RS XXX
SEMARANG
2022
i
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN SEMESTER
PEMBINAAN PROGRAM JEJARING RUJUKAN RS
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER.................................................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
RINGKASAN ........................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
A. Analisis Situasi................................................................................................................ 1
B. Urgensi ............................................................................................................................ 3
BAB II METODE PELAKSANA ............................................................................................. 6
A. Tabel Masalah ................................................................................................................. 6
B. Tahapan Kegiatan ........................................................................................................... 6
C. Tempat dan Waktu Kegiatan .......................................................................................... 7
D. Peserta Kegiatan .............................................................................................................. 7
E. Alat dan Bahan ................................................................................................................ 7
BAB III TARGET LUARAN .................................................................................................... 9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................. 10
A. Kegiatan Pengabdian Masyarakat Tahap I dan II ......................................................... 10
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 12
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 12
B. Saran ............................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 13
LAMPIRAN ............................................................................................................................. 14
iii
RINGKASAN
Tingginya Angka Stunting, Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) yang diperparah dengan tingginya jumlah kasus ibu hamil risiko tinggi, ibu hamil
dengan anemia dan Kurang Energi Kronik (KEK) di Kota Semarang yang memiliki jumlah
penduduk ± 1,6 juta jiwa (2015) masih menjadi sorotan dalam bidang kesehatan.
Deteksi dini penting untuk dilakukan agar penyulit kehamilan dan persalinan tidak
terjadi. Keadaan tidak terduga pada keadaan patologis penting untuk mendapatkan tindakan
awal yang tepat. Keterlambatan dari deteksi dini, menuju tempat pelayanan bahkan
keterlambatan dalam tindakan akan meningkatkan angka kesakitan dan kematian ibu. Selain
itu, penanganan yang tepat pada keadaan kegawatan sangat diperlukan agar tidak terjadi
kesakitan dan kematian ibu.
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Analisis Situasi
Data kematian ibu global di tahun 2017, sebanyak 295.000 perempuan di seluruh dunia
kehilangan nyawa mereka selama kehamilan dan setelah melahirkan, dengan Asia Tenggara
menyumbang lebih dari 5% kematian ibu (16.000).1
Indonesia berkomitmen untuk berhasil mengimplementasikan Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) dengan mencapai agenda pembangunan 2030.
Tujuan pembangunan ketiga yaitu Kehidupan Sehat dan Sejahtera berupa peningkatan
pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta terutama penguatan pelayanan
kesehatan dasar (Primary Health Care). Pada tahun 2030, target mengurangi rasio angka
kematian ibu hingga kurang dari 70 per 100.000 kelahiran hidup serta menurunkan Angka
Kematian Neonatal setidaknya hingga 12 per 1000 KH (Kelahiran Hidup) dan Angka Kematian
Balita 25 per 1000.2
Angka kematian ibu dan bayi baru lahir (BBL atau neonatus) di Indonesia dalam satu
dekade terakhir mengalami penurunan, tetapi masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan
negara-negara tetangga di Asia Tenggara. Setiap tahunnya diperkirakan terdapat 14.640 ibu
dan 72.000 BBL meninggal dimana AKI (Angka kematian ibu/maternal mortality ratio) 305
per 100.000 kelahiran hidup, AKN (Angka kematian neonatal/neonatal mortality rate) 15 per
1.000 kelahiran hidup) dan sebagian besar merupakan kematian yang dapat dicegah.3
Sebagian besar kematian ibu di Indonesia pada tahun 2020 disebabkan oleh perdarahan
sebanyak 1.330 kasus, hipertensi dalam kehamilan sebanyak 1.110 kasus, dan gangguan sistem
peredaran darah sebanyak 230 kasus. Upaya percepatan penurunan AKI dilakukan dengan
menjamin agar setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, seperti
pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di
fasilitas pelayanan kesehatan, perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus
dan rujukan jika terjadi komplikasi, dan pelayanan keluarga berencana termasuk KB pasca
persalinan.4
Ibu hamil mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan.
Jenis pelayanan dikelompokkan sesuai usia kehamilan menjadi trimester pertama, trimester
kedua, dan trimester ketiga. Standar waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin
perlindungan terhadap ibu hamil dan janin berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan, dan
penanganan dini komplikasi kehamilan. Penilaian terhadap pelaksanaan pelayanan kesehatan
1
ibu hamil dapat dilakukan dengan melihat cakupan K1 (antenatal pertama kali) dan K4
(pelayanan antenatal sesuai standar di tiap trimester paling sedikit empat kali). Indikator
tersebut memperlihatkan akses pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan tingkat kepatuhan
ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan. Sejak tahun tahun 2007
sampai dengan 2020 cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil K4 cenderung meningkat. Namun
demikian penurunan terjadi pada tahun 2020 dibandingkan tahun 2019, yaitu dari 88,54%
menjadi 84,6%. Penurunan ini diasumsikan terjadi karena implementasi program di daerah
yang terdampak pandemi COVID-19.4
Selain pada masa kehamilan, upaya lain yang dilakukan untuk menurunkan kematian
ibu dan kematian bayi yaitu dengan mendorong agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan terlatih yaitu dokter spesialis kebidanan dan kandungan (SpOG), dokter umum, dan
bidan, dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan. Keberhasilan program ini diukur melalui
indikator persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan. Persalinan yang ditolong oleh
tenaga kesehatan pada tahun 2020 di Indonesia sebesar 89,8%. Sedangkan ibu hamil yang
menjalani persalinan dengan ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan
sebesar 86%. Indikator persalinan ditolong nakes di fasyankes di Indonesia pada tahun 2020
belum memenuhi target RENSTRA 2020 yaitu sebesar 86% terhadap target 87%.4
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) merupakan suatu
program yang dijalankan untuk mencapai target penurunan AKI. Program ini menitikberatkan
pemberdayaan masyarakat dalam monitoring terhadap ibu hamil, bersalin, dan nifas. Indikator
Puskesmas melaksanakan orientasi P4K menghitung persentase puskesmas yang melaksanakan
orientasi P4K. Adapun yang dimaksud orientasi tersebut adalah pertemuan yang
diselenggarakan oleh puskesmas dengan mengundang kader dan/atau bidan desa dari seluruh
desa yang ada di wilayahnya dalam rangka memberikan pembekalan untuk meningkatkan
peran aktif suami, keluarga, ibu hamil serta masyarakat dalam merencanakan persalinan yang
aman dan persiapan menghadapi komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas. Pada tahun 2020
sebanyak 53,94% puskesmas teregistrasi telah melaksanakan orientasi P4K yang mengalami
penurunan dibandingkan tahun 2019 ketika sebanyak 93,5% puskesmas telah melakuan
orientasi P4K.4
Deteksi dini penting untuk dilakukan agar penyulit kehamilan dan persalinan tidak
terjadi. Keadaan tidak terduga pada keadaan patologis penting untuk mendapatkan tindakan
awal yang tepat. Keterlambatan dari deteksi dini, menuju tempat pelayanan bahkan
keterlambatan dalam tindakan akan meningkatkan angka kesakitan dan kematian ibu. Selain
itu, penanganan yang tepat pada keadaan kegawatan sangat diperlukan agar tidak terjadi
2
kesakitan dan kematian ibu. Berdasarkan data Susenas 2020, kelahiran di Jawa Tengah lebih
banyak ditolong oleh bidan dan dokter kandungan. Penolong kelahiran penduduk Jawa Tengah
oleh bidan dan dokter (dokter kandungan dan dokter umum) tergolong tinggi, yakni sekitar
98,71 persen.5 Data Susenas 2020, sebagian besar kelahiran di Kota Semarang ditolong oleh
dokter kandungan yaitu sebesar 76,99 persen, sedangkan kelahiran yang ditolong oleh bidan
sebesar 24,22 dan oleh dokter umum sebesar 2,79 persen.6
Quality Improvement initiative adalah upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
berbasis bukti di fasilitas kesehatan, dalam hal ini terkait kesehatan ibu dan bayi baru lahir
dengan analisis yang dilakukan secara periodik. Hasil Audit Maternal-Perinatal: Surveilans dan
Respon (AMP-SR, atau AMP) menghasilkan rekomendasi yang terfokus terhadap masalah.
Seperti tercantum dalam gambar di bawah ini 5 jalan penyelamat sesuai fase reproduksi
perempuan.7
Gambar 1. Pedoman audit maternal dan perinatal - surveilans dan respon (amp – sr).0
Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat. Direktorat Kesehatan
Keluarga. Jakarta, 2021
B. Urgensi
Angka kematian ibu di Provinsi Jawa Tengah belum menunjukkan penurunan yang
berarti yaitu 78,6/100.000 kelahiran hidup di tahun 2018 dan 76,9/100.000 kelahiran hidup di
tahun 2019, meskipun angka kematian tersebut sudah dibawah angka kematian ibu nasional.
Kematian ibu di Provinsi Jawa Tengah sebesar 64,18 persen terjadi pada waktu nifas, sebesar
25,72 persen pada waktu hamil, dan sebesar 10,10 persen terjadi pada waktu persalinan.
Penyebab kematian terbanyak hipertensi dalam kehamilan (29,6%), perdarahan (24, 5%) dan
lain-lain (27,6%). Angka kematian ibu di Kota Semarang tahun 2019 sebesar 75,8/100.000
kelahiran hidup. Kematian ibu di Kota Semarang terbanyak di masa nifas (77,8%) dan saat
kehamilan sebesar 22,2%.8
3
Tingginya Angka Stunting, Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) yang diperparah dengan tingginya jumlah kasus ibu hamil risiko tinggi, ibu hamil
dengan anemia dan Kurang Energi Kronik (KEK) di Kota Semarang yang memiliki jumlah
penduduk ± 1,6 juta jiwa (2015) masih menjadi sorotan dalam bidang kesehatan.
Puskesmas PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Dasar) telah mendapatkan pelatihan
kegawatdaruratan obstetri meliputi kasus hipertensi dalam kehamilan termasuk pre
eklampsia/eklampsia, perdarahan pasca salin, infeksi nifas dan manajemen rujukan pada
komplikasi obstetri. Pelayanan kegawatdaruratan obstetri berupa penilaian awal, stabilisasi,
penilaian klinik, tindakan pelayanan obstetri emergensi dasar, perawatan pasca tindakan dan
pengamatan lanjutan. Sistem rujukan pelayanan kegawatdaruratan obstetri mengacu pada
prinsip utama kecepatan dan ketepatan tindakan, efisien, efektif dan sesuai kemampuan dan
kewenangan fasilitas pelayanan, terutama fasilitas pelayanan kesehatan primer.
Pengetahuan dan ketrampilan petugas di fasilitas kesehatan harus ditingkatan agar
petugas kesehatan mampu melakukan penanganan kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru
lahir (emergency obstetri dan neonatal) sesuai prosedur. Pelatihan simulasi klinik (Drill
emergency) merupakan bagian dari strategi komprehensif untuk meningkatkan kualitas
pelayanan obstetri dan neonatus dan diharapkan dapat meningkatkan performa tim PONED di
Puskesmas. Pelatihan Drill emergency secara kontinyu diharapkan petugas akan mampu
memberikan respons cepat dan tatalaksana yang tepat sesuai prosedur baik secara individu
maupun dalam tim.
Deteksi faktor risiko pada ibu baik oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat
merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah kematian dan kesakitan. Dewasa ini alat
utama untuk menentukan faktor risiko tersebut tidak hanya buku KIA namun juga pada USG
Obstetri Dasar oleh tenaga dokter terlatih.
Kepedulian sosial dosen sebagai dokter dapat diwujudkan dengan bekerjasama bersama
mahasiswa fakultas kedokteran UNDIP sebagai agent of change , harus memiliki jiwa
kepedulian sosial yang tinggi sehingga dapat berpartisipasi aktif dalam memecahkan masalah
yang ada di masyarakat. Kegiatan pengabdian masyarakat dapat berupa social project di
puskesmas-puskesmas yang membutuhkan perhatian akademisi, mahasiswa serta dokter.
Social project adalah salah satu bentuk kepedulian untuk menyelesaikan permasalahan
masyarakat yang memiliki keterbatasan pengetahuan akan pentingnya kesehatan.
Puskesmas Gunungpati dan Puskesmas Bangetayu merupakan fasilitas pelayanan
kesehatan pada sektor tenaga kesehatan membutuhkan pelatihan dan pendampingan dalam hal
pengetahuan serta penggunaan USG di bidang kebidanan (obstetri) dasar bagi dokter umum.
4
Sektor masyarakat diperlukan upaya deteksi dini kehamilan risiko tinggi dengan sosialisasi
pemahaman buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) yang dapat dipandu tenaga bidan, dokter
serta kader masyarakat di Puskesmas untuk ibu-ibu hamil.
Skrining Ibu Hamil Risiko tinggi ini dapat mencegah Kematian Ibu yang dapat dicegah.
Pemerintah Kota Semarang mengadakan program pengadaan USG untuk dapat digunakan
sebagai salah satu pemeriksaan penunjang skrining kehamilan risiko tinggi di fasilitas
kesehatan Primer. Oleh karena itu, kami memberikan solusi dengan mengadakan program
peningkatan kapasitas puskesmas PONED melalui Pendampingan Deteksi Dini Kehamilan
Risiko Tinggi Dengan Sosialisasi Buku Kia, Pelatihan USG Obstetri Dasar Dan Drill
Emergency. Pelatihan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi tim PONED yang terdiri dari
dokter umum, bidan, perawat, kader kesehatan dan khsusnya ibu hamil di lingkungan
Puskesmas Gunungpati dan Puskesmas Bangetayu yang berada di garis terdepan dalam
melayani masyarakat di tingkat pertama.
5
BAB II
METODE PELAKSANA
A. Tabel Masalah
- akses ibu hamil terhadap pemeriksaan Pelatihan dan pendampingan USG Obstetri
USG obstetri dasar untuk skrining dasar untuk dokter umum di puskesmas
kehamilan risiko
tinggi di trimester I, II dan III di
fasilitas pelayanan primer
- kurangnya pengetahuan dan Pelatihan dan Pendampingan simulasi klinik
ketrampilan klinik untuk kasus drill emergency kasus kegawatdaruratan
kegawatdaruratan obstetri dan obstetri dan neonatal di puskesmas masing-
neonatal emergensi dasar masing
B. Tahapan Kegiatan
I. Persiapan Pra Pelatihan
a. Merupakan rapat koordinasi pertemuan tim pengabdian masyarakat bersama
dinas kesehatan kota Semarang, tim PONED puskesmas Bangetayu dan tim
PONED puskesmas Gunung Pati
b. Bentuk kegiatan hybrid (tatap muka dan virtual)
c. Agenda:
• Koordinasi kegiatan pelatihan selama 6 bulan ( Mei – Oktober 2022)
• Persiapan jadwal timeline kegiatan pelatihan dan pendampingan
• Konfirmasi kesiapan puskesmas dan dinas kesehatan kota semarang
• Persiapan peserta pelatihan: tim PONED, kader kesehatan dan ibu
hamil
II. Pelatihan dan pendampingan di puskesmas (bergantian antara Puskesmas
Bangetayu dan Puskesmas Gunungpati
6
a. Bentuk kegiatan meliputi dalam 1 bulan terdapat 2 kegiatan
- Sosialisasi Skrining Deteksi Dini Kehamilan Risiko Tinggi melalui Buku KIA
Dan pelatihan dan pendampingan Pemeriksaan USG Obstetri Dasar
- Pelatihan dan pendampingan Drill Emergency (simulasi klinik
kegawatdaruratan) dalam bidang Obstetri dan neonatal yaitu penatalaksanaan
perdarahan post partum, preeklampsia, eklampsia serta resusitasi neonatus.
III. Pertemuan pasca pelatihan dan pendampingan
a. Bentuk kegiatan focus group discussion
b. Agenda: menentukan kendala saat pelatihan, evaluasi tingkat pengetahuan dan
ketrampilan klinik tim PONED oleh pelatih dan fasilitator
c. Menentukan rencana tindak lanjut pasca pelatihan
C. Tempat dan Waktu Kegiatan
Kegiatan ini bertempat di Puskesmas Banget Ayu dan Puskesmas Gunung Pati
Wilayah Kota Semarang dengan periode waktu selama 6 bulan (Mei sampai dengan
Oktober 2022)
D. Peserta Kegiatan
Peserta kegiatan sebanyak terdiri dari :
- Ketua pelaksana dan anggota ( 6 orang)
- 2 orang staf dari Dinas Kesehatan Kota Semarang
- 2 orang Residen Obstetri dan Ginekologi
- Tim PONED puskesmas yang terdiri dari
o 2 orang Dokter Puskesmas
o 4 orang Bidan
- 5 orang Kader
- 10 orang ibu hamil
E. Alat dan Bahan
I. Persiapan pra pelatihan (rapat koordinasi)
▪ Persiapan modul pelatihan – cetak modul pelatihan sebanyak 10
eksemplar
▪ Persiapan cetak kuesioner awal dan kuesioner tengah pelatihan –
sebanyak 12 eksemplar
II. Pelatihan dan pendampingan di puskesmas (bergantian antara Puskesmas
Bangetayu dan Puskesmas Gunungpati
7
▪ Kegiatan sosialisasi skrining deteksi dini kehamilan risiko tinggi melalui
buku kia – perlu lcd dan leaflet/booklet
▪ Kegiatan pelatihan dan pendampingan pemeriksaan usg obstetri dasar –
cek kesiapan usg di masing-masing puskesmas
▪ Kegiatan Pelatihan dan pendampingan Drill Emergency (simulasi klinik
kegawatdaruratan) – cek alat sarana prasarana yang sudah tersedia di
puskesmas : obat, alat-alat resusitasi maternal dan neonatal sudah
tersedia di puskesmas
III. Pertemuan pasca pelatihan dan pendampingan
▪ Persiapan cetak evaluasi pelatihan – sebanyak 12 eksemplar
8
BAB III
TARGET LUARAN
Kegiatan Target luaran
Social project membangun hubungan dan Kerjasama mitra antara fakultas kedokteran
kerjasama antara perguruan tinggi dengan UNDIP bersama masyarakat (ibu hamil dan
Puskesmas dan masyarakat kader kesehatan dengan fasilitas kesehatan
primer dan Dinas Kesehatan Kota Semarang
Sosialisasi deteksi dini kehamilan risiko - Peningkatan pengetahuan ibu
tinggi melalui buku KIA hamil dan kader kesehatan
tentang pentingnya buku KIA
(melalui kuesioner pasca
sosialisasi/penyuluhan)
- Leaflet/booklet tentang skrining
kehamilan risiko tinggi
Pelatihan pendampingan USG Obstetri - Modul pelatihan
dasar - Peningkatan pengetahuan dan
ketrampilan klinik USG dokter
umum puskesmas (melalui
kuesioner awal dan tengah)
Pelatihan drill emergency kegawatdaruratan - Peningkatan pengetahuan dan
obstetri dan neonatal ketrampilan klinik serta kinerja tim
PONED berdasarkan penilaian on
the job training, kuesioner awal dan
tengah
- Modul pelatihan
Focus group discussion dengan tim - Kegiatan pelatihan bisa direplikasi
PONED dan Dinas Kesehatan Kota dan dilaksanakan untuk puskesmas
Semarang PONED lain oleh dinas kesehatan
kota Semarang
9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
10
(7,1%) yang memiliki tingkat pengetahuan cukup. Terdapat 10 subjek (71,4%)
memiliki tingkat pengetahuan yang baik sebelum pemberian edukasi, setelah
dilakukan sosialisasi mengenai hamil risiko tinggi sebanyak 13 subjek (92,9%) yang
memiliki tingkat pengetahuan baik.
Tabel 1. Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil dan Kader Kesehatan Sebelum dan Sesudah
Edukasi
Tingkat Pengetahuan
Sebelum edukasi Setelah edukasi
Median (min-max) Median (min-max) p
76 (64-96) 88 (60-96) 0.049*
*Uji Wilcoxon
Kegiatan selanjutnya adalah pelatihan USG Obstetri Dasar oleh tim PONED
Puskesmas Bangetayu dibantu oleh tim pengabdian masyarakat FK Undip. Sebelum
pelatihan, dilakukan pembambilan data pengetahuan menggunakan kuesioner awal
oleh tim PONED mengenai pengetahuan USG obstetri dasar. Kemudian dilanjutkan
pelatihan dibantu oleh tim pengabdian masyarakat FK Undip. Hasil pengetahuan
didapatkan 3 subjek (60%) memiliki tingkat pengetahuan kurang dan 2 subjek (40%)
memiliki tingkat pengetahuan cukup.
11
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Terdapat peningkatan pengetahuan ibu hamil dan kader setelah dilakukan sosialisasi
mengenai hamil risiko tinggi dari rerata 76 menjadi 88 (p = 0,049).
2. Sebelum pemberian edukasi mengenai hamil risiko tinggi terdapat 4 subjek (28,6%)
memiliki tingkat pengetahuan yang cukup dan 10 subjek (71,4%) memiliki tingkat
pengetahuan yang baik.
3. Setelah pemberian edukasi terdapat 1 subjek (7,1%) memiliki tingkat pengetahuan
cukup dan 13 subjek (92,9%) memiliki tingkat pengetahuan baik.
4. Sebelum pelatihan USG, terdapat 3 subjek (60%) memiliki tingkat pengetahuan
kurang dan 2 subjek (40%) memiliki tingkat pengetahuan cukup.
B. Saran
1. Rencana tindak lanjut untuk kegiatan selanjutnya adalah mengambil data post
menggunakan kuesioner tengah bagi dokter umum setelah melakukan pelatihan
USG.
2. Dilakukan pemeriksaan tinggi badan, berat badan dan tekanan darah dan nadi pada
ibu hamil sebelum masuk ruang USG di meja pemeriksaan.
3. Memastikan buku KIA masing-masing ibu hamil sudah sesuai revisi tahun 2020.
4. Mempersiapkan logbook dokter umum peserta pelatihan USG dasar.
5. Penilaian kompetensi dokter umum setelah pelatihan USG ada pendampingan
insidental tanggal 9 Juni 2022.
12
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization (WHO). Trends in maternal mortality 2000 to 2017:
estimates by WHO, UNICEF, UNFPA, World Bank Group and the United Nations
Population Division: executive summary [Internet]. WHO; 2019. Available from:
https://apps.who.int/iris/handle/10665/327596. License: CC BY-NC-SA 3.0 IGO
2. Kementrian PPN/Bappenas. Pedoman teknis penyusunan rencana aksi tujuan
pembangunan berkelanjutan/ sustainable development goals (TPB/SDGs). Edisi II.
Kedeputian Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam, Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional; 2020
3. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat. Pedoman audit
maternal dan perinatal surveilans dan respon (AMP-SR). Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI; 2021
4. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2020.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2021
5. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. Profil kesehatan Provinsi Jawa Tengah
tahun 2020. BPS Provinsi Jawa Tengah; 2020
6. Badan Pusat Statistik Kota Semarang. Profil kesehatan Kota Semarang tahun 2020.
BPS Kota Semarang; 2020
7. Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat. Direktorat Kesehatan Keluarga. Pedoman
audit maternal dan perinatal - surveilans dan respon (AMP – SR). Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI; 2021
8. Profil Kesehatan Jawa Tengah Tahun 2019. Dinas Kesehatan Jawa Tengah
13
LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi
Rapat Koordinasi dengan DKK Semarang, perwakilan Puskesmas Bangetayu dan Puskesmas
Gunungpati (Kamis, 12 Mei 2022)
Sosialisasi Buku KIA dan Hamil Risiko Tinggi pada Ibu Hamil dan Kader Kesehatan (Selasa, 7
Juni 2022)
14
Pelatihan USG Obstetri dasar pada Tim PONED Puskesmas Bangetayu Semarang (Selasa, 7
Juni 2022)
15
Lampiran 2. Daftar Hadir
16
17
18
Lampiran 3. Materi
19
Lampiran 4. Notulensi
NOTULEN RAPAT
KEGIATAN PEMBINAAN JEJARING RUJUKAN RS
(Semarang, 12 Mei 2022)
20
- Hand sanitizer, face shield, Modul Drill emergency
Masker Daftar absensi
- Modul skrinning hamil Risti Dokumentasi
melalui sosialisasi buku KIA
- Modul USG Obstetri Dasar
- Daftar absensi
- Dokumentasi
Fasilitator dr. Putri Sekar W dr. Putri Sekar W
dr. M. Besari Adi Pramono dr. Ratnasari DC
dr. Julian Dewantiningrum dr. Dimas
dr. Endy Cahyono K
Konsumsi 25 Pack 13 Pack
Focus group discussion dengan tim Kegiatan pelatihan bisa direplikasi dan
PONED dan Dinas Kesehatan Kota dilaksanakan untuk puskesmas PONED lain oleh
Semarang dinas kesehatan kota Semarang
Peserta Dinas Kesehatan Kota Semarang
Tim PONED, Ka.Puskesmas
Kader Kesehatan
21
Untuk target kuesioner adalah pendidikan bagi bidan dan ibu hamil (pasien). Serta tambahan
informasi terkait rencana pelatihan USG Dasar bagi Dokter Umum dengan sertifikasi
kompetensi yang akan dilaksanakan pada bulan Oktober 2022 apabila ada tenaga Puskesmas
Yang berminat dapat dikomunikasikan dengan panitia (Moewardi Solo) untuk ketersediaan
tempat. Untuk soal kuesioner akan dikomunikasikan dan dimintakan oleh dr. DTA,Sp.A.
֍Terima Kasih֎
22