TRANSFER PASIEN
RS. MITRA SEHAT MANDIRI
SIDOARJO
RS MITRA SEHAT
MANDIRI SIDOARJO
JL KRIAN – MOJOSARI
KM 3 TROPODO KRIAN
SIDOARJO
DAFTAR ISI
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Pembuat Dokumen
Authorized Person
iii
I. LatarBelakang.
Transfer pasien dapat dilakukan apabila kondisi pasien layak untuk ditransfer.
Prinsip transfer adalah memastikan keselamatan dan keamanan pasien saat menjalani
transfer. Transfer pasien dapat dilakukan intra rumah sakit ataupun antar rumah sakit.
Transfer pasien harus dimulai dengan melakukan koordinasi dan komunikasi
pratransportasi, menentukan SDM yang mendampingi, menyiapkan alat yang
diperlukan selama transfer dan monitoring pasien. Transfer pasien hanya boleh
dilakukan staf medis dan/atau staf keperawatan yang berkompeten ataupun petugas
RS yang sudah terlatih.
III. Tujuan.
Tujuan dari manajemen transfer pasien intra rumah sakit ataupun antar rumah
sakit adalah :
1. Agar pelayanan transfer dapat dilakukan secara professional dan berdedikasi tinggi
2. Agar proses transfer berjalan dengan lancar dan aman serta pelaksanaannya sangat
memperhatikan keselamatan pasien serta sesuai p rosedur yang telah ditetapkan
IV. RuangLingkup.
Transfer pasien didalam rumah sakit terdiri dari :
1. Transfer pasien dari IGD ke ICU, IRNA, Instalasi Kamar Operasi
2. Transfer pasien dari IRJ ke ICU, IRNA, Instalasi Kamar Operasi
3. Transfer pasien dari IRNA ke ICU, Instalasi Kamar Operasi
4. Transfer pasien dari ICU ke IRNA, Instalasi Kamar Operasi
5. Transfer pasien dari Kamar Operasi ke IRNA, ICU, IGD
6. Transfer pasien dari IGD, IRNA, ICU ke Instalasi Radiologi
1
Transfer pasien antar rumah sakit terdiri dari :
1. Transfer pasien dari RSBB kerumah sakit lain atau sebaliknya
2. Transfer pasien dari RSBB kerumah pasien atau sebaliknya
V. Pengaturan Transfer.
Sesuai jadwal dinas
2
iii. Saat menghubungi jasa ambulance, pasien dapat dikategorikan
sebagai tipe transfer “gawatdarurat”, misalnya pasien dengan
rupture aneurisma aorta dan pasien “gawat” misalnya yang
butuh hemodialisa
b. Transfer antar rumah sakit untuk alasan non medis
(misalnya karena ruangan penuh, fasilitas kurang mendukung, jumlah
petugas tidak memadai)
i. Idealnya sebaiknya pasien tidak ditransfer jika bukan karena
kepentingan mereka
ii. Terdapat beberapa kondisi dimana permintaan ruang rawat
inap mel ebihi kapasitas sehingga diputuskanlah untuk
mentransfer pasien ke unit lain atau rumah sakit lain
iii. Pengambilan keputusan haruslah mempertimbangkan aspek
etika, apakah akan mentransfer pasein stabil yang telah berada /
dirawat di unit intensif rumah sakit atau mentransfer pasien
baru yang membutuhkan perawatan intensif tetapi kondisinya
tidak stabil
iv. Saat menghubungi ambulans, pasien ini dapat dikategorikan
sebagai pasien transfer “gawat”.
c. Repatriasi / Pemulangan kembali
i. Transfer hanya boleh dilakukan jika kondisi pasien telah stabil
dan kondisinya dinilai telah cukup baik oleh dokter DPJP yang
merawat
ii. Pertimbangan akan resiko dan keuntungan transfer harus
dpikirkan dengan matang dan dicatat
iii. Jika telah diputuskan melakukan repratiasi, transfer pasien ini
haruslah menjadi prioritas di rumah sakit penerima dan
biasanya lebih diutamakan dibandingkan penerimaan pasien
elektif di unit gawat darurat, hal ini juga membantu menjaga
hubungan baik antar rumah sakit.
iv. Saat menghubungi ambulans, pasien ini dikategorikan sebagai
pasien transfer “elektif’
9. Saat keputusan transfer telah diambil, dokter yang bertanggung jawab /
dokter jaga wajib menghubungi rumahsakit yang dituju.
3
10. Dalam mentransfer pasien antar rumah sakit tim transfer RSBB akan
menghubungi rumah sakit yang dituju dan melakukan negosiasi dengan unit
yang dituju. Jika unit tersebut setuju ubtuk menerima pasien tersebut, tim
RSBB harus memastikan tersedianya alat yang memadai di rumah sakit yang
dituju.
11. Beritahukan kepada pasien (jika kondisinya memungkinkan ) dan keluarga
perlunya dilakukan transfer antar rumah sakit dan mintalah persetujuan
tindakan transfer
12. Proses pengaturan transfer ini harus dicatat dalam rekam medis pasien ini,
yang meliputi : nama, jabatan dan detail kontak personil yang membuat
kesepakatan baikdari rumah sakit asal maupun rumah sakit penerima ; tanggal
dan waktu dilakukan komunikasi antar rumah sakit ; saran-saran / hasil
negosiasi dari kedua belah pihak.
13. Personil tim transfer harus mempunyai kompetensi yang sesuai,
berpengalaman, memiliki peralatan yang memadai, dapat bekerja sama dengan
jas layana ambulans, protokol rumah sakit, serta pihak-pihak lain yang terkait
dam juga memastikan proses transfer berjalan dengan aman dan lancar tanpa
menggangu pekerjaan lain di rumah sakit yang merujuk.
14. Pusat layanan ambulans harus diberitahu sesegera mungkin jika keputusan
transfer telah diambil. Bahkan bila waktu pastinya belum ditentukan. Hal ini
memungkinkan layanan ambulan untuk pengerahan petugas yang lebih efisien.
4
a. Amankan patensi jalan nafas.
Beberapa pasien mungkin membutuhkan intubasi atau trakeostomi
dengan pemantauan yang ketat.
b. Analisa gas darah harus dilakukan pada pasien yang menggunakan
vntilator portabel minimal 15 menit.
c. Terdapat jalur akses vena yang adekuat.
d. Pengukuran tekanan darah yang invasif dan kontinyu merupakan
tehnik terbaik untuk memantau tekanan darah pasien selama proses
transfer.
e. Jika terdapat pneumothorax, selang drainase dada harus terpasang dan
tidak boleh di klem.
f. Pasang kateter urin dan NGT jika diperlukan
g. Pemberian terapi tidak boleh ditunda saat menunggu pelaksanaan
transfer
7. Unit / rumah sakit yang dituju dapat memberikan saran penanganan segera /
resusitasi yang perlu dilakukan terhadap pasien dengan situasi khusus namun
tanggung jawab tetap pada tim transfer.
8. Tim transfer harus familiar dengan peralatan yang ada dan secara independen
menilai kondisi pasien.
9. Seluruh peralatan dan obat-obatan harus di cek oleh petugas transfer.
5
c. Pasien yang ditransfer untuk tindakan manajemen definitif akut dimana
intervensi anestesi tidak akan mempengaruhi hasilnya.
5. Berikut adalah panduan perlu tidaknya dilakukan transfer berdasarkan tingkat
/ derajat kebutuhan perawatan pasien kritis (keputusan harus dibuat oleh dr.icu
atau DPJP).
a. Derajat 0.
Pasien yang dapat terpenuhi kebutuhannya diruang biasa di unit /
rumah sakit yang dituju. Biasanya tidak perlu didampingi oleh dokter,
perawat atau paramedis.
b. Derajat 1.
Pasien dengan resiko perburukan kondisi atau pasien yang sebelumnya
di rawat di high care unit; diman membutuhkan perawatan diruang
biasa dengan saran dan dukungan tambahan dari tim perawatan kritis;
dapat didampingi perawat, petugas ambulans dan atau dokter.
c. Derajat 2
Pasien yang membutuhkan observasi / intervensi yang lebih ketat,
termasuk penanganan kegagalan 1 sistem organ atau pasca operasi atau
pasien yang sebelumnya dirawat di HCU; harus didampingi oleh
petugas yang kompeten, trlatih dan berpengalaman (dokter dan
perawat atau paramedis lainnya).
d. Derajat 3
Pasien yang membutuhkan bantuan nafas lanjutan dan bantuan nafas
dasar dengan dukungan / bantuan minimal 2 sistem organ, termasuk
pasien-pasien yang membutuhkan penangan kegagaglan multi organ
harus didampingi oleh petugass yang kompeten, terlatih dan
berpengalaman ( biasanya dr,anestesi dan perawat ruang Intensif/IGD)
6. Semua petugas yang tergabung dalam tim transfer harus berkompeten, terlatih
dan berpengalaman.
7. Petugas yang mendampingi harus membawa telephone yang berisi nomer
RSBB dan rumah sakit tujuan.
8. Keselamatan adalah parameter penting selama proses transfer.
6
IX. Kompetensi Pendamping Pasien Dan Peralatan Yang Harus Dibawa Selama
Transfer.
1. Kompetensi SDM untuk transfer intra RSBB
Petugas
Ketrampilan yang
Pasien pendamping Peralatan dasar
dibutuhkan
(minimal)
Derajat 0 Petugas Bantuan hidup dasar
keamanan
Derajat 0,5 Petugas Bantuan hidup dasar
(orang keamanan
tua/deliriu
m)
Derajat 1 Perawat/petug Bantuan hidup Oksigen
as yang dasar Suction
berpengalama Pelatihan Tiang infus
n (sesuai tabung gas portabel
dengan Pemberian Syringe
kebutuhan obat-obatan pumps
pasien) Kenal akan oksimetri
tanda
deteriorasi
Ketrampilan
suction
7
Petugas standar minimal : yang lengkap
keamanan Dokter : Ventilator dan
minimal 6 peralatan
pengalaman memenuhi
perawatan standard
dan bekerja di
ICU
ketrampilan
bantuan hidup
dasar dan
lanjut
ketrampilan
menganangani
jalan nafas dan
pernafasan.
Minimal ST
level 3 atau
sederajat
Perawat :
minimal 2
tahun kerja di
ICU
ketrampilan
bantuan hidup
dasar dan
lanjut
8
9
2. Kompetensi SDM untuk transfer antar rumah sakit
Petugas
Ketrampilan yang
Pasien pendamping Peralatan dasar
dibutuhkan
(minimal)
Derajat 0 Perawat dan Bantuan hidup dasar Kendaraan HDS /
petugas ambulans
ambulans
Derajat 0,5 Perawat dan Bantuan hidup dasar Kendaraan HDS /
(orang petugas ambulans
tua/delirium ambulans
)
Derajat 1 Perawat dan Bantuan hidup Kendaraan
petugas dasar HDS /
ambulans Pelatihan ambulans
tabung gas Oksigen
Pemberian Suction
obat-obatan Tiang infus
Kenal akan portabel
tanda Syringe
deteriorasi pumps
Ketrampilan oksimetri
suction
10
Penggunaan
defibrilator
Penggunaan
monitor
intensif
Derajat 3 Dokter,Peraw Standard kompetensi ambulans
at dan petugas dokter harus diatas lengkap 118
ambulans standar minimal : monitor
Dokter : portabel ICU
minimal 6 yang lengkap
bulan Ventilator
pengalaman dan peralatan
perawatan transfer yang
pasien intensif memenuhi
dan bekerja di standard
ICU minimal
ketrampilan
bantuan hidup
dasar dan
lanjut
ketrampilan
menganangani
jalan nafas dan
pernafasan.
Minimal ST
level 3 atau
sederajat
Perawat :
minimal 2
tahu kerja di
ICU
ketrampilan
11
bantuan hidup
dasar dan
lanjut
12
8. Pemantauan tekanan darah kranial mungkin diperlukan pada pasien-pasien
tertentu.
9. Pada pasien dengan pemasangan ventilator lakukan pemantauan suplai
oksigen, tekanan pernafasan dan pengaturan ventilator.
10. Tim transfer yang terlibat harus memastikan obat-obatan yang diperlukan,
antara lain :
a. Obat resusitasi dasar.
b. Obat sedasi.
c. Analgetik.
d. Relaksan otot.
e. Obat inotropik.
11. Hindari pengunaan tiang dengan selang infus yang terlalu banyak agar akses
ke pasien tidak terhalang dan stabilitas brankart terjaga.
12. Semua infus harus menggunakan syringe pump.
13. Penggunaan tabung oksigen tambahan harus terpasang dengan baik.
14. Petugas transfer harus familiar dengan semua peralatan di ambulans.
15. Pertahankan temperature pasien, lindungi telinga dan mata pasine selama
transfer.
16. Seluruh peralatan harus kokoh, ringan dan tahan lama.
17. Peralatan listrik harus dapat berfungsi dengan menggunakan baterai.
18. Baterai tambahan harus dibawa.
19. Monitor portabel harus mempunyai layar yang jernih dan terang dan dapat
memperlihatkan EKG, saturasi oksigen arteri, pengukuran tekanan darah,
kapnografi dan temperature.
20. Alarm dari alat harus terlihat jelas dan terdebgar keras.
21. Ventilator mekanik portabel harus mempunyai (minimal) :
a. Alarm yang berbunyi jika tekanan tinggi atau terlepasnya alat dari
pasien.
b. Mampu menyediakan tekana ahkir ekpirasi positif dan berbagai
macam konsentrasi oksigen inspirasi.
c. Pengukuran rasio inspirasi : ekspirasi, frekuensi pernafasan permenit
dan volume tidal.
d. Mampu memberikan ventilasi tekanan terkendali dan pemberian
tekanan positif berkelanjutan.
13
22. Semua peralatan harus terstandarisasi sehingga terwujudnya suatu proses
transfer yang lancar dan tidak adanya penundaan dalam pemberian terapi.
23. Pasien harus dipantau terus menerus dan dicatat dalam lembar pemantauan.
24. Monitor,ventilator dan pompa harus selalu terlihat oleh petugas dan berada
pada posisi yang aman dibawah pasien.
15
4. Harus ada prosedur untuk menyelidiki masalah-masalah selama transfer,
termasuk penundaan transportasi.
5. Tim transfer harus mempunyai informasi yang jelas mengenai lokasi rumah
sakit yang dituju sebelum melakukan transfer.
6. Saat tiba di rumah sakit tujuan harus ada serah terima antara tim transfer
dengan pihak rumah sakit penerima yang akan bertanggung jawab atas
perawatan pasien selanjutnya.
7. Proses serah terima pasien harus mencakup pemberian informasi mengenai
riwayat penyakit pasien, tanda vital, pemeriksaan penunjang, terapi dan
kondisi pasien selama transfer.
8. Hasil pemeriksaan penunjang harus didiskripsikan dan di serahkan kepada
rumah sakit penerima.
9. Setelah serah terima pasien, tim transfer dibebas tugaskan dari kewajjiban
untuk merawat pasien tersebut.
10. Perlu penyediaan jumlah pakaia, sejumlah peralatanyang dapat dibawa, dan
sejumlah uang untukmemfasilitasi tim transfer kembali.
16
c. Harus memberikan informasi terbaru mengenai kebutuhan perawatan
pasien kepada RS tujuan.
5. Tim transfer harus berkomunikasi dengan RS asal dan tuujuan mengenai
penangan medis yang diperlukan dan terus update perkembangan kondisi
pasien.
17