Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN MENYUSUI


PADA NY. M UMUR 25 TAHUN P2A0 PADA 6 JAM POST PARTUM
DI KLINIK HANA
JOGONALAN,KLATEN

Dosen pembimbing kasus


Rosalinna, S.SiT.,M.keb.

Disusun oleh :
Sheva Audina Asanovi Pramono
P27224018045
DIII Reguler Semester V

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
JURUSAN KEBIDANAN
2020
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN MENYUSUI
PADA NY.M UMUR 25 tahun P2A0 PADA 6 JAM POST PARTUM
DI KLINIK HANA , JOGONALAN KLATEN

Disusun Oleh :
Nama : Sheva Audina Asanovi Pramono
NIM : P27224018045
Kelas : D III Kebidanan Semester V
Tanggal pemberian Asuhan

Disetujui :

Pembimbing Lapangan
Tanggal : ______________________
Di : ______________________ (Yosi Trihana ., S.SiT., M.Kes)
NIP.

Dosen Pembimbing
Tanggal : ______________________
Di : ______________________
(Rosalinna S.SiT., M. keb.)
NIP.

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan penulis kernudahan


sehinggadapat menyelesaikan “Laporan Kasus Asuhan Kebidanan Nifas dan
Menyusui”. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penulis tidak akan sanggup
menyelesaikannya dengan baik.
Laporan ini disusun agar dapat memperluas ilmu tentang bagairnana
memberikan asuhan nifas yang terbaik guna memberikan manfaat bagi ibu nifas agar
dapat merawat dirinya dan bayi yang sehat dan aman. Laporan ini bukan hanya
memuat tataran konseptual atau teoritis dan eksistensi sebuah pendampingan asuhan,
tetapi juga sebagai pedoman dalam mengim plementasikan praktik pendampingan
pelayanan persalinan dalam meningkatkan kesejahteraan ibu dan mengurangi risiko-
risiko yang mungkin terjadi didalam masa nifas. Penulis berharap laporan ini dapat
memberi kontribusi dan manfaat bagi kalangan akadernis maupun praktisi dalam
mengimplementasikan pendampingan pelayanan persalinan.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Almarnater Poltekkes
Kemenkes Surakarta Jurusan DIII Kebidanan, dosen pembimbing yaitu Ibu Rosalinna
S.SiT., M. keb serta teman-teman yang telah mendukung penuh dalam proses
penyusunan laporan ini dan awal sampai akhir penyelesaian.

Klaten , November 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii

BAB I

PENDAHULUAN..................................................................................................................1

A. Latar Belakang...........................................................................................................1

B. Tujuan.........................................................................................................................1

C. Manfaat.......................................................................................................................2

BAB II

TINJAUAN TEORI...............................................................................................................3

A. Pengertian Nifas.........................................................................................................3

B. Perubahan FisiologI Masa Nifas...............................................................................3

C. Perubahan Psikologis Masa Nifas.............................................................................8

D. Kebutuhan Dasar Ibu pada Masa Nifas.................................................................10

E. Jadwal Kunjungan Ibu Nifas..................................................................................13

F. Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas......................................................................13

G. Pemeriksaan Fokus pada Ibu Nifas.........................................................................14

J. Model Dokumentasi.................................................................................................29

BAB III

TINJAUAN KASUS.............................................................................................................30

BAB IV

PEMBAHASAN...................................................................................................................39

BAB V

PENUTUP............................................................................................................................40

A. Kesimpulan...............................................................................................................40

B. Saran.........................................................................................................................40

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................42

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asuhan kebidanan yang diberikan oleh seorang pemberi pelayanan
kebidanan sangat mempengaruhi kualitas asuhan yang diberikan dalam tindakan
kebidanan seperti upaya pelayanan antenatal, intranatal, postnatal, dan perawatan
bayi baru lahir. Sebagai seorang bidan professional, bidan harus mampu
mengintegrasikan model konseptual, khususnya dalam pemberian asuhan
kebidanan pada ibu nifas (Saleha, 2009).
Masa nifas merupakan masa yang pcnling bgi enaga kesehatan untuk selalu
melakukan pemantauan karena pelayanan atau pelaksanaan yang kurang
maksimal dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah, bahkan berlanjut
pada komplikasi masa nifas (Sulistyawati, 2009).
Bidan dalam memberikan peayanan nifas harus mampu menerapkan
pelayanan nifas yang berorientasi pada penerapan kode etik dan standar
pelayanan kebidanan, sehingga kepuasan pasien terhadap pelayanan kebidanan
dapat tercapai. Hal ini sesuai dengan Permenkes No. 900/SK/VII/2002 yang
menyebutkan bahwa bidan memiliki wewenang untuk memberikan pelayanan
kebidanan yang meliputi: pelayanan pranikah, kehamilan, persalinan, nifas, bayi
baru lahir dan balita (Syafrudin, 2009).
Kepuasan pasien terhadap pelayanan nifas yang dilaksanakan oleh bidan
merupakan salah satu indikator untuk mengukur mutu pelayanan kesehatan.
Pasien akan selalu mencari pelayanan kesehatan di fasilitas yang kinerja
pelayanan kesehatannya dapat memenuhi harapan pasien. Suatu pelayanan dinilai
memuaskan bila pelayanan tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan harapan klien
(Syafrudin, 2009). Pelayanan pada masa nifas yang tidak sesuai dengan harapan
klien dapat menyebabkan masalah psikologis. Masalah psikologis pada masa
pasca persalinan bukan merupakan komplikasi yang jarang ditemukan. Masalah
ini dapat dihindari dengan adanya dukungan sosial serta dukungan pelaksana
pelayanan kesehatan selama kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan
(Saifuddin, 2010). Resiko yang dapat terjadi pada ibu dengan masalah psikologis
dapat berpengaruh terhadap produksi ASI sehingga ibu akan mengalami kesulitan
menyusui bayinya (Anggraini, 2010).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum

1
Penulis dapat melakukan asuhan kebidanan kepada pasien secara
kompeherensif sesuai kompetensi standar pelayanan kebidanan.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dan penulisan makalah ini adalah :
a. Dapat melakukan asuhan kebidanan pada pasien selama masa nifas.
b. Melaksanakan pengkajian data.
c. Mengidentifikasi diagnosa, masalah dan kebutuhan.
d. Menentukan antisispasi masalah potensial.
e. Mengidentifikasi kebutuhan segera
f. Menyusun rencana asuhan kebidanan sesuai dengan prioritas masalah.
g. Melaksanakan rencana asuhan dengan masalah.
h. Mengevaluasi keefektifan asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan.

C. Manfaat
Adapun manfaat dan laporan ini yaitu:
1. Bagi Klien dan Keluarga
Agar klien mengetahui dan memahami perubahan fisiologis dan psikologis
yang terjadi pada masa nifas serta masalah pada masa nifas sehingga timbul
kesadaran bagi klien untuk memperhatikan masa nifasnya.
2. Bagi Mahasiswa Calon Bidan
Menambah pengetahuan yang lebih luas tentang asuhan kebidanan Ibu nifas
serta sebagai penerapan ilmu yang di dapat selama perkuliahan.
3. Bagi Lahan Praktik
Hasil penulisan dapat memberikan masukan terhadap tenaga kesehatan untuk
lebih meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat dan selalu menjaga
mutu pelayanan.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan sumber kepustakaan dan perbandingan pada asuhan
kebidanan pada ibu nifas.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum
hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. (Sulistyawati, 2009)
Masa nifas adalah masa yang dirnulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kembali seperti keadaan sebelum lahir. (Prawirohadjo, 2008).
Kala puerperium atau nifas yang berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari,
merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya organ kandungan yang normal.
Dijumpai dua kejadian penting pada perpenum, yaitu involusi dan proses laktasi.
Masa nifas disebut juga masa post partum adalah masa atau waktu sejati bayi lahir
dan plasenta keluar lepas dan rahim. Sampai 6 minggu berikutnya disertai dengan
pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan yang mengalami
perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya yang berkaitan saat melahirkan.
(Suherni, dkk, 2009).
Pada masa nifas terdapat tiga tahapan, yaitu puerperium dini, puerperium
intermediate, puerperium remote. Puerperium dini adalah tahap pemulihan
dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan, serta menjalankan aktivitas
layaknya wanita normal lainnya. Puerperium intermediate merupakan tahap
kepulihan menyeluruh alat-alat genital yang lamanya sekitar 6-8 minggu.
Sedangkan puerpenum remote adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan tanpa
kompikiasi. (Nanny, 2010).

B. Perubahan FisiologI Masa Nifas


1. Perubahan Sistem Reproduksi
a. Uterus
Pada uterus terjadi proses involusi. Proses involusi aclalah proses
kembalinya uterus ke dalam keadaan sebelum hamil setelah melahirkan.
Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot
polos uterus. Pada tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah
kira-kira 2 cm di bawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada
promontorium sakralis. Pada saat in besar uterus kira-kira sama besar
uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu (kira-kira sebesar jeruk asam)
dan beratnya sekitar 100 gram. (Nanny, dkk, 2011).

3
Peningkatan kadar estrogen dan progesterone bertanggung jawab
untuk pertumbuhan uterus selama hamil. Pertumbuhan uterus prenatal
bergantung pada hyperplasia, penambahan jumlah sel-sel otot dan
hipertrofi sel-sel yang telah ada. Pada masa postpartum, penurunan kadar
hormon-hormon ini menyebabkan terjadinya autolysis, perusakan secara
langsung jaringan hepertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang
terbentuk selama masa hamil menetap. Hal inilah yang menjadi penyebab
ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil. Sedangkan subinvolusi
adalah kegagalan uterus untuk kembali pada keadaan tidak hamil.
Penyebab subinvolusi yang paling sering adalah tertahannya fragmen
plasenta dan infeksi. Proses involusi uterus adalah sebagai berikut:
1) Iskhemia miometrium
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dan uterus
setelah pengeluaran plasenta membuat uterus relatif anemia dan
menyebabkan serat otot atrofi.
2) Autolisis
Proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uterus. Hal
ini disebabkan karena penurunan hormon estrogen dan progesteron.
3) Efek Oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin
sehingga akan menekan pembuluh darah yang menyebabkan
berkurangnya suplai darah ke uterus. (Nanny dan Sunarsih, 2011)

Tabel 1 Involusi Uteri


Involusi Tinggi erat Diameter Keadaan
Fundus Uterus Bekas Serviks
Uteri gram) Melekat
Plasenta (cm)
Bayi Lahir Setinggi Pusat 1000 gr Lembek
Uri Lahir 2 jari di 750 gr 12,5 cm
bawah pusat
Satu Minggu Pertengahan 500 gr 7,5 cm
Beberapa hari
pusat-simpisis setelah
Dua Minggu Tak teraba di
350 gr 3-4 cm postpartum
atas simpisis dapat dilalui
Enam Bartambah 50-60 gr 1-2 cm 2jari. Akhir
Minggu kecil minggu
Delapan Sebesar 30 gr pertama
Minggu Normal dapat
dimasuki 1
jari
Sumber : Sumber : Wulandari, Setyo R dan Handayani, Sri (2011).
Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas. Yogyakarta : Gosyen Publishing.

4
a. Involusi Tempat Plasenta
Setelah persalinan tempat plasenta merupakan tempat dengan
permukaan kasar, tidak rata dan kira-kira sebesar telapak tangan.
Regenerasi terjadi selama 6 minggu.
b. Endometrium
Dan pertama tebal endometrium 2,5mm permukaannya kasar akibat
pelepasan desidua dan selaput janin. Setelah 3 hari tidak ada pembentukan
jaringan parut pada luka bekas implantasi. (Soleha, 2009)
c. Perubahan Ligamen
Ligamen-ligamen dan diafraa pelvis, serta fasia yang meregang
sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsurangsur
menciut kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum
menjadi kendur yang mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi.
Tidak jarang pula wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah
melahirkan oleh karena ligament, fasia, dan jaringan penunjang alat
genetalia menjadi agak kendur.(Nanny dan Sunarsih. 2011)
d. Perubahan pada Serviks
Berapa hari setelah persalinan, ostum eksternum dapat dilalui oleh 2
jam, pinggir-pinggirnya tidak rata, tetapi retak-retak karena robekan dalam
persalinan. Pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui oleh 1 jam
saja, dan lingkaran retraksi berhubungan dengan bagian atas dan kanalis
servikalis.
e. Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan selama masa nifas dan mempunnyai
reaksi basal alkali yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat
daripada kondisi asam yang ada pada vagina normal. (Nanny dan
Sunarsih, 2011)
Lochea mengalami perubahan karena proses involusi. Pengeluaran
lochea dapat dibagi berdasarkan waktu dan warnanya, yaitu sebagai
berikut:
1) Lochea Rubra
Berwarna merah karena berisi darah segar, dan sisa selaput ketuban,
sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium. Keluar selama 2-
3 hari post partum.
2) Lochea Sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir yang keluar pada hari
ke 3-7 pasca persalinan.
3) Lochea Serosa

5
Lochea ini muncul pada hari ke 7-10 pasca persalinan. Warnanya
biasanya kekuningan atau kecoklatan.Lochea ini terdiri atas lebih
sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdini dan leukosit dan
robekan laserasi plasenta.
4) Lochea Alba
Lochea ini muncul lebih dan hari ke- 10 post partum. Warnanya lebih
pucat, putih kekuningan, serta lebih banyak mengandung leukosit,
selaput lender serviks,dan serabut jaringan yang mati.
f. Perubahan pada Vagina dan Perinium
Pada minggu ke-3 vagian mengecil dan timbul ruggae kembali (lipatan-
lipatan). Terjadi robekan perinium hampir pada semua persalinan pertama.
Robekan umumnya terjadi di garis tengah dan bisa meluas, bisa karena
kepala janin lahir terlalu cepat. Sudut arkus pubis lebih kecil dan masanya.
Kepala janin melemah PBP dengan ukuran yang lebih besar daripada
sirkum forensia sub oksipito bregmatika. (Suherni, dkk. 2009)
2. Perubahan Payudara
Selama beberapa hari pertama post partum karena tubuh wanita
mempersiapkan untuk memberikan nutrisi kepada bayi dapat mengalami
kongesti. Wanita yang menyusui berespon terhadap stimulasi bayi yang
disusui akan terus melepaskan hormon dan menstimulasi alveoli yang
memproduksi susu. (Varney, 2007).
3. Perubahan Sistem .Kardiovaskuler
Tonus otot polos pada dinding vena mulai membaik. Volume darah mulai
berkurang, biskositas darah kembali normal dan arab jantung serta tekanan
darah menurun sampai kadar sebelurn hamil. (Ester, 2008)
4. Perubahan Sistem Pencernaan
Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan. Disebabkan makanan
padat dan kurang serat. Selain itu rasa takut BAB karena takut akan rasa nyeri
pada luka jahitan. BAB ibu nifas harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan.
Ibu sering cepat lapar setelah melahirkan. Penurunan tonus dan mobilitas otot
traktus digestifus setelah bayi lahir. (Suhemi, 2009)
5. Perubahan Sistem Perkemihan
a. Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu.
b. Ureter dan pelvis mengalami dislokasi, kembali dalam waktu 2-8 minggu
post partum.
c. Distensi berlebihan pada vesika urinaria, pernbengkakan jaringan di
sekitar uretra, dan hilangnya sensasi terhadap tekanan yang meninggi.
d. Laju filtrasi glomerulus tetap meninggi + 7 hari post pantum.

6
e. Proforesis puerperalis (pemb/entukan keringat ibu nifas) dan cliuresis
(peningkatan pembentukan kemih) terjadi dalam 24 jam pertama setelah
melahirkan.
6. Perubahan Sistem Hormonal
a. Estrogen dan progesteron nienurun setelah plasenta lahir.
b. Prolaktin meningkat karena isapan bayi.
7. Perubahan Sistem Hematologi
Leukosit akan tetap tinggi jumlahnya selama beberapa hari pertama masa post
partum. Jumlahnya >25.000-30.000 tanpa adanya kondisi patologis
(pada persalinan lama). Jumlah hemoglobin dan hematokrit serta eritrosit akan
sangat bervariasi pada awal masa nifas sebagai akibat dan volume darah.
Volume plasma dan volume sel darah yang berubah-ubah. (Soleha, 2009)

8. Perubahan Musculoskeletal
a. Diastasis
1) Sebagian besar wanita melakukan ambulansi 4-8 jam post partum.
Untuk menghindari komplikasi meningkatkan involusi dan
meningkatkan cara pandang emosional.
2) Relaksasi dan peningkatan mobilitas artikulasi pelviks terjadi pada 6
minggu postpartum.
3) Mobilisasi dan tonus otot gastrointestinal kembali ke keadaan semula
dalam 2 minggu post partum.
4) Konstipasi terjadi karena penurunan tonus otot dan rasa tidak nyaman
pada puerpenum.
5) Hemeroid terjadi karena tekanan panggul dan mengejan selama
persalinan.
b. Abdominalis dan Peritonium
1) Peritonium membentuk lipatan akibat peritonium berkontraksi dan
beretraksi pasca persalinan dan beberapa hari setelahnya.
2) Ligamentum rotundum lebih kendur dan butuh waktu lama untuk
kembali normal.
3) Dinding abdomen tetap kendur karena konsekuensi dan putusnya serat
elastis kulit dan distensi yang berlangsung lama akibat pembesaran
uterus selama hamil.
4) Dinding perut menjadi longgar disebabkan teregang begitu lama. Pulih
dalam waktu 6 minggu.
9. Perubahan Tanda-Tanda Vital

7
a. Suhu
1) Setelah hari ke-4 post partum suhu ibu mungkin naik sedikit ±37,2°C
-37,5°C. Mungkin karena ikutan dan aktifitas payudara.
2) Bila >38°C pada hari ke-2 sampai berikutnya, waspada adanya infeksi.
b. Nadi
1) Nadi akan melambat sampai 60x/menit pada minggu postpartum
karena ibu istirahat penub.
2) Bila >100x/menit dapat terjadi shock karena infeksi (bila suhu juga
meningkat).

c. Tekanan Darah
1) TD < 140/90 mmHg terjadi pada 1-3 hari post partum.
2) Bila TD menjadi lebih rendah menunjukan adanya pendarahan post
partum. Bila TD tinggi kemungkinan pre-eklampsi.
d. Respirasi
1) Umumnya respirasi lambat atau normal karena ibu dalam posisi
istirahat
2) Bila inspirasi cepat saat post partum (> 30x/menit) mungkin karena
adanya ikutan tanda-tanda shock.(Nanny dan Sunarsih, 2011).

C. Perubahan Psikologis Masa Nifas


1. Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas
Dalam masa nifas ibu akan mengalami beberapa fase yang berhubungan
dengan adaptasi khusus pada keadaan psikologi ibu. Fase-fase ini dibagi
menjadi 3 fase:
a. Fase Taking-In
Periode ketergantungan yang berlangsung pada hari ke-2 setelah
melahirkan. Pada saat itu, ibu fokus pada perhatian dirinya sendini. Ibu
cenderung pasif dengan lingkungannya.
b. FaseTakingHold
Berlangsung 3-10 hari post partum. Ibu merasa khawatir akan
ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu
memiliki perasaan sangat sensitif sehingga mudah tersinggung dan
gampang marah.
c. Fase Letting Go
Fase menerima tanggung jawab barurya yang berlangsung 10 hari setelah
melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan din, merawat diri dan bayinya,
senta kepercayaan diri sudah meningkat. (Nanny dan Sunarsih, 2011)
2. Post Partum Blues

8
Postpartum blues atau sering juga disebut maternity blues atau sindrom
ibu banu, dirnengerti sebagai suatu sindrom gangguan efek ringan pada
minggu pertama setelah persalinan dengan ditandai gejala-gejala seperti reaksi
depresi atau sedih, sering menangis, mudab tersinggung dan marah, cemas,
labilitas perasaan, cenderung menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur dan
gangguan nafsu makan, kelelahan dan pelupa.
Puncak dan postpartum blues ini 3-5 hari setelah melahirkan dan
berlangsung dan beberapa hari sampai 2 minggu. Oleh karena begitu umum,
maka diharapkan tidak dianggap sebagai penyakit. Post partum blues tidak
mengganggu kemampuan seorang wanita untuk merawat bayinya sehingga
ibu dengan post partum blues masih bias merawat bayinya. Kecenderungan
untuk mengembangkan post partum blues tidak berhubungan dengan penyakit
mental sebelumnya dan tidak disebabkan oleh stress. Namun, stress dan
sejarah depresi dapat memengaruhi apakah postpartum. blues terus menjadi
depresi besar, oleh karena itu post partum blues harus segera ditindak lanjut.
3. Respon Orang Tua Terhadap Bayi Baru Lahir
a. Boonding Attachment
Boonding adalah dimulainya interaksi sensorik fisik. Attach,nent adalah
ikatan yang terjalin antara individu (Nelson, 1986). Tahap-tahap Boonding
Attachment, yaitu:
1) Perkenalan (Acquintace)
Melakukan kontak mata, menyentuh, berbicara, dan eksplorasi segera
setelah mengenal bayinya.
2) Keterikatan (Boonding)
3) Attachment
Perasaan kasih sayang yang mengikat individu satu dengan yang lain
b. Respon Ayah dan Keluarga
1) Respon Positif
a) Ayah dan keluarga menyambut kelahiran bayi dengan bahagia
b) Ayah tambah giat bekerja untuk memenuhi kebutuhan bayi
c) Ayah dan keluarga melibatkan diri dalam perawatan bayi
d) Perasaan sayang ayah terhadap ibu yang melahirkan bayi
2) Respon Negatif
a) Kehamillan yang tidak diinginkan
b) Kegagalan KB
c) Ayah merasa kurang mendapat perhatian
d) Faktor ekonomi

9
c. Sibling Rivalry
Anak-anak dan orang tua yang sama, seorang saudara laki-laki atau
perempuan (kamus kedokteran). Rivalty adalah keadaan kompetisi atau
antagonisme antara saudara kandung untuk mendapatkan simpati dan
perhatian. Pertengkaran atau kecemburuan terhadap saudara laki-laki atau
perempuan terjadi pada orang tua yang mempunyai 2 anak atau lebih.

D. Kebutuhan Dasar Ibu pada Masa Nifas


Periode post partum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, yaitu waktu
kembali pada keadaan tidak hamil. Dalam masa nifas, alat-alat genetalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih seperti pada keadaan sebelurn
hamil. Untuk membantu mempercepat proses penyembuhan pada masa nifas,
maka ibu nifas membutuhkan diet yang cukup kalori dan protein, membutuhkan
istirahat yang cukup dan sebagainya. Kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan ibu
nifas antara lain sebagai berikut.
1. Nutrisi dan Cairan
Kualitas dan jumlah makanan yang dikonsumsi akan sangat
memengaruhi produksi ASI. Ibu menyusui harus mendapatkan tambahan zat
makanan sebesar 800 kkal yang digunakan untuk memproduksi ASI dan
untuk aktivitas ibu sendiri. Pemberian ASI sangat penting karena ASI adalah
makanan utama bayi. Dengan ASI, bayi akan tumbuh sempuma sebagai
manusia yang sehat, bersifat lemah lembut, dan mempunyai IQ yang tinggi.
Hal ini disebabkan karena ASI rnengandung asam dekosaheksanoid (DHA).
Bayi yang diberi ASI secara bermakna akan mempunyai IQ yang lebih tinggi
dibandingkan dengan bayi yang hanya diberi susu bubuk. (Sulistyawati,
2009).
a. Kebutuhan kalori selama rnenyusui proporsional dengan jumlah air susu
ibu yang dihasilkan dan lebih tinggi selama menyusui disbanding selama
hamil. Rata-rata kandungan kalori ASI yang dihasilkan ibu dengan nutrisi
baik adalah 70 kal/100 ml dan kira-kira 85 kal diperlukan oleh ibu untuk
tiap 100 ml yang dihasilkan. Rata-rata ibu menggunakan kira-kira 640
kal/hari untuk 6 bulan pertama dan 510 kal/hari selama 6 bulan kedua
untuk menghasilkan jumlah susu nonnal. Rata-rata ibu harus
mengonsumsi 2300-2700 kal ketika menyusui. Makanan yang dikonsumsi
ibu berguna untuk melakukan aktivitas, metabolisme cadangan dalam
tubuh, proses produksi ASI, serta sebagai ASI itu sendiri yang akan
dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Makanan
yang dikonsumsi juga perlu memenuhi syarat, seperti susunannya harus
seimbang, porsinya cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau

10
berlemak, serta tidak mengandung alcohol, nikotin, bahan pengawet, dan
pewarna.
b. Ibu memerlukan tambahan 20 gr protein diatas kebutuhan normal ketika
menyusui. Jumlah ini hanya 16% dan tambahan 500 kal yang dianjurkan.
Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan penggantian sel-sel yang rusak
atau mati. Sumber protein dapat diperoleh dan protein hewani dan protein
nabati. Protein hewani antara lain telur, daging, ikan, udang, kerang, susu,
dan keju. Sementara itu, protein nabati banyak terkandung dalam tahu,
tempe, dan kacang-kacangan.
c. Nutrisi lain yang diperlukan selama laktasi adalah asupan cairan. Ibu
menyusui dianjurkan minimum 2-3 liter per hari dalam bentuk air putih,
susu, dan jus buah (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui).
Mineral, air, vitamin digunakan untuk melindungi tubuh dan serangan
penyakit dan mengatur kelancaran metabolisme di dalam tubuh. Sumber
zat pengatur tersebut bias didapat dan semua jenis sayur dan buah-buahan
segar.
d. Pu zat besi (Fe) harus diminum, untuk menambah zat gizi setidaknya
selama 40 hari pasca bersalin.
e. Minum kapsul vitamin A (200.000unit) sebanyak 2 kali yaitu pada I jam
setelah melahirkan dan 24 jam setelahnya agar dapat memberikan vitamin
A kepada bayinya melalui ASI.
2. Istirahat dan tidur
Istirahat cukup (siang hari ± 2 jam, malam hari 7-8 jam)
3. Senam nifas
Senam nifas adalah senam yang dilakukan ibu-ibu setelah melahirkan setetah
keadaan tubuhnya pulih kembali. Senam nifas bertujuan untuk mempercepat
penyembuhan, mencegah timbulnya komplikasi, serta memulihkan dan
menguatkan otot-otot punggung, otot dasar panggul dan otot perut.Gerakan
senam nifas dimulai dan gerakan yang sederhana hingga yang tersulit.
Sebaiknya dilakukan secara bertahap dan terus-menerus. Lakukan
pengulangan setiap 5 gerakan dan tingkatkan setiap hari sampai 10 kali.
4. Hubungan seks dan KB
a) Hubungan seks aman setelah darah merah berhenti, dan ibu dapat
memasukkan satu atau dua jari ke dalam vagina tanpa rasa sakit.
b) KB, idealnya setelah melahirkan boleh hamil lagi setelah 2 tahun,
kontrasepsi aman digunakan setelah 42 minggu post partum.
5. Eliminasi
a) BAK
1) Dalam 6 jam ibu nifas harus sudah BAK spontan

11
2) Urin jumlah banyak akan diproduksi dalam waktu 12-36 jam setelah
melahirkan
b) BAB
1) BAB biasanya tertunda selama 2-3 hari karena edema persalinan dan
perineum yang sakit
2) Bila lebih dan 3 hari belum BAB, bisa diberikan obat
3) Ambulansi diri selama teratur akan membuat BAB lancar
6. Ambulasi
Ambulasi dini ialah kebijakan agar secepat mungkin bidan membimbing ibu
postpartum bangun dan tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat
mungkin untuk berjalan. Sekarang tidak perlu lagi menahan ibu post partum
telentang ditempat tidurnya selani 7 - 14 hari setelah melahirkan. Ibu post
partum sudah diperbolehkan bangun dan tempat tidur dalam 24 -48 jam
pospartum. Early ambulation tentu tidak dibenarkan pada ibu post partum
dengan penyulit, misalnya anemia, penyakit jantung, penyakit paru -paru,
demam, dan sebagainya. Penambahan kegiatan harus berangsur -angsur, jadi
bukan maksudnya ibu segera setelah bangun dibenarkan mencuci, memasak,
dan sebagainya. (Soleha, 2009)
7. Personal Hygiene
Pada masa post partum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh
karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi,
kebersihan diri, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk
tetap dijaga. (Suhemi, 2009)
a. Kebersihan Ibu
1) Menjaga kebersihan seluruh tubuh
2) Membersihkan daerah kelamin
3) Mengganti pembalut maksimal 3-4 jam dan setiap kali mandi
4) Mencuci tangan sebelum menyentuh daerah kelamin
b. Kebersihan Bayi
1) Memandikan bayi 6 jam setelah persalinan, 2 kali/hari
2) Mengganti pakaian setiap basah
3) Menjaga pantat dan daerah kelamin
4) Menjaga tempat tidur selalu bersih dan hangat
5) Menjaga semua perlengkapan bayi agar bersih

E. Jadwal Kunjungan Ibu Nifas

12
Pemerintah memberikan kebijakan sesuai dengan dasar kesehatan ibu nifas, yaitu
pelayanan ibu nifas mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga
kesehatan paling sedikit 3 kali kunjungan masa nifas
Tabel 2. Jadwal kunjungan nifas
Kunjungan Kunjungan Kunjungan III (KF
I (KF I) 6 jam II (KF II) Hari III) hari ke 29 s/d 42
s/d 3 hari pasca salin ke 4 s/d 28 hari pasca hari pasca salin
Memastikan involusio uteri Presepsi ibu tentang Permulaan hubungan
persalinan dan kelahiran seksual
bayi
Menilai adanya tanda- Kondisi payudara Metobe KB yang
tanda demam, infeksi digunakan
atau perdarahan
Memastikan ibu Ketidaknyamanan yang Latihan pengencangan
mendapat cukup makanan, dirasakan ibu otot perut
cairan dan istirahat
Memastikan ibu Istirahat ibu Fungsi pencernaan,
menyusui dengan baik konstipasi, dan
dan tidak ada tanda-tanda penanganannya
infeksi
Perawatan bayi sehari-hari Memastikan ibu Hubungan bidan, dokter
menyusui dengan baik dan RS dengan masalah
dan tidak ada tanda- yang ada.
tanda infeksi Menanyakan pada ibu
apakah sudah mendapat
haid atau belum
Sumber . Wulandari, Setyo R dan Handayani, Sri (2011). Asuhan Kebidanan Ibu
Masa Nifas. Yogyakarta : Gosyen Publishing.

F. Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas


1. Perdarahan per-vagina
Perdarahan post partum adanya kehilangan darah sebanyak 500 cc ayau lebih
dan traktus genitalia setelah melahirkan. Perdarahan post partum primer
adalah mencakup semua kejadian perdarahan dalam 24 jam setelah
melahirkan, penyebab:
a. Uterus atonik
b. Trauma genital
c. Koagulasi intravaskular diserninata
d. Inversi uterus
Perdarahan post partum sekunder adalah mencakup semua kejadian
perdarahan yang terjadi antara 24 jam setelah kelahiran bayi dan 6 minggu
masa post partum.
2. Infeksi Masa Nifas
lnfeksi masa nifas atau sepsis puerperalis adalah infeksi pada traktus genitalis
yang terjadi pada setiap saat antara awiran pecahan ketuban (ruptur membran)

13
atau persalinan dan 42 hari setelah persalinan atau abortus dimana terdapat
dua atau lebih dan hal-hal-berikut:
a. Nyeri pelvic
b. Demam 38,5°C atau lebih
c. Pengeluaran vagina yang abnormal
d. Pengeluaran vagina yang berbau busuk
e. Keterlambatan dalam kecepatan penurunan uterus
3. Keluhan Payudara
a. Bendungan air susu
Selama 24 jam hingga 48 jam pertama sesudah terlihat sekresi lakteal,
payudara sening mengalami distensi menjadi keras dan berbenjol-benjol.
Keadaan ini yang disebut dengan bendungan air susu, sering
menyebabkan rasa nyeri yang cukup hebat dan bisa disertai dengan
kenaikan suhu. Lamanya panas berkisar dan 4 hingga 16 jam dan suhu
tubuhnya berkisar antara 38-39°C
b. Mastitis
Inflamasi parenkimatosis glandula mamae merupakan komplikasi
antepartum yang jarang terjadi kadang-kadang dijumpai dalam masa nifas
dan laktasi. Bendungan yang mencolok biasanya mendahului inflamasi
dengan keluhan pertama berupa menggigil atau gejala rigor yang
sebenarnya, yang segera diikuti oleh kenaikan susu tubuh dan peningkatan
frekuensi denyut nadi. Payudara kemudian menjadi keras serta kemerahan.
Dan pasien mengeluh rasa nyeri.

G. Pemeriksaan Fokus pada Ibu Nifas


Adapun pengkajian pada pasien pasca persalinan normal menurut Bobak,
(2005), meliputi: Pengkajian data dasar klien. Tinjauan ulang catatan prenatal dan
intraoperative dan adanya indikasi untuk kelahiran abnormal. Sedangkan cara
pengumpulan data meliputi observasi, wawacara, pemeriksaan fisik melalui
inpeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.
1. Identitas klien
a. Identitas klien meliputi : Nama, usia, status perkawinan, pekerjaan,
agama, pendidikan, suku, bahasa yang digunakan, sumber biaya, tanggal
masuk rumah sakit dan jam, tanggal pengkajian, alamat rumah.
b. Identitas suami meliputi : Nama suami, usia, pekerjaan, agama,
pendidikan, suku.
2. Riwayat Kebidanan
a. Riwayat kesehatan

14
Data yang perlu dikaji antara lain: keluhan utama saat masuk rumah sakit,
faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi, adapun yang berkaitan
dengan diagnosa yang perlu dikaji adalah peningkatan tekanan darah,
eliminasi, mual dan muntah, penambahan berat badan, edema, pusing,
sakit kepala, diplopia, nyeri episgastrik.
b. Riwayat kehamilan
Informasi yang dibutuhkan adalah para dan gravida, kehamilan yang
direncanakan, masalah saat hamil atau Ante Natal Care (ANC) dan
imunisasi yang diberikan selama ibu hamil.
c. Riwayat melahirkan
Data yang harus dikaji adalah tanggal melahirkan, lamanya persalinan,
posisi fetus, tipe melahirkan, analgetik, masalah selama melahirkan jahitan
perineum dan perdarahan dan ada tidaknya riwayat operasi Sc.
d. Data bayi
Data yang harus dikaji meliputi: jenis kelamin, dan berat badan bayi.
Kesulitan dalam melahirkan, APGAR score, untuk menyusui atau
pembenan susu formula dan kelainan kongenital yang tampak pada saat
dilakukan pengkajian.
e. Pengkajian masa nifas atau post partum
Pengkajian yang dilakukan meliputi: keadaan umum, tingkat akifitas
setelah melahirkan, gambaran lochea, keadaan perineum, abdomen,
payudara, episiotomy, kebersihan menyusui dan respon orang terhadap
bayi.
3. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum
Mengetahui keadaan secara umum ibu nifas, untuk menentukan tindakan
yang harus di lakukan kepada ibu nifas.
1) Apatis: Ibu nifas bersikap acuh tak acuh dengan keadaan sekitarnya.
2) Samnolen: Ibu nifas memiliki kesadaran yang lebih rendah.
3) Spoor: Ibu nifas memberikan sedikit respon terhadap rangsangan yang
kuat. Hal tersebut bisa di tandai dengan adanya reflek pupil terhadap
cahaya yang masih positif.
4) Koma : Ibu nifas tidak bereaksi terhadap stimulus atau rangsangan
apapun. Reflek pupil terhap cahaya sudah tidak ada.

b. Tanda-tanda vital
Pengkaji tanda-tanda vital meliputi suhu, nadi, pernafasan dan tekanan
darah selama 24 jam pertama masa nifas atau pasca partum.
1) Suhu badan

15
Dalam 24 jam post partwn suhu badan akan rneningkat sedikit (3
7,5°C- 38°C) sebagai akibat kerja keras sewaktu melahirkan,
kehilangan cairan, dan kelelahan biasanya pada hari ke-3 suhu badan
akan meningkat lagi karena adanya pembentukan ASI. Payudara akan
menjadi bengkak,dan berwarna merah karena banyaknya ASI, bila
suhu tidak tunun kemungkinan terjadi infeksi.
2) Nadi
Denyut nadi normal orang dewasa 60-80 kali/menit, denyut nadi ibu
postpartum biasanya akan Iebih cepat, bila melebihi 100 kali/menit
kadaan ini termasuk abnormal dan keadaan ini menunjukkan adanya
kemungkinan infeksi.

3) Tekanan Darah
Tekanan darah biasanya tidak berubah kemungkinan akan lebih rendah
setelah melahirkan karena ada perdarahan atau yang lainnya. Tekanan
darah akan tinggi bila terjadi pre-eklamsi post partum.
4) Pernafasan
Keadaan pemafasan selalu berhubungan dengan suhu dan denyut nadi,
bila suhu dan nadi tidak normal pernafasan juga akan mengikutinya
kecuali bila ada gangguan khusus pada saluran pencernaan.
4. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada ibu nifas atau pasca partum yaitu:
a. Rambut
Berkaitan dengan kebersihan rambut ada atau tidaknya ketombe.
b. Wajah
Mengkaji adanya edema pada muka yang dimanifestasikan dengan
kelopak mata yang bengkak atau lipatan kelopak mata bawah menonjol.
Mengkaji warna konjungtiva bila berwarna merah dan basah berarati
normal, sedangkan bila berwarna pucat berarti ibu mengalami anemia, dan
jika bibir kering maka ibu mengalami dehidrasi.
c. Leher
Palpasi secara ssistematis dan determinasikan menurut lokasi batas-batas
dan ukuran bentuk dan nyeri tekan pada setiap kelompok kelenjar limfe,
submandibular (ditengah-tengah antara sudut dan ujung mandibular) dan
submental (pada garis tengah beberapa cm di belakang ujung mandibula)
d. Payudara
Mengkaji pembesaran, ukuran, bentuk, konsistensi, warna payudara dan
kaji kondisi putting, kebersihan putting, adanya ASI.
e. Abdomen

16
Palpasi bentuk perut ibu mengetahui adanya distensi pada perut, palpasi
juga tinggi fundus uterus, konsistensi serta kontraksi uterus. Evaluasi
abdomen terdapat involusi uterus, terba lembut, tekstur Doughy (kenyal),
muskulus rektus abdominal utuh (intact) atau terdapat diastasis recti dan
mengkaji kandung kemih dengan palpasi dan perkusi untuk menentukan
adanya distensi pada kandung kemih yang dilakukan pada abdomen
bagian bawah.

f. Genetalia
Inspeksi dilakukan untuk mengetahui pengeluaran pervaginam apakah
sesuai dengan inasa nifasnya. Mengkaji lochea yang meliputi karakter,
jumlah wama, bekuan darah yang keluar dan baunya. Pengkajian perinium
dilakukan pada ibu dengan menempatkan ibu pada posisi sinus inspeksi
adanya tanda-tanda “REEDA” (Rednes atau kemerahan, Echyrnosis atau
perdarahan bawah kulit, Edeme atau bengkak, discharge atau perubahan
lochea, Approximation atau pertautan jaringan). Jenis dan ukuran benang
untuk menjahit luka perineum:
1) Cutget kromik 4-0
a) Perbaikan dinding anterior rectum pada laserasi derajat IV
b) Perbaikan laserasi klitoris
c) Perbaikan tempat lain apabila permukaan benang yang sangat
halus
2) Cutget kromik 3-6
a) Perbaikan mukosa vagina
b) Jahitan subcutan
c) Jahitan subcutikula
d) Perbaikan laserasi periutera
3) Cutget kromik 2-0
a) Perbaikan spingter ani ekstra
b) Perbaikan laserasi servik
c) Perbaikan laserasi dinding vagina lateral
d) Jahitan dalam terputus-putus pada otot pelvic
Dalam penjahitan otot benang yang di gunakan benang yang lebih kuat.
Semakin besar nomor benang maka semakin halus benang (4-0, 6-0, 8-0).
Semakin kecil nomor benang maka semakin besar benang dan sernakin
kuat tegangan benang (2-0, 1-0).
g. Ektremitas bawah

17
Ektremitas atas dan bawah dapat bergerak bebas, kadang diternukan
oedema, varises pada tungkai kaki, ada atau tidaknya tromboflebitis
karena penurunan aktivitas dan reflek patella baik.
5. Pemeriksaan penunjang
a. Jumlah darah lengkap hemoglobin atau hemotrokit (Hb/ Ht): mengkaji
perubahan dan kadar pra operasi dan evaluasi efek dan kehilangan darah
pada pembedahan.
b. Urinalis: Kultur urine, darah, vaginal, dan lochea, pemeriksaan tambahan
didasarkan pada kebutuhan individual.
H. Pendidikan Kesehatan untuk Ibu Nifas
Konseling adalah proses pemberian informasi obyektif dan lengkap dilakukan
secara sistematis dengan panduan keterampilan komunikasi interpersonal.
Pendidikan yang perlu diberikan kepada ibu nifas meliputi:
1. Nutrisi
Nutrisi yang adekuat dapat membantu mempercepat pemulihan tubuh ibu dan
juga sangat mempengaruhi susunan air susu. Pendidikan kesehatan gizi untuk
ibu menyusui, antara lain:
a. Konsumsi tambahan 500 kalori setiap hari
b. Makan dengan diet berimbang
c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari
d. Tablet zat besi harus diminum selama 40 hari pasca bersalin
e. Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) untuk memberi asupan vitamin A
juga kepada bayinya, yaitu dengan melalui ASInya.
2. Personal Hygiene
Menjaga personal hygiene dapat rnenghindari infeksi post paturn, karena pada
saat post partum ibu sangat rentan terhadap infeksi. Pendidikan kesehatan
kebersihan diri untuk ibu nifas antara lain:
a. Menganjurkan kebersihan seluruh tubuh
b. Mengajarkan ibu cara rnembersihkan daerah kelamin
c. Menyarankan ibu untuk mengganti pembalut
d. Menyarankan ibu untuk cuci tangan sebelum dan sesudah membersihkan
daerah kelamin
e. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, menyarankan untuk
menghindari menyentuh daerah luka.
3. Istirahat dan Tidur
Istirahat yang cukup dapat mencegah terjadinya kelelahan yang berlebihan,
meningkatkan produksi ASI, dan mempercepat proses involusi uterus serta
menekan perdarahan. Pendidikan kesehatan untuk ibu nifas dalam hal
istirahat/tidur.

18
Menganjurkan ibu untuk cukup istirahat, menyarankan ibu untuk kembali ke
kegiatan rumah secara perlahan-lahan dan menjelaskan pada ibu bahwa
kurang istirahat akan pengaruhi ibu dalam jumlah ASI yang diproduksi
memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan,
menyebabkan depresi dan ketidak mampuan untuk merawat bayi serta diri
sendiri.
4. Ambulasi dan Latihan (Senam Nifas)
Early ambulation bertujuan agar kondisi ibu sehat dan kuat, faal usus dan
kandung kemih menjadi lebih baik. Pendidikan kesehatan untuk ibu nifas
dalam hal istirahat/tidur meliputi:
a. Diskusikan pentingnya mengembalikan fungsi otot-otot perut dan panggul
kembali normal, sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung
b. Menjelaskan bahwa latihan tertentu selama beberapa menit setiap ban
sangat membantu. Misalnya dengan tidur terlentang dan lengan
disamping, menarik otot perut selagi menarik nafas, tahan nafas, angkat
dagu ke dada, tahan sampai lima hitungan, rileks dan ulangi sepuluh kali.
Untuk memperkuat tonus otot vagina, yaitu dengan latihan kegel.
c. Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-otot bokong dan
pinggul, kemudian tahan sampai 5 hitungan. Kendurkan dan ualngi latihan
sebanyak lima kali.
d. Mulai dengan mengerjakan lima kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap
minggu tingkatkan jumlah latihan lima kali lebih banyak. Pada minggu
ke-66 setelah persalinan, ibu harus rnengerjakan setiap gerakan sebanyak
30 kali.
5. Pemberian ASI
Pemberian ASI bertujuan agar kebutuhan nutnisi bayi tercukupi, karena ASI
mengandung semua gizi yang dibutuhkan oleh bayi. Pendidikan kesehatan
untuk ibu nifas dalam pemberian ASI sangat bennanfaat, karena pemberian
ASI merupakan cara yang terbaik untuk ibu dan bayi. Oleh karena itu, berikan
KIE tentang proses laktasi dan mengajarkan cara perawatan payudara.
6. Hubungan Seks
Pendidikan kesehatan tentang seks dan keluarga berencana yaitu:
a. Hubungan seks dapat dilakukan saat darah nifas sudah berhenti dan ibu
sudah merasa nyaman.
b. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri
sampai masa laku tententu. Misalnya, setelah 40 hari atau 6 minggu
setelah persalinan. Keputusan untuk segera melakukan hubungan seks
tergantung pada pasangan yang bersangkutan.
7. Keluarga Berencana

19
Strategi konseling KB terbaik adalah dilakukan pada saat masa nifas,
Pendidikan 4 kesehatan untuk ibu nifas dalam hal istirahat/tidur meliputi:
a. Idealnya, pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum
ibu hamil kembali. Setiap pasangan, menentukan sendiri kapan dan
bagaimana mereka ingin merencanakan tentang keluarganya.
b. Terkait beberapa metode KB hal berikut sebaiknya dijelaskan terlebih
dahulu pada ibu.
1) Bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan dan efektifitasnya.
2) Kelebihan dan keuntungan.
3) Kekurangannya.
4) Efek samping.
5) Bagaimana menggunakan metode itu.
6) Kapan metode itu dapat mulai digunakan untuk wanita pasca
persalinan dan menyusui.
8. Tanda-tanda Bahaya Masa Nifas
Pemberian informasi tentang tanda bahaya masa nifas ini bertujuan agar
mampu melakukan deteksi dini adanya komplikasi masa nifas, sehingga dapat
segera diatasi. Pendidikan kesehatan tanda-tanda bahaya masa nifas meliputi:
berikan pendidikan kesehatan tanda bahaya masa nifas untuk mendeteksi
komplikasi selama masa nifas. Tanda bahaya berupa:
a. Perdarahan dan pengeluaran abnormal
b. Sakit daerah abdomen/punggung
c. Sakit kepala terus menerus/penglihatan kabur/nyeri ulu hati,
d. Bengkak pada ekstremitas,
e. Demam/muntah/sakit saat BAK
f. Perubahan pada payudara, nyeri/kemerahan pada betis
g. Depresi postpartum

20
I. MANAJEMEN KEBIDANAN
A. Pengkajian Data
Pengkajian data adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk
mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan
semua informasi yang akurat dan semua sumber yang berkaitan dengan kondisi
pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
1. Data Subyektif (Anamnesa)
Pengkajian dalam rangka mendapatkan data tentang pasien melalul pengajuan
pertanyaan-pertanyaan (Jannah, 2013).
a. Identitas
Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), identitas untuk mengetahui
status klien secara lengkap sehingga sesuai dengan sasaran, meliputi:
1) Nama: Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari
agar tidak keliru dalam memberikan penanganan.
2) Umur: Di catat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti
kurang dan 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan
psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih dan 35 tahun rentan
sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas.
3) Agama: Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk
membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa.
4) Suku bangsa: Berpengaruh pada adat-istiadat atau kebisaan sehari-
hari.
5) Pendidikan: Berpengaruh kebidanan dan dalam untuk tindakan
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat
memberikan konseling sesuai dengan pendidikanya.
6) Pekerjaan: Gunanya untuk mengetahui mengukur tingkat sosial
ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien
tersebut.
7) Alamat: Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan.
b. Keluhan utama
Untuk mengetahui masalah yang di hadapi yang berkaitan dengan masa
nifas (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Keluhan pada ibu nifas dengan
anemia sedang yaitu pusing, badan terasa lemas dan merasa tidak nyaman
dengan keadaan yang dirasakan (Manuaba, 2007).
c. Riwayat penyakit
1) Riwayat penyakit sekarang: Data-data ini diperlukan untuk
mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini

21
yang ada hubunganya dengan masa nifas dan bayinya (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
2) Riwayat penyakit sistemik: Data ini di perlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti:
jantung, DM, hipertensi, asma yang dapat mempengaruhi pada masa
nifas.
3) Riwayat penyakit keluarga: Data ini di perlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya pengaruh penyakit kelurga terhadap gangguan
kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga
yang menyertainya (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
4) Riwayat keturunan kembar: Dikaji untuk mengetahui apakah dalam
keluarga ada yang rnempunyai riwayat keturunan kembar (Manuaba,
2008).
5) Riwayat operasi: Dikaji untuk mengetahui apakah ibu pernah
dilakukan tindakan operasi atau belum, yang sekiranya dapat
mengganggu dalam proses kehamilan ini (Prawirohardjo, 2009).
d. Riwayat Menstruasi
Dikaji untuk mengetahui riwayat menstruasi antara lain adalah menarche,
sikius menstruasi, lamanya menstruasi, banyaknya darah, keluhan utama
yang dirasakan saat haid (Sulistyawati, 2013).

e. Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis
apa, beapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta
rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
f. Riwayat perkwinan
Untuk mengetahui berapa kali menikah, status menikah syah atau tidak,
karena bila melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan
psikologisnya sehingga akan mempengaruhi proses nifas (Ambarwati dan
Wulndari, 2010). Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu untuk
mengetahui berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, penolong
jumlah anak, cara keadaan persalinan nifas yang lalu, persalinan,
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
g. Riwayat kehamilan ini
Dikaji untuk mengetahui hari pertama haid terakhir dan apakah siklus
menstrulasi northal, gerakan janin (kapan mulai dirasakan dan apakah ada
perubahan yang terjadi), masalah dan tanda-tanda bahaya, keluhan-
keluhan lazim pada kehamilan, penggunaan obat-obatan (termasuk jamu-

22
jamuan) serta kekhawatiran lain yang dirasakan (Dewi dan Sunarsih,
2011). Pada kehamilan ini ibu tidak mengalami anemia (Manuaba, 2007).
h. Riwayat persalinan sekarang
Untuk mengetahui tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak,
keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji
untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak
yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini (Ambarwati dan
Wulandari, 2010). Pada persalinan ini ibu mengalami perdarahan
(Manuaba, 2007).
i. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi,
banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan (Ambarwati dan
Wulandari, 2010). Pada ibu nifas dengan anemia sedang nafsu makan
ibu berkurang (Manuaba, 2007).
2) Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar
meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan buang
air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah (Ambarwati dan
Wulandari, 2010). Pada ibu nifas dengan anemia sedang harus sudah
BAB dalam 3 hari post partum (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
3) Pola istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien
tidur, istirahat sangat penting bagi ibu masa nifas karena dengan
istirahat yang cukup dapat mempercepat penyembuhan (Ambarwati
dan Wulandari, 2010). Pada ibu nifas dengan anemia sedang
diharapkan istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan (Saifuddin, 2009).
j. Data psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Wanita
mengalami banyak perubahan emosi atau psikologis selama masa nifas
sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
k. Kebiasaan sosial budaya
Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat- istiadat yang
akan menguntungkan atau merugikan pasien khusunya pada masa nifas
misalnya pada kebiasaan pantangan makanan (Ambarwati dan Wulandari,
2010).
l. Personal Hygiene

23
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh
terutama pada daerah genetalis, karena pada masa nifas rnasih
mengeluarkan lochea (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
m. Aktifitas
Menggambarkan pola aktifitas pasien sehari-hari, pada pola ini perlu
dikaji pengaruh aktifitas terhadap kesehatanya (Ambarwati dan
Wulandari, 2010). Pada kasus ini ibu sudah bisa miring kanan, miring kiri
dan duduk.

2. Data Obyektif
Dalam menghadapi masa nifas dan seorang klien, seorang bidan harus
mengumpulkan data untuk memastikan bahwa keadaan klien dalam keadaan
stabil (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
a. Pemeriksaan umum
1) Keadaan umum
Untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah baik, cukup atau kurang
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
2) Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu mulai dari keadaan compos
mentis, apatis sampai dengan koma (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

3) Tanda vital
a) Tekanan darah
Tekanan darah normal berkisar antara > 90/60 dan < 140/90 mmHg.
Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi dengan TD
>140/90 mmHg postpartum tetapi keadaan ini akan menghilang
dengan sendirinya apabila tidak ada penyakit lain yang menyertainya
dalam bulan pengobatan (Anggraini, 2010).
b) Suhu
Suhu normal berkisar antara 36,5°C sampai 38,0°C Peningkatan suhu
badan mencapai pada 24 jam pertama masa nifas pada umumnya
disebabkan oleh dehidrasi, yang disebabkan oleh keluarnya cairan
pada waktu melahirkan, selain itu bisa juga di sebabkan karena
istirahat dan tidur yang diperpanjang selama awal persalinan, pada
umunya setelah 12 jam post partum suhu tubuh kembali normal.
Kenaikan suhu yang mencapai >38°C adalah mengarah ke tanda-tanda
infeksi (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
c) Nadi

24
Nadi normal berkisar antara 60-80x/menit. Denyut nadi diatas
l00x/menit pada masa nifas adalah mengindikasikan. adanya suatu
infeksi, hal ini salah satunya bisa diakibatkan oleh proses persalinan
sulit atau karena kehilangan darah yang berlebihan (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
d) Respirasi
Beberapa ibu post partum kadang-kadang mengalami brakikardi
puerperal, yang denyut nadinya mencapai serendah-rendahnya 40-50
x/menit, pernafasan harus berada dalam rentang yang normal, yaitu
sekitar 20-30x/menit (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
e) Berat badan
Untuk mengetahui kenaikan berat badan atau penurunan berat badan
(Pantikawati dan Saryono, 2010).
f) Tinggi badan
Untuk mengetahui tinggi badan ibu yang dilakukan untuk mendeteksi
adanya resiko apabila hasil pengukuran <145cm (Pantikawati dan
Saryono, 2010).

b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yaitu pemeriksaan dengan melihat klien dan ujung rambut
sampai ujung kaki.
1) Rambut: Untuk mengetahui apakah rambut rontok atau tidak, menilai
warnanya, kelebatan, dan karakteristik rambut (Rukiah dkk, 2013).
2) Muka: Untuk mengetahui apakah muka pucat atau tidak (Jannah, 2011).
Pada ibu nifas dengan anemia sedang muka tampak pucat (Manuaba,
2007).
3) Mata: Untuk mengetahui keadaan conjungtiva pucat atau merah muda,
warna sclera putih atau kuning (Rukiah dkk, 2013). Pada ibu nifas dengan
anemia sedang konjungtiva pucat (Manuaba, 2007).
4) Hidung: Untuk mengetahui keadaan hidung dan kebersihan, alergi debu
atau tidak dan ada polip atau tidak (Sulistyawati, 2012).
5) Telinga: Untuk mengetahui keadaan telinga apakah ada gangguan
pendengaran atau tidak, ada serumen atau tidak (Sulistyawati, 2012).
6) Mulut: Untuk mengetahui keadaan mulut adakah caries, bersih atau tidak.
keadaan bibir kering atau tidak, lidah kering dan kotor atau tidak
(Sulistyawati, 2012).
7) Leher: Untuk mengetahui adakah pembengkakan kelenjar limfe atau
pembengkakan kelenjar tiroid (Rukiah dkk, 2013).

25
8) Dada: Dikaji untuk mengetahui simetris atau tidak, ada retraksi dinding
dada atau tidak (Sulistyawati, 2012).
9) Mammae: Untuk mengetahui simetris atau tidak, ada pernbengkakan atau
tidak, puting menonjol atau tidak, lecet atau tidak. Pada masa nifas dikaji
untuk mengetahui ASI sudah keluar atau belum (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
10) Aksila: Ada benjolan atau tidak, ada pembengkakan atau tidak, ada nyeri
tekan atau tidak (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
11) Pemeriksaan abdomen
a) Inspeksi
Untuk mengetahui pembesaran uterus, ada linea atautidak, ada strie
atau tidak, ada bekas operasi atau tidak, ada pelebaran vena atau tidak,
adanya kelainan atau tidak (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

b) Palpasi
Palpasi merupakan tehnik pemeriksan yang menggunakan indra
peraba, tangan dan jari-jari adalah instrumen yang sensitive untuk
mengkaji kontraksi, tinggi fundus uteri dan kandung kemih (Nursalam,
2009).
12) Ekstremitas: Untuk mengetahui adanya oedema atau tidak, adanya varices,
adanya kelainan atau tidak, reflek patella positif atau negative (Vamey,
2007).
13) Pemeriksaan genetalia eksterna
a) Vulva vagina
Mengalarni penekanan serta peregangan yang sangat besar selama
proses persa1inan dan akan kembali secara bertahap dalam 6-8 minggu
post partum (Jannah, 2013).
b) Keadaan anus
Untuk mengetahui kebersihannya dan adanya haemoroid atau tidak
(Sulistyawati, 2012).
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium, rontgen dan USG
(Varney, 2007).

B. Interpretasi Data Dasar


Mengidentifikasi diagnosa kebidanan dan masalah berdasarkan interpretasi
yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Dalam langkah ini data yang
telah dikumpulkan diintepretasikan menjadi diagnosa kebidanan dan masalah.

26
Keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti
diagnosa tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana
asuhan terhadap pasien, masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita
yang di identifikasikan oleh bidan (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
1. Diagnosa kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang dapat ditegakkan yang berkaitan
dengan para, abortus, anak hidup, umur ibu dan keadaan nifas (Ambarwati
dan Wulandari, 2010). Contoh diagnosa kebidanan pada ibu nifas yaitu
P1Ab0Ah1 24 tahun Postpartum hari ke-2 dengan bendungan ASI.

2. Masalah
Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang
ditemukan dan hasil pengkajian atau menyertai diagnosa dengan dan tetap
membutuhkan penanganan (Varney, 2010).
3. Kebutuhan
Kebutuhan merupakan hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belum
tenidentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan analisa
data (Varney, 2010). Kebutuhan ibu nifas dengan anemia sedang yaitu
memberikan informasi tentang keadaan ibu bahwa ibu mengalami anemia
sedang, memberikan informasi tentang makanan yang bergizi yang
mengandung protein, zat besi, yodium, kalsium, vitamin A (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).

C. Identifikasi Diagnosis/ Masalah Potensial


Mengidentifikasi berdasarkan data yang telah diperoleh. Diagnosa potensial
membutuhkan antisipasi, memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil
mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah
potensial benar-benar terjadi. Dan yang paling penting melakukan asuhan yang
aman (Hidayat dan Sujiyatini, 2010). Diagnosa potensial yang dapat terjadi pada
ibu nifas:
1. Perdarahan per-vagina
Tanda dan gejalanya adalah darah yang keluar lebih dan 500 cc, ibu mengeluh
badan lemas.
2. Infeksi Masa Nifas
Tanda dan gejalanya, meliputi :
a. Nyeri pelvic
b. Demam 38,5°C atau Iebih
c. Pengeluaran vagina yang abnormal

27
d. Pengeluaran vagina yang berbau busuk
e. Keterlambatan dalam kecepatan penurunan uterus
3. Keluhan Payudara
a. Bendungan air susu
Tanda dan gejalanya adalah payudara sering mengalami distensi menjadi
keras dan berbenjol-benjol, rasa nyeri yang cukup hebat dan bisa disertai
dengan kenaikan suhu sampai antara 38-39°C.
b. Mastitis
Tanda dan gejalanya berupa menggigil atau gejala rigor yang sebenarnya,
yang segera diikuti oleh kenaikan susu tubuh dan peningkatan frekuensi
denyut nadi. Payudara kemudian menjadi keras serta kemerahan. Dan
pasien mengeluh rasa nyeri.
4. Subinvolusio Uteri
Merupakan kegagalan uterus untuk kembali pada keadaan tidak hamil.
Penyebab subinvolusi yang paling sering adalah tertahannya fragmen plasenta
dan infeksi. Tanda dan gejala subinvolusio uteri dapat berupa fundus uteri
yang letaknya tetap tinggi didalam abdomen atau pelvis dan seharusnya atau
penurunan fundus uteri lambat, konsistensi uterus lembek, pengeluaran lochea
seringkali gagal berubah, terdapat bekuan darah, lochea berbau menyengat,
uterus tidak berkontraksi, pucat, pusing, tekanan darah rendah, dan suhu tubuh
yang tinggi. Penyebab terjadinya subinvolusio uterus dapat dikarenakan
terjadinya infeksi pada myometrium, terdapatnya sisa plasenta dan selaput
plasenta di dalam uterus serta lochea rubra Iebih dan dua minggu post partum
sehingga pengeluarannya Iebih banyak dan perkiraan.

D. Identifikasi Tindakan Segera atau Antisipasi


Mengidentifikasi dan menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnosis dan
masalah ditegakkan. Kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi, kolaborasi,
dan melakukan rujukan (Alimul danWildan, 2008).
Pada kasus perdarahan per-vagina dapat dilakukan tindakan mandiri yaitu
menentukan penyebab perdarahan, atasi syok hipovolemia, memasang infus, dan
lakukan rujukan segera. Pada kasus infeksi masa nifas segera lakukan rujukan
untuk diberikan terapi antibiotik, dan lakukan tranfusi darah bila perlu. Pada saat
merujuk apabila kondisi luka terdapat abses, jaga agar pus tidak masuk ke dalam
rongga perineum.
Pada kasus bendungan ASI, dapat dilakukan tindakan segera berupa
perawatan payudara denga bendungan ASI. Sedangkan untuk kasus mastitis,
hentikan pemberian ASI jika sudah terdapat abses. Dan apabila kondisi payudara
semakin memerah, demam tidak kunjung mereda, dan suhu tubuh mencapai lebih

28
dan 400, bidan dapat melakukan tindakan segera berupa tindakan kolaborasi atau
rujukan kepada dokter spesialis laktasi atau klinik laktasi. Pada kasus
subinvolusio uteri, tindakan segera yang dapat dilakukan adalah pemberian
antibiotic, pemberian uterotonika, dan tablet Fe. Apabila keadaan uterus tidak
segera membaik, segera lakukan tindakan rujukan.

E. Rencana Tindakan
Langkah ini nierupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau
diagnosa yang telah diidentifikasi dan diantisipasi, apakah dibutuhkan
penyuluhan, konseling dan rujukan yang mungkin diperlukan (Rukiah dkk, 2013).

F. Emplementasi
Pada langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan menyeluruh seperti
yang diuraikan pada langkah kelima, mengarahkan atau melaksanakan rencana
asuhan secara efisien dan bermutu. (Rukiah dkk, 2013).

G. Evaluasi
Langkah ini merupakan mengevaluasi keefektifan dan asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan pada klien apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi didalam
diagnosa dan masalah rencana tersebut (Rukiah dkk, 2013).

J. Model Dokumentasi
Metode pendokumentasian yaitu dengan menggunakan metode SOAP. Semua
metode dokumentasi memiliki kesamaan dalam pengkajiannya, tetapi dari semua
metode tersebut yang dipakai dalam pendokumentasian asuhan kebidanan pada saat
ini, yaitu memakai metode SOAP.
SOAP merupakan urutan-urutan yang dapat membantu bidan mengorganisasikan
pikiran dalam pemberian asuhan yang bersifat komprehensif.
S ( Subyektif )
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui
anamnesa.
O ( Obyektif )
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil lab, dan tes
diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung assesmen.
A ( Analisa )
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subyektif dan
obyektif dalm suatu identifikasi.

29
P ( Penatalaksanaan )
Mengambarkan pendokumentasian dari penatalaksanaan berdasarkan assesmen.
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah –
langkah sebelumnya. Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan
menyeluruh ini harus rasional dan benar – benar valid berdasarkan pengetahuan dan
teori yang up to date serta sesuai dengan apa nyang dibutuhkan dan baik untuk
pasien.

30
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS


PADA NY.M UMUR 25 tahun P2A0 PADA 6 JAM POST PARTUM
DI KLINIK HANA

Tanggal : 19 November 2020


Jam : 12.00 WIB
Tempat : Di Klinik Hana
OIeh : Sheva Audina Asanovi Pramono

A. Data Subjektif
1. Identitas
Nama Ibu : Ny.M Nama Suarni : Tn. D
Umur : 22 tahun Umur : 29 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMU
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Bladu, Joton

2. Keluhan utama
Ibu mengatakan payudara terasa kencang dan perut sedikit mulas.

3. Riwayat penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang
Ibu mengatakan badannya terasa lemas dan pegal-pegal, dan sekarang ibu
tidak menderita penyakit apapun.
b. Riwayat penyakit sistemik
1) Jantung : Ibu mengatakan tidak pernah merasakan dada
berdebar-debar, cepat lelah saat beraktifitas ringan,
tidak mengeluarkan keringat dingin pada telapak
tangan.
2) Ginjal : Ibu mengatakan tidak pernah mengeluh nyeri pada
pinggang kanan maupun kin, dan tidak sakit saat
BAK.

31
3) Asma : Ibu mengatakan tidak pernah sesak nafas
4) TBC : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami batuk 2
minggu yang disertai dahak bercampur darah, demam
dan nyeri pada dada.
5) Hepatitis : Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit kuning,
dan pada ujung kuku, mata, kulit tidak tampak kuning.
6) DM : Ibu mengatakan tidak pernah mengeluh sering minum
dan makan pada malam hari, dan tidak sering buang
air kecil di malam hari lebih dan 7 kali.
7) Hipertensi : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami tekanan
darah di atas 140/90 mmHg.
8) Epilepsi : Ibu mengatakan tidak pernah kejang- kejang yang di
sertai keluar busa pada mulut.
c. Riwayat penyakit keluaga
1) Penyakit menurun : Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada
yang menderita penyakit menurun seperti :
hipertensi, asma, diabetes militus, jantung.
2) Penyakit menular : Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada
yang menderita penyakit menular seperti :
TBC, Hepatitis, AIDS.
3) Keturunan kembar : Ibu mengatakan dalam keluarganya baik dan
pihak suami maupun istri tidak ada yang
mempunyai keturunan kembar.
d. Riwayat Operasi
Ibu mengatakan belum pernah menjalani operasi apapun selama hidupnya.
e. Riwayat menstrulasi
Ibu mengatakan haid pertama kali umur 14 tahun. Ibu mengatakan
haidnya berjarak 28 hari. Ibu mengatakan lamanya haid 5-6 hari. Ibu
mengatakan 2-3x sehari ganti pembalut. ibu mengatakan haidnya teratur.
Ibu mengatakan darahnya encer, berwarna merah segar dan tidak
menggumpal. Ibu mengatakan nyeri haid pada hari pertama tetapi tidak
sampai menggangu aktifitas.
f. Riwayat Perkawinan
1) Pernikahan ke-1.
2) Status penikahan sah 1 kali umur 19 tahun dengan suami umur 23
tahun. Lama pernikahan tahun 6 tahun
g. Riwayat Kehamilan,Nifas yang lalu
Hamil Tgl UK Persalinan Nifas
Ke- Lahir Jenis Penolong JK BBL Laktasi Kom
Persalinan p

32
1 13 39 Spontan Bidan L 2900 Normal -
Maret gram
2015

h. Riwayat keluarga berencana


Mulai Alasan
No Jenis Oleh Melepas Keluhan
memakai melepas
- - - - - - -

i. Riwayat kehamilan sekarang


1) HPHT : 14 Maret 2020
2) HPL : 21 November 2020
3) Keluhan - keluhan pada
Trimester I : Ibu mengatakan merasa mual, pusing
Trimester II : Ibu mengatakan tidak ada keluhan
Trimester III : Ibu mengatakan punggung merasa pegal-pegal
4) Penyuluhan yang pernah didapat
Ibu mengatakan pernah mendapat penyuluhan tentang tanda bahaya
trimester I, 11 dan III, tanda-tanda persalianan. persiapan persahnan,
cara memandikan bayi, perawatan tali pusat. ASI eksklusif, cara
menyusui dengan benar dan perawatan payudara.
5) Imunisasi TT
Ibu mengatakan pernah mcndapatkan imunisasi TT sebanyak 1 kali
TT1 : 2 September 2020
j. Riwayat persalinan sekarang
1) Tempat persalinan : Klinik Hana
2) Penolong : Bidan
3) Tanggal /jam persalinan : 19 November 2020 pukul 06.00 WIB
4) Jenis persalinan : Spontan
5) Komplikasi persalinan : Tidak ada
6) Perineum : Terjadi Laserasi Perineum derajat 2
7) Perdarahan : Tidak terjadi perdarahan, darah yang
keluar 100cc
8) Tindakan lain : Tidak ada.
9) Keadaan Bayi : Sehat
10)Jenis kelamin bayi : Perempuan
11)Berat hadan bayi : 3400 gram
12)Panjang badan bayi : 49 cm
13)Lingkar dada bayi : 32 cm

33
14)Lingkar kepala : 32 cm
k. Pola kebiasaan
1) Nutrisi
a) Makan
(1) Selama hamil Ibu mengatakan makan 2x sehari porsi I piring
nasi. lauk, sayur. Tidak ada keluhan
(2) Setelah mehihirkan : Ibu mengatakan setelah melahirkan sudah
makan lx porsi 1 piring dengan nasi, sayur,lauk dan buah.
Tidak ada keluhan
b) Minum
(1) Selama hamil ibu mengatakan minum ± 8 gelas. Jenis air.
Tidak ada keluhan
(2) Setelah melahirkan Ibu mengatakan sudah minum 1 gelas air
putih setelah melahirkan. Tidak ada keluhan
2) Eliminasi
a) BAB
(1) Selama hamil Ibu mengatakan BAB lx sehari konsistensi agak
keras . Tidak ada keluhan.
(2) Setelah melahirkan Ibu mengatakan belum BAB. Tidak ada
keluhan.
b) BAK
(1) Selama hamil Ibu mengatakan BAK 5-6x sehari warna kuning
jernih. Tidak ada keluhan.
(2) Setelah melahirkan ibu mengatakan sudah BAK I kali dan
tidak ada keluhan.

3) Istirahat/ tidur
a) Selama hamil Ibu mengatakan istirahat siang ±30 menit dan tidur
malam ± 8 jam.
APGAR SCORE Menit 1/5/10 8/9/10
l. Pola kebiasaan
1) Nutrisi
a) Makan
(1) Selama hamil : Ibu mengatakan makan 2x sehari
porsi 1 piring nasi, lauk, sayur. Tidak
ada keluhan
(2) Setelah melahirkan : Ibu mengatakan setelah melahirkan
sudah makan 1x porsi 1 piring

34
dengan nasi, sayur, lauk dan buah.
Tidak ada keluhan
b) Minum
(1) Selama hamil : Ibu menatakan minum + 8 gelas.
Jenis air, Tidak ada keluhan
(2) Setelah melahirkan : Ibu mengatakan sudah minum gelas
air putih setelah melahirkan. Tidak
ada keluhan

2) Eliminasi
a) BAB
(1) Selama hamil : Ibu mengatakan BAB 1x sehari
konsistensi agak keras. Tidak ada
keluhan.
(2) Setelah melahirkan : Ibu mengatakan belum BAB. Tidak
ada keluhan.
b) BAK
(1) Selama hamil : Ibu mengatakan BAK 5-6x sehari
wana kuning jernih. Tidak ada
keluhan.
(2) Setelah melahirkan : Ibu mengatakan sudah BAK 1 kali
dan tidak ada keluahan.
3) lstirahat/ tidur
a) Selama hamil : Ibu mengatakan istirahat siang ±30
menit dan tidur malam ± 8 jam.
b) Setelah melahirkan : Ibu mengatakan sudah istirahat ± 1
jam.
4) Ambulansi/Aktivitas
Ibu mengatakan sudah dapat berdiri, berjalan untuk BAK dan
menggendong bayinya sambil duduk
5) Keadaan psikologis
Ibu mengatakan tidak memiliki kecemasan tertentu
6) Riwayat sosial budaya
a) Dukungan keluarga : Ibu mengatakan keluarganya mendukung
kelahiran anaknya yang kedua.
b) Tempat tinggal : Ibu mengatakan tinggal dengan suami
dan anak

35
c) Pantangan makanan : Ibu mengatakan tidak ada pantangan
makanan apapun
d) Kebiasaan adat istiadat : Ibu mengatakan ada acara sepasaran bayi
e) Obat-obatan / rokok : Ibu mengatakan hanya mengkonsumsi
obat dari tenaga kesehatan dan tidak
merokok.
7) Pengetahuan Ibu tentang Masa Nifas dan Perawatan Bayi
Ibu mengatakan sudah tahu cara merawat bayi sehari-hari, Ibu sudah
mengetahui cara menyusui yang benar, Ibu belum mengetahui cara
merawat tali pusat, ibu belum mengetahui tanda bahaya masa nifas,
ibu juga belum mengerti manfaat vitamin A bagi ibu nifas.

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a) Keadaan Umum : Cukup
b) Kesadaran : Composmentis
c) TTV
1) Tekanan darah : 110/70 mmHg,
2) Nadi : 82x/menit
3) Suhu : 36,5°C
4) Respirasi : 20x/menit
d) TB :160cm
e) BB sebelum hamil : 54 kg
f) BR hamil : 57 kg
g) BB setelah melahirkan : 53 kg
2. Pemeriksaan Fisik
a) Kepala:
Rambut : lurus, tidak ada ketombe, tidak rontok.
Muka : tidak ada cloasma gravidar dan tidak ada oedema
Mata : Oedema : tidak ada oedema
Conjungtiva : warna merah muda
Sklera : warna putih
Hidung : simetris,bersih tidak ada secret, tidak ada polip.
Telinga : simetris , bersih tidak ada serumen.
Mulut / gigi / gusi : mulut tidak stornatitis, gigi tidak caries, gusi tidak
berdarah.
b) Leher
Kelenjar gondok : tidak ada pembesaran kelenjar gondok

36
Tumor : tidak teraba benjolan
kelenjar limfe : tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
c) Dada
Mammae : Pembesaran normal
Tumor : tidak ada tumor
Simetris : simetris kanan dan kin
Areola : hiperpigmentasi
Putting susu : menonjol,
d) Axilla
Benjolan : tidak ada
Nyeri : tidak ada
e) Ekstremitas
1) Atas
Kanan : tidak ada oedema, kuku tidak pucat,simetnis.
Kiri : tidak ada oedeina, kuku tidak pucat,simetris.
2) Bawah
Oedema : tidak ada oedema, kuku tidak pucat
Varices : tidak ada varices.
f) Pemeriksaan kusus obstetri (lokalis).
1) Abdomen
Inspeksi : Pembesaran perut : Normal
Linea : Linea Nigra
Strie : tidak ada striae
Kelainan : Tidak ada
Palpasi : Kontraksi : Baik
TFU : 2 jari di bawah pusat
Kandung Kencing : Kosong
2) Anogenital
Vulva Vagina : Varices : Tidak varices
Kemerahan : Tidak ada kemerahan
Nyeri : Tidak Nyeri
Lochea : Rubra, warna merah, 30 cc
Perineum : Keadaan luka :Laserasi Derajat 2 yaitu pada mukosa
vagina, kulit dan otot perineum ,tidak oedema tidak
kemerahan tidak ada tanda tanda infeksi.
Urethra : tidak nyeri, BAK lancar
Anus : Heomorhoid Tidak ada heamorhoid
Lain-lain Tidak ada kelainan.
3. Pemeriksaan penunjang

37
Tidak dilakukan

C. Assesment
Ny.M Umur 22 tahun P2A0 6 jam post partum dengan masa nifas normal

D. Penatalaksanaan
Tanggal 19 november 2020, pukul 12.00 WIB
1. Melakukan pemantauan observasi tanda-tanda vital. tekanan darah normal
yaitu 110/80, suhu 36,7, nadi 80 kali/ menit, pernapasan 20 kali/menit
kemudian menyampaikan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital kepada ibu. Ibu
mengerti dengan kondisinya saat ini.Ny
2. Melakukan observasi pengeluaran pervaginam, TFU, dan kontraksi uterus.
telah dilakukan observasi pengeluaran pervaginam, TFU, dan kontraksi
uterus. Pengeluaran pervaginam darah segar, lochea rubra, perdarahan 50 cc.
TFU 2 jari dibawah pusat, dan kontraksi uterus keras kemudian
menyampaikan hasil observasi kepada ibu.
Hasil :Ibu mengerti dengan kondisinya saat ini.
3. Memberi tahu ibu penyebab keluhan yang dirasakan ibu adalah hal yang
fisiologis dialami ibu nifas. Rasa mulas diakibatkan dan kontraksi uterus
untuk mencegah perdarahan selain itu selama masa nifas juga akan terjadi
peningkatan suhu tubuh, sedikit pusing dan lemas diakibatkan karena
kelelahan..
Hasil :Ibu mengerti dan faham akari penyebab rasa mulas ,dan ibu tidak
merasa takut.
4. Menganjurkan Ibu untuk ikut berperan dalam mengurus bayi selama ibu bisa
beraktivitas sendiri. Telah dilakukan dengan mengajak ibu saat memandikan
bayi dan diberikan KIE tentang cara merawat tali pusat.
Hasil :Ibu bersedia untuk ikut berperan dalam mengurus bayi.
5. Menjelaskan tanda bahaya masa nifas yaitu
• Kontraksi uterus lemah ditandai dengan kontraksi uterus yang lembek
yang dapat berakibat perdarahan
• Infeksi pada payudara ditandai dengan pembengkakan pada payudara,
puting susu lecet, panas, kemerahan disekitar payudara
• Demam, sakit kepala, dan nyeri saat BAK
• Sedih terus menerus.
Hasil : Ibu paham dan mengerti tentang tanda bahaya masa nifas

38
6. Menjelaskan kepada ibu tentang cara peraawatan tali pusat, yaitu dengan tidak
member ikan bedak ke tali pusat, dan tidak menutup tali pusat dengan kasa
atau kapas, serta membersihkan tali pusat dengan kasa dan air saja.
Hasil : Ibu mengerti dan paham serta bersedia melakukan
7. Menyarankan ibu untuk melakukan kunjungan ulang pada tanggal 22
November 2020
Hasil : Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang

39
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas lebih dalam dengan membandingkan antara
teori manajemen asuhan kebidanan ibu nifas dengan fisiologis yang diterapkan pada
Ny.M pada masa nifas 6 jam post partum.
Pada kasus ini diperoleh data subjektif yang mengatakan bahwa pada saat
petugas kesehatan datang melakukan pemeriksaan, ibu mengeluh nyeri pada luka
jahitan. Untuk mengatasi keluhan tersebut diberikan asuhan berupa KIE tentang
fisiologis ibu nifas berkaitan dengan nyeri.
Rasa yang dialami Ny.M merupakan hal yang fisiologis karena proses
penyembuhan dan perubahan vulva, vagina, dan perineum. Hal ini didukung dengan
teori menurut Jannah (2013),. Segera setelah kelahiran, vagina tetap membuka lebar
dan mungkin mengalami edema dan memar. Sehingga mengalami nyeri pada saat
BAK&BAB. Setelah 2 hari pasca partum, tonus otot vagina kembali, celah vagina
tidak lebar dan tidak ada edema pada vagina, serta dinding vagina menjadi lebih
lunak dan tetap longgar (Varney,dkk, 2007). Selain itu juga dapat dikarenakan adanya
luka pada perineum sehingga rasa nyeri tersebut dapat ditimbulkan karena terjadi
proses pemulihan kembali pembuluh-pembuluh darah di daerah perineum.
Pada kasus mi, setelah dilakukan pemeriksaan diperoleh data objektif Ny.M
dalam keadaan baik, tidak ada tanda-tanda infeksi maupun kelainan. Pada luka jahitan
ibu pun juga tidak ada tanda-tanda terjadinya infeksi.
Pada kasus Ny.M ini di berikan asuhan yang menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada penatalaksanaan yang telah dilakukan. Penginformasian kepada ibu
telah dilakukan segera setelah dilakukan pemeriksaan, menjelaskan kepada ibu
tentang nyeri luka jahitan yang bersifat normal dan kebutuhan dasar masa nifas.

40
BAB V

PENUTUP

Pada tahap akhir pembuatan laporan asuhan kebidanan nifas pada Ny.M 25
tahun P2A0 di Klinik Hana pada tanggal 19 november 2020 jam 12.00 WIB, penulis
dapat menuliskan kesimpulan dan beberapa saran untuk Iebih meningkatkan asuhan
kebidanan khususnya pada ibu nifas post partum 6 jam post partum yang penulis
ambil khususnya di Klinik Hana
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan dengan menggunakan metode
dokumentasi SOAP pada ibu nifas 6 jam post partum maka penulis dapat
membuat kesimpulan sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian data subjektif pada Ny.M 25 tahun
P2A0 di KLINIK HANA 19 November 2020
2. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian data objektif pada Ny.M 25 tahun
P2A0 di KLINIK HANA 19 November 2020
3. Mahasiswa dapat membuat analisa data yang didapatkan dan pengkajian data
pada Ny.M 25 tahun P2A0 di KLINIK HANA 19 November 2020
4. Mahasiswa dapat membuat penatalaksanaan asuhan yang akan diberikan
kepada pada Ny.M 25 tahun P2A0 di KLINIK HANA 19 November 2020
5. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi pada hasil asuhan yang diberikan pada
Ny.M 25 tahun P2A0 di KLINIK HANA 19 November 2020
6. Mahasiswa dapat mendokumentasikan asuhan yang pada Ny.M 25 tahun
P2A0 di KLINIK HANA 19 November 2020

B. Saran
1. Bagi instansi kesehatan
Dapat meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih optimal sehingga
meningkatkan kepuasan klien dan menurunkan angka kematian ibu dan bayi
kesterilitasan. Memberi waktu kepada klien dan keluarga untuk bertanya serta
memberikan keterangan dan informasi yang jelas dan tepat.
2. Bagi masyarakat
a) Keluarga diharapkan selalu bekerjasama dengan petugas kesehatan dalam
proses peiayanan kesehatan sehingga asuhan dapat berjalan dengan baik
b) Melaksanakan saran dan petunjuk yang dibenkan oleh petugas kesehatan
c) Segera datang/ memeriksakan diri kepada petugas kesehatan jika
mengalami suatu kelainan atau mempunyai keluhan tertentu.

41
3. Bagi instansi pendidikan
Dapat memberikan bimbingan langsung secara intensif dan kontinyu kepada
mahasiswa dilapangan sesuai dengan kasus yang ditemui.
4. Bagi mahasiswa
Dapat mengaplikasikan dan melakukan asuhan kebidanan kepada ibu
hami/secara mandiri sesuai dengan teori yang didapatkan selama perkuliahan
berlangsung untuk rnenerapkan deteksi terhadap kehamilan,

42
DAFTAR PUSTAKA

JNPK-KR. 2002. Buku Acuan Persalinan Normal. Jaringan Nasiona Pelatihan Klinik
Kesehatan Reproduksi. Jakarta

Manuaba, IBG. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga


Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopis Obsteri Jilid I Edisi ke 2. Jakarta: EGC

Prawirohadjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP

Pusdiknakes-WHO-JHPIEGO. 2001. Asuhan Kebidanan pada Ibu Intrapartum.


Jakarta : MNH

Saifuddin, A. B. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawwirohodjo

Vamey, H.dkk. 2007. Varney ‘s Midwifery Text Book Edisi 4. Jakarta: EGC

Yanti. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta : Pustaka Rihama

43

Anda mungkin juga menyukai