Dosen Matakuliah:
Susilawati,SST,M.Kes
Kelompok 2
Disusun
oleh:
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada Ibu
Susilawati,SST.M.kes selaku dosen Pembimbing yang telah membimbing kami dalam
pembuatan makalah “Gizi Ibu Nifas”
Kami menyadari bahwa Laporan Persentasi Kasus ini masih perlu bimbingan sehingga
kami mengharapkan kritik saran yang membangun guna menyempurnakan penulisan
sebelumnya
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................................................................3
1.4 Manfaat..................................................................................................................................3
BAB II ............................................................................................................................................4
LANDASAN TEORI.......................................................................................................................4
2.1 Pengertian Masa Nifas...........................................................................................................4
2.2 Peran dan Tanggung Jawab dalam Masa Nifas......................................................................4
2.3 Tahap Masa Nifas..................................................................................................................4
2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Lama penyembuhan luka perenium................................5
2.5 Hubungan Perilaku Pantang Makanan dengan Lama Penyembuhan Luka Perineum..................7
2.6 Pengertian Gizi Masa Nifas.........................................................................................................8
2.7 Zat Gizi Ibu Menyusui...............................................................................................................8
2.8 Kebutuhan Dasar Ibu Nifas..........................................................................................................9
2.9 Bahan Pangan yang Baik untuk Ibu Nifas................................................................................10
2.10 Faktor yang Mempengaruhi Pola Makan................................................................................13
2.11 Teori Precedee Proceed...........................................................................................................14
BAB III..........................................................................................................................................19
ANALISIS DATA DAN PEMECAHAN MASALAH..................................................................19
BAB IV..........................................................................................................................................28
PENUTUP.....................................................................................................................................28
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................28
3.2 Saran....................................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................iv
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Baumali (2009) banyak masyarakat dari berbagai budaya percaya adanya hubungan
antara makanan dengan kesehatan ibu nifas yang sebenarnya salah, mereka
memberikan perlindungan yang bersifat sangat protektif terhadap ibu nifas sehingga
keputusan untuk mengkonsumsi makanan ditentukan oleh pihak yang dianggap punya
kewenangan, dalam hal ini suami dan orang tua serta orang yang memiliki
kemampuan seperti dukun.
Pada masa nifas diperlukan nutrisi yang bermutu tinggi dengan cukup kalori,
protein, cairan serta vitamin. Faktor nutrisi akan mempengaruhi proses penyembuhan
luka jalan lahir. Berdasarkan penelitian Ija (2009), status gizi akan mempengaruhi
penyembuhan luka. Pada sebagian pasien, penurunan kadar protein akan
mempengaruhi penyembuhan luka. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa
bidan di Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar, fenomena berpantang makanan masih
banyak dilakukan oleh masyarakat pada masa nifas. Masyarakat masih percaya
adanya hubungan antara makanan tertentu dengan kesehataan ibu nifas serta bayi.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul
“Hubungan Perilaku Pantang Makanan dengan Lama Penyembuhan Luka
Perineum pada Ibu Nifas di Kecamatan ”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Masa Nifas?
2. Apa Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas?
3. Apa saja Tahap masa nifas?
4. Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi lama penyembuhan luka perenium ?
5. Bagaimanakah Hubungan Perilaku Pantang Makanan dengan Lama Penyembuhan
Luka Perineum?
6. Apa pengertian dari gizi Ibu nifas?
7. Apa saja zat gizi Ibu Menyusui?
8. Apa saja kebutuhan dasar Ibu nifas?
9. Apa saja bahan pangan yang baik untuk Ibu nifas?
10. Apa saja faktor yang mempengaruhi pola makan?
11. Apa yang dimaksud dengan teori precedee proceed?
12. Bagaimana Analisis data primer dan skunder di desa pontang kec Ambulu Kab
Jember ?
13. Bagaimana aplikasi maslaah dengan metode L.Green?
14. Bagaimana Peneyelesaian masalaha untuk kasus analisi data primer dan skunder?
2
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan maa nifas
2. Mengetahui peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas
3. Mengetahui tahap masa nifas
4. Mengetahui dan meamahmi faktor-faktor yang mempengaruhi lama penyembuhan
luka perenium
5. Mengetahui hubungan perilaku pantang makanan dengan lama penyembuhan
6. Mengetahui apa tujuan gizi bagi ibu nifas
7. Mengetahui zat gizi Ibu menyusui
8. Mengetahui kebutuhan dasar Ibu nifas
9. Mengetahui bahan pangan yang baik untuk Ibu nifas
10. Mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi pola makan
11. Mengetahi teori tentang percedee proceed.
12. Mengetahui Analisis data primer dan skunder di desa pontang kec Ambulu Kab
Jember
13. Memahami aplikasi maslaah dengan metode L.Green
14. Mengetahui Peneyelesaian masalaha untuk kasus analisi data primer dan skunder
1.4 Manfaat
Manfaat yang akan di dapatkan dari adanya makalah ini adalah:
1. Bagi mahasiswa
Manfaat yang dapat diambil dari makalah ini adalah mahasiswa menjadi mengerti
dan paham tentang pengertian dan penanganan masalah gizi ibu nifas cara analisis
data primer dan sekunder, menegtahui cara aplikasi maslaah dengan metode
L.Green dan cara mengatasi pemecahan masalah tersebut
2. Bagi penulis
Hasil pembuatan makalah ini diharpkan dapat memberikan kesempatan untuk
menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang gizi bagi dunia kebidanan
cara analisis data primer dan sekunder, menegtahui cara aplikasi maslaah dengan
metode L.Green, dan cara mengatasi pemecahan masalah tersebut dan diharapkan
dapat menerapkan di lapangan nantinya
3
BAB II
LANDASAN TEORI
Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas adalah sebagai berikut:
4
terdapat banyak masalah misalnya perdarahan karena atonia uteri oleh karena
itu bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus,
pengeluaran lokhia, tekanan darah dan suhu.
2. Puerperium intermedial (Early post partum periode)
Masa 24 jam setelah melahirkan sampai dengan 7 hari (1 minggu).
Periode ini bidan memastikan bahwa involusio uterus berjalan normal, tidak
ada perdarahan abnormal dan lokhia tidak terlalu busuk, ibu tidak demam,
ibu mendapat cukup makanan dan cairan, menyusui dengan baik, melakukan
peraw atan ibu dan bayinya sehari-hari.
3. Remote Puerperium (Late post partum periode)
Masa 1 minggu sampai 6 minggu sesudah melahirkan. Periode ini bidan
tetap melanjutkan pemeriksaan dan peraw atan sehari-hari serta memberikan
konseling KB.
5
4. Pengetahuan
Pengetahuan ibu tentang perawatan setelah persalinan sangat
menentukan lama penyembuhan luka perineum. Apabila pengetahuan ibu
kurang, terlebih masalah kebersihan maka penyembuhan luka akan
berlangsung lama.
5. Sosial ekonomi
Pengaruh dari kondisi sosial ekonomi ibu dengan lama penyembuhan
perineum adalah keadaan fisik dan mental ibu dalam melakukan aktifitas
sehari-hari setelah persalinan.
6. Penanganan petugas
Pada saat persalinan, cara membersihkannya harus dilakukan dengan
tepat oleh penanganan petugas kesehatan, hal ini merupakan salah satu
penyebab yang dapat menentukan lama penyembuhan luka perineum.
B. Faktor interna
1. Usia
Usia berpengaruh terhadap imunitas. Penyembuhan luka yang terjadi
pada orang tua sering tidak sebaik pada orang yang muda. Hal ini
disebabkan suplai darah yang kurang baik, status nutrisi yang kurang atau
adanya penyakit penyerta. Sehingga penyembuhan luka lebih cepat terjadi
pada usia muda dari pada orang tua.
2. Penanganan jaringan
Penanganan yang kasar menyebabkan cedera dan memperlambat
penyembuhan.
3. Hipovolemia
Volume darah yang tidak mencukupi mengarah pada vasokonstriksi
dan penurunan oksigen dan nutrien yang tersedia utuk penyembuhan luka.
4. Faktor lokal Edema
Penurunan suplai oksigen melalui gerakan meningkatkan tekanan
interstisial pada pembuluh.
5. Personal hygiene
Personal hygiene (kebersihan diri) yang kurang dapat memperlambat
penyembuhan, hal ini dapat menyebabkan adanya benda asing seperti debu
dan kuman.
6
6. Medikasi
Steroid dapat menyamarkan adanya infeksi dengan menggangu respon
inflamasi normal. Antikoagulan dapat menyebabkan hemoragi. Antibiotik
spektrum luas atau spesifik efektif bila diberikan segera sebelum
pembedahan untuk patolagi spesifik atau kontaminasi bakteri. Jika
diberikan setelah luka ditutup, tidak efektif karena koagulasi intrvaskular.
7. Aktivitas yang berlebih
Aktivitas yang berlebih dapat menghambat perapatan tepi luka serta
mengganggu penyembuhan yang diinginkan.
8. Penyakit penyerta
Pada penyakit diabetes melitus (terjadi kerusakan imunitas), pada
penderita yang mendapat radioterapi juga mempengaruhi penyembuhan
luka karena akan terjadi penurunan vaskularisasi jaringan dan
penyembuhan luka pada daerah yang diradiasi sering terganggu.
(Rusjiyanto, 2009 dan Smelzer, 2002).
Pantang makanan pada masa nifas dapat menurunkan asupan gizi ibu yang akan
berpengaruh terhadap kesehatan ibu, pemulihan tenaga, penyembuhan luka
perineum dan produksi ASI bagi bayi. Hal tersebut tidak sesuai dengan anjuran
untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat, sayuran dan buah
yang mengandung vitamin dan mineral, protein hewani, protein nabati serta banyak
minum setiap hari (Suprabowo, 2006). Berpantang makanan dalam waktu lama
dapat berakibat buruk terhadap kesehatan dan angka kesakitan ibu. Kecukupan zat
gizi sangat berperan dalam proses penyembuhan luka. Tahapan penyembuhan luka
memerlukan protein sebagai dasar untuk pembentukan fibroblast dan terjadinya
kolagen, disamping elemen-elemen lain yang diperlukan untuk proses penyembuhan
luka seperti vitamin C yang berperan dalam proses kecepatan penyembuhan luka.
Vitamin A berperan dalam pembentukan epitel dan sistem imunitas. Vitamin A
dapat meningkatkan jumlah monosit, makrofag di lokasi luka, mengatur aktifitas
kolagen dan meningkatkan reaksi tubuh pada fase inflamasi awal. Zat gizi lain yang
7
berperan yaitu Vitamin E yang merupakan antioksidan lipopilik utama dan berperan
dalam pemeliharaan membran sel, menghambat terjadinya peradangan dan
pembentukan kolagen yang berlebih. Asam lemak esensial juga penting dalam
proses penyembuhan luka karena tidak bisa disintesa dalam tubuh sehingga harus
didapatkan dari makanan atau dari suplemen. Peranan asam lemak esensial ini
adalah mengurangi peradangan, mengurangi pengentalan sel-sel darah dan berperan
dalam mencegah perkembangbiakan sel-sel yang tidak normal (Nurhikmah dan
Rusjiyanto, 2009).
1) Energi
8
ibu kembali normal dan menipis isu bahwa menyusui dapat menyebabkan
kegemukan
2) Protein
3) Lemak
9
3) Minum sedikitnya 3 liter / hari, terutama setelah menyusui.
4) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40
hari pasca persalinan.
1) Karbohidrat
a) Nasi Merah
Kedua jenis pangan ini diperkaya dengan folat dan sangat baik
untuk ibu menyusui. Roti gandum juga memberikan dosis yang sehat
dari serat dan zat besi.
c) Ubi
2) Protein
a) Protein nabati
10
b) Protein Hewani
(3) Ayam 100 gram daging ayam megandung 74% air, 22%
protein, 13 miligram zat kalsium, 190 miligramzat fosfor dan
1,5 miligram zat besi sehingga cukup baik di konsumsi oleh
ibu menyusui.
(4) Telur, kuning telur adalah salah satu dari beberapa sumber
alami vitamin D. selain itu, telur juga serbaguna untuk
memenuhi kebutuhan protein sehari-hari.
11
- Kepala dan mata mengandung polisakarida yang
berperan dalam kelembutan kulit dan pembuluh
darah.
3) Lemak
c) Mineral
12
magnesium, kalsium, besi danseng.bahan pangan penunjang
kebutuhan akan mineral bagi ibumenyusui biasanya didampingi
denagn zat makro nutrient lain.
4) Air
Kompenen ASI pertama adalah air. ASI adalah cairan yang yang sifatnya
isotonikdengan plasma ibu. Ibu menyusui dianjurkan agar lebih banyak
mengonsumsi air, minimal sepuluh gelas sehari. 23 Pemenuhan akan
kebutuhan air bisa didapat dari air mineral, jus buah, air sayur, air kacang
hijau, dan susu. Mengonsumsi cairan yang mengandung sari makanan tertentu
lebih dianjurkan, karena memiliki fungsi ganda dalam memenuhi produksi
ASI
1) Faktor Ekonomi
13
agama, khususnya Islam disebut haram dan individu yang
melanggar hukumnya dosa. Adanya pantangan makanan atau
minuman tertentu dari sisi agama dikarenakan makanan atau
minuman tersebut membahayakan jasmani dan rohani bagi yang
mengonsumsinya. Konsep halal dan haram sangat mempengaruhi
pemilihan bahan makanan yang akan dikonsumsi.
3) Pendidikan
4) Lingkungan
14
PROCEED. PROCEED (Policy, Regulatory, Organizational, Construct, in
Educational and Environmental Development). PRECEDE digunakan pada fase
diagnosis masalah, penetapan prioritas masalah dan tujuan program, sedangkan
PROCEED digunakan untuk menetapkan sasaran dan kriteria kebijakan, serta
implementasi dan evaluasi. Menurut Green dan Kreuter perilaku dipengaruhi oleh 3
faktor, yaitu:
15
- Sintesis (synthesis), Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang
untukmerangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang
logisdari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan
kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang sudah ada.
- Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang
untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek
tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria
yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.
A. Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu upaya untuk mengembangkan
kemampuan seseorang sehingga dapat berperilaku baik. Pendidikan bisa
didapatkan dari sekolah maupun diluar sekolah. Pendidikan juga dapat
mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, semakin tinggi tingkat
pengetahuan seseorang semakin mudah dalam mencerna suatu
informasi, dibandingkan dengan tingkat pendidikan rendah. Pendidikan
dapat mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi pendidikan
seseorang maka semakin mudah orang tersebut untuk menerima
informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung
untuk mendapatkan informasi,baik dari orang lain maupun dari media
massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula
pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Hasil penelitian Sutrisno
yang berjudul hubungan tingkat pendidikan ibu dengan sikap pemberian
asi eksklusif di wilayah Puskesmas Kartasura Kabupaten Sukoharjo
menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat
pendidikan ibu dengan sikap pemberian ASI ekslusif dengan nilai p =
0,002. Ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi mempunyai sikap
yang tinggi dalam pemberian ASI eksklusif sehingga tercapainya
pemberian ASI eksklusif.
16
B. Media massa / informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non
formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact)
sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.
Dengan kemajuan teknologi tersedianya berbagai macam media massa
dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat.
C. Sosial budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk.Dengan demikian
seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan.
Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu
fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial
ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
D. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh
terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada
dalam lingkungan tersebut.
E. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi
pada masa lalu.
F. Umur
Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin bertambah umur akan semakin berkembang pula
daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang
diperolehnya semakin membaik. Seiringdengan bertambahnya umur
seseorang, maka akan terjadi suatu perubahan fisik maupun psikologis,
sehingga dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang terhadap daya
tangkap dan pola pikir.13 Dari uraian ini maka dapat disimpulkan bahwa
17
bertambahnya umur dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan
yang diperolehnya, akan tetapi pada umur – umur tertentu atau
menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu
pengetahuan akan berkurang. Dalam penelitian Ida yang berjudul faktor-
faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif 6 bulan di
wilayah kerja Puskesmas Kemiri Muka Kota Depok tahun 2011 tidak
terdapat hubungan bermakna antara umur ibu denganperilaku pemberian
ASI eksklusif. Meskipun tidak ada hubungan yang bermakna secara
statistik, tetapi perilaku pemberian ASI eksklusif pada umur ibu 20-35
tahun lebih besar yaitu 25,7% dibanding umur ibu <20 tahun atau >35
tahun yang hanya sebesar 25,0%. Hal tersebut menunjukkan
kecenderungan untuk lebih memberikan ASI eksklusif pada umur ibu
20-35tahun.
G. Pekerjaan
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) pekerjaan adalah
sesuatu yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Suatu
pekerjaan harus dilakukan berdasarkan keahlian, pengetahuan,
kemampuan dan pengalaman agar dapat menghasilkan suatu hasil yang
baik. Pekerjaan dapat mempengaruhi sebuah tingkat pengetahuan
berhubungan dengan lingkungan tempat kerja yang membuat seseorang
dapat memperoleh pengetahuan secara langsung maupun tidak langsung.
Dalam penelitian Fitriyani Bahriyah, dkk, dengan judul hubungan
pekerjaan ibu terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi. Hasil uji
statistik menunjukan ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu
terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi (p value <0,05)(P=0,018)
dan ibu yang tidak bekerja mempunyai peluang sebesar 0,396 kali lebih
besar untuk memberikan ASI Eksklusif dibanding dengan ibu yang
bekerja.
3. Faktor pemungkin (enabling factor)
Faktor pemungkin yaitu faktor lingkungan yang memfasilitasi perilaku
seseorang.
4. Faktor penguat (reinforcing factor)
18
Faktor penguat seperti perilaku orang lain yang berpengaruh (tokoh
masyarakat, guru, petugas kesehatan, orang tua, dan pemegang keputusan) yang
dapat mendorong orang untuk berperilaku.
19
BAB III
ANALISIS DATA DAN PEMECAHAN MASALAH
Analisis Data Primer Dan Sekunder Ibu Nifas Di Desa Pontang Kecamatan Ambulu
Kabupaten Jember Tahun 2021
A. Data Skunder
30
26
25
20
15
15
11
10
7
6
5
4
3
2
1
0
januari februari Maret April Mei juni Juli Agustus
20
Keterangan:
1. Januari = 3 tarak makan 2
2. Februari = 1
3. Maret = 5 tarak makan 2
4. April = 3 tarak makan 2
5. Mei = 4 tarak makan 2
6. Juni = 3 tarak makan 1
7. Juli = 1 tarak makan
8. Agustus = 6 tarak makan 4
Total ibu Nifas jan – Agustus= 26 org
Ibu nifas yang tarak = 15 org
Persentase
15
Ibu nifas gizi bermasalah= x 100 %=¿58%
26
11
Ibu nifas gizi tidak bermasalah = x 100 %=42 %
26
9.
21
B. Data Primer
LEMBAR KUESIONER PENELITIAN FAKTOR PENYEBAB MASALAH GIZI
IBU NIFAS
TENTANG BUDAYA PANTANG MAKAN TAHUN 2021
Tanggal Wawancara:
Identitas responden
Nama :
Umur :
Pendidikan : SD SMP SMA PT
Pekerjaan : Bekerja Tidak Bekerja
Alamat :
Petunjuk: Berilah tanda (√) pada item jawaban yang anda pilih
PENGETAHUAN
1 Masa nifas adalah masa setelah melahirkan sampai dengan 40
hari setelah melahirkan
2 Selama masa nifas dibutuhkan asuhan asuhan gizi yang cukup
untuk kesehatan ibu dan bayi.
3 Pada masa nifas dibutuhkan makanan yang mengandung protein
seperti tahu, tempe, telur, ikan, daging, susu, dsb.
SIKAP
4 Setiap harinya di masa nifas anda mengkonsumsi nasi, lauk,
sayur
5 Di masa nifas anda mengkonsumsi supelmen tambah darah yang
telah diberikan tenaga kesehatan sampai habis
PERSEPSI
6 Menurut anda pada masa nifas tidak perlu mengkonsumsi makan
telur, ikan, daging karena akan memperlambat penyembuhan
luka
7 Mendukung budaya tarak makan
22
ramu-ramuan
Benar Tidak
c) Faktor Enabling (pemungkin)
1 Jarak antara pelayan untuk mendapatkan informasi kesehatan
gizi nifas jauh dari tempat tinggal
2 Layanan pada pelayanan kesehatan kurang memuaskan
3 Kurangnya pemberian informasi yang diberikan oleh petugas
kesehatan mengenai nutrisi Ibu nifas
4 Petugas kesehatan memberikan vitamin A dan tablet tambah
darah pada masa nifas.
5 Sulit untuk membeli makanan bergizi karena perekonomian
kurang
6 Bidan melakukan kunjungan nifas dan memeberi tau gizi nifas
7 Adanya bantuan makanan untuk ibu nifas dengan gizi kurang
23
PREDISPOSING REINFORCING ENABLING
Respon Rendah Presepsi Rendahbya Tidak ada Adanya Tidak ada Kurangnya Kurangnya Kurangnya Ekonomi untuk
N den nya yang pengetahu dukungan budaya tarak tokoh yang informasi keterjangkauan informasi memelimakanan
o pendidik keliru an ibu nifas keluarga makan/ menjadi yang tepat layanan pada ibu nifas bergizi kurang
an ibu terhada terhadap untuk melarang panutan di mengenai kesehatan
nifas p gizi gizi nifas mengkonsu mengkonsu lingkungan gizi nifas dari Untuk
nifas msi msi sekitar keluarga memeproleh
maknan beberapa maupun informasi
bergizi makanan tetangga
tertentu
1 NY. I SMP
2 NY. s SMP
3 NY. I SMP X
4 NY. H SMP X X
5 NY. H SMP X
6 NY. L SD
7 NY. A SMA X
8 NY. E SMA X X
\
9 NY. K SD
1 NY. K SMP X X
0
1 NY. E SMA X X
1
1 NY. S SMA X X
2
1 NY.S SMP X
3
1 NY.R SMA
4
1 NY .F SMP
5
jumlah 15 15 14 15 15 15 15 7 10
Tabel Analisis Data Pimer Masalah Gizi Nifas di desa Pontang kec. Ambulu Kab. Jember
Predispossing Factors
faktor prilaku
1. Rendahnya pendidikan
ibu nifas 1. kurangnya pengetahun
2. Presepsi yang keliru tentang gizi nifas
terhadap gizi nifas 2. Adanya sikap tarak
3. Rendahbya pengetahuan makan
ibu nifas terhadap gizi Quality of life
nifas
1. Drainage gizi
Status Kesehatan 2. Produksi ASI kurang
faktor lingkungan
Reinforcing Factors 3. Kesehatan bayi
Masalah gizi masa 4. Penyembuhan luka lama
1. Tidak ada dukungan keluarga 1. Ekonomi kurang
nifas
2. Adanya budaya tarak makan 2. Tidak ada penyuluhan 5. Proses Involusi terganggu
3. Tidak ada tokoh yang oleh tenaga keshatan 6. Menurunkan
menjadi panutan
3. Adamya adat istiadat produktifitas untuk
4. Kurangnya informasi yang
tepat mengenai gizi nifas
yang mendorong untuk beraktifitas
tarak makan
Enabling Factors
1. Kurangnya keterjangkauan
layanan kesehatan
2. Kurangnya informasi/
penyuluhan pada ibu nifas
3. Ekonomi kurang
26
Predispossing Factors
LINGKUNGAN MANUSIA
SARANA
PRASARANA METODE
A. Tujuan
- Menambah pengetahuan ibu nifas akan pentingnya gizi seimbang pada masa nifas
- Mengubah presepsi pada ibu nifas maupun tokoh masyarakat tentang budaya tarak
makan
- Ibu nifas dapat memenuhi kebutuhan gizi seimbang dan tinggi protein pada masa
nifas
- Bertambahnya kesadaram masyarakat terhadap pentingnya gizi ibu nifas
- Menjalin hubungan baik ibu nifas dan tenaga kesehatan.
B. Sasaran
Sasaran primer
- Ibu nifas, dengan gizi bermasalah di desa pontang sebanyak 15 orang (58%), ibu
nifas dengan gizi tidak bermasalah sebnayak 11 orang (42%) dengan
diadakannaya penyuluhan, pembagain leaflet, dan pemantauan lewat kunjungan
rumah diharapkan pengetahuan bertambah, perubahan presepsi menjadi lebih
baik, dan penerapan gizi seimbang dan tinggi protein pada masa nifas.
Sasaran sekunder
- Keluarga ibu nifas, untuk memecahkan faktor reinforcing dibutuhkan pendekatan
kepada keluarga dan pemberian informasi gizi nifas agar keluarga dapat
mendukung untuk terpenuhinya gizi ibu selama masa nifas.
Sasaran Tersier
- Tokoh masyarakat (RT, RW), dengan adanya penyuluhan dan mengetahun para
tokoh masyarakat bertambah dapat mendukung ibu nifas dalam menjalankan gizi
nifas seimbang sehingga diharapkan masalah dari faktor reinabling teratasi.
- Kader, dengan diadakannnya penyuluhan dengan kader diharapkan dapat
membagi ilmu ketika kegiatan-kegiatan didesa kepada masyarakat lainnya
sehinga penyebaran informasi akan gizi nifas seimbang lebih cepat dan
diharapkan masalah dari faktor reinabling teratasi.
- Masyarakat desa, dengan diadakannya penempelan poster pada tempat tempat
umum diharapkan masyarakat mengerti akan pentingnya gizi ibu nifas dan
mendukung untuk tidak tarak makan sehingga diharapkan masalah dari faktor
reinabling teratasi.
Domain perilaku
Terdspat tiga domain perilaku kesehatan yaitu:
27
1. Domain kognitif yang yang berupa pemahaman, pengetahuan,
pengaplikasian, penganalisaan, dan evaluasi yang dilakukan.
2. Domain Afektif yang berupa penerimaan, daya tanggap, dan rasa
pertanggungjawaban.
3. Domain psikomotor yang berupa pandangan terhadap suatu hal, respon yang
diberikan, serta mekanisme dan proses pertahanan untuk menyesuaikan atau
beradaptasi dengan hal baru.
Pada masalah gizi nifas di desa Pontang Kecamatan Ambulu Kab. Jember ini masalah
utama adalah fakor reinforcing dan predispossing dimana pengetahuan masyarakat,
tokoh masyarakat serta ibu hamil masih kurang tentang gizi nifas. hal tersebut
termasuk dalam Domain Kognitif (Pengetahuan) Oleh karena itu dibutuhkan
metode dalam kegiatan pemecahan masalah. Berikut merupakan metode yang kami
gunakan:
C. Metode
1. Metode Penyuluhan Berdasarkan Teknik Komunikasi
- Metode Penyuluhan Langsung .
Pada penyelesaian masalah kelompok kami memilih teknik
komunikasi dengan metode penyuluhan langsung dimana para penyuluh
langsung berhadapan atau bertatap muka dengan sasaran dengan melakukan
penyuluhan di salah satu rumah tokoh masyarakat (RW), selain itu setelah
diadakn penyuluhan diadakan juga kunjungan nifas 2 minggu sekali untuk
mengetahui perkembangan responden.
2. Metode penyuluhan berdasarkan jumlah sasaran yang dicapai
-Pendekatan Masal
Petugas Promosi kesehatn menyampaikan pesannya secara
sekaligus kepada sasaran yang jumlahnya banyak. Dengan penyebaran
tulisan poster dan leaflet. Menyaampaikan kepada ibu nifas, tokoh
masyarakat, beserta kader dalam acara penyuluhan.
- Pendekatan Perorangan
Dalam hal ini para penyuluh berhubungan secara lansung maupun
tidak langsung dengan sasaran secara perorangan yaitu dengan
melakukan kunjungan nifas.
- Bentuk Pendekatannya
Bimbingan dan penyuluhan (Guidence and consoling)
28
Perubahan perilaku terjadi karena adanya kontak yang intensif
antara klien dengan petugas dan setiap masalahnya dapat diteliti dan
dibantu penyelesaiannya dengan penyuluhan di salah satu rumah
RT/RW.
3. Metode Pendidikannya
a) Metode Ceramah Tanya jawab
suatu cara yang kelompok kami gunakan dalam menerangkan dan
menjelaskan pentingnay gizi nifas, pengertian atau pesan secara lisan kepada
sekelompok sasaran yaitu ibu nifas dan tokoh masyarakat sehingga memperoleh
informasi tentang kesehatan gizi pada masa nifas.
D. Media
Dalam penyelesaian Masalah Gizi Ibu Nifas Di Desa Pontang Kecamatan
Ambulu Kabupaten Jember Tahun 2021 mengunakan pendekatan model teori
promosi kesehatan yaitu The Transtheoritical Model dan Health Belief Model
1. Transteorittical model
a) Pengertian Transteorittical model
Model transtheoretical adalah suatu model yang diterapkan untuk menilai
kesiapan seorang individu untuk bertidak atas perilaku sehat yang baru dan
memberikan strategi atau proses perubahan untuk memandu setiap individu
melalui tahapan perubahan untuk bertindak dalam pemeliharaan kesehatan. Suatu
model yang teoritis tentang perubahan perilaku, yang telah (menjadi) basis untuk
mengembangkan intervensi yang efektif untuk mempromosikan perubahan
perilaku kesehatan. Transteoretical model ini adalah sebuah model integrative
pada perubahan perilaku.
b) Proses Transteorittical model
2. Precontemplation
Langkah dimana orang-orang tidak mempunyai niat untuk bertindak dimasa
depan yang dapat diduga pada umunya 6 bulan ke depan. Orang-orang yang
mungkin termasuk di langkah ini adalah mereka yang tidak diberitahu tentang
konsekuensi dari perilaku mereka. Mereka bersifat menentang atau tanpa motivasi
atau mempersiapkan promosi kesehatan.
Tidak ada niat untuk mengkonsumsi gizi seimbang atau makanan yang
mengandung tinggi protein pada masa nifas.
29
Pada tahap precontamplation menuju ke contamplation melalui proses :
a) Consciousness Raising Peningkatan kesadaran : memberikan informasi.
Ibu nifas mendapat informasi tentang gizi nifas
b) Dramatic relief : adanya reaksi seara emosional
ibu nifas beraksi secara emosional untuk peringatan gizi nifas
(akibat jika gizi nifas tidak terpenuhi)
c) Environmental reevaluation mempertimbangkan pandangan ke lingkungan.
adanya pandangan bahwa memenuhi gizi nifas seimbang itu
penting bagi kesehatan ibu dan bayi.
3. Contemplation / Perenungan.
Orang-orang berniat untuk merubah ke 6 bulan berikutnya. Mereka sadar akan
pro menguvbah perilaku tetapi juga sangat sadar akan memberdayakan. Tahapan ini
menyeimbangkan anatara biaya dan keuntungan untuk menghasilkjan 2 sifat
bertentangan yang dapat menyimpan dalam periode lama. Belum membuat keputusan
yang tepat suatu reaksi. Pada tahap contemplation ke preparation melalui proses :
Self-reevaluation : penilaian kembali pada diri sendiri.
Ibu nifas yang tidak memenuhi kebutuhan gizinya menyebabkan produksi asi
berkurang dan ia merasa bersalah
4. Preparation / Persiapan.
Langkah dimana orang-orang berniat untuk mulai bertindak di masa
mendatang. Secara khas mereka mengambil keputusan penting dari masa yang lalu.
Individu ini mempunyai suatu rencana kegiatan seperti sambungan suatu kelas
pendidikan kesehatan, bertemu dengan dokter mereka, membeli suatu buku bantuan
diri atau bersandar pada suatu perubahan.
Mencoba untuk mengkonsumsi gizi nifas seimbang dan makanan yang
mengandung tinggi protein di masa nifas
self liberation: Pada tahap preparation ke action melalui proses
Mencari bahan dasar makanan dari lingkungan sekitar seperti sayur, telur dan
Mulai mengkonsumsi pemberian vit. A dan tablet tambah darah pada mas nifas
5. Action/ Tindakan
Langkah dimana orang sudah memodifikasi spesifik antara pikiran dengan
perilaku. Banyaknya anggapan tindakan sama dengan perilaku. Namun dalam model
30
ini perilaku tidak menghitung semua tindakan. Langkah action adalah juga langkah
dimana kewaspadaan melawan terhadap berbuat tidak baik lagi adalah kritis.
Mengkonsumsi gizi nifas seimbang dan makanan yang mengandung tinggi
protein dalam waktu tertentu
Mulai aktif berperilaku yang baru. Pada tahap action ke maintenance
melalui proses :
- Contingency management : adanya penghargaan, bisa berupa
punishment juga.
- Bidan memberikan reward pada ibu nifas bergizi baik
- Helping relationship : adanya dorongan / dukungan dari orang lain
untuk mengubah perilaku.
Ibu nifas dan keluarga mendukung untuk pemenuhan gizi nifas
- Counter conditioning : alternatif lain dari suatu perilaku.
- Adanya budaya tarak makan dari nenek moyang
Stimulus control : aadanya control pengacu untuk merubah perilaku.
- Tenkes menyebarkan media poster dan membagikan leflet
6. Maintenance / Pemeliharaan
Dimana orang-orang sedang aktif untuk mencegah berbuat tidak baik lagi
tetapi mereka tidak menggunakan proses perubahan sering seperti halnya orang-orang
dalam perang. Suatu langkah yang mana diperkirakan untuk terakhir. Ketika hasil dari
maintenance positif / dapat mengubah perilaku yang lebih baik maka akan terjadi
termination / perhentian.Ketika setelah maintenance terjadi relaps maka bisa kembali
pada tahap contemplation-preparation-action-maintence. Tidak lagi kembali ke
Precontemplation, karena sudah ada kesadaran / niat.
Sudah menerapkan untuk mengkonsumsi gizi nifas seimbang dan makanan yang
mengandung tinggi protein di masa nifas
7. Relaps (Kekambuhan)
Relaps (kekambuhan) atau disebut juga sebagai revolving door schema dapat
terjadi pada proses perubahan perilaku menurut teori ini. Kekambuhan merupakan
kembalinya perilaku seseorang pada kebiasaan yang lama. Biasanya pada tahap
pelaksanaan (action) maupun pemeliharaan (maintenance) kekambuhan dapat terjadi,
apalagi bila seseorang tidak mendapatkan dukungan positif dari lingkungannya.
31
2. Tahapan perubahan perilaku gizi nifas di Desa Pontang Kecamatan Ambulu
Kabupaten Jember sesuai Transteoritical Model
Tahapan Pendekatan Intervensi Pengaruh Media/Metode
Promkes
Prekontemplasi
Tidak ada niat untuk Menggunakan media Tinggi
mengkonsumsi gizi seimbang penyuluhan, memasang
atau makanan yang poster dan menyebarkan
mengandung tinggi protein leaflet. Dengan
pada masa nifas. menerspksn prokes. Di
o Consciousness raising balai desa, posyandu,
(peningkatan tempat umum dan rumah
kesadaran) : ibu tokoh masyarakat
nifasmendapatkan
informasi tentang gizi
nifas
o Daramatic relief
(pertolongan dramatis) :
ibu nifas beraksi secara
emosional untuk
peningkatan gizi nifas
(akibat jika gizi nifas
tidak terpenuhi)
o Enviromental
reevaluation (evaluasi
kembali lingkungan) :
adanya pandangan
bahwa memenuhi gizi
nifas seimbang itu
penting bagi kesehatan
ibu dan bayi
Kontemplasi
Menimbang-nimbang Menggunakan media Tinggi
32
manfaat untuk penyuluhan, memasang
mengkonsumsi gizi nifas poster dan menyebarkan
seimbang dan makanan yang leaflet dengan menerapkan
mengandung tinggi protein prokes. Dibalai desa,
dimasa nifas posyandu, tempat umum
Self-reevaluation dan rumah tokoh
Ibu nifas yang tidak masyarakat
memenuhi kebutuhan gizinya
menyebabkan produksi asi
berjurang dan ia merasa
bersalah
33
Helping relationship pemberian kuisioner post
Ibu nifas dan keluarga test atau memberikan
mendukung untuk pertanyaan kepada
pemenuhan gizi nifas responden secara langsung
Counter conditioning untuk mengetahui tingkat
Adanya budaya tarak makan pemahamannya.
dari nenek moyang 2. monitoring lewat
Stimulus control kunjungan rumah
Tenkes menyebarkan media membagikan leaflet dan
poster dan membagikan leflet poster pada ibu nifas door
Self-liberation to door yang dilakukan 2
Ibu nifsd berkomitmen untuk minggu sekali
mengkonsumsi gizi nifas
34
2. Health Belief Model
Health Belief Model (HBM) adalah model psikologis yang mencoba untuk
menjelaskan dan memprediksi perilaku kesehatan. Hal ini dilakukan dengan berfokus pada
sikap dan keyakinan individu.
1. Kerentanan (Perceived Susceptibility) yaitu seseorang merasakan keyakinan/percaya
akan kemungkinan sakit yang terjadi pada dirinya.
Pada media poster disajikan perbandingan dampak apabila melakukan tarak
makan dan tidak tarak makan serta gambar untuk mempermudah pemahaman akan
gizi nifas sehingga terjadi perubahan presepsi dan bertambahnya pengetahuan akan
gizi nifas yang benar.
2. Perceived Benefits yaitu seseorang menimbang keuntungan yang diperoleh antara
biaya yang dikeluarkan dengan tingkat sakitnya.
pada poster di sajikan keuntungan/ manfaat gizi nifas agar manjadi
pertimbangan bahwa gizi nifas yang seimbang dapat mengurangi ancaman penyakit.
35
Media Cetak
1.POSTER
36
2.LEAFLET
37
E. Evaluasi
Indikator Kesehatan
No Kegiatan Sebelum Sesudah Evaluasi
38
2. Penempelan Pengetahuan Pengetahuan gizi Adanya
poster gizi ibu nifas ibu nifas bertambah peningkatan
kurang dan megerti pengetahuan,
Salahnya makanan yang presepsi
Presepsi akan harus di konsumsi mulai
gizi nifas pada masa nifas, berubah,
Kurangnya dampak dari tarak terjalinnya
kesadaran makan, dan hubungan
masyarakat keuntungan jika gizi antara nakes
terhadap terpenuhi. dan ibu
pentingnya gizi Presepsi mulai nifas.
ibu nifas berubah karena kemudian
39
terhadap terpenuhi. dan ibu
pentingnya gizi Presepsi mulai nifas.
ibu nifas berubah karena kemudian
Kurangn pengetahuannya akan
terjalinnya sudah pertambah dilakuakan
hubungan ibu Kesadaran mulai Pemantauan
nifas dengan bertambah karena ibu nifas
tenaga faham akan dengan
kesehatan pentingnya gizi dan kumjungan
dampak jika gizi rumah
tidak terpenuhi kembali 2
Terjalin hubungan minggu
baik antara ibu nifas berikutnya
dengan tenaga Untuk
kesehatan dengan mengetahui
adanya penyuluhan kesadaran
dan
penerapan
gizi di masa
nifasnya
Pemantauan
ibu nifas
kembali 2
minggu
berikutnya
40
H. jadwal kegiatan
No Macam Kegiatan Sasaran Lokasi Jadwal Kegiatan
1. Penyuluhan Ibu nifas Rumah Setiap Satu bulan sekali
dan tokoh RW desa
masyarakat pontang
2. Penempelan poster Masyarakat Warung Setelah penyuluhan
dan tempat
umum
3. Pembagian leaflet Ibu nifas Di Rumah Saat penyuluhan
RW pada
saat selesai
Penyuluhan
41
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ibu nifas di desa pontang kecamatan Ambulu Kabupaten Jember 2021 ber
jumlah 26 orang dari bulan januari sampai agustus. Ibu nifas gizi bermasalah sebanyak 15
orang (58%) dan bu nifas gizi tidak bermasalah sebanyak 11 orang (42 % ) dan urutan faktor
maslah pada ibu nifas di desa pontang dengan teori L.GREEN, masalah utama terdapat pada
faktor Reinabling, kedua Faktor Predispossing dan yang terakhir adalah faktor Enabling.
Dari analisis masalah tersebut kami menggunakan metode penyuluhan, ceramah kepada
pendekatan perorangan dengan kunjungan rumah ibu nifas, pendekatan kelompok dengan
penyluhan media leaflet dan pendekatan masal dengan penempelan poster. Pendekatan
Promosi kesehatan yang kami gunakan menggunakan transsteoritical model dan health
belief model. Dengan diadakannya penyelesaian masalah tersebut diharapkan menambah
pengetahuan ibu nifas akan pentingnya gizi seimbang pada masa nifas, mengubah
presepsi pada ibu nifas maupun tokoh masyarakat tentang budaya tarak makan, ibu nifas
dapat memenuhi kebutuhan gizi seimbang pada masa nifas, kesadaram masyarakat
bertambah terhadap pentingnya gizi ibu nifas, defisiensi gangguan gizi ibu nifas menurun
dan terjalinnya hubungan baik ibu nifas dan tenaga kesehatan.
3.2 Saran
Saran yang dapat diberikan kepada petugas kesehatan yaitu memberikan
penyuluhan tentang pentingnya asupan makanan yang mengandung zat besi untuk
meningkatkan status gizi ibu menyusui, penyuluhan tentang faktor yang dapat
menghambat atau meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh, menghilangkan
kebiasaan minum the/kopi setelah makan untuk penyerapan zat besi dalam tubuh serta
pemberian vitamin yang mengandung zat besi (tablet tambah darah) untuk ibu
menyusui karena kebutuhan zat besi yang meningkat selama menyusui bayinya.
42
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati. R,E., Wulandari, D. (2011). Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Mitra. Cendika
Press
Istiany, Ari dan Rusilanti. 2013. Gizi Terapan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika (hlm:71-76)
Sulistiyoningsih H. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu;2011
43
Lampiran Lembar kuisioner
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58