TNF.
2. Amniosintesis : hitung leukosit, pewarnaan Gram bakteri (+) pasti
amnionitis, kultur, kadar IL-1, IL-6, kadar glukosa cairan amnion
3. Pemeriksaan ultrasonografi
- Oligohidramnion : berhubungan dengan korioamnionitis dan
koloni bakteri pada amnion.
- Penipisan serviks : bila ketebalan serviks < 3 cm (USG), dapat
dipastikan akan terjadi persalinan preterm..
- Kardiotokografi : kesejahteraan janin, frekuensi dan kekuatan
kontraksi
- Sonografi seviks transperineal dapat menghindari manipulasi
intravagina terutama pada kasus KPD dan plasenta previa

2.4.6 Penatalaksanaan Medis Partus Prematur Imminiens (PPI)


Penatalaksanaan medis partus premature imminiens menurut (Yulinda,
2018) adalah:
1. Tatalaksana Umum
Tatalaksana Umum mencakup pemberian tokolitik, kortikosteroid,
dan antiboitika profilaksis. Namunbeberapa kasus
memerlukan penyesuaian.

2. Tatalaksana Khusu

16
Jika ditemui salah satu dari keadaan berikut ini, tokolitik tidak perlu
diberikan dan bayi dilahirkan secara pervaginam atau perabdominam
sesuai kondisi kehamilan :
- Usia kehamilan dibawah 24 dan diatas 34 minggu
- Pembukaan > 3 cm
- Ada tanda infeksi intrauterin, preeklamsia, atau perdarahan aktif
- Ada gawat janin
- Janin meninggal atau adannya kelainan kongenital yang
kemungkinan hidupnya kecil
- Bila kondisi seperti diatas di rujuk RS
Lakukan terapi konservatif (ekspektan) dengan tokolitik,
kortikosteron, dan antibiotika jika syarat ini terpenuhi :
- Umur kehamilan antara 24-34 minggu
- Dilatasi servick kurang dari 3 cm
- Tidak ada infeksi intrauterin, preeklamsia, atau perdarahan aktif
- Tidak ada gawat janin
Tokolitik hanya diberikan pada 48 jam pertama untuk memberikan
kesempatan pemberian kortikosteroid.

Obat – obat tokolitik yang digunakan adalah :

- Nifedipin : 3 x 10 mg per oral


- Salbutamol : dosis awal 10 mg IV dalam 1 liter cairan infus 10
tetes/menit. Jika kontraksi masih ada, naikkan kecepatan 10
tetes/menit setiap 30 menit sampai kontraksi berhenti / denyut nadi
> 120/menit kemudian dosis dipertahankan hingga 12 jam setelah
kontraksi hilang

Berikan kortikosteroid untuk pematangan paru janin. Obat


pilihannya adalah :
- Deksametasone 6 mg IM setiap 12 jam sebanyak 4 kali
- Betametasone 12 mg setiap 24 jam sebanyak 2 kali

Pilihan antibiotika diberikan untuk persalinan preterm adalah :

17
- Ampisilin : 2 g IV setiap 6 jam
- Penisilin G 2 juta unit IV setiap 6 jam
- Klindamisin : 3 x 300 mg PO (jika terjadi terhadap penisilin) 
Antibiotika yang diberikan jika persalinan preterm disertai dengan
ketuban pecah dini adalah eritromisin 4x 400 mg per oral.
- Bila dalam observasi pemberian tokolitik masih ada kontraksi atau
ada tanda persalinan segera rujuk RS

2.4.7 Penatalaksanaan Keperawatan Partus Prematur Imminiens (PPI)


Penatalaksanaan keperawatan pada partus premature imminiens menurut
menurut (Yulinda, 2018) adalah:
Anjurkan di rawat rumah sakit dengan tirah baring
1. Lakukan pemeriksaan usia kehamilan, tanda-tanda vital,
kondisi janin, letak plasenta, periksa DJJ, periksa dalam

2.4.8 Komplikasi Partus Prematur Imminiens (PPI)


Menurut (Taufan, 2018) komplikasi partus prematurus iminens yang terjadi
pada ibu adalah terjadinya persalinan prematur yang dapat menyebabkan
infeksi endometrium sehingga mengakibatkan sepsis dan lambatnya
penyembuhan luka episiotomi. Sedangkan pada bayi prematur memiliki
resiko infeksi neonatal lebih tinggi seperti resiko distress pernafasan, sepsis
neonatal, necrotizing enterocolitis dan perdarahan intraventikuler. Menurut
(Widiana et al., 2019) terdapat sedikit enam bahaya utama yang
mengancam neonatus prematur, yaitu gangguan respirasi, gagal jantung
kongestif, perdarahan intraventrikel dan kelainan neurologik,
hiperilirubinemia, sepsis dan kesulitan makan. Prognosis yang dapat terjadi
pada persalinan prematuritas adalah :
1. Anoksia 12 kali lebih sering terjadi pada bayi prematur
2. Gangguan respirasi
2. Rentan terhadap kompresi kepala karena lunaknya tulang tengkorak
dan immaturitas jaringan otak
3. Perdarahan intracranial 5 kali lebih sering pada bayi prematur

18
dibanding bayi aterm
4. Cerebral palsy
5. Terdapat insidensi kerusakan organik otak yang lebih tinggi pada bayi
prematur (meskipun banyak orang–orang jenius yang dilahirkan
sebelum aterm).

19
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

20
21
LEMBAR PENGKAJIAN ANC

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

PENGKAJIAN ANTENATAL CARE

Nama Mahasiswa : Vita Amilia Rifa’i NIM : 202210461011035


Tgl Praktek : 9-14 Januari 2023 Tgl Pengkajian: 10 Januari 2023
Ruang Praktek : Kamar Bersalin Rumah Sakit: RSUD Kanjuruhan

I. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : Ny.M
b. No. Rekam Medis : 547254
c. Tanggal Lahir : 11/03/1980
d. Usia : 42 tahun
e. Pendidikan Terakhir : Sekolah Dasar
f. Pekerjaan : IRT
g. Agama : Islam
h. Suku/bangsa : Jawa/indonesia
i. Alamat : Gondanglegi
j. No. Telp : 0858567xxxxx

II. PENANGGUNG JAWAB (Suami/Keluarga)


a. Nama : Tn. M
b. Hubungan dengan klien : Suami
c. Usia : 45 tahun
d. Pendidikan Terakhir : Sekolah Dasar
e. Pekerjaan : Pedagang
f. Agama : Islam
g. Suku/bangsa : Jawa/indonesia
h. Alamat : Gondanglegi
i. No. Telp : 0858567xxxxx

III. KELUHAN UTAMA :


Pasien mengatakan merasa kencang-kencang pada perut bagian bawah

IV. RIWAYAT PERKAWINAN :


Status Menikah : ( √ ) Ya ( ) Tidak ( ) janda
Menikah : 1 kali, Menikah pertama usia 25 tahun
Lama Pernikahan : 18 tahun
Lain-lain, sebutkan : -

22
V. RIWAYAT KONTRASEPSI (KB) :
a. Riwayat kontrasepsi terdahulu : pasien belum pernah KB
Metode yang pernah dipakai : kb alami (jamu, kalender, koitus,
interuptus dll)
1. Suntik 3 bulan lama: 6 tahun (Bulan/Tahun)
b. Riwayat kontrasepsi terakhir sebelum kehamilan ini : … lama : …
(Bln/Thn)
c. Keluhan KB : ( ) Ada, sebutkan … ( ) tidak ada

VI. RIWAYAT OBSTETRI TERDAHULU :


HPHT : 9 Juni 2022
No Tgl/Bln/Thn Tempat Umur Jenis Penolong Penyulit BB Hidup/
Partus Partus Hamil Persalina Persalina Lahir Mati
n n
1. 2006 Rumah - Spontan Dukun - - Mati
2. 2007 Rumah - Spontan Dukun - - Mati
3. 2008 Rumah - Spontan Dukun - - Mati
4. 2009 Rumah - Spontan Dukun - 3.500 gr Hidup
5. 2011 Rumah - Spontan Dukun - - Hidup
6. 2016 Rumah - Spontan Dukun - - Hidup
7. 2022 RS 30 mg SC Dokter Letak - Hidup
5 hari sungsang

Pengalaman menyusui : Ya/Tidak (lingkari) Berapa lama: 6 tahun

VII. RIWAYAT KEHAMILAN SEKARANG :


a. Riwayat Menstruasi :
Umur Menarche : 12 tahun
Siklus haid : Teratur/Tidak (Lingkari)
Lama haid : 8 hari, Ganti pembalut : 3 x/hari
Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) : 9 Juni 2022
Taksiran Partus (TP) : 16 Maret 2023
Lain-lain sebutkan :-
b. Perdarahan pervaginam : tidak
c. Keputihan : ya, kuning cair usia kehamilan 5 bulan
d. Mual dan Muntah : ya, usia kehamilan 3 bulan
e. Masalah pada kehamilan ini : nyeri perut bagian bawah
f. Pemakaian obat dan jamu : obat yang diberikan dari bidan dan
puskesmas
g. Keluhan lainnya :-

VIII. RIWAYAT PENYAKIT/MEDIS :


Beri tanda (V), jika ibu mempunyai riwayat penyakit dibawah ini :
a. Penyakit jantung ( )
b. Hipertensi ( )
c. Diabetes mellitus ( )
d. Asma ( )

23
e. Riwayat Operasi ( ), Sebutkan : -
f. Lain –lain, sebutkan : pasien memiliki sakit lambung

IX. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA :


Beri tanda (V), jika ibu mempunyai riwayat penyakit dibawah ini :
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keluarga
a. Hipertensi ( )
b. Diabetes mellitus ( )
c. Kehamilan ganda ( )
d. Kelainan kongenital ( )

X. ADANYA MASALAH LAIN SELAMA KEHAMILAN, PERSALINAN


DAN NIFAS
TERDAHULU :
Pasien mengatakan hamil anak pertama dan tidak ada riwayat kehamilan
terdahulu

XI. PEMERIKSAAN UMUM :


a. Status Obstetrik : G7 P3003 Ab300
b. Keadaan Umum : cukup
c. Kesadaran : compos mentis
d. Berat Badan : 56 dan 59 (sebelum dan setelah
hamil) Kg
e. Tinggi Badan : 158 cm
f. Lingkar lengan atas (LILA) : 24 cm
g. Tanda-tanda Vital :
Tekanan Darah : 110/60 mmHg Nadi : 88 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit Suhu : 36 ºC

XII. PEMERIKSAAN FISIK :


a. Kepala :
1. Distribusi rambut :(√ ) merata ( ) tidak
2. Lesi/pembengkakan :( ) Ya (√ ) tidak ada
3. Nyeri saat diraba :( ) Ya (√ ) tidak ada
4. Keluhan :( ) Ya (√ ) tidak ada
Sebutkan :

b. Wajah :
1. Edema wajah :( ) Ya (√ ) tidak ada
2. Hiperpigmentasi : ( ) Ya ( √ ) tidak
ada
3. Cloasma gravidarum :( ) Ya (√ ) tidak ada
4. Keluhan :( ) Ya (√ ) tidak ada
Sebutkan :

c. Mata :
1. Sklera ikterik : ( ) Ya (√ ) tidak
2. Konjuntiva anemis : ( √ ) Ya ( ) tidak

24
3. Keluhan :( ) Ya (√ ) tidak
ada
Sebutkan :

d. Hidung :
1. Sekret :( ) Ya (√ ) tidak
2. Polip :( ) Ya (√ ) tidak
3. Keluhan :( ) Ya (√ ) tidak
ada
Sebutkan :

e. Mulut dan Bibir :


1. Rongga mulut : ( √ ) bersih ( ) kotor
( ) radang
2. Bibir : ( ) lembab ( √ ) kering
( ) sianosis
3. Caries gigi : ( ) Ya ( √ ) tidak ada
4. Keluhan : ( ) Ya ( ) tidak ada
Sebutkan : bibir terlihat pucat

f. Telinga :
1. Serumen :( ) Ya (√ ) tidak
ada
2. Sekresi :( ) Ya (√ ) tidak
ada
3. Keluhan :( ) Ya (√ ) tidak
ada
Sebutkan : pendengaran pasien normal

g. Leher :
1. Hiperpigmentasi :( ) Ya (√ ) tidak
ada
2. Kelejar tiroid :( ) membesar (√ ) tidak
3. Keluhan : ( ) Ya (√ ) tidak
ada
Sebutkan :

h. Ketiak : :
1. Kelenjar limfe :( ) membesar (√ ) tidak
2. Keluhan : ( ) Ya (√ ) tidak
ada
Sebutkan :

i. Oksigenasi dan ventilasi :


1. Frekuensi pernafasan (RR) : 20 x/menit
2. Irama nafas : ( √ ) reguler ( )irreguler
3. Suara nafas : ( √ ) vesikuler ( ) ronchi
( ) wheezing

25
4. Suara jantung S1-S2 : ( √ ) normal ( )murmur
( ) galop
5. Capilary refil : ( √ )< 3 detik ( ) > 3 detik
6. Tekanan darah : 110/60 mmHg
7. frekuensi nadi : 88 x/menit
8. Irama nadi : ( √ ) reguler ( )irreguler
9. Keluhan : ( ) Ya ( √ )tidak ada
Sebutkan :

j. Payudara :
1. Puting : ( √ ) eksverted ( ) datar
( ) inverted ( ) lecet
2. Areola hiperpigmentasi : ( ) Ya ( √ ) tidak ada
3. Pengeluaran ASI : ( ) Ya ( √ ) tidak ada
4. Bentuk : ( √ ) simetris ( ) tidak simetris
5. Teraba : ( ) ada massa ( ) hangat
( √ ) tidak ada massa
6. Keluhan : ( ) Ya ( ) tidak ada
Sebutkan : payudara, puting dan areola
nampak
bersih

k. Abdomen :
1. Hiperpigmentasi : ( √ ) Ya ( ) tidak ada
2. Linea : ( √ ) Alba ( ) Nigra
( ) Striae ( ) Livide
( ) Albican
Bekas operasi ( ) Ada ( √ ) Tidak
ada
3. Uterus :
Tinggi fundus uteri : 23 cm
Kontraksi : ( ) Ya ( √ ) Tidak
a. Leopold I : bagian fundus (bagian atas) teraba bulat
melenting pada dan bagian simfisis pubis
(bagian bawah) teraba lunak (bokong)
b. Leopold II : perut kiri ibu terasa keras, panjang
(punggung), perut kanan ibu teraba kecil-
kecil
(ekstremitas atas)
c. Leopold III : teraba bulat melenting, keras (kepala)
d. Leopold IV : kepala janin belum masuk PAP
(konvergen)
4. Denyut Jantung Janin : 148 x/menit
5. Keluhan : ( √ ) Ya ( ) tidak ada
Sebutkan : pasien mengatakan sering
merasakan janinnya
bergerak dan merasa nyeri sejak 3 hari yang
lalu pada perut bagian bawah, skala nyeri

26
4, merasa nyeri meskipun tidak beraktivitas
dan nyeri hilang timbul

l. Genetalia :
1. Kebersihan : ( √ ) Ya ( ) tidak
2. Varises : ( ) Ya ( √ ) tidak
3. Pengeluaran : tidak ada bercak darah sedikit
4. Hemoroid : ( ) Ya ( √ ) tidak ada
5. Keluhan : ( ) Ya ( √ ) tidak ada
Sebutkan : VT taa PO genetalia menutup

m. Extremitas :
1. Ektremitas Atas :
a) Edema : ( ) Ya ( √ ) tidak
b) Varises : ( ) Ya ( √ ) tidak
2. Ektremitas Bawah :
a) Edema : ( ) Ya ( √ ) tidak
b) Varises : ( ) Ya ( √ ) tidak
c) Reflek patela : ( √ ) Positif ( ) Negatif
3. Keluhan : ( ) Ya ( ) tidak ada
Sebutkan : pasien mengatakan merasa lemas
n. Masalah Khusus :
1. Eliminasi :
Dirumah : Pasien mengatakan jarang BAK karena minum hanya
sedikit,
frekuensi BAK 2x/hari dan warna kekuningan, BAB
sering saat merasa nyeri diperut bagian bawah, frekuensi
+- 7x/hari konsistensi kadang lembek/keras dan warna
kecoklatan
Di RS : BAK 4x/hari dengan pispot 2x/hari
BAB sering saat merasa nyeri diperut bagian bawah,
frekuensi +-9 x/hari konsistensi kadang lembek/keras dan
warna kecoklatan.
2. Istirahat dan kenyamanan :
Dirumah : Pasien mengatakan tidak bisa tidur sejak 3 hari yang lalu,
sering terbangun saat merasa nyeri pada perut bagian
bawah, setiap jam selalu terbangun, frekuensi tidur >6 jam
setiap malam
Di RS : sering terbangun karena ramai, 4-5 jam setiap malam
3. Mobilisasi dan latihan :
Dirumah : Pasien mengatakan sehari-hari bersih-bersih rumah,
pasien
tidak mengikuti senam hamil
Di RS : pasien tidak beraktivitas, hanya di tempat tidur
4. Nutrisi dan cairan :
Dirumah : makan 2x/hari, nafsu makan menurun sejak 3 hari yang
lalu,
hanya makan agar-agar minum hanya 1 gelas (200ml)

27
Di RS : makan 3x/hari (makanan diet dari RS dan makanan luar),
minum 500 ml/hari. Infus RL 20 tpm
5. Keadaan Psikologis :
- Pasien kooperatif dalam berkomunikasi dan pasien menjawab
pertanyaan dengan baik dan sesuai.
- Pasien merasa bingung, khawatir dengan kondisi yang dihadapi,
sulit berkonsentrasi
- Muka pasien tampak gelisah, sulit tidur, tremor, muka tampak
pucat dan kontak mata buruk
6. Persiapan persalinan :
( ) Senam hamil
( √ ) Rencana tempat melahirkan
( √ ) Perlengkapan kebutuhan bayi dan ibu
( √ ) Kesiapan mental ibu dan keluarga
( √ ) Pengetahuan tentang tanda-tanda melahirkan dan proses
persalinan
( ) Cara menangani nyeri persalinan
( ) Perawatan payudara

XIII. OBAT-OBATAN YANG DIKONSUMSI SAAT INI :

No Nama obat Dosis Indikasi Kontra indikasi Cara kerja


1 Metronidazol 3x1 tab Antibiotik - Riwayat Cara kerja obat
e hipersensitivita metronidazole
s terhadap obat adalah
ini atau dengan berdifusi
komponen ke dalam
sediaan. organisme,
- Tidak menghambat
diberikan pada sintesis protein
wanita hamil dan berinteraksi
trimester dengan DNA
pertama. yang
- Jika ada menyebabkan
penggunaan hilangnya struktur
disulfiram DNA heliks dan
dalam 2 kerusakan untai
minggu DNA pada
terakhir. bakteri. Oleh
Disulfiram karena itu,
akan menyebabkan

28
menyebabkan kematian sel pada
reaksi bakteri penyebab
toksisitas penyakit.
seperti
kebingungan
dan psikosis
akut.
2 Lidiastop 3x2 tab Pengobatan - Obat ini tidak Obat ini dapat
simtomatik boleh digunakan untuk
pada diare diberikan pada pengobatan
non-spesifik, pasien dimana simtomatik pada
yaitu diare konstipasi diare non-
yang tidak harus spesifik, yaitu
diketahui dihindari. diare yang tidak
penyebabnya Hipersensitif diketahui
dengan jelas terhadap penyebabnya
activated dengan jelas. New
attapulgit Diatabs bekerja
dengan cara
mengadsorbsi
beberapa racun
dan bakteri
penyebab diare,
mengurangi
frekuensi buang
air besar, serta
memperbaiki
konsistensi feses
yang encer.

XIV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


a. Pemeriksaan laboratorium :
Hemoglobin : 11,7 g/dl (11,4-15,7)
Hematokrit : 37,4 % (38-42)
MCV : 95,2 fl (80-93)
MCH : 29,6 pg (27-31)
MCHC : 31,1 gr/dl (32-36)
Eritrosit : 3,9 juta/cmm (4-5)
Lekosit : 16,850 sel/cmm (4.700-11.300)
Trombosit : 349.000 sel/cmm (142.000-424.000)
Eosinofil : 0,3 % (0-4)
Basofil : 0,1 % (0-1)
Neutrofil : 89,0 % (51-67)
Limfosit : 3,7 % (25-33)
Monosit : 6,9 % (2-5)

b. Lain-lain:
USG

29
Senin, 10 Januari 2023

(Vita Amilia Rifa’i)

ANALISA DATA PASIEN Ny.M

DATA MASALAH
DIAGNOSA
(Tanda mayor & PENYEBAB KEPERAWATA
KEPERAWATAN
minor) N

DS: Agen Nyeri akut Nyeri akut b.d agen


pencedera pencedera fisiologis d.d P:
P: merasa nyeri sejak 3 fisiologis D.0077 merasa nyeri sejak 3 hari
hari yang lalu, Q: yang lalu, Q: ditusuk-
ditusuk-tusuk, R: pada tusuk, R: pada perut
perut bagian bawah, S: bagian bawah, S: skala
skala nyeri 4, T: merasa nyeri 4, T: merasa nyeri
nyeri meskipun tidak meskipun tidak
beraktivitas dan nyeri beraktivitas dan nyeri
hilang timbul hilang timbul, tampak
DO : meringis, bersikap

30
protektif, gelisah, sulit
- Tampak meringis tidur, nafsu makan
- Bersikap protektif menurun
- Gelisah
- Sulit tidur Kategori : fisiologis
- Nafsu makan
menurun Subkategori : nyeri dan
kenyamanan
DS: Gangguan pola tidur b.d
Dirumah: Pasien nyeri d.d Dirumah: Pasien
mengatakan tidak bisa mengatakan tidak bisa
tidur sejak 3 hari yang tidur sejak 3 hari yang
lalu, sering terbangun Gangguan pola lalu, sering terbangun saat
saat merasa nyeri pada Nyeri tidur merasa nyeri pada perut
perut bagian bawah, D.0055 bagian bawah, setiap jam
setiap jam selalu selalu terbangun, frekuensi
terbangun, frekuensi tidur >6 jam setiap malam,
tidur >6 jam setiap Di RS : sering terbangun
malam karena ramai, 4-5 jam
Di RS : sering terbangun setiap malam
karena ramai, 4-5 jam Kategori : fisiologis
setiap malam Sub kategori :
DO: aktifitas/istirahat
DS: Ansietas b.d rencana
Pasien merasa bingung, operasi d.d pasien merasa
khawatir dengan kondisi bingung, khawatir dengan
yang dihadapi, sulit kondisi yang dihadapi,
berkonsentrasi sulit berkonsentrasi, muka
pasien tampak gelisah,
DO: sulit tidur, tremor, muka
- Muka pasien tampak Rencana Ansietas tampak pucat, kontak mata
gelisah operasi D.0080 buruk Kategori: psikologis
- Sulit tidur Sub kategori: integritas
- Tremor ego
- Muka tampak pucat
- Kontak mata buruk
DS : DX : resiko cedera pada
Pasien mengatakan janin d.d Nyeri abdomen
usianya 42 tahun dan dan paritas banyak (7 kali)
hamil 7 kali, pasien
mengatakan merasa nyeri Kategori : lingkungan
pada perut bagian bawah Nyeri abdomen Resiko cedera pada Sub kategori : keamanan
dan paritas janin dan proteksi
DO : banyak (7 kali) D.0138
- Hasil USG
menunjukkan kaki
berada pada simphisis
pubis (pada jalan

31
lahir)
- DJJ : 148

Diagnosa Keperawatan berdasarkan Prioritas:

1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d P: merasa nyeri sejak 3 hari
yang lalu, Q: ditusuk-tusuk, R: pada perut bagian bawah, S: skala nyeri 4, T:
merasa nyeri meskipun tidak beraktivitas dan nyeri hilang timbul, tampak
meringis, bersikap protektif, gelisah, sulit tidur, nafsu makan menurun
2. Gangguan pola tidur b.d nyeri d.d Dirumah: Pasien mengatakan tidak bisa
tidur sejak 3 hari yang lalu, sering terbangun saat merasa nyeri pada perut
bagian bawah, setiap jam selalu terbangun, frekuensi tidur >6 jam setiap
malam, Di RS: sering terbangun karena ramai, 4-5 jam setiap malam
3. Ansietas b.d rencana operasi d.d pasien merasa bingung, khawatir dengan
kondisi yang dihadapi, sulit berkonsentrasi, muka pasien tampak gelisah,
sulit tidur, tremor, muka tampak pucat, kontak mata buruk
4. Resiko cedera pada janin d.d Nyeri abdomen dan paritas banyak (7 kali)

32
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny.M

Diagnosa Tt
No LUARAN INTERVENSI Hari/ Tgl Implementasi Hari/ Tgl Evaluasi
Keperawatan d
1 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Manajemen nyeri Selasa, Manajemen nyeri Selasa, S: pasien mengatakan
agen pencedera intervensi selama Observasi 10 1. Mengidentifikasi 10 sudah bisa menerapkan
fisiologis d.d P: 1X3 jam diharapkan 1. Identifikasi lokasi, Januari lokasi, karakteristik, Januari teknik relaksasi nafas
merasa nyeri karakteristik, durasi, 2023 durasi, frekuensi, 2023 dalam saat merasa nyeri
tingkat nyeri
sejak 3 hari frekuensi, kualitas, 11.00 kualitas, intensitas 14.00 tetapi masih merasa nyeri
yang lalu, Q: (L.08066) berkurang intensitas nyeri nyeri pada perut bagian bawah
ditusuk-tusuk, dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi skala 2. Mengidentifikasi
R: pada perut 1. Keluhan nyeri nyeri skala nyeri O:
bagian bawah, menurun (5) 3. Identifikasi respon 3. Mengidentifikasi 1. Keluhan nyeri
S: skala nyeri 4, 2. Meringis nyeri non verbal respon nyeri non cukup meningkat
T: merasa nyeri menurun (5) 4. Identifikasi faktor verbal (4)
meskipun tidak yang memperberat 4. Memberikan teknik 2. Meringis cukup
beraktivitas dan dan memperingan nonfarmakologis
meningkat (4)
nyeri hilang nyeri untuk mengurangi
timbul, tampak 5. Identifikasi rasa nyeri dengan
meringis, pengetahuan dan relaksasi nafas dalam A : masalah belum
bersikap keyakinan tentang 5. Mengajarkan teknik teratasi
protektif, nyeri nonfarmakologis
gelisah, sulit 6. Identifikasi pengaruh untuk mengurangi P : melanjutkan
tidur, nafsu budaya terhadap rasa nyeri implementasi 1-5
makan respon nyeri
menurun 7. Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup
8. Monitor keberhasilan
terapi komplementer

33
yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
1. Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
TENS, hipnosis,
akupresure, terapi
musik, biofeedback,
terapi pijat,
aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat atau
dingin, terapi
bermain)
2. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis. suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur
4. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri

34
Edukasi
1. Jelaskan penyebab
periode dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2 Gangguan pola Setelah dilakukan Dukungan tidur Selasa, Dukungan tidur Selasa, S : pasien dan keluarga
tidur b.d nyeri intervensi selama Observasi 10 10 pasien mengatakan
d.d Dirumah: 1X3 jam diharapkan 1. Identifikasi pola Januari 1. Mengidentifikasi Januari memahami anjuran
Pasien pola tidur (L.05045) aktivitas dan tidur 2023 pola aktivitas dan 2023
mengatakan meningkat dengan 2. Identifikasi faktor 11.00 tidur 14.00 O:
tidak bisa tidur kriteria hasil: pengganggu tidur 2. Mengidentifikasi 1. Kekuhan sulit tidur
sejak 3 hari 1. Kekuhan sulit (fisik atau psikologis) faktor pengganggu cukup meningkat
yang lalu, tidur menurun (1) 3. Identifikasi makanan tidur (fisik atau (4)
sering 2. Keluhan istirahat dan minuman yang psikologis): pada 2. Keluhan istirahat
terbangun saat tidak cukup mengganggu tidur pasien ini yaitu nyeri tidak cukup cukup
merasa nyeri menurun (1) (mis. kopi, teh, pada perut bagian meningkat (4)
pada perut alkohol, makan bawah

35
bagian bawah, mendekati waktu 3. Mengajarkan A : masalah teratasi
setiap jam tidur, minum banyak relaksasi otot sebagian
selalu air sebelum tidur) autogenik atau cara
terbangun, 4. Identifikasi obat tidur nonfarmakologi P : melanjutkan
frekuensi tidur yang dikonsumsi lainnya implementasi no 1-3
>6 jam setiap Terapeutik
malam, Di RS: 1. Modifikasi
sering lingkungan (mis.
terbangun pencahayaan,
karena ramai, kebisingan, suhu,
4-5 jam setiap matras, dan tempat
malam tidur)
2. Batas waktu tidur
siang, jika perlu
3. Fasilitasi
menghilangkan stress
sebelum tidur
4. Tetapkan jadwal tidur
rutin
5. Lakukan prosedur
untuk meningkatkan
kenyamanan (mis.
pijat, pengaturan
posisi, terapi
akupresur)
6. Sesuaikan jadwal
pemberian obat atau
tindakan untuk
menunjang siklus
tidur terjaga

36
Edukasi
1. Jelaskan pentingnya
tidur cukup selama
sakit
2. Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
3. Anjurkan
menghindari makanan
atau minuman yang
mengganggu tidur
4. Anjurkan penggunaan
obat tidur yang tidak
mengandung supresor
terhadap tidur REM
5. Ajarkan faktor-faktor
berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur
(mis. psikologis, gaya
hidup, sering berubah
shift bekerja)
6. Ajarkan relaksasi otot
autogenik atau cara
nonfarmakologi
lainnya
3 Ansietas b.d Setelah dilakukan Terapi Relaksasi Selasa, Terapi Relaksasi Selasa, S : pasien mengatakan
rencana operasi intervensi selama Observasi 10 1. Mengidentifikasi 10 sudah mengerti dengan
d.d pasien 1X3 jam diharapkan 1. Identifikasi Januari Teknik relaksasi yang Januari apa yang diajarkan dan
merasa tingkat ansietas identifikasi Teknik 2023 pernah efektif 2023 akan menerapkan saat
bingung, (L.09093) menurun relaksasi yang pernah 11.00 digunakan 14.00 merasa takut menghadapi
khawatir dengan kriteria hasil: efektif digunakan 2. Memeriksa frekuensi SC

37
dengan kondisi 1. Khawatir dengan 2. Periksa ketegangan nadi (88x/menit),
yang dihadapi, kondisi yang otot, frekuensi nadi, tekanan darah (100/60 O:
sulit dihadapi tekanan darah, dan mmHg) 1. Khawatir dengan
berkonsentrasi, menurun (5) suhu sebelum dan 5. Menjelaskan tujuan kondisi yang
muka pasien 2. Gelisah menurun sesudah latihan dan manfaat relaksasi dihadapi cukup
tampak gelisah, (5) 3. Monitor respons napas dalam meningkat (2)
sulit tidur, terhadap terapi 6. Menganjurkan 2. Gelisah cukup
tremor, muka relaksasi. Dalam hal mengambil posisi meningkat (2)
tampak pucat, ini diberikan teknik nyaman
kontak mata relaksasi napas dalam 7. Menganjurkan sering A : masalah belum
buruk Terapeutik mengulang atau teratasi
1. Ciptakan lingkungan melatih teknik
tenang dan tanpa relaksasi napas dalam P : melanjutkan
gangguan dengan 8. Mendemonstrasikan implementasi
pencahayaan dan suhu dan latih teknik
ruang nyamn, jika relaksasi. Dalam hal
memungkinkan ini yaitu teknik
2. Berikan informasi relaksasi napas dalam
tentang prosedur
teknik relaksasi
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
manfaat relaksasi
napas dalam
2. Anjurkan mengambil
posisi nyaman
3. Anjurkan sering
mengulang atau
melatih teknik
relaksasi napas dalam

38
4. Demonstrasikan dan
latih teknik relaksasi.
Dalam hal ini yaitu
teknik relaksasi napas
dalam
4 Resiko cedera Setelah dilakukan Pemantauan denyut Selasa, Pemantauan denyut Selasa, S : pasien mengatakan
pada janin d.d intervensi jantung janin : 10 jantung janin : 10 sudah mengerti dengan
Nyeri abdomen keperawatan selama Observasi Januari 1. Lakukan manuver Januari apa yang dianjurkan
dan paritas 1x3 jam diharapkan 1. Identifikasi status 2023 leopoid untuk 2023
banyak (7 kali) tingkat cidera obstetrik 11.00 menentukan posisi 14.00 O:
menurun dengan 2. Identifikasi riwayat janin 1. Kejadian cedera
kriteria hasil : obstetrik a. Leopold I : meningkat (1)
1. Kejadian cedera 3. Identifikasi bagian fundus
menurun (5) pemeriksaan A : masalah belum
(bagian atas)
kehamilan teratasi
teraba bulat
sebelumnya melenting pada
4. Periksa denyut P : lanjutkan
dan bagian
jantung janin selama 1 implementasi 1-3
simfisis pubis
menit (bagian bawah)
5. Monitor denyut teraba lunak
jantung janin (bokong)
6. Monitor tanda vital b. Leopold II: perut
ibu kiri ibu terasa
Terapeutik keras, panjang
1. Atur posisi pasien (punggung),
2. Lakukan manuver perut kanan ibu
leopoid untuk teraba kecil-
menentukan posisi kecil
janin (ekstremitas
Edukasi atas)

39
1. Jelaskan tujuan c. Leopold III:
prosedur pemantauan teraba bulat
2. Informasikan hasil melenting, keras
pemantauan (kepala)
d. Leopold IV:
kepala janin
belum masuk
PAP
(konvergen)
2. Melakukan
pemeriksaan DJJ
setiap 2 jam sekali
3. Menganjurkan
kepada pasien untuk
banyak istirahat yang
cukup dan
meminimalkan
aktivitas

40

Anda mungkin juga menyukai