Anda di halaman 1dari 114

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KLINIK KOMPREHENSIF

Disusun guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan


Praktik Klinik Kebidanan Komprehensif
Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan

Disusun
Nama : Defi D
NIM : PO.62.24.2.17.358

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA
PRODI SARJANA TERAPAN KEBDIANAN JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Praktik Klinik Kebidanan Komprehensif

telah disahkan tanggal: ….. Juni 2020

Mengesahkan,

Pembimbing Institusi ,

Oktaviani, SST,. M.Kes


NIP. 19800301 200212 2 003

Mengetahui,

Ketua Prodi Sarjana Terapan dan Koordinator MK. PKK Komprehensif


Pendidikan Profesi Bidan

Heti Ira Ayue, SST., M.Keb Erina Eka Hatini, SST., MPH
NIP. 19781027 200501 2 001 NIP. 19800608 200112 2 001
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan YME atas berkat dan karunia-Nya sehingga
Laporan Pendahuluan Praktik Kebidanan Komprehensif mahasiswa Program Studi Sarjana
Terapan Kebidanan Angkatan IV Semester VI Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kemnkes Palangka Raya ini dapat diselesaikan.

Penyusunan Laporan Pendahuluan ini dimaksud untuk memenuhi tugas Praktik


Kebidanan Komprehensif. Kami menyadari masih terdapat kekurangan dalam penyusunan
Laporan Pendahuluan Praktik Kebidanan Komprehensif ini, saran dan kritik yang
membangun bagi penyempurnaan Laporan Pendahuluan Praktik Kebidanan Komprehensif
ini sangat kami harapkan. Semoga Laporan Pendahuluan Praktik Kebidanan Komprehensif
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran Laporan
Pendahuluan Praktik Kebidanan Komprehensif ini.

Palangka Raya, 13 Mei 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Hal
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR.........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
TINJAUAN TEORI.............................................................................................................
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang ........................................................................................................
B. Tujuan .....................................................................................................................
C. Manfaat....................................................................................................................

BAB II Konsep dan Teori Asuhan Kebidanan Komprehensif


A. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) untuk
Novel Coronavirus (Covid-19)................................................................................
B. Kehamilan ...............................................................................................................
C. Persalinan dan BBL.................................................................................................
D. Nifas dan Menyusui.................................................................................................
E. Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah........................................................
F. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi.....................................................
G. Kegawatdaruratan Maternal.....................................................................................
H. Kegawatdaruratan Neonatal.....................................................................................

BAB III Pendokumentasian Asuhan Kebidanan ( SOAP )


A. Asuhan Kehamilan..................................................................................................
B. Asuhan Persalinan dan BBL....................................................................................
C. Asuhan Nifas dan menyusui....................................................................................
D. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah...........................................
I. Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi........................................
J. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.................................................
K.
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
LAMPIRAN .......................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dalam rangka upaya menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) dibutuhkan pelayanan kesehatan yang berkualitas, khususnya
dalam pelaksanaan asuhan kebidanan. Untuk menjamin pelaksanaan asuhan kebidanan
yang berkualitas diperlukan adanya standar asuhan kebidanan sebagai acuan dalam
pengambilan keputusan yang dilakukan oleh seorang bidan. Pelaksanaan asuhan kebidanan
ini dilaksanakan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.938/Menkes/SK/VIII/2007
Sebagai tenaga kesehatan yang memiliki posisi strategis bidan harus mempunyai
kompetensi dalam memberikan Asuhan Kebidanan Kesehatan reproduksi yang
berkesinambungan (continuinum of care) dan berfokus pada aspek promosi dan prevensi
berlandaskan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat dan senantiasa siap memberikan
asuhan kepada siapa saja utamanya wanita dalam seluruh siklus kehidupannya.
Kehamilan dan persalinan adalah suatu proses yang normal, alami dan sehat.
Gangguan kesehatan dalam masa kehamilan dan persalinan mengakibatkan ancaman, baik
bagi jiwa ibu maupun bayi yang dilahirkan (Vivian Nanny Lia Dewi, 2011:13). Mengingat
kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir merupakaan keadaan fisiologis yang bisa
berubah menjadi keadaan patologis sehingga diperlukan asuhan yang berkesinambungan
dan berkualitas dengan melakukan pemerikasaan kehamilan secara teratur pada masa
kehamilan melakukan kunjungan antenatal ke petugas kesehatan minimal 4 kali yaitu 1
kali pada TM I , 1 kali pada TM II dan 2 kali pada TM III , pertolongan persalinan di
tenaga kesehatan, melakukan kunjungan neonatus, ibu pasca salin memilih alat kontrasepsi
yang sesuai pilihan. Indikator untuk mengukur keberhasilan dari asuhan yang
berkesinambungan dan berkualitas dapat dilihat dari cakupan.
Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia, sama seperti halnya di negara lain
adalah perdarahan, infeksi, dan eklampsia, sedangkan penyebab tidak langsung meliputi
anemia, kekurangan energi kronis 5 (KEK), dan keadaan 4 terlalu (terlalu muda/tua, sering,
dan banyak) (Saifuddin, 2009:6). Salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan ialah
terjadinya perdarahan(Saiffudin, 2010:459).Faktor resiko pada ibu bersalin dapat dikurangi
dengan pelatihan APN, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehtan (saifuddin,
2006:90). Masa setelah melahirkan selama 6 minggu atau 40 hari menurut hitungan awam
merupakan masa nifas. Masa nifas merupakan hal penting untuk di perhatikan guna
menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia (Saleha, 2009:2).
Tingginya komplikasi obstetri seperti perdarahan pasca persalinan, eklampsia,
sepsis dan komplikasi keguguran menyebabkan tingginya kasus kesakitan dan kematian
ibu di negara berkembang. Persalinan yang terjadi di Indonesia masih di tingkat pelayanan
primer dimana tingkat keterampilan dan pengetahuan petugas kesehatan di fasilitas
pelayanan tersebut masih belum memadai. Deteksi dini dan pencegahan komplikasi dapat
menurunkan angka kematian dan kesakitan ibu serta bayi baru lahir. Jika semua tenaga
penolong persalinan dilatih agar mampu mencegah atau deteksi dini komplikasi yang
mungkin terjadi; menerapkan asuhan persalinan secara tepat guna dan waktu, baik sebelum
atau saat masalah terjadi; dan segera melakukan rujukan; maka para ibu dan bayi baru lahir
akan terhindar dari ancaman kesakitan dan kematian.
Asuhan kebidanan pada masa nifas dan menyusui merupakan bagian dari
kompetensi utama seorang bidan. Masa nifas dan menyusui merupakan komponen dalam
daur hidup siklus reproduksi seorang perempuan. Bidan mempunyai peran penting dalam
memfasilitasi dan memberikan asuhan yang aman dan efektif, memberikan pendidikan
kesehatan dan konseling serta melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan.
Komplikasi yang sering timbul pada masa nifas yaitu perdarahan pervaginam,
infeksi di masa nifas, sakit kepala, nyeri epigastrik, pengelihatan kabur, pembengkakan di
wajah dan ekstremitas, demam, muntah, rasa nyeri waktu berkemih, payudara yang
berubah, kehilangan nafsu makan, pembengkakan pada kaki, perubahan psikologis
(Supriyati, 2014:154).
Menurut world health organisation (WHO) keluarga berencana adalah tindakan
yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk 6 mendapatkan objektif-objektif
tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang
memang diinginkan, mengatur interval di antara kehamilan, mengontrol waktu saat
kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri dan menentukan jumlah anak dalam
keluarga (Hartanto, 2015:27)
Angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih cukup tinggi. Hal ini merupakan
momok terbesar bagi seorang bidan dalam melaksanakan pelayanan kebidanan. MDGs
2015 telah menetapkan target untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi 102
per 100.000 kelahiran hidup serta Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 23 per 1000
kelahiran hidup. Sebenarnya kematian ibu dan bayi ini dapat dicegah melalui deteksi dini
terjadinya kasus serta rujukan yang cepat dan tepat untuk setiap kasus kegawatdaruratan
pada maternal dan neonatal. Bab ini merupakan bab pertama dari enam bab yang akan
membantu anda dalam mempelajari mata kuliah kegawatdaruratan maternal neonatal. Bab
pertama ini membahas tentang konsep dasar kegawatdaruratan maternal dan neonatal,
deteksi kegawat daruratan maternal dan deteksi kegawatdaruratan neonatal

B. Tujuan
Adapun tujuan penyusunan adalah untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan
menganalisis dan dalam melakukan Asuhan Kebidanan Komprehensif maupun
pendokumentasian kebidanan meliputi Asuhan kehamilan, Persalinan dan BBL, Nifas dan
Menyusui, Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah, Keluarga Berencana dan
Kesehatan Reproduksi, serta Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.

C. Manfaat
a. Bagi Mahasiswa
Menambah pengalaman tentang pemberian Asuhan Kebidanan pada Kehamilan,
Persalinan, Nifas, Bayi Baru Lahir (BBL), KB, Kegawatdaruratan Maternal Dan
Neonatal secara berkesinambungan dengan menggunakan pendekatan manejemen
asuhan kebidanan continuity of care.

b. Bagi Institusi
Sebagai metode penilaian pada para mahasiswa dalam melaksanakan tugasnya dalam
menyusun Laporan Pendahuluan Praktik Kebidanan Komprehensif , membimbing dan
mendidik mahasiswa agar lebih terampil dalam memberikan Asuhan Kebidanan serta
sebagai tambahan bahan referensi di perpustakaan tentang Asuhan Kebidanan secara
kesinambungan (continuity of care).

c. Bagi Lahan Praktik


Dapat di jadikan acuan untuk dapat mempertahankan mutu pelayanan terutama
dalam membberikan asuhan pelayanan kebidanan secara komprehensif dan untuk
tenaga kesehatan dapat memberikan ilmu yang di miliki serta bersedia membimbing
mahasiswa tentang cara memberikan asuhan yang berkualitas.
BAB II
KONSEP DAN TEORI
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

A. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) untuk Novel Coronavirus (Covid-19)


1. Epidemiologi
Pada tanggal 31 Desember 2019, WHO Kantor Negara Tiongkok menerima kabar
kasus-kasus pneumonia yang penyebabnya belum diketahui. Kasus-kasus ini terjadi di
Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok. Oleh pemerintah Tiongkok, pada tanggal 7
Januari, suatu coronavirus baru (COVID-19) berhasil diisolasi dan diidentifikasi
sebagai virus penyebabnya.
Coronavirus (CoV) adalah famili virus yang menyebabkan berbagai penyakit,
mulai dari batuk pilek hingga penyakit yang lebih parah seperti Middle East
Respiratory Syndrome [MERS] dan Severe Acute Respiratory Syndrome [SARS].
Novel coronavirus (nCoV) adalah galur baru yang sebelumnya belum ditemui pada
manusia

2. Faktor Risiko
Periode inkubasi virus inii berkisar antara 1-12,5 hari ( median 5-6 hari).
Perkiraan akan makin disempurnakan seiring dengan ketersediaan data baru masih
perlu di pelajari apakah penularan dapat terjadi dari orang yang tidak menunjukan
gejala atau selama periode inkubasi .
Mode penularan tetesan kecil cairan ( droplet ) yang disebarkan orang yang
terkena kontak dengan sekresi pernafasan pasien, permukaan dan peralatan yang
terkontaminasi. Penularan dari hewan dan dari orang ke orang . dan belum ada obat
atau vaksin, baru ada langgkah-langkah pendukung saja.
3. Definisi
CoronaVirus adalah family virus yang menyebabkan berbagai penyakit mulai dari
batu pilek, hingga penyakit yang lebih parah.
Pencegahan dan pengendalian Infeksi adalah pendekatan ilmiah yang disertai
solusi praktis untuk mencegah bahaya Infeksi atas pasien dan tenaga kesehatan
didasarkankan pada prinsip-prinsip pengyakit menular, epidemiologi, ilmu social dan
penguatan system kesehatan, dan berakar dalam kualitas layanan keselamatan dan
kesehatan pasien.
4. Simtologi
Virus biasanya di mulai dengan demam, kemudian batuk kering, setelah satu
pekan mengakibatkan sesak nafas.
a. Tahap awal
 Demam ( > 38C )
 Batuk
 Sesak nafas
 Pilek
 Badan lemah
 Tidak enak badan
 Mual/muntah
 Diare
 Sakit kepala
b. Tahap lanjut
Semua gejala di tahap awal di tambah Radang paru-paru dan Bronkitis.
5. PPI dalam konteks Covid-19
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) Harus menjadi kegiatan yang terus
dijalankan yang dilaksanakan / didukung oleh program nasional dan oleh pelaksana
utama/ tim/komite PPI, pejabat manajemen senior fasilitas layanan kesehatan dan
semua staf di tingkat fasilitas.
a. Nasihat umum dari WHO
 Menghindari kontak jarak dengan orang yang menderita infeksi pernafasan
akut
 Sering membersihkan tangan, terutama setelah kontak langsung dengan orang
sakit atau lingkungannya
 Orang yang menunjukkan gejala infeksi pernafasan akut harus mengikuti
etika batuk/bersin, mengenakan masker medis dan mencari perawatan medis
jika mengalami kesulitan bernafas
b. Nasihat perjalanan WHO
WHO tidak menganjurkan langkah-langkah kesehatan tertentu untuk orang yang
melakukan perjalanan. Jika seseorang menunjukkan gejala-gejala yang
mengindikasikan penyakit pernafasan akut selama atau setelah melakukan
perjalanan, orang tersebut disarankan mencari pertolongan medis dan
menginformasikan riwayat perjalanannya dengan tenaga kesehatan yang
menanganinya.

c. Strategi PPI yang di anjurkan WHO


Strategi-strategi PPI untuk mencegah atau membatasi penularan ditempat layanan
kesehatan termasuk:
1) Menjalankan langkah-langkah pencegahan standar
 Kebersihan tangan
 Kebersihan pernafasan ( etika batuk/bersin )
 APD sesuai resiko
 Praktik suntikan, manajemen bendan tajam dan pencegahan luka dengan
aman
 Penanganan, pembersihan dan desinfeksi peralatan perawatan pasien
degan aman
 Membersihkan lingkunan
 Penanganan dan pencucian linen yang sudah di pakai dengan aman
 Pengelolaan limbah
2) Memastikan dilakukannya triase, identifikasi awal dan pengendalian sumber
Penggunaan triase klinis di fasilitas layanan kesehatan untuk tujuan
identifikasi dini pasien yang mengalami infeksi pernafasan akut ( ARI ) untuk
mencegah transmisi pathogen ke tenaga kesehatan dan pasien lain.
3) Menerapkan langkah-langkah pencegahan tambahan
 Secara langsung
Kontak langsung terjadi melalui sentuhan ; seseorang dapat
mentransmisikan mikroorganisme kepada orang lain melalui sentuhan
kulit atau dengan permukaan, tanah atau tumbuhan.
Penyebaran percikan ( droplet ) berarti penyemburan aerosol relative
besar dalam jarak dekat yang di hasilkan oleh bersin atau batuk.
 Secara tidak langsung
- Transmisi tidak langsung berarti perpindahan agen infeksi dari
reservoir ke pejamu.
- Transmisi udara terjadi ketika agen infeksi terbawa nucleus debu atau
percikan yang melayang di udara.
- Kendaraan ( vechcle ) dapat secara tidak langsung mentransmisikan
agen infeksi.
- Vector dapat membawa agen infeksi atau menyokong pertumbuhan
atau perubahan agen
4) Langkah-langkah pencegahan kontak
 Kamar tunggal : Pasien tetap di kamar
 Kebersihan tangan sesuai “5 Moment”,terutama sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan sesudah melepas APD Jangan menyentuh
mata, hidung atau mulut dengan tangan bersarung atau tidak bersarung
yang terkontaminasi.
 Staf harus mengenakan APD yang sesuai: jubah + sarung tangan
 Pembersihan peralatan, disinfeksi, dansterilisasi yang sesuai
 Pembersihan lingkungan disempurnakan
 Jangan mengkontaminasi permukaan yang tidak termasuk dalam
perawatan pasien langsung (seperti gagang pintu, tombol lampu, ponsel)
5) Langkah-langkah pencegahan percikan
 Kamar tunggal
Jika ruangan tunggal tidak tersedia, pisahkan pasien dari pasien lain
setidaknya dengan jarak 1 m
 Tenaga kesehatan harus mengenakan APD sesuai:
- Masker medis
- Perlindungan mata (kacamata atau pelindung wajah)
- Jubah
 Pasien harus tetap tinggal di kamar (gerakan terbatas)
Jika harus dipindahkan/bergerak, pasien wajib mengenakan masker
medis dan menggunakan rute perpindahan yang sudah ditentukan
sebelumnya untuk meminimalisasi paparan untuk staf, pasien lain dan
pengunjung.

6) Langkah pencegahan transmisi udara


Langkah pencegahan transmisi udara dianjurkan hanya untuk prosedur yang
menyebabkan aerosol seperti:
- bronkoskopi,
- itubasi trakea,
- pemberian tekanan pada dada saat resusitasi jantung paru dapat
menyebabkan dihasilkannya aerosol
Hal-hal berikut ini wajib:
- Ruangan tunggal dengan ventilasi yang memadai: ventilasi alami dengan
aliran udara setidaknya 160L/s per pasien atau di ruangan bertekanan
negatif dengan setidaknya 12 pergantian udara per jam dan arah aliran
udara yang terkendali saat ventilasi mekanis digunakan
- APD: kontak + percikan
- Ganti masker medis dengan masker efisiensi tinggi di ruangan (N-95,
atau FFP2 atau masker setara)
7) Perawatan di rumah ( Home Care ) – Untuk Tenaga Kesehatan
Pasien dengan penyakit pernapasan ringan kemungkinan memerlukan
perawatan di rumah.
WHO menganjurkan agar pasien terus berkomunikasi dengan pemberi
layanan kesehatan atau pihak kesehatan masyarakat selama periode
perawatan di rumah – hingga gejala-gejala sembuh
Tenaga kesehatan harus:
- Mengenakan masker dan menjalankan kebersihan tangan dengan baik,
saat merawat
- Jelaskan kepada pasien cara membatasi paparan kepada keluarganya.
- Ajarkan juga etika pernapasan dan kebersihan tangan (tutup mulut dan
hidung saat batuk atau bersin).
- Jelaskan kepada pemberi perawatan tentang cara merawat dengan benar
anggota keluarga yang sakit seaman mungkin; dan berikan dukungan,
penjelasan dan pemantauan terus- menerus kepada pasien dan keluarga

B. Kehamilan
1. Pengertian dan Fisiologi Kehamilan
a. Pengertian
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari fase fertilitas
hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau
10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan berlangsung
dalam tiga trimester, trimester satu berlangsung dalam 13 minggu, trimester kedua 14
minggu (minggu ke-14 hingga ke27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28
hingga ke-40) (Evayanti, 2015:1).
Kehamilan adalah proses normal yang menghasilkan serangkaian perubahan
fisiologis dan psikologis pada wanita hamil (Tsegaye et al, 2016:1). Kehamilan
merupakan periode dimana terjadi perubahan kondisi biologis wanita disertai dengan
perubahan perubahan psikologis dan terjadinya proses adaptasi terhadap pola hidup dan
proses kehamilan itu sendiri (Muhtasor, 2013:1).
Proses kehamilan sampai persalinan merupakan mata rantai satu kesatuan dari
konsepsi, nidasi, pengenalan adaptasi, pemeliharaan kehamilan, perubahan endokrin
sebagai persiapan menyongsong kelahiran bayi, dan persalinan dengan kesiapan
pemeliharaan bayi (Sitanggang dkk, 2012: 2)

b. Fisiologi Kehamilan
1) Ovulasi
Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh sistem hormonal
yang kompleks. Selama masa subur berlangsung 20-35 tahun, hanya 420 buah
ovum yang dapat mengikuti proses pematangan dan terjadi ovulasi (Manuaba,
2010:75). Setiap bulan wanita melepaskan satu sampai dua sel telur dari indung
telur (ovulasi) yang ditangkap oleh umbai-umbai (fimbriae) dan masuk ke dalam
sel telur (Dewi dkk, 2010:59).
Pelepasan telur (ovum) hanya terjadi satu kali setiap bulan, sekitar hari ke-14
pada siklus menstruasi normal 28 hari (Bandiyah, 2009:1)
2) Spermatozoa
Sperma bentuknya seperti kecebong terdiri atas kepala berbentuk lonjong agak
gepeng berisi inti (nucleus). Leher yang menghubungkan kepala dengan bagian
tengah dan ekor yang dapat bergetar sehingga sperma dapat bergerak dengan
cepat. Panjang ekor kira-kira sepuluh kali bagian kepala. Secara embrional,
spermatogonium berasal dari sel-sel primitive tubulus testis. Setelah bayi laki-laki
lahir, jumlah spermatogonium yang ada tidak mengalami perubahan sampai akil
balig (Dewi dkk, 2011: 62).
Proses pembentukan spermatozoa merupakan proses yang kompleks,
spermatogonium berasal dari primitive tubulus, menjadi spermatosid pertama,
menjadi spermatosit kedua, menjadi spermatid, akhirnya spermatozoa. Sebagian
besar spermatozoa mengalami kematian dan hanya beberapa ratus yang dapat
mencapai tuba falopii. Spermatozoa yang masuk ke dalam alat genetalia wanita
dapat hidup selama tiga hari, sehingga cukup waktu untuk mengadakan konsepsi
(Manuaba, 2010:76-77)

3) Konsepsi/Fertilisasi
Pembuahan (Konsepsi/Fertilisasi) Pada saat kopulasi antara pria dan wanita
(sanggama/koitus) terjadi ejakulasi sperma dari saluran reproduksi pria di dalam
vagina wanita, dimana akan melepaskan cairan mani berisi sel sel sperma ke
dalam saluran reproduksi wanita. Jika senggama terjadi dalam masa ovulasi, maka
ada kemungkinan sel sperma dlm saluran reproduksi wanita akan bertemu dengan
sel telur wanita yang baru dikeluarkan pada saat ovulasi. Pertemuan sel sperma
dan sel telur inilah yang disebut sebagai konsepsi/fertilisasi (Dewi dkk, 2011:67).
Fertilisasi adalah penyatuan ovum (oosit sekunder) dan spermatozoa yang
biasanya berlangsung di ampula tuba (Saifuddin, 2010:141)
Menurut Manuaba dkk (2010:77-79), keseluruhan proses konsepsi berlangsung
seperti uraian dibawah ini:
a) Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi, diliputi oleh korona radiate yang
mengandung persediaan nutrisi.
b) Pada ovum dijumpai inti dalam bentuk metaphase di tengah sitoplasma yang
vitelus.
c) Dalam perjalanan, korona radiata makin berkurang pada zona pelusida. Nutrisi
dialirkan ke dalam vitelus, melalui saluran zona pelusida.
d) Konsepsi terjadi pada pars ampularis tuba, tempat yang paling luas yang
dindingnya penuh jonjot dan tertutup sel yang mempunyai silia. Ovum
mempunyai waktu hidup terlama di dalam ampula tuba.
e) Ovum siap dibuahi setelah 12 jam dan hidup selama 48 jam.

4) Nidasi atau implantasi


Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam
endometrium. Umumnya nidasi terjadi pada depan atau belakang rahim dekat
fundus uteri. Terkadang pada saat nidasi terjadi sedikit perdarahan akibat luka
desidua yang disebut tanda Hartman (Dewi dkk, 2011:71).
Pada hari keempat hasil konsepsi mencapai stadium blastula disebut
blastokista, suatu bentuk yang di bagian luarnya adalah trofoblas dan di bagian
dalamnya disebut massa inner cell. Massa inner cell ini berkembang menjadi
janin dan trofoblas akan berkembang menjadi plasenta. Sejak trofoblas
terbentuk, produksi hormone hCG dimulai, suatu hormone yang memastikan
bahwa endometrium akan menerima (reseptif) dalam proses implantasi embrio
(Saifuddin, 2010:143)

5) Plasentasi
Plasenta adalah organ vital untuk promosi dan perawatan kehamilan dan
perkembangan janin normal. Hal ini diuraikan oleh jaringan janin dan ibu untuk
dijadikan instrumen transfer nutrisi penting (Afodun et al , 2015). Plasentasi
adalah proses pembentukan struktur dan jenis plasenta. Setelah nidasi embrio ke
dalam endometrium, plasentasi dimulai. Pada manusia plasentasi berlangsung
sampai 12-18 minggu setelah fertilisasi (Saifuddin, 2010:145).
Pertumbuhan plasenta makin lama makin besar dan luas, umumnya mencapai
pembentukan lengkap pada usia kehamilan sekitar 16 minggu. Plasenta
dewasa/lengkap yang normal memiliki karakteristik berikut:
a) Bentuk budar /oval
b) Diameter 15-25 cm, tebal 3-5 cm
c) Berat rata-rata 500-600 gr.
d) Insersi tali pusat (tempat berhubungan dengan plasenta) dapat di
tengah/sentralis, disamping/lateralis, atau tepi ujung tepi/marginalis.
e) Di sisi ibu, tampak daerah-daerah yang agak menonjol (katiledon) yang
diliputi selaput tipis desidua basialis.
f) Di sisi janin, tampak sejumlah arteri dan vena besar (pembuluh korion)
menuju tali pusat. Korion diliputi oleh amnion.
g) Sirkulasi darah ibu di plasenta sekitar 300 cc/menit (20 minggu) meningkat
sampai 600-700 cc/ menit (aterm) (Dewi dkk, 2011:84)

2. Tanda-tanda Kehamilan
Menurut Sitanggang dkk (2012:2), tanda-tanda kehamilan dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Tanda yang tidak pasti (probable signs)/tanda mungkin kehamilan yaitu amenorhea,
mual dan muntah, quickening, keluhan kencing, konstipasi, perubahan berat badan,
perubahan temperatur suhu basal, perubahan warna kulit, perubahan payudara,
perubahan pada uterus, tanda piskacek’s,perubahan-perubahan pada serviks.
b. Tanda pasti kehamilan yaitu denyut Jantung Janin (DJJ), palpasi dan Pemeriksaan
diagnostik kehamilan seperti rontgenografi, ultrasonografi (USG), fetal Electrografi
(FCG) dan tes Laboratorium/ Tes Kehamilan Menurut Dewi dkk (2011:111) tanda
dan gejala kehamilan adalah sebagai berikut:
 Tanda pasti Kehamilan
a) Gerakan janin yang dapat dilihat/ dirasa/ diraba, juga bagianbagian janin.
b) Denyut jantung janin
c) Terlihat tulang-tulang janin dalam foto rontgen.
 Tanda-tanda tidak pasti kehamilan (Presumptive)
a) Amenorea
b) Mual dan muntah (nausea and vomiting)
c) Mengidam (ingin makanan khusus)
d) Pingsan
e) Tidak ada selera makan (anoreksia)
f) Lelah (Fatigue)
g) Payudara
h) Miksi
i) Konstipasi/Obstipasi
j) Pigmentasi kulit
k) Epulis
l) Pemekaran vena-vena (varises)

 Tanda-tanda kemungkinan hamil.


a) Perut membesar
b) Uterus membesar, terjadi perubahan dalam bentuk besar dan konsistensi dari
rahim.
c) Tanda Hegar, yaitu adanya uterus segmen bawah rahim yang lebih lunak
dari bagian lain.
d) Tanda Chadwick, yaitu adanya perubahan warna pada serviks dan vagina
menjadi kebiru-biruan.
e) Tanda Piscaseck, yaitu adanya tanda yang kosong pada rongga uterus
karena embrio biasanya terletak di sebelah atas,dengan bimanual akan terasa
benjolan yang simetris.
f) Kontraksi-kontraksi kecil pada uterus bila dirangsang (Broxton Hicks)
g) Teraba Ballotement
h) Reaksi kehamilan positif.

3. Pertumbuhan dan Perkembangan Janin


Menurut dewi dkk (2011:72-80) pertumbuhan dan perkembangan embrio dari trimester
1 sampai dengan trimester 3 adalah sebagai berikut:
 Trimester 1
(1) Minggu ke-1 Disebut masa germinal. Karekteristik utama masa germinal
adalah sperma membuahi ovum yang kemudian terjadi pembelahan sel (Dewi
dkk, 2011:72)
(2) Minggu ke-2 Terjadi diferensiasi massa seluler embrio menjadi dua lapis
(stadium bilaminer). Yaitu lempeng epiblast (akan menjadi ectoderm) dan
hipoblast (akan menjadi endoderm). Akhir stadium ini ditandai alur primitive
(primitive streak) (Dewi dkk, 2011:73)
(3) Minggu ke-3 Terjadi pembentukan tiga lapis/lempeng yaitu ectoderm dan
endoderm dengan penyusupan lapisan mesoderm diantaranya diawali dari
daerah primitive streak (Dewi dkk, 2011:73)
(4) Minggu ke-4 Pada akhir minggu ke-3/awal minggu ke-4, mulai terbentuk ruas-
ruas badan (somit) sebagai karakteristik pertumbuhan periode ini.
Terbentuknya jantung, sirkulasi darah, dan saluran pencernaan (Dewi dkk,
2011:73)
(5) Minggu ke-8 Pertumbuhan dan diferensiasi somit terjadi begitu cepat, sampai
dengan akhir minggu ke-8 terbentuk 30- 35 somit, disertai dengan
perkembangan berbagai karakteristik fisik lainnya seperti jantungnya mulai
memompa darah. Anggota badan terbentuk dengan baik (Dewi dkk, 2011:74)
(6) Minggu ke -12 Beberapa system organ melanjutkan pembentukan awalnya
sampai dengan akhir minggu ke-12 (trimester pertama). Embrio menjadi
janin. Gerakan pertama dimulai selama minggu ke 12. Jenis kelamin dapat
diketahui. Ginjal memproduksi urine (Dewi dkk, 2011:74)

 Trimester II
1). Sistem Sirkulasi
Janin mulai menunjukkan adanya aktivitas denyut jantung dan aliran darah.
Dengan alat fetal ekokardiografi, denyut jantung dapat ditemukan sejak
minggu ke-12.
2). Sistem Respirasi
Janin mulai menunjukkan gerak pernafasan sejak usia sekitar 18 minggu.
Perkembangan struktur alveoli paru sendiri baru sempurna pada usia 24-26
minggu. Surfaktan mulai diproduksi sejak minggu ke-20, tetapi jumlah dan
konsistensinya sangat minimal dan baru adekuat untuk pertahanan hidup
ekstrauterin pada akhir trimester III.

3). Sistem gastrointestinal


Janin mulai menunjukkan aktivitas gerakan menelan sejak usia gestasi 14
minggu. Gerakan mengisap aktif tampak pada 26-28 minggu. Secara normal
janin minum air ketuban 450 cc setiap hari. Mekonium merupakan isi yang
utama pada saluran pencernaan janin, tampak mulai usia 16 minggu.
Mekonium berasal dari :
(a) Sel-sel mukosa dinding saluran cerna yang mengalami deskuamasi dan
rontok.
(b) Cairan/enzim yang disekresi sepanjang saluran cerna, mulai dari saliva
sampai enzim enzim pencernaan.
(c) Cairan amnion yang diminum oleh janin, yang terkadang mengandung
lanugo (rambut-rambut halus dari kulit janin yang rontok). Dan sel-sel
dari kulit janin/membrane amnion yang rontok.
(d) Penghancuran bilirubin.

4). Sistem Saraf dan Neuromuskular


Sistem ini merupakan sistem yang paling awal mulai menunjukkan
aktivitasnya, yaitu sejak 8-12 minggu, berupa kontraksi otot yang timbul jika
terjadi stimulasi lokal. Sejak usia 9 minggu, janin mampu mengadakan fleksi
alat-alat gerak, dengan refleks-refleks dasar yang sangat sederhana.
5). Sistem Saraf Sensorik Khusus/Indra
Mata yang terdiri atas lengkung bakal lensa (lens placode) dan bakal bola
mata/mangkuk optic (optic cup) pada awalnya menghadap ke lateral,
kemudian berubah letaknya ke permukaan ventral wajah.
6). Sistem Urinarius
Glomerulus ginjal mulai terbentuk sejak umur 8 minggu. Ginjal mulai
berfungsi sejak awal trimester kedua dan dalam vesika urinaria dapat
ditemukan urine janin yang keluar melalui uretra dan bercampur dengan
cairan amnion.

7). Sistem Endokrin


Kortikotropin dan Tirotropin mulai diproduksi di hipofisis janin sejak usia 10
minggu mulai berfungsi untuk merangsang perkembangan kelenjar suprarenal
dan kelenjar tiroid. Setelah kelenjar-kelenjar tersebut berkembang, produksi
dan sekresi hormon-hormonnya juga mulai berkembang.

 Trimester III
a) Minggu ke-28
Pada akhir minggu ke-28, panjang ubun-ubun bokong adalah sekitar 25 cm
dan berat janin sekitar 1.100 g (Dewi dkk, 2010:79). Masuk trimester ke-3,
dimana terdapat perkembangan otak yang cepat, sistem saraf mengendalikan
gerakan dan fungsi tubuh, mata mulai membuka (Saifudin, 2010: 158).
Surfaktan mulai dihasilkan di paru-paru pada usia 26 minggu, rambut kepala
makin panjang, kukukuku jari mulai terlihat (Varney, 2007:511).
b) Minggu ke-32
Simpanan lemak coklat berkembang di bawah kulit untuk persiapan
pemisahan bayi setelah lahir. Bayi sudah tumbuh 38-43 cm dan panjang
ubun-ubun bokong sekitar 28 cm dan berat sekitar 1.800 gr Mulai menyimpan
zat besi, kalsium, dan fosfor. (Dewi dkk, 2010:80). Bila bayi dilahirkan ada
kemungkinan hidup 50-70 % (Saifuddin, 2010:159)

c) Minggu ke-36
Berat janin sekitar 1.500-2.500 gram. Lanugo mulai berkurang, saat 35
minggu paru telah matur, janin akan dapat hidup tanpa kesulitan (Saifuddin,
2010:159). Seluruh uterus terisi oleh bayi sehingga ia tidak bisa bergerak atau
berputar banyak. (Dewi dkk, 2010:80). Kulit menjadi halus tanpa kerutan,
tubuh menjadi lebih bulat lengan dan tungkai tampak montok. Pada janin
laki-laki biasanya testis sudah turun ke skrotum (Varney, 2007:511)
d) Minggu ke-38
Usia 38 minggu kehamilan disebut aterm, dimana bayi akan meliputi seluruh
uterus. Air ketuban mulai berkurang, tetapi masih dalam batas normal
(Saifuddin, 2010:159)

4. Adaptasi fisiologi dan psikologi pada Kehamilan


a. Adaptasi fisiologi pada Kehamilan
 Perubahan pada sistem reproduksi
a) Vagina dan Vulva
Hormon estrogen mempengaruhi sistem reproduksi sehingga terjadi
peningkatan vaskularisasi dan hyperemia pada vagina dan vulva. Peningkatan
vaskularisasi menyebabkan warna kebiruan pada vagina yang disebut dengan
tanda Chadwick (Kumalasari, 2015:3)
b) Serviks Uteri
Serviks bertambah vaskularisasinya dan menjadi lunak (Soft) yang disebut
dengan tanda Goodell. Kelenjar endoservikal membesar dan mengeluarkan
banyak cairan mucus. Oleh karena pertambahan dan pelebaran pembuluh
darah, warna menjadi livid yang disebut dengan tanda Chadwick (Mochtar,
1998:35 dalam Dewi dkk, 2011:91)
c) Uterus
 Ukuran
Pada kehamilan cukup bulan, ukuran uterus adalah 30 x 25 x 20 cm dengan
kapasitas lebih dari 4000 cc. hal ini memungkinkan bagi adekuatnya
akomodasi pertumbuhan janin. Pada saat ini rahim membesar akibat
hipertropi dan hiperplasi otot rahim, serabut-serabut kolagennya menjadi
higroskopik, dan endometrium menjadi desidua. Jika penambahan ukura TFU
per tiga jari, dapat dicermati dalam table berikut ini (Sulistyawati, 2010:59).
Penyebab pembesaran uterus adalah peningkatan vaskularisasi dan dilatasi
pembuluh darah, hiperplasia dan hipertrofi, perkembangan desidua
(Kumalasari, 2015:4)

 Berat
Berat uterus naik secara luar biasa, dari 30 gram menjadi 1000 gram pada
akhir bulan (Sulistyawati, 2010:60).
1. Posisi rahim dalam kehamilan
a. Pada permulaan kehamilan, dalam posisi antefleksi atau retrofleksi
b. Pada 4 bulan kehamilan, Rahim tetap berada dalam rongga pelvis
c. Setelah itu, mulai memasuki rongga perut yang dalam pembesarannya
dapat mencapai batas hati
d. Pada ibu hamil, Rahim biasanya mobile, lebih mengisi rongga abdomen
kanan atau kiri (Sulistyawati, 2010:60).

d) Ovarium
Selama kehamilan ovulasi berhenti. Pada awal kehamilan masih terdapat
korpus luteum graviditatum dengan diameter sebesar 3 cm. Setelah plasenta
terbentuk korpus luteum graviditatum mengecil dan korpus luteum
mengeluarkan hormone estrogen dan progesteron (Kumalasari, 2015:5)

 Perubahan Kardiovaskuler atau Hemodinamik


Karakteristik yang khas adalah denyut nadi istirahat meningkat sekitar 10 sampai
15 denyut per menit pada kehamilan. Oleh karena diagfragma makin naik selama
kehamilan jantung digeser ke kiri dan ke atas.
Sementara itu, pada waktu yang sama organ ini agak berputar pada sumbu
panjangnya. Keadaan ini mengakibatkan apeks jantung digerakkan agak lateral
dari posisinya pada keadaan tidak hamil normal dan membesarnya ukuran
bayangan jantung yang ditemukan pada radiograf (Dewi dkk, 2011:93)
 Perubahan pada sistem Pernafasan
Timbulnya keluhan sesak dan pendek nafas. Hal ini disebabkan karena
uterus yang tertekan kea rah diagfragma akibat pembesaran rahim.Volume tidal
(volume udara yang diinspirasi/diekspirasi setiap kali bernafas normal)
meningkat. Hal ini dikarenakan pernafasan cepat dan perubahan bentuk rongga
toraks sehingga O2 dalam darah meningkat (Kumalasari, 2015:5)

 Perubahan Pada Ginjal


Selama Kehamilan ginjal bekerja lebih berat. Ginjal menyaring darah yang
volumenya meningkat sampai 30-50% atau lebih, yang puncaknya terjadi pada
kehamilan 16-24 minggu sampai sesaat sebelum persalinan. (Pada saat ini aliran
darah ke ginjal berkurang akibat penekanan rahim yang membesar.) Terjadi miksi
(berkemih) sering pada awal kehamilan karena kandung kemih tertekan oleh
rahim yang membesar. Gejala ini akan menghilang pada Trimester III kehamilan
dan di akhir kehamilan gangguan ini muncul kembali karena turunnya kepala
janin ke rongga panggul yang menekan kandung kemih (Kumalasari, 2015:5)

 Perubahan Sistem Endokrin


Pada ovarium dan plasenta, korpus luteum mulai menghasilkan estrogen
dan progesterone dan setelah plasenta terbentuk menjadi sumber utama kedua
hormone tersebut. Kelenjar tiroid menjadi lebih aktif. Kelenjar tiroid yang lebih
aktif menyebabkan denyut jantung yang cepat, jantung berdebar-debar (palpitasi),
keringat berlebihan dan perubahan suasana hati. Kelenjar paratiroid ukurannya
meningkat karena kebutuhan kalsium janin meningkat sekitar minggu ke 15-35.
Pada pankreas sel-selnya tumbuh dan menghasilkan lebih banyak insulin untuk
memenuhi kebutuhan yang meningkat (Kumalasari, 2015:5-6)

 Perubahan Sistem Muskuloskeletal


Pengaruh dari peningkatan estrogen, progesterone, dan elastin dalam
kehamilan menyebabkan kelemahan jaringan ikat serta ketidakseimbangan
persendian. Pada kehamilan trimester II dan III Hormon progesterone dan hormon
relaksasi jaringan ikat dan otot-otot. Hal ini terjadi maskimal pada satu minggu
terakhir kehamilan. Postur tubuh wanita secara bertahap mengalami perubahan
karena janin membesar dalam abdomen sehingga untuk mengompensasi
penambahan berat ini, bahu lebih tertarik ke belakang dan tulang lebih
melengkung, sendi tulang belakang lebih lentur dan dapat menyebabkan nyeri
punggung pada beberapa wanita (Dewi dkk, 2011:103).

 Perubahan Sistem Gastrointestinal


Rahim yang semakin membesar akan menekan rektum dan usus bagian
bawah sehingga terjadi sembelit (Konstipasi). Wanita hamil sering mengalami
Hearthburn (rasa panas di dada) dan sendawa, yang kemungkinan terjadi karena
makanan lebih lama berada di dalam lambung dan arena relaksasi sfingter di
kerongkongan bagian bawah yang memungkinkan isi lambung mengalir kembali
ke kerongkongan (Kumalasari, 2015:7)

 Perubahan Sistem Integumen


Pada kulit terjadi hiperpigmentasi yang dipengaruhi hormone
Melanophore Stimulating Hormone di Lobus Hipofisis anterior dan pengaruh
kelenjar suprarenalis. (Kamariyah dkk, 2014:34). Sehubungan dengan tingginya
kadar hormonal, maka terjadi peningkatan pigmentasi selama kehamilan. Ketika
terjadi pada kulit muka dikenal sebagai cloasma. Linea Alba adalah garis putih
tipis yang membentang dari simfisis pubis sampai umbilikus, dapat menjadi gelap
yang biasa disebut Line Nigra (Dewi dkk, 2011:99).
Pada primigravida panjang linea nigra mulai terlihat pada bulan ketiga dan
terus memanjang seiring dengan meningginya fundus. Pada Muligravida
keseluruhan garis munculnya sebelum bulan ketiga (Kamariyah dkk, 2014:34).
Striae Gravidarum yaitu renggangan yang dibentuk akibat serabut-serabut elastic
dari lapisan kulit terdalam terpisah dan putus. Hal ini mengakibatkan pruritus atau
rasa gatal (Kumalasari, 2015:6).
Kulit perut mengalami perenggangan sehingga tampak retak-retak, warna
agak hyperemia dan kebiruan disebut striae lividae (timbul karena hormone yang
berlebihan dan ada pembesaran/perenggangan pada jaringan menimbulkan
perdarahan pada kapiler halus di bawah kulit menjadi biru). Tanda regangan
timbul pada 50% sampai 90% wanita selama pertengahan kedua kehamilan
setelah partus berubah menjadi putih disebut striae albikans (biasanya terdapat
pada payudara, perut, dan paha) (Kamariyah dkk, 2014:34)

b. Perubahan Psikologis Selama Kehamilan


1). Trimester I
Trimester pertama ini sering dirujuk sebagai masa penentuan. Penentuan
untuk menerima kenyataan bahwa ibu sedang hamil. Segera setelah konsepsi,
kadar hormon progesteron dan estrogen dalam tubuh akan meningkat dan ini
menyebabkan timbulnya mual dan muntah pada pagi hari, lemah,lelah dan
membesarnya payudara. Ibu merasa tidak sehat dan sering kali membenci
kehamilannya (Kamariyah dkk, 2014:39)
2) Trimester II
Trimester kedua sering disebut sebagai periode pancaran kesehatan, saat ibu
merasa sehat. Ibu sudah menerima kehamilannya dan mulai dapat
menggunakan energy serta pikirannya secara konstruktif (Kumalasari, 2015:8)
3). Trimester III
Trimester ketiga sering kali disebut periode menunggu dan waspada sebab
pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Rasa tidak
nyaman akibat kehamilan timbul kembali pada trimester ketiga dan banyak
ibu yang merasa dirinya jelek. Disamping itu, ibu mulai merasa sedih karena
akan berpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima
selama hamil. Pada trimester inilah ibu memerlukan keterangan dan
dukungan dari suami, keluarga dan bidan (Dewi dkk, 2011:110)

5. Kebutuhan dasar Ibu hamil


a. Kebutuhan nutrisi
Pada saat ibu harus makan makanan yang mengandung nilai gizi bermutu tinggi
meskipun tidak berarti makanan yang mahal. Gizi pada waktu hamil harus
ditingkatkan hingga 300 kalori perhari, ibu hamil seharusnya mengkonsumsi
makanan yang mengandung protein, zat besi dan minum cukup cairan (menu
seimbang).
 Kalori
Di Indonesia kebutuhan kalori untuk orang tidak hamil adalah 2000 Kkal,
sedang untuk orang hamil dan menyusui masing – masing adalah 2300 dan
2800 Kkal. Kalori dipergunakan untuk produksi energi. Bila kurang energi
akan diambil dari pembakaran protein yang mestinya dipakai untuk
pertumbuhan.
Asupan makanan ibu hamil pada triwulan I sering mengalami keadaan
tersebut tetapi asupan makanan harus tetap diberikan seperti biasa. Pada
triwulan kedua nafsu makan biasanya sudah mulai meningkat, kebutuhan zat
tenaga banyak dibanding kebutuhan saat hamil muda. Demikian juga zat
pembngunan dan zat pengatur seperti lauk pauk, sayuran dan buah- buahan
berwarna. Pada trimester ketiga, janin mengalami pertumbuhan dan
perkembangan janin yang pesat ini terjadi pada 20 minggu terakhir
kehamilan. Umumnya nafsu makan ibu sangat baik dan ibu sangat merasa
lapar (Saminem, 2008).
 Protein
Protein sangat dibutuhkan untuk perkembangan buah kehamilan yaitu untuk
pertumbuhan janin, uterus plasenta, selain itu untuk ibu penting untuk
pertumbuhan payudara dan kenaikan sirkulasi ibu (protein plasma,
hemoglobin, dan lain – lain). Bila wanita tidak hamil, konsumsi protein yang
ideal adalah 0,9 gram/kg BB/hari tetapi selama kehamilan dibutuhkan
tambahan protein hingga 30 gram/hari.
Protein yang dianjurkan adalah protein hewani seperti daging, susu, telur,
keju dan ikan karena mereka mengandung komposisi asam amino yang
lengkap. Susu dan produk susu disamping sebagai sumber protein adalah juga
kaya dengan kalsium (Saminem, 2008).
 Mineral
Pada prinsipnya semua mineral dapat terpenuhi dengan makan makanan
sehari – hari yaitu nuah – buahan , sayur – sayuran dan susu. Hanya besi yang
tidak terpenuhi dengan makan sehari – hari. Kebutuhan akan besi pada
pertengahan kedua kehamilan kira – kira 17 mg/hari. Untuk memenuhi
kebutuhan ini dibutuhkan suplemen besi 30 mg sebagai ferosus, ferofumarat
atau feroglukonat perhari pada kehamilan kembar atau pada wanita yang
sedikit anemia dibutuhkan 60-100 gr/hari.
Kebutuhan kalsium umumnya terpenuhi dengan minum susu. Satu liter susu
sapi mengandung kira – kira 0,9 gram kalsium,. Bila ibu hamil tidak dapat
minum susu, suplemen kalsium dapat diberikan dengan dosis 1 gram perhari.
Pada umumnya dokter selalu member suplemen mineral dan vitamin prenatal
untuk mencegah kemungkinan terjadinya defisiensi (Saminem, 2008).
 Vitamin
Vitamin sebenarnya telah terpenuhi dengan makan sayur dan buah – buahan ,
tetapi dapat pula diberikan ekstra vitamin. Pemberian asam folat terbukti
mencegah kecacatan pada bayi (Saminem, 2008).

b. Eliminasi
Keluhan yang sering muncul pada ibu hamil berkaitan dengan eliminasi adalah
konstipasi dan sering buang air kemih . konstipasi terjadi karena adanya pengaruh
hormone progesterone yang mempunyai efek rileks terhadap otot polos, salah
satunya otot usus. Selain itu, desakan oleh pembesaran janin juga menyebabkan
bertambahnya kontipasi. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah
dengan mengkonsumsi makanan tinggi serat dan banyak minum air putih
(Saminem, 2008).
c. Istirahat
Dengan adanya perubahan fisik pada ibu hamil, salah satunya berat pada perut
sehingga terjadi perubahan sikap tubuh, tidak jarang ibu akan mengalami
kelelahan, oleh karena itu istirahat dan tidur sangat penting untuk ibu hamil. Pada
trimester akhir kehamilan sering diiringi dengan bertambahnya ukuran janin,
sehingga terkadang ibu kesulitan untuk menentukan posisi yang paling baik dan
nyaman untuk tidur. Posisi tidur yang dianjurkan pada ibu hamil adalah miring ke
kiri, kaki kiri lurus, kaki kanan sedikit menekuk dan diganjal dengan bantal , dan
untuk mengurangi rasa nyeri pada perut, ganjal dengan bantal pada perut bawah
sebelah kiri (Saminem, 2008).

d. Aktifitas
Seorang wanita boleh mengerjakan aktivitas sehari hari asal hal tersebut tidak
memberikan gangguan rasa tidak enak. Bagi wanita pekerja ia boleh tetap masuk
kantor sampai menjelang partus (Saminem, 2008).
e. Persiapan laktasi
Persiapan menyusui pada kehamilan merupakan hal yang penting karena
dengan persiapan dini ibu akan lebih baik dan siap untuk menyusui bayinya.
Untuk itu ibu hamil sebaiknya masuk dalam kelas “bimbingan persiapan
menyusui”(BPM). Suatu pusat pelayanan kesehatan (RS, RB, Puskesmas) harus
mempunyai kebijakan yang berkenaan dengan pelayanan ibu hamil yang
menunjang keberhasilan menyusui. Pelayanan pada BPM terdiri dari penyuluhan
tentang keunggulan ASI, manfaat rawat gabung, perawatan putting susu,
perawatan bayi, gizi ibu hamil dan menyusui, keluarga berencana (Saminem,
2008).
f. Personal Hygine
Kebersihan harus dijaga pada masa hamil. Mandi dianjurkan sedikitnya dua kali
sehari karena ibu hamil cenderung untuk mengeluarkan banyak keringat, menjaga
kebersihan diri terutama lipatan kulit (ketiak, bawah buah dada, daerah genetalia)
dengan cara dibersihkan dengan air dan dikeringkan. Kebersihan gigi dan mulut ,
perlu mendapat perhatian karena seringkali mudah terjadi gigi berlubang,
terutama pada ibu yang kekurangan kalsium. Rasa mual selama hamil dapat
mengakibatkan perburukan hygiene mulut dan dapat menimbulkan karies gigi
(Saminem, 2008).

g. Pakaian
Meskipun pakaian bukan merupakan hal yang berakibat langsung terhadap
kesejahteraan ibu dan janin, namun perlu kiranya jika tetap dipertimbangkan
beberapa aspek kenyamanan dalam berpakaian. Pemakaian pakaian dan
kelengkapannya yang kurang tepat akan mengakibatkan beberapa
ketidaknyamanan yang akan mengganggu fisik dan psikologis ibu. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam pakaian ibu hamil adalah memenuhi kriteria
berikut ini :
 Pakaian harus longgar, bersih, dan tidak ada ikatan yang ketat pada daerah
perut.
 Bahan pakaian usahakan yang mudah menyerap keringat.
 Memakai bra yang menyokong payudara.
 Memakai sepatu dengan hak yang rendah.
 Pakaian dalam yang selalu bersih (Saminem, 2008).
h. Seksual
Hubungan seksual selama kehamilan tidak dilarang selama tidak ada riwayat
penyakit seperti. :
 Sering abortus dan kelahiran premature.
 Perdarahan pervaginam.
 Koitus harus dilakukan dengan hati – hati terutama pada minggu terakhir
kehamilan.
 Bila ketuban sudah pecah, koitus dilarang karena dapat menyebabkan infeksi
janin intrauteri. (Saminem, 2008)

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan


a. Faktor fisik
Faktor fisik seorang ibu hamil dipengaruhi oleh status kesehatan dan status gizi ibu
tersebut. Status kesehatan dapat diketahui dengan memeriksakan diri dan
kehamilannya ke pelayanan kesehatan terdekat, puskesmas, rumah bersalin, atau
poliklinik kebidanan.  Adapun tujuan dari pemeriksaan kehamilan yang disebut
dengan Ante Natal Care (ANC) tersebut adalah :
 Memantau kemajuan kehamilan. Dengan demikian kesehatan ibu dan janin pun
dapat dipastikan keadaannya.
 Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik dan mental ibu, karena
dalam melakukan pemeriksaan kehamilan, petugas kesehatan (bidan atau
dokter) akan selalu memberikan saran dan informasi yang sangat berguna bagi
ibu dan janinnya.
 Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin
terjadi selama kehamilan dengan melakukan pemeriksaan pada ibu hamil dan
janinnya.
 Mempersiapkan ibu agar dapat melahirkan dengan selamat. Dengan mengenali
kelainan secara dini, memberikan informasi yang tepat tentang kehamilan dan
persalinan pada ibu hamil, maka persalinan diharapkan dapat berjalan dengan
lancar, seperti yang diharapkan semua pihak
 Mempersiapkan agar masa nifas berjalan normal. Jika kehamilan dan
persalinan dapat berjalan dengan lancar, maka diharapkan masa nifas pun dapar
berjalan dengan lancar.
 Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima bayi. Bahwa salah
satu faktor kesiapan dalam menerima bayi adalah jika ibu dalam keadaan sehat
setelah melahirkan tanpa kekurangan suatu apa pun
Karena manfaat memeriksakan kehamilan sangat besar, maka dianjurkan
kepada ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin di tempat
pelayanan kesehatan terdekat.
Selain itu status gizi ibu hamil juga merupakan hal yang sangat berpengaruh
selama masa kehamilan. Kekurangan gizi tentu saja akan menyebabkan akibat yang
buruk bagi si ibu dan janinnya. Ibu dapat menderita anemia, sehingga suplai darah
yang mengantarkan oksigen dan makanan pada janinnya akan terhambat, sehingga
janin akan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Di lain pihak
kelebihan gizi pun ternyata dapat berdampak yang tidak baik juga terhadap ibu dan
janin. Janin akan tumbuh besar melebihi berat normal, sehingga ibu akan kesulitan
saat proses persalinan.
Yang harus diperhatikan adalah ibu hamil harus banyak mengkonsumsi
makanan kaya serat, protein (tidak harus selalu protein hewani seperti daging atau
ikan, protein nabati seperti tahu, tempe sangat baik untuk dikonsumsi) banyak
minum air putih dan mengurangi garam atau makanan yang terlalu asin.

b. Factor psikologis
Faktor Psikologis yang turut mempengaruhi kehamilan biasanya terdiri dari :
 Stressor. Stress yang terjadi pada ibu hamil dapat mempengaruhi kesehatan ibu
dan janin. Janin dapat mengalami keterhambatan perkembangan atau gangguan
emosi saat lahir nanti jika stress pada ibu tidak tertangani dengan baik.
Dukungan keluarga juga merupakan andil yang besar dalam menentukan
status kesehatan ibu. Jika seluruh keluarga mengharapkan kehamilan,
mendukung bahkan memperlihatkan dukungannya dalam berbagai hal, maka ibu
hamil akan merasa lebih percaya diri, lebih bahagia dan siap dalam menjalani
kehamilan, persalinan dan masa nifas.

c. Faktor lingkungan sosial, budaya dan ekonomi


Faktor ini mempengaruhi kehamilan dari segi gaya hidup, adat istiadat,
fasilitas kesehatan dan tentu saja ekonomi. Gaya hidup sehat adalah gaya hidup
yang digunakan ibu hamil. Seorang ibu hamil sebaiknya tidak merokok, bahkan
kalau perlu selalu menghindari asap rokok, kapan dan dimana pun ia berada.
Perilaku makan juga harus diperhatikan, terutama yang berhubungan dengan adat
istiadat. Jika ada makanan yang dipantang adat padahal baik untuk gizi ibu hamil,
maka sebaiknya tetap dikonsumsi.
Demikian juga sebaliknya. Yang tak kalah penting adalah personal hygiene.
Ibu hamil harus selalu menjaga kebersihan dirinya, mengganti pakaian dalamnya
setiap kali terasa lembab, menggunakan bra yang menunjang payudara, dan pakaian
yang menyerap keringat.
Ekonomi juga selalu menjadi faktor penentu dalam proses kehamilan yang
sehat. Keluarga dengan ekonomi yang cukup dapat memeriksakan kehamilannya
secara rutin, merencanakan persalinan di tenaga kesehatan dan melakukan
persiapan lainnya dengan baik. Namun dengan adanya perencanaan yang baik sejak
awal, membuat tabungan bersalin, maka kehamilan dan proses persalinan dapat
berjalan dengan baik.

7. Standar asuhan Antenatal


Standar Asuhan Kehamilan Marilah Rekan mahasiswa kita mencermati acuan
atau indikator didalam memberikan asuhan kehamilan sebagaimana tertuang dalam
standar pelayanan kebidanan sebagai berikut:
Standar 1 : Identifikasi ibu hamil.Melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi
dengan masyarakat secara berkala untuk penyuluhan dan motivasi
untuk pemeriksaan dini dan teratur.
Standar 2 : Pemeriksaan dan pemantauan antenatal.Sedikitnya 4 kali pemeriksaan
kehamilan. Pemeriksaan meliputi: anamnesis dan pemantauan ibu dan
janin, mengenal kehamilan risiko tinggi, imunisasi, nasehat dan
penyuluhan, mencatat data yang tepat setiap kunjungan, tindakan tepat
untuk merujuk.
Standar 3 : Palpasi abdominal.
Standar 4 : Pengelolaan anemia pada kehamilan.
Standar 5 : Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan.
Standar 6 : Persiapan persalinan. Memberi saran pada ibu hamil, suami dan keluarga
untuk memastikan persiapan persalinan bersih dan aman, persiapan
transportasi, biaya. Bidan sebaiknya melakukan kunjungan rumah. Dalam
memberikan asuhan/pelayanan maka bidan harus memenuhi standar
minimal 7 T (timbang BB), ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri,
TT, tablet besiminimal 90 tablet selama hamil, tes PMS, temu wicara
dalam rangka persiapan rujukan

8. Deteksi Dini dan Tanda Bahaya Kehamilan


Tanda bahaya kehamilan adalah suatu kehamilan yang memiliki suatu tanda
bahaya atau risiko lebih besar dari biasanya (baik bagi ibu maupun bayinya), akan
terjadinya penyakit atau kematian sebelum maupun sesudah persalinan (Tiran, 2007)
Tanda-tanda bahaya pada kehamilan adalah tanda-tanda yang terjadi pada
seorang Ibu hamil yang merupakan suatu pertanda telah terjadinya suatu masalah yang
serius pada Ibu atau janin yang dikandungnya, tanda-tanda bahaya ini dapat terjadi pada
awal kehamilan. Sedangkan menurut Uswhaya (2009), Tanda-tanda bahaya kehamilan
adalah gejala yang menunjukkan bahwa ibu dan bayi dalam keadaan bahaya, meliputi :

 Tanda-Tanda Bahaya/ Komplikasi Pada Ibu Dan Janin Masa Kehamilan Trimester I
Trimester I adalah usia kehamilan 1- 3 bulan atau kehamilan berusia 0 - 12
minggu ,salah satu asuhan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk menapis
adanya risiko ini yaitu melakukan pendeteksian dini adanya komplikasi/penyakit
yang mungkin terjadi selama hamil muda. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester I
meliputi:
1) Perdarahan pervaginam / Perdarahan dari jalan lahir
Perdarahan yang terjadi pada masa kehamilan kurang dari 22 minggu.
Perdarahan pervaginam dalam kehamilan adalah cukup normal. Pada masa
awal kehamilan, ibu akan mengalami perdarahan yang sedikit (spotting) di
sekitar waktu terlambat haidnya. Perdarahan ini adalah perdarahan implantasi
dan normal, perdarahan kecil dalam kehamilan adalah pertanda dari “Friabel
cervik”.
Perdarahan semacam ini mungkin normal atau mungkin suatu tanda
adanya infeksi. Jika terjadi perdarahan yang lebih (tidak normal) yang
menimbulkan rasa sakit pada ibu.Perdarahan ini bisa berarti aborsi, kehamilan
molar atau kehamilan ektopik.

Macam macam perdarahan pervaginam


a. Abortus
Pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu dan
berat janin kurang dari 500 gram. Tanda-tandanya : perdarahan dengan
nyeri abdomen, rasa mulas atau rasa nyeri. Terkadang disertai syok
b. Kehamilan ektopik
Kehamilan di mana implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi di luar
endometrium atau di luar rahim. Tanda-tandanya : perdarahan berwarna
coklat tua dan umumnya sedikit, nyeri perut, uterus terasa lembek.
c. Molahydatidosa (Hamil Anggur)
Kehamilan abnormal di mana hampir seluruh vili korialisnya mengalami
perubahan hidrofik.Tanda-tandanya :perdarahan berulang, nyeri perut,
tidak teraba bagian janin, tidak terdengar DJJ janin
2) Mual Muntah Berlebihan
a. Pengertian
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar
dan sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasa terjadi pada
pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari.
Gejala - gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari
pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.
Mual dan muntah terjadi pada 60-80 % primigravida dan 40-60 %
multigravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala gejala ini menjadi
lebih berat. Perasaan mual ini disebabkan oleh karena meningkatnya kadar
hormon estrogen dan HCG dalam serum. Pengaruh fisiologik kenaikan
hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau
pengosongan lambung yang berkurang. Pada umumnya wanita dapat
menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala mual
muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari-
hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan inilah
disebut hiperemisis gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan fisiologis
menentukan berat ringanya penyakit. (Sarwono, 2005).
b. Penanganan Umum
Mual muntah dapat diatasi dengan:
 Makan sedikit tapi sering
 Hindari makanan yang sulit dicerna dan berlemak
 Jaga masukan cairan, karena cairan lebih mudah ditolelir dari pada
makanan padat
 Selingi makanan berkuah dengan makanan kering. Makan hanya
makanan kering pada satu waktu makan, kemudian makanan berkuah
pada waktu berikutnya
 Hindari hal hal yang memicu mual, seperti bau, gerakan atau bunyi
 Istirahat cukup
 Hindari hal-hal yang membuat Anda berkeringat atau kepanasan, yang
dapat memicu rasa mual (Curtis, 2000)

c. Komplikasi
Jika muntah terus menerus bisa terjadi kerusakan hati. Komplikasi lainnya
adalah perdarahan pada retina yang disebabkan oleh meningkatnya tekanan
darah ketika penderita muntah. (Rochjati, 2002)

3) Sakit Kepala Yang Hebat


a. Pengertian
Sakit kepala yang bisa terjadi selama kehamilan, dan sering kali
merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala
yang menunjukan suatu masalah serius dalam kehamilan adalah sakit
kepala yang hebat, menetap dan tidak hilang dengan beristirahat.
Terkadang sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin menemukan
bahwa penglihatannya menjadi kabur atau berbayang. Hal ini merupakan
gejala dari pre-eklamsia dan jika tidak diatasi dapat menyebabkan kejang
maternal, stroke, koagulopati dan kematian. (Uswhaya, 2009)
Sakit kepala sering dirasakan pada awal kehamilan dan umumnya
disebabkan oleh peregangan pembuluh darah diotak akibat hormon
kehamilan, khususnya hormon progesteron. Jika ibu hamil merasa lelah,
pusing atau tertekan atau pandangan mata bermasalah, sakit kepala akan
lebih sering terjadi atau makin parah, jika sebelumnya menderita migrain
kondisi ini dapat semakin bermasalah selama 3 sampai 4 bulan pertama
kehamilan.

b. Penanganan Umum
 Jika ibu tidak sadar atau kejang, segera mobilisasi seluruh tenaga yang
ada dan siapkan fasilitas tindakan gawat daruratan.
 Segera lakukan observasi terhadap keadaan umum termasuk tanda vital
(nadi, tekanan darah, dan pernafasan) sambil mencari riwayat penyakit
sekarang dan terdahulu dari pasien dan keluarganya. (Saifuddin, 2002)
c. Komplikasi
Nyeri kepala pada masa hamil dapat merupakan gejala pre-eklampsia,
suatu penyakit yang terjadi hanya pada wanita hamil, dan jika tidak diatasi
dapat menyebabkan kejang maternal, stroke, koagulopati dan kematian.
(Irma, 2002)

4) Nyeri Perut yang Hebat


a. Pengertian
Nyeri perut pada kehamilan 22 minggu atau kurang. Hal ini mungkin
gejala utama pada kehamilan ektopik atau abortus (Saifuddin, 2002). Nyeri
abdomen yang tidak berhubungan dengan persalinan normal adalah tidak
normal. Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah yang
mengancam keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap dan tidak hilang
setelah beristirahat. Hal ini bisa berarti apendisitis, kehamilan ektopik,
aborsi, penyakit radang pelviks, persalinan preterm, gastritis, penyakit
kantong empedu, iritasi uterus, abrupsi plasenta, infeksi saluran kemih atau
infeksi lain.

b. Penanganan umum
 Lakukan segera pemeriksaan umum meliputi tanda vital (nadi, tensi,
respirasi, suhu)
 Jika dicurigai syok, mulai pengobatan sekalipun gejala syok tidak jelas,
waspada dan evaluasi ketat karena keadaan dapat memburuk dengan
cepat.
 Jika ada syok segera terapi dengan baik (Saifuddin, 2002)
c. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada nyeri perut yang hebat antara lain:
kehamilan ektopik, pre-eklampsia, persalinan premature, solusio plasenta,
abortus, ruptur uteri imminens (Irma, 2008)

5) Selaput Kelopak Mata Pucat/ Anemia


a. Pengertian
Anemia adalah masalah medis yang umum terjadi pada banyak wanita
hamil. Jumlah sel darah merah dalam keadaan rendah, kuantitas dari sel sel
ini tidak memadai untuk memberikan oksigen yang dibutuhkan oleh bayi.
Anemia sering terjadi pada kehamilan karena volume darah meningkat kira
kira 50% selama kehamilan.
Darah terbuat dari cairan dan sel. Cairan tersebut biasanya meningkat
lebih cepat dari pada sel- selnya. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan
hematokrit (volume, jumlah atau persen sel darah merah dalam darah).
Penurunan ini dapat mengakibatkan anemia.
b. Penanganan
Anemia dapat ditangani dengan minum tablet zat besi dan istirahat cukup.
(Curtis, 2000)
c. Komplikasi
Komplikasi anemia dalam kehamilan memberikan pengaruh langsung
terhadap janin sedangkan komplikasi pada kehamilan trimester I yaitu
anemia dapat menyebabkan terjadinya missed abortion, kelainan
kongenital, abortus/keguguran (Ayurai, 2009).
d. Pengaruh anemia terhadap kehamilan.
 Bahaya selama kehamilan
- Dapat terjadi abortus
- Persalinan prematuritas
- Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim
- Mudah terjadi infeksiaman dekompensasi kordis (Hb < 6 gr%)
- Mola hidatidosa
- Hiperemesis gravidarum
- Perdarahan antepertum
- Ketuban Pecah Dini (KPD)
 Bahaya saat persalinan
- Gangguan his, kekuatan mengejan 
- Kala pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlanta
- Kala ke dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan
sering memerlukan tindakan operasi kebidanan. 
- Kala uri diikuti retensio plasenta, dan perdarahan pospartum karena
atonia uteri.
- Kala empat dapat terjadi perdarahan postpartum sekunder dan
atonia uteri
 Pada kala nifas
- Terjadi subinvolusi uteri menimbulkan perdarahan postpartum
- Memudahkan infeksi puerperium 
- Pengeluaran ASI berkurang 
- Terjadi dekompensasi koris mendadak setelah persalinan 
- Anemia kala nipas 
- Mudah terjadi infeksi mamae
 Bahaya terhadap janin
- Abortus 
- Terjadi kematian intrauteri 
- Persalinan prematuritas tinggi
- Berat badan lahir rendah 
- Kelahiran dengan anemia 
- Dapat terjadi cacat bawaan 
- Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal 
- Intligensia
6) Demam Tinggi
Ibu hamil menderita deman dengan suhu tubuh lebih 38° C dalam kehamilan
merupakan suatu masalah. Demam tinggi dapat merupakan gejala adanya
infeksi dalam kehamilan.
 Penanganan Umum
Demam tinggi dapat ditangani dengan: istirahat baring, minum banyak,
kompres untuk menurunkan suhu. (Saiffudin, 2002)
 Komplikasi
Komplikasi yang ditimbulkan akibat mengalami demam tinggi antara lain:
sistitis (infeksi kandung kencing), pielonefritis Akut (infeksi saluran kemih
atas). (Saifuddin, 2002)

 Tanda-Tanda Bahaya/ Komplikasi Pada Ibu Dan Janin Pada Masa Kehamilan
Trimester II
Trimester II adalah usia kehamilan 4-6 bulan atau kehamilan berusia 13-28
minggu. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester II meliputi:
a. Bengkak Pada Wajah, Kaki dan Tangan
Oedema ialah penimbunan cairan yang berlebih dalam jaringan tubuh,
dan dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, jari
tangan dan muka. Oedema pretibial yang ringan sering ditemukan pada
kehamilan biasa, sehingga tidak seberapa berarti untuk penentuan diagnosis
pre-eklampsia. Hampir separuh dari ibu-ibu akan mengalami bengkak yang
normal pada kaki yang biasanya hilang setelah beristirahat atau meninggikan
kaki. Oedema yang mengkhawatirkan ialah oedema yang muncul mendadak
dan cenderung meluas.
Hampir separuh dari ibu-ibu akan mengalami bengkak yang normal
pada kaki yang biasanya muncul pada sore hari dan biasanya hilang setelah
beristirahat atau meletakkan kaki lebih tinggi. Bengkak bisa menunjukkan
adanya masalah serius jika muncul pada muka dan tangan tidak hilang setelah
beristirahat dan diikuti dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini bisa merupakan
pertanda anemia, gagal jantung atau pre eklamsia.Sistem kerja ginjal yang
tidak optimal pada wanita hamil mempengaruhi system kerja tubuh sehingga
menghasilkan kelebihan cairan. Ini dapat terlihat setelah kelahiran, ketika
pergelangan kaki yang bengkak secara temporer semakin parah. Ini
dikarenakan jaringan tambahan yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin selama dalam kandungan tidak lagi dibutuhkan dan akan
dibuang setelah sebelumnya diproses oleh ginjal menjadi urin. Oleh karena
ginjal belum mampu bekerja secara optimal, kelebihan cairan yang menempuk
dihasilkan disekitar pembuluh darah hingga ginjal mampu memprosesnya lebih
lanjut.
Terkadang bengkak membuat kulit di kaki di bagian bawah meregang,
terlihat mengkilat, tegang dan sangat tidak nyaman.Kram kaki sering terjadi di
malam hari ketika tidur. Kram dihubungankan dengan kadar garam dalam
tubuh dan perubahan sirkulasi. Pengobatan cina menganggap kram ada
hubungannya dengan kekurangan energi pada darah dan ginjal.
1) Penanganan Umum
a) Istirahat cukup
b) Mengatur diet, yaitu meningkatkan konsumsi makanan yang
mengandung protein dan mengurangi makanan yang mengandung
karbohidrat serta lemak
c) Kalau keadaan memburuk namun memungkinkan dokter akan
mempertimbangkan untuk segera melahirkan bayi demi keselamatan
ibu dan bayi (Hendrayani, 2009).
2) Komplikasi
Kondisi ibu disebabkan oleh kehamilan disebut dengan keracunan
kehamilan dengan tanda tanda oedema (pembengkakan) terutama tampak
pada tungkai dan muka, tekanan darah tinggi dan dalam air seni terdapat
zat putih telur pada pemeriksaan urin dan laboratorium (Rochjati, 2003).
b. Keluar Air Ketuban Sebelum Waktunya
Keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah kehamilan 22 minggu,
ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan
berlangsung. Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm
sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm.
1) Penanganan Umum
a) Konfirmasi usia kehamilan, kalau ada dengan USG
b) Dilakukan pemeriksaan inspekulo (dengan speculum DTT) untuk
menilai cairan yang keluar (jumlah, warna,bau) dan membedakan
dengan urin.
c) Jika ibu mengeluh perdarahan akhir kehamilan (setelah 22 minggu),
jangan lakukan, pemeriksaan dalam secara digital.
d) Mengobservasi tidak ada infeksi
e) Mengobservasi tanda tanda inpartu (Saifuddin, 2002)
2) Komplikasi
a) Perdarahan pervaginam dengan nyeri perut, pikirkan solusio plasenta
b) Tanda tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau)
c) Jika terdapat his dan darah lendir, kemungkinan terjadi persalinan
preterm (Saifuddin, 2002)
c. Perdarahan hebat
Perdarahan Masif atau hebat pada kehamilan muda.
d. Pusing Yang hebat
e. Gerakan bayi berkurang
Ibu mulai merasakan gerakan bayinya selama bulan ke-5 atau ke-6, beberapa
ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur, gerakannya
akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam.
Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika berbaring atau beristirahat dan jika
ibu makan dan minum dengan baik. Apabila ibu tidak merasakan gerakan bayi
seperti biasa, hal ini merupakan suatu risiko tanda bahaya. Bayi kurang
bergerak seperti biasa dapat dikarenakan oleh aktivitas ibu yang terlalu
berlebihan, keadaan psikologis ibu maupun kecelakaan sehingga aktivitas bayi
di dalam rahim tidak seperti biasanya.

 Tanda-Tanda Bahaya/ Komplikasi Pada Ibu Dan Janin Pada Masa Kehamilan
Trimester III
Trimester III adalah usia kehamilan 7-9 bulan atau kehamilan berusia 29-42
minggu. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester II meliputi:
a. Penglihatan Kabur Penglihatan menjadi kabur atau berbayang
Dapat disebabkan oleh sakit kepala yang hebat, sehingga terjadi oedema
pada otak dan meningkatkan resistensi otak yang mempengaruhi sistem saraf
pusat, yang dapat menimbulkan kelainan serebral (nyeri kepala, kejang), dan
gangguan penglihatan. Perubahan penglihatan atau pandangan kabur, dapat
menjadi tanda pre-eklampsia. Masalah visual yang mengidentifikasikan
keadaan yang mengancam jiwa adalah perubahan visual yang mendadak,
misalnya penglihatan kabur atau berbayang, melihat bintik-bintik (spot),
berkunang-kunang.
Selain itu adanya skotama, diplopia dan ambiliopia merupakan tanda-
tanda yang menujukkan adanya pre-eklampsia berat yang mengarah pada
eklampsia. Hal ini disebabkan adanya perubahan peredaran darah dalam pusat
penglihatan di korteks cerebri atau didalam retina (oedema retina dan spasme
pembuluh darah). (Uswhaaja, 2009)
1) Penanganan Umum
a) Jika tidak sadar atau kejang. Segera dilakukan mobilisasi seluruh
tenaga yang ada dan menyiapkan fasilitas tindakan gawat darurat.
b) Segera dilakukan penilaian terhadap keadaan umum termasuk tanda
tanda vital sambil menanyakan riwayat penyakit sekarang dan
terdahulu dari pasien atau keluarganya.(Saifuddin, 2002)
2) Komplikasi
Komplikasi yang ditimbulkan antala lain:
a) Kejang
b) Eklamsia
b. Gerakan Janin Berkurang
Ibu tidak merasakan gerakan janin sesudah kehamilan 29 minggu atau
selama persalinan.
1) Penanganan Umum
a) Memberikan dukungan emosional pada ibu
b) Menilai denyut jantung janin (DJJ):
c) Bila ibu mendapat sedative, tunggu hilangnya pengaruh obat,
kemudian nilai ulang
d) Bila DJJ tidak terdengar minta beberapa orang mendengarkan
menggunakan stetoskop Doppler. (Saifuddin, 2002)
2) Komplikasi
Komplikasi yang timbul adalah IUFD dan fetal distress.

c. Kejang
Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya
keadaan dan terjadinya gejala gejala sakit kepala, mual, nyeri ulu hati
sehingga muntah. Bila semakin berat, penglihatan semakin kabur,
kesadaran menurun kemudian kejang. Kejang dalam kehamilan dapat
merupakan gejala dari eklamsia.
1) Penanganan 
 Baringkan pada sisi kiri tempat tidur arah kepala ditinggikan
sedikit untuk mengurangi kemungkinan aspirasi secret, muntahan,
atau darah
 Bebaskan jalan nafas
 Hindari jatuhnya pasien dari tempat tidur
 Lakukan pengawasan ketat (Saifuddin, 2002)
2) Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul antara lain: syok, eklamsia, hipertensi,
proteinuria (Saifuddin, 2002)
d. Demam Tinggi
e. Bengkak pada wajah, kaki dan tanggan
C. Persalinan dan BBL
1. Pengertian pesalinan dan Fisiologis terjadinya persalinan
 Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari
uterus ibu Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun
ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin
yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Asri dkk,
2012:1). Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil
konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati yang ditandai
oleh perubahan progresif pada serviks dan diakhiri dengan pelahiran plasenta.

 Fisiologis Terjadinya persalinan


a. Teori Terjadinya Persalinan
Menurut Manuaba (1998) dalam Sari dkk (2012:6-10), Penyebab terjadinya
persalinan diuraikan oleh beberapa teori:
1. Teori Penurunan Kadar Prostaglandin
Progesteron merupakan hormon penting untuk mempertahankan
kehamilan. Hormon ini meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu, yang
dikeluarkan oleh desidua. Progesteron berfungsi menurunkan kontraktilitas
dengan cara meningkatkan potensi membran istirahat pada sel miometrium
sehingga menstabilkan Ca membrane dan kontraksi berkurang,uterus rileks
dan tenang. Pada akhir kehamilan terjadi penurunan kadar progesteron
yang mengakibatkan peningkatan kontraksi uterus karena adanya sintesa
prostaglandin di uterus. Prostaglandin E dan Prostaglandin F yang bekerja
di rahim wanita untuk merangsang kontraksi selama kehamilan.

2. Teori Penurunan Progesteron.


Progesteron merupakan hormon penting dalam menjaga kehamilan tetap
terjadi hingga masa persalinan. Hormon ini dihasilkan oleh plasenta, yang
akan berkurang seiring terjadinya penuaan plasenta yang terjadi pada usia
kehamilan 28 minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh
darah mengalami penyempitan dan buntu. Ketika hormone ini mengalami
penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitive terhadap oksitosin.
Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat
penurunan progesteron tertentu.

3. Teori rangsangan Estrogen


Estrogen juga merupakan hormon yang dominan dalam kehamilan.
Hormon ini memiliki dua fungsi, yaitu meningkatkan sensivitas otot rahim
dan memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan
oksitosin, rangsangan prostaglandin dan rangsangan mekanis.

4. Teori Reseptor Oksitosin dan Kontraksi Braxton Hicks


Kontraksi persalinan tidak terjadi secara mendadak, tetapi berlangsung
lama dengan persiapan semakin meningkatnya reseptor oksitosin.
Perubahan keseimbangan estrogen dan progesterone dapat mengubah
sensivitas otot rahim, sehingga terjadi Braxton Hicks.

5. Teori Keregangan Otot rahim


Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.
Setelah melewati batas tersebut terjadi kontaksi sehingga persalinan dapat
di mulai.

6. Teori Fetal Cortisol


Dalam teori ini diajukan sebagai “pemberi tanda” untuk dimulainya
persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar kortisol
plasma janin. Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga
produksi progesterone berkurang dan memperbesar sekresi estrogen,
selanjutnya berpengaruh terhadap meningkatnya produksi prostaglandin
membentuk prostaglandin dan mengakibatkan kontraksi miometrium.

7. Teori Fetal Membran


Teori fetal membrane phospolipid-arachnoid acid prostaglandin.
Meningkatnya hormone estrogen menyebabkan terjadinya esterified yang
menghasilkan arachnoid acid, yang membentuk prostaglandin dan
mengakibatkan kontraksi miometrium.
8. Teori Hipotalamus-Pituitari dan Glandula Suprarenalis
Hubungan antara hipotalamus pituitary dengan mulainya persalinan, dan
glandula suprarenalis merupakan pemicu terjadinya persalinan.

9. Teori Iritasi Mekanik


Di belakang serviks terdapat ganglion servikale (Fleksus Frankenhauser).
Bila ganglion ini ditekan dan digeser, misalnya oleh janin, maka akan
timbul kontraksi.

10. Teori Plasenta


Sudah tua Menurut teori ini, plasenta yang menjadi tua dapat
menyebabkan menurunnya kadar estrogen dan progesterone yang
menyebabkan kekejangan pembuluh darah pada vili chorialis di plasenta,
sehingga menyebabkan kontraksi rahim.
11. Teori tekanan serviks
Fetus yang berpresentasi baik akan merangsang akhiran saraf sehingga
serviks menjadi lunak dan terjadi dilatasi internum yang mengakibatkan
SAR (Segmen Atas Rahim) dan SBR (Segmen Bawah Rahim ) bekerja
berlawanan sehingga terjadi kontraksi dan retraksi.
12. Induksi Partus (Induction Of Labor)
Persalinan juga dapat ditimbulkan oleh: ganggang malinaria yang
dimasukkan ke dalam kanal servikalis dengan tujuan merangsang fleksus
frankenhauser, amniotomi dan oksitosin drips.

2. Tanda-tanda persalinan
Untuk mendukung deskripsi tentang tanda dan gejala persalinan, akan dibahas
materi sebagai berikut :
 Tanda-tanda bahwa persalinan sudah dekat
a. Lightening Beberapa minggu sebelum persalinan, calon ibu merasa bahwa
keadaannya menjadi lebih enteng. Ia merasa kurang sesak, tetapi sebaliknya ia
merasa bahwa berjalan sedikit lebih sukar, dan sering diganggu oleh perasaan
nyeri pada anggota bawah.
b. Pollikasuria Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan didapatkan epigastrium
kendor, fundus uteri lebih rendah dari pada kedudukannya dan kepala janin
sudah mulai masuk ke dalam pintu atas panggul. Keadaan ini menyebabkan
kandung kencing tertekan sehingga merangsang ibu untuk sering kencing yang
disebut Pollakisuria.
c. False labor Tiga (3) atau empat (4) minggu sebelum persalinan, calon ibu
diganggu oleh his pendahuluan yang sebetulnya hanya merupakan
peningkatan dari kontraksi Braxton Hicks. His pendahuluan ini bersifat:
 Nyeri yang hanya terasa di perut bagian bawah
 Tidak teratur
 Lamanya his pendek, tidak bertambah kuat dengan majunya waktu dan
bila dibawa jalan malah sering berkurang
 Tidak ada pengaruh pada pendataran atau pembukaan cervix
d. Perubahan cervix Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan cervix
menunjukkan bahwa cervix yang tadinya tertutup, panjang dan kurang lunak,
kemudian menjadi lebih lembut, dan beberapa menunjukkan telah terjadi
pembukaan dan penipisan. Perubahan ini berbeda untuk masingmasing ibu,
misalnya pada multipara sudah terjadi pembukaan 2 cm namun pada primipara
sebagian besar masih dalam keadaan tertutup.
e. Energy Sport Beberapa ibu akan mengalami peningkatan energi kira-kira 24-
28 jam sebelum persalinan mulai. Setelah beberapa hari sebelumnya merasa
kelelahan fisik karena tuanya kehamilan maka ibu mendapati satu hari
sebelum persalinan dengan energi yang penuh. Peningkatan energi ibu ini
tampak dari aktifitas yang dilakukannya seperti membersihkan rumah,
mengepel, mencuci perabot rumah, dan pekerjaan rumah lainnya sehingga ibu
akan kehabisan tenaga menjelang kelahiran bayi, sehingga persalinan menjadi
panjang dan sulit.
f. Gastrointestinal Upsets Beberapa ibu mungkin akan mengalami tanda-tanda
seperti diare, obstipasi, mual dan muntah karena efek penurunan hormon
terhadap sistem pencernaan.
 Tanda-tanda persalinan
Yang merupakan tanda pasti dari persalinan adalah :
a. Timbulnya kontraksi uterus
Biasa juga disebut dengan his persalinan yaitu his pembukaan yang
mempunyai sifat sebagai berikut :
- Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan.
- Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan
- Sifatnya teratur, inerval makin lama makin pendek dan kekuatannya
makin besar
- Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan cervix.
- Makin beraktifitas ibu akan menambah kekuatan kontraksi. Kontraksi
uterus yang mengakibatkan perubahan pada servix (frekuensi minimal 2
kali dalam 10 menit). Kontraksi yang terjadi dapat menyebabkan
pendataran, penipisan dan pembukaan serviks.
b. Penipisan dan pembukaan servix
Penipisan dan pembukaan servix ditandai dengan adanya pengeluaran lendir
dan darah sebagai tanda pemula.
c. Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan lahir)
Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis cervicalis keluar
disertai dengan sedikit darah. Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena
lepasnya selaput janin pada bagian bawah segmen bawah rahim hingga
beberapa capillair darah terputus.

d. Premature Rupture of Membrane


Adalah keluarnya cairan banyak dengan sekonyong-konyong dari jalan lahir.
Hal ini terjadi akibat ketuban pecah atau selaput janin robek. Ketuban
biasanya pecah kalau pembukaan lengkap atau hampir lengkap dan dalam
hal ini keluarnya cairan merupakan tanda yang lambat sekali. Tetapi kadang-
kadang ketuban pecah pada pembukaan kecil, malahan kadang-kadang
selaput janin robek sebelum persalinan. Walaupun demikian persalinan
diharapkan akan mulai dalam 24 jam setelah air ketuban keluar.

3. Factor-faktor yang mempengaruhi terjadinya Persalinan


 Passage (Panggul Ibu)
Passage atau faktor jalan lahir dibagi atas:
1. Bagian keras: tulang tulang panggul (rangka panggul)
Jalan Lahir Keras (panggul) Panggul dibentuk oleh empat buah tulang yaitu: 2
tulang pangkal paha (os coxae) terdiri dari os illium, os ischium dan os pubis, 1
tulang kelangkang (os sacrum), dan 1 tulang tungging (os cocygis) .
Tulang panggul dipisahkan oleh pintu atas panggul menjadi dua bagian:
Panggul palsu/false pelvis (pelvis mayor), yaitu bagian pintu atas panggul dan tidak
berkaitan dengan persalinan.
 Pintu Atas Panggul (PAP): bagian anterior pintu atas panggul, yaitu batas atas
panggul sejati dibentuk oleh tepi atas tulang pubis. Bagian lateral dibentuk
oleh linea iliopektenia, yaitu sepanjang tulang inominata. Bagian posteriornya
dibentuk oleh bagian anterior tepi atas sacrum dan promontorium sacrum.
 Panggul sejati/ true pelvis (pelvis minor)
Bentuk pelvis menyerupai saluran yang menyerupai sumbu melengkung ke
depan. Pelvis minor terdiri atas: pintu atas panggul (PAP) disebut pelvic inlet.
Bidang tengah panggul terdiri dari bidang luas dan bidang sempit panggul.
 Rongga panggul
Merupakan saluran lengkung yang memiliki dinding anterior (depan) pendek
dan dinding posterior jauh lebih cembung dan panjang. Rongga panggul
melekat pada bagian posterior simpisis pubis, ischium, sebagian ilium,
sacrum dan koksigeum.
 Pintu Bawah Panggul
Yaitu batas bawah panggul sejati. Struktur ini berbentuk lonjong agak
menyerupai intan, di bagian anterior dibatasi oleh lengkung pubis, dibagian
lateral oleh tuberosisitas iskium, dan bagian posterior (belakang) oleh ujung
koksigeum

2. Bagian lunak: otot-otot, jaringan- jaringan dan ligament-ligament


a. Tersusun atas segmen bawah uterus, serviks uteri, vagina, muskulus dan
ligamentum yang menyelubungi dinding dalam dan bawah panggul:
1) Permukaan belakang panggul dihubungkan oleh jaringan ikat antara os
sacrum dan ilium dinamakan ligamentum sacroiliaca posterior, bagian
depan dinamakan ligamentum sacro iliaca anterior.
2) Ligamentum yang menghubungkan os sacro tuber os sacrum dan spina
ischium dinamakan ligamentum sacro spinosum.
3) Ligamentum antara os sacrum dan os tuber iskhiadikum dinamakan
ligamentum sacro tuberosum.
4) Pada bagian bawah sebagai dasar pangggul. Diafragma pelvis terdiri
dari bagian otot disebut muskulus levator ani.
5) Bagian membrane disebut diafragma urogenetal.
6) Muskulus levator ani menyelubungi rectum, terdiri atas muskulus pubo
coccygeus,
7) Musculus iliococcygeus dan muskulus ishio coccygeus.
8) Ditengah-tengah muskulus pubococcygea kanan dan kiri ada hiatus
urogenetalis yang merupakan celah berbentuk segitiga. Pada wanita
sekat ini dibatasi sekat yang menyelubungi pintu bawah panggul sebelah
depan dan merupakan tempat keluarnya urettra dan vagina.
9) Fungsi diafragma pelvis adalah untuk menjaga agar genetalia interna
tetap pada tempatnya. Bila muskulus ini menurun fungsinya, maka akan
terjadi prolaps atau turunnya alat genetalia interna.

b. Perineum
Merupakan daerah yang menutupi pintu bawah panggul, terdiri dari:
1) Regio analis, sebelah belakang. Spincter ani eksterna yaitu muskulus
yang mengelilingi anus.
2) Regio urogenetalis terdiri atas muskulus bulbo cavernosus,
ischiocavernosus dan transversus perinei superficialis.

 Power/Kekuatan
Power atau kekuatan terdiri dari:
a. Kontraksi Uterus Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah
his, kontraksi otot otot perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari ligamen.
b. Tenaga mengejan
 Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah tenaga yang
mendorong anak keluar selain his, terutama disebabkan oleh kontraksi
otot-otot dinding perut yang mengakibatkan peninggian tekanan intra
abdominal.
 Tenaga ini serupa dengan tenaga mengejan waktu kita buang air besar tapi
jauh lebih kuat lagi.
 Saat kepala sampai pada dasar panggul, timbul suatu reflek yang
mengakibatkan ibu menutup glottisnya, mengkontraksikan otot-otot
perutnya dan menekan diafragmanya kebawah.
 Tenaga mengejan ini hanya dapat berhasil, bila pembukaan sudah lengkap
dan paling efektif sewaktu ada his.
 Tanpa tenaga mengejan ini anak tidak dapat lahir, misalnya pada penderita
yang lumpuh otot-otot perutnya, persalinan harus dibantu dengan forceps
 Tenaga mengejan ini juga melahirkan placenta setelah placenta lepas dari
dinding rahim.
 Passenger/Buah kehamilan: janin, plasenta dan air ketuban
a. Presentasi Janin
1) Presentasi janin: bagian janin yang pertama kali memasuki PAP dan terus
melalui jalan lahir saat persalinan mencapai aterm.
2) Bagian presentasi: bagian tubuh janin yang pertama kali teraba oleh jari
pemeriksa saat melakukan pemeriksaan dalam
3) Bagian presentasi: presentasi kepala, presentasi bokong, presentasi bahu,
presentasi muka, dll.
b. Presentasi Kepala
c. Letak Janin
1) Letak janin: hubungan antara sumbu panjang (punggung) janin terhadap
sumbu panjang (punggung) ibu.
2) Letak janin: memanjang, melintang, obliq/miring
3) Letak janin memanjang: letak kepala, letak bokong.
4) Sikap Janin
5) Sikap: hubungan bagian tubuh janin yang satu dengan yang lain, hal ini
sebagian merupakan akibat pola pertumbuhan janin dan sebagian akibat
penyesuaian janin terhadap bentuk rongga rahim.
6) Sikap: Fleksi umum, punggung janin sangat fleksi, kepala fleksi kearah
sendi lutut, tangan disilangkan di depan toraks dan tali pusat terletak di
antara lengan dan tungkai.
d. Posisi Janin Posisi: hubungan antara bagian presentasi (occiput, sacrum,
mentum, sinsiput/puncak kepala menengadah) yang merupakan indikator
untuk menetapkan arah bagian terbawah janin apakah sebelah kanan, kiri,
depan atau belakang terhadap empat kuadran panggul ibu, missal pada letak
belakang kepala (LBK) ubun-ubun kecil (UUK) kiri depan, UUK kanan
belakang.
e. Variasi Posisi Kepala Letak belakang kepala (LBK) ditentukan dengan
Indikator: ubun-ubun kecil (UUK) Variasi posisi:
1) Ubun-ubun kecil kiri depan (uuk ki-dep)
2) Ubun-ubun kecil kiri belakang (uuk ki-bel)
3) Ubun-ubun kecil melintang kiri (uuk mel-ki)
4) Ubun-ubun kecil kanan depan (uuk ka-dep)
5) Ubun-ubun kecil kanan belakang (uuk ka-bel)
6) Ubun-ubun kecil melintang kanan (uuk mel-ka)
f. Presentasi Dahi Letak dahi ditentukan dengan Indikator: teraba dahi dan ubun-
ubun besar (UUB)
1) Variasi posisi:
2) Ubun-ubun besar kiri depan (uub ki-dep)
3) Ubun-ubun besar kiri belakang (uub ki-bel)
4) Ubun-ubun besar melintang kiri (uub mel-ki)
5) Ubun-ubun besar kanan depan (uub ka-dep)
6) Ubun-ubun besar kanan belakang (uub ka-bel)
7) Ubun-ubun besar melintang kanan (uub mel-ka)
g. Presentasi Muka Letak muka ditentukan dengan Indikator: dagu (mento).
Variasi posisi:
1) Dagu kiri depan (da ki-dep)
2) Dagu kiri belakang (da ki-bel)
3) Dagu melintang kiri (da mel-ki)
4) Dagu kanan depan (da ka-dep)
5) Dagu kanan belakang (da ka-bel)
6) Dagu melintang kanan (da mel-ka)
h. Presentasi Bokong Letak bokong ditentukan dengan Indikator: sacrum. Variasi
posisi:
1) Sacrum kiri depan (sa ki-dep)
2) Sacrum kanan depan (sa ka-dep)
3) Sacrum kanan belakang (sa ka-bel)
4) Sacrum melintang kanan (sa mel-ka)
i. Presentasi Vertex (Oksipito Anterior) Oksipito Anterior Kanan Oksipito
Anterior Kiri
j. Presentasi Muka Mento anterior kanan Mento posterior kanan
k. Plasenta (Uri)
Plasenta adalah produk kehamilan yang akan lahir mengiringi kelahiran janin,
yang berbentuk bundar atau oval, ukuran diameter 15- 20 cm, tebal 2-3 cm,
berat plasenta 500 - 600 gram. Letak plasenta yang normal: pada korpus uteri
bagian depan atau bagian belakang agak ke arah fundus uteri. Bagian plasenta:
permukaan maternal, permukaan fetal, selaput ketuban, tali pusat. Variasi
anatomi plasenta :
1) Plasenta suksenturiata
2) Plasenta sirkumvalata insersi lateralis
3) Insersi battledore tali pusat insersi marginalis
4) Insersi velamentosa
5) Plasenta bipartite
6) Plasenta tripartite
i. Air ketuban
Volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan kira-kira 1000-1500 cc.
Ciri-ciri air ketuban: berwarna putih keruh, berbau amis dan berasa manis,
reaksinya agak alkalis dan netral, dengan berat jenis 1,008. Komposisi:
terdiri atas 98% air, sisanya albumin, urea, asam uric, kreatinin, sel-sel
epitel, rambut lanugo, verniks caseosa, dan garam organic. Kadar protein
kira-kira 2,6% gram per liter, terutama albumin. m. Fungsi air ketuban Pada
persalinan: selama selaput ketuban tetap utuh, cairan amnion/air ketuban
melindungi plasenta dan tali pusat dari tekanan kontraksi uterus. Cairan
ketuban juga membantu penipisan dan dilatasi cerviks.

 Psikologis
Kelahiran bayi merupakan peristiwa penting bagi kehidupan seorang ibu dan
keluarganya. Banyak ibu mengalami psikis (kecemasan, keadaan emosional
wanita) dalam menghadapi persalinan, hal ini perlu diperhatikan oleh seseorang
yang akan menolong persalinan. Perasaan cemas, khawatir akan mempengaruhi
hormone stress yang akan mengakibatkan komplikasi persalinan. Tetapi sampai
saat ini hampir tidak ada catatan yang menyebutkan mengenai hormone stress
terhadap fungsi uteri, juga tidak ada catatan mengenai hubungan antara
kecemasan ibu, pengaruh lingkungan, hormone stress dan komplikasi persalinan.
Namun demikian seseorang penolong persalinan harus memperhatikan keadaan
psikologis ibu yang akan melahirkan karena keadaan psikologis mempunyai
pengaruh terhadap persalinan dan kelahiran.
 Penolong
Penolong persalinan perlu kesiapan, dan menerapkan asuhan sayang ibu.
Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan dan
keinginan sang ibu. Beberapa prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah dengan
mengikut sertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran
bayi. Banyak penelitian menunjukkan bahwa jika para ibu diperhatikan dan diberi
dukungan selama persalinan dan kelahiran bayi serta mengetahui dengan baik
mengenai proses persalinan dan asuhan yang akan mereka terima, mereka akan
mendapatkan rasa aman dan hasil yang lebih baik (Enkin, et al,2000).
Disebutkan pula bahwa hal tersebut diatas dapat mengurangi terjadinya
persalinan dengan vakum, cunam, dan seksio sesar, dan persalinan berlangsung
lebih cepat (Enkin, et al, 2000).
Prisip umum dari asuhan sayang ibu yang harus diikuti oleh bidan adalah:
a. Rawat ibu dengan penuh hormat.
b. Mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang dikatakan ibu. Hormati
pengetahuan dan pemahaman mengenai tubuhnya. Ingat bahwa mendengar
sama pentingnya dengan memberikan nasihat
c. Menghargai hak-hak ibu dan memberikan asuhan yang bermutu serta sopan.
d. Memberikan asuhan dengan memperhatikan privasi.
e. Selalu menjelaskan apa yang akan dikerjakan sebelum anda melakukannya
serta meminta izin dahulu.
f. Selalu mendiskusikan temuan-temuan kepada ibu, serta kepada siapa saja
yang ia inginkan untuk berbagi informasi ini.
g. Selalu mendiskusikan rencana dan intervensi serta pilihan yang sesuai dan
tersedia bersama ibu.
h. Mengizinkan ibu untuk memilih siapa yang akan menemaninya selama
persalinan, kelahiran dan pasca salin.
i. Mengizinkan ibu menggunakan posisi apa saja yang diinginkan selama
persalinan dan kelahiran.
j. Menghindari penggunaan suatu tindakan medis yang tidak perlu (episiotomy,
pencukuran dan enema).
k. Memfasilitasi hubungan dini antara ibu dan bayi baru lahir (Bounding and
attachment).

4. Mekanisme Persalinan
Turunnya kepala dibagi dalam beberapa fase sebagai berikut.
1). Masuknya kepala janin dalam PAP
a. Masuknya kepala ke dalam PAP terutama pada primigravida terjadi pada bulan
terakhir kehamilan tetapi pada multipara biasanya terjadi pada permulaan
persalinan.
b. Masuknya kepala ke dalam PAP biasanya dengan sutura sagitalis melintang
menyesuaikan dengan letak punggung (Contoh: apabila dalam palpasi
didapatkan punggung kiri maka sutura sagitalis akan teraba melintang kekiri/
posisi jam 3 atau sebaliknya apabila punggung kanan maka sutura sagitalis
melintang ke kanan/posisi jam 9) dan pada saat itu kepala dalam posisi fleksi
ringan.
c. Jika sutura sagitalis dalam diameter anteroposterior dari PAP maka masuknya
kepala akan menjadi sulit karena menempati ukuran yang terkecil dari PAP
d. Jika sutura sagitalis pada posisi di tengah-tengah jalan lahir yaitu tepat di antara
symphysis dan promontorium, maka dikatakan dalam posisi ”synclitismus” pada
posisi synclitismus os parietale depan dan belakang sama tingginya.
e. Jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati symphisis atau agak ke belakang
mendekati promontorium, maka yang kita hadapi adalah posisi ”asynclitismus”
f. Acynclitismus posterior adalah posisi sutura sagitalis mendekati symphisis dan
os parietale belakang lebih rendah dari os parietale depan.
g. Acynclitismus anterior adalah posisi sutura sagitalis mendekati promontorium
sehingga os parietale depan lebih rendah dari os parietale belakang
h. Pada saat kepala masuk PAP biasanya dalam posisi asynclitismus posterior
ringan. Pada saat kepala janin masuk PAP akan terfiksasi yang disebut dengan
engagement.
2). Majunya Kepala janin
a. Pada primi gravida majunya kepala terjadi setelah kepala masuk ke dalam
rongga panggul dan biasanya baru mulai pada kala II
b. Pada multi gravida majunya kepala dan masuknya kepala dalam rongga panggul
terjadi bersamaan.
c. Majunya kepala bersamaan dengan gerakan-gerakan yang lain yaitu: fleksi,
putaran paksi dalam, dan ekstensi
d. Majunya kepala disebabkan karena: 1) Tekanan cairan intrauterin 2) Tekanan
langsung oleh fundus uteri oleh bokong 3) Kekuatan mengejan 4) Melurusnya
badan bayi oleh perubahan bentuk rahim
3). Fleksi
a. Fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan ukuran yang paling kecil
yaitu dengan diameter suboccipito bregmatikus (9,5 cm) menggantikan
suboccipito frontalis (11 cm)
b. Fleksi disebabkan karena janin didorong maju dan sebaliknya mendapat tahanan
dari pinggir PAP, cervix, dinding panggul atau dasar panggul
c. Akibat adanya dorongan di atas kepala janin menjadi fleksi karena momement
yang menimbulkan fleksi lebih besar daripada moment yang menimbulkan
defleksi
d. Sampai di dasar panggul kepala janin berada dalam posisi fleksi maksimal.
Kepala turun menemui diafragma pelvis yang berjalan dari belakang atas ke
bawah depan
e. Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intra uterin yang
disebabkan oleh his yang berulang-ulang, kepala mengadakan rotasi yang
disebut sebagai putaran paksi dalam
4). Putaran paksi dalam
a. Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa
sehingga bagian terendah dari bagian depan memutar ke depan ke bawah
symphisis
b. Pada presentasi belakang kepala bagian terendah adalah daerah ubun-ubun kecil
dan bagian ini akan memutar ke depan ke bawah symphisis
c. Putaran paksi dalam mutlak diperlukan untuk kelahiran kepala, karena putaran
paksi merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk
jalan lahir khususnya bentuk bidang tengah dan pintu bawah panggul
d. Putaran paksi dalam terjadi bersamaan dengan majunya kepala dan tidak terjadi
sebelum kepala sampai di Hodge III, kadang-kadang baru terjadi setelah kepala
sampai di dasar panggul
e. Sebab-sebab terjadinya putaran paksi dalam: 1) Pada letak fleksi, bagian kepala
merupakan bagian terendah dari kepala 2) Bagian terendah dari kepala mencari
tahanan yang paling sedikit terdapat sebelah depan atas dimana terdapat hiatus
genitalis antara muskulus levator ani kiri dan kanan 3) Ukuran terbesar dari
bidang tengah panggul ialah diameter anteroposterior
5). Ekstensi
a. Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai di dasar panggul,
terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu
jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan di atas, sehingga
kepala harus mengadakan ekstensi untuk dapat melewati pintu bawah panggul.
b. Dalam rotasi UUK akan berputar ke arah depan, sehingga di dasar panggul UUK
berada di bawah simfisis, dengan suboksiput sebagai hipomoklion kepala
mengadakan gerakan defleksi untuk dapat dilahirkan.
c. Pada saat ada his vulva akan lebih membuka dan kepala janin makin tampak.
Perineum menjadi makin lebar dan tipis, anus membuka dinding rektum.
d. Dengan kekuatan his dan kekuatan mengejan, maka berturut-turut tampak
bregmatikus, dahi, muka, dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi.
e. Sesudah kepala lahir, kepala segera mengadakan rotasi, yang disebut putaran
paksi luar
6). Ekstensi
a. Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai di dasar panggul,
terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu
jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan di atas, sehingga
kepala harus mengadakan ekstensi untuk dapat melewati pintu bawah panggul
b. Jika tidak terjadi ekstensi maka kepala akan tertekan pada perineum dan
menembusnya
c. Kepala bekerja dengan 2 kekuatan yaitu satu mendesak ke bawah dan satunya
lagi menolak ke atas karena adanya tahanan dasar panggul
d. Setelah subocciput tertahan di pinggir bawah symphysis, maka yang dapat maju
adalah bagian yang berhadapan dengan subocciput
7). Putaran paksi luar
a. Putaran paksi luar adalah gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam terjadi,
untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung janin.
b. Bahu melintasi PAP dalam posisi miring.
c. Di dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul
yang dilaluinya hingga di dasar panggul, apabila kepala telah dilahirkan bahu
akan berada dalam posisi depan belakang.
d. Selanjutnya dilahirkan bahu depan terlebih dulu baru kemudian bahu belakang,
kemudian bayi lahir seluruhnya.
5. Kebutuhan Ibu bersalin dan BBL
Menurut Abraham Maslow, kebutuhan dasar manusia adalah suatu kebutuhan
manusia yang paling dasar/pokok/utama yang apabila tidak terpenuhi akan terjadi
ketidakseimbangan di dalam diri manusia. Kebutuhan dasar manusia terdiri dari
kebutuhan fisiologis (tingkatan yang paling rendah/dasar), kebutuhan rasa aman dan
perlindungan, kebutuhan akan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, dan
kebutuhan akan aktualisasi diri. Kebutuhan fisiologis diantaranyaadalah kebutuhan
akan oksigen, cairan (minuman), nutrisi (makanan), keseimbangan suhu tubuh,
eliminasi, tempat tinggal, personal hygiene, istirahat dan tidur, serta kebutuhan
seksual.
Kebutuhan fisiologis ibu bersalin merupakan suatu kebutuhan dasar pada ibu
bersalin yang harus dipenuhi agar proses persalinan dapat berjalan dengan lancar.
Kebutuhan dasar ibu bersalin yang harus diperhatikan bidan untuk dipenuhi yaitu
kebutuhan oksigen, cairan dan nutrisi, eliminasi, hygiene (kebersihan personal),
istirahat, posisi dan ambulasi, pengurangan rasa nyeri, penjahitan perineum (jika
diperlukan), serta kebutuhan akan pertolongan persalinan yang terstandar. Pemenuhan
kebutuhan dasar ini berbeda-beda, tergantung pada tahapan persalinan, kala I, II, III
atau IV. Adapun kebutuhan fisiologis ibu bersalin adalah sebagai berikut:

 Kebutuhan Oksigen
Pemenuhan kebutuhan oksigen selama proses persalinan perlu
diperhatikan oleh bidan, terutama pada kala I dan kala II, dimana oksigen yang
ibu hirup sangat penting artinya untuk oksigenasi janin melalui plasenta. Suplai
oksigen yang tidak adekuat, dapat menghambat kemajuan persalinan dan dapat
mengganggu kesejahteraan janin. Oksigen yang adekuat dapat diupayakan dengan
pengaturan sirkulasi udara yang baik selama persalinan. Ventilasi udara perlu
diperhatikan, apabila ruangan tertutup karena menggunakan AC, maka pastikan
bahwa dalam ruangan tersebut tidak terdapat banyak orang. Hindari menggunakan
pakaian yang ketat, sebaiknya penopang payudara/BH dapat dilepas/dikurangi
kekencangannya. Indikasi pemenuhan kebutuhan oksigen adekuat adalah Denyut
Jantung Janin (DJJ) baik dan stabil.

 Kebutuhan Cairan Dan Nutrisi


Kebutuhan cairan dan nutrisi (makan dan minum) merupakan kebutuhan
yang harus dipenuhi dengan baik oleh ibu selama proses persalinan. Pastikan
bahwa pada setiap tahapan persalinan (kala I, II, III, maupun IV), ibu
mendapatkan asupan makan dan minum yang cukup. Asupan makanan yang
cukup (makanan utama maupun makanan ringan), merupakan sumber dari
glukosa darah, yang merupakan sumber utama energi untuk sel-sel tubuh.
Kadar gula darah yang rendah akan mengakibatkan hipoglikemia.
Sedangkan asupan cairan yang kurang, akan mengakibatkan dehidrasi pada ibi
bersalin. Pada ibu bersalin, hipoglikemia dapat mengakibatkan komplikasi
persalinan baik ibu maupun janin. Pada ibu, akan mempengaruhi kontraksi/his,
sehingga akan menghambat kemajuan persalinan dan meningkatkan insiden
persalinan dengan tindakan, serta dapat meningkatkan risiko perdarahan
postpartum. Pada janin, akan mempengaruhi kesejahteraan janin, sehingga dapat
mengakibatkan komplikasi persalinan seperti asfiksia.
Dehidrasi pada ibu bersalin dapat mengakibatkan melambatnya
kontraksi/his, dan mengakibatkan kontraksi menjadi tidak teratur. Ibu yang
mengalami dehidrasi dapat diamati dari bibir yang kering, peningkatan suhu
tubuh, dan eliminasi yang sedikit. Dalam memberikan asuhan, bidan dapat
dibantu oleh anggota keluarga yang mendampingi ibu. Selama kala I, anjurkan
ibu untuk cukup makan dan minum, untuk mendukung kemajuan persalinan. Pada
kala II, ibu bersalin mudah sekali mengalami dehidrasi, karena terjadi
peningkatan suhu tubuh dan terjadinya kelelahan karena proses mengejan.
Untuk itu disela-sela kontraksi, pastikan ibu mencukupi kebutuhan
cairannya (minum). Pada kala III dan IV, setelah ibu berjuang melahirkan bayi,
maka bidan juga harus memastikan bahwa ibu mencukupi kebutuhan nutrisi dan
cairannya, untuk mencegah hilangnya energi setelah mengeluarkan banyak tenaga
selama kelahiran bayi (pada kala II).
 Kebutuhan Eliminasi
Pemenuhan kebutuhan eliminasi selama persalinan perlu difasilitasi oleh
bidan, untuk membantu kemajuan persalinan dan meningkatkan kenyamanan
pasien. Anjurkan ibu untuk berkemih secara spontan sesering mungkin atau
minimal setiap 2 jam sekali selama persalinan. Kandung kemih yang penuh, dapat
mengakibatkan:
1. Menghambat proses penurunan bagian terendah janin ke dalam rongga
panggul, terutama apabila berada di atas spina isciadika
2. Menurunkan efisiensi kontraksi uterus/his
3. Mengingkatkan rasa tidak nyaman yang tidak dikenali ibu karena bersama
dengan munculnya kontraksi uterus
4. Meneteskan urin selama kontraksi yang kuat pada kala II
5. Memperlambat kelahiran plasenta
6. Mencetuskan perdarahan pasca persalinan, karena kandung kemih yang
penuh menghambat kontraksi uterus.
Apabila masih memungkinkan, anjurkan ibu untuk berkemih di kamar mandi,
namun apabila sudah tidak memungkinkan, bidan dapat membantu ibu untuk
berkemih dengan wadah penampung urin. Bidan tidak dianjurkan untuk
melakukan kateterisasi kandung kemih secara rutin sebelum ataupun setelah
kelahiran bayi dan placenta. Kateterisasi kandung kemih hanya dilakukan
apabila terjadi retensi urin, dan ibu tidak mampu berkemih secara mandiri.
Kateterisasi akan meningkatkan resiko infeksi dan trauma atau perlukaan
pada saluran kemih ibu.
Sebelum memasuki proses persalinan, sebaiknya pastikan bahwa ibu
sudah BAB. Rektum yang penuh dapat mengganggu dalam proses kelahiran
janin. Namun apabila pada kala I fase aktif ibu mengatakan ingin BAB, bidan
harus memastikan kemungkinan adanya tanda dan gejala kala II. Apabila
diperlukan sesuai indikasi, dapat dilakukan lavement pada saat ibu masih
berada pada kala I fase latent.
 Kebutuhan Hygiene (Kebersihan Personal)
Kebutuhan hygiene (kebersihan) ibu bersalin perlu diperhatikan bidan
dalam memberikan asuhan pada ibu bersalin, karena personal hygiene yang baik
dapat membuat ibu merasa aman dan relax, mengurangi kelelahan, mencegah
infeksi, mencegah gangguan sirkulasi darah, mempertahankan integritas pada
jaringan dan memelihara kesejahteraan fisik dan psikis. Tindakan personal
hygiene pada ibu bersalin yang dapat dilakukan bidan diantaranya: membersihkan
daerah genetalia (vulva-vagina, anus), dan memfasilitasi ibu untuk menjaga
kebersihan badan dengan mandi. Mandi pada saat persalinan tidak dilarang. Pada
sebagian budaya, mandi sebelum proses kelahiran bayi merupakan suatu hal yang
harus dilakukan untuk mensucikan badan, karena proses kelahiran bayi
merupakan suatu proses yang suci dan mengandung makna spiritual yang dalam.
Secara ilmiah, selain dapat membersihkan seluruh bagian tubuh, mandi juga dapat
meningkatkan sirkulasi darah, sehingga meningkatkan kenyamanan pada ibu, dan
dapat mengurangi rasa sakit. Selama proses persalinan apabila memungkinkan ibu
dapat diijinkan mandi di kamar mandi dengan pengawasan dari bidan.
Pada kala I fase aktif, dimana terjadi peningkatan bloodyshow dan ibu
sudah tidak mampu untuk mobilisasi, maka bidan harus membantu ibu untuk
menjaga kebersihan genetalianya untuk menghindari terjadinya infeksi
intrapartum dan untuk meningkatkan kenyamanan ibu bersalin.
Membersihkan daerah genetalia dapat dilakukan dengan melakukan vulva
hygiene menggunakan kapas bersih yang telah dibasahi dengan air Disinfeksi
Tingkat Tinggi (DTT), hindari penggunaan air yang bercampur antiseptik maupun
lisol. Bersihkan dari atas (vestibulum), ke bawah (arah anus). Tindakan ini
dilakukan apabila diperlukan, misalnya setelah ibu BAK, setelah ibu BAB,
maupun setelah ketuban pecah spontan.
Pada kala II dan kala III, untuk membantu menjaga kebersihan diri ibu
bersalin, maka ibu dapat diberikan alas bersalin (under pad) yang dapat menyerap
cairan tubuh (lendir darah, darah, air ketuban) dengan baik. Apabila saat
mengejan diikuti dengan faeses, maka bidan harus segera membersihkannya, dan
meletakkannya di wadah yang seharusnya. Sebaiknya hindari menutupi bagian
tinja dengan tisyu atau kapas ataupun melipat undarpad.
Pada kala IV setelah janin dan placenta dilahirkan, selama 2 jam
observasi, maka pastikan keadaan ibu sudah bersih. Ibu dapat dimandikan atau
dibersihkan di atas tempat tidur. Pastikan bahwa ibu sudah mengenakan pakaian
bersih dan penampung darah (pembalut bersalin, underpad) dengan baik. Hindari
menggunakan pot kala, karena hal ini mengakibatkan ketidaknyamanan pada ibu
bersalin. Untuk memudahkan bidan dalam melakukan observasi, maka celana
dalam sebaiknya tidak digunakan terlebih dahulu, pembalut ataupun underpad
dapat dilipat disela-sela paha.

 Kebutuhan Istirahat
Selama proses persalinan berlangsung, kebutuhan istirahat pada ibu
bersalin tetap harus dipenuhi. Istirahat selama proses persalinan (kala I, II, III
maupun IV) yang dimaksud adalah bidan memberikan kesempatan pada ibu untuk
mencoba relaks tanpa adanya tekanan emosional dan fisik. Hal ini dilakukan
selama tidak ada his (disela-sela his). Ibu bisa berhenti sejenak untuk melepas
rasa sakit akibat his, makan atau minum, atau melakukan hal menyenangkan yang
lain untuk melepas lelah, atau apabila memungkinkan ibu dapat tidur.
Namun pada kala II, sebaiknya ibu diusahakan untuk tidak mengantuk.
Setelah proses persalinan selesai (pada kala IV), sambil melakukan observasi,
bidan dapat mengizinkan ibu untuk tidur apabila sangat kelelahan. Namun sebagai
bidan, memotivasi ibu untuk memberikan ASI dini harus tetap dilakukan. Istirahat
yang cukup setelah proses persalinan dapat membantu ibu untuk memulihkan
fungsi alat-alat reproduksi dan meminimalisasi trauma pada saat persalinan.

 Posisi Dan Ambulasi


Posisi persalinan yang akan dibahas adalah posisi persalinan pada kala I
dan posisi meneran pada kala II. Ambulasi yang dimaksud adalah mobilisasi ibu
yang dilakukan pada kala I. Persalinan merupakan suatu peristiwa fisiologis tanpa
disadari dan terus berlangsung/progresif. Bidan dapat membantu ibu agar tetap
tenang dan rileks, maka bidan sebaiknya tidak mengatur posisi persalinan dan
posisi meneran ibu. Bidan harus memfasilitasi ibu dalam memilih sendiri posisi
persalinan dan posisi meneran, serta menjelaskan alternatif-alternatif posisi
persalinan dan posisi meneran bila posisi yang dipilih ibu tidak efektif. Bidan
harus memahami posisi-posisi melahirkan, bertujuan untuk menjaga agar proses
kelahiran bayi dapat berjalan senormal mungkin. Dengan memahami posisi
persalinan yang tepat, maka diharapkan dapat menghindari intervensi yang tidak
perlu, sehingga meningkatkan persalinan normal. Semakin normal proses
kelahiran, semakin aman kelahiran bayi itu sendiri.

6. Penapisan
Rujuk ibu, apabila didapati salah satu atau lebih gejala penyulit seperti berikut :
1. Pernah di operasi seksio sesaria (ada riwayat bedah sesar),
2. Perdarahan pervagina( jalan lahir) selain lender bercampur darah,
3. Persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu),
4. Ketuban pecah dengan mekonium yang kental (cairan berwarna keruh),
5. Ketuban pecah sudah lama (lebih dari 24 jam),
6. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan (kurang dari 37 minggu),
7. Ikterus,
8. Anemia berat,
9. Tanda/gejala infeksi
10. Preeklampsia/hipertensi dalam kehamilan (tekanan darah lebih 160/110),
11. Tinggi fundus  40 cm/lebih (perut bumil lebih besar dari pada orang hamil biasanya),
12. Gawat janin ( ada tanda gerakan janin berkurang dari 10 gerakan dalam 1 hari),
13. Primipara dalam fase aktif persalinan dengan palpasi kepala janin masih 5/5,
14. Presentasi bukan kepala (letak bayi sungsang),
15. Presentasi ganda,
16. Kehamilan ganda (bayinya kembar)
17. Tali pusat menumbung,
18. Syok.
7. Standar Asuhan Persalinan ( Kala I s.d IV )
Menurut Kementerian Kesehatan RI, (2015), Penatalaksanaan pada asuhan
persalinan normal antara lain:
 Asuhan persalinan kala I
a. Mendiagnosis inpartu
Tanda-tanda yang harus diperhatikan dalam membuat diagnosis inpartu yaitu,
penipisan dan pembukaan servik, kontraksi uterus yang mengakibatkan
pembukaan serviks (minimal 2 kali dalam 10 menit), lendir bercampur darah
(blood show) melalui vagina.
b. Pemantauan his yang adekuat
Pemantauan his yang adekuat dilakukan dengan cara menggunakan jarum detik.
Secara hati-hati, letakkan tangan penolong di atas uterus dan palpasi, hitung
jumlah kontraksi yang terjadi dalam kurun waktu 10 menit dan tentukan durasi
atau lama setiap kontraksi yang terjadi. Pada fase aktif, minimal terjadi dua
kontraksi dalam 10 menit dan lama kontraksi adalah 40 detik atau lebih. Di antara
dua kontraksi akan terjadi relaksasi dinding uterus.
c. Memberikan asuhan sayang ibu selama proses persalinan
Persalinan saat yang menegangkan dan dapat menggugah emosi ibu dan
keluarganya atau bahkan dapat menjadi saat yang menakutkan bagi ibu. Upaya
untuk mengatasi gangguan emosional dan pengalaman yang menegangkan 27
tersebut sebaiknya dilakukan melalui asuhan sayang ibu selama persalinan dan
proses kelahiran bayinya.
d. Penapisan untuk mendeteksi kemungkinan komplikasi gawat darurat kala I
persalinan.
Pemberian asuhan bagi ibu bersalin, penolong harus selalu waspada terhadap
kemungkinan timbulnya masalah atau penyulit. Ingat bahwa menunda pemberian
asuhan kegawatdaruratan akan meningkatkan risiko kematian dan kesakitan ibu
dan bayi baru lahir. Selama anamnesis dan pemeriksaan fisik tetap waspada
terhadap indikasi kegawatdaruratan. Langkah dan tindakan yang akan dipilih
sebaiknya dapat memberikan manfaat dan memastikan bahwa proses persalinan
akan berlangsung aman dan lancar sehingga akan berdampak baik terhadap
keselamatan ibu dan bayi yang akan dilahirkan ( Kementerian Kesehatan RI, ,
2015).
e. Persiapan perlengkapan, bahan dan obat yang diperlukan
Harus tersedia daftar perlengkapan, bahan dan obat yang diperlukan untuk
asuhan persalinan dan kelahiran bayi serta adanya serah terima antar petugas
pada saat pertukaran waktu jaga. Setiap petugas harus memastikan kelengkapan
dan kondisinya dalam keadaan aman dan siap pakai.

 Asuhan persalinan kala II


a. Mendiagnosis kala II
Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan serviks lengkap dan berakhir dengan
lahirnya bayi.
b. Mengenal tanda gejala kala II dan tanda pasti kala II
Memperhatikan adanya dorongan untuk meneran, adanya tekanan pada anus,
perineum menonjol dan vulva–vagina dan sfingter ani membuka serta
meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.

 Asuhan persalinan kala III


a. Tujuan manajemen aktif kala III (MAK III)
Tujuan MAK III adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif
sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan, dan mengurangi
kehilangan darah selama kala III persalinan jika dibandingkan dengan
penatalaksanaan fisiologis.
b. Mengetahui fisiologi kala III
Pada kala III persalinan, otot uterus berkontraksi mengikuti penyusutan volume
rongga uterus. Tempat implantasi plasenta mengalami pengerutan akibat
pengosongan kavum uteri dan kontraksi lanjutan, sehingga plasenta dilepaskan
dari pelekatannya dan pengumpulan darah pada ruang uteroplasenter akan
mendorong plasenta ke luar dari jalan lahir. Terdapat tanda-tanda lepasnya
plasenta, yaitu perubahan bentuk dan tinggi fundus uterus, tali pusat memanjang
dan semburan darah mendadak ( Kementerian Kesehatan RI, 2015).
c. Keuntungan manajemen aktif kala III
Beberapa keuntungan manajemen aktif kala III yaitu, persalinan kala III menjadi
singkat, mengurangi jumlah kehilangan darah dan mengurangi kejadian retensio
plasenta (JNPK-KR, 2017).
d. Langkah Manajemen Aktif Kala III
Sesuai Standar (i) Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit setelah bayi lahir
29 (ii) Melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT) (iii)Masase fundus
uteri

 Asuhan persalinan kala IV


a. Pemantauan kala IV
Pemantauan Kala IV setiap 15 menit pada jam pertama, dan setiap 30 menit pada
jam ke dua. Keadaan yang dipantau meliputi keadaan umum ibu, tekanan darah,
pernapasan, suhu dan nadi, tinggi fundus uteri, kontraksi, kandung kemih, dan
jumlah darah.
b. Memeriksa dan menilai perdarahan
Periksa dan temukan penyebab perdarahan meskipun sampai saat ini belum ada
metode yang akurat untuk memperkirakan jumlah darah yang keluar. Estimasi
perdarahan yaitu, apabila perdarahan menyebabkan terjadinya perubahan tanda
vital (hipotensi), maka jumlah darah yang keluar telah mencapai 1.000– 1.200
ml. Apabila terjadi syok hipovolemik, maka jumlah perdarahan telah mencapai
2.000–2.500 ml (Kemenkes R.I, 2015 ).

c. Penjahitan perineum
Jika ditemukan robekan perineum atau adanya luka episiotomi lakukan
penjahitan laserasi perineum dan vagina yang bertujuan menyatukan kembali
jaringan tubuh dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu.

D. Nifas dan Menyusui


1. Pengertian nifas dan Kunjungan Nifas
Beberapa pengertian tentang masa nifas sebagai berikut:
a. Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika
alatalat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. masa nifas
berlangsung kirakira 6 minggu, akan tetapi, seluruh alat genital baru pulih kembali
seperti keadaan sebelum hamil dalam waktu 3 bulan (Prawirohardjo, 2009;
Saifuddin, 2002).
b. Masa nifas adalah masa segera setelah kelahiran sampai 6 minggu. selama masa
ini, fisiologi saluran reproduktif kembali pada keadaan yang normal
(Cunningham, 2007).
c. Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai
sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas 6-8
minggu (Mochtar, 2010).
d. Masa puerperium atau masa nifas dimulai setelah persalinan selesai, dan berakhir
setelah kira-kira 6 minggu (Wiknjosastro, 2005).
e. Periode pasca partum (Puerperium) adalah masa enam minggu sejak bayi lahir
sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil
(Bobak, 2004). Dari berbagai uraian yang menjelaskan tentang pengertian masa
nifas, dapat disimpulkan bahwa masa nifas adalah dimulai setelah persalinan
selesai dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil yang berlangsung selama 6 minggu.

2. Fisiologis Nifas
Kehamilan dan persalinan merupakan peristiwa fisiologis, maka konsepnya pada
masa postpartum tubuh akan kembali pulih. Pemulihan ini melibatkan konteks tubuh
sebagai sistem organ yang saling terkait, maka perubahan-perubahan fisik yang terjadi
pada ibu pada masa postpartum merupakan perubahan sistem tubuh, dalam suatu
jejaring yang saling terkait. Jika terjadi nyeri yang lama dan tidak diharapkan, atau ibu
merasakan ketidaknyamanan pada masa postpartum, adanya faktor risiko, penyulit,
adanya tanda komplikasi atau perubahan yang mengarah ke patologi, harus mampu
dideteksi oleh bidan sebagai pemberi asuhan dan dapat dilakukan antisipasi tindakan
segera pada lingkup manajemen kebidanan.
Medforth, Battersby, Evans, Marsh, & Walker (2002) memaparkan tentang tujuan
melakukan pengkajian aspek fisiologis dalam asuhan postpartum adalah sebagai berikut.
1) Untuk memastikan kesehatan fisik dan untuk mendeteksi adanya penyimpangan
dari normal.
2) Sebuah metode pemeriksaan dari ujung kepala sampai ujung kaki (top to-toe),
yang disertai dengan diskusi tentang kesehatan ibu.
3) Interpretasi pasti tentang temuan akan bergantung pada:
 Apakah ibu mengalami kehamilan normal, persalinan pervaginam secara
spontan.
 Masalah kesehatan atau obstetri yang sudah ada sebelumnya.
 Masalah yang terjadi dalam persalinan.

Selain itu, Medforth, Battersby, Evans, Marsh, & Walker (2002) juga menjelaskan
tentang perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada masa nifas meliputi hal-hal
berikut ini.
1) Involusi uterus dan bagian lain pada saluran genetalia.
2) Permulaan hingga proses laktasi.
3) Perubahan fisiologis dalam berbagai sistem tubuh lain.
4) Perubahan tanda-tanda vital, yang meliputi:
 Suhu kisaran pada suhu tubuh normal adalah antara 36,5-37,5°C. Kenaikan
suhu tubuh dapat mengindikasikan adanya tanda infeksi.
 Denyut nadi pada kisaran normal adalah 60-80x/menit. Frekuensi nadi yang
cepat dapat juga mengindikasikan terjadinya infeksi.
 Frekuensi pernapasan pada kisaran normal 12-16x/menit di saat istirahat.
 Tekanan darah harus kembali ke batas normal dalam 24 jam setelah kelahiran.
Waspada adanya kenaikan tekanan darah sebagai salah satu tanda
preeklampsi/eklampsi. Untuk diingat bahwa preeklampsi/eklampsi dapat terjadi
selama kehamilan, persalinan dan bahkan berlangsung hingga postpartum.
Secara lebih lengkap, bahasan tentang perubahan sistem tubuh pada masa
postpartum ini dijelaskan sebagai berikut.
a. Involusi
Pengertian involusi adalah kembalinya uterus 38 Asuhan kebidanan Nifas dan
Menyusui  pada ukuran, tonus dan posisi sebelum hamil. Adapun mengenai proses
terjadinya involusi dapat digambarkan sebagai berikut (Medforth, Battersby, Evans,
Marsh, & Walker, 2002).
a) Iskemia: otot uterus berkontraksi dan beretraksi, membatasi aliran darah di
dalam uterus.
b) Fagositosis: jaringan elastik dan fibrosa yang sangat banyak dipecahkan.
c) Autolisis: serabut otot dicerna oleh enzim-enzim proteolitik (lisosim).
d) Semua produk sisa masuk ke dalam aliran darah dan dikeluarkan melalui
ginjal.
e) Lapisan desidua uterus terkikis dalam pengeluaran darah pervaginam dan
endometrium yang baru mulai terbentuk dari sekitar 10 hari setelah kelahiran
dan selesai pada minggu ke 6 pada akhir masa nifas.
f) Ukuran uterus berkurang dari 15 cm x 11 cm x 7,5 cm menjadi 7,5 cm x 5 cm
x 2,5 cm pada minggu keenam.
g) Berat uterus berkurang dari 1000 gram sesaat setelah lahir, menjadi 60 gram
pada minggu ke-6.
h) Kecepatan involusi: terjadi penurunan bertahap sebesar 1 cm/hari. Di hari
pertama, uteri berada 12 cm di atas simfisis pubis dan pada hari ke-7 sekitar 5
cm di atas simfisis pubis. Pada hari ke-10, uterus hampir tidak dapat dipalpasi
atau bahkan tidak terpalpasi.
i) Involusi akan lebih lambat setelah seksio sesaria.
j) Involusi akan lebih lambat bila terdapat retensi jaringan plasenta atau bekuan
darah terutama jika dikaitkan dengan infeksi.
Struktur uterus sebagian besar tersusun atas otot, pembuluh darah, dan jaringan
ikat, serta letaknya dalam keadaan tidak hamil berada cukup dalam di panggul. Struktur
ini memungkinkan terjadinya pembesaran substansial pada kehamilan saat uterus dapat
dipalpasi secara abdominal seiring dengan berkembangnya janin (Cunningham et al.,
2012).
Aktivitas uterus selama persalinan normal melibatkan otot uterus di segmen atas
uterus yang berkontraksi dan beretraksi secara sistematis, yang menyebabkan
pemendekan secara bertahap seiring dengan kemajuan persalinan (Cunningham et al.,
2012).
Sesudah persalinan, oksitosin disekskresikan dari kelenjar hipofisis posterior dan
bekerja pada otot uterus membantu pelepasan plasenta. Setelah pelepasan plasenta,
rongga uterus akan menyusut ke dalam, dinding uterus yang berada di depannya
menekan sisi penempelan plasenta yang baru saja terbuka dan secara efektif menutup
ujung pembuluh darah besar yang terbuka (Cunningham et al., 2012).
Lapisan otot miometrium merangsang kerja pengikatan yang menekan sinus
pembuluh darah besar yang terbuka dan selanjutnya membantu mengurangi kehilangan
darah. Selain itu, vasokontriksi pada keseluruhan darah ke uterus menyebabkan jaringan
menolak suplai darah sebelumnya, sehingga terjadi deoksigenasi dan iskemia. Melalui
proses autolisis, terjadi otodigesti serabut otot yang mengalami iskemia oleh enzim
proteolitik, yang menyebabkan penurunan ukuran serabut otot secara menyeluruh
(Cunningham et al., 2012). Terjadi proses fagositik polimorf dan makrofag dalam darah
dansistem limfatik terhadap produk sisa autolisis, yang kemudian diekskresikan melalui
sistem renal dalam urine. Koagulasi terjadi melalui agregasi trombosit dan pelepasan
tromboplastin dan fibrin (Cunningham et al., 2012).
Pembaruan lapisan uterus dan sisi penempelan plasenta melibatkan proses
fisiologis yang berbeda. Bagian permukaan dalam lapisan uterus yang tidak menjadi
tempat penempelan plasenta mengalami regenerasi dengan cepat untuk menghasilkan
epitel pelapis. Penutupan parsial dikatakan akan terjadi dalam 7-10 hari setelah
kelahiran, sedangkan penutupan total terjadi dalam 21 hari (Fraser & Cooper, 2009).
Pemulihan lengkap tempat perlekatan plasenta memerlukan waktu sampai 6 minggu.
Jika terjadi gangguan pada proses ini dapat terjadi perdarahan postpartum sekunder.
Segera setelah kelahiran, tempat perlekatan plasenta kira-kira seukuran telapak tangan,
namun kemudian ukurannya mengecil secara cepat. Dalam waktu satu jam setelah
kelahiran, tempat melekatnya plasenta normalnya terdiri dari banyak pembuluh darah
yang mengalami trombosis yang pada akhirnya mengalami organisasi. Pada akhir
minggu kedua diameternya sekitar 3-4 cm.
Gambaran involusi tempat perlekatan plasenta sebagai proses eksfoliasi, yang
sebagian besar disebabkan oleh penipisan tempat implantasi oleh pertumbuhan jaringan
endometrial. Jadi, involusi bukan merupakan absorpsi sederhana insitu. Eksfoliasi
terdiri dari pemanjangan dan pertumbuhan ke bawah endometrium dari batas tempat
perlekatan plasenta, serta perkembangan jaringan endometrial dari kelenjar dan stroma
yang terdapat jauh di dalam desidua basalis setelah pemisahan plasenta. Eksfoliasi
tempat perlekatan plasenta merupakan hasil dari peluruhan jaringan superfisial yang
mengalami infark dan nekrotik yang diikuti oleh proses remodelling (Cunningham et
al., 2012).
Setelah plasenta terlepas, maka kadar estrogen, progesteron, human chorionic
gonadotropin (HCG), dan human placental lactogen dalam sirkulasi menurun. Hal ini
selanjutnya menimbulkan perubahan fisiologis pada jaringan otot dan jaringan ikat serta
berpengaruh besar pada sekresi prolaktin dari kelenjar hipofisis anterior. Setelah
kosong, uterus tetap mempertahankan struktur muskularnya, dan tampak seperti
kantung yang kosong.
Oleh karena itu, harus diingat bahwa rongga uterus tetap berpotensi untuk
membesar lagi, meskipun pada saat ini mengalami penurunan ukuran secara nyata. Hal
ini mendasari kebutuhan untuk segera melakukan observasi tinggi fundus uteri (TFU)
dan derajat kontraksi uterus yang kemudian dilakukan secara teratur pada beberapa jam
pertama setelah persalinan. Palpasi abdomen untuk melihat posisi uterus biasanya
segera dilakukan setelah pelepasan plasenta untuk memastikan bahwa proses fisiologis
yang dijelaskan sebelumnya mulai berlangsung. Pada palpasi abdomen fundus uteri
seharusnya berada di tengah, posisinya setinggi atau sedikit di bawah umbilikus, dan
seharusnya dalam keadaan kontraksi dan teraba keras ketika dipalpasi. Ibu mungkin
akan mengalami ketidaknyamanan pada uterus atau abdomennya, terutama jika
diberikan uterotonika untuk mempercepat proses fisiologis. Proses fisiologis merupakan
landasan pengetahuan yang penting bagi bidan dalam melakukan pemantauan proses
fisiologis kembalinya uterus ke kondisi saat tidak hamil.
Penelitian terkini menunjukkan bahwa informasi yang diperlukan oleh bidan
maupun ibu adalah bahwa uterus yang berkontraksi dengan baik, secara bertahap akan
berkurang ukurannya hingga kemudian tidak lagi dapat dipalpasi di atas simfisis pubis
(Garcia & Marchant, 2000). Kecepatan kontraksi uterus dan durasi involusi sangat
bervariasi dan tidak terjadi secara khusus dalam hitungan hari. Serviks mengalami
involusi juga bersama-sama dengan uterus. Setelah persalinan, osteum eksterna agak
terbuka hingga kurang lebih dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6
minggu postpartum serviks menutup sempurna. Secara keseluruhan, uterus seharusnya
tidak lembek selama proses ini dan meskipun ibu mengalami afterpain, hal ini harus
dibedakan dari nyeri tekan pada uterus. Observasi yang dilakukan oleh bidan mengenai
tingkat involusi uterus harus didasarkan pada warna, jumlah, dan durasi keluarnya
cairan melalui vagina dan kondisi kesehatan ibu secara umum pada saat itu (Fraser &
Cooper, 2009).
Mekanisme involusi uterus secara ringkas adalah sebagai berikut.
1) Iskemia miometrium, hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus
menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga membuat uterus menjadi
relatif anemi dan menyebabkan serat otot atrofi.
2) Atrofi jaringan yang terjadi sebagai reaksi penghentian hormon estrogen saat
pelepasan plasenta.
3) Autolisis, merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot
uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah mengendur
hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan lebarnya 5 kali lebar
sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan. Proses autolisis ini terjadi karena
penurunan hormon estrogen dan progesteron.
4) Efek Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterus sehingga
akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke
uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi suplai darah pada tempat implantasi
plasenta serta mengurangi perdarahan
Segera setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang berkontraksi posisi fundus uteri
berada kurang lebih pertengahan antara umbilikus dan simfisis, atau sedikit lebih tinggi.
Dua hari kemudian, kurang lebih sama dan kemudian mengerut, sehingga dalam dua
minggu telah turun masuk kedalam rongga pelvis dan tidak dapat diraba lagi dari luar.
Involusi uterus melibatkan pengreorganisasian dan pengguguran desidua serta
penglupasan situs plasenta, sebagaimana diperlihatkan dalam pengurangan dalam
ukuran dan berat serta warna dan banyaknya lokia.
Banyaknya lokia dan kecepatan involusi tidak akan terpengaruh oleh pemberian
uterotonika pada saat manajemen aktif kala 3 proses persalinan. Involusi tersebut dapat
dipercepat proses bila ibu menyusui bayinya. Desidua tertinggal di dalam uterus.
Pemisahan dan pengeluaran plasenta dan membran terdiri atas lapisan zona spongiosa,
basalis desidua dan desidua parietalis. Desidua yang tertinggal ini akan berubah menjadi
dua lapis sebagai akibat invasi leukosit. Suatu lapisan yang lambat laun akan manual
neorco, suatu lapisan superfisial yang akan dibuang sebagai bagian dari lokia yang akan
di keluarkan melalui lapisan dalam yang sehat dan fungsional yang berada di sebelah
miometrium. Lapisan yang terakhir ini terdiri atas sisa-sisa kelenjar endometrium
basilar di dalam lapisan zona basalis.
Pembentukan kembali sepenuhnya endometrium pada situs plasenta akan memakan
waktu kira-kira 6 minggu. Dalam dua atau tiga hari postpartum, desidua yang tersisa
berdiferensiasi menjadi dua lapisan. Lapisan superfisial menjadi nekrotik dan meluruh
masuk ke dalam lokia. Lapisan basal yang berdekatan dengan miometrium tetap utuh
dan merupakan sumber endometrium baru. Endometrium tumbuh dari proliferasi sisa
kelenjar endometrium dan stroma jaringan ikat interglanduler. Regenerasi endometrium
berlangsung cepat, kecuali pada tempat perlekatan plasenta, permukaannya ditutupi oleh
epithelium. Endometrium kembali sempurna pada semua spesimen biopsi, pada hari ke-
16 postpartum (Cunningham et al., 2012).
Penyebarluasan epitelium akan memanjang ke dalam, dari sisi situs menuju lapisan
uterus di sekelilingnya, kemudian ke bawah situs plasenta, selanjutnya menuju sisa
kelenjar endometriummasilar di dalam desidua basalis. Penumbuhan endometrium ini
pada hakikatnya akan merusak pembuluh darah trombosa pada situs tersebut yang
menyebabkannya mengendap dan dibuang bersama dangan cairan lokianya. Dalam
keadaan normal, uterus mencapai ukuran besar pada masa sebelum hamil sampai
dengan kurang dari 4 minggu, berat uterus setelah kelahiran kurang lebih 1 kg sebagai
akibat involusi. Satu minggu setelah melahirkan beratnya menjadi kurang lebih 500
gram, pada akhir minggu kedua setelah persalinan menjadi kurang lebih 300 gram,
setelah itu menjadi 100 gram atau kurang. Secara lebih lengkap involusi uterus dapat
dilihat pada Tabel 2.1 di bawah ini.

Involusi Tinggi Fundus Berat Uterus Diameter


Uteri Uteri Uterus
Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm
7 hari (minggu 1) Pertengahan pusat dan 500 gram 7,5 cm
simpisis
14 hari (minggu Tidak teraba 350 gram 5 cm
2)
6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm

Otot-otot uterus segera berkontraksi setelah postpartum. Pembuluh-pembuluh


darah yang berada di antara anyaman otot uterus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan perdarahan setelah plasenta di lahirkan. Bidan perlu mempertimbangkan
pada masa awal jam postpartum apabila terjadi pergeseran letak uterus ke arah kanan,
dikarenakan kandung kemih yang penuh setiap saat setelah kelahiran.
Pengurangan dalam ukuran uterus tidak akan mengurangi jumlah otot sel.
Sebaliknya, masing-masing sel akan berkurang ukurannya secara drastis saat sel-sel
tersebut membebaskan dirinya dari bahan-bahan seluler yang berlebihan. Pembuluh
darah uterus yang besar pada saat kehamilan sudah tidak diperlukan lagi. Hal ini karena
uterus yang tidak pada keadaan hamil tidak mempunyai permukaan yang luas dan besar
yang memerlukan banyak pasokan darah. Pembuluh darah ini akan menua kemudian
akan menjadi hilang dengan penyerapan kembali endapan-endapan hialin, karena telah
digantikan dangan pembuluh-pembuluh darah baru yang lebih kecil.
Pada bekas implantasi plasenta merupakan luka yang kasar dan menonjol ke
dalam kavum uteri. Segera setelah plasenta lahir, dengan cepat luka mengecil, pada
akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm. Penyembuhan
luka bekas plasenta khas sekali. Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung
banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh thrombus. Luka bekas plasenta tidak
meninggalkan parut. Hal ini disebabkan karena diikuti pertumbuhan endometrium baru
di bawah permukaan luka. Regenerasi endometrium terjadi di tempat implantasi
plasenta selama sekitar 6 minggu. Pertumbuhan kelenjar endometrium ini berlangsung
di dalam desidua basalis. Pertumbuhan kelenjar ini mengikis pembuluh darah yang
membeku pada tempat implantasi plasenta hingga terkelupas dan tak dipakai lagi pada
pembuangan lokia.

b. Pengeluaran Lochea Atau Pengeluaran Darah Pervaginam


Darah adalah komponen mayor dalam kehilangan darah pervaginam pada beberapa
hari pertama setelah melahirkan. Sehingga produk darah merupakan bagian terbesar
pada pengeluaran pervaginam yang terjadi segera setelah kelahiran bayi dan pelepasan
plasenta. Seiring dengan kemajuan proses involusi, pengeluaran darah pervaginam
merefleksikan hal tersebut dan terdapat perubahan dari perdarahan yang didominasi
darah segar hingga perdarahan yang mengandung produk darah yang tidak segar,
lanugo, verniks dan debris lainnya produk konsepsi, leukosit dan organisme. Lochea
berasal dari bahasa Latin, yang digunakan untuk menggambarkan perdarahan
pervaginam setelah persalinan (Cunningham et al., 2012).
Menjelang akhir minggu kedua, pengeluaran darah menjadi berwarna putih
kekuningan yang terdiri dari mukus serviks, leukosit dan organisme. Proses ini dapat
berlangsung selama tiga minggu, dan hasil penelitian telah menunjukkan bahwa
terdapat variasi luas dalam jumlah darah, warna, dan durasi kehilangan darah/cairan
pervaginam dalam 6 minggu pertama postpartum. Terdapat satu penelitian yang
mengidentifikasi bahwa tidak semua ibu mengetahui bahwa mereka akan alami
pengeluaran darah pervaginam setelah melahirkan (Marchant et al., 2000), tapi yang
terpenting adalah keragaman yang luas dalam hal warna, jumlah dan durasi perdarahan
pervaginam selama 6 minggu pertama postpartum yang dialami oleh ibu.
Terdapat beberapa penelitian terkini yang dilakukan juga mengeksplorasi
keterkaitan deskripsi tentang tiga fase lochea (rubra, serosa/sanguinolenta dan alba) dan
durasinya dengan aplikasi atau penggunaannya pada praktik klinis, tidak terbukti
sebagai hal yang esensiil dalam aplikasi praktik. Hal ini menunjukkan bahwa secara
keseluruhan deskripsi normalitas tiga fase lochea tersebut terbukti tidak membantu ibu
dan bidan dalam menggambarkan observasi klinis yang akurat. Para ibu postpartum
lebih menyukai penggunaan bahasa yang mereka pahami sehingga dianjurkan untuk
tidak menggunakan deskripsi perdarahan pervaginam sebagai lochea tetapi
menggantinya dengan pengeluaran darah atau cairan pervaginam (Marchant et al.,
2000).
Pengkajian pengeluaran darah pervaginam merupakan aspek yang penting.
Sebagian besar ibu mengetahui perbedaan perdarahan pervaginam yang mereka alami
dari pengalaman menstruasi mereka atau dari kehamilan sebelumnya. Kebanyakan ibu
dapat mengidentifikasi dengan jelas jika ditanya dan yang lebih penting, mereka dapat
menggambarkan perubahan pokok dari apa yang terjadi sebelumnya. Oleh karena itu,
bidan lebih baik mengajukan pertanyaan yang berfokus pada perdarahan pervaginam,
apakah lebih banyak atau sedikit, lebih cerah atau gelap daripada sebelumnya dan
apakah ibu khawatir mengenai hal ini. Saat mengajukan pertanyaan tersebut, ibu
sebaiknya diberikan satu pertanyaan terbuka lebih dahulu, misalnya bagaimana warna
atau jumlah pengeluaran darah yang ibu alami, bukan mennyakan apakah warna
pengeluaran darahnya merah atau cokelat. Penting bagi bidan untuk mengajukan
pertanyaan terfokus tentang sifat kehilangan darah pervaginam, untuk menentukan
apakah kehilangan darah normal atau tidak.
Bidan harus mencatat setiap adanya bekuan darah yang keluar dan kapan
terjadinya. Bekuan darah dapat dikaitkan dengan episode perdarahan postpartum yang
berlebihan atau memanjang di masa yang akan datang. Pengkajian untuk mengetahui
jumlah perdarahan atau ukuran bekuan darah merupakan hal yang penting. Penggunaan
deskripsi yang umum dan akurat bagi ibu dan bidan dapat meningkatkan keakuratan
pengkajian. Contohnya adalah dengan cara meminta ibu untuk menggambarkan ukuran
luas dan banyaknya perdarahan pervaginam pada pembalut yang dipakainya, frekuensi
penggantian pembalut karena tingkat kebasahan, bagaimana banyaknya bekuan darah.
Penggunaan pendekatan ini menambahn informasi klinis yang berharga untuk
mendeteksi adanya perdarahan postpartum. Area berikut berkaitan dengan fisiologi
tubuh manusia secara keseluruhan. Ibu harus diajak berdiskusi dengan bidan untuk
membahas semua masalah yang mengkhawatirkan mereka atau menghambat pemulihan
kesehatannya. Yang terpenting adalah pemahaman dasar bahwa ibu sedang mengalami
pemulihan kesehatannya dari pemulihan perubahan fundamental fisik dan psikologi
postpartum. Meskipun pemulihan ini merupakan bagian utama proses fisiologis, namun
harus dilakukan deteksi, skreening apakah terjadi kemungkinan penyimpangan atau
patologis. Dalam hal ini, keterampilan dan kompetensi bidan, kemampuan komunikasi
dan konseling, serta melakukan observasi yang terfokus menjaadi hal yang paling
menentukan.

c. Perineum, Vulva Dan Vagina


Meskipun perineum tetap utuh pada saat melahirkan, ibu tetap mengalami memar
pada jaringan vagina dan perineum selama beberapa hari pertama postpartum. Para ibu
yang mengalami cedera perineum akan merasakan nyeri selama beberapa hari hingga
penyembuhan terjadi. Dikatakan bahwa dampak trauma perineum secara signifikan
memperburuk pengalaman pertama menjadi ibu, bagi kebanyakan ibu karena derajat
nyeri yang dialami dan dampaknya terhadap aktivitas hidup sehari-hari (McCandlish et
al., Sleep, Wylie, 2002).
Sama seperti palpasi uterus, perineum juga tidak dapat dilihat sendiri oleh ibu,
sehingga asuhan kebidanan sebaiknya meliputi observasi terhadap kemajuan
penyembuhan dari trauma yang mungkin terjadi (WHO, 1999).
Namun, ibu dapat merasakan adanya nyeri dan ketidaknyamanan atau tidak.
Asuhan yang tepat segera setelah persalinan dapat membantu mengurangi edema dan
memar. Ketika bidan melakukan pengkajian postpartum, khususnya pada beberapa hari
pertama setelah persalinan, sebaiknya semua ibu ditanya mengenai ketidaknyamanan
pada area perineum. Informasi dan saran yang jelas dari bidan akan membantu
menenangkan ibu dan juga sangat membantu jika ibu memiliki pemahaman yang
kurang mengenai nyeri perineum dan merasa cemas dengan fungsi perkemihan,
defekasi atau seksual postpartum (Fraser & Cooper, 2009)
Bila ibu tidak mengalami ketidaknyamanan atau kecemasan pada daerah
perineum, bidan tidak perlu memeriksa area ini secara rutin, karena ibu mungkin
cenderung malu atau cemas, apabila diperiksa pada area genetalia, maka bidan harus
menjaga privasi ibu dan empati terhadap ketidaknyamanan ibu akan hal ini. Pada
prinsip dasar morbiditas atau infeksi mengindikasikan bahwa morbiditas tidak biasa
terjadi tanpa adanya peradangan dan nyeri, maka meskipun area perineum mungkin
menimbulkan ketidaknyamanan yang berasal dari trauma awal, jika tidak ada
perubahan, maka tidak akan terjadi kondisi patologis. Ibu kadang menolak untuk
diperiksa pada area perineum atau genetalia, maka bidan harus menggunakan
ketrampilan komunikasinya untuk mampu mengeksplorasi apakah terdapat kebutuhan
klinis untuk melakukan observasi, dan bidan sebaiknya memberikan edukasi. Luka
perineum secara bertahap akan berkurang nyerinya dan penyembuhan trauma perineum
biasanya terjadi dalam 7-10 hari postpartum (Fraser & Cooper, 2009).
Bidan harus mengikuti perkembangan terkini dalam perawatan perineum dan
menemukan bukti yang terbaik (evidence based practice), sehingga dapat memberikan
asuhan kebidanan yang tepat sesuai bukti yang terbaik. Menurut Sleep (1995) dalam
Fraser & Cooper (2009), bahwa masih diperlukan penelitian lebih lanjut secara
keseluruhan yang bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan ibu dalam hal
mengurangi nyeri perineum serta paling tepat untuk penyembuhan. Ada beberapa
pengalaman praktik sehari-hari yang dapat meningkatkan kenyamanan ibu terhadap
nyeri perineum dengan menggunakan rendam air hangat pada area perineum. Namun
hindari penggunaan ramuan, serbuk, atau bahan-bahan yang belum jelas terbukti
bermanfaat dari kajian penelitian, untuk dioleskan pada luka perineum, karena bisa
menimbulkan potensi infeksi pada luka perineum. Informasi dan nasihat yang tepat
merupakan komponen penting dalam penatalaksanaan nyeri perineum dan harus
mempertimbangkan pengalaman nyeri ibu tersebut, serta pilihan penanganan yang
diinginkan oleh ibu postpartum.
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta perenggangan yang sangat besar
selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses
tersebut kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu
postpartum, vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae pada
vagina secara berangsur- angsur akan muncul kembali Himen tampak sebagai
carunculae mirtyformis, yang khas pada ibu multipara.
Ukuran vagina agak sedikit lebih besar dari sebelum persalinan. Perubahan pada
perineum postpartum terjadi pada saat perineum mengalami robekan. Robekan jalan
lahir dapat terjadi secara spontan ataupun dilakukan episiotomi dengan indikasi tertentu.
Meskipun demikian, latihan otot perineum dapat mengembalikan tonus tersebut dan
dapat mengencangkan vagina hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat dilakukan pada masa
nifas dengan latihan atau senam nifas.

3. Kebutuhan Ibu Masa Nifas


 Kebutuhan Nutrisi Dan Eliminasi
a. Kebutuhan nutrisi
Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan
metabolismenya. Kebutuhan nutrisi pada masa postpartum dan menyusui
meningkat 25%, karena berguna untuk proses penyembuhan setelah melahirkan
dan untuk produksi ASI untuk pemenuhan kebutuhan bayi. Kebutuhan nutrisi
akan meningkat tiga kali dari kebutuhan biasa (pada perempuan dewasa tidak
hamil kebutuhan kalori 2.000-2.500 kal, S 64 Asuhan kebidanan Nifas dan
Menyusui  perempuan hamil 2.500-3.000 kal, perempuan nifas dan menyusui
3.000-3.800 kal).
Nutrisi yang dikonsumsi berguna untuk melakukan aktifitas, metabolisme,
cadangan dalam tubuh, proses memproduksi ASI yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi. Pada 6 bulan pertama postpartum,
peningkatan kebutuhan kalori ibu 700 kalori, dan menurun pada 6 bulan ke dua
postpartum yaitu menjadi 500 kalori. Ibu nifas dan menyusui memerlukan
makan makanan yang beraneka ragam yang mengandung karbohidrat, protein
hewani, protein nabati, sayur, dan buah-buahan. Menu makanan seimbang yang
harus dikonsumsi adalah porsi cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau
berlemak, tidak mengandung alkohol, nikotin serta bahan pengawet atau
pewarna.
Disamping itu, makanan yang dikonsumsi ibu postpartum juga harus
mengandung:
1) Sumber tenaga (energi)
Sumber energi terdiri dari karbohidrat dan lemak. Sumber energi ini
berguna untuk pembakaran tubuh, pembentukan jaringan baru,
penghematan protein (jika sumber tenaga kurang). Zat gizi sebagai sumber
dari karbohidrat terdiri dari beras, sagu, jagung, tepung terigu dan ubi.
Sedangkan zat gizi sumber Lemak adalah mentega, keju, lemak (hewani)
kelapa sawit, minyak sayur, minyak kelapa, dan margarine (nabati).
2) Sumber pembangun (protein)
Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan mengganti sel-sel yang rusak
atau mati. Protein dari makanan harus diubah menjadi asam amino
sebelum diserap oleh sel mukosa usus dan dibawa ke hati melalui
pembuluh darah vena. Sumber zat gizi protein adalah ikan, udang, kerang,
kepiting, daging ayam, hati, telur, susu, keju (hewani) kacang tanah,
kacang merah, kacang hijau, kedelai, tahu dan tempe (nabati). Sumber
protein terlengkap terdapat dalam susu, telur, dan keju yang juga
mengandung zat kapur, zat besi, dan vitamin B.
3) Sumber pengatur dan pelindung (air, mineral dan vitamin)
Zat pengatur dan pelindung digunakan untuk melindungi tubuh dari
serangan penyakit dan pengatur kelancaran metabolisme dalam tubuh.
 Air
Ibu menyusui sedikitnya minum 3-4 liter setiap hari (anjurkan ibu
minum setiap kali selesai menyusui). Kebutuhan air minum pada ibu
menyusui pada 6 bulan pertama minimal adalah 14 gelas (setara 3-4
liter) perhari, dan pada 6 bulan kedua adalah minimal 12 gelas (setara
3 liter). Sumber zat pengatur dan pelindung bisa diperoleh dari semua
jenis sayuran dan buah-buahan segar.  Asuhan Kebidanan Nifas dan
Menyusui 65
 Mineral Jenis–jenis mineral penting dan dibutuhkan pada ibu nifas dan
menyusui adalah
a) Zat kapur atau calcium berfungsi untuk pembentukan tulang dan
gigi anak, dengan sumber makanannya adalah susu, keju, kacang-
kacangan, dan sayuran berwarna hijau,
b) Fosfor diperlukan untuk pembentukan kerangka tubuh, sumber
makananya adalah susu, keju dan daging,
c) Zat besi, tambahan zat besi sangat penting dalam masa menyusui
karena dibutuhkan untuk kenaikan sirkulasi darah dan sel, serta
penambahan sel darah merah sehingga daya angkut oksigen
mencukupi kebutuhan. Sumber zat besi adalah kuning telur, hati,
daging, kerang, ikan, kacang-kacangan dan sayuran hijau,
d) Yodium, sangat penting untuk mencegah timbulnya kelemahan
mental dan kekerdilan fisik, sumber makanannya adalah minyak
ikan, ikan laut, dan garam beryodium.
 Vitamin
Jenis–jenis vitamin yang dibutuhkan oleh ibu nifas dan menyusui
adalah:
a) vitamin A, digunakan untuk pertumbuhan sel, jaringan, gigi dan
tulang, perkembangan saraf penglihatan, meningkatkan daya tahan
tubuh terhadap infeksi. Sumber vitamin A adalah kuning telur,
hati, mentega, sayuran berwarna hijau, dan kuning. Selain sumber-
sumber tersebut ibu menyusui juga mendapat tambahan kapsul
vitamin A (200.000 IU).
b) Vitamin B1 (Thiamin), diperlukan untuk kerja syaraf dan jantung,
membantu metabolisme karbohidrat secara tepat oleh tubuh, nafsu
makan yang baik, membantu proses pencernaan makanan,
meningkatkan pertahanan tubuh terhadap infeksi dan mengurangi
kelelahan. Sumber vitamin B1 adalah hati, kuning telur, susu,
kacang-kacangan, tomat, jeruk, nanas, dan kentang bakar.
c) Vitamin B2 (riboflavin) dibutuhkan untuk pertumbuhan, vitalitas,
nafsu makan, pencernaan, sistem urat syaraf, jaringan kulit, dan
mata. Sumber vitamin B2 adalah hati, kuning telur, susu, keju,
kacang-kacangan, dan sayuran berwarna hijau.
b. Kebutuhan eliminasi Mengenai kebutuhan eliminasi pada ibu postpartum
adalah sebagai berikut.
1) Miksi Seorang ibu nifas dalam keadaan normal dapat buang air kecil
spontan setiap 3-4 jam. Ibu diusahakan buang air kecil sendiri, bila tidak
dapat dilakukan tindakan: 1) Dirangsang dengan mengalirkan air kran di
dekat klien 2) Mengompres air hangat di atas simpisis Apabila tindakan
di atas tidak berhasil, yaitu selama selang waktu 6 jam tidak berhasil,
maka dilakukan kateterisasi. Namun dari tindakan ini perlu diperhatikan
risiko infeksi saluran kencing.
2) Defekasi Agar buang air besar dapat dilakukan secara teratur dapat
dilakukan dengan diit teratur, pemberian cairan banyak, makanan yang
cukup serat dan olah raga. Jika sampai hari ke 3 post partum ibu belum
bisa buang air besar, maka perlu diberikan supositoria dan minum air
hangat.

 Kebutuhan Ambulasi, Istirahat, Dan Exercise Atau Senam Nifas


Mobilisasi dini pada ibu postpartum disebut juga early ambulation, yaitu upaya
sesegera mungkin membimbing klien keluar dari tempat tidurnya dan
membimbing berjalan. Klien diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-48
jam post partum. Keuntungan yang diperoleh dari Early ambulation adalah:
1) Klien merasa lebih baik, lebih sehat, dan lebih kuat.
2) Faal usus dan kandung kencing lebih baik.
3) Sirkulasi dan peredaran darah menjadi lebih lancar.
Early ambulation akan lebih memungkinkan dalam mengajari ibu untuk
merawat atau memelihara anaknya, seperti memandikan bayinya. Namun terdapat
kondisi yang menjadikan ibu tidak bisa melakukan Early ambulation seperti pada
kasus klien dengan penyulit misalnya anemia, penyakit jantung, penyakit paru,
dll. Seorang ibu nifas biasanya mengalami sulit tidur, karena adanya perasaan
ambivalensi tentang kemampuan merawat bayinya. Ibu akan mengalami gangguan
pola tidur karena beban kerja bertambah, ibu harus bangun malam untuk meneteki
bayinya, mengganti popok dsb.
Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan. Ibu dapat mulai melakukan kegiatan rumah tangga secara perlahan-
lahan, dan ibu pergunakan waktu istirahat dengan tidur di siang hari. Kurang
istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal antara lain mengurangi
jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses involusi uteri dan
memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk
merawat bayi dan dirinya.
Mengenai kebutuhan exercise atau senam nifas, mempunyai banyak manfaat
yang esensinya untuk memulihkan kesehatan ibu, meningkatkan kebugaran,
sirkulasi darah dan juga bisa mendukung ketenangan dan kenyamanan ibu.
1) Manfaat senam nifas Secara umum, manfaat senam nifas adalah sebagai
berikut.
 Membantu penyembuhan rahim, perut, dan otot pinggul yang
mengalami trauma serta mempercepat kembalinya bagian-bagian
tersebut ke bentuk normal.
 Membantu menormalkan sendi-sendi yang menjadi longgar diakibatkan
kehamilan.
 Menghasilkan manfaat psikologis menambah kemampuan menghadapi
stress dan bersantai sehingga mengurangi depresi pasca persalinan.
Mengenai manfaat secara spesifik atau khusus latihan perineal adalah
sebagai berikut.
 Membantu menghindari terjadinya turunnya organ-organ pinggul.
 Mengatasi masalah seksual.
Manfaat secara spesifik atau khusus latihan perut adalah sebagai berikut.
 Mengurangi risiko sakit punggung dan pinggang.
 Mengurangi varises vena.
 Mengatasi kram kaki.
 Memperlancar peredaran darah.

2) Jadwal atau ketentuan pelaksanaan senam nifas


Jadwal atau ketentuan pelaksanaan senam nifas adalah sebagai berikut.
 Latihan tahap pertama: 24 jam setelah persalinan.
 Latihan tahap kedua: 3 hari pasca persalinan.
 Latihan tahap ketiga: setelah pemeriksaan pasca persalinan, latihan ini
dilakukan setiap hari selam 3 bulan.
3) Kontraindikasi senam nifas
Kondisi umum yang dihadapi ibu postpartum sebagai akibat dari stress
selama kehamilan dan kelahiran, bidan perlu mengkaji dan kemudian
menentukan apakah ada kontraindikasi atau tidak untuk memulai senam
nifas tersebut. Kontraindikasi tersebut diantaranya mencakup keadaan
berikut ini.
 Pemisahan simphisis pubis.
 Coccyx (tulang sulbi) yang patah atau cidera.
 Punggung yang cidera.
 Sciatica.
 Ketegangan pada ligamen kaki atau otot.
 Trauma perineum yang parah atau nyeri luka abdomen (operasi caesar).

4) Langkah senam nifas


Berikut adalah 14 langkah senam nifas pasca persalinan:
 Berbaringlah terlentang, tubuh dan kaki lurus. Lakukan kontraksi pada
otot perut dan tekankan punggung bagian bawah anda ke lantai.
Bertahanlah pada posisi ini, lalu rileks. Ulangi 5 kali. Fungsi dari
langkah ini adalah untuk mengatasi permasalahan yang terkait seksual.
 Berbaringlah terlentang, kedua tungkai ditekuk, kedua tangan di atas
perut, tarik nafas dengan mulut mencucu, kencangkan otot perut dan
dubur kembali lemas. Ulangi 8 kali.
 Berbaringlah terlentang, kedua lengan di samping badan, silangkan
tungkai kanan ke atas tungkai kiri, tarik nafas kemudian keluarkan
melalui celah bibir. Kempiskan perut dan kerutkan dubur, lemaskan
kembali, ulangi 8 kali kemudian ganti tungkai kiri sebanyak 8 kali.
 Berbaringlah terlentang, kedua lengan disamping badan kemudian putar
kedua kaki kiri 4 kali, ke kanan 4 kali, dorong kaki kanan dan kiri ke
depan dan gerakkan ke belakang, ulangi 8 kali.
 Berbaringlah terlentang, silangkan kedua tangan pada dada Anda.
Angkatlah bagian atas tubuh ke posisi duduk. Bila anda merasa fit,
letakkan tangan di belakang kepala dan angkat tubuh ke posisi duduk.
 Berbaringlah di lantai, angkat lutut Anda dan kedua telapak kaki lantai.
Angkatlah bagian tubuh dari pundak dan lakukan kontraksi pada otot
pantat.
 Berbaringlah di lantai, ke dua lengan dibentangkan, lalu angkatlah
kedua lengan Anda hingga bersentuhan satu sama yang lain, perlahan-
lahan turunkan kembali ke lantai.
 Berbaringlah terlentang, lipatkan salah satu kaki Anda dan angkatlah
lutut setinggi mungkin, hingga telapak kaki menyentuh pangkal paha.
 Berbaringlah terlentang, angkat kepala Anda dan usahakan agar dagu
menyentuh dada. Tubuh dan kaki tetap pada tempatnya.
 Berbaringlah terlentang, kedua tangan disisi tubuh. Angkatlah salah
satu kaki anda dengan tetap lurus hingga mencapai 90 derajat. Ulangi
dengan kaki yang lain. Bila Anda merasa lebih kuat, cobalah dengan
bersamaan.
 Berbaringlah terlentang kedua tungkai ditekuk, letakkan kedua lengan
di samping badan, tarik lutut kiri ke dada pelan-pelan, luruskan tungkai
dan kaki kiri, tekuk kaki kiri ke belakang ke arah punggung, turunkan
perlahan kembali pada posisi awal, ulangi 4 kali, ganti dengan tungkai
kanan, ulangi kembali 4 kali. l. Berlututlah, kedua lutut terpisah,
letakkan dada dilantai sedekat mungkin kepada kedua lutut. Jagalah
agar tubuh tetap diam dan kaki sedikit terpisah. Pada posisi duduk,
kepala menunduk dan rileks, putar kepala ke kiri 4 kali kemudian
kepala ke kanan 4 kali.
 Pada posisi duduk, kedua tangan saling memegang pergelangan tangan,
angkat setinggi bahu, geserkan tangan ke siku sekuat-kuatnya,
kemudian geser ke posisi awal pelan-pelan, ulangi 8 kali.
 Kebutuhan Personal Higiene Dan Seksual
a. Personal Higiene Kebutuhan personal higiene mencakup perawatan perinium
dan perawatan payudara.
1) Perawatan perinium
Setelah buang air besar ataupun buang air kecil, perinium dibersihkan
secara rutin. Caranya adalah dibersihkan dengan sabun yang lembut
minimal sekali sehari. Membersihkan dimulai dari arah depan ke
belakang sehingga tidak terjadi infeksi. Ibu postpartum harus
mendapatkan edukasi tentang hal ini. Ibu diberitahu cara mengganti
pembalut yaitu bagian dalam jangan sampai terkontaminasi oleh tangan.
Pembalut yang sudah kotor diganti paling sedikit 4 kali sehari. Ibu
diberitahu tentang jumlah, warna, dan bau lochea sehingga apabila ada
kelainan dapat diketahui secara dini. Sarankan ibu untuk mencuci
tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan
daerah kelaminnya. Apabila ibu mempunyai luka episiotomi atau
laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah
luka.
2) Perawatan payudara
Menjaga payudara tetap bersih dan kering dengan menggunakan BH
yang menyokong payudara. Apabila puting susu lecet oleskan
kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar puting susu setiap selesai
menyusui. Menyusui tetap dilakukan dimulai dari puting susu yang
tidak lecet agar ketika bayi dengan daya hisap paling kuat dimulai dari
puting susu yang tidak lecet. Apabila puting lecet sudah pada tahap
berat dapat diistirahatkan selama 24 jam, ASI dikeluarkan dan
diminumkan dengan menggunakan sendok. Untuk menghilangkan nyeri
ibu dapat diberikan paracetamol 1 tablet 500 mg setiap 4-6 jam sehari.

b. Seksual
Hubungan seksual dapat dilakukan apabila darah sudah berhenti dan luka
episiotomi sudah sembuh. Koitus bisa dilakukan pada 3-4 minggu post
partum. Libido menurun pada bulan pertama postpartum, dalam hal kecepatan
maupun lamanya, begitu pula orgasmenya. Ibu perlu melakukan fase
pemanasan (exittement) yang membutuhkan waktu yang lebih lama, hal ini
harus diinformasikan pada pasangan suami isteri. Secara fisik aman untuk
melakukan hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat
melakukan simulasi dengan memasukkan satu atau dua jari ke dalam vagina,
apabila sudah tidak terdapat rasa nyeri, maka aman untuk melakukan
hubungan suami istri. Meskipun secara psikologis ibu perlu beradaptasi
terhadap berbagai perubahan postpartum, mungkin ada rasa ragu, takut dan
ketidaknyamanan yang perlu difasilitasi pada ibu. Bidan bisa memfasilitasi
proses konseling yang efektif, terjaga privasi ibu dan nyaman tentang seksual
sesuai kebutuhan dan kekhawatiran ibu.

4. Tanda Bahaya Masa Nifas


Tanda-tanda bahaya postpartum adalah suatu tanda yang abnormal yang
mengindikasikan adanya bahaya atau komplikasi yang dapat terjadi selama masa nifas,
apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu. Tanda-
tanda bahaya postpartum, adalah sebagai berikut.
a. Perdarahan Postpartum
Perdarahan postpartum dapat dibedakan menjadi sebagai berikut.
1) Perdarahan postpartum primer
(Early Postpartum Hemorrhage) adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml
dalam masa 24 jam setelah anak lahir, atau perdarahan dengan volume
seberapapun tetapi terjadi perubahan keadaan umum ibu dan tanda-tanda vital
sudah menunjukkan analisa adanya perdarahan. Penyebab utama adalah atonia
uteri, retensio placenta, sisa placenta dan robekan jalan lahir. Terbanyak dalam
2 jam pertama.
2) Perdarahan postpartum sekunder
(Late Postpartum Hemorrhage) adalah perdarahan dengan konsep pengertian
yang sama seperti perdarahan postpartum primer namun terjadi setelah 24 jam
postpartum hingga masa nifas selesai. Perdarahan postpartum sekunder yang
terjadi setelah 24 jam, biasanya terjadi antara hari ke 5 sampai 15 postpartum.
Penyebab utama adalah robekan jalan lahir dan sisa placenta (Prawirohardjo,
2002).
Menurut Manuaba (2005), perdarahan postpartum merupakan penyebab
penting kematian maternal khususnya di negara berkembang. Perdarahan
pervaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin didefinisikan sebagai
perdarahan postpartum, namun dari beberapa kajian evidence based
menunjukkan terdapat beberapa perkembangan mengenai lingkup definisi
perdarahan postpartum. Sehingga perlu mengidentifikasi dengan cermat dalam
mendiagnosis keadaan perdarahan postpartum sebagai berikut.
 Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya,
kadang-kadang hanya setengah dari biasanya. Darah tersebut bercampur
dengan cairan amnion atau dengan urine, darah juga tersebar pada spon,
handuk dan kain di dalam ember dan lantai.
 Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai dengan kadar
hemoglobin ibu. Seorang ibu dengan kadar Hb normal kadangkala dapat
menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah, namun kehilangan darah
dapat berakibat fatal pada keadaan anemia. Seorang ibu yang sehat dan
tidak anemia pun dapat mengalami akibat fatal dari kehilangan darah.
 Perdarahan dapat terjadi dengan lambat untuk jangka waktu beberapa jam
dan kondisi ini dapat tidak dikenali sampai terjadi syok. Penilaian faktor
resiko pada saat antenatal dan intranatal tidak sepenuhnya dapat
memperkirakan terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penanganan aktif
kala III sebaiknya dilakukan pada semua ibu yang bersalin karena hal ini
dapat menurunkan insiden perdarahan pasca persalinan akibat atonia uteri.
Semua ibu postpartum harus dipantau dengan ketat untuk mendiagnosis
perdarahan postpartum.

b. Infeksi pada masa postpartum


Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi setelah persalinan, Infeksi masa nifas
masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas ibu. Infeksi alat
genital merupakan komplikasi masa nifas. Infeksi yang meluas kesaluran urinari,
payudara, dan pasca pembedahan merupakan salah satu penyebab terjadinya AKI
tinggi. Gejala umum infeksi berupa suhu badan panas, malaise, denyut nadi cepat.
Gejala lokal dapat berupa uterus lembek, kemerahan dan rasa nyeri pada payudara
atau adanya dysuria.

c. Lochea yang berbau busuk (bau dari vagina)


Lochea adalah cairan yang dikeluarkan uterus melalui vagina dalam masa nifas
sifat lochea alkalis, jumlah lebih banyak dari pengeluaran darah dan lendir waktu
menstruasi dan berbau anyir (cairan ini berasal dari bekas melekatnya atau
implantasi placenta). Lochea dibagi dalam beberapa jenis, antara lain sebagai
berikut (Mochtar, 2002).
1) Lochea rubra (cruenta): berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-
sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekoneum, selama 2 hari pasca
persalinan.
2) Lochea sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan lendir hari ke
3-7 pasca persalinan.
3) Lochea serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14
pasca persalinan.
4) Lochea alba: cairan putih, setelah 2 minggu.
5) Lochea purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
6) Lochiostasis: lochea tidak lancar keluarnya.
Apabila pengeluaran lochea lebih lama dari pada yang disebutkan di atas
kemungkinan dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut.
1) Tertinggalnya placenta atau selaput janin karena kontraksi uterus yang kurang
baik.
2) Ibu yang tidak menyusui anaknya, pengeluaran lochea rubra lebih banyak
karena kontraksi uterus dengan cepat.
3) Infeksi jalan lahir, membuat kontraksi uterus kurang baik sehingga lebih lama
mengeluarkan lochea dan lochea berbau anyir atau amis.
4) Bila lochea bernanah dan berbau busuk, disertai nyeri perut bagian bawah
kemungkinan analisa diagnosisnya adalah metritis. Metritis adalah infeksi
uterus setelah persalinan yang merupakan salah satu penyebab terbesar
kematian ibu. Bila pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat menjadi
abses pelvik, peritonitis, syok septik (Mochtar, 2002).

d. Sub involusi uterus (Pengecilan uterus yang terganggu)


Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim dimana berat rahim
dari 1000 gram saat setelah bersalin, menjadi 40-60 mg pada 6 minggu kemudian.
Bila pengecilan ini kurang baik atau terganggu di sebut sub involusi (Mochtar,
2002).
Faktor penyebab sub involusi, antara lain: sisa plasenta dalam uterus,
endometritis, adanya mioma uteri (Prawirohardjo, 2007). Pada keadaan sub
involusi, pemeriksaan bimanual di temukan uterus lebih besar dan lebih lembek
dari seharusnya, fundus masih tinggi, lochea banyak dan berbau, dan tidak jarang
terdapat pula perdarahan (Prawirohardjo, 2007).
Pengobatan di lakukan dengan memberikan injeksi Methergin setiap hari di
tambah dengan Ergometrin per oral. Bila ada sisa plasenta lakukan kuretase.
Berikan Antibiotika sebagai pelindung infeksi (Prawirohardjo, 2007). Bidan
mempunyai peran untuk mendeteksi keadaan ini dan mengambil keputusan untuk
merujuk pada fasilitas kesehatan rujukan.

e. Nyeri pada perut dan pelvis


Tanda-tanda nyeri perut dan pelvis dapat merupakan tanda dan gejala komplikasi
nifas seperti Peritonitis. Peritonitis adalah peradangan pada peritonium, peritonitis
umum dapat menyebabkan kematian 33% dari seluruh kematian karena infeksi.
Menurut Mochtar (2002), gejala klinis peritonitis dibagi menjadi dua, yaitu
sebagai berikut.
1) Peritonitis pelvio berbatas pada daerah pelvis Tanda dan gejalanya adalah
demam, nyeri perut bagian bawah tetapi keadaan umum tetap baik, pada
pemeriksaan dalam kavum dauglas menonjol karena ada abses.
2) Peritonitis umum Tanda dan gejalanya adalah suhu meningkat nadi cepat dan
kecil, perut nyeri tekan, pucat muka cekung, kulit dingin, anorexia, kadang-
kadang muntah.
f. Pusing dan lemas yang berlebihan, sakit kepala, nyeri epigastrik, dan penglihatan
Kabur
Menurut Manuaba (2008), pusing merupakan tanda-tanda bahaya pada nifas.
Pusing bisa disebabkan oleh tekanan darah tinggi (Sistol ≥140 mmHg dan distolnya
≥90 mmHg). Pusing yang berlebihan juga perlu diwaspadai adanya keadaan
preeklampsi/eklampsi postpartum, atau keadaan hipertensi esensial. Pusing dan
lemas yang berlebihan dapat juga disebabkan oleh anemia bila kadar haemoglobin
38 0C Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu sedikit meningkat
antara 37,20C-37,80C oleh karena reabsorbsi proses perlukaan dalam uterus, proses
autolisis, proses iskemic serta mulainya laktasi, dalam hal ini disebut demam
reabsorbsi.
Hal ini adalah peristiwa fisiologis apabila tidak diserta tanda-tanda infeksi
yang lain. Namun apabila terjadi peningkatan melebihi 380C berturut-turut selama
2 hari kemungkinan terjadi infeksi. Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup
semua peradangan alat-alat genetalia dalam masa nifas (Mochtar, 2002).
Penanganan umum bila terjadi demam adalah sebagai berikut.
1) Istirahat baring
2) Rehidrasi peroral atau infus
3) Kompres hangat untuk menurunkan suhu
4) Jika ada syok, segera berikan pertolongan kegawatdaruratan maternal,
sekalipun tidak jelas gejala syok, harus waspada untuk menilai berkala karena
kondisi ini dapat memburuk dengan keadaan ibu cepat (Prawirohardjo, 2007).

g. Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan terasa sakit.


Keadaan ini dapat disebabkan oleh payudara yang tidak disusu secara adekuat,
puting susu yang lecet, BH yang terlalu ketat, ibu dengan diet yang kurang baik,
kurang istirahat, serta anemia. Keadaan ini juga dapat merupakan tanda dan gejala
adanya komplikasi dan penyulit pada proses laktasi, misalnya pembengkakan
payudara, bendungan ASI, mastitis dan abses payudara.

h. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama.


Kelelahan yang amat berat setelah persalinan dapat mempengaruhi nafsu
makan,sehingga terkadang ibu tidak ingin makan sampai kelelahan itu hilang.
Hendaknya setelah bersalin berikan ibu minuman hangat, susu, kopi atau teh yang
bergula untuk mengembalikan tenaga yang hilang. Berikanlah makanan yang
sifatnya ringan, karena alat pencernaan perlu proses guna memulihkan keadaanya
kembali pada masa postpartum.

i. Rasa sakit, merah, lunak dan pembengkakan di wajah maupun ekstremitas.


Selama masa nifas dapat terbentuk thrombus sementara pada vena-vena di pelvis
maupun tungkai yang mengalami dilatasi. Keadaan ini secara klinis dapat
menyebabkan peradangan pada vena-vena pelvis maupun tungkai yang disebut
tromboplebitis pelvica (pada panggul) dan tromboplebitis femoralis (pada tungkai).
Pembengkakan ini juga dapat terjadi karena keadaan udema yang merupakan tanda
klinis adanya preeklampsi/eklampsi.

j. Demam, muntah, dan rasa sakit waktu berkemih.


Pada masa nifas awal sensitifitas kandung kemih terhadap tegangan air kemih di
dalam vesika sering menurun akibat trauma persalinan serta analgesia epidural atau
spinal. Sensasi peregangan kandung kemih juga mungkin berkurang akibat rasa
tidak nyaman, yang ditimbulkan oleh episiotomi yang lebar, laserasi, hematom
dinding vagina.

5. Standar Asuhan Masa Nifas


a. Standar XIII: Perawatan Bayi Baru Lahir
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untukmemastikan pernapasan
spontan dan melakukan resusitasi bila diperlukan, mencegah asfiksia dan
mencegah terjadinya hipoksia sekunder, menemukan kelainan, dan melakukan
tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau
menangani hipotermi serta mencegah hipoglikemia dan infeksi. 28 Bidan juga
harus melakukan pemeriksaan tanda vital, timbang bayi dan ukur panjang,
pemberian profilaksis mata berupa tetrasiklin 1% atau perak nitrat 1% atau
eritromisin 0,5%, emmfaslitasi pemberian ASI dalam waktu satu jam pertama
setelah enam jam bayi dapat dimandikan apabila tidak ada kontraindikasi, serta
melakukan evaluasi buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) bayi baru
lahir.
b. Standar XIV: Penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan
Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi dalam
dua jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang diperlukan. Bidan juga
harus memberikan penjelasan tentang hal-hal yang memperepat pulihnya
kesehatan ibu, dan membantu ibu dalam memulai pemberian ASI
c. Standar XV: Pelayanan bagi Ibu dan bayi pada masa nifas
Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas pada hari ketiga, minggu kedua
dan minggu keenam setelah persalinan, untuk proses pemulihan ibu dan bayi
melalui penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini penanganan atau
rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan
penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan
bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi, dan KB
PERIODE II

E. Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah


1. Pengertian Neonatus Dan Kujungan Neonatus
a. Neonatus
Neonatus merupakan masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan
usia 28 hari. Dalam masa tersebut terjadi perubahan yang sangat besar dari
kehidupan yang awalnya di dalam rahim serba bergantung pada ibu menjadi di luar
rahim yang harus hidup secara mandiri. Pada masa ini terjadi pematangan organ
hampir pada semua sistem.
Bayi yang berusia kurang dari satu bulan memiliki risiko gangguan kesehatan
paling tinggi, berbagai masalah kesehatan dapat muncul sehingga tanpa adanya
penanganan yang tepat, bisa berakibat fatal. Kunjungan neonatus lengkap sebaiknya
diberikan kepada setiap bayi baru lahir yang meliputi KN 1, KN 2, KN 3, yang
dilakukan pada saat bayi berumur 6-48 jam, 3-7 hari dan 8- 28 hari (Riskesdas,
2013).

b. Kunjungan Neonatus
Kunjungan neonatus adalah pelayanan kesehatan kepada neonatus sedikitnya
3 kali yaitu kunjungan neonatal I (KN1) pada 6 jam sampai dengan 48 jam setelah
lahir, kunjungan neonatal II (KN2) pada hari ke 3 s/d 7 hari, kunjungan neonatal III
(KN3) pada hari ke 8 – 28 hari. Pelayanan kesehatan diberikan oleh
dokter/bidan/perawat, dapat dilaksanakan di puskesmas atau melalui kunjungan
rumah.
Pelayanan yang diberikan mengacu pada pedoman Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS) pada algoritma bayi muda (Manajemen Terpadu Bayi
Muda/MTBM) termasuk ASI ekslusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata,
perawatan talipusat, penyuntikan vitamin K1 dan imunisasi HB-0 diberikan pada
saat kunjungan rumah sampai bayi berumur 7 hari (bila tidak diberikan pada saat
lahir) (Kemenkes RI, 2010).
Pelayanan kesehatan neonatal adalah pelayanan kesehatan neonatal dasar
(ASI eksklusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat,pemberian
vitamin K1 injeksi bila tidak diberikan pada saat lahir, pemberian imunisasi
hepatitis B1 apabila tidak diberikan pada saat lahir dan manajemen terpadu bayi
muda). Neonatus adalah bayi berumur 0-28 hari (Depkes Jateng, 2010).
Berdasarkan Profil Kesehatan Jateng 2011, kunjungan neonatal menurut
Permenkes 741/ Th. 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
(SPM-BK), KN dibagi menjadi 3 yaitu :
1) Kunjungan Neonatal ke satu (KN1)
Adalah kunjungan neonatal pertama kali yaitu pada hari pertama sampai hari
kedua.
2) Kunjungan Neonatal ke dua (KN2)
Adalah kunjungan neonatal yang kedua kalinya yaitu pada hari kedua sampai
hari ke tujuh.
3) Kunjungan Neonatal ke tiga (KN3)
Adalah kunjungan neonatal yang ketiga kalinya yaitu pada hari ke tujuh sampai
hari ke dua puluh delapan.
Menurut definisi operasional standar pelayanan minimal bidang kesehatan
di kabupaten Jawa Timur (2004) kunjungan neonatal adalah kontak neonatus
(0-28 hari) dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan
kesehatan dengan syarat usia 0-7 hari minimal 2 kali usia 8-28 hari minimal 1
kali (KN2) di dalam /di luar institusi kesehatan.
Berdasarkan Panduan pelayanan Kesehatan Bayi baru Lahir Berbasis
Perlindungan anak yang dikeluarkan oleh kementrian Kesehatan Republik
Indonesia 2010, pelaksanaan kunjungan neonatus dibagi 3 dan pada intinya,
yang diperiksa pada tiap kunjungan adalah sama yaitu :
1) Berat Badan (kg), Tinggi Badan/Panjang Badan (cm), Suhu (oC), Tanyakan
ibu, bayi sakit apa?
2) Memeriksa kemungkinan penyakit sangat berat atau infeksi bakteri
a) Frekuensi napas (kali/menit)
b) Frekuensi denyut jantung (kali/menit)
3) Memeriksa adanya diare
4) Memeriksa ikterus
5) Memeriksa kemungkinan berat badan rendah/masalah pemberian ASI
6) Memeriksa status pemberian vitamin K
7) Memeriksa status imunisasi
8) Memeriksa keluhan lain
9) Memeriksa masalah/ keluhan ibu Tindakan(Terapi/Rujukan/Umpan balik)
Nama Pemeriksa

4) Pengertian Bayi, Balita Dan Anak Pra Sekolah


a. Bayi
Usia perkembangan bayi terbagi 2 yaitu, neonatus sejak lahir sampai usia 28
hari dan bayi dari usia 29 hari sampai 12 bulan ( WHO, 2013). Sedangkan menurut
Rusli ( 2013 ) bayi adalah anak usia 0 sampai 12 bulan.
Bayi adalah makhluk yang hadir kedunia dengan sebuah mekanisme bawaan
untuk menyenangkan orang lain, dan hanya meminta balasan berupa kondisi
lingkungan yang tepat, yang memungkinkan bertumbuh kembangnya "benih sifat
pengasih" yang secara alami telah ada dalam dirinya (Lama,2010).
Bayi merupakan individu dengan pola pertumbuhan dan perkembangan yang
unik (Lewis, 2010).
Bayi merupakan suatu tahap perkembangan manusia setelah dilahirkan
(Puspita, 2010).
b. Balita
Balita adalah masa anak mulai berjalan dan merupakan masa yang paling
hebat dalam tumbuh kembang, yaitu pada usia 1 sampai 5 tahun. Masa ini
merupakan masa yang penting terhadap perkembangan kepandaian dan
pertumbuhan intelektual. (Mitayani, 2010)
Balita adalah anak yang berumur 0-59 bulan, pada masa ini ditandai dengan
proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat.

Balita adalah istilah  umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak
prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada
orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan.
Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun kemampuan
lain masih terbatas. (Sutomo, 2010)

c. Anak Pra Sekolah


Menurut Depkes dalam (Setiadi, 2012) masa pra sekolah disebut masa
keemasan (Golden period), jendela kesempatan (window of opportunity), dan masa
kritis (critical period). Sedangkan menurut Bloom dalam (Musarafoh, 2011) anak
yang berada dalam rentang usia 0-4 tahun perkembangan kecerdasan meningkat
sekitar 50%, dan usia 4-8 tahun berkembang menjadi 80%. Perkembangan anak
pada tahun-tahun pertama sangat penting dan akan menentukan kualitas dimasa
depan. Dimasa pra sekolah terdapat berbagai tugas perkembangan yang harus
dikuasai anak sebelum dia mencapai tahap perkembangan selanjutnya, adanya
hambatan dalam mencapai tugas perkembangan tersebut akan menghambat
perkembangan selanjutnya. Tekanan yang berlebihan ataupun pengharapan yang
terlalu tinggi melampaui kapasitas kemampuan anak membuat anak memilih untuk
berbohong atau berbuat curang agar dapat diterima oleh kelompok sosialnya
(Setiadi, 2012).
Anak Prasekolah adalah anak yang berusia antara usia 3-6 tahun, serta biasanya
sudah mulai mengikuti program presschool (Dewi, Oktiawati, Saputri, 2015).
5) Fisiologis Tumbuh Kembang
Pertumbuhan dan perkembangan pada masa anak sudah dimulai sejak dalam
kandungan sampai usia 18 tahun. Hal ini sesuai dengan pengertian anak menurut
WHO yaitu sejak terjadinya konsepsi sampai usia 18 tahun. Pada dasarnya dalam
kehidupan manusia mengalami berbagai tahapan dalam tumbuh kembangnya dan
setiap tahap mempunyai ciri tertentu.

Ada beberapa tahapan pertumbuhan dan perkembangan pada masa anak. Menurut
pedoman SDIDTK Depkes (2012) tahapan tersebut sebagai berikut.
a. Masa pranatal atau masa intra uterin (masa janin dalam kandungan)
Masa pranatalterbagi menjadi 3 yaitu:
1) Masa zigot / mudigah: sejak konsepsi sampai umur kehamilan 2 minggu
2) Masa embrio : umur kehamilan 2 minggu sampai 8/12 minggu.
3) Masa janin / fetus : umur kehamilan 9/12 minggu sampai akhir kehamilan.
Pada masa janin ada 2 periode :a) masa fetus dini yaitu sejak umur kehamilan 9
minggu sampai trimester ke 2 kehamilan, b) masa fetus lanjut yaitu trimester
akhir kehamilan.

b. Masa bayi / infancy (umur 0-12 bulan)


Masa bayi terbagi menjadi 2 yaitu:
1) Masa neonatal usia 0--28 hari, terbagi menjadi: Neonatal dini (perinatal) : 0-7
hari dan Neonatal lanjut: 8-28 hari
2) Masa post (pasca) neonatal umur 29 hari sampai 12 bulan.

c. Masa balita dan prasekolah usia 1 -- 6 tahun


Masa balita dan prasekolah terbagi menjadi:
1) Masa balita: mulai 12-60 bulan tahun dan
2) Masa Pra sekolah: mulai 60-72 bulan tahun
Berikut ini pencapaian atau ciri-ciri tumbuh dan kembang secara normal pada
masa pranatal, neonatal, bayi, Toddler dan pra sekolah.
a. Masa prenatal
Periode terpenting pada masa prenatal adalah trimester I kehamilan. Pada periode
ini pertumbuhan otak janin sangat peka terhadap pengaruh lingkungan janin.
Kehidupan bayi pada masa pranatal dikelompokkan dua periode, yaitu
1) Masa embrio
Masa embrio dimulai sejak konsepsi sampai kehamilan delapan minggu. Pada
masa ini, ovum yang telah dibuahi dengan cepat menjadi suatu organisme
yang berdeferensiasi dengan cepat untuk membentuk berbagai sistem organ
tubuh.
2) Masa fetus
Masa fetus yaitu sejak kehamilan 9 minggu sampai kelahiran. Masa fetus ini
terbagi dua yaitu masa fetus dini (usia 9 minggu sampai trimester dua),
dimana terjadi percepatan pertumbuhan dan pembentukan manusia sempurna
dan alat tubuh mulai berfungsi. Berikutnya adalah masa fetus lanjut (trimester
akhir) yang ditandai dengan pertumbuhan tetap berlangsung cepat disertai
perkembangan fungsi-fungsi.Pada 9 bulan masa kehamilan, kebutuhan bayi
bergantung sepenuhnya pada ibu. Oleh karena itu kesehatan ibu sangat
penting dijaga dan perlu dihindari faktor-faktor risiko terjadinya kelainan
bawaan / gangguan penyakit pada janin yang dapat berdampak pada
pertumbuhan dan perkembangannya.

b. Masa Neonatal
Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi perubahan sirkulasi
darah serta oragan-organ tubuh mulai berfungsi. Saat lahir berat badan normal
dari ibu yang sehat berkisar 3000 gr - 3500 gr, tinggi badan sekitar 50 cm, berat
otak sekitar 350 gram. Pada sepuluh hari pertama biasanya terdapat penurunan
berat badan sepuluh persen dari berat badan lahir, kemudian berangsur-angsur
mengalami kenaikan.
Pada masa neonatal ini, refleks-refleks primitif yang bersifat fisiologis akan
muncul. Diantaranyarefleks moro yaitu reflek merangkul, yang akan menghilang
pada usia 3--5 bulan; refleks menghisap (sucking refleks); refleks menoleh
(rooting refleks); refleks mempertahankan posisi leher/kepala (tonick neck
refleks); refleks memegang (palmar graps refleks) yang akan menghilang pada
usia 6--8 tahun. Refleks-refleks tersebut terjadi secara simetris, dan seiring
bertambahnya usia, refleks-refleks itu akan menghilang. Padamasa neonatal ini,
fungsi pendengaran dan penglihatan juga sudah mulai berkembang.

c. Masa bayi ( 1-12 bulan)


Pada masa bayi, pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara cepat. Umur
5 bulan berat badan anak 2x berat badan lahir dan umur 1 tahun sudah 3x berat
badan saat lahir. Sedangkan untuk panjang badannya pada 1 tahun sudah satu
setengah kali panjang badan saat lahir. Pertambahan lingkar kepala juga pesat.
Pada 6 bulan pertama, pertumbuhan lingkar kepala sudah 50%. Oleh karena itu
perlu pemberian gizi yang baik yaitu dengan memperhatikan prinsip menu gizi
seimbang.
Pada tiga bulan pertama, anak berusaha mengelola koordinasi bola mata
untuk mengikuti suatu objek, membedakan seseorang dengan benda, senyum
naluri, dan bersuara. Terpenuhinya rasa aman dan kasih sayang yang cukup
mendukung perkembangan yang optimal pada masa ini. Pada posisi telungkup,
anak berusaha mengangkat kepala. Jika tidur telentang, anak lebih menyukai sikap
memiringkan kepala ke samping.
Pada tiga bulan kedua, anak mampu mengangkat kepala dan menoleh ke
kirikanan saat telungkup. Setelah usia lima bulan anak mampu membalikkan
badan dari posisi telentang ke telungkup, dan sebaliknya berusaha meraih benda-
benda di sekitarnya untuk dimasukkan ke mulut. Anak mampu tertawa lepas pada
suasana yang menyenangkan, misalnya diajak bercanda, sebaliknya akan
cerewet/menangis pada suasana tidak menyenangkan.
Pada enam bulan kedua, anak mulai bergerak memutar pada posisi
telungkup untuk menjangkau benda-benda di sekitarnya. Sekitar usia sembilan
bulan anak bergerak merayap atau merangkak dan mampu duduk sendiri tanpa
bantuan. Bila dibantu berdiri, anak berusaha untuk melangkah sambil
berpegangan. Koordinasi jari telunjuk dan ibu jari lebih sempurna sehingga anak
dapat mengambil benda dengan menjepitnya. Kehadiran orang asing akan
membuat cemas (stranger anxiety) demikian juga perpisahan dengan ibunya.
Pada usia 9 bulansampai dengan 1 tahun, anak mampu melambaikan tangan,
bermain bola, memukul-mukul mainan, dan memberikan benda yang dipegang
bila diminta. Anak suka sekali bermain ci-luk-ba. Pada masa bayi terjadi
perkembangan interaksi dengan lingkungan yang menjadidasar persiapan untuk
menjadi anak yang lebih mandiri. Kegagalan memperoleh perkembangan interaksi
yang positif dapat menyebabkan terjadinya kelainan emosional dan masalah
sosialisasi pada masa mendatang. Oleh karena itu, diperlukan hubungan yang
mesra antara ibu (orang tua) dan anak.

d. Masa Toddler (1--3 tahun)


Pada masa ini pertumbuhan fisik anak relatif lebih pelan daripada masa bayi
tetapi perkembangan motoriknya berjalan lebih cepat. Anak sering mengalami
penurunan nafsu makan sehingga tampak langsing dan berotot, dan anak mulai
belajar jalan. Pada mulanya, anak berdiri tegak dan kaku, kemudian berjalan
dengan berpegangan.
Sekitar usia enambelas bulan, anak mulai belajar berlari dan menaiki
tangga, tetapi masih kelihatan kaku. Oleh karena itu, anak perlu diawasi karena
dalam beraktivitas, anak tidak memperhatikan bahaya. Perhatian anak terhadap
lingkungan menjadi lebih besar dibanding masa sebelumnya yang lebih banyak
berinteraksi dengan keluarganya. Anak lebih banyak menyelidiki benda di
sekitarnya dan meniru apa yang diperbuat orang. Mungkin ia akan mengaduk-
aduk tempat sampah, laci, lemari pakaian, membongkar mainan, dan lain-lain.
Benda-benda yang membahayakan hendaknya disimpan di tempat yang lebih
aman.Anak juga dapat menunjuk beberapa bagian tubuhnya, menyusun dua
katadan mengulang kata-kata baru.
Pada masa ini, anak bersifat egosentris yaitu mempunyai sifat keakuan yang
kuat sehingga segala sesuatu yang disukainya dianggap miliknya. Bila anak
menginginkan mainan kepunyaan temannya, sering ia akan merebutnya karena
dianggap miliknya. Teman dianggap sebagai benda mati yang dapat dipukul,
dicubit atau ditarik rambutnya apabila menjengkelkan hatinya. Anak kadang-
kadang juga berperilaku menolak apa saja yang akan dilakukan terhadap dirinya
( self defense), misalnya menolak mengenakan baju yang sudah disediakan orang
tuanya dan akan memilih sendiri pakaian yang disukainya.

e. Masa Prasekolah
Pada usia 5 tahun, pertumbuhan gigi susu sudah lengkap. Anak kelihatan
lebih langsing. Pertumbuhan fisik juga relatif pelan. Anak mampu naik turun
tangga tanpa bantuan, demikian juga berdiri dengan satu kaki secara bergantian
atau melompat sudah mampu dilakukan. Anak mulai berkembang superegonya
(suara hati) yaitu merasa bersalah bila ada tindakannya yang keliru.
Pada masa ini anak berkembang rasa ingin tahu (courius) dan daya
imaginasinya, sehingga anak banyak bertanya tentang segala hal disekelilingnya
yang tidak diketahuinya. Apabila orang tua mematikan inisiatif anak, akan
membuat anak merasa bersalah. Anak belum mampu membedakan hal yang
abstrak dan konkret sehingga orang tua sering menganggap anak berdusta,
padahal anak tidak bermaksud demikian. Anak mulai mengenal perbedaan jenis
kelamin perempuan dan laki-laki. Anak juga akan mengidentifikasi figur atau
perilaku orang tua sehingga mempunyai kecenderungan untuk meniru tingkah
laku orang dewasa disekitarnya.
Pada akhir tahap ini, anak mulai mengenal cita-cita, belajar menggambar,
menulis, dan mengenal angka serta bentuk/warna benda. Orang tua perlu mulai
mempersiapkan anak untuk masuk sekolah. Bimbingan, pengawasan, pengaturan
yang bijaksana, perawatan kesehatan dan kasih sayang dari orang tua dan orang-
orang disekelilingnya sangat diperlukan oleh anak.

6) Kebutuhan Dalam Masa Tumbuh Kembang, Deteksi Dini Dan Stimulasi


Tumbuh Kembang
KebutuhanAsuh (FisikBiomedis) Asuh merupakan kebutuhan anak dalam
pertumbuhan anak yang berhubungan langsung dengan kebutuhan fisik anak.
Kebutuhan asuh dapat dikatakan sebagai kebutuhan primer bagi balita, apabila
kebutuhan ini tidak dapat dipenuhi akan menimbulkan dampak negatif bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak. Salah satu dampak negatif bagi anak yang
kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi akan mengalami kegagalan pertumbuhan fisik,
penurunan IQ(intelligence quotient), penurunan produktivitas, penurunan daya tahan
tubuh terhadap infeksi penyakit, dan peningkatan risiko terjangkit penyakit dan
mengalami kematian lebih tinggi. Dampak lain jika kebutuhan ini tidak dipenuhi akan
menyebabkan tidak optimalnya perkembangan otak. Selanjutnya mari saudara
mempelajari lebih lanjut tentang uraian materi kebutuhan dasar asuh pada neonatus,
bayi, balita dan anak prasekolah. A. PENGERTIAN ASUH (FISIK-BIOMEDIS) •
Asuh merupakan kebutuhan dasar fisik seperti makanan, tempat tinggal • Asuh
dititikberatkan pada asupan gizi anak yaitu saat di kandungan dan sesudahnya.
Misalnya ada seorang ibu, saat kehamilan anak pertama dan kedua, saya menjaga
kesehatan dan mempertahankan asupan yang saya makan. Vitamin, susu, dan makanan
bergizi saya lahap karena harapan saya melahirkan anak yang cerdas dan sehat.
Setelah lahir, saya juga memperhatikan masa pertumbuhannya. B. MENJELASKAN
PEMBERIAN PANGAN ATAU NUTRISI Pertumbuhan anak yang cepat sangat
membutuhkan energi yang besar, sehingga anak cenderung mudah lelah.Nutrisi ini
harus terpenuhi sejak anak masih dalam rahim. Ibu memberikan nutrisi seimbang
melalui konsumsi makanan yang bergizi dan menu seimbang. Air susu ibu (ASI) yang
merupakan nutrisi yang paling lengkap dan seimbang bagi bayi terutama pada 6 bulan
pertama (ASI Ekslusif). Nutrisi yang adekuat dan seimbang merupakan kebutuhan
akan asuh yang terpenting. Nutrisi termasuk bagian gizi untuk pembangunan tubuh
yang mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan, terutama pada
tahun-tahun pertama kehidupan dimana anak sedang mengalami pertumbuhan yang
sangat pesat terutama pertumbuhan otak. Keberhasilan perkembangan anak ditentukan
oleh keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan otak. Jadi dapat dikatakan bahwa
nutrisi selain mempengaruhi pertumbuhan, juga mempengaruhi perkembangan otak.
Sampai umur 6 bulan ASI adalah makanan terbaik yang ideal untuk bayi baik ditinjau
dari segi kesehatan fisis maupun psikis.ASI mempunyai kadar laktosa tinggi yang
diperlukan otak bayi. Pertumbuhan otak Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita,
dan Anak Pra Sekolah 83 manusia lebih cepat dibandingkan dengan otak jenis
makhluk lain, karenanya memerlukan zat-zat yang sesuai untuk mendorong
pertumbuhan otaknya secara sempurna. Pemberian makanan tambahan yang tepat
akan memberikan hasil yang lebih baik bagi pertumbuhan anak, tapi yang seimbang
dan sangat tergantung nilai gizi yang terkandung dalam makanan yang disajikan oleh
ibu dan keluarga, pengetahuan tentang gizi yang harus dikuasai oleh ibu dan keluarga
melalui penyuluhan gizi. Nutrien dapat digolong menjadi 3 golongan : • Golongan
pembangun: protein hewani dan protein nabati kira-kira 2-3 gram/kgBB/hari. Misal:
ikan, daging, susu telur dll • Golongan sumber tenaga: karbohidrat, lemak (singkong,
beras, jagung kentang dll) • Golongan pelindung: mikronutrien (besi, kalsium, seng,
mangan dll) Keadaan kesehatan gizi bergantung pada tingkat konsumsi makanan yang
dihidangkan mengandung semua kebutuhan tubuh. Masa tumbuh kembang anak
membutuhkan zat gizi lengkap seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin,
dan mineral. Kebutuhan diatas jika tidak terpenuhi akan menghambat proses tumbuh
kembang pada tahap selanjutnya. Kebutuhan kalori dan protein harian yang dianjurkan
bagi bayi hingga remaja akan memperjelas kebutuhan pemenuhan gizi seimbang bagi
anak.

Usia Kebutuhan rata-rata


Bayi 110 kkaori/kgBB/hari
1-3 tahun 100 kkalori/kgBB/hari
4-6 tahun 90 kkalori/kgBB/hari
7-9 tahun 80 kkalori/kgBB/hari
Anak laki-laki 10-12 tahun 60-70 kkalori/kgBB/hari
Anak laki-laki 13-18 tahun 50-60 kkalori/kgBB/hari
Anak perempuan 10-12 tahun 50-60 kkalori/kgBB/hari
Anak perempuan 13-18 tahun 40-50 kkalori/kgBB/hari

KEBUTUHAN PERAWATAN KESEHATAN DASAR Perawatan kesehatan anak merupakan suatu


tindakan yang berkesinambungan dan terdiri dari pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Tindakan
pencegahan primer dilakukan untuk mencegah risiko tinggi terkena penyakit, seperti melakukan
imunisasi dan penyuluhanpada orang tua tentang diare. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita,
dan Anak Pra Sekolah 84 • Pelayanan kesehatan Anak perlu dipantau/diperiksa kesehatannya secara
teratur. Penimbangan anak minimal 8 kali setahun dan dilakukan SDIDTK (Stimulasi Deteksi Intervensi
Dini Tumbuh Kembang) minimal 2 kali setahun. Pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi setiap bulan
Februari dan Agustus. Tujuan pemantauan yang teratur untuk mendeteksi secara dini dan
menanggulangi bila ada penyakit dan gangguan tumbuh kembang, mencegah penyakit serta memantau
pertumbuhan dan perkembangan anak. • Imunisasi Anak perlu diberikan imunisasi dasar yang lengkap
yaitu BCG, Polio, DPT, Hb dan Campak agar terlindung dari penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi. Sekarang sudah banyak imunisasi tambahan yang sudah beredar di Indonesia seperti Hib,
IPD dll. Pemberian Imunisasi pada bayi dan anak sangat penting untuk mengurangi morbiditas dan
mortalitas terhadap penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi. Dengan melaksanakan imunisasi yang
lengkap maka diharapkan dapat mencegah timbulnya penyakit yang menimbulkan kesakitan dan
kematian. • Morbiditas/ kesakitan Diperlukan uapaya deteksi dini, pengobatan dini dan tepat serta
limitasi kecacatan. Kesehatan anak harus mendapat perhatian dari para orang tua, yaitu dengan cara
membawa anaknya yang sakit ke tempat pelayanan kesehatan terdekat. Jangan sampai penyakit
ditunggu menjadi parah, sebab bisa membahayakan jiwanya. Perlu diajarkan ke orang tua cara membuat
larutan oralit untuk penderita diarhe atau obat panas untuk anak demam. Demikian juga penyakit ISPA
yang sering memberi dampak pada tumbuh kembang anak harus ditanggulangi sedini mungkin. Anak
yang sehat umumnya akan tumbuh dengan baik, dan berbeda dengan anak yang sering sakit karena
pertumbuhan akan terganggu. Perlu memberikan makanan ekstra pada setiap anak sesudah menderita
suatu penyakit. D. KEBUTUHAN PAKAIAN Pakaian yang layak, bersih dan aman (tidak mudah
terbakar, tanpa pernik-pernik yang mudah menyebabkan anak kemasukan benda asing).Kebutuhan rasa
aman dan nyaman yang diberikan pada anak dapatdiberikan melalui pemenuhan kebutuhan pakaian
pada anak. Pakaianmerupakan sebuah bentuk perlindungan dan kehangatan yang diberikanuntuk
mencegah dan melindungi anak dari berbagai benda yang dapatmembahayakan anak. Pakaian juga
dapat meningkatkan percaya diri anakdalam lingkungan sosialnya. E. KEBUTUHAN PERUMAHAN
Keadaan perumahan yang layak dengan konstruksi bangunan yang tidak membahayakan penghuninya,
akan menjamin keselamatan dan kesehatan penghuninya. Misalnya, ventilasi dan pencahayaan yang
cukup, tidak penuh sesak, cukup leluasa untuk Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak
Pra Sekolah 85 anak bermain, bebas polusi, maka akan menjamin tumbuh kembang anak. Rumah
merupakan tempat yang menjadi tujuan akhir seseorang. Rumah dijadikan sebagai tempat berlindung
dari cuaca dan kondisi lingkungan sekitar, menyatukan keluarga, meningkatkan tumbuh kembang
kehidupan seseorang. Rumah yang sehat akan meningkatkankualitas kesehatan fisik dan psikologis
penghuninya. Kriteria rumah sehat menurut WHO : a) Rumah harus dapat digunakan untuk terlindung
dari hujan, panas, dingin, dan untuk tempat istirahat b) Rumah memiliki bagian untuk tempat tidur,
memasak, mandi, mencuci, dan kebutuhan buang air c) Rumah dapat melindungi penghuninya dari
kebisingan dan bebas dari pencemaran d) Rumah dapat melindungi penghuninya dari bahan bangunan
yang berbahaya e) Rumah dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi penghuninya dan tetangga f)
Terbuat dari bahan bangunan yang kokoh dan dapat melindungi penghuninya dari gempa, keruntuhan,
dan penyakit menular. Keadaan tempat tinggal yang layak dengan konstruksi bangunan yang tidak
berbahaya bagi penghuninya juga merupakan faktor yang mempengaruhi secara tidak langsung
pertumbuhan dan perkembangan anak.Jumlah penghuni rumah yang tidak berdesak-desakan akan
menjamin kesehatan penghuninya. Adanya ventilasi dan cahaya yang masuk ke dalam rumah juga
merupakan hal yang penting bagi syarat rumah sehat karena rumah memiliki pengaruh sangat besar
terhadap perkembangan anak. Sebagaisalah satu contohnya apabila rumah lembab akan menjadi faktor
pencetus anak menderita penyakit paru-paru, namun jika di dalam rumah terdapat elemen-elemen alam,
akan memberikan inspirasi orang yang berada di dalamnya. F. HIGIENE DIRI DAN SANITASI
LINGKUNGAN Kebersihan, baik kebersihan perseorangan maupun lingkungan memegang peranan
penting pada tumbuh kembang anak. Kebersihan perorangan yang kurang akan memudahkan terjadinya
penyakit-penyakit kulit dan saluran perncernaan seperti: diarhe, cacingan dll, sedangkan kebersihan
lingkungan erat hubungannya dengan penyakit saluran pernafasan, percernaan serta penyakit akibat
nyamuk. Pendidikan kesehatan kepada masayarakat harus ditumjukkan bagaimana membuat lingkungan
menjadi layak untuk tumbuh kembang anak, sehingga meningkatkan rasa aman bagi ibu/pengasuh anak
dalam menyediakan kesempatan bagi anaknya untuk mengeksplorasi lingkungan. Kesadaran tentang
kebersihan lingkungan yang terdiri dari kebersihan diri (personal hygiene) dan sanitasi lingkungan yang
masih kurang menjadi salah satu penyebab kekurangan gizi utamanya di negara berkembang seperti
Indonesia. Kebutuhan sanitasi lingkungan yang sehat akan mencegah anak terinfeksi dari kuman yang
masuk melalui lingkungan yang tidak baik. Lingkungan yang bersih akan membantu mewujudkan hidup
sehat, sehingga anak tidak akan mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan erkembangan. Asuhan
Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah 86 G. BERRMAIN, AKTIVFITAS FISIK
TIDUR Anak perlu bermain, melakukan aktifitas fisik dan tidur karena hal ini dapat: • Merangsang
hormon pertumbuhan, nafsu makan, merangsang metabolisme karbohidrat, lemak dan protein •
Merangsang pertumbuhan otot dan tulang • Merangsang perkembangan H. KEBUTUHAN REKREASI
DAN WAKTU LUANG Aktifitas olah raga dan rekreasi digunakan untuk melatih otot dan membuang
sisa metabolisme, selain itu untuk melatih aktifitas motorik dan aspek perkembangan anak. Aktifitas
olah raga dan bermain merupakan aktifitas yang menyenangkan bagi anak. Olahraga secara teratur
dapat meningkatkan sirkulasi darah dalamtubuh, menambah aktifitas fisiologis dan stimulasi
terhadapperkembangan otot anak. Anak akan menjadi pusat perhatian dari orangtua, sehingga
kebersamaan dalam keluarga sangat dibutuhkan oleh anakdengan cara berkumpul bersama atau dengan
melakukan rekreasi. Kebutuhan rekreasi merupakan kegiatan yangdilakukan untuk menyegarkan pikiran
dan badan. Rekreasi juga dapat digunakan sebagai hiburan. Olahraga secara teratur dapat meningkatkan
sirkulasi darah dalam tubuh, menambah aktifitas fisiologis dan stimulasi terhadap perkembangan otot
anak. Anak akan menjadi pusat perhatian dari orang tua, sehingga kebersamaan dalam keluarga sangat
dibutuhkan oleh anak dengan cara berkumpul bersama atau dengan melakukan rekreasi. Kebutuhan
rekreasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menyegarkan pikiran dan badan. Rekreasi juga
dapat digunakan sebagai hiburan
Kebutuhan Asih (Psikologi) Saudara tentunya masih berfikir kebutuhan dasar apa saja yang masih harus
di pelajari dalam bab ini? Coba saudara berfikir kebutuhan dasar itu apakah hanya asah, kemudian
asihnya bagaimana? Pada tahun-tahun pertama kehidupannya (bahkan sejak dalam kandungan), anak
mutlak memerlukan ikatan yang erat, serasi dan selaras dengan ibunya untuk menjamin tumbuh
kembang fisik-mental dan psikososial anak. A. PENGERTIAN ASIH • Asih merupakan kebutuhan
terhadap emosi • Asih merupakan ikatan yang serasi dan selaras antara ibu dan anak • Diperlukan pada
tahun pertama kehidupan sejak dalam kandungan untuk menjamin mantapnya tumbuh kembang fisik,
mental dan psikososial anak • Asihmerupakan bagaimana mempercayakan dan mengasihi untuk
memberikan rasa aman kepada anak. Lebih kepada ikatan emosional yang terjadi antara anak dan orang
tua. Kadang selalu bertindak selaku teman dan kadang juga orang tua yang protektif. • Kelembutan dan
kasih sayang adalah kunci untuk mendapatkan hati anak sehingga mereka tidak segan untuk bercerita.
Meluangkan waktu bersama untuk bermain, berjalan-jalan, dan menikmati waktu hanya berdua saja. B.
MACAM-MACAM KEBUTUHAN ASIH • Kasih sayang orang tua Kasih sayang orang tua yang hidup
rukun berbahagia dan sejahtera yang memberi bimbingan, perlindungan, perasaan aman kepada anak
merupakan salah satu kebutuhan yang diperlukan anak untuk tumbuh dan berkembang seoptimal
mungkin. Bayi yang normal biasanya akan mulai menampakkan rasa cemas bila ditinggalkan ibunya
pada umur antara 7 sampai 9 bulan. Hubungan antara ibu dan anak pada umur dua tahun pertama dalam
kehidupan anak harus cukup memberikan kepercayaan pada anak, kalau berlebihan dapat menyebabkan
anak menjadi manja. Kekurangan kasih sayang ibu pada tahun-tahun pertama kehidupan mempunyai
dampak negatif pada tumbuh kembang anak, baik fisik, mental maupun sosial emosi yang disebut “
Sindrom Deprivasi Maternal”. Kasih sayang dari orang tuanya (ayah-ibu) akan menciptakan ikatan yang
erat (bonding) dan kepercayaan dasar (basic trust). Kasih sayang merupakan sebuah perwujudan
kebutuhan asih yang dapat memberikan ketenteraman secara psikologis pada anak. Anak berusaha
mendapatkan cinta, kasih sayang, dan perhatian dari orang tuanya. Sumber cinta dan kasih sayang dari
seorang bayi adalah orang tuanya terutama pada ibu melalui komunikasi dari kata-kata yang diucapkan
dan perlakuan ibu pada anaknya. Terpenuhinya kebutuhan kasih sayang akan membuat perasaan
Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah 90 anak bahagia, tenteram, dan
aman. Terpenuhinya kebutuhan kasih sayang juga tercermin dari hubungan yang terjalin dengan baik
antara orang tua, keluarga, dan lingkungan sekitar. • Menciptakan rasa aman dan nyaman, anak merasa
dilindungi Seorang anak akan merasa diterimaoleh orangtuanya apabila ia merasa bahwa
kepentingannya diperhatikan serta merasa ada hubungan yang erat antara anak dan keluarganya. Faktor
lingkungan menyebabkan anak mengalami perubahan-perubahanyang dapat membuat anak merasa
terancam. Anak yang sedangberada pada kondisi terancam mengalami ketidakpastian
danketidakjelasan, sehingga anak membutuhkan dukungan dari orang tua yangdapat mengurangi rasa
takut yang dihadapi anak. Rasa aman dan nyamandapat terwujud dengan kehangatan dan rasa cinta dari
orang tua, sertakestabilan keluarga dalam mengendalikan stres. Kebutuhan rasa aman dan nyaman juga
ditunjukkan dengan penerimaan anak oleh orang tua, pemenuhan segala kebutuhan anak, anak selalu
diperhatikan, didukung dengan hubungan yang baik dalam sebuah keluarga • Harga diri Setiap anak
ingin merasa bahwa ia mempunyai tempat dalam keluarganya, keinginannya diperhatikan, apa yang
dikatannya ingin didengar orang tua serta tidak diacuhkan. Bayi dan anak memiliki kebutuhan harga diri
dan ingin merasa dihargai. Anak selalu ingin merasa dihargai dalam tingkah lakunya. Anak merasa
berbeda dengan orang lain disekitarnya, sehingga anak juga butuh dihargai. Anak selalu ingin mendapat
tempat dihati keluarganya dan selalu ingin diperhatikan oleh orang-orang disekelilingnya • Mandiri
Kemandirian pada anak hendaknya selalu didasarnya pada perkembangan anak. Apabila orang tua
masih menuntut anaknya mandiri yang melampaui kemampuannya, maka anak dapat menjadi tertekan.
Anak masih perlu bantuan untuk belajar mandiri, belajar untuk memahami persoalan, memahami apa
yang harus diperhatikan dan kesemuanya itu memerlukan waktu. Kemandirian merupakan kemampuan
untuk berusaha dan berupayadengan diri sendiri. Kemandirian juga dapatdiartikan sebagai sebuah
kemampuan untuk memikirkan, merasakan, danmelakukan sesuatu sendiri dan tidak bergantung pada
orang lain.Kemandirian terdiri dari aspek intelektual (kemauanseseorang untuk berpikir dan
menyelesaikan masalahnya sendiri), aspeksosial (kemauan untuk membina hubungan dengan orang lain
disekitarnya),aspek emosi (kemauan mengelola emosinya sendiri), aspek ekonomi(kemauan untuk
mengelola kebutuhan ekonominya). Salah satu bentukkemandirian yang telah ditunjukkan anak adalah
kemauan anak untukmengeksplorasi lingkungan sejak bayi. Kemandirian anak sebagian besar
dipengaruhi oleh peran pola asuhdan lingkungan sekitarnya, bukan pengaruh faktor genetis. Anak
yangmandiri memiliki ciri khas diantaranya Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra
Sekolah 91 anak lebih senang memecahkanmasalahnya sendiri daripada mengkhawatirkan
masalahnya, tidak takutmengambil risiko atas keputusannya, percaya terhadap pemikiran
sendirisehingga anak tidak banyak meminta bantuan pada orang lain, memilikikontrol pada dirinya
sendiri . • Dibantu, didorong atau dimotivasi Anak memerlukan dorongan dari orang disekitarnya
apabila anak tidak mampu menghadapi masalah/situasi kurang menyenangkan. Dorongan yang
diberikan bukan seutuhnya namun berupa langkah yang dapat diambil memberi semangat bahwa dia
dahulu dapat mengatasi dengan baik dan sebagainya.Dukungan dan dorongan yang diberikan oleh orang
tua dengan melakukan stimulasi pada anak untuk melalui tahap perkembangannya dengan optimal.
Orang tua yang dapat memberikan dukungan pada anak akan membentuk anak yang memiliki
kepercayaan diri. • Kebutuhan akan kesuksesan Setiap anak ingin merasa bahwa apa yang diharapkan
daripadanya dapat dilakukannya, dan merasa sukses mencapai sesuatu yang diinginkan orang tua.
Janganlah anak dipaksa melakukan sesuatu diluar kemampuannya. Kesuksesan kemungkinan dapat
terjadi kegagalan, jika kegagalan terjadi berulang anak akan merasa kecewa dan akhirnya merasa
kehilangan kepercayaan dirinya. Anak akan merasa rendah diri dari pergaulan dengan teman-temannya.
Anak yang mendapat dorongan akan mempunyai semangat untuk menghadapi situasi atau masalah. •
Kebutuhan mendapat kesempatan dan pengalaman Anak-anak membutuhkan dorongan orang tua dan
orang-orang di sekelilingnya dengan memberikan kesempatan dan pengalaman dalam mengembangkan
sifat bawaannya.Orang tua juga perlu memberikan kesempatan untuk anak mengeksplorasi
lingkungannya. Orang tua harus belajar mengetahui batasan tertentu untuk membiarkan anak, sehingga
anak memiliki kesempatan mengembangkan kreatifitasnya dan tidak selalu dilarang oleh orang tuanya •
Rasa memiliki Kebutuhan anak akan rasa memiliki sesuatu (betapapun kecilnya) harus diperhatikan.
Semua benda miliknya yang dianggap berharga harus dapat dimiliki sendiri (bagi orang tua barang-
barang tersebut tidak berharga sama sekali). Orang tua harus dapat memberikan rasa memiliki pada
anak. Pengahargaan orang tua pada benda milik anak sangat diperlukan anak.Bayi dan anak memiliki
kebutuhan rasa memiliki seperti halnyapada orang dewasa. Anak merasa segala sesuatu yang telah
dimilikinyaharus dijaga agar tidak diambil oleh orang lain. Rasamemiliki membuat individu untuk
menggabungkan diri dengan orang laindan dapat diterima oleh orang lain. Ikatan ibu anak yang erat,
mesra, selaras, seawal dan sepermanen mungkin sangatlah penting karena: Asuhan Kebidanan
Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah 92 1. Turut menentukan perilaku anak di kemudian
hari 2. Merangsang perkembangan otak anak 3. Merangsang perhatian anak kepada dunia luar
Pemenuhan kebutuhan emosi (Asih) ini dapat dilakukan sedini mungkin, yaitu dengan mendekapnya
bayi pada ibunya sesegera mungkin setelah lahir. Keadaan ini akan menimbulkan kontak fisis (kontak
kulit) dan psikis (kontak mata) sedini mungkin. Bahkan dimasa prenatal pun kebutuhan emosi anak
(janin) seharusnya sudah harus dipenuhi yaitu dengan mengupayakan agar kehamilannya merupakan
kehamilan yang diinginkan, sewaktu hamil ibu mengajak bicara dengan bayi yang dikandungnya.

7) Standar Asuhan Neonatus, Bayi, Balita Dan Anak Pra Sekolah

F. Keluarga berencana dan kesehatan reproduksi


2. Pengertian Keluarga Berencana
3. Fase dalam pemilihan metode kontrasepsi
4. Metode kontrasepsi, efektifitas, cara kerja, efek samping dan komplikasi
5. Klasifikasi persyaratan medis dalam penapisan klien
6. Pengertian kesehatan reproduksi
7. Masalah-masalah kesehatan reproduksi yang sering terjadi pada siklus
reproduksi perempuan
a. Infertilitas
b. Infeksi menular seksual
c. gangguann haid
d. kehamilan yang tidak di inginkan
e. Pelvic inflammatory diseases
f. Gangguan fisik dan psikologis pada masa menopause
g. Kanker serviks
h. Kanker payudara.

8. Deteksi dini gangguan kesehatan reproduksi


9. Pelayanan kesehatan reproduksi remaja

Anda mungkin juga menyukai