Anda di halaman 1dari 91

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN KOMPREHENSIF

Disusun guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan


Praktik Klinik Kebidanan Komprehensif
Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan

Disusun oleh:

Nama : Fransisca Rosauly Harianja


NIM : PO.62.24.2.17.362

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA
PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN DAN PROFESI BIDAN
TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Praktik Klinik Kebidanan

Komprehensif telah disahkan tanggal: ….. Juni 2020

Mengesahkan,

Pembimbing Institusi,

Heti Ira Ayue, SST., M.Keb


NIP. 19781027 200501 2 001

Mengetahui,

Ketua Prodi Sarjana Terapan dan


Pendidikan Profesi Bidan Koordinator MK. PKK Komprehensif

Heti Ira Ayue, SST., M.Keb Erina Eka Hatini, SST., MPH
NIP. 19781027 200501 2 001 NIP. 19800608 200112 2 001
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya
sehingga Laporan Pendahuluan Praktik Klinik Kebidanan Komprehensif mahasiswa
Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Angkatan IV Semester VI Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Palangka Raya ini dapat diselesaikan.
Penyusunan laporan ini disusun guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan Praktik
Klinik Kebidanan Komprehensif, walaupun waktu pelaksanaannya pada saat terjadinya
Pandemi Covid-19. Oleh karena itu saya ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Heti Ira Ayue, SST., M.Keb selaku Ketua Prodi Sarjana Terapan Kebidanan dan
Pendidikan Profesi Bidan dan selaku Pembimbing Institusi saya.
2. Ibu Erina Eka Hatini, SST., MPH selaku Koordinator MK.PKK Komprehensif.
Saya menyadari masih terdapat kekurangan dalam penyusunan laporan ini, oleh
karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun akan saya terima dengan senang hati
untuk perbaikan yang akan datang. Saya harap semoga laporan ini dapat memenuhi nilai
ketuntasan saya. Amin.

Palangka Raya, Juni 2020

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................
KATA PENGANTAR.............................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................
TINJAUAN TEORI.................................................................................
BAB I PENDAHULUAN........................................................................
1.1 Latar Belakang.................................................................................
1.2 Tujuan Penulisan..............................................................................
1.3 Manfaat Penulisan............................................................................
BAB II KONSEP DAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
2.1 Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) untuk Novel Coronavirus
(Covid-19).....................................................................................
2.2 Kehamilan......................................................................................
2.3 Persalinan dan Bayi Baru Lahir.....................................................
2.4 Nifas dan Menyusui.......................................................................
2.5 Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah..............................
2.6 Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi...........................
2.7 Kegawatdaruratan Maternatal.......................................................
2.8 Kegawatdaruratan Neonatal..........................................................
BAB III PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN (SOAP)
3.1 Asuhan Kehamilan...........................................................................
3.2 Asuhan Persalinan dan BBL............................................................
3.3 Asuhan Nifas dan Menyusui............................................................
3.4 Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah....................
3.5 Asuhan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi................
3.6 Asuhan Kegawatdaruratan Maternatal dan Neonatal.......................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................
LAMPIRAN.............................................................................................
TINJAUAN TEORI

Kehamilan merupakan proses reproduksi yang memerlukan perawatan khusus


karena menyangkut kehidupan ibu dan janin, agar dapat melewati masa kehamilan,
persalinan, dan menghasilkan bayi yang sehat. Antenatal Care (ANC) sebagal salah satu
upaya pencegahan awal dari faktor risiko kehamilan dengan tujuan untuk mendeteksi
secara dini terjadinya risiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinan yang dapat
menurunkan angka kematian ibu dan memantau keadaan janin. (Maharani, Resky. 2013)
Persalinan adalah suatu proses yang dialami, peristiwa normal, namun apabila
tidak dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal (Mufdillah & Hidayat, 2008).
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya placenta sampai alat-alat
reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama
6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2008).
Selain itu, masa nifas ini juga merupakan masa kritis bagi bayi, sebab dua pertiga
kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60% kematian bayi baru lahir
terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir. (Saifuddin et al, 2002).
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir merupakan suatu keadaan
yang fisiologis, namun dalam prosesnya terdapat kemungkinan suatu keadaan yang
dapat mengancam jiwa ibu dan bayi bahkan dapat menyebabkan kematian.
(Maharani, Resky, dkk. 2013). Faktanya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih sangat tinggi, AKI justru meningkat dan
kini menjadi 359 kematian per 100 ribu kelahiran hidup. Sementara itu, kepala
badan penelitian dan pengembangan kesehatan Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) Indonesia mengatakan, penyebab tertinggi kematian ibu melahirkan
adalah kelompok hipertensi dalam kehamilan 52,4 persen dan perdarahan post
partum 203 persen. Sedangkan kematian bayi baru lahr (neonatal) masih menjadi
pemasalahan kesehatan. AKB di Indonesia adalah 32/1000 kelahiran hidup dan
kematian neonatal 19/1000 kelahiran hidup (SDKI, 2012). Sedangkan menurut
Kompas (2016), jumlah Angka Kematian Ibu (AK) tampaknya masih sulit
dilakukan. Berdasarkan Laporan Rutin Program Kesehatan ibu tahun 2015 Jumlah
kematian ibu di Jawa Barat masih menduduki peringkat tertinggi di Indonesia yaitu
823, meski jika dilihat dari jumlah rasio, angka kematian ibu di Jawa Barat
terbilang rendah. Rasio kematian ibu per 100.000 tahun 2015 sebesar 87,35 persen.
Penyebab langsung kematian ibu yang terjadi 90% pada saat persalinan
dan segera setelah persalinan. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa lebih dari
90% kematian ibu disebabkan komplikasi obstetri, yang sering tidak dapat
diramalkan pada saat kehamilan. Kebanyakan komplikasi itu terjadi pada saat atau
sekitar persalinan (Safuddin, 2009).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk membantu mengurangi AKI
dan AKB serta meningkatkan pelayanan kesehatan yang bersifat menyeluruh dan
bemutu kepada ibu dan bayi dalam lingkup kebidanan adalah melakukan asuhan
kebidanan secara komprehensif (continuity of care). Hal ni sesuai dengan rencana
strategis menteri kesehatan dan salah satu prioritas pembangunan kesehatan adalah
peningkatan kesehatan ibu, bayi, balita, dan Keluarga Berencana (KB).
(Kemenkes, 2010).
Setelah masa kehamilan dibutuhkan asuhan berlanjut pada ibu bersalin.
Pada saat persalinan, terjadi perubahan fisik yaitu : ibu akan merasa sakit
pinggang. sakit perut, merasa kurang enak, capek, lesu, tidak nyaman, tidak bisa
tidur nyenyak dan perubahan psikis yang terjadi yaitu merasa ketakutan
sehubungan dengan diri sendiri, takut kalau terjadi bahaya terhadap dirinya pada
saat persalinan, takut tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya, takut yang
dihubungkan dengan pengalaman yang sudah lalu, misalnya mengalami kesulitan
pada persalinan yang lalu, ketakutan karena anggapan sendiri bahwa persalinan itu
merupakan hal yang membahayakan.
Maka perlu perhatian khusus dari bidan yang dalam menyiapkan fisik dan
mental guna meningkatkan serta mencegah komplikasi lebih lanjut. Bidan
merupakan salah satu tenaga dari tim pelayanan kesehatan yang keberadaannya
paling dekat dengan ibu yang mempunyai peran penting dalam mengatasi masalah
melalui asuhan kebidanan ibu bersalin. Dalam melaksanakan asuhan kebidanan ibu
bersalin yaitu memberikan pelayanan yang berkesinambungan, berfokus pada
aspek pencegahan terjadinya komplikasi terhadap ibu bersalin, pertolongan
persalinan nomal serta melakukan deteksi dini pada kasus-kasus rujukan apabila
dibutuhkan rujukan ibu bersalin. (Bidan, Blog. 2012).
Salah satu prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah mengıkutser takan suami
dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi. (Kathar ina, Kusrini.
2011).
Setelah seorang ibu melewati proses persalinan, selanjutnya ibu akan
memasuki masa nifas. Ibu nifas memerlukan pelayanan kebidanan secara benar
sesuai dengan standar asuhan kebidanan agar tidak terjadi suatu kejadian kematian
ibu pada masa nifas dan timbulnya suatu masalah-masalah yang mungkin terjadi
pada masa nifas. (Purwanti, Dwi. 2011).
Pada masa nitas ini seorang ibu juga membutuhkan pengetahuan atau
informasi mengenai perawatan masa nifas karena masih banyak ibu post partum
yang masih kurang mengetahui dan masih bingung tentang perawatan masa nifas
yang baik apalagi ibu nifas yang baru pertama kali melahirkan terkadang ibu yang
baru pertama kali melahirkan akan sangat bergantung kepada tenaga kesehatan
ataupun keluarga untuk melakukan sebuah perawatan pada dirinya seperti
perawatan payudara, defekasi, melakukan perawatan pada luka perineum ibu post
partum yang masih takut untuk buang air kecil karena adanya luka jahitan pada
perineum, dan lain-lain (Chapter. 2015).
Keadaan tersebut memicu kita sebagai seorang bidan untuk dapat
melaksanakan asuhan kebidanan yang tepat pada ibu nifas dengan memantau
keadaaannya, memberikan informasi dan pengetahuan tentang pentingnya
perawatan pada masa nifas dalam membantu menurunkan angka kesakitan dan
kematian pada ibu nifas dengan prinsip memberikan asuhan secara komprehensif
sesuai dengan standar kebidanan.
Asuhan secara komprehensif itu sendiri tak hanya berfokus pada ibu hamil,
bersalin dan ibu nifas namun disamping itu juga harus difokuskan kepada asuhan
bayi baru lahir yang juga membutuhkan pemantauan yang ditinjau dari
pertumbuhan dan perkembangan bayi, periode neonatal ini dapat dikatakan periode
yang paling kritis. Penelitian telah menunjukkan bahwa lebih dari 50% kematian
bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang
baiknya penanganan bayi baru lahir yang lahir sehat akan menyebabkan kelainan-
kelainan yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian
(Mandriani, Maida. 2014).

1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan laporan asuhan komprehensif adalah agar
mahasiswa mampu mengaplikasikan teori yang didapat di bangku kuliah untuk
menangani atau memecahkan permasalahan praktis dengan menyusun Laporan
Pendahuluan yang telah didapat pada semester V dengan bimbingan dosen.

1.3 Manfaat
a. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mendapatkan pengalaman dan keterampilan dalam
melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif pada ibu hamil, bersalin, bayi
baru lahir dan nifas secara mandiri, kolaborasi dan rujukan dengan petugas
kesehatan.
b. Bagi Institusi
Institusi memperoleh gambaran tentang sejauh mana para mahasiswa
memahami ilmu yang diperoleh serta keterampilan tentang asuhan kebidanan
komprehensif pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir, dan nifas yang telah di
berikan oleh institusi pendidikan selama proses pembelajaran serta menambah
bahan bacaan ilmu pengetahuan.
c. Bagi Lahan Praktik
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tenaga kesehatan, khususnya
bidan dalam menangani asuhan kebidanan komprehensif pada ibu hamil,
bersalin, bayi baru lahir dan nifas baik secara mandiri, kolaborasi dan rujukan
sehingga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan.
BAB II

KONSEP DAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

1.1 Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) untuk Novel Coronavirus (Covid-19)
1. Epidemiologi
Coronavirus (CoV) adalah famili virus yang menyebabkan berbagai
penyakit, mulai dari batuk pilek hingga yang lebih parah seperti MERS dan
SARS. Novel Coronavirus (nCoV) adalah tipe baru yang sebelumnya belum
ditemui pada manusia.
Virus ini diketahui pertama kali muncul pada 31 Desember 2019, di Wuhan
Provinsi Hubei, Tiongkok. Gejala awal mulai bermunculan tiga pekan
sebelumnya pada tanggal 8 Desember 2019. Pasar ditutup tanggal 1 Januari
2020 dan orang-orang yang mengalami gejala serupa dikarantina, kurang lebih
700 orang yang terlibat kontak dengan terduga pengidap, termasuk 400 pekerja
rumah sakit, menjalani karantina. Seiring berkembangnya pengujian PCR
khusus untuk mendeteksi infeksi, 41 orang di Wuhan diketahui mengidap virus
corona SARS-CoV-2, dua orang diantaranya suami istri, salah satunya belum
pernah ke pasar, dan tiga orang merupakan anggota satu keluarga yang bekerja
ditoko ikan. Korban jiwa mulai berjatuhan pada 9 Januari dan 16 Januari 2020.
Pada 17 Januari, sebuah kelompok, sebuah kelompok, sebuah kelompok
Imperial College London di Inggris menerbitkan perkiraan bahwa terdapat
1.723 kasus (interval kepercayaan 95%, 427-4.471) dengan timbulnya gejala
virus tersebut pada 12 Januari 2020. Perkiraan ini didapat berdasarkan pola
penyebaran awal dari virus 2019-nCoV ke Thailand dari Jepang. Mereka juga
menyimpulkan bahwa “penularan dari manusia ke manusia yang berkelanjutan
tidak harus dikesampingkan”. Ketika kasus-kasus selanjutnya terungkap
mereka kemudian menghitung ulang bahwa”terjadi 4.000 kasus 2019-nCoV di
Kota Wuhan mulai timbul gejala pada 18 Januari 2020”.
Pada 20 Januari, Tiongkok melaporkan peningkatan tajam dalam kasus ini
dengan hampir 140 pasien baru, termasuk dua orang di Beijing dan satu di
Shenzhen. Per 3 Maret, jumlah kasus yang dikonfirmasi laboratorium mencapai
93.000 kasus, yang terdiri dari lebih dari 80.000 kasus di daratan Tiongkok,
dan sisanya di beberapa negara lainnya.
2. Faktor Resiko
Para pakar dari World Health Organization (WHO) menyebutkan ada
beberapa faktor risiko yang menjadikan Covid-19 menginfeksi seseorang
secara lebih parah yaitu Mode penularan seperti tetesan kecil cairan (droplet)
yang disebarkan orang yang terkena, kontak dengan sekresi pernapasan pasien,
permukaan dan peralatan yang terkontaminasi, penularan dari hewan dan dari
orang ke orang. Menurut pakar dari The Center for Disease Control and
Prevention (CDC) faktor risiko Covid-19 menginfeksi seseorang secara lebih
parah seperti mereka yang berusia diatas 65 tahun, mereka yang tinggal di panti
jompo, mereka yang mengalami obesitas (BMI 40 atau lebih tinggi), mereka
dengan beberapa kondisi medis termasuk penyakit paru kronis dan asma akut,
penyakit jantung yang serius, Immunocompromised seperti penyakit kanker,
transplantasi organ, perokok, defisiensi imun, HIV/AIDS.
Hal itu disebabkan karena orang berusia lanjut memiliki masalah kesehatan
jangka panjang sehingga lebih berisiko terkena virus, daya tahan tubuh
seseorang berkurang ketika menginjak usia senja, sehingga sulit melawan
infeksi. Lapisan pada paru kurang elastis pada masa tua, sehingga penyakit
seperti Covid-19 cukup mematikan. Inflamasi pada orang usia senja bisa lebih
membahayakan, dan menyebabkan kerusakan organ.
3. Definisi
Menurut WHO, Coronavirus (CoV) adalah famili virus yang menyebabkan
berbagai penyakit, mulai dari batuk pilek hingga penyakit yang lebih parah
seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute
Respiratory Syndrome(SARS).
Coronavirus (CoV) adalah keluarga besar virus yang menyebabkan infeksi
saluran pernapasan atas ringan hingga sedang, seperti penyakit flu.
Penyakit SARS, MERS dan COVID-19 yang menjadi pandemi saat ini
disebabkan oleh tipe coronavirus lain. Coronavirus merupakan virus zoonosis,
artinya virus ini menyebar dari hewan ke manusia.
4. Simtologi
Menurut WHO, virus biasanya mulai dengan demam, kemudian batuk
kering lalu, setelah satu pekan, mengakibatkan sesak napas. Tahap awal
demam (>38°C) dan Gejala-gejala pernapasan seperti batuk, sesak napas, pilek,
badan lemah, tidak enak badan, mual/muntah, diare, sakit kepala. Tahap lanjut
semua gejala tersebut ditambah dengan radang paru-paru dan bronkitis.
5. PPI dalam konteks Covid-19
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) adalah pendekatan ilmiah yang
disertai solusi praktis untuk mencegah bahaya dari infeksi atas pasien dan
tenaga kesehatan didasarkan pada prinsip-prinsip penyakit menular,
epidemiologi, ilmu sosial dan penguatan sistem kesehatan dan berakar dalam
kualitas layanan keselamatan dan kesehatan pasien. Siapa yang berisiko
terinfeksi adalah semua orang. Manfaat PPI yaitu Melindungi diri kita sendiri,
melindungi pasien kita, dan melindungi keluarga dan komunitas kita.
Tujuan-tujuan PPI dalam kesiapan wabah yaitu mengurangi penularan
infeksi terkait layanan kesehatan, meningkatkan keselamatan staf, pasien dan
pengunjung, meningkatkan kemampuan organisasi/fasilitas kesehatan untuk
menanggapi suatu wabah, dan mengurangi risiko makin parahnya wabah
karena rumah sakit (fasilitas layanan kesehatan) itu sendiri.
Strategi-strategi PPI untuk mencegah atau membatasi penularan di tempat
layanan kesehatan termasuk menjalankan langkah-langkah pencegahan standar
standar untuk semua pasien, memastikan dilakukannya triase, identitas awal
dan pengendalian sumber, menerapkan langkah-langkah pencegahan tambahan
empiris atau kasus-kasus suspek infeksi COVID-19, menerapkan pengendalian
administratif dan menggunakan pengendalian lingkungan dan rekayasa.
Unsur-unsur Langkah Pencegahan Standar yaitu kebersihan tangan,
kebersihan pernapasan (etika batuk/bersin), APD sesuai risiko, praktik
suntikan, manajemen benda tajam dan pencegahan luka dengan aman,
penanganan, pembersihan dan disinfeksi peralatan perawatan pasien dengan
aman, membersihkan lingkungan, penanganan dan pencucian linen yang sudah
dipakai dengan aman, dan pengelolaan limbah.

Rantai Penularan :
Kebersihan tangan adalah mata rantai kunci penularan. Cuci tangan dengan
6 langkah dan 5 momen sesuai anjuran WHO. Bersihkan tangan dengan
mengusap dari bahan antiseptik bila selama 20-30 detik, dan cuci dengan air
mengalir dan sabun selama 40-60 detik.
Prosedur kebersihan/etika pernapasan :
1. Jauhkan wajah dari orang lain ketika batuk/bersin.
2. Tutupi hidung dan mulut dengan tisu. Jika menggunakan tisu, segera buang
tisu itu ke tempat sampah.
3. Arahkan batuk/bersin ke lengan jika tidak ada tisu.
4. Bersihkan tangan dengan sabun dan air mengalir atau produk berbahan
alkohol.

Mendorong kebersihan pernapasan :

1. Galakkan kebiasaan cuci tangan untuk pasien dengan gejala pernapasan.


2. Beri masker kepada pasien dengan gejala pernapasan.
3. Pasien dengan demam + batuk atau bersin harus dijauhkan setidaknya 1m
dari pasien lain.
4. Pasang alat-alat bantu visual yang mengingatkan pasien dan pengunjung
dengan gejala pernapasan untuk menutup batuk.
5. Pertimbangkan penyediaan masker dan tisu untuk pasien di semua area.

Penilaian risiko dengan antisipasi risiko paparan dan tingkat kontak dengan
darah, cairan tubuh, percikan pernapasan, dan/atau kulit terbuka.
1. Pilih APD yang digunakan berdasarkan penilaian ini.
2. Ikuti kebersihan tangan menurut “5 Momen” WHO.
3. Harus dilakukan setiap kali untuk setiap pasien.

7 Langkah Suntikan Aman :


1. Tempat kerja bersih
2. Tangan bersih
3. Jarum suntik aman yang steril
4. Wadah obat dan pelarut steril
5. Pembersihan dan antisepsis kulit
6. Pengambilan benda tajam sebagaimana mestinya
7. Pembuangan limbah yang sesuai.
Dekontaminasi yaitu melepaskan kotoran dan mikroorganisme patogen dari
benda-benda sehingga aman dipegang, untuk digunakan lebih lanjut atau
dibuang. Dekontaminasi terbagi menjadi 3 yaitu pembersihan, desinfeksi dan
sterilisasi.
Prinsip pembersihan 1 :
1. Berlaku untuk semua area perawatan pasien.
2. Selalu pastikan alat perawatan pasien dibersihkan sebelum digunakan
kembali untuk pasien lain.
3. Jika mungkin, khususkan persediaan pembersihan di area-area berisiko
lebih tinggi (seperti ruang isolasi, bersalin, dan operasi.
4. Persediaan pembersihan untuk isolasi harus disimpan dan digunakan
hanya di area/ruang isolasi.

Prinsip pembersihan 2 :
1. Selalu bergerak dari area paling bersih ke area paling kotor.
2. Bersihkan dari area tinggi ke area rendah, dari luar ke dalam.
3. Area isolasi dibersihkan terakhir.
4. Disarankan menggunakan sapu lembab dan lap basah untuk
meminimalisasi debu.
5. Gunakan sistem 3 ember untuk pembersihan dan disinfeksi.
6. Air untuk pembersihan harus air bersih.
7. Penyemprotan disinfektan tidak disarankan

Pembersihan lingkungan area isolasi :


1. Ruang isolasi frekuensinya lebih sering.
2. Harus memiliki persediaan pembersih sendiri.
3. Semua limbah dianggap terkontaminasi dan dibuang sesuai metode
pembuangan limbah terkontaminasi.
4. APD petugas pembersih harus sesuai.

Langkah pembersihan :
1. Pembersihan rutin (berkala)
Membersihkan material organik dan meminimalisasi kontaminasi
mikrobial serta agar ruang tampak bersih.
2. Pembersihan akhir.
Pembersihan material organik setelah pasien dipulangkan/pindahkan dan
eliminasi kontaminasi microbial untuk memastikan tidak ada perpindahan
mikroorganisme ke pasien berikutnya.
Mengelola linen :
1. Gunakan APD sesuai resiko
2. Pegang linen kotor dengan gerakan seminimal mungkin untuk
menghindari kontaminasi
3. Letakkan di wadah linen kotor, jika sangat kotor bersihkan terlebih
dahulu, penataan dan pemindahan linen bersih harus menghindari
kontaminasi, dan linen bersih disimpan di area khusus.

Penggunaan Triase :
1. Lakukan triase cepat, cegah area terlalu penuh, tempatkan pasien dengan
infeksi pernapasan di area khusus, terapkan langkah pencegahan standar,
pastikan tiap pasien berjarak 1m.
2. Harus memiliki daftar pertanyaan skrining, algoritma untuk triase,
berkas dokumentasi, APD, alat dan poster kebersihan tangan,
thermometer infrared, tempat sampah dan akses pembersihan/desinfeksi,
pasang petunjuk berisi pertanyaan skrining sindrom agar pasien dapat
memberitahu tenaga kesehatan.
3. Kursi tunggu harus terpisah sejauh 1m, petunjuk jelas tentang gejala dan
arah, dan keluarga menunggu di luar area triase.

Penempatan pasien dirumah sakit :


1. Jangan menerima pasien berseiko rendah tanpa komplikasi tanda gejala
penyakit pernapasan.
2. Kelompok pasien dengan diagnosis sama diletakkan di satu area.
3. Pasien suspek harus terpisah dengan yang terkonfirmasi.
4. Tempatkan pasien ARI yang mengkhawatirkan di satu ruang
berventilasi.
5. Tugaskan tenaga kesehatan berpengalaman PPI dan wabah.

Langkah pencegahan tambahan dengan pasien yang menunjukkan gejala


dan suspek atau yang terkonfirmasi terinfeksi dengan patogen sangat
menular, jika :
1. Patogen dianggap penting dari sudut pandang epidemiologis.
2. Intervensi medis meningkatkan resiko transmisi agen infeksi tertentu
3. Situasi klinis mencegah penerapan langkah-langkah pencegahan
standar secara sistematis.

Langkah pencegahan tambahan mencakup langkah pencegahan standar +


akomodasi/isolasi khusus + petunjuk + APD + peralatan khusus dan
pembersihan tambahan + batasi pemindahan + komunikasi.
Langkah pencegahan tambahan didasarkan pada :
1. transmisi langsung yaitu kontak langsung dan droplet.
2. Transmisi tidak langsung yaitu kontak tidak langsung, udara,
kendaraan dan vektor.

Langkah pencegahan untuk pasien suspek atau terkonformasi COVID-19 :


a. Pencegahan kontak
Meletakkan pasien di kamar tunggal, menjaga 5 momen WHO, jangan
menyentuh bagian wajah dengan tangan bersarung atau terkontaminasi,
staf menggunakan APD, pembersihan yang sesuai.
b. Pencegahan percikan
Pasien diletakkan di kamar tunggal, nakes menggunakan APD, pasien
harus tetap dikamar.
c. Pencegahan transmisi udara
Hanya untuk prosedur yang menyebabkan aerosol seperti bronskopi, itubasi
trakea, dan RJP, ruangan pasien tunggal dengan ventilasi memadai, APD
menyesuaikan.
Perawatan dirumah oleh tenaga kesehatan :
1. Pasien harus terus berkomunikasi dengan pemberi layanan kesehatan
selama periode perawatan dirumah hingga gajala sembuh.
2. Petugas kesehatan harus menggunakan masker dan menjaga kebersihan
tangan.
3. Menjelaskan pada pasien cara membatasi paparan ke keluarganya di
rumah.
4. Eetika pernapasan dan kebersihan tangan.
5. Jelaskan kepada keluarga yang merawat pasien tentang cara merawat
dengan benar dengan seaman mungkin.
6. Pantau terus menerus keadaan pasien dan keluarga.
Perawatan di rumah oleh pemberi perawatan :
1. Pemberi perawatan dan anggota keluarga harus diberitahu jenis
perawatan yang harus diberikan.
2. Penggunaan perlindungan mulut dan hidung.
3. Jika tidak memberi perawatan pastikan pemisahan fisik.
4. Ingatkan pasien untuk menggunakan masker saat ada anggota keluarga
lain.
1.2 Kehamilan
1. Pengertian Kehamilan dan Fisiologi Kehamilan
 Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah suatu masa yang dimulai dari bersatunya sel sperma
dengan sel telur (konsepsi) sampai lahirnya janin tersebut. Pada umumnya
kehamilan berkembang secara normal dan menghasilkan kelahiran bayi sehat
cukup bulan melalui jalan lahir, namun ini tidak sesuai dengan yang
diinginkan. Sulit sekali diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan menjadi
masalah, oleh karena itu asuhan antenatal merupakan cara penting untuk
memperhatikan ibu dan kehamilannya.
Kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah (normal) dan bukan
patologis. Tetapi kondisi normal dapat menjadi patologis/abnormal. Masa
hamil berlangsung 280 hari atau 40 minggu. Setiap perempuan berkepribadian
unik dan kehamilan unik pula, dimana terdiri atas Bio, Psikologis, Sosial, yang
berbeda pula, sehingga dalam memperlakukan pasien satu dengan yang lainnya
juga berbeda dan tidak boleh disamakan.
Ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan dibagi menjadi 3 bagian yaitu :

1. Kehamilan triwulan pertama (antara 0 sampai 12 minggu)

2. Kehamilan triwulan kedua (antara 12 sampai 28 minggu)

3. Kehamilan triwulan ketiga/terakhir (antara 28 sampai 40 minggu)

Dimana setiap trimester memiliki ciri khas tertentu. Dikatakan masa


kehamilan dimulai dari masa konsepsi, pertemuan sel sperma dan sel telur,
pembuahan, nidasi, sampai membentuk janin dan terbentuknya seluruh tubuh
janin sehingga saatnya melahirkan.

Pada masa hamil ini terjadinya banyak perubahan pada tubuh ibu misalnya,
rahim membesar karena pertumbuhan janin yang semakin berkembang.
Dinding perut semakin melebar mengikuti pertumbuhan janin, payudara
membesar dan tenggang karena produksi ASI.

Kehamilan yang sehat akan menghasilkan bayi yang sehat dan ibu
melahirkan selamat.
 Fisiologi Kehamilan
Fertilisasi
 Ovum
a. Bisa di buahi jika sudah melewati proses oogenesis
b. Di keluarkan oleh ovarium saat fase ovulasi, satu kali setiap siklus
haid dan akan habis jika sudah masuk masa menopause
c. Ovum mempunyai waktu hidup 24-48 jam setelah di keluarkan dari
ovarium
d. Mempunyai lapisan pelindung yaitu sel-sel granulosa dan zona
pellusida yang harus bisa di tembus oleh sperma untuk dapat terjadi
suatu kehamilan
 Sperma
a. Dikeluarkan oleh testis dan peristiwa pematangannya disebut
spermatogenis.
b. Jumlahnya akan berkurang, tetapi tidak akan habis seperti pada
ovum dan tetap berproduksi meskipun pada lansia.
c. Kemampuan fertilisasi selama 2-4 hari, rata-rata 3 hari.
d. Terdapat 100 juta sperma setiap militer air mani yang dihasilkan,
rata-rata 3 cc tiap ejakulasi.
e. Mengeluarkan enzim hialuronidase untuk melunakkan koron radiata
atau sel-sel granulosa.
f. Mempunyai morfologi yang sempurna, yaitu kepala : berbentuk
lonjong agak gepeng berisi inti (nukleus), diliputi lagi oleh
alkrosom dan membran plasma. Leher : menghubungkan kepala
dengan bagian tengah. Ekor : panjang kurang lebih 10 kali bagian
kepala dan dapat bergetar sehingga sperma dapat bergerak dengan
cepat.
 Fertilasi
Proses kehamilan dimulai dari fertilasi yaitu bertemunya sel telur dan
sel sperma. Tempat bertemunya ovum dan sperma paling sering adalah
di daerah ampula tuba. Sebelumnya keduanya bertemu, maka akan
terjadi tiga fase yaitu sebagai berikut :
a. Tahap penembusan korona radiata
b. Penembusan zona pellusida
c. Tahap penyatuan oosit dan membran sel sperma

Fertilisasi terjadi di ampula tuba, hanya satu sperma yang telah mengalami
proses kapasitas dapat melintasi zona pelusida masuk ke dalam vitellus
ovum. Setelah itu, zona pelusida mengalami perubahan sehingga tidak dapat
dilalui sperma lain.

Nidasi

Nidasi/implantasi adalah penanaman sel telur yang sudah dibuahi


(pada stadium blastokista) ke dalam dinding uterus pada awal kehamilan.
Jaringan endometrium ini banyak mengandung sel-sel besar yang banyak
mengandung glikogen, serta mudah dihancurkan oleh trofoblas. Blastula
dengan bagian yang berisi massa sel dalam (inner-cell mass) akan mudah
masuk ke dalam desidua, menyebabkan luka kecil yang kemudian sembuh
dan menutup lagi. Itulah sebabnya, terkadang saat nidasi terjadi sedikit
perdarahan akibat luka desidua (Tanda Hartman). Umumnya nidasi
terjadi pada dinding depan atau belakang rahim (korpus) dekat fundus uteri.

2. Tanda-Tanda Kehamilan
 Gejala Kehamilan Tidak Pasti :
1. Tidak haid adalah gejala pertama yang dirasakan oleh seorang wanita
yang menyadari kalau dirinya sedang hamil. Penting untuk dicatat
tanggal hari pertama haid terakhir guna menentukan usia kehamilan dan
memperkirakan tanggal kelahiran.
2. Mual dengan diikuti muntah ataupun tidak sering terjadi pada bulan-
bulan pertama kehamilan.
3. Mengidam atau menginginkan sesuatu baik itu makanan, minuman atau
hal-hal yang lain.
4. Gangguan buang air besar karena pengaruh hormonal.
5. Sering kencing terutama bila kehamilan sudah besar.
6. Kadang-kadang wanita hamil bisa pingsan dikeramaian terutama pada
bulan-bulan awal kehamilan.
7. Tidak ada nafsu makan, mungkin ada hubungannya dengan mual
muntah diatas.
 Tanda Kehamilan Pasti :
1. Perubahan warna kulit menjadi lebih gelap dari sebelumnya yang kira-
kira terjadi diatas minggu ke 12 kehamilan.
2. Keputihan atau keluarnya cairan berlebihan dari vagina karena
pengaruh hormonal.
3. Perubahan payudara menjadi lebih tegang dan membesar.
4. Pembesaran perut terutama tampak jelas setelah kehamilan 14 minggu.
5. Tes kehamilan memberikan hasil positif.
6. Pada perabaan di bagian perut dirasakan adanya janin serta gerak janin.
7. Bila didengarkan menggunakan alat Doppler maka kan terdengar detak
jantung janin.
8. Pada pemeriksaan USG dilihat gambaran janin.
9. Pada pemeriksaan rontgen terlihat gambaran rangka janin.
3. Pertumbuhan dan Perkembangan Janin
Sebelum lahir ke dunia, anak akan tumbuh dan berkembang di dalam rahim
ibunya selama kurang lebih sembilan bulan lamanya. Setiap bulan janin
mengalami proses perkembangan yang berbeda-beda. Untuk dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik, sang ibu membutuhkan asupan makanan dengan gizi
tertentu.
Ketika hamil seorang wanita mengalami peningkatan kebutuhan asupan
gizi untuk mencukupi kebutuhan dua orangg (sang ibu dan janin bayinya),
yaitu antara lain seperti energi, protein, mineral, kalsium, air, omega 3, vitamin,
asam folat, zat besi dan lain sebagainya.
Pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim dipengaruhi oleh
beberapa faktor dan subfaktor antara lain :
1. Faktor ibu
2. Faktor janin
3. Faktor plasenta

Faktor ibu

 Keadaan kesehatan ibu saat hamil


 Penyakit yang menyertai kehamilan
 Penyulit kehamilan
 Kelainan pada uterus
 Kehamilan tunggal atau ganda atau triplet
 Kebiasaan ibu, merokok, alkohol, kecanduan

Faktor janin

 Jenis kelamin janin


 Penyimpangan genetik : kelainan kongenital, pertumbuhan abnormal
 Infeksi intrauterine

Faktor plasenta

Plasenta adalah akarnya janin untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik dalam rahim. Karena itu plasenta sangat penting artinya untuk menjamin
kesehatan janin dalam rahim, yang ditetapkan dengan indeks plasenta. Indeks
plasenta = Berat plasenta.

TRIMESTER SATU

MINGGU 1

Minggu ini sebenarnya masih periode menstruasi, bahkan pembuahan pun


belum terjadi. Sebab tanggal perkiraan kelahiran si kecil dihitung berdasarkan
hari pertama haid terakhir. Prosespembentukan antara sperma dan telur yang
memberikan informasi kepada tubuh bahwa telah ada calon bayi dalam rahim.
Saat ini janin sudah memiliki segala bekal genetik, sebuah kombinasi untik
berupa 46 jenis kromosom manusia. Selama masa ini, yang dibutuhkan
hanyalah nutrisi (melalui ibu) dan oksigen.

MINGGU 2

Sel telur yang telah dibuahi membelah dua 30 jam setelah dibuahi. Sambil
terus membelah, sel telur bergerak di dalam lubang falopi menuju rahim.
Setelah membelah menjadi 32, sel telur disebut morula. Sel-sel mulai
berkembang dan terbagi kira-kira dua kali sehari sehingga pada hari yang ke-
12 jumlahnya telah bertambah dan membantu blastocyst terpaut pada
endometrium.
MINGGU 3

Sampai usia kehamilan 3 minggu, Ibu mungkin belum sadar jika sedang
mengandung. Sel telur yang telah membelah menjadi ratusan akan menempel
pada dinding rahim disebut blastosit. Ukurannya sangat kecil 0,1-0,2 mm.

MINGGU 4

Kini, bayi berbentuk embrio. Embrio memproduksi hormon kehamilan


(Chorionic Gonadotropin-HCG), sehingga apabila melakukan test kehamilan,
hasilnya positif. Janin mulai membentuk struktur manusia. Saat ini terjadi
pembentukan otak dan tulang belakang serta jantung dan aorta (urat besar yang
membawa darah ke jantung).

MINGGU 5

Terbentuk 3 lapisan yaitu ectoderm, mesoderm dan endoderm. Ectoderm


adalah lapisan yang paling atas yang akan membentuk sistem saraf pada janin
tersebut yang seterusnya membentuk otak, tulang belakang, kulit serta rambut.
Lapisan mesoderm berada pada lapisan tengah yang akan membentuk organ
jantung, buah pinggang, tulang dan organ reproduktif. Lapisan endoderm yaitu
lapisan paling dalam yang akan membentuk usus, hati, pankreas dan punsi
kencing.

MINGGU 6

Ukuran embrio rata-rata 2-4 mm yang diukur dari puncak kepala hingga
bokong. Tuba saraf sepanjang punggung bayi telah menutup. Pada minggu ini
sistem pencernaan dan pernafasan mulai dibentuk. Pucuk-pucuk kecil yang
akan berkembang menjadi lengan kaki pun mulai tampak.

MINGGU 7

Akhir minggu ketujuh, panjangnya sekitar 5-13 mm dan beratnya 0,8 gram,
kira-kira sebesar biji kacang hijau. Pucuk lengan mulai membelah menjadi
bagian bahu dan tangan yang mungil. Jantung telah dibagi menjadi bilik kanan
dan bilik kiri, begitu pula dengan saluran udara yang terdapat di dalam paru-
paru.
MINGGU 8

Panjang kira-kira 14-20 mm. Banyak perubahan yang terjadi pada bayi, ujung
hidung dan kelopak mata mulai berkembang, begitu pula telinga. Bronchi,
saluran yang menghubungkan paru-paru dengan tenggorokan, mulai
bercabang. Lengan semakin membesar dan ia memiliki siku, bayi sudah mulai
terbentuk diantarnya pembentukan lubang hidung, bibir, mulut serta lidah.
Matanya juga sudah keliatan berada dibawah membran kulit yang tipis.
Anggota tangan serta kaki juga terbentuk walaupun belum sempurna.

MINGGU 9

Telinga bagian luar mulai terbentuk kaki dan tangan terus berkembang berikut
dibawah jari kaki dan tangan mulai tampak. Ia mulai bergerak, dengan
Doppler bisa mendengar detak jantungnya. Minggu ini, panjangnya sekitar 22-
30 mm dan beratnya sekitar 4 gram.

MINGGU Ke-10

Semua organ penting yang telah terbentuk mulai bekerja sama. Pertumbuhan
otak meningkat dengan cepat, hampir 250.000 sel saraf baru diproduksi setiap
menit. Ia mulai tampak seperti manusia kecil dengan panjang 32-43 mm dan
berat 7 gram.

MINGGU Ke-11

Panjang tubuhnya mencapai sekitar 6,5 cm. Baik rambut, kuku jari tangan dan
kakinyamulai tumbuh. Sesekali di usia ini janin sudah menguap. Gerakan demi
gerakan kaki dan tangan, termasuk gerakan menggeliat, meluruskan tubuh dan
menundukkan kepala, sudah bisa dirasakan ibu. Janin kini sudah bisa
mengubah posisinya dengan berputar, memanjang, bergelung, atau malah
jumpalitan yang kerap terasa menyakitkan sekaligus memberi sensasi
kebahagiaan tersendiri.

MINGGU Ke-12

Bentuk wajah bayi lengkap, ada dagu dan hidung kecil. Jari-jari tangan dan
kaki yang mungil terpisah penuh. Usus bayi telah berada didalam rongga
perut. Akibat meningkatnya volume darahibu, detak jantung janin bisa jadi
meningkat. Panjangnya sekitar 63 mm dan beratnya 14 gram.

TRIMESTER DUA

MINGGU Ke-13

Plasenta berkembang untuk menyediakan oksigen, nutrisi dan pembuangan


sampah bayi. Kelopak mata bayi merapat untuk melindungi mata yang sedang
berkembang. Janin mencapai panjang 76 mm dan beratnya 19 gram. Kepala
bayi membesar dengan lebih cepat daripada yang lain. Badannya juga semakin
membesar untuk mengejar pembesaran kepala.

MINGGU Ke-14

Panjangnya 80-110 mm dan beratnya 25 gram. Lehernya semakin panjang dan


kuat. Kelenjar prostat bayi laki-laki berkembang dan ovarium turun dari
rongga perut menuju panggul. Detak jantung bayi mulai menguat.

MINGGU Ke-15

Tulang dan sumsum tulang di dalam sistem kerangka terus berkembang. Kulit
bayi masih sangat tipis sehingga pembuluh darhnya keliatan. Beratnya 49
gram dan panjang 113 mm. Bayi sudah mampu menggenggam tangannya dan
mengisap ibu jari.

MINGGU Ke-16

Bayi telah terbentuk sepenuhnya dan membutuhkan nutrisi melalui plasenta.


Bayi telah mempunyai tulang yang kuat dan mulai bisa mendengar suara.
Dalam proses pembentukan ini sistem peredaran darah adalah yang pertama
terbentuk dan berfungsi. Janin mulai bergerak. Panjang 116 mm dan beratnya
80 gram.

MINGGU Ke-17

Panjang 12 cm dan berat 100 gram, bayi masih sangat kecil. Lapisan lemak
cokelat mulai berkembang, untuk menjaga suhu tubuh bayi setelah lahir.
Rambut, kening, bulu mata bayi mulai tumbuh dan garis kulit pada ujung jari
mulai terbentuk. Sidik jari sudah mulai terbentuk.
MINGGU Ke-18

Mata bayi pun berkembang. Ia akan mengetahui adanya cahaya jika


menempelkan senter yang menyala di perut. Panjangnya sudah 14 cm dan
beratnya 140 gram. Hormon estrogendan progesteron semakin meningkat.

MINGGU Ke-19

Tubuh bayi diselimuti vernik caseosa, semacam lapisan lilin yang melindungi
kulit dari luka. Otak bayi telah mencapai jutaan saraf motorik karenanya ia
mampu membuat gerakan sadar seperti menghisap jempol. Beratnya 226 gram
dan panjang hampir 16 cm.

MINGGU Ke-20

Beratnya mencapai 260 gram dan panjangnya 14-16 cm. Dibawah lapisan
vernik, kulit bayi mulai membuat lapisan dermis, epidermis dan subcutaneous.
Kuku tumbuh pada minggu ini. Proses penyempurnaan paru-paru dan sistem
pernafasan. Pigmen kulit mulai terlihat.

MINGGU Ke-21

Usus bayi telah cukup berkembang sehingga ia sudah mampu menyerap atau
menelan gula dari cairan lalu dilanjutkan melalui sistem pencernaan menuju
usus besar. Gerakan bayi semakin pelan karena beratnya sudah 340 gram dan
panjangnya 20 cm.

MINGGU Ke-22

Indera yang akan digunakan bayi untuk belajar berkembang setiap hari. Setiap
minggu, wajahnya semakin mirip seperti saat dilahirkan. Perbandingan kepala
dan tubuh semakin proporsional.

MINGGU Ke-23

Meski lemak semakin bertumpuk di dalam tubuh bayi, kulitnya masih kendur
sehingga tampak keriput. Ini karena produksi sel kulit lebih banyak
dibandingkan lemak. Beratnya hampir 450 gram. Tangan dan kaki bayi serta
jari-jari telah terbentuk dengan sempurna.
MINGGU Ke-24

Paru-paru mulai mengambil oksigen dari plasenta. Kulit bayi mulai menebal
dan mengeluarkan air ketuban. Tulang bayi semakin mengeras dan bayi
menjadi bayi yang semakin kuat.

MINGGU Ke-25

Bayi cegukan, ibu merasakannya ini tandanya ia sedang latihan bernafas. Garis
disekitar mulut bayi sudah mulai membentuk dan fungsi menelan sudah
semakin membaik. Indera penciuman bayi sudah semakin membaik.

MINGGU Ke-26

Bayi sudah bisa mengedipkan matanya selain itu retina matanya telah mulai
terbentuk. Aktifitas otaknya yang berkaitan dengan pendengarannya dan
penglihatannya sudah berfungsi. Berat badan bayi sudah mencapai 750-780
gram, sedangkan tingginya 35-38 cm.

MINGGU Ke-27

Paru-par, hati dan sistem kekebalan tubuh masih harus dimatangkan. Indra
perasa mulai terbentuk. Bayi juga sudah pandai mengisap ibu jari dan menelan
air ketuban yang mengelilinginya. Berat umum bayi seusia si kecil 870-890
gram dengan tinggi badan 36-38 cm.

MINGGU Ke-28

Beratnya 1100 gram dan panjangnya 25 cm. Otak bayi semakin berkembang
dan meluas. Lapisan lemak pun semakin berkembang dan rambutnya terus
tumbuh. Gerakan bayi sudah mulai terbatas karena beratnya yang bertambah.
Matanya sudah mulai bisa berkedip bila melihat cahaya melalui dinding perut
ibunya. Paru-parunya belum sempurna.

MINGGU Ke-29

Kelenjar adrenalin bayi mulai menghasilkan hormon seperti androgen dan


estrogen. Hormon ini akan menyetimulasi hormon prolaktin di dalam tubuh
ibu sehingga membuat kolostrum. Bayi sudah bisa mengidentifikasi perubahan
suara, cahaya, rasa dan bau.
MINGGU Ke-30

Mata indah bayi sudah bergerak dari satu sisi ke sisi yang lain. Kini si kecil
pun sudah mulai memproduksi air mata.

MINGGU Ke-31

Plasenta masih memberikan nutrisi yang dibutuhkan bayi. Aliran darah di


plasenta memungkinkan bayi menghasilkan air seni. Perkembangan fisik
sudah mulai melambat. Perkembangan otaknyalah yang berkembang dengan
sangat pesat dengan menghasilkan bermilyar sel. Apabila diperdengarkan
musik, bayi akan bergerak.

MINGGU Ke-32

Lanugo yang menutupi tubuh bayi mulai rontok tetapi sebagian masih ada di
bahu dan punggung saat dilahirkan. Kulit bayi semakin merah dan sistem
pendengaran telah terbentuk dnegan sempurna. Rambutnya pun semakin
banyak dan semakin panjang. Bayi sudah mulai bisa bermimpi.

MINGGU Ke-33

Bayi telah memiliki bentuk wajah yang menyerupai ayah dan ibunya. Bayi
sudah bisa mengambil nafas dalam-dalam walaupun nafasnya masih didalam
air. Apabila bayinya laki-laki maka testis sudah mulai turun dari perut menuju
skrotum.

MINGGU Ke-34

Bayi berada di pintu rahim. Bayi sudah dapat membuka dan menutup mata
apabila mengantuk dan tidur. Tubuh bunda sedang mengirimkan antibodi
melalui darah bunda ke dalam darah bayi yang berfungsi sebagai sistem
kekebalan tubuhnya.

MINGGU Ke-35

Pendengaran bayi sudah berfungsi secara sempurna. Lemak dari tubuh bayi
sudah mulai memadat pada bagian kaki dan tangannya, lapisan lemak ini
berfungsi untuk memberikan kehangatan pada tubuhnya. Bayi sudah semakin
membesar dan sudah mulai memenuhi rahim bunda. Apabila bayi bunda laki-
laki maka di bulan ini testisnya sudah sempurna.

MINGGU Ke-36

Kulit bayi sudah semakin halus dan sudah menjadi kulit bayi. Lapisan lemak
sudah mulai mengisi bagian lengan dan betis dari bayi. Ginjal dari bayi sudah
bekerja dengan baik dan livernya pun telah memproduksi kotoran. Saat ini
paru-paru bayi sudah siap bekerja baik.

MINGGU Ke-37

Kepala bayi turun ke ruang pelvik. Bentuk bayi semakin membulat dan
kulitnya menjadi merah jambu. Rambutnya tumbuh dengan lebat.

MINGGU Ke 38-40

Proses pembentukan telah berakhir dan bayi siap dilahirkan.

4. Adaptasi Fisiologi dan Psikologi pada Kehamilan Trimester I, II dan III


1. Uterus
Selama kehamilan uterusakan beradaptasi untuk menerima dan
melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai persalinan.
Pada perempuan tidak hamil uterus mempunyai berat 70 gram dan
kapasitas 10 ml atau kurang. Selama hamil, uterus akan berubah menjadi
suatu organ yang mampu menampung janin, plasenta, dan cairan amnion
rata-rata pada akhir kehamilan volume totalnya mencapai 5 liter bahkan
dapat mencapai 20 liter atau lebih dengan berat rata-rata 1100 gram.
2. Serviks
Satu bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi lebih lunak dan
kebiruan. Perubahan ini terjadi akibat penambahan vaskularisasi dan
terjadinya edema pada seluruh serviks, bersamaan dengan terjadinya
hipertrofi dan hiperplasia pada kelenjar-kelenjar serviks.

3. Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan
folikel baru juga di tunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat ditemukan
di ovarium. Folikel ini akan berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal
kehamilan dansetelah itu akan berperan sebagai penghasil progesteron
dalam jumlah yang relatif minimal.

4. Vagina dan Perineum

Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hiperemia terlihat


jelas pada kulit dan otot-otot di perineum dan vulva, sehingga pada vagina
akan terlihat berwarna keunguan yang dikenal dengan tanda Chadwick.

5. Kulit
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi
kemerahan, kusam dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah
payudara dan paha. Perubahan ini dikenal dengan nama strie gravidarum.
Pada banyak perempuan kulit digaris pertengahan perutnya (linea alba) dan
kadang-kadang akan muncul dalam ukuran yang bervariasi pada wajah dan
leher yang disebut cloasma atau melasma gravidarum. Hal ini disebabkan
oleh adanya peningkatan kadar serum melanocyte stimulating hormone.

6. Payudara

Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya


menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua payudara akan bertambah
ukurannya. Puting payudara akan lebih besar, kehitaman dan tegak. Setelah
bulan pertama suatu cairan berwarna kuning yang disebut kolostrum dapat
keluar.

7. Perubahan metabolik

Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan berasal


dari uterus dan isinya. Kemudian payudara, volume darah, dan cairan
ekstraseluler. Diperkirakan berat badan akan bertambah 12,5 kg. Pada
trimester 2 dan 3 perempuan dengan gizi baik dianjurkan menambah berat
badan 0,4 kg, perempuan dengan gizi kurang 0,5 kg, gizi baik 0,3 kg.

8. Sistem kardiovaskuler
Pada minggu ke-5 cardiac output akan meningkat dan perubahan ini
terjadi untuk mengurangi resistensi vaskular sistemik. Selain itu juga
peningkatan denyut jantung.
9. Traktus digestivus
Seiring dengan makin besarnya uterus, lambung dan usus akan
tergeser. Demikian juga dengan yang lainnya seperti apendiks yang akan
bergeser ke atas dan lateral. Perubahan yang nyata akan terjadi pada
penurunan motilitas otot polos pada traktus digestivus dan penurunan
sekresi asam hidroklorid dan peptin di lambang sehingga akan
menimbulkan gejala berupa pyrosis (heartburn).
10. Traktus urinarius
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih akan tertekan
oleh uterus yang mulai membesar sehingga menimbulkan sering berkemih.
Pada akhir kehamilan, jika kepala janin sudah mulai turun ke pintu atas
panggul, keluhan sering berkemih timbul kembali.
11. Sistem muskuloskeletal
Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk yang umum pada
kehamilan. Akibat kompensasi dari pembesaran uterus ke posisi anterior.
(Prawirohardjo, Sarwono. 2014).
5. Kebutuhan Dasar Ibu Hamil
 Kebutuhan Oksigenasi
Kebutuhan oksigen wanita hamil meningkat kira-kira 20% sehingga
untuk memenuhi kebutuhannya itu, wanita hamil selalu bernapas lebih
dalam dan bagian bawah toraksnya juga melebar ke sisi. Pada kehamilan 32
minggu atau lebih, usus-usus tertekan oleh uterus yang membesar ke arah
diafragma sehingga diafragma sulit bergerak. Akibatnya, tidak jarang
wanita hamil mengeluh sesak napas dan pendek napas. Untuk memenuhi
kebutuhan oksigen ini, dapat dilakukan senam pernapasan.
Cara senam pernapasan, dengan posisi berdiri atau sambil berjalan-jalan :
1. Tutup mulut.
2. Tarik napas sedalam mungkin dan mengeluarkannya secara perlahan-
lahan.
3. Otot pernapasan yang dilatih adalah otot diafragma dengan
mengendorkan dan mengencangkan dinding abdomen dan melakukan
kontraksi dan relaksasi tulang iga.
4. Lakukan senam pernapasan ini beberapa kali sehingga dapat tercapai
kesegaran jasmani yang optimal.
 Nutrisi
Dalam masa kehamilan, kebutuhan zat-zat gizi meningkat. Hal ini
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang janin,
pemeliharaan kesehatan ibu, dan persediaan laktasi baik untuk ibu maupun
janin. Kekurangan nutrisi dapat mengakibatkan anemia, abortus, partus
prematurus, inersia uteri, perdarahan pascapersalinan, sepsis puerperalis,
dan lain-lain. Kelebihan nutrisi karena dianggap makan untuk dua orang
dapat berakibat kegemukan, pre-eklamsia, janin besar dan lain-lain.
Energi
Selama kehamilan, terjadi peningkatan kalori sekitar 80.000
kilokalori sehingga dibutuhkan penambahan kalori sebanyak 300
kilokalori/hari. Penambahan kalori ini dihitung melalui protein, lemak yang
ada pada janin, lemak pada ibu, dan konsumsi O2 ibu selama 9 bulan.
 Metabolisme basal
Metbolisme basal meningkat 15-20% karena hal-hal berikut.
1. Pertumbuhan janin, plasenta, jaringan pada tubuh.
2. Peningkatan aktivitas kelenjar-kelenjar endokrin.
3. Keaktifan jaringan protoplasma janin sehingga meningkatkan
kebutuhan kalori.
 Karbohidrat
Metabolisme karbohidrat ibu hamil sangat kompleks, karena
terdapat kecenderungan peningkatan ekskresi dextrose dalam urine. Hal ini
ditunjukkan oleh frekuensi glukosuria ibu hamil yang relatif tinggi dan
adanya glukosuria pada kebanyakan wanita hamil setelah mendapat 100
gram dextrose per oral. Normalnya, pada wanita hamil tidak terdapat
glukosuria. Kebutuhan karbohidrat lebih kurang 65% dari total kalori
sehingga perlu tambahan.
 Protein
Protein dibutuhkan untuk pertumbuhan janin, uterus, payudara,
hormon, penambahan cairan darah ibu, dan persiapan laktasi. Kebutuhan
protein adalah 9 gram/hari. Sebanyak 1/3 dari protein hewani mempunyai
nilai biologis tinggi. Kebutuhan protein untuk fetus adalah 925 gram
selama 9 bulan. Efisiensi protein adalah 70%. Terdapat protein loss di urine
+30%.
 Lemak
Selama hamil, terdapat lemak sebanyak 2-2,5 kg dan peningkatan
terjadi mulai bulan ke-3 kehamilan. Penambahan lemaktidak diketahui,
namun kemungkinan dibutuhkan untuk proses laktasi yang akan datang.
 Mineral
Ferum (Fe)
1. Dibutuhkan untuk pembentukan Hb, terutama hemodilusi.
2. Pemasukan harus adekuat selama hamil untuk mencegah anemia.
3. Wanita hamil memerlukan 800 mg atau 30-50 gram/hari.
4. Anjuran maksimal : penambahan mulai awal kehamilan, karena
pemberian yang hanya paada trimester III tidak dapat mengejar
kebutuhan ibu/fetus dan juga untuk cadangan fetus.
Kalsium (Ca)
1. Diperlukan untuk pertumbuhan tulang dan gigi.
2. Vitamin D membantu penyerapan kalsium.
3. Kebutuhan 30-40 g/hari untuk janin.
4. Wanita hamil perlu tambahan 600 mg/hari.
5. Total kebutuhan ibu hamil selama kehamilan adalah 1200 mg/hari.
Natrium (Na)
1. Natrium bersifat mengikat cairan sehingga akan memengaruhi
keseimbangan cairan tubuh.
2. Ibu hamil normal kadar natriumnya bertambah 1,6-88 gram/minggu
sehingga cenderung akan timbul edema.
3. Dianjurkan ibu hamil mengurangi makanan yang mengandung natrium.
 Vitamin
- Vitamin A
Untuk kesehatan kulit, membran mukosa, membantu penglihatan pada
malam hari dan menyiapkan vitaminA bagi bayi.
- Vitamin D
Untuk absorpsi dan metabolisme kalsium kalsium dan fosfor.
- Vitamin E
Dibutuhkan penambahan +10 mg.
- Vitamin K
Untuk pembentukan protrombin.
- Vitamin B kompleks
Untuk pembentukan enzim yang diperlukan dalam metabolisme
karbohidrat.
- Vitamin C
Untuk pembentukan kolagen dan darah yang membantu penyerapan Fe.
- Asam folat
Untuk pembentukan sel-sel darah, untuk sintesis DNA, serta untuk
pertumbuhan janin dan plasenta.
 Air
Bertambah 7 L. Untuk volumedan sirkulasi darah bertambah ±25%
sehingga dengan demikian fungsi jantung dan alat-alat lain akan meningkat
Peningkatan kebutuhan gizi selama kehamilan dipergunakan antara lain
untuk pertumbuhan plasenta, pertambahan volume darah, mamae yang
membesar dan metabolisme basal yang meningkat. Kenaikan berat badan
wanita hamil rata-rata 6,5-16 kg. Jika berat badan naik lebih dari
semestinya, anjurkan untuk mengurangi makanan yang mengandung
karbohidrat. Lemak jangan dikurangi, apalagi sayur mayur, dan buah-
buahan. Jika berat badan tetap saja atau menurun, semua makanan
dianjurkan terutama yang mengandung protein dan besi. Jika terdapat
edema kaki, sedangkan kenaikan berat badan sesuai dengan kehamilan,
anjurkan tidak memakan makanan yang mengandung garam atau makanan
yang kaya ion natrium dan klorida. Hal yang penting diperhatikan adalah
cara mengatur menu dan cara pengolahan menu makanan.
 Pemberian Obat-obatan
Pengobatan penyakit saat hamil harus selalu memerhatikan apakah obat
tersebut tidak berpengaruh terhadap tumbuh-kembang janin. Pengaruh obat
terhadap janin dapat digolongkan sebagai berikut.
1. Obat yang tergolong tidak boleh diberikan saat hamil.
2. Obat yang dapat diberikan saat hamil dengan keamanan terbatas
umumnya aman diberikan setelah hamil trimester II.
3. Obat yang aman diberikan namun tidak ada keterangan tertulis yang
lengkap.
4. Obat atau bahan kimia yang pemberiannya saat hamil memerlukan
pertimbangan dengan seksama.
5. Obat atau bahan kimia yang aman jika diberikan pada kehamilan, yaitu
vitamin khusus untuk ibu hamil.
 Merokok, Minum Alkohol dan Kecanduan Narkotik
Ketiga kebiasaan tersebut secara langsung dapat memengaruhi
pertumbuhan, perkembangan janin dan menimbulkan kelahiran dengan
berat badan lahir rendah bahkan dapat menimbulkan cacat bawaan atau
kelainan pertumbuhan dan perkembangan mental.
 Personal Hygiene
Mandi diperlukan untuk menjaga kebersihan/hygiene terutama
perawatan kulit, karena fungsi ekskresi dan keringat bertambah. Dianjurkan
menggunakan sabun lembut atau ringan. Mandi berendam tidak dianjurkan.
Hal yang perlu diperhatikan adalah :
1. Tidak mandi air panas
2. Tidak mandi air dingin
3. Pilih antara shower dan bak mandi sesuai dengan keadaan personal
4. Pada kehamilan lanjut, shower lebih aman daripada bak mandi (bath up)
 Perawatan gigi
Saat hamil sering terjadi karies yang berkaitan dengan emesis-
hiperemesis gravidarum, hipersalivasi dapat menimbulkan timbunan
kalsium di sekitar gigi. Memeriksakan gigi saat hamil diperlukan untuk
mencari kerusakan gigi yang dapat menjadi sumber infeksi.
 Pakaian
Pakaian yang dikenakan harus longgar, bersih, dan tidak ada ikatan
yang ketat pada daerah perut. Selain itu, wanita dianjurkan mengenakan bra
yang menyokong payudara dan memakai sepatu dengan hak yang tidak
terlalu tinggi, karena titik berat wanita hamil berubah. Pakaian dalam yang
dikenakan harus selalu bersih dan menyerap keringat. Dianjurkan pula
memakai pakaian dan pakaian dalam dari bahan katun yangdapat menyerap
keringat. Pakaian dalam harus selalu kering dan harus sering diganti.
 Eliminasi
Wanita dianjurkan untuk defekasi tertur dengan mengkonsumsi
makanan yang banyak mengandung serat seperti sayuran. Selain itu,
perawatan perineum dan vagina dilakukan setelah BAK/BAB dengan cara
membersihkan dari depan ke belakang, menggunakan pakaian dalam dari
bahan katun, sering mengganti pakaian dalam dan tidak melakukan
dpuching/pembilasan.
 Seksual
Berdasarkan beberapa penelitian, terdapat perbedaan respons fisiologis
terhadap seks antara ibu hamil dan wanitatidak hamil. Terdapat empat fase
selama siklus respons seksual, antara lain :
1. Fase gairah seksual
Labia mayora
- Nulipara/tidak hamil : pembesaran labia mayora sama.
- Multipara : labia mayora lebih membesar daripada nulipara

Labia minora : nuli dan multipara sama dan terjadi pembesaran 2-3x.

2. Fase plateau
Lanjutan dari fase gairah seksual menuju orgasmus.
- Terjadi perubahan warna kulit labia minora dari warna merah muda
menjadi merah sekali bersamaan dengan orgasme.
- Umumnya, wanita hamil dan tidak hamil sama pada fase ini.
3. Fase orgasmus
- Merupakan puncak dari repsons seksual.
- Pada wanita hamil, terjadi kontraksi 1/3 distal dari vagina dan uterus
- Selama trimester III, khususnya pada minggu ke-4 terakhir
kehamilan, uterus mengalami spasme tonik, di samping ritme
kontraksi yang teratur.
4. Fase resolusi
- Umumnya pada ibu hamil, kembalinya darah tidak seluruhnya
karena tingkat ketegangan seksual ibu hamil lebih tinggi
dibandingkan wanita tidak hamil.
- Perasaan bahagia tidak mengurangi ketegangan untuk beberapa
waktu.

Hubungan seksual tidak dilarang selama kehamilan, kecuali pada keadaan-


keadaan tertentu, seperti :

1. Terdapat tanda-tanda infeksi (nyeri, panas)


2. Sering terjadi abortus/prematur
3. Terjadi perdarahan per vaginam pada saat koitus
4. Pengeluaran cairan (air ketuban) yang mendadak
Sebaiknya koitus dihindari pada kehamilan muda sebelum kehamilan 16
minggu dan pada hamil tua, karena akan merangsang kontraksi.
 Mobilisasi atau Mekanik Tubuh
Postur tubuh, lifting (mengangkat), bangun dari posisi
jongkok/duduk (bend knees [menekuk lutut], turn to side [berbalik badan],
menahan tangan dari posisi duduk).
 Latihan atau Senam Hamil
Senam hamil bertujuan mempersiapkan dan melatih otot-otot
sehingga dimanfaatkan untuk berfungi secara optimal dalam persalinan
normal. Manfaat gerak badan selama hamil adalah sirkulasi darah menjadi
baik, nafsu makan bertambah, pencernaan lebih baik dan tidur lebih
nyenyak. Gerak badan yang melelahkan dilarang selama hamil.
Senam hamil ditujukan bagi ibu hamil tanpa kelainan atau tidak
terdapat penyakit yang menyertai kahamilan, seperti penyakit jantung,
penyakit ginjal, penyakit pernapasan, penyulit kehamilan (hamil dengan
perdarahan, hamil dengan gestosis, hamil dengan kelainan letak), riwayat
abortus berulang dan kehamilan disertai anemia.
Syarat mengikuti senam hamil adalah :
1. Ibu hamil cukup sehat
2. Kehamilan tidak ada komplikasi seperti abortus berulang, kehamilan
dengan perdarahan.
3. Tidak boleh latihan dengan menahan napas
4. Lakukan latihan secara teratur dengan istruktur senam hamil
5. Senam hamil dimulai pada umur kehamilan sekitar 24-28 minggu.
 Istirahat/Tidur
Wanita pekerja harus istirahat. Tidur siang menguntungkan dan baik
untuk kesehatan. Tempat hiburan yang terlalu ramai, sesak dan panas lebih
baik dihindari karena dapat menyebabkan jatuh pingsan.
 Imunisasi
Terutama imunisasi tetanus toksoid untuk melindungi bayi terhadap
penyakit tetanus neonatorum. Imunisasi dilakukan pada trimester I/II pada
kehamilan 3-5 bulan dengan interval minimal 4 minggu. Lakukan
penyuntikan secara IM (intramuskular) dengan dosis 0,5 ml. Imunisasi
yang lain diberikan sesuai indikasi.
 Bepergian (Travelling)
Bepergian dengan pesawat udara biasa tidak perlu dikhawatirkan
karena tidak membahayakan kehamilan. Tekanan udara di dalam kabin
penumpang telah diatur sesuai atmosfer biasa.
 Pekerjaan
Hindari pekerjaan yang membahayakan atau terlalu berat atau
berhubungan dengan radiasi atau bahan kimia, terutama pada usia
kehamilan muda.

6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kehamilan


Menurut (Romauli, 2011) faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan antara
lain:
1. Faktor Fisik
a. Status Kesehatan
Status kesehatan merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan
kondisi kesehatan ibu hamil. Pengaruh status kesehatan terhadap kehamilan
antara lain :
1. Penyakit atau komplikasi akibat langsung dari kehamilan, seperti
hyperemesis gravidarum, preeklamsi, kelainan lamanya kehamilan,
kehamilan ektopik, kelainan plasenta, atau selaput janin, pendarahan
antepartum, dan gamelli.
2. Penyakit atau kelainan yang tidak langsung berhubungan dengan
kehamilan. Terdapat hubungan timbal balik dimana penyakit ini dapat
memperberat serta mempengaruhi kehamilan, contohnya :
a. Penyakit kelainan bagian kandungan seperti varises vulva, kelainan
bawaan, hematoma vulva, peradangan, gonorea, DM, kista bartholini,
fistula vagina, kista vagina, kelainan bawaan uterus, kelainan letak
uterus, tumor uteri, mioma uteri, karsinoma serviks, karsinoma korpus
uteri.
b. Penyakit kardiovaskuler seperti penyakit jantung, hipertensi, stenosis
aorta, jantung rematik, endokarditis.
c. Penyakit darah misalnya anemia karena kehamilan, leukimia,
hemastosis dan kelainan pembekuan darah, purpura trombositopeni,
hipofibrinogenemia.
d. Penyakit saluran nafas misalnya influenza, bronchitis, pneumonia, asma
bronkiale, TB paru.
e. Penyakit traktus digestivus misalnya ptialismus, kries, gingivitis,
pirosis, herniadiafragmatikagastritis, ileus, valvulusta, hernia, appendik,
colitis, megakolon, hemmorhoid.
f. Penyakit hepar misalnya hepatitis, rupture hepar, sirosis hepatis, ikterus,
atrofi hepar, penyakit pankreas.
g. Penyakit ginjal atau saluran kemih misalnya infeksi saluran kemih,
bakteriuria, sistisis, sindroma nefrotik, batu ginjal, tbc ginjal.
h. Penyakit endokrin misalnya diabetes dalam kehamilan, kelainan
kelenjar gondok, dan kelainan hipofisis.
i. Penyakit saraf misalnya korea gravidarum, epilepsia, pendarahan
intakranial, tumor otak, poliomyelitis.
j. Penyakit menular misalnya IMS, AIDS, kondolimata akuminata,
tetanus, erysipelas, difteri, lepra, torch, morbilli, campak, parotitis,
variola, malaria dan lain-lain.

Beberapa pengaruh penyakit terhadap kehamilan adalah terjadi abortus,


intra uterin fetal death, anemia berat, infeksi tranplasental, dismaturitas,
shock, pendarahan.

b. Status Gizi
Status gizi merupakan hal yang penting diperhatikan pada masa
kehamilan, karena faktor gizi sangat dipengaruhi terhadap status kesehatan
ibu selama hamil serta guna pertumbuhan dan perkembangan janin.
Keterbatasan gizi selama hamil sering berhubungan dengan faktor
ekonomi, pendidikan, sosial atau keadaan lain yang dapat meningkatkan
kebutuhan gizi ibu hamil. Gizi merupakan salah satu faktor penting yang
menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia.pengaruh gizi
terhadap kehamilan sangat penting. Berat badan ibu hamil harus memadai,
bertambah sesuai dengan umur kehamilan. Berat badan normal akan
menghasilkan anak yang normal. Demikian juga sebaliknya kenaikan berat
badan lebih dari normal, dapat menimbulkn komplikasi keracunan
kehamilan (pre-eklampsia), anak yang terlalu besar sehingga menimbulkan
kesulitan persalinan. Kebutuhan zat gizi pada ibu hamil secara garis besar
antara lain :
a. Asam folat, asam folat ini berfungsi sebagai menurunkan risiko
kerusakan otak, kelainan neural, spina bifida dan anansepalus, baik pada
ibu hamil normal maupun berisiko. Minimal pemberian asam folat
dimulai dari 2 bulan sebelum konsepsi dan berlanjut 3 bulan pertama
kehamilan. Dosis pemberian asam folat untuk preventif adalah 500 kg
atau 0,5-0,8 mg, sedangkan untuk kelompok berisiko adalah 4 mg/hari.
Bila kekurangan asam folat akan memnyebabkam anemia pada ibu dan
cacat bayi yang dilahirkan.
b. Energi, kebutuhan energi ibu hamil adalah 285 kalori untuk proses
tumbuh kembang janin dan perubahan pada tubuh ibu.
c. Protein, berfungsi sebagai menambah jaringan tubuh ibu seperti
jaringan payudara dan rahim dan dapat diperoleh dari susu, telur dan
keju.
d. Zat besi (Fe), membutuhkan tabahan 700-800 mg zat besi. Jika
kekurangan, bisa terjadi perdarahan sehabis melahirkan.
e. Kalsium, berfungsi sebagai pembentukan tulang dan gigi bayi.
Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 500 mg/hari.
f. Vitamin D, berkaitan dengan zat kapur dan jika kekurangan zat kapur
maka pembentukan gigi geliginya dan lapisan luar gigi tidak sempurna.
g. Yodium, berfungsi sebagai mencegah gondongan dan jika kekurangan
yodium pada ibu hamil dapat menyebabkan janin menderita kretenisme,
sebuah ketidakmampuan yang mempengaruhi pemikiran.
h. Vitamin A, berfungsi sebagai mencegah rabun ayam, kebutaan dan
membantu tubuh untuk melawan infeksi.
c. Gaya hidup
Gaya hidup merupakan kebiasaan-kebiasaan yang ada pada
masyarakat baik masyarakat yang bersifat positif maupun kebiasaan
bersifat negatif yang dapat mempengaruhi kesehatan. Pengaruh gaya hidup
yang mempengaruhi kehamilan seperti kebiasaan minum jamu, aktivitas
seksual, pekerjaan atau aktivitas sehari-hari yang terlalu berat, senamhamil,
konsumsi alkohol, merokok, dan kehamilan yang tidak diharapkan.
2. Faktor Psikologi

Faktor psikologi muncul karena ketidakmatangan di dalam


perkembangan emosional dalam kesanggupan seseorang untuk
menyesuaikan diri dengan situasi tertentu termasuk kehamilan. Faktor
psikologi ini mempunyai beberapa faktor yang mempengaruhi kehamilan,
antara lain stressor, dukungan keluarga, subtance abuse, partner abuse.

3. Gaya hidup
Gaya hidup sehat adalah gaya yang digunakan ibu hamil. Ekonomi
juga selalu menjadi faktor penentu dalam proses kehamilan yang cukup
dapat memeriksakan kehamilannya secara rutin. Dengan adanya
perencanaan yang baik sejak awal, membuat tabungan bersalin, maka
kehamilan dan proses persalinan dapat berjalan dengan bak. Berikut ini
adalah faktor yang mempengaruhi gaya hidup antara lain :
a. Faktor lingkungan
Ada beberapa kebiasaan adat istiadat yang merugikan ibu hamil. Tenaga
kesehatan harus dapat menyikapi hal ini secara bijaksana dan jangan
sampai menyinggung kearifan lokal pada daerah tersebut. Penyampaian
mengenai pengaruh adat dapat melalui beberapa teknik, misalnya media
massa, pendekatan tokoh masyarakat dan penyuluhan yang
menggunakan media efektif.
b. Faktor sosial
Faktor sosial tergolong menjadi dua macam yaitu :
a. Fasilitas kesehatan, berfungsi sebagai menentukan kualitas
pelayanan pada ibu hamil. Deteksi dini terhadap kemungkinan
adanya penyulit akan lebih tepat, sehingga langkah antisipatif akan
lebih cepat diambil serta adanya fasilitas kesehatan ini dapat
menurunkan angka kematian ibu hamil (AKI).
b. Tigkat pendidikan, tingkat pendidikan ibu hamil sangat berperan
dalam kualitas perawatan bayinya. Informasi yang berhubungan
dengan perawatan kehamilan sangat dibutuhkan, sehingga akan
meningkatkan pengetahuannya. Penelitian menunjukkan bahwa
semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin baik pula
pengetahuannya tentang sesuatu. Pada ibu hamil dengan pendidikan
rendah kadang ketika tidak mendapatkan cukup informasi mengenai
kesehatannya maka ia tidak tahu bagaimana cara melakukan
perawatan kehamilan dengan baik.
c. Pekerjaan, pekerjaan seseorang akan menggambarkan aktifitas dan
tingkat kesejahteraan ekonomi yang didapatkan. Penelitian juga
menunjukkan bahwa ibu hamil yang bekerja akan mempunyai
pengetahuan yang lebih baik daripada ibu yang tidak bekerja, karena
ibu yang bekerja akan memiliki kesempatan untuk berinteraksi
dengan orang lain, sehingga lebih mempunyai banyak peluang juga
untuk mendapatkan informasi seputar kesehatannya.

c. Faktor budaya dan adat istiadat

Adat istiadat merupakan akar budaya masyarakat atau kebiasaan


yang dilakukan. Banyak sekali kebiasaan adat istiadat yang masih
dipertahankan di Indonesia untuk mencapai keturunan yang baik secara
psikis maupun jasmani. Faktor sosial budaya yang mempengaruhi
kehamilan seperti larangan ibu hamil melihat orang menyembelih
binatang, upacara tujuh bulanan, kedekatan masyarakat pada dukun
beranak, ibu hamil harus makan dua kali lipat, ibu hamil tidak boleh
makan nanas, pisang ambon dan duren, minum es membuat janin besar,
ibu hamil tidak boleh makan daging kambing, minum air kelapa,
minum jamu-jamuan tradisional.
d. Faktor ekonomi
Kehidupan berekonomi ada sejak manusia dilahirkan. Kehidupan
berlangsung di lingkup keluarga maupun masyarakat. Dalam
kehidupan sehari-hari nampak berbagai kegiatan manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dalam hal ini, terdapat faktor-faktor ekonomi yang mempengaruhi
kehamilan antara lain :
1. Ekonomi rendah menyebabkan gangguan emosi ibu hamil
2. Ekonomi rendah mempengaruhi gizi yang disebabkan gangguan
makanan
3. Ekonomi rendah mempengaruhi banyaknya jumlah anak
4. Ekonomi rendah mempengaruhi saat terjadi pendarahan
5. Ekonomi rendah mempengaruhi banyaknya anak yang disebabkan
kurangnya penyuluhan keluarga berencana
6. Ekonomi rendah menyebabkan ibu yang sedang hamil dalam
melakukan pemeriksaan mendapatkan fasilitas pelayanan
pemeriksaan yang tidak efektif karena kurangnya biaya yang harus
dikeluarkan
7. Ekonomi rendah menyebabkan ibu yang hamil yang pendidikannya
rendah tidak mengetahui tentang pemeriksaan kehamilan yang baik
8. Ekonomi rendah menyebabkan masyarakat khususnya khususnya
ibu hamil bertempat tinggal di daerah yang jauh dari pelayanan
kesehatan
9. Ekonomi rendah menyebabkan ibu hamil berperan penting dalam
masalah transportasi dan biaya lain yang mempengatuhi kehamilan.

7. Standar Asuhan Antenatal


Indikator didalam memberikan asuhan kehamilan sebagaimana tertuang
dalam standar pelayanan kebidanan sebagai berikut :
Standar 1 : Identifikasi ibu hamil.Melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi
dengan masyarakat secara berkala untuk penyuluhan dan motivasi untuk
pemeriksaan dini dan teratur.
Standar 2 : Pemeriksaan dan pemantauan antenatal.Sedikitnya 4 kali
pemeriksaan
kehamilan. Pemeriksaan meliputi: anamnesis dan pemantauan ibu dan janin,
mengenal kehamilan risiko tinggi, imunisasi, nasehat dan penyuluhan,
mencatat
data yang tepat setiap kunjungan, tindakan tepat untuk merujuk.
Standar 3 : Palpasi abdominal.
Standar 4 : Pengelolaan anemia pada kehamilan.
Standar 5 : Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan.
Standar 6 : Persiapan persalinan.
Memberi saran pada ibu hamil, suami dan keluarga untuk memastikan
persiapan persalinan bersih dan aman, persiapan transportasi, biaya. Bidan
sebaiknya melakukan kunjungan rumah. Dalam memberikan asuhan/pelayanan
maka bidan harus memenuhi standar minimal 7 T (timbang BB), ukur tekanan
darah, ukur tinggi fundus uteri, TT, tablet besi minimal 90 tablet selama hamil,
tes PMS, temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.
Berdasarkan informasi dari Kementerian Kesehatan RI (2009), antenatal care
dalam penerapannya sudah terstandarisasi dengan rumus 10T.
1. Timbang Berat Badan dan Ukur Tinggi Badan
Pengukuran ini dilakukan untuk memantau perkembangan tubuh ibu
hamil. Hasil ukur juga dapat dipergunakan sebagai acuan apabila terjadi
sesuatu pada kehamilan, seperti bengkak kehamilan kembar, hingga
kehamilan dengan obesitas. Penambahan berat badan pada trimester I
berkisar 0,5 kg setiap bulan. Di trimester II-III, kenaikan berat badan bisa
mencapai 0,5 kg setiap minggu. Pada akhir kehamilan, pertambahan berat
badan berjumlah sekitar 20-90 kg dari berat badan sebelum hamil.
2. Pemeriksaan Tekanan Darah
Selama pemeriksaan antenatal, pengukuran tekanan darah atau tensi
selalu dilakukan secara rutin. Tekanan darah yang normal berada di angka
110/90 mmHg, gangguan kehamilan seperti pre-eklampsia dan eklampsia
bisa mengancam kehamilan karena tekanan darah tinggi (hipertensi).
3. Pemeriksaan Tinggi Fundus Uteri
Tujuan pemeriksaan tinggi fundus uteri adalah untuk menentukan
usia kehamilan. Tinggi puncak rahim dalam sentimeter (cm) akan
disesuaikan dengan minggu usia kehamilan. Pengukuran normal diharapkan
sesuai dengan tabel ukuran fundus uteri sesuai usia kehamilan dan toleransi
perbedaan ukuran ialah 1-2 cm. Namun, jika perbedan lebih kecil 2 cm dari
umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan pada pertumbuhan janin.
4. Skrining Status Imunisasi Tetanus dan Pemberian Imunisasi Tetanus
Toksoid (TT)
Pemberian imunisasi harus didahului dengan skrining untuk
mengetahui dosis dan status imunisasi tetanus toksoid yang telah diperoleh
sebelumnya. Pemberian imunisasi TT cukup efektif apabila dilakukan
minimal 2 kali dengan jarak 4 minggu.
5. Pemberian Tablet Zat Besi
Pada umumnya, zat besi yang akan diberikan berjumlah minimal 90
tablet dan maksimal satu tablet setiap hari selama kehamilan. Hindari
meminum tablet zat besi dengan kopi atau teh agar tidak mengganggu
penyerapan.
6. Tetapkan Status Gizi
Pengukuran ini merupakan satu cara untuk mendeteksi dini adanya
kekurangan gizi saat hamil. Jika kekurangan nutrisi, penyaluran gizi ke
janin akan berkurang dan mengakibatkan pertumbuhan terhambat juga
potensi bayi lahir dengan berat rendah. Cara pengukuran ini dilakukan
dengan pita ukur mengukur jarak pangkal bahu ke ujung siku, dan lingkar
lengan atas (LILA).
7. Tes Laboratorium (Rutin dan Khusus)
Pemeriksaan laboratorium terdiri dari pemeriksaan kadar
hemoglobin, golongan darah dan rhesus, tes HIV juga penyakit menular
seksual lainnya, dan rapid test untuk malaria. Penanganan lebih baik tentu
sangat bermanfaat bagi proses kehamilan.
8. Tentukan Presentasi Janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ)
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk memantau, mendeteksi,
dan menghindarkan faktor risiko kematian prenatal yang disebabkan oleh
hipoksia, gangguan pertumbuhan, cacat bawaan, dan infeksi. Pemeriksaan
denyut jantung sendiri biasanya dapat dilakukan pada usia kehamilan 16
minggu.
9. Tatalaksana Kasus
Kita berhak mendapatkan fasilitas kesehatan yang memiliki tenaga
kesehatan yang kompeten, serta perlengkapan yang memadai untuk
penanganan lebih lanjut di rumah sakit rujukan. Apabila terjadi sesuatu hal
yang dapat membahayakan kehamilan, kita akan menerima penawaran
untuk segera mendapatkan tatalaksana kasus.
10. Temu Wicara Persiapan Rujukan
Temu wicara dilakukan setiap kali kunjungan. Biasanya, bisa
berupa konsultasi, persiapan rujukan dan anamnesa yang meliputi informasi
biodata, riwayat menstruasi, kesehatan, kehamilan, persalinan, nifas dan
lain-lain. Temu wicara atau konsultasi dapat membantu kita untuk
menentukan pilihan yang tepat dalam perencanaan, pencegahan komplikasi,
dan juga persalinan. Pelayanan ini juga diperlukan untuk menyepakati
segala rencana kelahiran, rujukan, mendapatkan bimbingan soal
mempersiapkan asuhan bayi, serta anjuran pemakaian KB pasca
melahirkan.
8. Deteksi Dini dan Tanda Bahaya Kehamilan
Deteksi dini terhadap komplikasi kehamilan adalah upaya penjaringan yang
dilakukan untuk menemukan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi
selama kehamilan ibu secara dini. Tujuan dilakukannya deteksi dini untuk
mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin dijumpai dalam
kehamilan, persalinan dan nifas, mengenali dan mengobati penyakit-penyakit
yang mungkin diderita sedini mungkin dan menurunkan angka morbiditas dan
mortalitas ibu dan anak.
Tanda bahaya kehamilan merupakan tanda yang mengindikasikan adanya
bahaya yang terjadi selama kehamilan atau selama periode antenatal. Dengan
dilakukannya pemeriksaan kehamilan, diharapkan ibu hamil dapat
meningkatkan kewaspadaan serta memiliki kesiapan baik fisik, mental, maupun
finansial untuk menghadapi kegawatdaruratan yang dapat timbul kapan saja
(Jannah & Widajaka, 2012).
Berikut merupakan tanda-tanda bahaya kehamilan selama periode antenatal
yang perlu ibu hamil ketahui, yaitu :
1. Perdarahan Pervaginam
Pada awal kehamilan, perdarahan yang tidak normal adalah yang
berwarna merah, pendarahan yang banyak, atau perdarahan dengan nyeri
(Lalage, 2013). Bila menemukan adanya pengeluaran darah pada trimester
awal kehamilan, dapat dicurigai bahwa ibu mengalami keguguran atau
abortus. Selain abortus, perdarahan pervaginam dapat juga menandakan
adanya kehamilan diluar rahim atau kehamilan anggur (mola hidatidosa).
1. Keguguran (Abortus)
Berikut merupakan jenis-jenis abortus menurut Nita & Dwi, (2013):
a) Abortus imminens (Threatened)

Pada abortus imminens dapat atau tanpa disertai dengan


rasa mulas ringan seperti pada waktu mestruasi dan rasa nyeri
pada pinggang. Perdarahan pada abortusimminens seringkali
hanya sedikit, namun hal tersebut bisa berlangsung beberapa
hari atau minggu.
b) Abortus Insipiens (Inevitable)

Merupakan suatu abortus yang tidak dapat dipertahankan


lagi ditandai dengan pecahnya selaput janin dan adanya
pembukaan serviks. Keadaan ini disertai rasa nyeri perut bagian
bawah atau nyerik kolik uterus yang hebat.
c) Abortus inkompletus (Incomplete)

Abortus inkompletus merupakan pengeluran sebagian


hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan
masih ada sisa yang tertinggal dalam uterus.
d) Abortus kompletus (Complete)

Pada kejadian abortus kompletus semua hasil konsepsi


sudah dikeluarkan. Pada penderita ditemukan sedikit
perdarahan, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah
banyak mengecil.
e) Missed abortion

Missed abortion adalah suatu kematian janin yang berusia


sebelum 20 minggu, tetapi janin tersebut tidak dikeluaarkan
selama 8 minggu atau lebih.
f) Abortus habitualis (Habitual abortion)

Abortus habitualis yaitu abortus spontan yang terjadi


berturut- turut tiga kali atau lebih. Pada umumnya penderita
tidak sulit untuk menjadi hamil namun kehamilannya berakhir
sebelum 28 minggu.
2. Sakit Kepala Yang Hebat

Sakit kepala yang terjadi selama kehamilan merupakan suatu


ketidaknyamanan yang wajar dalam kehamilan. Keadaan tersebut bisa
terjadi selama kehamilan karena sang ibu tengah mengalami anemia
atau kekurangan darah. Bila hal ini terjadi, diharapkan sang ibu
meningkatkan asupan makanan yang banyak mengandung zat besi
seperti daging sapi, hati sapi, buah bit, dan sayuran hijau. Selain itu
bisa dilanjutkan dengan konsumsi tablet Fe secara rutin. Namun
apabila sakit kepala dirasa semakin berat seperti ditusuk-tusuk dan
berat dibagian belakang kepala serta diikuti dengan penglihatan yang
kabur, bengkak pada tangan dan wajah, nyeri ulu hati, serta tekanan
darah tinggi maka sang ibu dapat waspada karena kumpulan gejala
tersebut menandakan preeklamsia. Sehingga sang ibu dapat segera
untuk menghubungi dokter atau menuju pusat pelayanan kesehatan.
Upaya pencegahan sakit kepala yang berlebihan

3. Pre Eklamsia dan Eklamsia

Pre eklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan


darah 140/90 mmHg pada kehamilan usia 20 minggu. Eklampsia
apabila ditemukan gejala seperti kejang pada penderita pre eklampsia
yang disertai dengan koma.
Menurut Manuaba (2007) dalam Nita & Dwi (2013),
preeklampsia digolongkan menjadi preeklampsia ringan dan
preeklampsia berat, dengan gejala sebagai berikut :
a. Pre eklampsia Ringan

1) Tekanan darah sistol 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan


interval 6 jam pemeriksaan.
2) Tekanan darah diastole 90 atau 15 mmg.

3) BB ibu meningkat lebih dari 1kg setiap minggu.

4) Nyeri kepala sementara, tidak ada gangguan penglihatan dan


tidak ada nyeri pada ulu hati.
b. Pre eklampsia Berat

Apabila pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu ditemukan satu


atau lebih tanda dan gejala sebagai berikut :
1) Tekanan darah lebih dari 160/110 mmH

2) Oliguria, urin kurang dari 400 cc/24 jam.

3) Terdapat gangguan pada visus dan serebral.

4) Edema paru dan sianosis

5) Koma

4. Bengkak Pada Muka dan Tangan

Bengkak bisa menunjukkan adanya masalah serius jika muncul


pada muka dan tangan tidak hilang setelah beristirahat dan diikuti
dengan keluhan fisik yang lai. Hal ini bisa merupakan pertanda
anemia, gagal jantung, atau pre eklamsia.
Sistem kerja ginjal yang tidak optimal pada wanita hamil
mempengaruhi system kerja tubuh sehingga menghasilkan kelebihan
cairan dan membuat kulit di kaki bagian bawah meregang, terlihat
mengkilat, tegang, dan sangat tertarik. Kram kaki juga sering terjadi di
malam hari ketika tidur. Kram pada kaki biasanya dihubungkan
dengan kadar garam dalam tubuh dan perubahan sirkulasi.

5. Nyeri Abdomen Yang Hebat

Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah yang


mengancam jiwa keselamatan jiwa adalah nyeri yang hebat, menetap,
dan tidak hilang setelah istirahat. Hal ini bisa berarti appendiksitis,
kehamilan ektopik, aborsi, penyakit radang pelviks, persalinan pre
term, gastritis, penyakit kantong empedu, iritasi uterus, abrupsi
placenta, infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya.
6. Bayi Kurang Bergerak

Gerakan janin mulai dapat dirasakan pada usia kehamilan 14-16


minggu. Gerakan yang awalnya terasa seperti getaran, lalu lama-
kelamaan semakin terasa seperti tendangan atau sikutan (Lalage,
2013). Jika dalam keadaan tidur maka gerakannya bayi akan melemah.
Selain itu kekurangan oksigen pada bayi di dalam kandungan juga
dapat menyebabkan berkurangnya gerakan dari bayi. Bayi bergerak
minimal 3 kali dalam 1 jam jika ibu berbaring atau sedang beristirahat.
Terdapat sebuah teknik yang memudahkan sang ibu untuk menghitung
pergerakan janin yaitu dengan cara memasukkan satu koin dalam
kaleng setiap kali janin terasa bergerak (Jannah & Widajaka, 2012).
7. Hiperemesis Gravidarum

Mual dan muntah pada pagi merupakan suatu gejala yang sering
ditemukan pada kehamilan trimester I. Perasaan mual ini dapat terjadi
akibat meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG dalam serum.
Ibu hamil yang mengalami mual dan muntah berlebihan (>7 kali dalam
sehari) maka disebut dengan hiperemesis gravidarum. Apabila keadaan
tersebut disertai dengan kondisi ibu yang lemah, tidak selera makan,
penurunan berat badan, dan nyeri ulu hati kemungkinan merupakan
suatu tanda ibu hamil mengalami penyakit berat. Pemberian cairan
infus merupakan suatu tindakan yang dapat menjadi pertolongan
pertama bagi ibu hamil, sebab jika ibu hamil mengalami kekurangan
cairan akan berdampak buruk bagi diri sendiri dan bayinya (Lalage,
2013).

8. Selaput Kelopak Mata Pucat

Pada ibu hamil yang mengalami kelopak mata yang menonjol,


jemari gemetaran, sering berdebar-debar, dan panas dan banyak
keringat, serta tampak pembengkakan di batang leher bagian depan
merupakan gejala ibu hamil yang mengalami anemia. Anemia dalam
kehamilan sering terjadi karena volume darah meningkat 50% selama
kehamilan. Darah terbuat dari cairan dan sel. Cairan tersebut biasanya
meningkat lebih cepat daripada sel-sel nya. Hal ini dapat
mengakibatkan penurunan hematocrit (volume, jumlah atau persen sel
darah merah dalam darah). Sehingga penurunan ini dapat
mengakibatkan anemia.
9. Ketuban Pecah Dini

Ketuban pecah dini merupakan pecahnya ketuban sebelum


terdapat tanda-tanda persalinan. Kejadian ketuban pecah dini bisa
disebabkan karena berkurangnya kekuatan membran atau
meningkatnya tekanan intra uteri, bisa juga berasal dari infeksi pada
vagina serviks sehingga dapat mengakibatkan persalinan pre term dan
infeksi pada bayi. Cairan ketuban yang keluar umumnya tidak
berwarna dan tidak berbau pesing.
1.3 Persalinan dan BBL
1. Pengertian Persalinan dan Fisiologis Terjadinya persalinan
Persalinan adalah suatu proses yang dialami, peristiwa normal, namun
apabila tidak dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal (Mufdillah
& Hidayat, 2008).
  Persalinan adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang cukup
bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput
janin dari tubuh ibu (Mitayani, 2009).
  Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada
ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2006).
Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi
rahim,pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011)
1. Tanda-tanda persalinan
Tanda-tanda permulaan persalinan adalah Lightening atau settling
atau dropping yang merupakan kepala turun memasuki pintu atas panggul
terutama pada primigravida. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri
turun. Perasaan sering-sering atau susah buang air kecil karena kandung
kemih tertekan oleh bagian terbawah janin. Perasaan sakit diperut dan
dipinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah diuterus (fase labor
pains). Servik menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah
bisa bercampur darah (bloody show) (Haffieva, 2011).

Tanda-tanda inpartu :
a) Rasa sakit oleh adanya his yang datig lebih kuat, sering dan teratur.
b) Keluar lendir dan bercampur darah yang lebih banyak, robekan
kecil pada bagian servik.
c) Kadang-kadang ketuban pecah.
d) Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya persalinan
a) Passage (Jalan Lahir)
Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari
rongga panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. Syarat agar
janin dan plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan,
maka jalan lahir tersebut harus normal. Passage terdiri dari :
- Rangka Panggul (Bagian keras tulang-tulang panggul)
1.Os. Coxae (Os. illium, Os. Ischium, Os. Pubis)
2.Os. Sacrum = promotorium
3.Os. Coccygis
- Pintu Panggul (Otot-otot, jaringan dan ligamen-ligamen)
a. Pintu atas panggul (PAP) = Disebut inlet dibatasi oleh
promontorium, linea inominata dan oinggir atas symphisis.
b. Ruang tengah panggul (RTP) kira-kira pada spina ischiadica,
disebut midlet.
c. Pintu bawah panggul (PBP) dibatasi simpisis dan arkus
pubis, disebut outlet.
d. Ruang panggul yang sebenarnya (pelvis cavity) berada antara
inlet dan outlet.
b) Bidang-bidang
a. Bidang Hodge I : dibentuk pada lingkaran PAP dengan
bagian atas symphisis dan promontorium.
b. Bidang Hodge II : sejajar dengan Hodge I setinggi pinggir
bawah symphisis.
c. Bidang Hodge III : sejajar Hodge I dan II setinggi spina
ischiadika kana dan kiri.
d. Bidang Hodge IV : sejajar Hodge I, II dan III setinggi os
coccygis
b) Power
Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang
terdiri dari his atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu.
Power merupakan tenaga primer atau kekuatan utama yang
dihasilkan oleh adanya kontraksi dan retraksi otot-otot rahim.
c) Passanger
Passanger  terdiri dari janin dan plasentaa. Janin merupakan
passangge utama dan bagian janin yang paling penting adalah
kepala karena bagian yang paling besar dan keras dari janin adalah
kepala janin. Posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi jalan
persalinan.
Kelainan-kelainan yang sering menghambat dari pihak
passanger adalah  kelainan ukuran dan bentuk kepala anak seperti
hydrocephalus ataupun anencephalus, kelainan letak seperti letak
muka atau pun letak dahi, kelainan kedudukan anak seperti
kedudukan lintang atau letak sungsang.
d) Psikis (Psikologis)
Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat
itulah benar-benar terjadi realitas “kewanitaan sejati” yaitu
munculnya rasa bangga bisa melahirkan atau memproduksi
anaknya. Mereka seolah-olah mendapatkan kepastian bahwa
kehamilan yang semula dianggap sebagai suatu “keadaan yang
belum pasti” sekarang menjadi hal yang nyata.
e) Penolong
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini Bidan adalah
mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi
pada ibu dan janin. Proses tergantung dari kemampuan skill dan
kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan.

3. Mekanisme Persalinan
Janin dengan presentasi belakang kepala, ditemukan hampir sekitar
95 % dari semua kehamilan.Presentasi janin paling umum dipastikan
dengan palpasi abdomen dan kadangkala diperkuat sebelum atau pada saat
awal persalinan dengan pemeriksaan vagina (toucher). Pada kebanyakan
kasus, presentasi belakang kepala masuk dalampintu atas panggul dengan
sutura sagitalis melintang. Oleh karena itu kita uraikan dulu mekanisme
persalinan dalam presentasi belakang kepala dengan posisi ubun-ubun kecil
melintang dan anterior.
Karena panggul mempunyai bentuk yang tertentu , sedangkan
ukuran-ukuran kepala bayi hampir sama besarnya dengan dengan ukuran
dalam panggul, maka jelas bahwa kepala harus menyesuaikan diri dengan
bentuk panggul mulai dari pintu atas panggul, ke bidang tengah panggul
dan pada pintu bawah panggul, supaya anak dapat lahir. Misalnya saja jika
sutura sagitalis dalam arah muka belakang pada pintu atas panggul, maka
hal ini akan mempersulit persalinan, karena diameter antero posterior
adalah ukuran yang terkecil dari pintu atas panggul. Sebaliknya pada pintu
bawah panggul, sutura sagitalis dalam jurusan muka belakang yang
menguntungkan karena ukuran terpanjang pada pintu bawah panggul ialah
diameter antero posterior.
Gerakan-gerakan utama dari mekanisme persalinan adalah :
a. Penurunan Kepala
b. Fleksi
c. Rotasi dalam (putaran paksi dalam)
d. Ekstensi
e. Ekspulsi
f. Rotasi luar (putaran paksi luar)
Dalam kenyataannya beberapa gerakan terjadi bersamaan,  akan
tetapi untuk lebih jelasnya akan dibicarakan gerakan itu satu persatu.
a. Penurunan Kepala
Pada primigravida, masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul 
biasanya sudah terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan, tetapi pada
multigravida biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan. Masuknya
kepala ke dalam PAP, biasanya dengan sutura sagitalis melintang dan
dengan fleksi yang ringan. Masuknya kepala melewati pintu atas panggul
(PAP), dapat dalam keadaan asinklitismus yaitu bila sutura sagitalis
terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat di antara simpisis dan
promontorium.     
Pada sinklitismus os parietal depan dan belakang sama tingginya.
Jika sutura sagitalis  agak ke depan mendekati simpisis atau agak ke
belakang mendekati promontorium, maka dikatakan kepala dalam keadaan
asinklitismus, ada 2 jenis asinklitismus yaitu :
- Asinklitimus posterior : Bila sutura sagitalis mendekati simpisis dan os
parietal belakang lebih rendah dari os parietal depan
- Asinklitimus anterior : Bila sutura sagitalis mendekati promontorium
sehingga os pariental depan lebih rendah dari os pariental belakang.
Derajat sedang asinklitismus pasti terjadi pada persalinan normal,
tetapi kalau berat gerakan ini dapat menimbulkan disproporsi sepalopelvik
dengan panggul yang berukuran normal sekalipun.
Penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala I dan kala II
persalinan. Hal ini disebabkan karena adanya kontraksi dan retraksi dari
segmen atas rahim, yang menyebabkan tekanan langsung fundus pada
bokong janin. Dalam waktu yang bersamaan terjadi relaksasi dari segmen
bawah rahim, sehingga terjadi penipisan dan dilatasi servik. Keadaan ini
menyebabkan bayi terdorong ke dalam jalan lahir. Penurunan kepala ini
juga disebabkan karena tekanan cairan intra uterine, kekuatan mengejan
atau adanya kontraksi otot-otot abdomen dan melurusnya badan anak.
b. Fleksi
Pada awal persalinan, kepala bayi dalam keadaan fleksi yang
ringan. Dengan majunya kepala biasanya fleksi juga bertambah. Pada
pergerakan ini dagu dibawa lebih dekat ke arah dada janin sehingga ubun-
ubun kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar hal ini disebabkan karena
adanya tahanan dari dinding seviks, dinding pelvis dan lantai pelvis.
Dengan adanya fleksi, diameter suboccipito bregmatika (9,5 cm)
menggantikan diameter suboccipito frontalis (11 cm). sampai di dasar
panggul, biasanya kepala janin berada dalam keadaan fleksi maksimal.
c. Rotasi Dalam (Putaran Paksi Dalam)
Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan
sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan janin memutar
ke depan ke bawah simpisis. Pada presentasi belakang kepala bagian yang
terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan
memutar ke depan kearah simpisis. Rotasi dalam penting untuk
menyelesaikan persalinan, karena rotasi dalam merupakan suatu usaha
untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya
bidang tengah dan pintu bawah panggul.
d. Ekstensi
Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil
berada di bawah simpisis, maka terjadilah ekstensi dari kepala janin. Hal ini
di sebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah
ke depan dan ke atas sehingga kepala harus mengadakan fleksi untuk
melewatinya. Kalau kepala yang fleksi penuh pada waktu mencapai dasar
panggul tidak melakukan ekstensi maka kepala akan tertekan pada
perineum dan dapat menembusnya.
Subocciput yang tertahan pada pinggir bawah simpisis akan menjadi pusat
pemutaran (hypomochlion), maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas
perineum: ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut dan dagu bayi dengan
gerakan ekstensi.
e. Rotasi Luar (Putaran Paksi Luar)
Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi yaitu
kepala bayi memutar kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan
torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam. Bahu melintasi
pintu dalam keadaan miring. Di dalam rongga panggul bahu akan
menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya, sehingga di
dasar panggul setelah kepala bayi lahir, bahu mengalami putaran dalam
dimana ukuran bahu (diameter bisa kromial) menempatkan diri dalam
diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul. Bersamaan dengan itu
kepala bayi juga melanjutkan putaran hingga belakang kepala berhadapan
dengan tuber ischiadikum sepihak.
f. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah simpisis
dan menjadi hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Setelah kedua
bahu bayi lahir , selanjutnya seluruh badan bayi dilahirkan searah dengan
sumbu jalan lahir.
Dengan kontraksi yang efektif, fleksi kepala yang adekuat, dan
janin dengan ukuran yang rata-rata, sebagian besar oksiput yang posisinya
posterior berputar cepat segera setelah mencapai dasar panggul, dan
persalinan tidak begitu bertambah panjang. Tetapi pada kira-kira 5-10 %
kasus, keadaan yang menguntungkan ini tidak terjadi. Sebagai contoh
kontraksi yang buruk atau fleksi kepala yang salah atau keduanya, rotasi
mungkin tidak sempurna atau mungkin tidak terjadi sama sekali, khususnya
kalau janin besar.

4. Kebutuhan Ibu Bersalin dan BBL


- Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan dasar ibu bersalin yang harus diperhatikan bidan untuk
dipenuhi yaitu kebutuhan oksigen, cairan dan nutrisi, eliminasi,
hygiene (kebersihan personal), istirahat, posisi dan ambulasi,
pengurangan rasa nyeri, penjahitan perineum (jika diperlukan),
serta kebutuhan akan pertolongan persalinan yang terstandar.
Pemenuhan kebutuhan dasar ini berbeda-beda, tergantung pada
tahapan persalinan, kala I, II, III atau IV. Adapun kebutuhan fisiologis
ibu bersalin adalah sebagai berikut :
1. Kebutuhan Oksigen
Kebutuhan oksigen yang harus terpebuhi selama persalinan
perlu diperhatikan oleh bidan, terutama pada kala I dan II, karena
sangat penting untuk oksigenasi janin melalui plasenta. Kurangnya
oksigen dapat menghambat kemajuan persalinan dan
kesejahteraan janin. Indikasi terpenuhinya kebutuhan oksigen
adalah Denyut Jantung Janin (DJJ) baik dan stabil.
2. Kebutuhan Cairan dan Nutrisi
Pastikan bahwa pada setiap tahapan persalinan (kala I, II,
III, maupun IV), ibu mendapatkan asupan makan dan minum yang
cukup. Asupan makanan yang cukup merupakan sumber utama
energi untuk sel-sel tubuh. Kadar gula darah yang rendah akan
mengakibatkan hipoglikemia. Sedangkan asupan cairan yang
kurang mengakibatkan dehidrasi pada ibu bersalin. Hipoglikemia
dapat mengakibatkan komplikasi persalinan baik ibu maupun
janin.
Dehidrasi pada ibu bersalin dapat mengakibatkan
melambatnya kontraksi/his dan mengakibatkan kontraksi menjadi
tidak teratur. Ibu yang mengalami dehidrasi dapat diamati dari
bibir yang kering, peningkatan suhu tubuh, dan eliminasi yang
sedikit.
Selama kala I, anjurkan ibu untuk cukup makan dan
minum, untuk mendukung kemajuan persalinan. Untuk kala II, ibu
bersalin mudah sekali mengalami dehidrasi, karena terjadi
peningkatan suhu tubuh dan terjadinya kelelahan karena proses
mengejan maka disela-sela kontraksi, pastikan ibu mencukupi
kebutuhan cairannya.
Pada kala III dan IV, bidan harus memastikan bahwa ibu
mencukupi kebutuhan nutrisi dan cairannya untuk mencegah
hilangnya energi setelah mengeluarkan banyak tenaga selama
kelahiran bayi.
3. Kebutuhan Eliminasi
Bidan dapat menganjurkan ibu untuk buang air kecil secara
spontan sesering mungkin atau setiap 2 jam sekali selama
persalinan.
Kandung kemih yang penuh, dapat mengakibatkan :
a. Menghambat proses penurunan bagian terendah janin ke
dalam rongga panggul, terutama apabila berada di atas spina
isciadika.
b. Menurunkan efisiensi kontraksi uterus/his.
c. Mengingkatkan rasa tidak nyaman yang tidak dikenali ibu
karena bersama dengan munculnya kontraksi uterus.
d. Meneteskan urin selama kontraksi yang kuat pada kala II.
e. Memperlambat kelahiran plasenta.
f. Mencetuskan perdarahan pasca persalinan, karena
kandung kemih yang penuh menghambat kontraksi uterus.
Dalam hal ini bidan tidak dianjurkan untuk melakukan
kateterisasi kandung kemih secara rutin yaitu hanya dilakukan
apabila terjadi retensi urin, dan ibu tidak mampu untuk berkemih
secara mandiri. Karena kateterisasi akan meningkatkan resiko
infeksi dan trauma atau perlukaan pada saluran kemih ibu.
Pastikan pula bahwa ibu sudah BAB. Namun apabila pada
kala I fase aktif ibu mengatakan ingin BAB, bidan harus
memastikan kemungkinan adanya tanda dan gejala kala II.

4. Kebutuhan Hygiene
Manfaat personal hygiene yang baik yaitu:
a. Ibu merasa aman dan relax
b. Mengurangi kelelahan
c. Mencegah infeksi
d. Mencegah gangguan sirkulasi darah
e. Mempertahankan integritas pada jaringan dan memelihara
kesejahteraan fisik dan psikis.
Bidan dapat melakukan hygiene pada ibu yaitu memfasilitasi
ibu untuk menjaga kebersihan badan dengan mandi dan
membersihkan daerah genetalia karena pada kala I fase aktif terjadi
peningkatan bloodyshow dan ibu sudah tidak mampu untuk
mobilisasi untuk menghindari terjadinya infeksi intrapartum dan
untuk meningkatkan kenyamanan ibu bersalin.
Sedangkan pada kala II dan III, ibu dapat diberikan alas
bersalin (under pad) yang dapat menyerap cairan tubuh seperti
lendir darah, darah, air ketuban dengan baik. Untuk kala IV
pastikan keadaan ibu sudah bersih. Ibu dapat dimandikan atau
dibersihkan di atas tempat tidur. Pastikan bahwa ibu sudah
mengenakan pakaian bersih dan menggunakan pembalut bersalin
serta underpad dengan baik.
5. Kebutuhan Istirahat
Tindakan bidan yaitu dapat memberikan kesempatan pada
ibu untuk mencoba relaks tanpa adanya tekanan emosional dan
fisik. Hal ini dilakukan selama tidak ada his, ibu bisa berhenti
sejenak untuk melepas rasa sakit akibat his, makan atau minum,
melakukan hal menyenangkan yang lain untuk melepas lelah dan
apabila memungkinkan ibu dapat tidur. Namun pada kala II
sebaiknya ibu diusahakan tidak mengantuk. Pada kala IV sambil
melakukan observasi bidan dapat mengizinkan ibu untuk tidur
apabila kelelahan, memotivasi ibu untuk memberikan ASI dini.
Istirahat yang cukup setelah proses persalinan dapat
membantu ibu untuk memulihkan fungsi alat-alat reproduksi dan
meminimalisasi trauma saat persalinan.
6. Posisi dan Ambulasi
Pada saat persalinan bidan dapat membantu ibu agar tetap
tenang dan rileks, maka bidan sebaiknya tidak mengatur posisi
persalinan dan meneran ibu. Bidan harus memfasilitasi ibu untuk
memilih sendiri posisi persalinan dan posisi meneran serta
menjelaskan alternatif-alternatif posisi persalinan dan meneran bila
posisi yang dipilih ibu tidak efektif.
Pada kala I posisi persalinan untuk membantu mengurangi
rasa sakit akibat his dan membantu dalam meningkatkan kemajuan
persalinan yaitu penipisan cerviks, pembukaan cerviks dan
penurunan bagian terendah. Pada kala I ini ibu diperbolehkan
untuk berjalan, berdiri, posisi berdansa, duduk, berbaring miring
ataupun merangkak. Namun hindari posisi jongkok, ataupun dorsal
recumbent maupun lithotomi, hal ini akan merangsang kekuatan
meneran. Posisi terlentang selama persalinan juga sebaiknya
dihindari karena saat itu berat uterus, janin, cairan ketuban, dan
placenta akan menekan vena cava inferior. Penekanan ini akan
menyebabkan turunnya suplai oksigen utero-placenta sehingga
dapat terjadi hipoksia dan dapat menghambat kemajuan persalinan.
Macam-macam posisi meneran:
a. Duduk atau setengah duduk. Memudahkan bidan dalam
membantu kelahiran kepala janin dan memperhatikan keadaan
perineum.
b. Merangkak, sangat cocok untuk persalinan dengan rasa sakit
pada punggung, mempermudah janin dalam melakukan rotasi
serta peregangan pada perineum berkurang.
c. Jongkok atau berdiri, memudahkan penurunan kepala janin,
memperluas panggul sebesar 28% lebih besar pada pintu
bawah panggul dan memperkuat dorongan meneran. Namun
posisi ini beresiko memperbesar terjadinya laserasi jalan lahir.
d. Berbaring miring, dapat mengurangi penekanan pada vena
cava inverior sehingga dapat mengurangi kemungkinan
terjadinya hipoksia janin karena suplai oksigen tidak
terganggu, memberi suasana rileks bagi ibu yang mengalami
kelelahan dan dapat mencegah terjadinya robekan jalan lahir.
7. Pengurangan Rasa Nyeri
Selama persalinan ibu mungkin akan memberikan respons
fisiologis terhadap nyeri meliputi yaitu peningkatan tekanan darah,
denyut nadi, pernafasan, keringat, diameter pupil dan ketegangan
otot. Rasa nyeri ini apabila tidak diatasi dengan tepat, dapat
meningkatkan rasa khawatir, tegang, takut dan stres, yang pada
akhirnya dapat menyebabkan terjadinya persalinan lama.
Meskipun tingkat nyeri bervariasi bagi setiap ibu tetapi diperlukan
teknik yang dapat membuat ibu merasa nyaman saat melahirkan.
Tubuh memiliki metode mengontrol rasa nyeri persalinan
dalam bentuk beta-endorphin. Hormon ini dapat menimbulkan
perasaan senang dan euphoria pada saat melahirkan. Berbagai cara
menghilangkan nyeri yaitu teknik self-help, hidroterapi, pemberian
entonox (gas dan udara) melalui masker, stimulasi menggunakan
TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation) serta
pemberian analgesik sistemik atau regional.
Peny Simpkin mengemukakan ada beberapa cara untuk
mengurangi nyeri persalinan yaitu mengurangi rasa sakit dari
sumbernya, memberikan rangsangan alternatif yang kuat, serta
mengurangi reaksi mental/emosional yang negatif dan reaksi fisik
ibu terhadap rasa sakit.
Menurut Hellen Varney pendekatan-pendekatan yang
dilakukan bidan untuk mengurangi rasa sakit yaitu sebagai
pendamping persalinan, pengaturan posisi, relaksasi dan latihan
pernafasan, istirahat dan privasi, penjelasan tentang kemajuan
persalinan, asuhan diri dan sentuhan.
8. Penjahitan Luka Pernineum Jika Diperlukan
Robekan perineum yang tidak diperbaiki, akan mempengaruhi
fungsi dan estetika. Oleh karena itu, penjahitan perineum
merupakan salah satu kebutuhan fisiologis ibu bersalin.
9. Kebutuhan Persalinan Terstandar
Pertolongan persalinan yang terstandar dapat meningkatkan
proses persalinan yang alami/normal. Hal yang perlu disiapkan
bidan dalam memberikan pertolongan persalinan terstandar
dimulai dari penerapan upaya pencegahan infeksi, penggunaan
APD, tempat persalinan perlu disiapkan dengan baik dan sesuai
standar, ruang persalinan harus memiliki sistem pencahayaan yang
cukup dan sirkulasi udara yang baik.
Bidan sebaiknya tetap menerapkan APN (asuhan persalinan
normal) pada setiap kasus yang dihadapi ibu. Lakukan penapisan
awal sebelum melakukan APN agar asuhan yang diberikan sesuai.
Segera lakukan rujukan apabila ditemukan ketidaknormalan.
- Kebutuhan Psikologi
Pemenuhan kebutuhan psikologis ibu bersalin bertujuan untuk
mengurangi tingkat kecemasan pada ibu yang cenderung meningkat.
Diharapkan dengan berkurangnya tingkat kecemasan, maka respon
terhadap nyeri persalinan dapat berkurang. Upaya-upaya yang
dilakukan bidan untuk mengurangi tingkat kecemasan ibu bersalin
adalah :
a. Membantu ibu untuk berpartisipasi dalam proses persalinannya
dengan tetap melakukan komunikasi yang baik.
b. Memenuhi harapan ibu akan hasil akhir persalinan.
c. Membantu ibu untuk menghemat tenaga dan mengendalikan rasa
nyeri.
d. Mempersiapkan tempat persalinan yang mendukung dengan
memperhatikan privasi ibu.
Cara bidan memberikan sugesti positif pada ibu bersalin adalah
dengan selalu mengucapkan kata-kata positif yang dapat
memotivasi ibu untuk tetap semangat dalam menjalani proses
persalinan. Upaya yang dapat dilakukan bidan/pendamping
persalinan untuk mengalihkan perhatian ibu bersalin dari rasa nyeri
adalah:
a. Dengan mengajaknya berbicara.
b. Sedikit bersenda gurau.
c. Mendengarkan musik kesukaannya atau menonton televisi/film.
Upaya yang dapat dilakukan bidan untuk membangun kepercayaan ibu
bersalin terhadap bidan adalah:
a. Komunikasi efektif
b. Sikap empati dan peduli
c. Melakukan pertolongan persalinan dengan baik sesuai standar.
5. Penampisan
Ibu hamil yang akan melahirkan harus memenuhi beberapa persyaratan
yang disebut Penapisan Awal. Tujuan dari penapisan awal adalah untuk
menentukan apakah ibu tersebut boleh bersalin di PKD/BPM (bidan praktek
mandiri) atau harus dirujuk.
Apabila didapati salah satu/ lebih penyulit seperti di bawah ini maka ibu
harus dirujuk di Rumah Sakit :
a. Riwayat bedah besar
b. Perdarahan pervaginam
c. Persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu)
d. Ketuban pecah dengan mekonium kental
e. Ketuban pecah lama (>24 jam)
f. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan (usia kehmilan kurang dari 37
minggu).
g. Ikterus
h. Anemia berat
i. Tanda/ gejala infeksi
j. Preeclampsia/ Hipertensi dalam kehamilan
k. Tinggi fundus uteri 40 cm atau lebih
l. Gawat janin
m. Primipara dalam fase aktif kala satu persalinan dengan palpasi kepala masih
5/5.
n. Presentasi bukan belakang kepala
o. Presentasi majemuk
p. Kehamilan gemelli
q. Tali pusat menumbung
r. Syok

6. Standar Asuhan Persalinan (Kala 1 s.d 4)


a. STANDAR 9 : Asuhan Persalinan Kala I
Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudian
memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan
memperhatikan kebutuhan ibu, selama proses persalinan berlangsung.
Bidan juga melakukan pertolongan proses persalinan dan kelahiran yang
bersih dan aman, dengan sikap sopan dan penghargaan terhadap hak pribadi
ibu serta memperhatikan tradisi setempat. Disamping itu ibu diijinkan
memilih orang yang akan mendampinginya selama proses persalinan dan
kelahiran.
Bidan harus :
1. Segera mendatangi ibu hamil ketika diberitahu persalinan sudah
mulai/ketuban pecah.
2. Melaksanakan pemeriksaan kehamilan dengan memberikan perhatian
terhadap tekanan darah, teratur tidaknya his dan DJJ, bila ketuban
sudah pecah.
3. Catat semua temuan pemeriksaan dengan tepat. Jika ditemukan
kelainan, lakukan rujukan ke Puskesmas/Rumah sakit.
4. Lakukan pemeriksaan dalam secara aseptik dan sesuai dengan
kebutuhan. (Jika his teratur dan tidak ada hal yang mengkhawatirkan
atau his lemah atau tanda-tanda vital ibu/janin normal, maka tidak
segera dilakukan pemeriksaan dalam).
5. Dalam keadaan normal periksa dalam cukup setiap 4 jam dan HARUS
selalu secara DTT.
6. Jika pada fase aktif, catat semua temuan dalam partograf dan kartu ibu.
7. Anjurkan ibu untuk mandi dan tetap aktif seperti biasa, dan memilih
posisi yang dirasakan nyaman kecuali jika belum terjadi penurunan
kepala sementara sementara ketuban sudah pecah. (Riset membuktikan
banyak keuntungannya jika ibu tetap aktif bergerak semampunya dan
merasa senyaman mungkin).
8. Amati kontraksi dan DJJ sedikitnya setiap 30 menit pada kala I pada
akhir kala I atau jika kontraksi sudah sangat kuat, periksa DJJ setiap 15
menit.
9. Catat dan amati penurunan kepada janin dengan palpasi abdomen
setiap 4 jam.
10. Catat tekanan darah setiap 4 jam.
11. Minta ibu hamil untuk sering buang air kecil sedikitnya setiap 2 jam.
12. Pada persalinan normal, mintalah ibu untuk banyak minum guna
menghindari dehidrasi dan gawat janin. (Riset menunjukan bahwa,
pada persalinan normal tidak ada gunanya untuk mengurangi minum
dan makan makanan kecil yang mudah di cerna).
13. Selama persalinan, beri dukungan moril dan perlakuan yang baik dan
peka terhadap kebutuhan ibu hamil, suami/keluarga/orang terdekat yant
mendampingi.
14. Jelaskan proses persalinan yang sedang terjadi pada ibu, suami dan
keluarganya. Beritahu mereka kemajuan persalinan secara berkala.
15. Segera catat semua temuan pada partograf dan kartu ibu.
16. Saat proses persalinan berlangsung, bersiaplah untuk kelahiran bayi.
(Lihat standar 10).
17. Lakukan pertolongan persalinan yang bersih dan aman

Tujuan dari dilakukannya standar ini yaitu untuk memberikan


pelayanan kebidanan yang memadai dalam mendukung pertolongan
persalinan yang bersih dan aman untuk ibu bayi.
Hasil yang diharapkan adalah ibu bersalin mendapatkan pertolongan
yang aman dan memadai. Meningkatnya cakupan persalinan dan
komplikasi lain yang ditangani oleh tenaga kesehatan. Berkurangnya
kematian/kesakitan ibu bayi akibat partus lama.
b. STANDAR 10 : Persalinan Kala II Yang Aman
Bidan melakukan pertolongan persalinan bayi dan plasenta yang bersih
dan aman, dengan sikap sopan dan penghargaan terhadap hak pribadi ibu
serta memperhatikan tradisi setempat. Disamping itu ibu diijinkan untuk
memilih siapa yang akan mendampinginya saat persalinan.
Bidan harus :
1. Memastikan tersedianya ruangan yang hangat, juga kain untuk
mengeringkan bayi baru lahir. Tempat untuk plasenta. (jika ibu belum
mandi, bersihkan daerah perineum dengan air bersih).
2. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih, kemudian keringkan hingga
betul-betul kering dengan handuk bersih. (kuku harus dipotong pendek
dan bersih).
3. Bantu ibu mengambil posisi yang paling nyaman baginya. (Riset
menunjukkan bahwa posisi duduk dan jongkok memberikan banyak
keuntungan).
4. Anjurkan ibu untuk meneran hanya hanya jika merasa ingin atau saat
kepala bayi sudah kelihatan. (Riset menunjukkan bahwa menahan nafas
sambil meneran adalah berbahaya, dan meneran sebelum kepala bayi
tampak tidaklah perlu. Bahkan meneran, sebelum pembukaan serviks
lengkap adalah berbahaya). Jika kepala belum terlihat, padahal ibu
ingin meneran sudah sangat ingin membuka meneran periksa
pembukaan servisk dengan periksa dalam. Jika pembukaan belum
lengkap keinginan meneran bisa dikurangi dengan memiringkan ibu
kesisi sebelah kiri.
5. Pada kala 11, dengarkan djj setiap his berakhir, irama dan frekuensinya
harus kembali dengan normal cari pertolongan medis (jika kepala
sudah meregangkan perenium dan terjadi kelambatan kemajuan
persalinan atau djj menurun sampai 120/mnt atau kurang atau
meningkat menjadi 160/mnt atau lebih, maka percepatan persalinan
dengan menggunakan episiotomi lihat standar 12).
6. Hindari peregangan vagina secara manual dengan gerakan menyapu
atau menariknya ke arah luar. (riset menunjukkan hal tersebut
berbahaya)
7. Pakai sarung tangan sedapat mungkin, saat kepala bayi kelihatan.
8. Jika ada kotoran keluar dari rektum, bersihkan dengan kain kering.
9. Bantu kepala bayi lahir berlahan, sebaiknya di antara his.
(riset menunjukkan bahwa robekan tingkat 2 dapat sembuh sama
baiknya dengan luka episiotomi, sehingga tidak perlu menggunting
perenium, kecuali terjadi gawat janin atau kemungkitan terjadi robekan
tingkat ketiga yang mengenai rektum)
10. Begitu kepala bayi lahir, bahu bayi akan memutar (hal ini seharusnya
terjadi spontan, sehingga bayi tidak perlu dibantu jika bahu bayi tidak
memutar ikuti standar 18)
11. Begitu bahu sudah pada posisi anterior-posterior yang benar bantulah
persalinan
12. Segera setelah lahir, keringkan bayi dengan handuk bersih dan hangat,
dan berikan kepada ibu atau di letakkan di dadanya untuk di susui.
(riset ini menunjukkan hal ini penting untuk keberhasilan dalam
memberikan asi dan untuk membantu pelepasan plasenta. Kontak kulit
dengan kulit adalah cara yang baik untuk menjaga kehangan bayi.
Sementara handuk di selimutkan pada punggung bayi. Jika bayi tidak
didekap oleh ibunya, selimuti bayi dengan kain bersih dan hangat.
Tutupi kepala bayi agar tidak kehilangan panas)
13. Pembersihan jalan nafas tidak selalu di perlukan. Jika bayi tidak
menangis spontan, gunakan penghisap lendir untuk pembersihan jalan
nafas ( lihat standar 25)
14. Tali pusat di klem di dua tempat, lalu potong di antara dua klem
dengan gunting steril yang tajam.
15. Perhatikan tanda pelepasan plasenta (fundus membulat dan mengeras,
darah meleleh, tinggi fundus meningkat, tali pusat memanjang)
kemudian mintalah ibu meneran saat his berikutnya. Pegang dan
regangkan tali pusat, jangan di tarik kemudian plasenta akan lahir dan
terimalah dengan kedua tangan. Periksa kelengkapannya.
16. Letakkan tangan di fundus uteri untuk memeriksa kontraksi. Palpasi
uterus jika tidak keras, keluarkan bekuan darah dan lakukan
pengusapan/masase fundus dengan hati-hati agar terjadi kontraksi
uterus. Perkiraan jumlah kehilangan darah secara akurat. (ingat
perdarahan dan sulit di ukur dan sering di perkirakan lebih sedikit)
17. Lakukan pemeriksaan bayi, perawatan mata dan prosedur lain untuk
perawatan bayi baru lahir.
18. Bersihkan perenium dengan air bersih dan tutupi dengan air
bersih/telah di jemur .
19. Berikan plasenta dengan suami/keluarga ibu
20. Pastikan agar ibu dan bayi merasa nyaman. Berikan bayi kepada ibu
untuk di berikan asi.
21. Catat semua temuan dengan seksama.

Tujuan dari diterapkannya standar ini yaitu memastikan persalinan


yang bersih dan aman bagi ibu dan bayi. Hasil yang diharapkan yaitu
persalinan dapat berlangsung bersih dan aman. Menigkatnya kepercayaan
masyarakat kepada bidan. Meningkatnya jumlah persalinan yang ditolong
oleh bidan. Menurunnya angka sepsis puerperalis.
c. STANDAR 11 : Penatalkasanaan Aktif Persalinan Kala III
Secara aktif bidan melakukan penatalaksanaan aktif persalinan kala
tiga. Tujuan dilaksanakan nya standar ini yaitu membantu secara aktif
pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap untuk mengurangi
kejadian perdarahan pasca persalinan kala tiga, mencegah terjadinya atonia
uteri dan retesio plasenta.
Persyaratan :
- Bidan sudah terlatih dalam membantu mengeluarkan plasenta secara
lengkap dengan menegangkan tali pusat secara benar .
- Adanya alat dan bahan untuk melahirkan plasenta ,termasuk air bersih
larutan klorin0,5% untuk dekontaminasi ,sabun dan handuk bersih
untuk cuci tangan ,juga tempat untuk plasenta .sebaiknya bidan
menggunakan sarung tangan yang bersih .
- Tersedia oksitosika yang di kirim dan di simpan dengan benar.
Proses :
1. Masukkan oksitosika (oksitosin 10 iu im) kedalam alat suntik
menjelang persalinan
2. Setelah bayi lahir, periksa kemungkinan ada bayi kembar. Jika tidak
ada beri oksitosika secara im secepatnya. (kecuali jika terdapat hal lain
yang mengharuskan pemberian secara iv)
3. Tunggu tanda terlepasnya  plasenta (yaitu fundus mengeras dan bulat,
keluarnya tetesan darah, fundus naik, tali pusat memanjang) periksa
fundus untuk mengetahui adanya kontraksi, keluarkan gumpalan jika
perlu.
4. Bantu ibu untuk bersandar atau berbaring untuk pengeluaran plasenta
dan selaputnya.
5. Jika plasenta sudah terlepas dari dinding uterus, letakkan tangan kiri di
atas simfisis pubis untuk menahan korpus uteri, dan regangkan tali
pusat dengan tangan yang lain tetapi jangan ditarik. Mula-mula
regangkan diarahkan kebawah, lalu secara perlahan diregangkan kearah
atas dengan mengikuti sumbu jalan lahir. Jangan menekan fundus
karena dapat mengakibatkan inversio uteri.
6. Jika plasenta sudah tampak dari luar, secara bertahap tarik keatas
sehingga plasenta mengikuti jalan yang sama dengan bayi. Lepaskan
tangan kiri dari perut, untuk menerima plasenta.
7. Keluarkan selaput dengan hati-hati. (Hal ini harus dikerjakan secara
perlahan dan hati-hati. Jangan ditarik karena selaput mungkin robek).
8. Begitu plasenta sudah lahir secara lengkap, periksa apakah uterus
berkontraksi dengan baik. (Mungkin perlu mengeluarkan gumpalan
darah, dan mengusap fundus dari luar agar uterus berkontraksi, jika
uterus tidak keras dan bulat).
9. Taksir jumlah kehilangan darah secermat-cermatnya.
10. Periksa apakah plasenta telah dilahirkan secara lengkap. Jika tidak
lengkap, ulangi pemberian oksitosin jika perdarahan tidak banyak dan
rumah sakit dekat, ibu segera dirujuk. Bila perdarahan banyak dan
rumah sakit jauh, lakukan placenta manual (lihat standar 21) untuk
penanganan perdarahan, lihat standar 22.
11. Bersihkan vulva dan perineum dengan air bersih, tutup dengan
pembalut wanita/kain kering yang bersih.
12. Periksa tanda-tanda vital. Catat semua temuan secermat-cermatnya.
13. Berikan plasenta kepada suami/keluarga ibu.

Adapun hasil yang diharapkan yaitu menurunkan terjadinya perdarahan


yang hilang pada persalinan kala tiga. Menurunkan terjadinya atonia uteri,
menurunkan terjadinya retensio plasenta , memperpendek waktu persalinan
kala tiga, dan menurunkan perdarahan post partum akibat salah penanganan
pada kala tiga.
d. STANDAR 12 : Penanganan Kala Dua Dengan Gawat Janin
Melalui Episiotomi
Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada kala dua,
dan segera melakukan episiotomi dengan aman untuk memperlancar
persalinan, diikuti dengan penjahitan perineum.
Tujuan dilakukannya standar ini adalah mempercepat persalinan
dengan melakukan episiotomi jika ada tanda-tanda gawat janin pada saat
kepala janin meregangkan perineum. Hasil yang diharapkan yaitu
penurunan kejadian asfiksia neonaturum berat. Penurunan kejadian lahir
mati pada kala dua.
Bidan harus :
1. Mempersiapkan alat-alat steril untuk tindakan ini. Memberitahu ibu
tentang perlunya episiotomi dilakukan dan yang akan dirasakanya.
2. Anastesi lokal diberikan pada saat his. Sebelum menyuntikannya, tarik
jarum sedikit (untuk memastikan jarum tidak menembus pembuluh
darah) masukkan dua jari tangan kiri ke dalam vagina untuk
melindungi kepala bayi, dan dengan tangan kanan tusukkan jarum
sepanjang garis yang akan digunting (sebaiknya dilakukan insisi
medio-lateral). Masukkan anestesi perlahan-lahan, sambil tarik alat
suntik perlahan sehingga garis yang akan di gunting teranestesi.
3. Tunggu satu menit agar anestesinya bekerja, lakukan tes kekebalan.
4. Pada puncak his berikutnya, lindungi kepala janin seperti diatas,
kemudian lakukan pengguntingan tunggal yang mantap.
5. Lindungi kepala bayi dengan tangan kiri agar kelahiran kepala
terkendali dan tidak terlalu cepat. Minta ibu untuk meneran di antara
dua his. Kemudian lahirkan bayi secara normal.
6. Begitu bayi lahir, tutupi perineum dengan pambalut steril dan lakukan
resusitasi neonatus jika diperlukan.
7. Lahirkan plasenta secara lengkap, sesuai standar 11.
8. Segera sesudah plasenta dikeluarkan,  lakukan penjahitan secara
aseptik dengan peralatan yang steril.
9. Lakukan penjahitan secara berlapis. Mulai dari vagina, lalu perineum.
10. Sesudah penjahitan, masukkan jari dengan hati-hati kerektum untuk
memastikan bahwa panjahitan tidak menembus dinding rektum. Bila
hal tersebut terjadi, lepaskan jahitan dan lakukan jahitan ulang. Periksa
vagina dan pastikan tidak ada bahan yang tertinggal.
11. Bersihkan perineum dengan air bersih, usahakan agar ibu merasa bersih
dan nyaman. Periksa apakah perdarahan dari daerah insisi sudah
berhenti. Bila perdarahan masih ada periksa sumbernya. Bila berasal
dari luka episiotomi, temukan titik perdarahan dan segera ikat jika
bukan, ikuti standar 22.
12. Pastikan bahwa ibu diberitahu agar menjaga perineum tetap bersih dan
kering, serta menggunakan pembalut wanita yang steril/kain kering
yang bersih.
13. Catat semua temuan secermat-cermatnya.
Riset menunjukkan :
a. Robekan perineum akan sembuh sabaik luka pengguntingan, sehingga
kekhawatiran akan terjadinya robekan perineum bukan merupakan
indikasi episiotomi.
b. Episiotomi yang efektif dan tepat waktu dapat menyelamatkan jiwa
janin yang mengalami gawat janin.
c. Semakin cepat episiotomi dijahit maka semakin kecil resiko terjadinya
infeksi.

TIGA STANDAR PELAYANAN NIFAS KALA IV


e. STANDAR 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan
pernafasan spontan, mencegah asfiksia, menemukan kelainan, dan
melakukan tindakan atau merujuk sesuai kebutuhan. Bidan juga harus
mencegah atau menangani hipotermi dan mencegah hipoglikemia dan
infeksi.
Penanganan hipotermi
1. Letakkan bayi pada dada ibu sehingga terjadi kontak kulit antara
keduanya
2. Sarankan ibu untuk serig memberikan ASI
3. Jaga agar ruangan tetap hangat dan bebas asap
4. Selimuti ibu
5. Berikan minum yang hangat untuk ibu
6. Periksa suhu tubuh bayi setia jam
7. Jika suhu tubuh bayi tidak naik segera rujuk, pertahankan kontak kulit
bayi dengan kulit ibu
Tujuan nya adalah menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu
dimulainya pernafasan serta mencegah hipotermi, hipoglikemi dan infeksi.
Dan hasil yang diharapkan adalah bayi baru lahir menemukan
perawatan dengan segera dan tepat. Bayi baru lahir mendapatkan perawatan
yang tepat untuk dapat memulai pernafasan dengan baik.
f. STANDAR 14 : Penanganan pada dua jam pertama setelah
persalinan
Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya
komplikasi paling sedikit selama 2 jam stelah persalinan, serta melakukan
tindakan yang diperlukan. Disamping itu, bidan memberikan penjelasan
tentang hal-hal yang mempercepat pulihnya kesehatan ibu, dan membantu
ibu untuk memulai pemberian ASI.
Bidan harus :
1. Segera keringkan bayi segera setelah lahir, nilai apa bayi sukar
bernafas. Ikuti standart 25.
2. Jika keadaan umum bayi baik letakkan bayi di dada ibu selimuti bayi
atau bungkus bayi dengan kain yang kering dan bersih jaga agar bayi
tetap hangat.
3. Raba fundus uteri lakukan masase uterus agar fundus berkontraksi
periksa setiap 15 menit.
4. Jika perdarahan pervaginam banyak segera lakukan tindakan sesuai
dengan standart 22 agar tidak terlambat.
5. Segera bantu ibu agar dapat menyusu, atur posisi bayi agar melekat dan
menghisap dengan benar.
6. Cuci tangan dan lakukan pemeriksaan fisik pada bayi berikan
perawatan lain yang di perlukan bayi sesuai standart 13.
7. Bila bayi tidak perlihatkan tanda kehidupan setelah dilakukan resusitasi
beritahu orang tua bayi. Berikan penjelasan secara sederhana dan jujur.
Biarkan orang tua melakukan upacara untuk bayi meninggal sesuai
dengan adat atau kepercayaan mereka. Setelah orang tua bayi tenang
bantulah mereka dan perlakukan bayi mereka dengan penuh perhatian.
8. Mintalah ibu untuk buang air kecil dalam 2 jam pertama setelah
melahirkan, bila kantong kemih penuh dan ibu tidak dapat BAK.
Lakukan pemasangan kateter.
9. Bantu ibu bersihkan tubuhnya ganti pembalut dan pakaian ibu. Berikan
penjelasan perubahan-perubahan yang terjadi pasca persalinan.
10. Catat semua yang ditemukan.
11. Sebelum meninggalkan ibu beritahu suami atau keluarga bagaimana
caranya meminta pertolongan jika terjadi gangguan.
12. JANGAN meninggalkan ibu dan bayi sampai mereka dalam keadaan
baik dan semua catatan baik dan lengkap. Jika ada hal
mengkhawatirkan lakukan rujukan ke rumah sakit.
Tujuan nya adalah mempromosikan perawatan ibu dan bayi yang
bersih dan aman selama persalinan kala empat untuk memulihkan
kesehatan ibu dan bayi. Meningkatan asuhan sayang ibu dan sayang bayi.
Memulai pemberian ASI dalam waktu 1 jam pertama setelah persalinan dan
mendukung terjadinya ikatan batin antara ibu dan bayinya.
g. STANDAR 15 : Pelayanan Bagi Ibu dan Bayi Pada Masa Nifas
Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas di puskesmas dan
rumah sakit atau melakukan kunjungan ke rumah pada hari ketiga, minggu
kedua dan minggu keenam setelah persalinan, untuk membantu proses
penatalaksanaan tali pusat yang benar, penemuan dini, penatalaksanaan
atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta
memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan
perorangan, makanan bergizi, asuhan bayi baru lahir, pemberian ASI,
imunisasi dan KB.
Proses :
1. Pada kunjungan rumah sapalah ibu dan suami atau keluarga pasien
dengan ramah.
2. Tanyakan apakah ada masalah dengan ibu dan bayinya.
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah memeriksa ibu dan bayi
4. Lakukanlah pemeriksaan lengkap bagi ibu dimulai KU, status present,
involusi uterus sekitar 2cm/hari selama 18 hari pertama, periksa lokhea.
Yang pada hari ketiga harusnya mulai berwarna kecoklatan dan pada
hari ke 8-10 hari menjadi sedikit dan berwarna merah muda jika ada
kelainan segera dirujuk (jika di curigai sepsis puerpuralis gunakan
standart 24). Untuk penangan perdarahan post partum sekunder
gunakan standart 23.
5. Bila ibu menderita anemia semasa hamil atau mengalami perdarahan
berat selama proses persalinan  periksa Hb  pada hari kerja. Nasehati
ibu supaya makan makanan bergizi dan berikan tablet tambah darah.
6. Berikan penyuluhan kepada ibu tentang pentingnya menjaga kesehatan
diri, memakai pembalut bersih, makanan bergizi, istirahat cukup.
7. Cucilah tangan lalu periksa bayi.
8. Perhatikan KU bayi tanyakan pada ibu pemberian asi berapa kali bayi
buang air dan bentuk fesesnya.
9. Perhatikan warna kulit bayi.
10. Bicarakan pemberian ASI dengan ibu, dan bila mungkin perhatikan
apakah bayi menetek dengan baik.
11. Nasehati ibu untuk hanya beri ASI pada bayi selama 4 bulan.
12. Bicarakan tentang KB dan kapan sengggama dapat dimulai.
13. Catat dengan tepat semua hal yang ditemukan.
14. Jika ada hal yang tidak normal segera rujuk ibu.
Tujuannya adalah memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi sampai 42
hari setelah persalinan dan memberikan penyuluhan ASI eksklusif.
1.4 Nifas dan Menyusui
1. Pengertian Nifas dan Kunjungan Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya placenta sampai
alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal
masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2008).
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat 
kandungan pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama 6-8 minggu. Periode nifas merupakan masa kritis bagi ibu,
diperkirakan bahwa 60% kematian  ibu akibat kehamilan terjadi setelah
persalinan, yang mana 50% dari kematian ibu tersebut  terjadi dalam 24 jam
pertama setelah persalinan. Selain itu, masa nifas ini juga merupakan  masa
kritis bagi bayi, sebab dua pertiga kematian bayi terjadi dalam 4 minggu
setelah  persalinan dan 60% kematian bayi baru lahir terjadi dalam waktu 7 
hari setelah lahir  (Saifuddin et al, 2002). Untuk itu perawatan selama masa
nifas merupakan hal yang sangat  penting untuk diperhatikan.
Perawatan masa nifas mencakup berbagai aspek mulai dari pengaturan
dalam  mobilisasi, anjuran untuk kebersihan diri, pengaturan diet, pengaturan
miksi dan defekasi,  perawatan payudara (mamma) yang ditujukan terutama
untuk kelancaran pemberian air susu ibu guna pemenuhan nutrisi bayi, dan
lain-lain (Rustam Mochtar, 1998 dan Saifuddin et al,  2002).
Program pelayanan kunjungan selama masa nifas dilakukan sebanyak tiga kali.
Yaitu
Untuk menangani masalah ini, bidan diharapkan dapat memberikan asuhan
masa nifas menggunakan metode SOAP.

2. Fisiologis Nifas
a. Involusi uterus
Involusi adalah proses kembalinya uterus ke dalam keadaan
sebelum hamil setelah melahirkan. Proses ini segera setelah pascapartum,
berat uterus menjadi 1.000 gr. Selama masa nifas, dua hari setelah
pelahiran uterus mulai berinvolusi. Sekitar 4 minggu setela pelahiran
uterus kembali ke ukuran sebelum hamil (Dewi Vivian&Sunarsih, 2013).
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :
- Iskemia miometrium
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus.
- Autolisis
Autolisis merupakan poses penghancuran diri sendiri yang terjadi
didalam otot uterus.
- Efek oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin
sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan
berkurangnya suplai darah ke uterus.
No Waktu TFU Konsistensi After pain Kontraksi
1. Segera Pertengahan simpisis Terjadi
setelah lahir dan umbilikus
Lembut
2. 1 jam setelah Umbilikus
lahir 1 cm di atas pusat
12 jam Turun 1 cm/hari
3. setelah lahir
setelah 2 hari
Berkurang
4.

b. Involusi tempat plasenta


Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat dengan
permukaan kasar, tidak rata, dan kira-kira sebesar telapak tangan. Dengan
cepat luka ini mengecil, pada akhir minggu ke 2 hanya 3-4 cm dan pada
akhir nifas 1-2 cm. Penyembuhan luka bekas plasenta khas. Pada
permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah
besar yang tersumbat oleh trimbus (Sitti saleha, 2009).
Pengeluaran lengkap tempat perlekatan plasenta memerlukan
waktu sampai 6 minggu. Jika terjadi gangguan pada proses ini, dapat terjai
pendarahan pada puerperal awitan lambat. Segera setelah pelahiran,
kemudian ukurannya mengecil secara cepat dalam waktu 1 jam
(Cunningham Gary, 2012)
c. Perubahan pada servik dan vagina
Pada servik terbentuk sel-sel otot terbaru, karena adanya
kontraksi dan retraksi, segera setelah lahir terjadi edema, bentuk distensi
untuk beberapa hari, struktur internal kembali dalam 2 minggu, struktur
eksternal melebar dan tampak bercelah. Vagina terenggang pada waktu
persalinan namun lambat laun akan mencapai ukuran yang normal.
Nampak berubah kembali pada 3 minggu, kembali mendekati ukuran
seperti tidak hamil, dalam 6 sampai 8 minggu, bentuk ramping lebar,
produksi mukus normal dengan ovulasi.
d. Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan
mempunyai reaksi basa, dan lochea mempunyai bau yang amis meskipun
tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita.
Komposisi lochea adalah jaringan endometrial, darah dan limfe. Lochea
mengalami perubahan karena pross involusi. Tahap lochea yaitu :
- Rubra (merah)
Lochea ini muncul dari hari pertama hingga hari ke tiga masa post
partum. Warnanya merah dan mengandung darah dari luka pada
plasenta dan serabut.
- Sanguinolenta (merah kuning)
Lochea ini berwarna merah kuning berisi darah dan lendir,
pengeluaran pada hari ke tingga sampai hari ke lima post partum.
- Serosa (pink kecoklatan)
Lochea ini muncul pada hari ke lima sampai hari ke sembilan.
Warnanya kekuningan atau kecoklatan, terdiri atas sedikit darah dan
lebih banyak serum.
- Alba (kuning putih)
Lochea ini muncul lebih dari hari ke sepuluh. Warnanya lebih pucat,
putih kekuningan, lebih banyak mengandung leukosit, sselaput lendir
servik, dan serabbut jaringan yang mati.
Lochea terus keluar sampai tiga minggu. Bau normal seperti menstruasi,
jumlah meningkat saat berdiri. Jmlah keluaran rata-rata 240-270 ml.
e. Siklus menstruasi
Siklus menstruasi pada ibu menyusui dimulai 12 minggu rata-rata
18 minggu post partum. Mestruasi pada ibu post partum tergantung dari
hormon prolaktik. Apabila ibu tidak menyusui menstruasi mulai pada
minggu ke 6 s/d minggu ke 8. Menstruasi mungkin tidak terlambat,
dibutuhkan salah satu jenis kontrasepsi untuk mencegah kehamilan.
f. Perubahan pembuluh darah rahim
Dalam kehamilan uterus menpunyai pembuluh-pembuluh darah
yang besar, tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan bagi
peredaran darah yang banyak, maka arteri tersebut harus mengecil
kembali saat nifas.
g. Dinding perut dan peritonium
Setelah persalinan dinding perut menjadi longgar karena
terenggang begitu lama, tetapi biasanya pulih kembali dalam 6 minggu.
h. Nyeri setelah pelahiran
Setelah melahirkan uterus tetap berkontraksi dengan kuat pada
interval tertentu dan menimbulkan nyeri, yang mirip dengan pada saat
persalinan namun lebih ringan.
i. Saluran kencing
Dinding kandung kemih terlihat edema, sehingga menimbulkan
obstruksi dan menyebabkan retensi urine, dilatasi ureter dan pyelum
kembali normal dalam 2 minggu.
j. Laktasi
Keadaan buah dada pada dua hari pertama nifas sama dengan
keadaan dalam kehamilan pada waktu ini. Buah dada belum mengandung
susu melainkan colostrum. Colostrum adalah cairan kuning yang
mengandung banyak protein dan garam.

3. Kebutuhan Ibu Masa Nifas


a. Nutrisi dan Cairan
Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi seimbang, terutama
kebutuhan kalori dan karbohidrat. Gizi ibu nifas sangat erat kaitannya
dengan produksi air susu yang di butuhkan untuk tumbuh kembang bayi.
Ibu nifas tidaklah terlalu ketat dalam mengatur nutrisinya, yang terpenting
adalah makanan yang menjamin pembentukan air susu yang berkualitas
dalam jumlah yang cukup.
1. Kebutuhan kalori harus proposional dengan jumlah air susu ibu yang
dihasilkan dan lebih tinggi selama menyusui di banding selama hamil.
Rata-rata kandungan kalori ASI yang di hasilkan ibu dengan nutrisi
yang baik adalah 70 kal/100ml dan kira-kira 85 kal yang di butuhkan
ibu untuk 100 ml ASI yang di hasilkan.
2. Ibu memerlukan tambahan 20 gr protein di atas kebutuhan normal.
Protein di perlukan untuk pertumbuhan dan pergantian sel yang rusak
dan mati.
3. Nutrisi lain yang perlukan adalah asupan cairan. Ibu di anjurkan minum
2-3 liter per hari dalam bentuk air putih, susu, dan jus buah. Mineral,
air dan vitamin di gunakan untuk melindungi tubuh dari serangan
penyakit dan mengatur metabolisme dalam tubuh.
4. Pil zat besi atau Fe harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya
setelah melahirkan.
5. Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) sebanyak 2 kali yaitu pada 1
jam setelah melahirkan dan 24 jam setelahnya agar dapat memberikan
vitamin A pada bayinya melalui ASI.
b. Ambulansi

Pada persalinan normal sebaiknya ambulasi di kerjakan setelah 2


jam (ibu boleh miring ke kiri atau ke kanan). Keuntungan lain dari
ambulasi dini adalah :

1. Ibu merasa lebih sehat dan kuat


2. Faal usus dan kandung kemih yang lebih baik
3. Kesempatan yang baik untuk mengajari ibu merawat atau memelihara
anaknya.
4. Tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal
5. Tidak mempengaruhi penyembuhan luka episiotomi atau luka di perut.
6. Tidak memperbesar kemungkinan prolaps atau retroflexio.
Ambulansi dini di lakukan secara berangsur-angsur, maksudnya bukan
berarti ibu harus langsung bekerja (mencuci, memasak, dan sebagainya)
setelah bangun.

c. Eliminasi

Buang air besar harus ada dalam 3 hari setalah melahirkan. Bila ada
konstipasi dan timbul koprostase hingga skibala (feses yang mengeras)
tertimbun di rektum, mungkin akan terjadi febris. Bila terjadi hal demikian
dapat dilakukan klisma atau diberi laksan peroral.
Pengeluaran cairan lebih banyak pada waktu persalinan sehingga
dapat mempengaruhi terjadinya konstipasi. Biasanya 2-3 hari postpartum
masih susah BAB, maka sebaiknya di berikan laksan atau paraffin (1-2
postpartum), atau pada hari ke 3 di beri laksan supositoria dan minum air
hangat.

d. Kebersihan diri

Karena keletihan dan kondisi psikis yang belum stabil, biasanya ibu
post partum masih belum cukup kooperatif untuk membersihkan dirinya.
Bidan harus bijaksana dalam memberikan motivasi ini tanpa mengurangi
keaktifan ibu untuk melakukan personal hygiene secara mandiri. Pada
tahap awal, bidan dapat melibatkan keluarga dalam perawatan kebersihan
ibu.

e. Istirahat

Ibu postpartum sangat membutuhkan istirahat yang berkualitas


untuk memulihkan kembali keadaan fisiknya. Keluarga disarankan untuk
memberikan kesempatan kepada ibu untuk beristirahat yang cukup
sebagai persiapan untuk energi menyusu ibayinya nanti.

Kurang istirahat pada ibu postpartum akan mengakibatkan beberapa


kerugian, misalnya :

1. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi


2. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
3. Menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat bayi dan
dirinya sendiri.
f. Seksual

Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah


merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau diajarinya kedalam
vagina tanpa rasa nyeri. Banyak budaya dan agama yang melarang untuk
melakukan hubungan seksual sampai masa waktu tertentu misalnya
setelah 40 hari atau 6 minggu setelah kelahiran. Keputusan bergantung
pada pasangan yang bersangkutan.
4. Tanda Bahaya Masa Nifas
A. Perdarahan pasca persalinan (post partum)
 Pengertian
Perdarahan pasca persalinan (post partum) adalah perdarahan yang
melebihi 500 – 600 ml setelah bayi lahir (Eny, 2009). Menurut waktu
terjadinya dibagi atas dua bagian yaitu :
1. Perdarahan post partum primer (Early post partum
hemorrhage) yang terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir.
Penyebab utama adalah atonia uteri, retensio placenta, sisa
plasenta dan robekan jalan lahir.
2. Perdarahan post partum sekunder (Late post partum
hemorrhage) yang terjadi setelah 24 jam. Penyebab
utamanya adalah sub involusi, infeksi nifas dan sisa
plasenta. Menurut manuaba (2005), perdarahan post partum
merupakan penyebab penting kematian maternal.
 Faktor-faktor penyebab perdarahan post partum :

1. Paritas lebih dari 5

2. Jarak persalinan pendek kurang dari 2 tahun

3. Persalinan yang dilakukan dengan tindakan yaitu


pertolongan kala uri sebelum waktunya, pertolongan
persalinan oleh dukun, persalinan dengan tindakan paksa
(Notoatmodjo, 2008).
 Penanganan
Untuk mengatasi kondisi ini dilakukan penanganan umum dengan
perbaikan keadaan umum dengan pemasangan infuse, transfuse darah,
pemberian antibiotic, dan pemberian uterotonika. Pada kegawatdaruratan
dilakukan rujukan ke rumah sakit (Manuaba, 2008).

B. Lochea berbau busuk

 Pengertian

Lochea adalah sekret yang berasal dari kavum uteri dan


vagina dalam masa nifas. Sedangkan lochea yang berbau
busuk adalah sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina
dalam masa nifas yang berupa cairan seperti nanah yang
berbau busuk (Prawirohardjo, 2007).
 Faktor penyebab
Ini terjadi karena infeksi dan komplikasi plasenta rest. Plasenta rest
merupakan bentuk perdarahan pasca partus berkepanjangan sehingga
pengeluaran lochea disertai darah lebih dari 7-10 hari. Dapat terjadi
perdarahan baru setelah pengeluaran lochea normal, dan dapat berbau
akibat infeksi plasenta rest. Pada evaluasi pemeriksaan dalam
terdapat pembukaan dan masih dapat diraba sisa plasenta atau
membrannya. Subinvolusi uteri karena infeksi dan menimbulkan
perdarahan lambat (Manuaba, 2008).
 Penanganan

Tindakan penanganan meliputi pemasangan infus


profilaksis, pemberian antibiotik adekuat, pemberian
uterotonika (oksitosin atau metergin), dan tindakan definitif
dengan kuretase dan dilakukan pemeriksaan patologi-
anatomik (Notoatmodjo, 2008).

C. Pengecilan rahim terganggu (Sub involus uterus)

 Pengertian
Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim
dimana berat rahim dari 1000 gram saat setelah bersalin menjadi 40-60
gram 6 minggu kemudian. Bila pengecilan ini kurang baik atau
terganggu disebut sub involusi (Eny, 2009).
 Faktor penyebab
Ini terjadi karena infeksi dan komplikasi plasenta rest. Plasenta rest
merupakan bentuk perdarahan pasca partus berkepanjangan sehingga
pengeluaran lochea disertai darah lebih dari 7-10 hari. Dapat terjadi
perdarahan baru setelah pengeluaran lochea normal, dan dapat berbau
akibat infeksi plasenta rest. Pada evaluasi pemeriksaan dalam terdapat
pembukaan dan masih dapat diraba sisa plasenta atau membrannya.
Subinvolusi uteri karena infeksi dan menimbulkan perdarahan terlambat
(Manuaba, 2008).
 Penanganan

Pengobatan dilakukan dengan memberikan injeksi methergin setiap


hari ditambah ergometrin per oral. Bila ada sisa plasenta lakukan
kuretase. Berikan antibiotika sebagai pelindung infeksi (Prawirohardjo,
2005).

D. Nyeri pada perut dan pelvis


 Pengertian

Tanda-tanda nyeri perut dan pelvis dapat menyebabkan


komplikasi nifas seperti peritonitis. Peritonitis adalah
peradangan pada peritonium.
 Faktor penyebab

Peritonitis nifas bias terjadi karena meluasnya


endometritis, tetapi dapat juga ditemukan bersama-sama
dengan salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvika. Selanjutnya
pada kemungkinan bahwa abses pada sellulitis mengeluarkan
nanahnya ke rongga paritonium dan menyebabkan peritonitis
(Prawirihardjo, 2007). Gejala klinik peritonoitis dibagi 2
yaitu:
1. Peritonitis terbatas pada daerah pelvis

Gejala-gejalanya tidak seberapa berat seperti pada


peritonitis umum. Penderita demam, perut bawah nyeri,
tetapi keadaan umum tetap baik. Pada pelvio peritonitis
bisa terdapat pertumbuhan abses (Prawirohardjo, 2007).
2. Peritonitis umum

Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang


sangat pathogen dan merupakan penyakit berat.Suhu
meningkat menjadi tinggi, nadi cepat dan kecil, perut
kembung dan nyeri, ada defense musculaire. Muka
penderita yang mula-mula kemerahan menjadi pucat,
mata cekung, kulit muka dingin, terdapat apa yang
dinamakan facies hippocratica. Mortalitas peritonitis
umum tinggi (Prawirohardjo, 2007).
 Penanganan
Pengobatan dilakukan dengan pengisapan nasogastrik, pasang
infuse intravena, berikan kombinasi antibiotic sampai ibu tidak demam
selama 48 jam ( ampisilin 2 g melalui intravena setiap 6 jam, ditambah
gentamisin 5 mg/kg berat badan melalui intravena setiap 24 jam,
ditambah metronidazol 500 mg melalui intravena setiap 8 jam)
(Pamilih, 2006).

E. Pusing dan Lemas yang berlebihan

Menurut Manuba (2005), pusing merupakan tanda-tanda


bahaya pada masa nifas, pusing bisa disebabkan oleh karena darah
tinggi (sistol>140 mmHg dan diastole >110 mmHg). Lemas yang
berlebihan juga merupakan tanda-tanda bahaya, dimana keadaan
lemas disebabkan oleh kurangnya istirahat dan kurangnya asupan
kalori sehingga ibu kelihatan pucat, tekanan darah rendah
(sistol<100 mmHg diastole <60 mmHg).

Penanganan gejala tersebut adalah :

a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari.

b. Makan dengan diit berimbang untuk mandapatkan


protein, mineral dan vitamin yang cukup.
c. Minum sedikitnya 3 liter setiap hari.

d. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat


setidaknya selama 40 hari pasca bersalin.
e. Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan
kadar vitamin pada bayinya.

f. Istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.

F. Suhu tubuh ibu > 38 ‘ C

Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu


sedikit baik antara 37,20C-37,80C oleh karena reabsorbsi benda-
benda dalam rahim dan mulainya laktasi, dalam hal ini disebut
demam reabsorbsi. Hal itu adalah normal.
Namun apabila terjadi peningkatan melebihi 380C beturut-
turut selama 2 hari kemungkinan terjadi infeksi. Infeksi nifas
adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat
genetalia dalam masa nifas (Mochtar, 2002). Penanganan umum
bila terjadi demam :
a. Istirahat baring.

b. Rehidrasi peroral atau infuse.

c. Kompres atau kipas untuk menurunkan suhu.

d. Jika ada syok segera beri pengobatan, sekalipun tidak jelas


gejala syok harus waspada untuk menilai berkala karena
kondisi ini dapat memburuk dengan cepat (Prawirohardjo,
2002).

G. Payudara berubah merah, panas, dan terasa sakit.

Pada masa nifas dapat terjadi infeksi dan peradangan


parenkim kelenjar payudara (mastitis). Mastitis bernanah dapat
terjadi setelah minggu pertama pascasalin, tetapi biasanya tidak
sampai melewati minggu ke 3 atau ke 4 (Prawirohardjo, 2008).
Gejala awal mastitis adalah demam yang disertai
menggigil, nyeri dan takikardia. Pada pemeriksaan payudara
membengkak, mengeras, lebih hangat, kemerahan dengan batas
tegas, dan disertai rasa nyeri (Prawirohardjo, 2008). Penanganan
utama mastitis adalah :

a. Memulihkan keadaan dan mencegah terjadinya komplikasi


yaitu bernanah (abses) dan sepsis yang dapat terjadi bila
penanganan terlambat, tidak cepat, atau kurang efektif.
b. Susukan bayi sesering mungkin.

c. Pemberian cairan yang cukup, anti nyeri dan anti inflamasi.

d. Pemberian antibiotic 500 mg/6 jam selama 10 hari.

e. Bila terjadi abses payudara dapat dilakukan sayatan (insisi)


untuk mengeluarkan nanah dan dilanjutkan dengan drainase
dengan pipa agar nanah dapat keluar terus.

H. Perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya (baby blues)

Ada kalanya ibu mengalami parasaan sedih yang berkaitan


dengan bayinya. Keadaan ini disebut baby blues, yang disebabkan
oleh perubahan perasaan yang dialami ibu saat hamil sehingga
sulit menerima kehadiran bayinya. Perubahan perasaan ini
merupakan respon alami terhadap rasa lelah yang dirasakan, selain
itu juga karena perubahan fisik dan emosional selama beberapa
bulan kehamilan (Eny, 2009).Gejala- gejala baby blues antara lain:
a. Menangis

b. Mengalami perubahan perasaan

c. Cemas
d. Kesepian

e. Khawatir mengenai sang bayi

f. Penurunan gairah sex, dan kurang percaya diri terhadap kemampuan


menjadi seorang ibu.
Penanganan bila terjadi baby blues yaitu hilang tanpa pengobatan,
pengobatan psikologis dan antidepresan, konsultasi psikiatrik untuk
pengobatan lebih lanjut (tiga bulan) (Manuaba, 2008).

I. Depresi masa nifas (Depresi post partum)

Depresi masa nifas adalah keadaan yang amat serius. Hal ini
disebabkan oleh kesibukannya yang mengurusi anak-anak sebelum
kelahiran anaknya ini. Ibu yang tidak mengurus dirinya sendiri,
seorang ibu cepat murung, mudah marah-marah (Eny, 2009).
Gejala-gejala depresi masa nifas adalah :
a. Sulit tidur bahkan ketika bayi sudah tidur.
b. Nafsu makan hilang.
c. Perasaan tidak berdaya atau kehilangan kontrol.
d. Terlalu cemas atau tidak perhatian sama sekali pada bayi.
e. Tidak menyukai atau takut menyentuh bayi.
f. Pikiran yang menakutkan mengenai bayi.
g. Sedikit atau tidak ada perhatian terhadap penampilan pribadi.
h. Gejala fisik seperti banyak wanita sulit bernafas atau perasaan
berdebar-debar.

5. Standar Asuhan Masa Nifas


TIGA STANDAR PELAYANAN NIFAS
STANDAR 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan
pernafasan spontan, mencegah asfiksia, menemukan kelainan, dan
melakukan tindakan atau merujuk sesuai kebutuhan. Bidan juga harus
mencegah atau menangani hipotermi dan mencegah hipoglikemia dan
infeksi.
Penanganan hipotermi :
1. Letakkan bayi pada dada ibu sehingga terjadi kontak kulit antara
keduanya
2. Sarankan ibu untuk serig memberikan ASI
3. Jaga agar ruangan tetap hangat dan bebas asap
4. Selimuti ibu
5. Berikan minum yang hangat untuk ibu
6. Periksa suhu tubuh bayi setia jam
7. Jika suhu tubuh bayi tidak naik segera rujuk, pertahankan kontak kulit
bayi dengan kulit ibu
Tujuan nya adalah menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu
dimulainya pernafasan serta mencegah hipotermi, hipoglikemi dan infeksi.
Dan hasil yang diharapkan adalah bayi baru lahir menemukan
perawatan dengan segera dan tepat. Bayi baru lahir mendapatkan perawatan
yang tepat untuk dapat memulai pernafasan dengan baik.

STANDAR 14 : Penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan


Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya
komplikasi paling sedikit selama 2 jam stelah persalinan, serta melakukan
tindakan yang diperlukan. Disamping itu, bidan memberikan penjelasan
tentang hal-hal yang mempercepat pulihnya kesehatan ibu, dan membantu
ibu untuk memulai pemberian ASI.
Bidan harus :
1. Segera keringkan bayi segera setelah lahir, nilai apa bayi sukar
bernafas. Ikuti standart 25.
2. Jika keadaan umum bayi baik letakkan bayi di dada ibu selimuti bayi
atau bungkus bayi dengan kain yang kering dan bersih jaga agar bayi
tetap hangat.
3. Raba fundus uteri lakukan masase uterus agar fundus berkontraksi
periksa setiap 15 menit.
4. Jika perdarahan pervaginam banyak segera lakukan tindakan sesuai
dengan standart 22 agar tidak terlambat.
5. Segera bantu ibu agar dapat menyusu, atur posisi bayi agar melekat dan
menghisap dengan benar.
6. Cuci tangan dan lakukan pemeriksaan fisik pada bayi berikan
perawatan lain yang di perlukan bayi sesuai standart 13.
7. Bila bayi tidak perlihatkan tanda kehdupan setelah dilakukan resusitasi
beritahu orang tua bayi. Berikan penjelasan secara sederhana dan jujur.
Biarkan orang tua melakaukan upacara untuk bayi meninggal sesuai
dengan adat atau kepercayaan mereka. Setelah orang tua bayi tenang
bantulah mereka dan perlakukan bayi mereka dengan penuh perhatian.
8. Mintalah ibu untuk buang air kecil dalam 2 jam pertama setelah
melahirkan, bila kantong kemih penuh dan ibu tidak dapat BAK
lakukan kateter.
9. Bantu ibu bersihkan tubuhnya ganti pembalut dan pakaian ibu. Berikan
penjelasan perubahan- perubahan yang terjadi pasca persalinan.
10. Catat semua yang ditemukan.
11. Sebelum meninggalkan ibu beritahu suami atau keluarga bagaimana
caranya meminta pertolongan jika terjadi gangguan.
12. JANGAN meninggalkan ibu dan bayi sampai mereka dalam keadaan
baik dan semua catatan baik dan lengkap. Jika ada hal
mengkhawatirkan lakukan rujukan ke rumah sakit.
Tujuannya adalah mempromosikan perawatan ibu dan bayi yang bersih
dan aman selama persalinan kala empat untuk memulihkan kesehatan ibu
dan bayi. Meningkatan asuhan sayang ibu dan sayang bayi. Memulai
pemberian ASI dalam waktu 1 jam pertama setelah persalinan dan
mendukung terjadinya ikatan batin antara ibu dan bayinya.
STANDAR 15 : Pelayanan Bagi Ibu dan Bayi Pada Masa Nifas
Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas di puskesmas dan
rumah sakit atau melakukan kunjungan ke rumah paa hari ke-tiga, minggu
ke dua dan minggu ke enam setelah persalinan, untuk membantu proses
penatalaksanaan tali pusat yang benar, penemuan dini, penatalaksanaan
atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta
memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan
perorangan, makanan bergizi, asuhan bayi baru lahir , pemberian ASI ,
imunisasi dan KB.
Proses :
1. Pada kunjungan rumah sapalah ibu dan suami atau keluarga pasien
dengan ramah.
2. Tanyakan apakah ada masalah dengan ibu dan bayinya.
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah memeriksaibu dan bayi.
4. Lakukanlah pemeriksaan lengkap bagi ibu dimulai KU, status present,
involusi uterus sekitar 2cm/hari selama 18 hari pertama, periksa lokhea.
Yang pada hari ketiga harusnya mulai berwarna kecoklatan dan pada
hari ke 8-10 hari menjadi sedikit dan berwarna merah muda jika ada
kelainan segera dirujuk(jika di curigai sepsis puerpuralis gunakan
standart 24. Untuk penangan perdarahan post partum sekunder gunakan
standart 23.
5. Bila ibu menderita anemia semasa hamil atau mengalami perdarahan
berat selama proses persalinan  periksa Hb  pada hari kerja. Nasehati
ibu supaya makan makanan bergizi dan berikan tablet tambah darah.
6. Berikan penyuluhan kepada ibu tentang pentingnya menjaga kesehatan
diri, memakai pembalut bersih, mkanan bergizi, istrahat cukup.
7. Cucilah tangan lalu periksa bayi.
8. Perhatikan KU bayi tanyakan pada ibu pemberian asi berapa kali bayi
buang air dan bentuk fesesnya.
9. Perhatikan warna kulit bayi.
10. Bicarakan pemberian ASI dengan ibu, dan bila mungkin perhatikan
apakah bayi menetek dengan baik.
11. Nasehati ibu untuk hnya beri ASI pada bayi selama 4 bulan.
12. Bicarakan tentang KB dan kapan sengggama dapat dimulai.
13. Catat dengan tepat semua hal yang ditemukan.
14. Jika ada hal yang tidak normal segera rujuk ibu.
Tujuannya adalah memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi sampai
42 hari setelah persalinan dan memberikan penyuluhan ASI eksklusif.

Anda mungkin juga menyukai