Anda di halaman 1dari 64

Analisis Dan Pemecahan Masalah Pada Masalah Gizi Ibu Nifas

Di Desa Pontang Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember Tahun 2021


Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Model Konsep Promotif dan Preventif Dalam Pelayanan Kebidanan

Dosen Matakuliah:
Susilawati,SST,M.Kes

Kelompok 2

Disusun
oleh:

1. WAHYUNI JATI SAPUTRI P17331215040 8. WINDA TRIANA P17331215004


2. HIDAYATUL MUBTADI’AH P17331215050 9. NUR LAILI OKTAFIA P17331215043
3. NURFADILLAH P17331215052 10. SABILA NUR AZIZAH P17331215032
4. CESA BERLIANA MUTTAQIEN P17331215034 11. YULITA AMANAH SARI P17331215014
5. DESKA LORENSIA P17331215030 12. SUPRIK ATIN P17331215022
6. ELA HADI MULYANI P17331215004 13. DWI MEGA RAHAYU P17331215018
7. ENGGAL SWASTIKASARI P17331215003 14. TASYA FARIKHATUL Y P17331215028

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN JEMBER


JURUSAN KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
MALANG 2021/2022
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala Rahmat
dan Karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Model Konsep Promotif dan Preventif
Dalam Pelayanan Kebidanan dengan judul “Gizi Nifas”. Shalawat dan salam juga semoga
tercurah kepada nabi Muhammad SAW, kepada sahabat, keluarga serta umat yang senantiasa
meneldani beliau hingga akhir zaman
Kami menyadari bahwa selama melakukan penyusunan makalah ini banyak
menemukan kesulitan dan hambatan, namun atas segala bantuan dan bimbingan serta arahan
dari berbagai pihak kami mampu menyelesaikan laporan persentasi kasus dengan tepat
waktu.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada Ibu
Susilawati,SST.M.kes selaku dosen Pembimbing yang telah membimbing kami dalam
pembuatan makalah “Gizi Ibu Nifas”

Kami menyadari bahwa Laporan Persentasi Kasus ini masih perlu bimbingan sehingga
kami mengharapkan kritik saran yang membangun guna menyempurnakan penulisan
sebelumnya

Jember, 08 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................................................................3
1.4 Manfaat..................................................................................................................................3
BAB II ............................................................................................................................................4
LANDASAN TEORI.......................................................................................................................4
2.1 Pengertian Masa Nifas...........................................................................................................4
2.2 Peran dan Tanggung Jawab dalam Masa Nifas......................................................................4
2.3 Tahap Masa Nifas..................................................................................................................4
2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Lama penyembuhan luka perenium................................5
2.5 Hubungan Perilaku Pantang Makanan dengan Lama Penyembuhan Luka Perineum..................7
2.6 Pengertian Gizi Masa Nifas.........................................................................................................8
2.7 Zat Gizi Ibu Menyusui...............................................................................................................8
2.8 Kebutuhan Dasar Ibu Nifas..........................................................................................................9
2.9 Bahan Pangan yang Baik untuk Ibu Nifas................................................................................10
2.10 Faktor yang Mempengaruhi Pola Makan................................................................................13
2.11 Teori Precedee Proceed...........................................................................................................14
BAB III..........................................................................................................................................19
ANALISIS DATA DAN PEMECAHAN MASALAH..................................................................19
BAB IV..........................................................................................................................................28
PENUTUP.....................................................................................................................................28
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................28
3.2 Saran....................................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................iv

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angka Kematian Ibu bersama dengan Angka Kematian Bayi menjadi
indikator keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan. Angka Kematian Ibu
(AKI) pada periode 1992 sampai dengan 2007 mengalami penurunan. Hasil Survey
Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2007 menyebutkan bahwa AKI tahun
2007 sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut turun jika
dibandingkan AKI tahun 2002 sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup (Hasnawati,
dkk, 2008). Berdasarkan Data Statistik Indonesia (2008), AKI di Indonesia
mengalami penurunan selama periode 1992-2007. Angka tersebut masih belum bisa
mencapai indikator derajat kesehatan dalam mencapai Indonesia sehat 2010 yaitu
sebesar 125 per 100.000 kelahiran hidup (Soepardan, 2008). Penurunan AKI ini masih
terlalu lambat untuk mencapai Tujuan Target Millenium 5 (Millenium Development
Goals 5/MDG 5) dalam rangka mengurangi tiga per empat jumlah perempuan yang
meninggal akibat hamil serta bersalin pada tahun 2015 (WHO, 2005).
Di Jawa Timur, AKI pada tahun 2007 sebesar 137 per 100.000 kelahiran
hidup. Angka ini mengalamai penurunan dari tahun 2004 yaitu sebesar 149 per
100.000 kelahiran hidup (Dinkes Jatim, 2007). Sedangkan di Kecamatan Srengat
Kabupaten Blitar kematian maternal yaitu 2 dari 983 persalinan atau sebesar 0,2%
pada tahun 2009. Penyebab kematian maternal berdasarkan data Dinas Kesehatan
Indonesia 2008, dikelompokkan menjadi penyebab langsung dan tidak langsung.
Penyebab langsung kematian maternal yaitu perdarahan, eklamsi, infeksi serta
komplikasi nifas. Sedangkan penyebab tidak langsung kematian maternal terkait
dengan kondisi sosial, ekonomi, geografi serta budaya masyarakat (Hasnawati, dkk,
2008).
Masalah kematian maupun kesakitan pada ibu berhubungan dengan
faktorfaktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka
berada. Faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi
mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab-akibat antara makanan dan kondisi
sehat-sakit, kebiasaan serta ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif
maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak (Mass 2004). Berdasar penelitian

1
Baumali (2009) banyak masyarakat dari berbagai budaya percaya adanya hubungan
antara makanan dengan kesehatan ibu nifas yang sebenarnya salah, mereka
memberikan perlindungan yang bersifat sangat protektif terhadap ibu nifas sehingga
keputusan untuk mengkonsumsi makanan ditentukan oleh pihak yang dianggap punya
kewenangan, dalam hal ini suami dan orang tua serta orang yang memiliki
kemampuan seperti dukun.
Pada masa nifas diperlukan nutrisi yang bermutu tinggi dengan cukup kalori,
protein, cairan serta vitamin. Faktor nutrisi akan mempengaruhi proses penyembuhan
luka jalan lahir. Berdasarkan penelitian Ija (2009), status gizi akan mempengaruhi
penyembuhan luka. Pada sebagian pasien, penurunan kadar protein akan
mempengaruhi penyembuhan luka. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa
bidan di Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar, fenomena berpantang makanan masih
banyak dilakukan oleh masyarakat pada masa nifas. Masyarakat masih percaya
adanya hubungan antara makanan tertentu dengan kesehataan ibu nifas serta bayi.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul
“Hubungan Perilaku Pantang Makanan dengan Lama Penyembuhan Luka
Perineum pada Ibu Nifas di Kecamatan ”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Masa Nifas?
2. Apa Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas?
3. Apa saja Tahap masa nifas?
4. Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi lama penyembuhan luka perenium ?
5. Bagaimanakah Hubungan Perilaku Pantang Makanan dengan Lama Penyembuhan
Luka Perineum?
6. Apa pengertian dari gizi Ibu nifas?
7. Apa saja zat gizi Ibu Menyusui?
8. Apa saja kebutuhan dasar Ibu nifas?
9. Apa saja bahan pangan yang baik untuk Ibu nifas?
10. Apa saja faktor yang mempengaruhi pola makan?
11. Apa yang dimaksud dengan teori precedee proceed?
12. Bagaimana Analisis data primer dan skunder di desa pontang kec Ambulu Kab
Jember ?
13. Bagaimana aplikasi maslaah dengan metode L.Green?
14. Bagaimana Peneyelesaian masalaha untuk kasus analisi data primer dan skunder?

2
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan maa nifas
2. Mengetahui peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas
3. Mengetahui tahap masa nifas
4. Mengetahui dan meamahmi faktor-faktor yang mempengaruhi lama penyembuhan
luka perenium
5. Mengetahui hubungan perilaku pantang makanan dengan lama penyembuhan
6. Mengetahui apa tujuan gizi bagi ibu nifas
7. Mengetahui zat gizi Ibu menyusui
8. Mengetahui kebutuhan dasar Ibu nifas
9. Mengetahui bahan pangan yang baik untuk Ibu nifas
10. Mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi pola makan
11. Mengetahi teori tentang percedee proceed.
12. Mengetahui Analisis data primer dan skunder di desa pontang kec Ambulu Kab
Jember
13. Memahami aplikasi maslaah dengan metode L.Green
14. Mengetahui Peneyelesaian masalaha untuk kasus analisi data primer dan skunder

1.4 Manfaat
Manfaat yang akan di dapatkan dari adanya makalah ini adalah:
1. Bagi mahasiswa
Manfaat yang dapat diambil dari makalah ini adalah mahasiswa menjadi mengerti
dan paham tentang pengertian dan penanganan masalah gizi ibu nifas cara analisis
data primer dan sekunder, menegtahui cara aplikasi maslaah dengan metode
L.Green dan cara mengatasi pemecahan masalah tersebut
2. Bagi penulis
Hasil pembuatan makalah ini diharpkan dapat memberikan kesempatan untuk
menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang gizi bagi dunia kebidanan
cara analisis data primer dan sekunder, menegtahui cara aplikasi maslaah dengan
metode L.Green, dan cara mengatasi pemecahan masalah tersebut dan diharapkan
dapat menerapkan di lapangan nantinya

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Masa Nifas


Masa nifas berasal dari bahasa latin yaitu Puer adalah bayi dan parous adalah
melahirkan yang berarti masa sesudah melahirkan. (Saleha, 2008) Masa nifas adalah
masa setelah keluarnya plasenta sampai alatalat reproduksi pulih seperti sebelum
hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari.
(Ambarwati, 2009) Masa nifas adalah akhir dari periode intrapartum yang ditandai
dengan lahirnya selaput dan plasenta yang berlangsung sekitar 6 minggu. (Varney,
1997) Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil)
yang berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Jadi, Masa Nifas (puerperium) adalah
masa setelah keluarnya plasenta sampai pemulihan kembali alat-alat reproduksi
seperti keadaan semula sebelum hamil yang berlangsung 6 minggu (40 hari).
2.2 Peran dan Tanggung Jawab dalam Masa Nifas

Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas adalah sebagai berikut:

1. Sebagai teman terdekat sekaligus pendamping untuk memberikan dukungan


yang terus menerus selama masa nifas yang baik dan sesuai dengan kebutuhan
ibu agar mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama persalinan dan
nifas.
2. Sebagai pendidik dalam asuhan pemberian pendidikan kesehatan terhadap ibu
dan keluarga.
3. Sebagai pelaksana asuhan kepada pasien dalam hal tindakan perawatan,
pemantauan, penanganan masalah, rujukan, dan deteksi dini komplikasi masa
nifas

2.3 Tahap Masa Nifas


1. Puerperium dini (immediate post partum periode)
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam, yang dalam hal
ini ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Masa ini sering

4
terdapat banyak masalah misalnya perdarahan karena atonia uteri oleh karena
itu bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus,
pengeluaran lokhia, tekanan darah dan suhu.
2. Puerperium intermedial (Early post partum periode)
Masa 24 jam setelah melahirkan sampai dengan 7 hari (1 minggu).
Periode ini bidan memastikan bahwa involusio uterus berjalan normal, tidak
ada perdarahan abnormal dan lokhia tidak terlalu busuk, ibu tidak demam,
ibu mendapat cukup makanan dan cairan, menyusui dengan baik, melakukan
peraw atan ibu dan bayinya sehari-hari.
3. Remote Puerperium (Late post partum periode)
Masa 1 minggu sampai 6 minggu sesudah melahirkan. Periode ini bidan
tetap melanjutkan pemeriksaan dan peraw atan sehari-hari serta memberikan
konseling KB.

2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Lama penyembuhan luka perenium


A. Faktor eksternal
1. Status Gizi
Status gizi mempengaruhi kecepatan penyembuhan luka. Status gizi
yang buruk mempengaruhi sistem kekebalan tubuh yang memberi
perlindungan terhadap penyakit infeksi seperti penurunan sekretori imuno
globulin A (AIgA) yang dapat memberikan kekebalan permukaan membran
mukosa, gangguan sistem fagositosis, gangguan pembentukan kekebalan
humoral tertentu, berkurangnya sebagian komplemen dan berkurangnya
thymus sel (T).
2. Lingkungan
Dukungan dari lingkungan keluarga, dimana ibu akan selalu merasa
mendapatkan perlindungan dan dukungan serta nasihatnasihat khususnya
orang tua dalam merawat kebersihan setelah persalinan.
3. Tradisi
Di Indonesia ramuan peninggalan nenek moyang untuk perawatan
setelah persalinan masih banyak digunakan, termasuk oleh kalangan
masyarakat modern. Misalnya untuk perawatan kebersihan genital,
masyarakat tradisional menggunakan daun sirih yang direbus dengan air
kemudian dipakai untuk cebok.

5
4. Pengetahuan
Pengetahuan ibu tentang perawatan setelah persalinan sangat
menentukan lama penyembuhan luka perineum. Apabila pengetahuan ibu
kurang, terlebih masalah kebersihan maka penyembuhan luka akan
berlangsung lama.
5. Sosial ekonomi
Pengaruh dari kondisi sosial ekonomi ibu dengan lama penyembuhan
perineum adalah keadaan fisik dan mental ibu dalam melakukan aktifitas
sehari-hari setelah persalinan.
6. Penanganan petugas
Pada saat persalinan, cara membersihkannya harus dilakukan dengan
tepat oleh penanganan petugas kesehatan, hal ini merupakan salah satu
penyebab yang dapat menentukan lama penyembuhan luka perineum.
B. Faktor interna
1. Usia
Usia berpengaruh terhadap imunitas. Penyembuhan luka yang terjadi
pada orang tua sering tidak sebaik pada orang yang muda. Hal ini
disebabkan suplai darah yang kurang baik, status nutrisi yang kurang atau
adanya penyakit penyerta. Sehingga penyembuhan luka lebih cepat terjadi
pada usia muda dari pada orang tua.
2. Penanganan jaringan
Penanganan yang kasar menyebabkan cedera dan memperlambat
penyembuhan.
3. Hipovolemia
Volume darah yang tidak mencukupi mengarah pada vasokonstriksi
dan penurunan oksigen dan nutrien yang tersedia utuk penyembuhan luka.
4. Faktor lokal Edema
Penurunan suplai oksigen melalui gerakan meningkatkan tekanan
interstisial pada pembuluh.
5. Personal hygiene
Personal hygiene (kebersihan diri) yang kurang dapat memperlambat
penyembuhan, hal ini dapat menyebabkan adanya benda asing seperti debu
dan kuman.

6
6. Medikasi
Steroid dapat menyamarkan adanya infeksi dengan menggangu respon
inflamasi normal. Antikoagulan dapat menyebabkan hemoragi. Antibiotik
spektrum luas atau spesifik efektif bila diberikan segera sebelum
pembedahan untuk patolagi spesifik atau kontaminasi bakteri. Jika
diberikan setelah luka ditutup, tidak efektif karena koagulasi intrvaskular.
7. Aktivitas yang berlebih
Aktivitas yang berlebih dapat menghambat perapatan tepi luka serta
mengganggu penyembuhan yang diinginkan.
8. Penyakit penyerta
Pada penyakit diabetes melitus (terjadi kerusakan imunitas), pada
penderita yang mendapat radioterapi juga mempengaruhi penyembuhan
luka karena akan terjadi penurunan vaskularisasi jaringan dan
penyembuhan luka pada daerah yang diradiasi sering terganggu.
(Rusjiyanto, 2009 dan Smelzer, 2002).

2.5 Hubungan Perilaku Pantang Makanan dengan Lama Penyembuhan Luka


Perineum

Pantang makanan pada masa nifas dapat menurunkan asupan gizi ibu yang akan
berpengaruh terhadap kesehatan ibu, pemulihan tenaga, penyembuhan luka
perineum dan produksi ASI bagi bayi. Hal tersebut tidak sesuai dengan anjuran
untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat, sayuran dan buah
yang mengandung vitamin dan mineral, protein hewani, protein nabati serta banyak
minum setiap hari (Suprabowo, 2006). Berpantang makanan dalam waktu lama
dapat berakibat buruk terhadap kesehatan dan angka kesakitan ibu. Kecukupan zat
gizi sangat berperan dalam proses penyembuhan luka. Tahapan penyembuhan luka
memerlukan protein sebagai dasar untuk pembentukan fibroblast dan terjadinya
kolagen, disamping elemen-elemen lain yang diperlukan untuk proses penyembuhan
luka seperti vitamin C yang berperan dalam proses kecepatan penyembuhan luka.
Vitamin A berperan dalam pembentukan epitel dan sistem imunitas. Vitamin A
dapat meningkatkan jumlah monosit, makrofag di lokasi luka, mengatur aktifitas
kolagen dan meningkatkan reaksi tubuh pada fase inflamasi awal. Zat gizi lain yang

7
berperan yaitu Vitamin E yang merupakan antioksidan lipopilik utama dan berperan
dalam pemeliharaan membran sel, menghambat terjadinya peradangan dan
pembentukan kolagen yang berlebih. Asam lemak esensial juga penting dalam
proses penyembuhan luka karena tidak bisa disintesa dalam tubuh sehingga harus
didapatkan dari makanan atau dari suplemen. Peranan asam lemak esensial ini
adalah mengurangi peradangan, mengurangi pengentalan sel-sel darah dan berperan
dalam mencegah perkembangbiakan sel-sel yang tidak normal (Nurhikmah dan
Rusjiyanto, 2009).

2.6 Pengertian Gizi Masa Nifas


Gizi pada ibu nifas menurut Waryana (2010: 68) yaitu makanan yang harus
dikonsumsi pada masa nifas harus seimbang, bergizi dan cukup energi. makanan
yang dikonsumsi seharusnya mengandung sumber tenaga (energi), sumber
pembangun (protein), sumber pengatur dan pelindung (mineral, vitamin, dan air).
kebutuhan gizi ibu nifas terutama pada menyusui bila menyusui akan meningkat
25%. karena guna untuk proses penyembuhan karena habis melahirkan dan untuk 13
produksi ASI yang cukup untuk menyehatkan bayi. makanan yang dikonsumsi
berguna untuk melakukan aktivitas, metabolisme, cadangan makan dalam tubuh,
proses produksi ASI, serta sebagai ASI itu sendiri yang akan di konsumsi bayi untuk
pertumbuhan dan perkembangan. makanan seimbang yang harus di konsumsi adalah
porsi cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas, atau berlemak, tidak mengandung
alkohol, nikotin, serta bahan pengawet dan pewarna.

2.7 Zat Gizi Ibu Menyusui


Menurut Sulistyaningsih (2011: 154) Berikut ini beberapa zat gizi yang perlu
diperhatikan oleh ibu menyusui yaitu:

1) Energi

Kebutuhan energi ibu terdiri dari 60-70% karbohidrat, 10-20%


protein, dan 20-30% lemak. kebutuhan energi yang meningkat 500- 700 kkal,
dengan demikian bila ibu biasa makan 3 kali dengan porsi yang ditambah.
Meningkatnya kebutuhan energi ini karena diasumsikan tiap 100cc ASI
mampu memasok 67-77 kall, sedangkan ibu harus mengeluarkan 750 cc ASI
pada bulan pertama dan 600 cc ASI pada bulan berikutnya. Perhitungan ini
menguatkan pendapat bahwa memberikan ASI akan membuat berat badan

8
ibu kembali normal dan menipis isu bahwa menyusui dapat menyebabkan
kegemukan

2) Protein

Setiap ASI mengandung 1,2 gram, sehingga selama menyusui ibu


membutuhkan tambahan protein sebanyak 20 gram per hari. meningkatnya
kebutuhan protein ini, selain untuk membentuk protein susu juga dibutuhkan
untuk sintesis hormon yang dibutuhkan dalam produksi ASI (prolaktin) dan
hormon yang mengeluarkan ASI (oksitosin). Pemenuhan kebutuhan protein
yang meningkat dapat dipenuhi dengan cara menambah satu potong lagi
makanan sumber protein yang bisa dikonsumsi. Sumber protein yang dapat
diperoleh dari ikan, daging, ayam, daging sapi, telur, susu, dan juga tahu,
tempe, serta kacang-kacangan. Jika kebutuhan protein tidak terpenuhi dari
makanan maka protein diambil dari protein ibu yang berada di otot. Hal ini
mengakibatkan ibu menjadi kurus dan setelah menyusui akan meras lapar.

3) Lemak

Lemak jenuh ganda diperlukan dalam pembentukan ASI karena asam


lemak tak jenuh ganda diperlukan dalam perkembangan otak dan
pembentukan retina. Asam lemak tak jenuh ganda dapat diperoleh dari
minyak jagung, minyak biji kapas serta ikan salmon dan ikan haring.

4) Vitamin dan Mineral

Vitamin dan mineral diperlukan dalam jumlah yang sedikit. Kebutuhan


vitamin dan mineral ibu menyusui seperti Vitamin A, 15 Thiamin,
Riboflavin, Niasin, Vitamin C, Zat besi, Kalsium, Asam folat. Vitamin yang
perlu mendapatkan diperhatikan khusus diantaranya Vitamin A, Vitamin D,
Vitamin C dan Vitamin B.

2.8 Kebutuhan Dasar Ibu Nifas


Kebutuhan Dasar Ibu Nifas menurut Saleha (2009: 71) yaitu sebagai berikut:

1) Mengonsumsi tambahan kalori tiap hari sebanyak 500 kkal

2) Makanan diet berimbang, cukup protein, mineral, dan vitamin.

9
3) Minum sedikitnya 3 liter / hari, terutama setelah menyusui.

4) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40
hari pasca persalinan.

5) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar dapat memberikan vitamin A


kepada bayinya melalui ASI.

2.9 Bahan Pangan yang Baik untuk Ibu Nifas


Menurut Istiany dan Rusilanti, (2013: 77) bahan pangan yang baik untuk ibu
menyusui meliputi:

1) Karbohidrat

a) Nasi Merah

Kandungan nasi merah memberikan tubuh kalori yang memadai


untuk memproduksi ASI dengan kualitas yang terbaik, dan serat yang
baik bagi pencernaan ibu selama masa menyusui.

b) Roti gandum dan Pasta

Kedua jenis pangan ini diperkaya dengan folat dan sangat baik
untuk ibu menyusui. Roti gandum juga memberikan dosis yang sehat
dari serat dan zat besi.

c) Ubi

Ubi juga menjadi sumber energi untuk memproduksi ASI. Rasanya


yang manis memberikan cukup energi dalam memenuhi kebutuhan
kalori selama masa menyusui.

2) Protein

a) Protein nabati

Protein nabati merupakan kacang-kacanga, terutama yang berwarna


gelap seperti kacang hitam dan kacang ginjal, kacang kedelai dengan
hasil olahan berupa (tahu dan tempe), kacang hijau, kacang merah,
kacang polong, dan lain-lain

10
b) Protein Hewani

Protein hewani merupakansegala bentuk produk olahan dari hewani


meliputi:

(1) Daging sapi dianjurkan yang memiliki lemak sedikit atau


tanpa lemak, bisa didapatkan pada bagian daging khas dalam,
karena selain menyediakan protein, daging juga kaya akan
zat bezi.

(2) Susu selain menyediakan protein, vitamin B, dan vitamin D,


produk susu adalah salah satu sumber kalsium yang terbaik.
Kalsiuum dapat membantu perkembangan tulang bayi.

(3) Ayam 100 gram daging ayam megandung 74% air, 22%
protein, 13 miligram zat kalsium, 190 miligramzat fosfor dan
1,5 miligram zat besi sehingga cukup baik di konsumsi oleh
ibu menyusui.

(4) Telur, kuning telur adalah salah satu dari beberapa sumber
alami vitamin D. selain itu, telur juga serbaguna untuk
memenuhi kebutuhan protein sehari-hari.

(5) Ikan menjadi sumber protein hewani yang sangantt dianjurkan


untuk setiap hari, karena alas an sebagai berikut:

- Daging putih mengandung asam lemak tak jenuh


omega 3 dan protein yang berisi asam amino taurin
dan sepuluh jenis asam amino esensial
- Daging merah mengandung asam lemak tak jenuh
omega 3, protein vitamin A dan B.
- Kulit ikan mengandung vitamin A dan B2.
- Tulang ikan mengandung mineral, terutama
kalsium dan fosfor.
- Isi perut mengandung vitamin dan mineral

11
- Kepala dan mata mengandung polisakarida yang
berperan dalam kelembutan kulit dan pembuluh
darah.

3) Lemak

Lemak adalah kompenen terbesar didalam ASI, agar terpenuhi aman,


dan menunjang untuk mengaja kualitas ASI.beberapa makanan tinggi
kandungan asam lemak tak jenuh yaitu kacang kedelai, kacang tanah,
alpukat, minyak ikan, minyak kacang kedelai, minyak kacang tanah,
minyak kanola, dan minyak zaitun menjadi pilihan yang baik dalam
memenuhi kebutuhan akan lemak dalam ASI.

a) Vitamin larut lemak

Vitamin larut lemak terdiri dari vitamin A, D, E dan K. untuk


memperkaya kandungan ASI, konsumsi vitamin A tersebut bisa di
dapat dari susu, mentega, telur, minyak ikan, wortel, sayuran hijau,
kacang polong, buah warna kuning, dan minyak sawit. Tidak ada
perbedaan terhadap asupan vitamin D, E, dan K pada masa sebelum
menyusui, sayuran hijau kaya dengan vitamin A, ibu menyusui perlu
mendapatkan.

b) Vitamin larut air

Vitamin larut air adalah vitamin B komplek dan C. kelebihan


vitamin larut air adalah tidak tidak disimpan dalam bentuk cadangan,
melainkan akan terbuang melalui air seni. Pada dasarnya vitamin larut
air ini sudah terdapat pada pangan yang mengandung karbohidrat,
protein dan lemak, karena sifat dasarnya sebagai mikro nutrient.

c) Mineral

mineral dalam ASI berkontribusi banyak pada osmolalitas ASI.


Kandungan mineral dalam ASIa sesuai dengan laju pertumbuhan
manusia, sehingga konsentrasinya lebih rendah disbanding susu
hewan. Rendahnya konsentrasi mineral pada ASI ditujukan untuk
mengurangi beban pada ginjal bayi. Kecuali mineral penting seperti

12
magnesium, kalsium, besi danseng.bahan pangan penunjang
kebutuhan akan mineral bagi ibumenyusui biasanya didampingi
denagn zat makro nutrient lain.

4) Air

Kompenen ASI pertama adalah air. ASI adalah cairan yang yang sifatnya
isotonikdengan plasma ibu. Ibu menyusui dianjurkan agar lebih banyak
mengonsumsi air, minimal sepuluh gelas sehari. 23 Pemenuhan akan
kebutuhan air bisa didapat dari air mineral, jus buah, air sayur, air kacang
hijau, dan susu. Mengonsumsi cairan yang mengandung sari makanan tertentu
lebih dianjurkan, karena memiliki fungsi ganda dalam memenuhi produksi
ASI

2.10 Faktor yang Mempengaruhi Pola Makan


Menurut Sulistyaningsih, (2011: 52), faktor yang mempengaruhi pola makan
yaitu sebagai berikut :

1) Faktor Ekonomi

Variabel ekonomi yang masih cukup dominan dalam


mempengaruhi konsumsi pangan adalah pendapatan keluarga dan
harga. Meningkatnya pendapatan akan meningkatkan peluang untuk
membeli pangan dengan kualitas yang lebih baik, sebaliknya
penurunan pendapatan akan menyebabkan menurunnya daya beli
secara kualitas dan kuantitas.

2) Faktor Sosial Budaya

Pantang makan dalam mengonsumsi jenis makanan tertentu


dapat dipengaruhi oleh faktor budaya atau kepercayaan. Pantangan
yang didasari oleh kepercayaan pada umumnya mengandung
perlambang atau nasihat yang dianggap baik maupun tidak baik
yang lambat laun akan menjadi kebiasaan atau adat. Kebudayaan
suatu masyarakat mempunyai kekuatan yang cukup besar untuk
mempengaruhi seseorang dalam memilih dan mengolah pangan
yang akan dikonsumsi Faktor Agama Pantangan yang didasari

13
agama, khususnya Islam disebut haram dan individu yang
melanggar hukumnya dosa. Adanya pantangan makanan atau
minuman tertentu dari sisi agama dikarenakan makanan atau
minuman tersebut membahayakan jasmani dan rohani bagi yang
mengonsumsinya. Konsep halal dan haram sangat mempengaruhi
pemilihan bahan makanan yang akan dikonsumsi.

3) Pendidikan

Pendidikan dalam hal ini biasanya dikaitkan dengan


pengetahuan, akan berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan
dan pemenuhan kebutuhan gizi. Salah satu contoh, prinsip yang
dimiliki seseorang dengan pendidikan rendah biasanya yang penting
mengenyangkan, sehingga porsi bahan makanan sumber karbohidrat
lebih banyak dibandingkan dengan kelompok bahan makanan lain.
Sebaliknya, kelompok orang dengan pendidikan tinggi memiliki
kecenderungan memilih bahan makanan sumber protein dan
berusaha menyeimbangkan dengan kebutuhan zat gizi lain.

4) Lingkungan

Faktor lingkungan cukup besar pengaruhnya terhadap


pembentukan perilaku makan. Lingkungan yang dimaksud dapat
berupa lingkungan keluarga, sekolah, serta adanya promosi melalui
media elektronik maupun cetak. Kebiasaan makan dalam keluarga
sangat berpengaruh besar terhadap pola makan seseorang, kesukaan
seseorang terhadap makanan terbentuk dari kebiasaan makan yang
terdapat dalam keluarga.

2.11 Teori Precedee Proceed


PRECEDE (Predisposing, Reinforcing, and Enabling Causes in Educational
Diagnosis and Evaluation) adalah suatu model pendekatan yang dapat digunakan
dalam mendiagnosis masalah kesehatan ataupun sebagai alat untuk merencanakan
suatu kegiatan perencanaan kesehatan atau mengembangkan suatu model
pendekatan yang dapat digunakan untuk membuat perencanaan kesehatan. Namun,
pada tahun 1991 Green menyempurnakan kerangka tersebut menjadi PRECEDE-

14
PROCEED. PROCEED (Policy, Regulatory, Organizational, Construct, in
Educational and Environmental Development). PRECEDE digunakan pada fase
diagnosis masalah, penetapan prioritas masalah dan tujuan program, sedangkan
PROCEED digunakan untuk menetapkan sasaran dan kriteria kebijakan, serta
implementasi dan evaluasi. Menurut Green dan Kreuter perilaku dipengaruhi oleh 3
faktor, yaitu:

1. Faktor predisposisi (predisposing factor)


Faktor predisposisi seperti: pengetahuan, sikap, persepsi, kepercayaan, dan
nilai atau norma yang diyakini seseorang.
A. Pengetahuan
- Pengetahuan merupakan hasil dari tahu akibat proses penginderaan
terhadap subyek tertentu, yang berasal dari pendengaran dan
penglihatan.
- Tingkatan Pengetahuan, pengetahuan seseorang terhadap objek
mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis
besar tingkatan pengetahuan dibagi menjadi 6 tingkatan, yaitu :
- Tahu (know), Tahu hanya diartikan sebagai recall (memanggil) memori
yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
- Memahami (comprehension), Memahami suatu objek bukan sekedar
tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi
orang tersebut harus dapat menginterpretasikan dengan benar tentang
objek yang diketahui tersebut.
- Aplikasi (application), Aplikasi diartikan apabila orang yang telah
memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau
mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.
- Analisis (analysis), Analisis adalah kemampuan seseorang untuk
menjabarkan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara
komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek
yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah
sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat
membedakan atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram
(bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.

15
- Sintesis (synthesis), Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang
untukmerangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang
logisdari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan
kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang sudah ada.
- Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang
untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek
tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria
yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Ada beberapa faktor yang memengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu:

A. Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu upaya untuk mengembangkan
kemampuan seseorang sehingga dapat berperilaku baik. Pendidikan bisa
didapatkan dari sekolah maupun diluar sekolah. Pendidikan juga dapat
mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, semakin tinggi tingkat
pengetahuan seseorang semakin mudah dalam mencerna suatu
informasi, dibandingkan dengan tingkat pendidikan rendah. Pendidikan
dapat mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi pendidikan
seseorang maka semakin mudah orang tersebut untuk menerima
informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung
untuk mendapatkan informasi,baik dari orang lain maupun dari media
massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula
pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Hasil penelitian Sutrisno
yang berjudul hubungan tingkat pendidikan ibu dengan sikap pemberian
asi eksklusif di wilayah Puskesmas Kartasura Kabupaten Sukoharjo
menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat
pendidikan ibu dengan sikap pemberian ASI ekslusif dengan nilai p =
0,002. Ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi mempunyai sikap
yang tinggi dalam pemberian ASI eksklusif sehingga tercapainya
pemberian ASI eksklusif.

16
B. Media massa / informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non
formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact)
sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.
Dengan kemajuan teknologi tersedianya berbagai macam media massa
dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat.
C. Sosial budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk.Dengan demikian
seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan.
Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu
fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial
ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
D. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh
terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada
dalam lingkungan tersebut.
E. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi
pada masa lalu.
F. Umur
Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin bertambah umur akan semakin berkembang pula
daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang
diperolehnya semakin membaik. Seiringdengan bertambahnya umur
seseorang, maka akan terjadi suatu perubahan fisik maupun psikologis,
sehingga dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang terhadap daya
tangkap dan pola pikir.13 Dari uraian ini maka dapat disimpulkan bahwa

17
bertambahnya umur dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan
yang diperolehnya, akan tetapi pada umur – umur tertentu atau
menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu
pengetahuan akan berkurang. Dalam penelitian Ida yang berjudul faktor-
faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif 6 bulan di
wilayah kerja Puskesmas Kemiri Muka Kota Depok tahun 2011 tidak
terdapat hubungan bermakna antara umur ibu denganperilaku pemberian
ASI eksklusif. Meskipun tidak ada hubungan yang bermakna secara
statistik, tetapi perilaku pemberian ASI eksklusif pada umur ibu 20-35
tahun lebih besar yaitu 25,7% dibanding umur ibu <20 tahun atau >35
tahun yang hanya sebesar 25,0%. Hal tersebut menunjukkan
kecenderungan untuk lebih memberikan ASI eksklusif pada umur ibu
20-35tahun.
G. Pekerjaan
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) pekerjaan adalah
sesuatu yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Suatu
pekerjaan harus dilakukan berdasarkan keahlian, pengetahuan,
kemampuan dan pengalaman agar dapat menghasilkan suatu hasil yang
baik. Pekerjaan dapat mempengaruhi sebuah tingkat pengetahuan
berhubungan dengan lingkungan tempat kerja yang membuat seseorang
dapat memperoleh pengetahuan secara langsung maupun tidak langsung.
Dalam penelitian Fitriyani Bahriyah, dkk, dengan judul hubungan
pekerjaan ibu terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi. Hasil uji
statistik menunjukan ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu
terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi (p value <0,05)(P=0,018)
dan ibu yang tidak bekerja mempunyai peluang sebesar 0,396 kali lebih
besar untuk memberikan ASI Eksklusif dibanding dengan ibu yang
bekerja.
3. Faktor pemungkin (enabling factor)
Faktor pemungkin yaitu faktor lingkungan yang memfasilitasi perilaku
seseorang.
4. Faktor penguat (reinforcing factor)

18
Faktor penguat seperti perilaku orang lain yang berpengaruh (tokoh
masyarakat, guru, petugas kesehatan, orang tua, dan pemegang keputusan) yang
dapat mendorong orang untuk berperilaku.

19
BAB III
ANALISIS DATA DAN PEMECAHAN MASALAH

Analisis Data Primer Dan Sekunder Ibu Nifas Di Desa Pontang Kecamatan Ambulu
Kabupaten Jember Tahun 2021

A. Data Skunder

Jumlah Data ibu nifas


di Desa Pontang Kec.Ambulu Kab.Jember
Tahun 2021

30
26
25

20
15
15
11
10

gizi bermasalah gizi tidak bermasalah jumlah ibu ifas

Tabel Distribusi Data sekunder jumlah data ibu nifas

Distribusi Data ibu nifas


januari-Agutus 2021
Di Desa Pontang Kec.Ambulu Kab.Jember

7
6
5
4
3
2
1
0
januari februari Maret April Mei juni Juli Agustus

gizi bermasalah gizi tidak bermasalah jumlah ibu nifas

Tabel Distribusi Data sekunder ibu nifas setiap bulan

20
Keterangan:
1. Januari = 3 tarak makan 2
2. Februari = 1
3. Maret = 5 tarak makan 2
4. April = 3 tarak makan 2
5. Mei = 4 tarak makan 2
6. Juni = 3 tarak makan 1
7. Juli = 1 tarak makan
8. Agustus = 6 tarak makan 4
 Total ibu Nifas jan – Agustus= 26 org
 Ibu nifas yang tarak = 15 org

Persentase
15
 Ibu nifas gizi bermasalah= x 100 %=¿58%
26
11
 Ibu nifas gizi tidak bermasalah = x 100 %=42 %
26
9.

21
B. Data Primer
LEMBAR KUESIONER PENELITIAN FAKTOR PENYEBAB MASALAH GIZI
IBU NIFAS
TENTANG BUDAYA PANTANG MAKAN TAHUN 2021
Tanggal Wawancara:
Identitas responden
Nama :
Umur :
Pendidikan : SD SMP SMA PT
Pekerjaan : Bekerja Tidak Bekerja

Alamat :

Petunjuk: Berilah tanda (√) pada item jawaban yang anda pilih

a) Faktor predispossing (penentu) Benar Tidak

PENGETAHUAN
1 Masa nifas adalah masa setelah melahirkan sampai dengan 40
hari setelah melahirkan
2 Selama masa nifas dibutuhkan asuhan asuhan gizi yang cukup
untuk kesehatan ibu dan bayi.
3 Pada masa nifas dibutuhkan makanan yang mengandung protein
seperti tahu, tempe, telur, ikan, daging, susu, dsb.
SIKAP
4 Setiap harinya di masa nifas anda mengkonsumsi nasi, lauk,
sayur
5 Di masa nifas anda mengkonsumsi supelmen tambah darah yang
telah diberikan tenaga kesehatan sampai habis
PERSEPSI
6 Menurut anda pada masa nifas tidak perlu mengkonsumsi makan
telur, ikan, daging karena akan memperlambat penyembuhan
luka
7 Mendukung budaya tarak makan

b) Faktor reinforcing (penguat) Sering Kadang Tidak


-kadang pernah
1 Dari keluarga ada yang melarang untuk mengkonsumsi
beberapa makan tertentu di masa nifas
2 Dari keluarga ada yang melarang untuk mengkonsumsi
mmakan-makanan berkuah pada masa nifas
3 Dari keluarga adakah yang berperan untuk
menyediakan nutrisi atau makanan bagi Ibu nifas
4 keluarga membatasi jumlah minum air putih
5 Tokoh masyarakat yang menganjurkan untuk tarak
mkan
6 Keluarga melarang makan ikan dan telur

7 Keluarga ada yang menyarankan minum jamu atau

22
ramu-ramuan

Benar Tidak
c) Faktor Enabling (pemungkin)
1 Jarak antara pelayan untuk mendapatkan informasi kesehatan
gizi nifas jauh dari tempat tinggal
2 Layanan pada pelayanan kesehatan kurang memuaskan
3 Kurangnya pemberian informasi yang diberikan oleh petugas
kesehatan mengenai nutrisi Ibu nifas
4 Petugas kesehatan memberikan vitamin A dan tablet tambah
darah pada masa nifas.
5 Sulit untuk membeli makanan bergizi karena perekonomian
kurang
6 Bidan melakukan kunjungan nifas dan memeberi tau gizi nifas
7 Adanya bantuan makanan untuk ibu nifas dengan gizi kurang

23
PREDISPOSING REINFORCING ENABLING
Respon Rendah Presepsi Rendahbya Tidak ada Adanya Tidak ada Kurangnya Kurangnya Kurangnya Ekonomi untuk
N den nya yang pengetahu dukungan budaya tarak tokoh yang informasi keterjangkauan informasi memelimakanan
o pendidik keliru an ibu nifas keluarga makan/ menjadi yang tepat layanan pada ibu nifas bergizi kurang
an ibu terhada terhadap untuk melarang panutan di mengenai kesehatan
nifas p gizi gizi nifas mengkonsu mengkonsu lingkungan gizi nifas dari Untuk
nifas msi msi sekitar keluarga memeproleh
maknan beberapa maupun informasi
bergizi makanan tetangga
tertentu

1 NY. I SMP         

2 NY. s SMP         
3 NY. I SMP        X 
4 NY. H SMP   X      X
5 NY. H SMP        X 
6 NY. L SD         
7 NY. A SMA        X 
8 NY. E SMA        X X
\
9 NY. K SD         
1 NY. K SMP        X X
0
1 NY. E SMA        X X
1
1 NY. S SMA        X X
2
1 NY.S SMP        X 
3
1 NY.R SMA         
4
1 NY .F SMP         
5
jumlah 15 15 14 15 15 15 15 7 10
Tabel Analisis Data Pimer Masalah Gizi Nifas di desa Pontang kec. Ambulu Kab. Jember

Kesimpulan Analisis data:


Dari ketiga faktor tersebut urutan priortitas masalah terdapat pada
1.faktor Reinabling,
2.Faktor Predispossing
3. faktor Enabling

Oleh karena itu harus dilakukan pemecahan masalah dengan pendekatan


Aplikasi Teori L.GREEN Dalam Masalah Gizi Ibu Nifas Di Desa Pontang Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember Tahun 2021

Predispossing Factors
faktor prilaku
1. Rendahnya pendidikan
ibu nifas 1. kurangnya pengetahun
2. Presepsi yang keliru tentang gizi nifas
terhadap gizi nifas 2. Adanya sikap tarak
3. Rendahbya pengetahuan makan
ibu nifas terhadap gizi Quality of life
nifas
1. Drainage gizi
Status Kesehatan 2. Produksi ASI kurang
faktor lingkungan
Reinforcing Factors 3. Kesehatan bayi
Masalah gizi masa 4. Penyembuhan luka lama
1. Tidak ada dukungan keluarga 1. Ekonomi kurang
nifas
2. Adanya budaya tarak makan 2. Tidak ada penyuluhan 5. Proses Involusi terganggu
3. Tidak ada tokoh yang oleh tenaga keshatan 6. Menurunkan
menjadi panutan
3. Adamya adat istiadat produktifitas untuk
4. Kurangnya informasi yang
tepat mengenai gizi nifas
yang mendorong untuk beraktifitas
tarak makan

Enabling Factors

1. Kurangnya keterjangkauan
layanan kesehatan
2. Kurangnya informasi/
penyuluhan pada ibu nifas
3. Ekonomi kurang

26
Predispossing Factors

Pendidikan 1. Rendahnya pendidikan


Kesehatan(Penyuluhan ibu nifas
langsung dan tidak 2. Presepsi yang keliru
langsung) terhadap gizi nifas
3. Rendahbya
pengetahuan ibu nifas faktor prilaku
terhadap gizi nifas
1. kurangnya pengetahun
Kebijakan tentang gizi nifas
Penempelan poster 2. Adanya sikap tarak
ditempat yang sering makan
dilihat atau dijangkau oleh Reinforcing Factors
masyarakat
1. Tidak ada dukungan
Regulasi keluarga
2. Adanya budaya tarak
PERMENKES RI tahun 2016 faktor lingkungan
makan
nomer 51 tahun 2016 (gizi
3. Tidak ada tokoh yang
nifas) 1. Ekonomi kurang
menjadi panutan
4. Kurangnya informasi 2. Tidak ada
PERMENKES RI tahun 2016
yang tepat mengenai penyuluhan oleh
nomer 97 tahun 2014
(pelayanan kesehatan masa gizi nifas tenaga keshatan.
sebelum hamil, persalinan 3. Adamya adat istiadat
dan sesudah melahirkan, yang mendorong
penyelenggaraan untuk tarak makan
pelayanan kontrasepsi,
Enabling Factors
serta pelayanan kesehtan
seksual) 1. Kurangnya
keterjangkauan layanan
Organisasi
kesehatan
Tingkatkan kerjasama 2. Kurangnya informasi/
dengan kader dan tokoh penyuluhan pada ibu
masyarakat 27 nifas
3. Ekonomi kurang
Pemecahan masalah Gizi Ibu Nifas Di Desa Pontang Kecamatan Ambulu Kabupaten
Jember Tahun 2021.
Fakta:
Pada desa pontang kec.Ambulu kab. Jember ditemukan data dari januari sampai
agustus terdapat 26 ibu nifas dan yang mengalami masalah gizi sebanyak dari sebanyak 15
orang (58%) dan yang tidak mengalami maslah kesehatan sebanyak 11 orang (42%).
Masalah:
Target maslah gizi pada ibu nifas adalah 0% sedangkan pada fakta ditemukan 15
orang (58%) yang mengalami masalah gizi sehingga adanya kesenjangan antara fakta dan
target sehingga harus dilakukan penyelesaian masalah untuk menurunkan masalah gizi pada
masa nifas agar capaian gizi nifas yang tida mencapai 100%.
Masalah gizi pada masa nifas tersebut disebab kan oleh faktor reinforcing adanya
dorongan dari keluarga, tetangga, maupun tokoh masyarakat disebabkan karena budaya
nenek moyang yang mendukung untuk tarak makan dan juga faktor Predispossing dimana
pengetahuan ibu yang kurang akan gizi nifas karena rendahnya pendidikan ibu dan faktor
enabling yaitu ekonomi yang kurang.
Solusi dari maslah tersebut adalah memberikan informasi/ pengetahuan tentang gizi , .
nifas dengan penyuluhan penempelan poster,leflet menjalin kerjasma dengan tokoh
masyarakat, menjalin kerjasama setor pendidikan, sertamenjalin kerjasama sektor ekonomi,
ANALISIS PENYEBAB MASALAH BERDASARKAN DIAGRAM FISHBONE

LINGKUNGAN MANUSIA

Tidak ada dukungan keluarga


Rendahnya Pendidikan Ibu Nifas
Adanya budaya tarak makan

Presepsi yang keliru terhadap gizi nifas


Kurangnya informasi yang tepat mengenai gizi
nifas
Tidak ada tokoh yang menjadi panutan
Rendahnya pengetahuan ibu
nifas terhadap gizi nifas
Tidak memanfaatkan hasil alam maupun ternak Masalah Gizi
lingkungan sekitar untuk memenuhi gizinya Nifas
sebanyak 15
0rang (58%)
Kurangnya pendekatan pada
Jauhnya layanan kesehatan masyarakat
untuk memperoleh informasi
Kurangnya pendekatan pada
masyarakat

SARANA
PRASARANA METODE
A. Tujuan
- Menambah pengetahuan ibu nifas akan pentingnya gizi seimbang pada masa nifas
- Mengubah presepsi pada ibu nifas maupun tokoh masyarakat tentang budaya tarak
makan
- Ibu nifas dapat memenuhi kebutuhan gizi seimbang dan tinggi protein pada masa
nifas
- Bertambahnya kesadaram masyarakat terhadap pentingnya gizi ibu nifas
- Menjalin hubungan baik ibu nifas dan tenaga kesehatan.
B. Sasaran
Sasaran primer
- Ibu nifas, dengan gizi bermasalah di desa pontang sebanyak 15 orang (58%), ibu
nifas dengan gizi tidak bermasalah sebnayak 11 orang (42%) dengan
diadakannaya penyuluhan, pembagain leaflet, dan pemantauan lewat kunjungan
rumah diharapkan pengetahuan bertambah, perubahan presepsi menjadi lebih
baik, dan penerapan gizi seimbang dan tinggi protein pada masa nifas.
Sasaran sekunder
- Keluarga ibu nifas, untuk memecahkan faktor reinforcing dibutuhkan pendekatan
kepada keluarga dan pemberian informasi gizi nifas agar keluarga dapat
mendukung untuk terpenuhinya gizi ibu selama masa nifas.
Sasaran Tersier
- Tokoh masyarakat (RT, RW), dengan adanya penyuluhan dan mengetahun para
tokoh masyarakat bertambah dapat mendukung ibu nifas dalam menjalankan gizi
nifas seimbang sehingga diharapkan masalah dari faktor reinabling teratasi.
- Kader, dengan diadakannnya penyuluhan dengan kader diharapkan dapat
membagi ilmu ketika kegiatan-kegiatan didesa kepada masyarakat lainnya
sehinga penyebaran informasi akan gizi nifas seimbang lebih cepat dan
diharapkan masalah dari faktor reinabling teratasi.
- Masyarakat desa, dengan diadakannya penempelan poster pada tempat tempat
umum diharapkan masyarakat mengerti akan pentingnya gizi ibu nifas dan
mendukung untuk tidak tarak makan sehingga diharapkan masalah dari faktor
reinabling teratasi.

Domain perilaku
Terdspat tiga domain perilaku kesehatan yaitu:

27
1. Domain kognitif yang yang berupa pemahaman, pengetahuan,
pengaplikasian, penganalisaan, dan evaluasi yang dilakukan.
2. Domain Afektif yang berupa penerimaan, daya tanggap, dan rasa
pertanggungjawaban.
3. Domain psikomotor yang berupa pandangan terhadap suatu hal, respon yang
diberikan, serta mekanisme dan proses pertahanan untuk menyesuaikan atau
beradaptasi dengan hal baru.
 Pada masalah gizi nifas di desa Pontang Kecamatan Ambulu Kab. Jember ini masalah
utama adalah fakor reinforcing dan predispossing dimana pengetahuan masyarakat,
tokoh masyarakat serta ibu hamil masih kurang tentang gizi nifas. hal tersebut
termasuk dalam Domain Kognitif (Pengetahuan) Oleh karena itu dibutuhkan
metode dalam kegiatan pemecahan masalah. Berikut merupakan metode yang kami
gunakan:
C. Metode
1. Metode Penyuluhan Berdasarkan Teknik Komunikasi
- Metode Penyuluhan Langsung .
Pada penyelesaian masalah kelompok kami memilih teknik
komunikasi dengan metode penyuluhan langsung dimana para penyuluh
langsung berhadapan atau bertatap muka dengan sasaran dengan melakukan
penyuluhan di salah satu rumah tokoh masyarakat (RW), selain itu setelah
diadakn penyuluhan diadakan juga kunjungan nifas 2 minggu sekali untuk
mengetahui perkembangan responden.
2. Metode penyuluhan berdasarkan jumlah sasaran yang dicapai
-Pendekatan Masal
Petugas Promosi kesehatn menyampaikan pesannya secara
sekaligus kepada sasaran yang jumlahnya banyak. Dengan penyebaran
tulisan poster dan leaflet. Menyaampaikan kepada ibu nifas, tokoh
masyarakat, beserta kader dalam acara penyuluhan.
- Pendekatan Perorangan
Dalam hal ini para penyuluh berhubungan secara lansung maupun
tidak langsung dengan sasaran secara perorangan yaitu dengan
melakukan kunjungan nifas.
- Bentuk Pendekatannya
Bimbingan dan penyuluhan (Guidence and consoling)

28
Perubahan perilaku terjadi karena adanya kontak yang intensif
antara klien dengan petugas dan setiap masalahnya dapat diteliti dan
dibantu penyelesaiannya dengan penyuluhan di salah satu rumah
RT/RW.
3. Metode Pendidikannya
a) Metode Ceramah Tanya jawab
suatu cara yang kelompok kami gunakan dalam menerangkan dan
menjelaskan pentingnay gizi nifas, pengertian atau pesan secara lisan kepada
sekelompok sasaran yaitu ibu nifas dan tokoh masyarakat sehingga memperoleh
informasi tentang kesehatan gizi pada masa nifas.

D. Media
Dalam penyelesaian Masalah Gizi Ibu Nifas Di Desa Pontang Kecamatan
Ambulu Kabupaten Jember Tahun 2021 mengunakan pendekatan model teori
promosi kesehatan yaitu The Transtheoritical Model dan Health Belief Model

1. Transteorittical model
a) Pengertian Transteorittical model
Model transtheoretical adalah suatu model yang diterapkan untuk menilai
kesiapan seorang individu untuk bertidak atas perilaku sehat yang baru dan
memberikan strategi atau proses perubahan untuk memandu setiap individu
melalui tahapan perubahan untuk bertindak dalam pemeliharaan kesehatan. Suatu
model yang teoritis tentang perubahan perilaku, yang telah (menjadi) basis untuk
mengembangkan intervensi yang efektif untuk mempromosikan perubahan
perilaku kesehatan. Transteoretical model ini adalah sebuah model integrative
pada perubahan perilaku.
b) Proses Transteorittical model
2. Precontemplation
Langkah dimana orang-orang tidak mempunyai niat untuk bertindak dimasa
depan yang dapat diduga pada umunya 6 bulan ke depan. Orang-orang yang
mungkin termasuk di langkah ini adalah mereka yang tidak diberitahu tentang
konsekuensi dari perilaku mereka. Mereka bersifat menentang atau tanpa motivasi
atau mempersiapkan promosi kesehatan.
 Tidak ada niat untuk mengkonsumsi gizi seimbang atau makanan yang
mengandung tinggi protein pada masa nifas.

29
Pada tahap precontamplation menuju ke contamplation melalui proses :
a) Consciousness Raising Peningkatan kesadaran : memberikan informasi.
 Ibu nifas mendapat informasi tentang gizi nifas
b) Dramatic relief : adanya reaksi seara emosional
 ibu nifas beraksi secara emosional untuk peringatan gizi nifas
(akibat jika gizi nifas tidak terpenuhi)
c) Environmental reevaluation mempertimbangkan pandangan ke lingkungan.
 adanya pandangan bahwa memenuhi gizi nifas seimbang itu
penting bagi kesehatan ibu dan bayi.

3. Contemplation / Perenungan.
Orang-orang berniat untuk merubah ke 6 bulan berikutnya. Mereka sadar akan
pro menguvbah perilaku tetapi juga sangat sadar akan memberdayakan. Tahapan ini
menyeimbangkan anatara biaya dan keuntungan untuk menghasilkjan 2 sifat
bertentangan yang dapat menyimpan dalam periode lama. Belum membuat keputusan
yang tepat suatu reaksi. Pada tahap contemplation ke preparation melalui proses :
      Self-reevaluation    : penilaian kembali pada diri sendiri.
 Ibu nifas yang tidak memenuhi kebutuhan gizinya menyebabkan produksi asi
berkurang dan ia merasa bersalah
4. Preparation / Persiapan.
Langkah dimana orang-orang berniat untuk mulai bertindak di masa
mendatang. Secara khas mereka mengambil keputusan penting dari masa yang lalu.
Individu ini mempunyai suatu rencana kegiatan seperti sambungan suatu kelas
pendidikan kesehatan, bertemu dengan dokter mereka, membeli suatu buku bantuan
diri atau bersandar pada suatu perubahan.
 Mencoba untuk mengkonsumsi gizi nifas seimbang dan makanan yang
mengandung tinggi protein di masa nifas
 self liberation:   Pada tahap preparation ke action melalui proses
 Mencari bahan dasar makanan dari lingkungan sekitar seperti sayur, telur dan
Mulai mengkonsumsi pemberian vit. A dan tablet tambah darah pada mas nifas
5. Action/ Tindakan
Langkah dimana orang sudah memodifikasi spesifik antara pikiran dengan
perilaku. Banyaknya anggapan tindakan sama dengan perilaku. Namun dalam model

30
ini perilaku tidak menghitung semua tindakan. Langkah action adalah juga langkah
dimana kewaspadaan melawan terhadap berbuat tidak baik lagi adalah kritis.
 Mengkonsumsi gizi nifas seimbang dan makanan yang mengandung tinggi
protein dalam waktu tertentu
Mulai aktif berperilaku yang baru. Pada tahap action ke maintenance
melalui proses :
- Contingency management : adanya penghargaan, bisa berupa
punishment juga.
- Bidan memberikan reward pada ibu nifas bergizi baik
- Helping relationship : adanya dorongan / dukungan dari orang lain
untuk mengubah perilaku.
 Ibu nifas dan keluarga mendukung untuk pemenuhan gizi nifas
- Counter conditioning : alternatif lain dari suatu perilaku.
- Adanya budaya tarak makan dari nenek moyang
 Stimulus control : aadanya control pengacu untuk merubah perilaku.
- Tenkes menyebarkan media poster dan membagikan leflet

6. Maintenance / Pemeliharaan
Dimana orang-orang sedang aktif untuk mencegah berbuat tidak baik lagi
tetapi mereka tidak menggunakan proses perubahan sering seperti halnya orang-orang
dalam perang. Suatu langkah yang mana diperkirakan untuk terakhir. Ketika hasil dari
maintenance positif / dapat mengubah perilaku yang lebih baik maka akan terjadi
termination / perhentian.Ketika setelah maintenance terjadi relaps maka bisa kembali
pada tahap contemplation-preparation-action-maintence. Tidak lagi kembali ke
Precontemplation, karena sudah ada kesadaran / niat.
 Sudah menerapkan untuk mengkonsumsi gizi nifas seimbang dan makanan yang
mengandung tinggi protein di masa nifas
7. Relaps (Kekambuhan)
Relaps (kekambuhan) atau disebut juga sebagai revolving door schema dapat
terjadi pada proses perubahan perilaku menurut teori ini. Kekambuhan merupakan
kembalinya perilaku seseorang pada kebiasaan yang lama. Biasanya pada tahap
pelaksanaan (action) maupun pemeliharaan (maintenance) kekambuhan dapat terjadi,
apalagi bila seseorang tidak mendapatkan dukungan positif dari lingkungannya.

31
2.  Tahapan perubahan perilaku gizi nifas di Desa Pontang Kecamatan Ambulu
Kabupaten Jember sesuai Transteoritical Model
Tahapan Pendekatan Intervensi Pengaruh Media/Metode
Promkes
Prekontemplasi
Tidak ada niat untuk Menggunakan media Tinggi
mengkonsumsi gizi seimbang penyuluhan, memasang
atau makanan yang poster dan menyebarkan
mengandung tinggi protein leaflet. Dengan
pada masa nifas. menerspksn prokes. Di
o Consciousness raising balai desa, posyandu,
(peningkatan tempat umum dan rumah
kesadaran) : ibu tokoh masyarakat
nifasmendapatkan
informasi tentang gizi
nifas
o Daramatic relief
(pertolongan dramatis) :
ibu nifas beraksi secara
emosional untuk
peningkatan gizi nifas
(akibat jika gizi nifas
tidak terpenuhi)
o Enviromental
reevaluation (evaluasi
kembali lingkungan) :
adanya pandangan
bahwa memenuhi gizi
nifas seimbang itu
penting bagi kesehatan
ibu dan bayi
Kontemplasi
Menimbang-nimbang Menggunakan media Tinggi

32
manfaat untuk penyuluhan, memasang
mengkonsumsi gizi nifas poster dan menyebarkan
seimbang dan makanan yang leaflet dengan menerapkan
mengandung tinggi protein prokes. Dibalai desa,
dimasa nifas posyandu, tempat umum
Self-reevaluation dan rumah tokoh
Ibu nifas yang tidak masyarakat
memenuhi kebutuhan gizinya
menyebabkan produksi asi
berjurang dan ia merasa
bersalah

Preparation (persiapan) Cara untuk menentukan


Mencoba untuk perubahan dengan Sedang
mengkonsumsi gizi nifas menggunakan media poster
seimbang dan makanan yang dan melakukan penyuluhan
mengandung tinggi protein dengan menerapkan prokes
dimasa nifas disalah satu tempat tokoh
Social liberation masyarakat yang dipercaya
Mencari bahan dasar seperti RT/RW,
makanan dari lingkungan menyebarkan poster
sekitar seperi syur, telur, dan ketempat umum yang
mulai mengkonsumsi vitamin sering dikunjungi seperti
A dan tablet tambah darah warung.
pada masa nifas

Action (aksi) Monitoring dan evaluasi


Mengkonsumsi gozo nifas lagi ada perubahan atau kurang monitoring
seimbang dan makanan yang tidak dengan cara :
mengandung tinggi protein 1. menganalisa dan
dalam waktu tertentu mengevaluasi tingkat
Contingency management pemahaman dan kehadiran
Bidan memberikan reward ibu pada saat penyuluhan
pada ibu nifas dengan melakukan

33
Helping relationship pemberian kuisioner post
Ibu nifas dan keluarga test atau memberikan
mendukung untuk pertanyaan kepada
pemenuhan gizi nifas responden secara langsung
Counter conditioning untuk mengetahui tingkat
Adanya budaya tarak makan pemahamannya.
dari nenek moyang 2. monitoring lewat
Stimulus control kunjungan rumah
Tenkes menyebarkan media membagikan leaflet dan
poster dan membagikan leflet poster pada ibu nifas door
Self-liberation to door yang dilakukan 2
Ibu nifsd berkomitmen untuk minggu sekali
mengkonsumsi gizi nifas

Maintenance Penyuluhan secara Kurang monitoring


(mempertahankan) berkesinambungan,
Sudah menerapkan untuk pembagian leaflet dan
mengkonsumsi gizi nifas menempelkan poster
seimbang dan makanan yang secara teratur kepada ibu
mengandung tinggi protein di nifas yang lain dengan
masa nifas tetap melakukan
penyuluhan ketika
posyandu atau puskesmas
sehingga banyak target
yang di dapatkan seperti
ibu hamil, ibu nifas yang
baru sehingga cakupan nya
kemudian dimonitirong
secara teratur dengan data
yang didapatkan

34
2.  Health Belief Model
            Health Belief Model (HBM) adalah model psikologis yang mencoba untuk
menjelaskan dan memprediksi perilaku kesehatan. Hal ini dilakukan dengan berfokus pada
sikap dan keyakinan individu.
1. Kerentanan (Perceived Susceptibility) yaitu seseorang merasakan keyakinan/percaya
akan kemungkinan sakit yang terjadi pada dirinya.
 Pada media poster disajikan perbandingan dampak apabila melakukan tarak
makan dan tidak tarak makan serta gambar untuk mempermudah pemahaman akan
gizi nifas sehingga terjadi perubahan presepsi dan bertambahnya pengetahuan akan
gizi nifas yang benar.
2. Perceived Benefits yaitu seseorang menimbang keuntungan yang diperoleh antara
biaya yang dikeluarkan dengan tingkat sakitnya.
 pada poster di sajikan keuntungan/ manfaat gizi nifas agar manjadi
pertimbangan bahwa gizi nifas yang seimbang dapat mengurangi ancaman penyakit.

35
Media Cetak

1.POSTER

36
2.LEAFLET

37
E. Evaluasi
Indikator Kesehatan
No Kegiatan Sebelum Sesudah Evaluasi

1. Penyuluhan  Pengetahuan  Pengetahuan gizi Adanya


gizi ibu nifas ibu nifas bertambah peningkatan
kurang dan megerti pengetahuan,
 Salahnya makanan yang presepsi
Presepsi akan harus di konsumsi mulai
gizi nifas pada masa nifas, berubah,
 Kurangnya dampak dari tarak terjalinnya
kesadaran makan, dan hubungan
masyarakat keuntungan jika gizi antara nakes
terhadap terpenuhi. dan ibu
pentingnya gizi  Presepsi mulai nifas.
ibu nifas berubah karena kemudian

 Peningkatan pengetahuannya akan

defisiensi sudah bertambah dilakuakan

gangguan gizi  Kesadaran mulai Pemantauan

nifas bertambah karena ibu nifas

 Kurangn faham akan dengan

terjalinnya pentingnya gizi dan kumjungan

hubungan ibu dampak jika gizi rumah

nifas dengan tidak terpenuhi kembali 2

tenaga  Terjalin hubungan minggu

kesehatan baik antara ibu nifas berikutnya.


dengan tenaga Untuk

kesehatan dengan mengetahui

adanya penyuluhan kesadaran


dan
penerapan
gizi di masa
nifasnya

38
2. Penempelan  Pengetahuan  Pengetahuan gizi Adanya
poster gizi ibu nifas ibu nifas bertambah peningkatan
kurang dan megerti pengetahuan,
 Salahnya makanan yang presepsi
Presepsi akan harus di konsumsi mulai
gizi nifas pada masa nifas, berubah,
 Kurangnya dampak dari tarak terjalinnya
kesadaran makan, dan hubungan
masyarakat keuntungan jika gizi antara nakes
terhadap terpenuhi. dan ibu
pentingnya gizi  Presepsi mulai nifas.
ibu nifas berubah karena kemudian

 Kurangn pengetahuannya akan

terjalinnya sudah bertambah dilakuakan

hubungan ibu  Kesadaran mulai penempelan

nifas dengan bertambah karena poster setiap

tenaga faham akan 1 bulan

kesehatan pentingnya gizi dan sekali


dampak jika gizi
tidak terpenuhi
 Terjalin hubungan
baik antara ibu nifas
dengan tenaga
kesehatan dengan
adanya penyuluhan
3 Pembagian  Pengetahuan  Pengetahuan gizi Adanya
leaflet gizi ibu nifas ibu nifas bertambah peningkatan
kurang dan megerti pengetahuan,
 Salahnya makanan yang presepsi
Presepsi akan harus di konsumsi mulai
gizi nifas pada masa nifas, berubah,
 Kurangnya dampak dari tarak terjalinnya
kesadaran makan, dan hubungan
masyarakat keuntungan jika gizi antara nakes

39
terhadap terpenuhi. dan ibu
pentingnya gizi  Presepsi mulai nifas.
ibu nifas berubah karena kemudian
 Kurangn pengetahuannya akan
terjalinnya sudah pertambah dilakuakan
hubungan ibu  Kesadaran mulai Pemantauan
nifas dengan bertambah karena ibu nifas
tenaga faham akan dengan
kesehatan pentingnya gizi dan kumjungan
dampak jika gizi rumah
tidak terpenuhi kembali 2
 Terjalin hubungan minggu
baik antara ibu nifas berikutnya
dengan tenaga Untuk
kesehatan dengan mengetahui
adanya penyuluhan kesadaran
dan
penerapan
gizi di masa
nifasnya
Pemantauan
ibu nifas
kembali 2
minggu
berikutnya

40
H. jadwal kegiatan
No Macam Kegiatan Sasaran Lokasi Jadwal Kegiatan
1. Penyuluhan Ibu nifas Rumah Setiap Satu bulan sekali
dan tokoh RW desa
masyarakat pontang
2. Penempelan poster Masyarakat Warung Setelah penyuluhan
dan tempat
umum
3. Pembagian leaflet Ibu nifas Di Rumah Saat penyuluhan
RW pada
saat selesai
Penyuluhan

41
BAB IV
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ibu nifas di desa pontang kecamatan Ambulu Kabupaten Jember 2021 ber
jumlah 26 orang dari bulan januari sampai agustus. Ibu nifas gizi bermasalah sebanyak 15
orang (58%) dan bu nifas gizi tidak bermasalah sebanyak 11 orang (42 % ) dan urutan faktor
maslah pada ibu nifas di desa pontang dengan teori L.GREEN, masalah utama terdapat pada
faktor Reinabling, kedua Faktor Predispossing dan yang terakhir adalah faktor Enabling.
Dari analisis masalah tersebut kami menggunakan metode penyuluhan, ceramah kepada
pendekatan perorangan dengan kunjungan rumah ibu nifas, pendekatan kelompok dengan
penyluhan media leaflet dan pendekatan masal dengan penempelan poster. Pendekatan
Promosi kesehatan yang kami gunakan menggunakan transsteoritical model dan health
belief model. Dengan diadakannya penyelesaian masalah tersebut diharapkan menambah
pengetahuan ibu nifas akan pentingnya gizi seimbang pada masa nifas, mengubah
presepsi pada ibu nifas maupun tokoh masyarakat tentang budaya tarak makan, ibu nifas
dapat memenuhi kebutuhan gizi seimbang pada masa nifas, kesadaram masyarakat
bertambah terhadap pentingnya gizi ibu nifas, defisiensi gangguan gizi ibu nifas menurun
dan terjalinnya hubungan baik ibu nifas dan tenaga kesehatan.

3.2 Saran
Saran yang dapat diberikan kepada petugas kesehatan yaitu memberikan
penyuluhan tentang pentingnya asupan makanan yang mengandung zat besi untuk
meningkatkan status gizi ibu menyusui, penyuluhan tentang faktor yang dapat
menghambat atau meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh, menghilangkan
kebiasaan minum the/kopi setelah makan untuk penyerapan zat besi dalam tubuh serta
pemberian vitamin yang mengandung zat besi (tablet tambah darah) untuk ibu
menyusui karena kebutuhan zat besi yang meningkat selama menyusui bayinya.

42
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati. R,E., Wulandari, D. (2011). Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Mitra. Cendika
Press

Green, Lawrence W., & Kreuter,Marshall W. (1991). Health Promotion Planning An


Educational and Environmental Approach. London: Toronto-Mayfield Publishing
Company.

Istiany, Ari dan Rusilanti. 2013. Gizi Terapan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika (hlm:71-76)

Sulistiyoningsih H. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu;2011

Waryana. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rahima; 2010

WHO. Millenium Development Goals (MDGs). Jakarta: United Nation;2015.

43
Lampiran Lembar kuisioner

44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58

Anda mungkin juga menyukai