Disusun
Nama : Defi D
NIM : PO.62.24.2.17.358
Mengesahkan,
Pembimbing Institusi ,
Mengetahui,
Heti Ira Ayue, SST., M.Keb Erina Eka Hatini, SST., MPH
NIP. 19781027 200501 2 001 NIP. 19800608 200112 2 001
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan YME atas berkat dan karunia-Nya sehingga
Laporan Pendahuluan Praktik Kebidanan Komprehensif mahasiswa Program Studi Sarjana
Terapan Kebidanan Angkatan IV Semester VI Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kemnkes Palangka Raya ini dapat diselesaikan.
Penyusun
DAFTAR ISI
Hal
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR.........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
TINJAUAN TEORI.............................................................................................................
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang ........................................................................................................
B. Tujuan .....................................................................................................................
C. Manfaat....................................................................................................................
A. Latar Belakang
Di dalam rangka upaya menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) dibutuhkan pelayanan kesehatan yang berkualitas, khususnya
dalam pelaksanaan asuhan kebidanan. Untuk menjamin pelaksanaan asuhan kebidanan
yang berkualitas diperlukan adanya standar asuhan kebidanan sebagai acuan dalam
pengambilan keputusan yang dilakukan oleh seorang bidan. Pelaksanaan asuhan kebidanan
ini dilaksanakan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.938/Menkes/SK/VIII/2007
Sebagai tenaga kesehatan yang memiliki posisi strategis bidan harus mempunyai
kompetensi dalam memberikan Asuhan Kebidanan Kesehatan reproduksi yang
berkesinambungan (continuinum of care) dan berfokus pada aspek promosi dan prevensi
berlandaskan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat dan senantiasa siap memberikan
asuhan kepada siapa saja utamanya wanita dalam seluruh siklus kehidupannya.
Kehamilan dan persalinan adalah suatu proses yang normal, alami dan sehat.
Gangguan kesehatan dalam masa kehamilan dan persalinan mengakibatkan ancaman, baik
bagi jiwa ibu maupun bayi yang dilahirkan (Vivian Nanny Lia Dewi, 2011:13). Mengingat
kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir merupakaan keadaan fisiologis yang bisa
berubah menjadi keadaan patologis sehingga diperlukan asuhan yang berkesinambungan
dan berkualitas dengan melakukan pemerikasaan kehamilan secara teratur pada masa
kehamilan melakukan kunjungan antenatal ke petugas kesehatan minimal 4 kali yaitu 1
kali pada TM I , 1 kali pada TM II dan 2 kali pada TM III , pertolongan persalinan di
tenaga kesehatan, melakukan kunjungan neonatus, ibu pasca salin memilih alat kontrasepsi
yang sesuai pilihan. Indikator untuk mengukur keberhasilan dari asuhan yang
berkesinambungan dan berkualitas dapat dilihat dari cakupan.
Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia, sama seperti halnya di negara lain
adalah perdarahan, infeksi, dan eklampsia, sedangkan penyebab tidak langsung meliputi
anemia, kekurangan energi kronis 5 (KEK), dan keadaan 4 terlalu (terlalu muda/tua, sering,
dan banyak) (Saifuddin, 2009:6). Salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan ialah
terjadinya perdarahan(Saiffudin, 2010:459).Faktor resiko pada ibu bersalin dapat dikurangi
dengan pelatihan APN, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehtan (saifuddin,
2006:90). Masa setelah melahirkan selama 6 minggu atau 40 hari menurut hitungan awam
merupakan masa nifas. Masa nifas merupakan hal penting untuk di perhatikan guna
menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia (Saleha, 2009:2).
Tingginya komplikasi obstetri seperti perdarahan pasca persalinan, eklampsia,
sepsis dan komplikasi keguguran menyebabkan tingginya kasus kesakitan dan kematian
ibu di negara berkembang. Persalinan yang terjadi di Indonesia masih di tingkat pelayanan
primer dimana tingkat keterampilan dan pengetahuan petugas kesehatan di fasilitas
pelayanan tersebut masih belum memadai. Deteksi dini dan pencegahan komplikasi dapat
menurunkan angka kematian dan kesakitan ibu serta bayi baru lahir. Jika semua tenaga
penolong persalinan dilatih agar mampu mencegah atau deteksi dini komplikasi yang
mungkin terjadi; menerapkan asuhan persalinan secara tepat guna dan waktu, baik sebelum
atau saat masalah terjadi; dan segera melakukan rujukan; maka para ibu dan bayi baru lahir
akan terhindar dari ancaman kesakitan dan kematian.
Asuhan kebidanan pada masa nifas dan menyusui merupakan bagian dari
kompetensi utama seorang bidan. Masa nifas dan menyusui merupakan komponen dalam
daur hidup siklus reproduksi seorang perempuan. Bidan mempunyai peran penting dalam
memfasilitasi dan memberikan asuhan yang aman dan efektif, memberikan pendidikan
kesehatan dan konseling serta melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan.
Komplikasi yang sering timbul pada masa nifas yaitu perdarahan pervaginam,
infeksi di masa nifas, sakit kepala, nyeri epigastrik, pengelihatan kabur, pembengkakan di
wajah dan ekstremitas, demam, muntah, rasa nyeri waktu berkemih, payudara yang
berubah, kehilangan nafsu makan, pembengkakan pada kaki, perubahan psikologis
(Supriyati, 2014:154).
Menurut world health organisation (WHO) keluarga berencana adalah tindakan
yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk 6 mendapatkan objektif-objektif
tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang
memang diinginkan, mengatur interval di antara kehamilan, mengontrol waktu saat
kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri dan menentukan jumlah anak dalam
keluarga (Hartanto, 2015:27)
Angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih cukup tinggi. Hal ini merupakan
momok terbesar bagi seorang bidan dalam melaksanakan pelayanan kebidanan. MDGs
2015 telah menetapkan target untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi 102
per 100.000 kelahiran hidup serta Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 23 per 1000
kelahiran hidup. Sebenarnya kematian ibu dan bayi ini dapat dicegah melalui deteksi dini
terjadinya kasus serta rujukan yang cepat dan tepat untuk setiap kasus kegawatdaruratan
pada maternal dan neonatal. Bab ini merupakan bab pertama dari enam bab yang akan
membantu anda dalam mempelajari mata kuliah kegawatdaruratan maternal neonatal. Bab
pertama ini membahas tentang konsep dasar kegawatdaruratan maternal dan neonatal,
deteksi kegawat daruratan maternal dan deteksi kegawatdaruratan neonatal
B. Tujuan
Adapun tujuan penyusunan adalah untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan
menganalisis dan dalam melakukan Asuhan Kebidanan Komprehensif maupun
pendokumentasian kebidanan meliputi Asuhan kehamilan, Persalinan dan BBL, Nifas dan
Menyusui, Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah, Keluarga Berencana dan
Kesehatan Reproduksi, serta Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.
C. Manfaat
a. Bagi Mahasiswa
Menambah pengalaman tentang pemberian Asuhan Kebidanan pada Kehamilan,
Persalinan, Nifas, Bayi Baru Lahir (BBL), KB, Kegawatdaruratan Maternal Dan
Neonatal secara berkesinambungan dengan menggunakan pendekatan manejemen
asuhan kebidanan continuity of care.
b. Bagi Institusi
Sebagai metode penilaian pada para mahasiswa dalam melaksanakan tugasnya dalam
menyusun Laporan Pendahuluan Praktik Kebidanan Komprehensif , membimbing dan
mendidik mahasiswa agar lebih terampil dalam memberikan Asuhan Kebidanan serta
sebagai tambahan bahan referensi di perpustakaan tentang Asuhan Kebidanan secara
kesinambungan (continuity of care).
2. Faktor Risiko
Periode inkubasi virus inii berkisar antara 1-12,5 hari ( median 5-6 hari).
Perkiraan akan makin disempurnakan seiring dengan ketersediaan data baru masih
perlu di pelajari apakah penularan dapat terjadi dari orang yang tidak menunjukan
gejala atau selama periode inkubasi .
Mode penularan tetesan kecil cairan ( droplet ) yang disebarkan orang yang
terkena kontak dengan sekresi pernafasan pasien, permukaan dan peralatan yang
terkontaminasi. Penularan dari hewan dan dari orang ke orang . dan belum ada obat
atau vaksin, baru ada langgkah-langkah pendukung saja.
3. Definisi
CoronaVirus adalah family virus yang menyebabkan berbagai penyakit mulai dari
batu pilek, hingga penyakit yang lebih parah.
Pencegahan dan pengendalian Infeksi adalah pendekatan ilmiah yang disertai
solusi praktis untuk mencegah bahaya Infeksi atas pasien dan tenaga kesehatan
didasarkankan pada prinsip-prinsip pengyakit menular, epidemiologi, ilmu social dan
penguatan system kesehatan, dan berakar dalam kualitas layanan keselamatan dan
kesehatan pasien.
4. Simtologi
Virus biasanya di mulai dengan demam, kemudian batuk kering, setelah satu
pekan mengakibatkan sesak nafas.
a. Tahap awal
Demam ( > 38C )
Batuk
Sesak nafas
Pilek
Badan lemah
Tidak enak badan
Mual/muntah
Diare
Sakit kepala
b. Tahap lanjut
Semua gejala di tahap awal di tambah Radang paru-paru dan Bronkitis.
5. PPI dalam konteks Covid-19
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) Harus menjadi kegiatan yang terus
dijalankan yang dilaksanakan / didukung oleh program nasional dan oleh pelaksana
utama/ tim/komite PPI, pejabat manajemen senior fasilitas layanan kesehatan dan
semua staf di tingkat fasilitas.
a. Nasihat umum dari WHO
Menghindari kontak jarak dengan orang yang menderita infeksi pernafasan
akut
Sering membersihkan tangan, terutama setelah kontak langsung dengan orang
sakit atau lingkungannya
Orang yang menunjukkan gejala infeksi pernafasan akut harus mengikuti
etika batuk/bersin, mengenakan masker medis dan mencari perawatan medis
jika mengalami kesulitan bernafas
b. Nasihat perjalanan WHO
WHO tidak menganjurkan langkah-langkah kesehatan tertentu untuk orang yang
melakukan perjalanan. Jika seseorang menunjukkan gejala-gejala yang
mengindikasikan penyakit pernafasan akut selama atau setelah melakukan
perjalanan, orang tersebut disarankan mencari pertolongan medis dan
menginformasikan riwayat perjalanannya dengan tenaga kesehatan yang
menanganinya.
B. Kehamilan
1. Pengertian dan Fisiologi Kehamilan
a. Pengertian
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari fase fertilitas
hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau
10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan berlangsung
dalam tiga trimester, trimester satu berlangsung dalam 13 minggu, trimester kedua 14
minggu (minggu ke-14 hingga ke27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28
hingga ke-40) (Evayanti, 2015:1).
Kehamilan adalah proses normal yang menghasilkan serangkaian perubahan
fisiologis dan psikologis pada wanita hamil (Tsegaye et al, 2016:1). Kehamilan
merupakan periode dimana terjadi perubahan kondisi biologis wanita disertai dengan
perubahan perubahan psikologis dan terjadinya proses adaptasi terhadap pola hidup dan
proses kehamilan itu sendiri (Muhtasor, 2013:1).
Proses kehamilan sampai persalinan merupakan mata rantai satu kesatuan dari
konsepsi, nidasi, pengenalan adaptasi, pemeliharaan kehamilan, perubahan endokrin
sebagai persiapan menyongsong kelahiran bayi, dan persalinan dengan kesiapan
pemeliharaan bayi (Sitanggang dkk, 2012: 2)
b. Fisiologi Kehamilan
1) Ovulasi
Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh sistem hormonal
yang kompleks. Selama masa subur berlangsung 20-35 tahun, hanya 420 buah
ovum yang dapat mengikuti proses pematangan dan terjadi ovulasi (Manuaba,
2010:75). Setiap bulan wanita melepaskan satu sampai dua sel telur dari indung
telur (ovulasi) yang ditangkap oleh umbai-umbai (fimbriae) dan masuk ke dalam
sel telur (Dewi dkk, 2010:59).
Pelepasan telur (ovum) hanya terjadi satu kali setiap bulan, sekitar hari ke-14
pada siklus menstruasi normal 28 hari (Bandiyah, 2009:1)
2) Spermatozoa
Sperma bentuknya seperti kecebong terdiri atas kepala berbentuk lonjong agak
gepeng berisi inti (nucleus). Leher yang menghubungkan kepala dengan bagian
tengah dan ekor yang dapat bergetar sehingga sperma dapat bergerak dengan
cepat. Panjang ekor kira-kira sepuluh kali bagian kepala. Secara embrional,
spermatogonium berasal dari sel-sel primitive tubulus testis. Setelah bayi laki-laki
lahir, jumlah spermatogonium yang ada tidak mengalami perubahan sampai akil
balig (Dewi dkk, 2011: 62).
Proses pembentukan spermatozoa merupakan proses yang kompleks,
spermatogonium berasal dari primitive tubulus, menjadi spermatosid pertama,
menjadi spermatosit kedua, menjadi spermatid, akhirnya spermatozoa. Sebagian
besar spermatozoa mengalami kematian dan hanya beberapa ratus yang dapat
mencapai tuba falopii. Spermatozoa yang masuk ke dalam alat genetalia wanita
dapat hidup selama tiga hari, sehingga cukup waktu untuk mengadakan konsepsi
(Manuaba, 2010:76-77)
3) Konsepsi/Fertilisasi
Pembuahan (Konsepsi/Fertilisasi) Pada saat kopulasi antara pria dan wanita
(sanggama/koitus) terjadi ejakulasi sperma dari saluran reproduksi pria di dalam
vagina wanita, dimana akan melepaskan cairan mani berisi sel sel sperma ke
dalam saluran reproduksi wanita. Jika senggama terjadi dalam masa ovulasi, maka
ada kemungkinan sel sperma dlm saluran reproduksi wanita akan bertemu dengan
sel telur wanita yang baru dikeluarkan pada saat ovulasi. Pertemuan sel sperma
dan sel telur inilah yang disebut sebagai konsepsi/fertilisasi (Dewi dkk, 2011:67).
Fertilisasi adalah penyatuan ovum (oosit sekunder) dan spermatozoa yang
biasanya berlangsung di ampula tuba (Saifuddin, 2010:141)
Menurut Manuaba dkk (2010:77-79), keseluruhan proses konsepsi berlangsung
seperti uraian dibawah ini:
a) Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi, diliputi oleh korona radiate yang
mengandung persediaan nutrisi.
b) Pada ovum dijumpai inti dalam bentuk metaphase di tengah sitoplasma yang
vitelus.
c) Dalam perjalanan, korona radiata makin berkurang pada zona pelusida. Nutrisi
dialirkan ke dalam vitelus, melalui saluran zona pelusida.
d) Konsepsi terjadi pada pars ampularis tuba, tempat yang paling luas yang
dindingnya penuh jonjot dan tertutup sel yang mempunyai silia. Ovum
mempunyai waktu hidup terlama di dalam ampula tuba.
e) Ovum siap dibuahi setelah 12 jam dan hidup selama 48 jam.
5) Plasentasi
Plasenta adalah organ vital untuk promosi dan perawatan kehamilan dan
perkembangan janin normal. Hal ini diuraikan oleh jaringan janin dan ibu untuk
dijadikan instrumen transfer nutrisi penting (Afodun et al , 2015). Plasentasi
adalah proses pembentukan struktur dan jenis plasenta. Setelah nidasi embrio ke
dalam endometrium, plasentasi dimulai. Pada manusia plasentasi berlangsung
sampai 12-18 minggu setelah fertilisasi (Saifuddin, 2010:145).
Pertumbuhan plasenta makin lama makin besar dan luas, umumnya mencapai
pembentukan lengkap pada usia kehamilan sekitar 16 minggu. Plasenta
dewasa/lengkap yang normal memiliki karakteristik berikut:
a) Bentuk budar /oval
b) Diameter 15-25 cm, tebal 3-5 cm
c) Berat rata-rata 500-600 gr.
d) Insersi tali pusat (tempat berhubungan dengan plasenta) dapat di
tengah/sentralis, disamping/lateralis, atau tepi ujung tepi/marginalis.
e) Di sisi ibu, tampak daerah-daerah yang agak menonjol (katiledon) yang
diliputi selaput tipis desidua basialis.
f) Di sisi janin, tampak sejumlah arteri dan vena besar (pembuluh korion)
menuju tali pusat. Korion diliputi oleh amnion.
g) Sirkulasi darah ibu di plasenta sekitar 300 cc/menit (20 minggu) meningkat
sampai 600-700 cc/ menit (aterm) (Dewi dkk, 2011:84)
2. Tanda-tanda Kehamilan
Menurut Sitanggang dkk (2012:2), tanda-tanda kehamilan dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Tanda yang tidak pasti (probable signs)/tanda mungkin kehamilan yaitu amenorhea,
mual dan muntah, quickening, keluhan kencing, konstipasi, perubahan berat badan,
perubahan temperatur suhu basal, perubahan warna kulit, perubahan payudara,
perubahan pada uterus, tanda piskacek’s,perubahan-perubahan pada serviks.
b. Tanda pasti kehamilan yaitu denyut Jantung Janin (DJJ), palpasi dan Pemeriksaan
diagnostik kehamilan seperti rontgenografi, ultrasonografi (USG), fetal Electrografi
(FCG) dan tes Laboratorium/ Tes Kehamilan Menurut Dewi dkk (2011:111) tanda
dan gejala kehamilan adalah sebagai berikut:
Tanda pasti Kehamilan
a) Gerakan janin yang dapat dilihat/ dirasa/ diraba, juga bagianbagian janin.
b) Denyut jantung janin
c) Terlihat tulang-tulang janin dalam foto rontgen.
Tanda-tanda tidak pasti kehamilan (Presumptive)
a) Amenorea
b) Mual dan muntah (nausea and vomiting)
c) Mengidam (ingin makanan khusus)
d) Pingsan
e) Tidak ada selera makan (anoreksia)
f) Lelah (Fatigue)
g) Payudara
h) Miksi
i) Konstipasi/Obstipasi
j) Pigmentasi kulit
k) Epulis
l) Pemekaran vena-vena (varises)
Trimester II
1). Sistem Sirkulasi
Janin mulai menunjukkan adanya aktivitas denyut jantung dan aliran darah.
Dengan alat fetal ekokardiografi, denyut jantung dapat ditemukan sejak
minggu ke-12.
2). Sistem Respirasi
Janin mulai menunjukkan gerak pernafasan sejak usia sekitar 18 minggu.
Perkembangan struktur alveoli paru sendiri baru sempurna pada usia 24-26
minggu. Surfaktan mulai diproduksi sejak minggu ke-20, tetapi jumlah dan
konsistensinya sangat minimal dan baru adekuat untuk pertahanan hidup
ekstrauterin pada akhir trimester III.
Trimester III
a) Minggu ke-28
Pada akhir minggu ke-28, panjang ubun-ubun bokong adalah sekitar 25 cm
dan berat janin sekitar 1.100 g (Dewi dkk, 2010:79). Masuk trimester ke-3,
dimana terdapat perkembangan otak yang cepat, sistem saraf mengendalikan
gerakan dan fungsi tubuh, mata mulai membuka (Saifudin, 2010: 158).
Surfaktan mulai dihasilkan di paru-paru pada usia 26 minggu, rambut kepala
makin panjang, kukukuku jari mulai terlihat (Varney, 2007:511).
b) Minggu ke-32
Simpanan lemak coklat berkembang di bawah kulit untuk persiapan
pemisahan bayi setelah lahir. Bayi sudah tumbuh 38-43 cm dan panjang
ubun-ubun bokong sekitar 28 cm dan berat sekitar 1.800 gr Mulai menyimpan
zat besi, kalsium, dan fosfor. (Dewi dkk, 2010:80). Bila bayi dilahirkan ada
kemungkinan hidup 50-70 % (Saifuddin, 2010:159)
c) Minggu ke-36
Berat janin sekitar 1.500-2.500 gram. Lanugo mulai berkurang, saat 35
minggu paru telah matur, janin akan dapat hidup tanpa kesulitan (Saifuddin,
2010:159). Seluruh uterus terisi oleh bayi sehingga ia tidak bisa bergerak atau
berputar banyak. (Dewi dkk, 2010:80). Kulit menjadi halus tanpa kerutan,
tubuh menjadi lebih bulat lengan dan tungkai tampak montok. Pada janin
laki-laki biasanya testis sudah turun ke skrotum (Varney, 2007:511)
d) Minggu ke-38
Usia 38 minggu kehamilan disebut aterm, dimana bayi akan meliputi seluruh
uterus. Air ketuban mulai berkurang, tetapi masih dalam batas normal
(Saifuddin, 2010:159)
Berat
Berat uterus naik secara luar biasa, dari 30 gram menjadi 1000 gram pada
akhir bulan (Sulistyawati, 2010:60).
1. Posisi rahim dalam kehamilan
a. Pada permulaan kehamilan, dalam posisi antefleksi atau retrofleksi
b. Pada 4 bulan kehamilan, Rahim tetap berada dalam rongga pelvis
c. Setelah itu, mulai memasuki rongga perut yang dalam pembesarannya
dapat mencapai batas hati
d. Pada ibu hamil, Rahim biasanya mobile, lebih mengisi rongga abdomen
kanan atau kiri (Sulistyawati, 2010:60).
d) Ovarium
Selama kehamilan ovulasi berhenti. Pada awal kehamilan masih terdapat
korpus luteum graviditatum dengan diameter sebesar 3 cm. Setelah plasenta
terbentuk korpus luteum graviditatum mengecil dan korpus luteum
mengeluarkan hormone estrogen dan progesteron (Kumalasari, 2015:5)
b. Eliminasi
Keluhan yang sering muncul pada ibu hamil berkaitan dengan eliminasi adalah
konstipasi dan sering buang air kemih . konstipasi terjadi karena adanya pengaruh
hormone progesterone yang mempunyai efek rileks terhadap otot polos, salah
satunya otot usus. Selain itu, desakan oleh pembesaran janin juga menyebabkan
bertambahnya kontipasi. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah
dengan mengkonsumsi makanan tinggi serat dan banyak minum air putih
(Saminem, 2008).
c. Istirahat
Dengan adanya perubahan fisik pada ibu hamil, salah satunya berat pada perut
sehingga terjadi perubahan sikap tubuh, tidak jarang ibu akan mengalami
kelelahan, oleh karena itu istirahat dan tidur sangat penting untuk ibu hamil. Pada
trimester akhir kehamilan sering diiringi dengan bertambahnya ukuran janin,
sehingga terkadang ibu kesulitan untuk menentukan posisi yang paling baik dan
nyaman untuk tidur. Posisi tidur yang dianjurkan pada ibu hamil adalah miring ke
kiri, kaki kiri lurus, kaki kanan sedikit menekuk dan diganjal dengan bantal , dan
untuk mengurangi rasa nyeri pada perut, ganjal dengan bantal pada perut bawah
sebelah kiri (Saminem, 2008).
d. Aktifitas
Seorang wanita boleh mengerjakan aktivitas sehari hari asal hal tersebut tidak
memberikan gangguan rasa tidak enak. Bagi wanita pekerja ia boleh tetap masuk
kantor sampai menjelang partus (Saminem, 2008).
e. Persiapan laktasi
Persiapan menyusui pada kehamilan merupakan hal yang penting karena
dengan persiapan dini ibu akan lebih baik dan siap untuk menyusui bayinya.
Untuk itu ibu hamil sebaiknya masuk dalam kelas “bimbingan persiapan
menyusui”(BPM). Suatu pusat pelayanan kesehatan (RS, RB, Puskesmas) harus
mempunyai kebijakan yang berkenaan dengan pelayanan ibu hamil yang
menunjang keberhasilan menyusui. Pelayanan pada BPM terdiri dari penyuluhan
tentang keunggulan ASI, manfaat rawat gabung, perawatan putting susu,
perawatan bayi, gizi ibu hamil dan menyusui, keluarga berencana (Saminem,
2008).
f. Personal Hygine
Kebersihan harus dijaga pada masa hamil. Mandi dianjurkan sedikitnya dua kali
sehari karena ibu hamil cenderung untuk mengeluarkan banyak keringat, menjaga
kebersihan diri terutama lipatan kulit (ketiak, bawah buah dada, daerah genetalia)
dengan cara dibersihkan dengan air dan dikeringkan. Kebersihan gigi dan mulut ,
perlu mendapat perhatian karena seringkali mudah terjadi gigi berlubang,
terutama pada ibu yang kekurangan kalsium. Rasa mual selama hamil dapat
mengakibatkan perburukan hygiene mulut dan dapat menimbulkan karies gigi
(Saminem, 2008).
g. Pakaian
Meskipun pakaian bukan merupakan hal yang berakibat langsung terhadap
kesejahteraan ibu dan janin, namun perlu kiranya jika tetap dipertimbangkan
beberapa aspek kenyamanan dalam berpakaian. Pemakaian pakaian dan
kelengkapannya yang kurang tepat akan mengakibatkan beberapa
ketidaknyamanan yang akan mengganggu fisik dan psikologis ibu. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam pakaian ibu hamil adalah memenuhi kriteria
berikut ini :
Pakaian harus longgar, bersih, dan tidak ada ikatan yang ketat pada daerah
perut.
Bahan pakaian usahakan yang mudah menyerap keringat.
Memakai bra yang menyokong payudara.
Memakai sepatu dengan hak yang rendah.
Pakaian dalam yang selalu bersih (Saminem, 2008).
h. Seksual
Hubungan seksual selama kehamilan tidak dilarang selama tidak ada riwayat
penyakit seperti. :
Sering abortus dan kelahiran premature.
Perdarahan pervaginam.
Koitus harus dilakukan dengan hati – hati terutama pada minggu terakhir
kehamilan.
Bila ketuban sudah pecah, koitus dilarang karena dapat menyebabkan infeksi
janin intrauteri. (Saminem, 2008)
b. Factor psikologis
Faktor Psikologis yang turut mempengaruhi kehamilan biasanya terdiri dari :
Stressor. Stress yang terjadi pada ibu hamil dapat mempengaruhi kesehatan ibu
dan janin. Janin dapat mengalami keterhambatan perkembangan atau gangguan
emosi saat lahir nanti jika stress pada ibu tidak tertangani dengan baik.
Dukungan keluarga juga merupakan andil yang besar dalam menentukan
status kesehatan ibu. Jika seluruh keluarga mengharapkan kehamilan,
mendukung bahkan memperlihatkan dukungannya dalam berbagai hal, maka ibu
hamil akan merasa lebih percaya diri, lebih bahagia dan siap dalam menjalani
kehamilan, persalinan dan masa nifas.
Tanda-Tanda Bahaya/ Komplikasi Pada Ibu Dan Janin Masa Kehamilan Trimester I
Trimester I adalah usia kehamilan 1- 3 bulan atau kehamilan berusia 0 - 12
minggu ,salah satu asuhan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk menapis
adanya risiko ini yaitu melakukan pendeteksian dini adanya komplikasi/penyakit
yang mungkin terjadi selama hamil muda. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester I
meliputi:
1) Perdarahan pervaginam / Perdarahan dari jalan lahir
Perdarahan yang terjadi pada masa kehamilan kurang dari 22 minggu.
Perdarahan pervaginam dalam kehamilan adalah cukup normal. Pada masa
awal kehamilan, ibu akan mengalami perdarahan yang sedikit (spotting) di
sekitar waktu terlambat haidnya. Perdarahan ini adalah perdarahan implantasi
dan normal, perdarahan kecil dalam kehamilan adalah pertanda dari “Friabel
cervik”.
Perdarahan semacam ini mungkin normal atau mungkin suatu tanda
adanya infeksi. Jika terjadi perdarahan yang lebih (tidak normal) yang
menimbulkan rasa sakit pada ibu.Perdarahan ini bisa berarti aborsi, kehamilan
molar atau kehamilan ektopik.
c. Komplikasi
Jika muntah terus menerus bisa terjadi kerusakan hati. Komplikasi lainnya
adalah perdarahan pada retina yang disebabkan oleh meningkatnya tekanan
darah ketika penderita muntah. (Rochjati, 2002)
b. Penanganan Umum
Jika ibu tidak sadar atau kejang, segera mobilisasi seluruh tenaga yang
ada dan siapkan fasilitas tindakan gawat daruratan.
Segera lakukan observasi terhadap keadaan umum termasuk tanda vital
(nadi, tekanan darah, dan pernafasan) sambil mencari riwayat penyakit
sekarang dan terdahulu dari pasien dan keluarganya. (Saifuddin, 2002)
c. Komplikasi
Nyeri kepala pada masa hamil dapat merupakan gejala pre-eklampsia,
suatu penyakit yang terjadi hanya pada wanita hamil, dan jika tidak diatasi
dapat menyebabkan kejang maternal, stroke, koagulopati dan kematian.
(Irma, 2002)
b. Penanganan umum
Lakukan segera pemeriksaan umum meliputi tanda vital (nadi, tensi,
respirasi, suhu)
Jika dicurigai syok, mulai pengobatan sekalipun gejala syok tidak jelas,
waspada dan evaluasi ketat karena keadaan dapat memburuk dengan
cepat.
Jika ada syok segera terapi dengan baik (Saifuddin, 2002)
c. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada nyeri perut yang hebat antara lain:
kehamilan ektopik, pre-eklampsia, persalinan premature, solusio plasenta,
abortus, ruptur uteri imminens (Irma, 2008)
Tanda-Tanda Bahaya/ Komplikasi Pada Ibu Dan Janin Pada Masa Kehamilan
Trimester II
Trimester II adalah usia kehamilan 4-6 bulan atau kehamilan berusia 13-28
minggu. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester II meliputi:
a. Bengkak Pada Wajah, Kaki dan Tangan
Oedema ialah penimbunan cairan yang berlebih dalam jaringan tubuh,
dan dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, jari
tangan dan muka. Oedema pretibial yang ringan sering ditemukan pada
kehamilan biasa, sehingga tidak seberapa berarti untuk penentuan diagnosis
pre-eklampsia. Hampir separuh dari ibu-ibu akan mengalami bengkak yang
normal pada kaki yang biasanya hilang setelah beristirahat atau meninggikan
kaki. Oedema yang mengkhawatirkan ialah oedema yang muncul mendadak
dan cenderung meluas.
Hampir separuh dari ibu-ibu akan mengalami bengkak yang normal
pada kaki yang biasanya muncul pada sore hari dan biasanya hilang setelah
beristirahat atau meletakkan kaki lebih tinggi. Bengkak bisa menunjukkan
adanya masalah serius jika muncul pada muka dan tangan tidak hilang setelah
beristirahat dan diikuti dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini bisa merupakan
pertanda anemia, gagal jantung atau pre eklamsia.Sistem kerja ginjal yang
tidak optimal pada wanita hamil mempengaruhi system kerja tubuh sehingga
menghasilkan kelebihan cairan. Ini dapat terlihat setelah kelahiran, ketika
pergelangan kaki yang bengkak secara temporer semakin parah. Ini
dikarenakan jaringan tambahan yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin selama dalam kandungan tidak lagi dibutuhkan dan akan
dibuang setelah sebelumnya diproses oleh ginjal menjadi urin. Oleh karena
ginjal belum mampu bekerja secara optimal, kelebihan cairan yang menempuk
dihasilkan disekitar pembuluh darah hingga ginjal mampu memprosesnya lebih
lanjut.
Terkadang bengkak membuat kulit di kaki di bagian bawah meregang,
terlihat mengkilat, tegang dan sangat tidak nyaman.Kram kaki sering terjadi di
malam hari ketika tidur. Kram dihubungankan dengan kadar garam dalam
tubuh dan perubahan sirkulasi. Pengobatan cina menganggap kram ada
hubungannya dengan kekurangan energi pada darah dan ginjal.
1) Penanganan Umum
a) Istirahat cukup
b) Mengatur diet, yaitu meningkatkan konsumsi makanan yang
mengandung protein dan mengurangi makanan yang mengandung
karbohidrat serta lemak
c) Kalau keadaan memburuk namun memungkinkan dokter akan
mempertimbangkan untuk segera melahirkan bayi demi keselamatan
ibu dan bayi (Hendrayani, 2009).
2) Komplikasi
Kondisi ibu disebabkan oleh kehamilan disebut dengan keracunan
kehamilan dengan tanda tanda oedema (pembengkakan) terutama tampak
pada tungkai dan muka, tekanan darah tinggi dan dalam air seni terdapat
zat putih telur pada pemeriksaan urin dan laboratorium (Rochjati, 2003).
b. Keluar Air Ketuban Sebelum Waktunya
Keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah kehamilan 22 minggu,
ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan
berlangsung. Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm
sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm.
1) Penanganan Umum
a) Konfirmasi usia kehamilan, kalau ada dengan USG
b) Dilakukan pemeriksaan inspekulo (dengan speculum DTT) untuk
menilai cairan yang keluar (jumlah, warna,bau) dan membedakan
dengan urin.
c) Jika ibu mengeluh perdarahan akhir kehamilan (setelah 22 minggu),
jangan lakukan, pemeriksaan dalam secara digital.
d) Mengobservasi tidak ada infeksi
e) Mengobservasi tanda tanda inpartu (Saifuddin, 2002)
2) Komplikasi
a) Perdarahan pervaginam dengan nyeri perut, pikirkan solusio plasenta
b) Tanda tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau)
c) Jika terdapat his dan darah lendir, kemungkinan terjadi persalinan
preterm (Saifuddin, 2002)
c. Perdarahan hebat
Perdarahan Masif atau hebat pada kehamilan muda.
d. Pusing Yang hebat
e. Gerakan bayi berkurang
Ibu mulai merasakan gerakan bayinya selama bulan ke-5 atau ke-6, beberapa
ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur, gerakannya
akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam.
Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika berbaring atau beristirahat dan jika
ibu makan dan minum dengan baik. Apabila ibu tidak merasakan gerakan bayi
seperti biasa, hal ini merupakan suatu risiko tanda bahaya. Bayi kurang
bergerak seperti biasa dapat dikarenakan oleh aktivitas ibu yang terlalu
berlebihan, keadaan psikologis ibu maupun kecelakaan sehingga aktivitas bayi
di dalam rahim tidak seperti biasanya.
Tanda-Tanda Bahaya/ Komplikasi Pada Ibu Dan Janin Pada Masa Kehamilan
Trimester III
Trimester III adalah usia kehamilan 7-9 bulan atau kehamilan berusia 29-42
minggu. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester II meliputi:
a. Penglihatan Kabur Penglihatan menjadi kabur atau berbayang
Dapat disebabkan oleh sakit kepala yang hebat, sehingga terjadi oedema
pada otak dan meningkatkan resistensi otak yang mempengaruhi sistem saraf
pusat, yang dapat menimbulkan kelainan serebral (nyeri kepala, kejang), dan
gangguan penglihatan. Perubahan penglihatan atau pandangan kabur, dapat
menjadi tanda pre-eklampsia. Masalah visual yang mengidentifikasikan
keadaan yang mengancam jiwa adalah perubahan visual yang mendadak,
misalnya penglihatan kabur atau berbayang, melihat bintik-bintik (spot),
berkunang-kunang.
Selain itu adanya skotama, diplopia dan ambiliopia merupakan tanda-
tanda yang menujukkan adanya pre-eklampsia berat yang mengarah pada
eklampsia. Hal ini disebabkan adanya perubahan peredaran darah dalam pusat
penglihatan di korteks cerebri atau didalam retina (oedema retina dan spasme
pembuluh darah). (Uswhaaja, 2009)
1) Penanganan Umum
a) Jika tidak sadar atau kejang. Segera dilakukan mobilisasi seluruh
tenaga yang ada dan menyiapkan fasilitas tindakan gawat darurat.
b) Segera dilakukan penilaian terhadap keadaan umum termasuk tanda
tanda vital sambil menanyakan riwayat penyakit sekarang dan
terdahulu dari pasien atau keluarganya.(Saifuddin, 2002)
2) Komplikasi
Komplikasi yang ditimbulkan antala lain:
a) Kejang
b) Eklamsia
b. Gerakan Janin Berkurang
Ibu tidak merasakan gerakan janin sesudah kehamilan 29 minggu atau
selama persalinan.
1) Penanganan Umum
a) Memberikan dukungan emosional pada ibu
b) Menilai denyut jantung janin (DJJ):
c) Bila ibu mendapat sedative, tunggu hilangnya pengaruh obat,
kemudian nilai ulang
d) Bila DJJ tidak terdengar minta beberapa orang mendengarkan
menggunakan stetoskop Doppler. (Saifuddin, 2002)
2) Komplikasi
Komplikasi yang timbul adalah IUFD dan fetal distress.
c. Kejang
Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya
keadaan dan terjadinya gejala gejala sakit kepala, mual, nyeri ulu hati
sehingga muntah. Bila semakin berat, penglihatan semakin kabur,
kesadaran menurun kemudian kejang. Kejang dalam kehamilan dapat
merupakan gejala dari eklamsia.
1) Penanganan
Baringkan pada sisi kiri tempat tidur arah kepala ditinggikan
sedikit untuk mengurangi kemungkinan aspirasi secret, muntahan,
atau darah
Bebaskan jalan nafas
Hindari jatuhnya pasien dari tempat tidur
Lakukan pengawasan ketat (Saifuddin, 2002)
2) Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul antara lain: syok, eklamsia, hipertensi,
proteinuria (Saifuddin, 2002)
d. Demam Tinggi
e. Bengkak pada wajah, kaki dan tanggan
C. Persalinan dan BBL
1. Pengertian pesalinan dan Fisiologis terjadinya persalinan
Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari
uterus ibu Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun
ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin
yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Asri dkk,
2012:1). Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil
konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati yang ditandai
oleh perubahan progresif pada serviks dan diakhiri dengan pelahiran plasenta.
2. Tanda-tanda persalinan
Untuk mendukung deskripsi tentang tanda dan gejala persalinan, akan dibahas
materi sebagai berikut :
Tanda-tanda bahwa persalinan sudah dekat
a. Lightening Beberapa minggu sebelum persalinan, calon ibu merasa bahwa
keadaannya menjadi lebih enteng. Ia merasa kurang sesak, tetapi sebaliknya ia
merasa bahwa berjalan sedikit lebih sukar, dan sering diganggu oleh perasaan
nyeri pada anggota bawah.
b. Pollikasuria Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan didapatkan epigastrium
kendor, fundus uteri lebih rendah dari pada kedudukannya dan kepala janin
sudah mulai masuk ke dalam pintu atas panggul. Keadaan ini menyebabkan
kandung kencing tertekan sehingga merangsang ibu untuk sering kencing yang
disebut Pollakisuria.
c. False labor Tiga (3) atau empat (4) minggu sebelum persalinan, calon ibu
diganggu oleh his pendahuluan yang sebetulnya hanya merupakan
peningkatan dari kontraksi Braxton Hicks. His pendahuluan ini bersifat:
Nyeri yang hanya terasa di perut bagian bawah
Tidak teratur
Lamanya his pendek, tidak bertambah kuat dengan majunya waktu dan
bila dibawa jalan malah sering berkurang
Tidak ada pengaruh pada pendataran atau pembukaan cervix
d. Perubahan cervix Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan cervix
menunjukkan bahwa cervix yang tadinya tertutup, panjang dan kurang lunak,
kemudian menjadi lebih lembut, dan beberapa menunjukkan telah terjadi
pembukaan dan penipisan. Perubahan ini berbeda untuk masingmasing ibu,
misalnya pada multipara sudah terjadi pembukaan 2 cm namun pada primipara
sebagian besar masih dalam keadaan tertutup.
e. Energy Sport Beberapa ibu akan mengalami peningkatan energi kira-kira 24-
28 jam sebelum persalinan mulai. Setelah beberapa hari sebelumnya merasa
kelelahan fisik karena tuanya kehamilan maka ibu mendapati satu hari
sebelum persalinan dengan energi yang penuh. Peningkatan energi ibu ini
tampak dari aktifitas yang dilakukannya seperti membersihkan rumah,
mengepel, mencuci perabot rumah, dan pekerjaan rumah lainnya sehingga ibu
akan kehabisan tenaga menjelang kelahiran bayi, sehingga persalinan menjadi
panjang dan sulit.
f. Gastrointestinal Upsets Beberapa ibu mungkin akan mengalami tanda-tanda
seperti diare, obstipasi, mual dan muntah karena efek penurunan hormon
terhadap sistem pencernaan.
Tanda-tanda persalinan
Yang merupakan tanda pasti dari persalinan adalah :
a. Timbulnya kontraksi uterus
Biasa juga disebut dengan his persalinan yaitu his pembukaan yang
mempunyai sifat sebagai berikut :
- Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan.
- Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan
- Sifatnya teratur, inerval makin lama makin pendek dan kekuatannya
makin besar
- Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan cervix.
- Makin beraktifitas ibu akan menambah kekuatan kontraksi. Kontraksi
uterus yang mengakibatkan perubahan pada servix (frekuensi minimal 2
kali dalam 10 menit). Kontraksi yang terjadi dapat menyebabkan
pendataran, penipisan dan pembukaan serviks.
b. Penipisan dan pembukaan servix
Penipisan dan pembukaan servix ditandai dengan adanya pengeluaran lendir
dan darah sebagai tanda pemula.
c. Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan lahir)
Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis cervicalis keluar
disertai dengan sedikit darah. Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena
lepasnya selaput janin pada bagian bawah segmen bawah rahim hingga
beberapa capillair darah terputus.
b. Perineum
Merupakan daerah yang menutupi pintu bawah panggul, terdiri dari:
1) Regio analis, sebelah belakang. Spincter ani eksterna yaitu muskulus
yang mengelilingi anus.
2) Regio urogenetalis terdiri atas muskulus bulbo cavernosus,
ischiocavernosus dan transversus perinei superficialis.
Power/Kekuatan
Power atau kekuatan terdiri dari:
a. Kontraksi Uterus Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah
his, kontraksi otot otot perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari ligamen.
b. Tenaga mengejan
Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah tenaga yang
mendorong anak keluar selain his, terutama disebabkan oleh kontraksi
otot-otot dinding perut yang mengakibatkan peninggian tekanan intra
abdominal.
Tenaga ini serupa dengan tenaga mengejan waktu kita buang air besar tapi
jauh lebih kuat lagi.
Saat kepala sampai pada dasar panggul, timbul suatu reflek yang
mengakibatkan ibu menutup glottisnya, mengkontraksikan otot-otot
perutnya dan menekan diafragmanya kebawah.
Tenaga mengejan ini hanya dapat berhasil, bila pembukaan sudah lengkap
dan paling efektif sewaktu ada his.
Tanpa tenaga mengejan ini anak tidak dapat lahir, misalnya pada penderita
yang lumpuh otot-otot perutnya, persalinan harus dibantu dengan forceps
Tenaga mengejan ini juga melahirkan placenta setelah placenta lepas dari
dinding rahim.
Passenger/Buah kehamilan: janin, plasenta dan air ketuban
a. Presentasi Janin
1) Presentasi janin: bagian janin yang pertama kali memasuki PAP dan terus
melalui jalan lahir saat persalinan mencapai aterm.
2) Bagian presentasi: bagian tubuh janin yang pertama kali teraba oleh jari
pemeriksa saat melakukan pemeriksaan dalam
3) Bagian presentasi: presentasi kepala, presentasi bokong, presentasi bahu,
presentasi muka, dll.
b. Presentasi Kepala
c. Letak Janin
1) Letak janin: hubungan antara sumbu panjang (punggung) janin terhadap
sumbu panjang (punggung) ibu.
2) Letak janin: memanjang, melintang, obliq/miring
3) Letak janin memanjang: letak kepala, letak bokong.
4) Sikap Janin
5) Sikap: hubungan bagian tubuh janin yang satu dengan yang lain, hal ini
sebagian merupakan akibat pola pertumbuhan janin dan sebagian akibat
penyesuaian janin terhadap bentuk rongga rahim.
6) Sikap: Fleksi umum, punggung janin sangat fleksi, kepala fleksi kearah
sendi lutut, tangan disilangkan di depan toraks dan tali pusat terletak di
antara lengan dan tungkai.
d. Posisi Janin Posisi: hubungan antara bagian presentasi (occiput, sacrum,
mentum, sinsiput/puncak kepala menengadah) yang merupakan indikator
untuk menetapkan arah bagian terbawah janin apakah sebelah kanan, kiri,
depan atau belakang terhadap empat kuadran panggul ibu, missal pada letak
belakang kepala (LBK) ubun-ubun kecil (UUK) kiri depan, UUK kanan
belakang.
e. Variasi Posisi Kepala Letak belakang kepala (LBK) ditentukan dengan
Indikator: ubun-ubun kecil (UUK) Variasi posisi:
1) Ubun-ubun kecil kiri depan (uuk ki-dep)
2) Ubun-ubun kecil kiri belakang (uuk ki-bel)
3) Ubun-ubun kecil melintang kiri (uuk mel-ki)
4) Ubun-ubun kecil kanan depan (uuk ka-dep)
5) Ubun-ubun kecil kanan belakang (uuk ka-bel)
6) Ubun-ubun kecil melintang kanan (uuk mel-ka)
f. Presentasi Dahi Letak dahi ditentukan dengan Indikator: teraba dahi dan ubun-
ubun besar (UUB)
1) Variasi posisi:
2) Ubun-ubun besar kiri depan (uub ki-dep)
3) Ubun-ubun besar kiri belakang (uub ki-bel)
4) Ubun-ubun besar melintang kiri (uub mel-ki)
5) Ubun-ubun besar kanan depan (uub ka-dep)
6) Ubun-ubun besar kanan belakang (uub ka-bel)
7) Ubun-ubun besar melintang kanan (uub mel-ka)
g. Presentasi Muka Letak muka ditentukan dengan Indikator: dagu (mento).
Variasi posisi:
1) Dagu kiri depan (da ki-dep)
2) Dagu kiri belakang (da ki-bel)
3) Dagu melintang kiri (da mel-ki)
4) Dagu kanan depan (da ka-dep)
5) Dagu kanan belakang (da ka-bel)
6) Dagu melintang kanan (da mel-ka)
h. Presentasi Bokong Letak bokong ditentukan dengan Indikator: sacrum. Variasi
posisi:
1) Sacrum kiri depan (sa ki-dep)
2) Sacrum kanan depan (sa ka-dep)
3) Sacrum kanan belakang (sa ka-bel)
4) Sacrum melintang kanan (sa mel-ka)
i. Presentasi Vertex (Oksipito Anterior) Oksipito Anterior Kanan Oksipito
Anterior Kiri
j. Presentasi Muka Mento anterior kanan Mento posterior kanan
k. Plasenta (Uri)
Plasenta adalah produk kehamilan yang akan lahir mengiringi kelahiran janin,
yang berbentuk bundar atau oval, ukuran diameter 15- 20 cm, tebal 2-3 cm,
berat plasenta 500 - 600 gram. Letak plasenta yang normal: pada korpus uteri
bagian depan atau bagian belakang agak ke arah fundus uteri. Bagian plasenta:
permukaan maternal, permukaan fetal, selaput ketuban, tali pusat. Variasi
anatomi plasenta :
1) Plasenta suksenturiata
2) Plasenta sirkumvalata insersi lateralis
3) Insersi battledore tali pusat insersi marginalis
4) Insersi velamentosa
5) Plasenta bipartite
6) Plasenta tripartite
i. Air ketuban
Volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan kira-kira 1000-1500 cc.
Ciri-ciri air ketuban: berwarna putih keruh, berbau amis dan berasa manis,
reaksinya agak alkalis dan netral, dengan berat jenis 1,008. Komposisi:
terdiri atas 98% air, sisanya albumin, urea, asam uric, kreatinin, sel-sel
epitel, rambut lanugo, verniks caseosa, dan garam organic. Kadar protein
kira-kira 2,6% gram per liter, terutama albumin. m. Fungsi air ketuban Pada
persalinan: selama selaput ketuban tetap utuh, cairan amnion/air ketuban
melindungi plasenta dan tali pusat dari tekanan kontraksi uterus. Cairan
ketuban juga membantu penipisan dan dilatasi cerviks.
Psikologis
Kelahiran bayi merupakan peristiwa penting bagi kehidupan seorang ibu dan
keluarganya. Banyak ibu mengalami psikis (kecemasan, keadaan emosional
wanita) dalam menghadapi persalinan, hal ini perlu diperhatikan oleh seseorang
yang akan menolong persalinan. Perasaan cemas, khawatir akan mempengaruhi
hormone stress yang akan mengakibatkan komplikasi persalinan. Tetapi sampai
saat ini hampir tidak ada catatan yang menyebutkan mengenai hormone stress
terhadap fungsi uteri, juga tidak ada catatan mengenai hubungan antara
kecemasan ibu, pengaruh lingkungan, hormone stress dan komplikasi persalinan.
Namun demikian seseorang penolong persalinan harus memperhatikan keadaan
psikologis ibu yang akan melahirkan karena keadaan psikologis mempunyai
pengaruh terhadap persalinan dan kelahiran.
Penolong
Penolong persalinan perlu kesiapan, dan menerapkan asuhan sayang ibu.
Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan dan
keinginan sang ibu. Beberapa prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah dengan
mengikut sertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran
bayi. Banyak penelitian menunjukkan bahwa jika para ibu diperhatikan dan diberi
dukungan selama persalinan dan kelahiran bayi serta mengetahui dengan baik
mengenai proses persalinan dan asuhan yang akan mereka terima, mereka akan
mendapatkan rasa aman dan hasil yang lebih baik (Enkin, et al,2000).
Disebutkan pula bahwa hal tersebut diatas dapat mengurangi terjadinya
persalinan dengan vakum, cunam, dan seksio sesar, dan persalinan berlangsung
lebih cepat (Enkin, et al, 2000).
Prisip umum dari asuhan sayang ibu yang harus diikuti oleh bidan adalah:
a. Rawat ibu dengan penuh hormat.
b. Mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang dikatakan ibu. Hormati
pengetahuan dan pemahaman mengenai tubuhnya. Ingat bahwa mendengar
sama pentingnya dengan memberikan nasihat
c. Menghargai hak-hak ibu dan memberikan asuhan yang bermutu serta sopan.
d. Memberikan asuhan dengan memperhatikan privasi.
e. Selalu menjelaskan apa yang akan dikerjakan sebelum anda melakukannya
serta meminta izin dahulu.
f. Selalu mendiskusikan temuan-temuan kepada ibu, serta kepada siapa saja
yang ia inginkan untuk berbagi informasi ini.
g. Selalu mendiskusikan rencana dan intervensi serta pilihan yang sesuai dan
tersedia bersama ibu.
h. Mengizinkan ibu untuk memilih siapa yang akan menemaninya selama
persalinan, kelahiran dan pasca salin.
i. Mengizinkan ibu menggunakan posisi apa saja yang diinginkan selama
persalinan dan kelahiran.
j. Menghindari penggunaan suatu tindakan medis yang tidak perlu (episiotomy,
pencukuran dan enema).
k. Memfasilitasi hubungan dini antara ibu dan bayi baru lahir (Bounding and
attachment).
4. Mekanisme Persalinan
Turunnya kepala dibagi dalam beberapa fase sebagai berikut.
1). Masuknya kepala janin dalam PAP
a. Masuknya kepala ke dalam PAP terutama pada primigravida terjadi pada bulan
terakhir kehamilan tetapi pada multipara biasanya terjadi pada permulaan
persalinan.
b. Masuknya kepala ke dalam PAP biasanya dengan sutura sagitalis melintang
menyesuaikan dengan letak punggung (Contoh: apabila dalam palpasi
didapatkan punggung kiri maka sutura sagitalis akan teraba melintang kekiri/
posisi jam 3 atau sebaliknya apabila punggung kanan maka sutura sagitalis
melintang ke kanan/posisi jam 9) dan pada saat itu kepala dalam posisi fleksi
ringan.
c. Jika sutura sagitalis dalam diameter anteroposterior dari PAP maka masuknya
kepala akan menjadi sulit karena menempati ukuran yang terkecil dari PAP
d. Jika sutura sagitalis pada posisi di tengah-tengah jalan lahir yaitu tepat di antara
symphysis dan promontorium, maka dikatakan dalam posisi ”synclitismus” pada
posisi synclitismus os parietale depan dan belakang sama tingginya.
e. Jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati symphisis atau agak ke belakang
mendekati promontorium, maka yang kita hadapi adalah posisi ”asynclitismus”
f. Acynclitismus posterior adalah posisi sutura sagitalis mendekati symphisis dan
os parietale belakang lebih rendah dari os parietale depan.
g. Acynclitismus anterior adalah posisi sutura sagitalis mendekati promontorium
sehingga os parietale depan lebih rendah dari os parietale belakang
h. Pada saat kepala masuk PAP biasanya dalam posisi asynclitismus posterior
ringan. Pada saat kepala janin masuk PAP akan terfiksasi yang disebut dengan
engagement.
2). Majunya Kepala janin
a. Pada primi gravida majunya kepala terjadi setelah kepala masuk ke dalam
rongga panggul dan biasanya baru mulai pada kala II
b. Pada multi gravida majunya kepala dan masuknya kepala dalam rongga panggul
terjadi bersamaan.
c. Majunya kepala bersamaan dengan gerakan-gerakan yang lain yaitu: fleksi,
putaran paksi dalam, dan ekstensi
d. Majunya kepala disebabkan karena: 1) Tekanan cairan intrauterin 2) Tekanan
langsung oleh fundus uteri oleh bokong 3) Kekuatan mengejan 4) Melurusnya
badan bayi oleh perubahan bentuk rahim
3). Fleksi
a. Fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan ukuran yang paling kecil
yaitu dengan diameter suboccipito bregmatikus (9,5 cm) menggantikan
suboccipito frontalis (11 cm)
b. Fleksi disebabkan karena janin didorong maju dan sebaliknya mendapat tahanan
dari pinggir PAP, cervix, dinding panggul atau dasar panggul
c. Akibat adanya dorongan di atas kepala janin menjadi fleksi karena momement
yang menimbulkan fleksi lebih besar daripada moment yang menimbulkan
defleksi
d. Sampai di dasar panggul kepala janin berada dalam posisi fleksi maksimal.
Kepala turun menemui diafragma pelvis yang berjalan dari belakang atas ke
bawah depan
e. Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intra uterin yang
disebabkan oleh his yang berulang-ulang, kepala mengadakan rotasi yang
disebut sebagai putaran paksi dalam
4). Putaran paksi dalam
a. Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa
sehingga bagian terendah dari bagian depan memutar ke depan ke bawah
symphisis
b. Pada presentasi belakang kepala bagian terendah adalah daerah ubun-ubun kecil
dan bagian ini akan memutar ke depan ke bawah symphisis
c. Putaran paksi dalam mutlak diperlukan untuk kelahiran kepala, karena putaran
paksi merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk
jalan lahir khususnya bentuk bidang tengah dan pintu bawah panggul
d. Putaran paksi dalam terjadi bersamaan dengan majunya kepala dan tidak terjadi
sebelum kepala sampai di Hodge III, kadang-kadang baru terjadi setelah kepala
sampai di dasar panggul
e. Sebab-sebab terjadinya putaran paksi dalam: 1) Pada letak fleksi, bagian kepala
merupakan bagian terendah dari kepala 2) Bagian terendah dari kepala mencari
tahanan yang paling sedikit terdapat sebelah depan atas dimana terdapat hiatus
genitalis antara muskulus levator ani kiri dan kanan 3) Ukuran terbesar dari
bidang tengah panggul ialah diameter anteroposterior
5). Ekstensi
a. Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai di dasar panggul,
terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu
jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan di atas, sehingga
kepala harus mengadakan ekstensi untuk dapat melewati pintu bawah panggul.
b. Dalam rotasi UUK akan berputar ke arah depan, sehingga di dasar panggul UUK
berada di bawah simfisis, dengan suboksiput sebagai hipomoklion kepala
mengadakan gerakan defleksi untuk dapat dilahirkan.
c. Pada saat ada his vulva akan lebih membuka dan kepala janin makin tampak.
Perineum menjadi makin lebar dan tipis, anus membuka dinding rektum.
d. Dengan kekuatan his dan kekuatan mengejan, maka berturut-turut tampak
bregmatikus, dahi, muka, dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi.
e. Sesudah kepala lahir, kepala segera mengadakan rotasi, yang disebut putaran
paksi luar
6). Ekstensi
a. Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai di dasar panggul,
terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu
jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan di atas, sehingga
kepala harus mengadakan ekstensi untuk dapat melewati pintu bawah panggul
b. Jika tidak terjadi ekstensi maka kepala akan tertekan pada perineum dan
menembusnya
c. Kepala bekerja dengan 2 kekuatan yaitu satu mendesak ke bawah dan satunya
lagi menolak ke atas karena adanya tahanan dasar panggul
d. Setelah subocciput tertahan di pinggir bawah symphysis, maka yang dapat maju
adalah bagian yang berhadapan dengan subocciput
7). Putaran paksi luar
a. Putaran paksi luar adalah gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam terjadi,
untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung janin.
b. Bahu melintasi PAP dalam posisi miring.
c. Di dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul
yang dilaluinya hingga di dasar panggul, apabila kepala telah dilahirkan bahu
akan berada dalam posisi depan belakang.
d. Selanjutnya dilahirkan bahu depan terlebih dulu baru kemudian bahu belakang,
kemudian bayi lahir seluruhnya.
5. Kebutuhan Ibu bersalin dan BBL
Menurut Abraham Maslow, kebutuhan dasar manusia adalah suatu kebutuhan
manusia yang paling dasar/pokok/utama yang apabila tidak terpenuhi akan terjadi
ketidakseimbangan di dalam diri manusia. Kebutuhan dasar manusia terdiri dari
kebutuhan fisiologis (tingkatan yang paling rendah/dasar), kebutuhan rasa aman dan
perlindungan, kebutuhan akan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, dan
kebutuhan akan aktualisasi diri. Kebutuhan fisiologis diantaranyaadalah kebutuhan
akan oksigen, cairan (minuman), nutrisi (makanan), keseimbangan suhu tubuh,
eliminasi, tempat tinggal, personal hygiene, istirahat dan tidur, serta kebutuhan
seksual.
Kebutuhan fisiologis ibu bersalin merupakan suatu kebutuhan dasar pada ibu
bersalin yang harus dipenuhi agar proses persalinan dapat berjalan dengan lancar.
Kebutuhan dasar ibu bersalin yang harus diperhatikan bidan untuk dipenuhi yaitu
kebutuhan oksigen, cairan dan nutrisi, eliminasi, hygiene (kebersihan personal),
istirahat, posisi dan ambulasi, pengurangan rasa nyeri, penjahitan perineum (jika
diperlukan), serta kebutuhan akan pertolongan persalinan yang terstandar. Pemenuhan
kebutuhan dasar ini berbeda-beda, tergantung pada tahapan persalinan, kala I, II, III
atau IV. Adapun kebutuhan fisiologis ibu bersalin adalah sebagai berikut:
Kebutuhan Oksigen
Pemenuhan kebutuhan oksigen selama proses persalinan perlu
diperhatikan oleh bidan, terutama pada kala I dan kala II, dimana oksigen yang
ibu hirup sangat penting artinya untuk oksigenasi janin melalui plasenta. Suplai
oksigen yang tidak adekuat, dapat menghambat kemajuan persalinan dan dapat
mengganggu kesejahteraan janin. Oksigen yang adekuat dapat diupayakan dengan
pengaturan sirkulasi udara yang baik selama persalinan. Ventilasi udara perlu
diperhatikan, apabila ruangan tertutup karena menggunakan AC, maka pastikan
bahwa dalam ruangan tersebut tidak terdapat banyak orang. Hindari menggunakan
pakaian yang ketat, sebaiknya penopang payudara/BH dapat dilepas/dikurangi
kekencangannya. Indikasi pemenuhan kebutuhan oksigen adekuat adalah Denyut
Jantung Janin (DJJ) baik dan stabil.
Kebutuhan Istirahat
Selama proses persalinan berlangsung, kebutuhan istirahat pada ibu
bersalin tetap harus dipenuhi. Istirahat selama proses persalinan (kala I, II, III
maupun IV) yang dimaksud adalah bidan memberikan kesempatan pada ibu untuk
mencoba relaks tanpa adanya tekanan emosional dan fisik. Hal ini dilakukan
selama tidak ada his (disela-sela his). Ibu bisa berhenti sejenak untuk melepas
rasa sakit akibat his, makan atau minum, atau melakukan hal menyenangkan yang
lain untuk melepas lelah, atau apabila memungkinkan ibu dapat tidur.
Namun pada kala II, sebaiknya ibu diusahakan untuk tidak mengantuk.
Setelah proses persalinan selesai (pada kala IV), sambil melakukan observasi,
bidan dapat mengizinkan ibu untuk tidur apabila sangat kelelahan. Namun sebagai
bidan, memotivasi ibu untuk memberikan ASI dini harus tetap dilakukan. Istirahat
yang cukup setelah proses persalinan dapat membantu ibu untuk memulihkan
fungsi alat-alat reproduksi dan meminimalisasi trauma pada saat persalinan.
6. Penapisan
Rujuk ibu, apabila didapati salah satu atau lebih gejala penyulit seperti berikut :
1. Pernah di operasi seksio sesaria (ada riwayat bedah sesar),
2. Perdarahan pervagina( jalan lahir) selain lender bercampur darah,
3. Persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu),
4. Ketuban pecah dengan mekonium yang kental (cairan berwarna keruh),
5. Ketuban pecah sudah lama (lebih dari 24 jam),
6. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan (kurang dari 37 minggu),
7. Ikterus,
8. Anemia berat,
9. Tanda/gejala infeksi
10. Preeklampsia/hipertensi dalam kehamilan (tekanan darah lebih 160/110),
11. Tinggi fundus 40 cm/lebih (perut bumil lebih besar dari pada orang hamil biasanya),
12. Gawat janin ( ada tanda gerakan janin berkurang dari 10 gerakan dalam 1 hari),
13. Primipara dalam fase aktif persalinan dengan palpasi kepala janin masih 5/5,
14. Presentasi bukan kepala (letak bayi sungsang),
15. Presentasi ganda,
16. Kehamilan ganda (bayinya kembar)
17. Tali pusat menumbung,
18. Syok.
7. Standar Asuhan Persalinan ( Kala I s.d IV )
Menurut Kementerian Kesehatan RI, (2015), Penatalaksanaan pada asuhan
persalinan normal antara lain:
Asuhan persalinan kala I
a. Mendiagnosis inpartu
Tanda-tanda yang harus diperhatikan dalam membuat diagnosis inpartu yaitu,
penipisan dan pembukaan servik, kontraksi uterus yang mengakibatkan
pembukaan serviks (minimal 2 kali dalam 10 menit), lendir bercampur darah
(blood show) melalui vagina.
b. Pemantauan his yang adekuat
Pemantauan his yang adekuat dilakukan dengan cara menggunakan jarum detik.
Secara hati-hati, letakkan tangan penolong di atas uterus dan palpasi, hitung
jumlah kontraksi yang terjadi dalam kurun waktu 10 menit dan tentukan durasi
atau lama setiap kontraksi yang terjadi. Pada fase aktif, minimal terjadi dua
kontraksi dalam 10 menit dan lama kontraksi adalah 40 detik atau lebih. Di antara
dua kontraksi akan terjadi relaksasi dinding uterus.
c. Memberikan asuhan sayang ibu selama proses persalinan
Persalinan saat yang menegangkan dan dapat menggugah emosi ibu dan
keluarganya atau bahkan dapat menjadi saat yang menakutkan bagi ibu. Upaya
untuk mengatasi gangguan emosional dan pengalaman yang menegangkan 27
tersebut sebaiknya dilakukan melalui asuhan sayang ibu selama persalinan dan
proses kelahiran bayinya.
d. Penapisan untuk mendeteksi kemungkinan komplikasi gawat darurat kala I
persalinan.
Pemberian asuhan bagi ibu bersalin, penolong harus selalu waspada terhadap
kemungkinan timbulnya masalah atau penyulit. Ingat bahwa menunda pemberian
asuhan kegawatdaruratan akan meningkatkan risiko kematian dan kesakitan ibu
dan bayi baru lahir. Selama anamnesis dan pemeriksaan fisik tetap waspada
terhadap indikasi kegawatdaruratan. Langkah dan tindakan yang akan dipilih
sebaiknya dapat memberikan manfaat dan memastikan bahwa proses persalinan
akan berlangsung aman dan lancar sehingga akan berdampak baik terhadap
keselamatan ibu dan bayi yang akan dilahirkan ( Kementerian Kesehatan RI, ,
2015).
e. Persiapan perlengkapan, bahan dan obat yang diperlukan
Harus tersedia daftar perlengkapan, bahan dan obat yang diperlukan untuk
asuhan persalinan dan kelahiran bayi serta adanya serah terima antar petugas
pada saat pertukaran waktu jaga. Setiap petugas harus memastikan kelengkapan
dan kondisinya dalam keadaan aman dan siap pakai.
c. Penjahitan perineum
Jika ditemukan robekan perineum atau adanya luka episiotomi lakukan
penjahitan laserasi perineum dan vagina yang bertujuan menyatukan kembali
jaringan tubuh dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu.
2. Fisiologis Nifas
Kehamilan dan persalinan merupakan peristiwa fisiologis, maka konsepnya pada
masa postpartum tubuh akan kembali pulih. Pemulihan ini melibatkan konteks tubuh
sebagai sistem organ yang saling terkait, maka perubahan-perubahan fisik yang terjadi
pada ibu pada masa postpartum merupakan perubahan sistem tubuh, dalam suatu
jejaring yang saling terkait. Jika terjadi nyeri yang lama dan tidak diharapkan, atau ibu
merasakan ketidaknyamanan pada masa postpartum, adanya faktor risiko, penyulit,
adanya tanda komplikasi atau perubahan yang mengarah ke patologi, harus mampu
dideteksi oleh bidan sebagai pemberi asuhan dan dapat dilakukan antisipasi tindakan
segera pada lingkup manajemen kebidanan.
Medforth, Battersby, Evans, Marsh, & Walker (2002) memaparkan tentang tujuan
melakukan pengkajian aspek fisiologis dalam asuhan postpartum adalah sebagai berikut.
1) Untuk memastikan kesehatan fisik dan untuk mendeteksi adanya penyimpangan
dari normal.
2) Sebuah metode pemeriksaan dari ujung kepala sampai ujung kaki (top to-toe),
yang disertai dengan diskusi tentang kesehatan ibu.
3) Interpretasi pasti tentang temuan akan bergantung pada:
Apakah ibu mengalami kehamilan normal, persalinan pervaginam secara
spontan.
Masalah kesehatan atau obstetri yang sudah ada sebelumnya.
Masalah yang terjadi dalam persalinan.
Selain itu, Medforth, Battersby, Evans, Marsh, & Walker (2002) juga menjelaskan
tentang perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada masa nifas meliputi hal-hal
berikut ini.
1) Involusi uterus dan bagian lain pada saluran genetalia.
2) Permulaan hingga proses laktasi.
3) Perubahan fisiologis dalam berbagai sistem tubuh lain.
4) Perubahan tanda-tanda vital, yang meliputi:
Suhu kisaran pada suhu tubuh normal adalah antara 36,5-37,5°C. Kenaikan
suhu tubuh dapat mengindikasikan adanya tanda infeksi.
Denyut nadi pada kisaran normal adalah 60-80x/menit. Frekuensi nadi yang
cepat dapat juga mengindikasikan terjadinya infeksi.
Frekuensi pernapasan pada kisaran normal 12-16x/menit di saat istirahat.
Tekanan darah harus kembali ke batas normal dalam 24 jam setelah kelahiran.
Waspada adanya kenaikan tekanan darah sebagai salah satu tanda
preeklampsi/eklampsi. Untuk diingat bahwa preeklampsi/eklampsi dapat terjadi
selama kehamilan, persalinan dan bahkan berlangsung hingga postpartum.
Secara lebih lengkap, bahasan tentang perubahan sistem tubuh pada masa
postpartum ini dijelaskan sebagai berikut.
a. Involusi
Pengertian involusi adalah kembalinya uterus 38 Asuhan kebidanan Nifas dan
Menyusui pada ukuran, tonus dan posisi sebelum hamil. Adapun mengenai proses
terjadinya involusi dapat digambarkan sebagai berikut (Medforth, Battersby, Evans,
Marsh, & Walker, 2002).
a) Iskemia: otot uterus berkontraksi dan beretraksi, membatasi aliran darah di
dalam uterus.
b) Fagositosis: jaringan elastik dan fibrosa yang sangat banyak dipecahkan.
c) Autolisis: serabut otot dicerna oleh enzim-enzim proteolitik (lisosim).
d) Semua produk sisa masuk ke dalam aliran darah dan dikeluarkan melalui
ginjal.
e) Lapisan desidua uterus terkikis dalam pengeluaran darah pervaginam dan
endometrium yang baru mulai terbentuk dari sekitar 10 hari setelah kelahiran
dan selesai pada minggu ke 6 pada akhir masa nifas.
f) Ukuran uterus berkurang dari 15 cm x 11 cm x 7,5 cm menjadi 7,5 cm x 5 cm
x 2,5 cm pada minggu keenam.
g) Berat uterus berkurang dari 1000 gram sesaat setelah lahir, menjadi 60 gram
pada minggu ke-6.
h) Kecepatan involusi: terjadi penurunan bertahap sebesar 1 cm/hari. Di hari
pertama, uteri berada 12 cm di atas simfisis pubis dan pada hari ke-7 sekitar 5
cm di atas simfisis pubis. Pada hari ke-10, uterus hampir tidak dapat dipalpasi
atau bahkan tidak terpalpasi.
i) Involusi akan lebih lambat setelah seksio sesaria.
j) Involusi akan lebih lambat bila terdapat retensi jaringan plasenta atau bekuan
darah terutama jika dikaitkan dengan infeksi.
Struktur uterus sebagian besar tersusun atas otot, pembuluh darah, dan jaringan
ikat, serta letaknya dalam keadaan tidak hamil berada cukup dalam di panggul. Struktur
ini memungkinkan terjadinya pembesaran substansial pada kehamilan saat uterus dapat
dipalpasi secara abdominal seiring dengan berkembangnya janin (Cunningham et al.,
2012).
Aktivitas uterus selama persalinan normal melibatkan otot uterus di segmen atas
uterus yang berkontraksi dan beretraksi secara sistematis, yang menyebabkan
pemendekan secara bertahap seiring dengan kemajuan persalinan (Cunningham et al.,
2012).
Sesudah persalinan, oksitosin disekskresikan dari kelenjar hipofisis posterior dan
bekerja pada otot uterus membantu pelepasan plasenta. Setelah pelepasan plasenta,
rongga uterus akan menyusut ke dalam, dinding uterus yang berada di depannya
menekan sisi penempelan plasenta yang baru saja terbuka dan secara efektif menutup
ujung pembuluh darah besar yang terbuka (Cunningham et al., 2012).
Lapisan otot miometrium merangsang kerja pengikatan yang menekan sinus
pembuluh darah besar yang terbuka dan selanjutnya membantu mengurangi kehilangan
darah. Selain itu, vasokontriksi pada keseluruhan darah ke uterus menyebabkan jaringan
menolak suplai darah sebelumnya, sehingga terjadi deoksigenasi dan iskemia. Melalui
proses autolisis, terjadi otodigesti serabut otot yang mengalami iskemia oleh enzim
proteolitik, yang menyebabkan penurunan ukuran serabut otot secara menyeluruh
(Cunningham et al., 2012). Terjadi proses fagositik polimorf dan makrofag dalam darah
dansistem limfatik terhadap produk sisa autolisis, yang kemudian diekskresikan melalui
sistem renal dalam urine. Koagulasi terjadi melalui agregasi trombosit dan pelepasan
tromboplastin dan fibrin (Cunningham et al., 2012).
Pembaruan lapisan uterus dan sisi penempelan plasenta melibatkan proses
fisiologis yang berbeda. Bagian permukaan dalam lapisan uterus yang tidak menjadi
tempat penempelan plasenta mengalami regenerasi dengan cepat untuk menghasilkan
epitel pelapis. Penutupan parsial dikatakan akan terjadi dalam 7-10 hari setelah
kelahiran, sedangkan penutupan total terjadi dalam 21 hari (Fraser & Cooper, 2009).
Pemulihan lengkap tempat perlekatan plasenta memerlukan waktu sampai 6 minggu.
Jika terjadi gangguan pada proses ini dapat terjadi perdarahan postpartum sekunder.
Segera setelah kelahiran, tempat perlekatan plasenta kira-kira seukuran telapak tangan,
namun kemudian ukurannya mengecil secara cepat. Dalam waktu satu jam setelah
kelahiran, tempat melekatnya plasenta normalnya terdiri dari banyak pembuluh darah
yang mengalami trombosis yang pada akhirnya mengalami organisasi. Pada akhir
minggu kedua diameternya sekitar 3-4 cm.
Gambaran involusi tempat perlekatan plasenta sebagai proses eksfoliasi, yang
sebagian besar disebabkan oleh penipisan tempat implantasi oleh pertumbuhan jaringan
endometrial. Jadi, involusi bukan merupakan absorpsi sederhana insitu. Eksfoliasi
terdiri dari pemanjangan dan pertumbuhan ke bawah endometrium dari batas tempat
perlekatan plasenta, serta perkembangan jaringan endometrial dari kelenjar dan stroma
yang terdapat jauh di dalam desidua basalis setelah pemisahan plasenta. Eksfoliasi
tempat perlekatan plasenta merupakan hasil dari peluruhan jaringan superfisial yang
mengalami infark dan nekrotik yang diikuti oleh proses remodelling (Cunningham et
al., 2012).
Setelah plasenta terlepas, maka kadar estrogen, progesteron, human chorionic
gonadotropin (HCG), dan human placental lactogen dalam sirkulasi menurun. Hal ini
selanjutnya menimbulkan perubahan fisiologis pada jaringan otot dan jaringan ikat serta
berpengaruh besar pada sekresi prolaktin dari kelenjar hipofisis anterior. Setelah
kosong, uterus tetap mempertahankan struktur muskularnya, dan tampak seperti
kantung yang kosong.
Oleh karena itu, harus diingat bahwa rongga uterus tetap berpotensi untuk
membesar lagi, meskipun pada saat ini mengalami penurunan ukuran secara nyata. Hal
ini mendasari kebutuhan untuk segera melakukan observasi tinggi fundus uteri (TFU)
dan derajat kontraksi uterus yang kemudian dilakukan secara teratur pada beberapa jam
pertama setelah persalinan. Palpasi abdomen untuk melihat posisi uterus biasanya
segera dilakukan setelah pelepasan plasenta untuk memastikan bahwa proses fisiologis
yang dijelaskan sebelumnya mulai berlangsung. Pada palpasi abdomen fundus uteri
seharusnya berada di tengah, posisinya setinggi atau sedikit di bawah umbilikus, dan
seharusnya dalam keadaan kontraksi dan teraba keras ketika dipalpasi. Ibu mungkin
akan mengalami ketidaknyamanan pada uterus atau abdomennya, terutama jika
diberikan uterotonika untuk mempercepat proses fisiologis. Proses fisiologis merupakan
landasan pengetahuan yang penting bagi bidan dalam melakukan pemantauan proses
fisiologis kembalinya uterus ke kondisi saat tidak hamil.
Penelitian terkini menunjukkan bahwa informasi yang diperlukan oleh bidan
maupun ibu adalah bahwa uterus yang berkontraksi dengan baik, secara bertahap akan
berkurang ukurannya hingga kemudian tidak lagi dapat dipalpasi di atas simfisis pubis
(Garcia & Marchant, 2000). Kecepatan kontraksi uterus dan durasi involusi sangat
bervariasi dan tidak terjadi secara khusus dalam hitungan hari. Serviks mengalami
involusi juga bersama-sama dengan uterus. Setelah persalinan, osteum eksterna agak
terbuka hingga kurang lebih dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6
minggu postpartum serviks menutup sempurna. Secara keseluruhan, uterus seharusnya
tidak lembek selama proses ini dan meskipun ibu mengalami afterpain, hal ini harus
dibedakan dari nyeri tekan pada uterus. Observasi yang dilakukan oleh bidan mengenai
tingkat involusi uterus harus didasarkan pada warna, jumlah, dan durasi keluarnya
cairan melalui vagina dan kondisi kesehatan ibu secara umum pada saat itu (Fraser &
Cooper, 2009).
Mekanisme involusi uterus secara ringkas adalah sebagai berikut.
1) Iskemia miometrium, hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus
menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga membuat uterus menjadi
relatif anemi dan menyebabkan serat otot atrofi.
2) Atrofi jaringan yang terjadi sebagai reaksi penghentian hormon estrogen saat
pelepasan plasenta.
3) Autolisis, merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot
uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah mengendur
hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan lebarnya 5 kali lebar
sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan. Proses autolisis ini terjadi karena
penurunan hormon estrogen dan progesteron.
4) Efek Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterus sehingga
akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke
uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi suplai darah pada tempat implantasi
plasenta serta mengurangi perdarahan
Segera setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang berkontraksi posisi fundus uteri
berada kurang lebih pertengahan antara umbilikus dan simfisis, atau sedikit lebih tinggi.
Dua hari kemudian, kurang lebih sama dan kemudian mengerut, sehingga dalam dua
minggu telah turun masuk kedalam rongga pelvis dan tidak dapat diraba lagi dari luar.
Involusi uterus melibatkan pengreorganisasian dan pengguguran desidua serta
penglupasan situs plasenta, sebagaimana diperlihatkan dalam pengurangan dalam
ukuran dan berat serta warna dan banyaknya lokia.
Banyaknya lokia dan kecepatan involusi tidak akan terpengaruh oleh pemberian
uterotonika pada saat manajemen aktif kala 3 proses persalinan. Involusi tersebut dapat
dipercepat proses bila ibu menyusui bayinya. Desidua tertinggal di dalam uterus.
Pemisahan dan pengeluaran plasenta dan membran terdiri atas lapisan zona spongiosa,
basalis desidua dan desidua parietalis. Desidua yang tertinggal ini akan berubah menjadi
dua lapis sebagai akibat invasi leukosit. Suatu lapisan yang lambat laun akan manual
neorco, suatu lapisan superfisial yang akan dibuang sebagai bagian dari lokia yang akan
di keluarkan melalui lapisan dalam yang sehat dan fungsional yang berada di sebelah
miometrium. Lapisan yang terakhir ini terdiri atas sisa-sisa kelenjar endometrium
basilar di dalam lapisan zona basalis.
Pembentukan kembali sepenuhnya endometrium pada situs plasenta akan memakan
waktu kira-kira 6 minggu. Dalam dua atau tiga hari postpartum, desidua yang tersisa
berdiferensiasi menjadi dua lapisan. Lapisan superfisial menjadi nekrotik dan meluruh
masuk ke dalam lokia. Lapisan basal yang berdekatan dengan miometrium tetap utuh
dan merupakan sumber endometrium baru. Endometrium tumbuh dari proliferasi sisa
kelenjar endometrium dan stroma jaringan ikat interglanduler. Regenerasi endometrium
berlangsung cepat, kecuali pada tempat perlekatan plasenta, permukaannya ditutupi oleh
epithelium. Endometrium kembali sempurna pada semua spesimen biopsi, pada hari ke-
16 postpartum (Cunningham et al., 2012).
Penyebarluasan epitelium akan memanjang ke dalam, dari sisi situs menuju lapisan
uterus di sekelilingnya, kemudian ke bawah situs plasenta, selanjutnya menuju sisa
kelenjar endometriummasilar di dalam desidua basalis. Penumbuhan endometrium ini
pada hakikatnya akan merusak pembuluh darah trombosa pada situs tersebut yang
menyebabkannya mengendap dan dibuang bersama dangan cairan lokianya. Dalam
keadaan normal, uterus mencapai ukuran besar pada masa sebelum hamil sampai
dengan kurang dari 4 minggu, berat uterus setelah kelahiran kurang lebih 1 kg sebagai
akibat involusi. Satu minggu setelah melahirkan beratnya menjadi kurang lebih 500
gram, pada akhir minggu kedua setelah persalinan menjadi kurang lebih 300 gram,
setelah itu menjadi 100 gram atau kurang. Secara lebih lengkap involusi uterus dapat
dilihat pada Tabel 2.1 di bawah ini.
b. Seksual
Hubungan seksual dapat dilakukan apabila darah sudah berhenti dan luka
episiotomi sudah sembuh. Koitus bisa dilakukan pada 3-4 minggu post
partum. Libido menurun pada bulan pertama postpartum, dalam hal kecepatan
maupun lamanya, begitu pula orgasmenya. Ibu perlu melakukan fase
pemanasan (exittement) yang membutuhkan waktu yang lebih lama, hal ini
harus diinformasikan pada pasangan suami isteri. Secara fisik aman untuk
melakukan hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat
melakukan simulasi dengan memasukkan satu atau dua jari ke dalam vagina,
apabila sudah tidak terdapat rasa nyeri, maka aman untuk melakukan
hubungan suami istri. Meskipun secara psikologis ibu perlu beradaptasi
terhadap berbagai perubahan postpartum, mungkin ada rasa ragu, takut dan
ketidaknyamanan yang perlu difasilitasi pada ibu. Bidan bisa memfasilitasi
proses konseling yang efektif, terjaga privasi ibu dan nyaman tentang seksual
sesuai kebutuhan dan kekhawatiran ibu.
b. Kunjungan Neonatus
Kunjungan neonatus adalah pelayanan kesehatan kepada neonatus sedikitnya
3 kali yaitu kunjungan neonatal I (KN1) pada 6 jam sampai dengan 48 jam setelah
lahir, kunjungan neonatal II (KN2) pada hari ke 3 s/d 7 hari, kunjungan neonatal III
(KN3) pada hari ke 8 – 28 hari. Pelayanan kesehatan diberikan oleh
dokter/bidan/perawat, dapat dilaksanakan di puskesmas atau melalui kunjungan
rumah.
Pelayanan yang diberikan mengacu pada pedoman Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS) pada algoritma bayi muda (Manajemen Terpadu Bayi
Muda/MTBM) termasuk ASI ekslusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata,
perawatan talipusat, penyuntikan vitamin K1 dan imunisasi HB-0 diberikan pada
saat kunjungan rumah sampai bayi berumur 7 hari (bila tidak diberikan pada saat
lahir) (Kemenkes RI, 2010).
Pelayanan kesehatan neonatal adalah pelayanan kesehatan neonatal dasar
(ASI eksklusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat,pemberian
vitamin K1 injeksi bila tidak diberikan pada saat lahir, pemberian imunisasi
hepatitis B1 apabila tidak diberikan pada saat lahir dan manajemen terpadu bayi
muda). Neonatus adalah bayi berumur 0-28 hari (Depkes Jateng, 2010).
Berdasarkan Profil Kesehatan Jateng 2011, kunjungan neonatal menurut
Permenkes 741/ Th. 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
(SPM-BK), KN dibagi menjadi 3 yaitu :
1) Kunjungan Neonatal ke satu (KN1)
Adalah kunjungan neonatal pertama kali yaitu pada hari pertama sampai hari
kedua.
2) Kunjungan Neonatal ke dua (KN2)
Adalah kunjungan neonatal yang kedua kalinya yaitu pada hari kedua sampai
hari ke tujuh.
3) Kunjungan Neonatal ke tiga (KN3)
Adalah kunjungan neonatal yang ketiga kalinya yaitu pada hari ke tujuh sampai
hari ke dua puluh delapan.
Menurut definisi operasional standar pelayanan minimal bidang kesehatan
di kabupaten Jawa Timur (2004) kunjungan neonatal adalah kontak neonatus
(0-28 hari) dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan
kesehatan dengan syarat usia 0-7 hari minimal 2 kali usia 8-28 hari minimal 1
kali (KN2) di dalam /di luar institusi kesehatan.
Berdasarkan Panduan pelayanan Kesehatan Bayi baru Lahir Berbasis
Perlindungan anak yang dikeluarkan oleh kementrian Kesehatan Republik
Indonesia 2010, pelaksanaan kunjungan neonatus dibagi 3 dan pada intinya,
yang diperiksa pada tiap kunjungan adalah sama yaitu :
1) Berat Badan (kg), Tinggi Badan/Panjang Badan (cm), Suhu (oC), Tanyakan
ibu, bayi sakit apa?
2) Memeriksa kemungkinan penyakit sangat berat atau infeksi bakteri
a) Frekuensi napas (kali/menit)
b) Frekuensi denyut jantung (kali/menit)
3) Memeriksa adanya diare
4) Memeriksa ikterus
5) Memeriksa kemungkinan berat badan rendah/masalah pemberian ASI
6) Memeriksa status pemberian vitamin K
7) Memeriksa status imunisasi
8) Memeriksa keluhan lain
9) Memeriksa masalah/ keluhan ibu Tindakan(Terapi/Rujukan/Umpan balik)
Nama Pemeriksa
Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak
prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada
orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan.
Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun kemampuan
lain masih terbatas. (Sutomo, 2010)
Ada beberapa tahapan pertumbuhan dan perkembangan pada masa anak. Menurut
pedoman SDIDTK Depkes (2012) tahapan tersebut sebagai berikut.
a. Masa pranatal atau masa intra uterin (masa janin dalam kandungan)
Masa pranatalterbagi menjadi 3 yaitu:
1) Masa zigot / mudigah: sejak konsepsi sampai umur kehamilan 2 minggu
2) Masa embrio : umur kehamilan 2 minggu sampai 8/12 minggu.
3) Masa janin / fetus : umur kehamilan 9/12 minggu sampai akhir kehamilan.
Pada masa janin ada 2 periode :a) masa fetus dini yaitu sejak umur kehamilan 9
minggu sampai trimester ke 2 kehamilan, b) masa fetus lanjut yaitu trimester
akhir kehamilan.
b. Masa Neonatal
Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi perubahan sirkulasi
darah serta oragan-organ tubuh mulai berfungsi. Saat lahir berat badan normal
dari ibu yang sehat berkisar 3000 gr - 3500 gr, tinggi badan sekitar 50 cm, berat
otak sekitar 350 gram. Pada sepuluh hari pertama biasanya terdapat penurunan
berat badan sepuluh persen dari berat badan lahir, kemudian berangsur-angsur
mengalami kenaikan.
Pada masa neonatal ini, refleks-refleks primitif yang bersifat fisiologis akan
muncul. Diantaranyarefleks moro yaitu reflek merangkul, yang akan menghilang
pada usia 3--5 bulan; refleks menghisap (sucking refleks); refleks menoleh
(rooting refleks); refleks mempertahankan posisi leher/kepala (tonick neck
refleks); refleks memegang (palmar graps refleks) yang akan menghilang pada
usia 6--8 tahun. Refleks-refleks tersebut terjadi secara simetris, dan seiring
bertambahnya usia, refleks-refleks itu akan menghilang. Padamasa neonatal ini,
fungsi pendengaran dan penglihatan juga sudah mulai berkembang.
e. Masa Prasekolah
Pada usia 5 tahun, pertumbuhan gigi susu sudah lengkap. Anak kelihatan
lebih langsing. Pertumbuhan fisik juga relatif pelan. Anak mampu naik turun
tangga tanpa bantuan, demikian juga berdiri dengan satu kaki secara bergantian
atau melompat sudah mampu dilakukan. Anak mulai berkembang superegonya
(suara hati) yaitu merasa bersalah bila ada tindakannya yang keliru.
Pada masa ini anak berkembang rasa ingin tahu (courius) dan daya
imaginasinya, sehingga anak banyak bertanya tentang segala hal disekelilingnya
yang tidak diketahuinya. Apabila orang tua mematikan inisiatif anak, akan
membuat anak merasa bersalah. Anak belum mampu membedakan hal yang
abstrak dan konkret sehingga orang tua sering menganggap anak berdusta,
padahal anak tidak bermaksud demikian. Anak mulai mengenal perbedaan jenis
kelamin perempuan dan laki-laki. Anak juga akan mengidentifikasi figur atau
perilaku orang tua sehingga mempunyai kecenderungan untuk meniru tingkah
laku orang dewasa disekitarnya.
Pada akhir tahap ini, anak mulai mengenal cita-cita, belajar menggambar,
menulis, dan mengenal angka serta bentuk/warna benda. Orang tua perlu mulai
mempersiapkan anak untuk masuk sekolah. Bimbingan, pengawasan, pengaturan
yang bijaksana, perawatan kesehatan dan kasih sayang dari orang tua dan orang-
orang disekelilingnya sangat diperlukan oleh anak.