Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA MASA PRAKONSEPSI DAN

PERENCANAAN KEHAMILAN SEHAT PADA CALON PENGANTIN

DI PUSKESMAS RAPAK MAHANG

Disusun Oleh :
Yunita Rachman
NIM. P07224421040

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN KEBIDANAN PRODI PROFESI BIDAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan limpahan Anugrah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan Asuhan Kebidanan pada Perencaan Kehamilan Sehat pada Calon
Pengantin

Laporan Pendahuluan Asuhan Kebidanan pada Perencaan Kehamilan


Sehat pada Calon Pengantin ini tidak akan selesai tepat pada waktunya tanpa
bantuan dari berbagai pihak yang telah membantu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan Asuhan


Kebidanan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik
dan saran untuk perbaikan penyusunan yang akan datang.
Semoga Asuhan Kebidanan ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Tenggarong, November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan...........................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3


A. Konsep Dasar Teori Pranikah (Calon Pengantin).........................................5
Konsep Dasar Persiapan Menjadi Orag
Tua…………………………………………………………………………10
B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Perencanaan
Kehamilan Sehat pada Calon Pengantin......................................................17

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................33

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan sebelum hamil di Indonesia telah diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan (PMK No. 97 tahun 2014) dan telah tertulis dalam
buku saku kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin maupun bagi
penyuluhnya yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI. Pemerintah baik daerah
provinsi maupun kabupaten/kota telah menjamin ketersediaan sumber daya
kesehatan, sarana, prasarana, dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan sebelum
hamil sesuai standar yang telah ditentukan.
World Health Organization (WHO) dalam Suistainable Development
Goals (SDGs) mempunyai target menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI)
menjadi 70/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030 (Johnston, 2016; Kemenkes
RI, 2014). AKI diindonesia yang ditargetkan menurun menjadi 102 pada tahun
2015 tidak tercapai, karena menurut laporan SDKI, 2012 AKI di Indonesia masih
berada pada angka 228 (41,5%) per 100.000 kelahiran hidup (Kementrian
Kesehatan, 2017). Indonesia berada pada peringkat ke tujuh di antara negara-
negara ASEAN (Johnston, 2016; Kementrian Kesehatan, 2017; Riskesdas, 2013).
AKI yang tinggi di Indonesia disebabkan oleh beberapa hal. Faktor
penyebab terbanyak adalah perdarahan (32%), hipertensi dalam kehamilan (25%)
dan infeksi (2%) (Badan Pusat Statistik, 2018). Upaya percepatan penurunan
Angka Kematian Ibu bertujuan menjamin agar setiap ibu mampu mengakses
pelayanan kesehatan yag berkualitas, antara lain pelayanan kesehatan ibu hamil,
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih, perawatan pasca persalinan
bagi ibu dan bayi, perawatan khusus, rujukan jika terjadi komplikasi dan
pelayanan KB (pasca salin) (Profil Kesehatan Indonesia, 2019).
Upaya preventif, promotif maupun kuratif yang dilakukan pemerintah untuk
menurunkan AKI diantaranya program Rumah Sakit Sayang Ibu, Program Upaya
Percepatan Penurunan AKI (kementrian Kesehatan, 2017). Upaya upaya tersebut

1
merupakan bagian dari upaya kesehatan berkelanjutan yaitu sejak preconception
care, antenatal care, postnatal care (Shaleh et al., 2014).
Preconception care adalah pemberian intervensi kesehatan berupa
biomedis, perilaku dan sosial kepada wanita dan pasangan sebelum menikah yang
bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan mereka dan mengurangi perilaku
dan faktor individu dan lingkungan yang dapat berkontribusi pada kesehatan ibu
dan anak yang buruk (WHO, 2013). Negara yang telah berhasil melaksanakan
program ini adalah Italia, Belanda, Amerika Serikat untuk negara maju dan
Bangladesh, Filiphina, Sri Lanka untuk negara berpenghasilan menengah-rendah
(WHO, 2012).
Kehamilan merupakan masa transisi bagi setiap wanita, yaitu masa antara
kehidupan sebelum memiliki anak dan kehidupan kemudian setelah anak tersebut
lahir (Varney, 2004). Kehamilan pertama yang akan dialami setiap wanita setelah
menikah akan membawa perubahan sosial dan perubahan psikologis dalam
hidupnya. Sebagian dari mereka senang menghadapi kehamilan pertama dan
sebagian lainnya diketahui mengalami kecemasan. Hal ini bergantung pada
bagaimana seorang wanita mempersiapkan kehamilan agar dapat beradaptasi
dengan setiap perubahan yang terjadi selama proses kehamilan (Newman, 2006).
Jika wanita menikah yang belum siap menghadapi kehamilan dapat
menimbulkan kecemasan dan kekhawatiran, maka akan terjadi peningkatan
hormon adrenal yang akan berdampak buruk pada perkembangan janin dan hasil
persalinannya nanti yaitu depresi post partum dan peningkatan angka kekerasan
pada anak (Rokhanawati, 2017) . Peningkatan angka kesakitan dan kematian pada
ibu dan bayi juga dapat disebabkan oleh kurangnya persiapan pengetahuan
tentang kehamilan, hubungan seksual, dan persalinan (Stephenson J, et al, 2014).
Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia tercatat tertinggi di ASEAN yaitu
359 per 100.000 kelahiran hidup angka ini belum mencapai target Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Target AKI per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2019 adalah 306 kasus (SDKI, 2012;
RPJMN, 2015-2019).

2
Salah satu upaya untuk menurunkan angka kematian ibu adalah
meningkatkan pengetahuan dan mengubah perilaku ibu, keluarga dan masyarakat
(Riskesdas, 2013). Bidan sebagai tenaga profesional yang dekat dengan wanita
bertanggung jawab untuk memberikan pengetahuan, dukungan, asuhan dan
nasehat kepada wanita sebelum dan selama kehamilan (Yulizawati dkk, 2019).
Pemerintah Indonesia telah memfasilitasi calon pengantin untuk
menambah ilmu sebelum menikah, yaitu melalui pendidikan pranikah. Program
Pendidikan Pranikah merupakan program yang bertujuan untuk mempersiapkan
calon pengantin dalam menghadapi kehidupan setelah menikah dan
mempersiapkan kehamilan. Dengan berpedoman pada Peraturan Direktur Jenderal
Masyarakat Islam Indonesia Nomor 379 Tahun 2018 tentang Petunjuk
Penyelenggaraan Pembinaan Perkawinan Pranikah bagi calon pengantin, materi
yang akan diberikan antara lain paparan kebijakan pembinaan perkawinan,
penyiapan kesejahteraan keluarga, membina hubungan dalam keluarga, pertemuan
keluarga. kebutuhan, menjaga kesehatan reproduksi dan mempersiapkan generasi
yang berkualitas yang dapat bekerja sama dengan instansi kesehatan seperti
puskesmas setempat.
Menurut Suprastowo (2018), perempuan sering kali merasa bingung pada

masa kehamilan pertama dan kesulitan menjalankan perannya sebagai ibu. Hasil

penelitian diperoleh 72,7% responden menyatakan membutuhkan penyuluhan

perencanaan kehamilan dan informasi tentang perawatan kehamilan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengimplementasikan asuhan
kebidanan pranikah pada calon pengantin dengan perencanaan kehamilan
menggunakan pola pikir manajemen kebidanan serta mendokumentasikan
hasil asuhannya dalam bentuk SOAP
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu dengan benar:

3
a. Menjelaskan mengenai teori dan konsep dasar asuhan pranikah pada
calon pengantin dengan perencanaan kehamilan.
b. Mengintegrasikan teori dan manajemen asuhan kebidanan serta
mengimplementasikannya pada kasus yang dihadapi, yang meliputi:
1) Melakukan pengkajian data subjektif dan objektif pranikah pada
calon pengantin dan perencanaan menjadi orang tua
2) Melakukan analisis data yang telah diperoleh untuk merumuskan
diagnosa dan masalah aktual pada calon pengantin dan
perencanaan menjadi orang tua
3) Melakukan identifikasi diagnosa dan masalah potensial pada calon
pengantin dan perencanaan menjadi orang tua
4) Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera dan rujukan pada
calon pengantin dan perencanaan menjadi orang tua
5) Menyusun rencana asuhan kebidanan pranikah pada calon
pengantin dan perencanaan menjadi orang tua
6) Melaksanakan rencana asuhan kebidanan pranikah pada calon
pengantin dan perencanaan menjadi orang tua yang telah disusun.
7) Melakukan evaluasi hasil asuhan yang telah dilakukan pada calon
pengantin dan perencanaan menjadi orang tua
8) Melakukan dokumentasi asuhan kebidanan yang telah diberikan
pada calon pengantin dan perencanaan menjadi orang tua
9) Menganalisis asuhan kebidanan pranikah pada calon pengantin
dan perencanaan menjadi orang tua yang telah dilaksanakan
dengan teori yang ada.

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Pranikah (Calon Pengantin)


1. Definisi pranikah

Kata dasar dari pranikah ialah “nikah” yang merupakan ikatan (akad)
perkawinan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran agama.
Imbuhan kata pra yang memiliki makna sebelum, sehingga arti dari pranikah
adalah sebelum menikah atau sebelum adanyanya ikatan perkawinan (lahir batin)
antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri (Setiawan, 2017).
Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan,
perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dengan batas usia 19
tahun untuk laki-laki dan 16 tahun untuk perempuan. Akat tetapi, berdasarkan UU
No. 35 tahun 2014 tentang perubahan atas UU No. 23 tahun 2002 tentang
perlindungan anak, usia kurang dari 18 tahun masih tergolong anak-anak. Oleh
karena itu, BKKBN memberikan batasan usia pernikahan 21 tahun bagi
perempuan dan 25 tahun untuk pria. Selain itu, umur ideal yang matang secara
biologis dan psikologis adalah 20 – 25 tahun bagi wanita dan umur 25 – 30 tahun
bagi pria (BKKBN, 2017). Sedangkan, pasangan yang akan melangsungkan
pernikahan/akad perkawinan disebut calon pengantin (Setiawan, 2017).

2. Tujuan asuhan pranikah


Menurut Kemenkes (2014), penyelenggaraan pelayanan kesehatan masa
sebelum hamil (prakonsepsi) atau pranikah bertujuan untuk:
a. Menjamin kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi
yang sehat dan berkualitas;
b. Mengurangi angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi baru
lahir; Menjamin tercapainya kualitas hidup dan pemenuhan hak-
hak reproduksi; dan

5
c. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
ibu dan bayi baru lahir yang bermutu, aman, dan bermanfaat sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3. Persiapan pranikah
Dalam Pelatihan Peer Konselor Kemenkes 2015, persiapan pernikahan
meliputi kesiapan fisik, kesiapan mental/psikologis dan kesiapan sosial ekonomi.
a. Kesiapan Fisik
Secara umum, seorang individu dikatakan siap secara fisik apabila
telah selesai fase pertumbuhan tubuh yaitu sekitar usia 20 tahun.
Persiapan fisik pranikah meliputi pemeriksaan status kesehatan,
status gizi, dan laboratorium (darah rutin dan yang dianjurkan).
b. Kesiapan Mental/Psikologis
Dalam sebuah pernikahan, individu diharapkan suda merasa siap
untuk mempunyai anak dan siap menjadi orang tua termasuk
mengasuh dan mendidik anak.
c. Kesiapan Sosial Ekonomi
Dalam menjalankan sebuah keluarga, anak yang dilahirkan tidak
hanya membutuhkan kasih sayang orang tua namun juga sarana yang
baik untuk membuatnya tumbuh dan berkembang dengan baik. Status
sosial ekonomi juga dapat mempengaruhi status gizi calon ibu, seperti
status sosial ekonomi yang kurang dapat meningkatkan risiko
terjadi KEK dan anemia.
4. Pelayanan kesehatan pranikah
Pelayanan kesehatan sebelum hamil di Indonesia telah diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan (PMK No. 97 tahun 2014) dan telah tertulis dalam
buku saku kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin maupun bagi
penyuluhnya yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI. Pemerintah baik daerah
provinsi maupun kabupaten/kota telah menjamin ketersediaan sumber daya
kesehatan, sarana, prasarana, dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan sebelum
hamil sesuai standar yang telah ditentukan.
Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil dilakukan untuk mempersiapkan
perempuan dalam menjalani kehamilan dan persalinan yang sehat dan selamat

6
serta memperoleh bayi yang sehat. Pelayanan kesehatan masa sebelum hami
sebagaimana yang dimaksud dilakukan pada remaja, calon pengantin, dan
pasangan usia subur (PMK No. 97 tahun 2014). Menurut Kemenkes (2015) dan
PMK No. 97 tahun 2014, kegiatan pelayanan kesehatan masa sebelum hamil atau
persiapan pranikah sebagaimana yang dimaksud meliputi:
a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan minimal meliputi pemeriksaan
tanda vital (tekanan darah, suhu, nadi, dan laju nafas) dan
pemeriksaan status gizi (menanggulangi masalah kurang energi kronis
(KEK) dan pemeriksaan status anemia). Penilaian status gizi
seseorang dapat ditentukan dengan menghitung Indeks Masa Tubuh
(IMT) berdasarkan
PMK RI Nomor 41 Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi
Seimbang, sebagai berikut:

Keterangan:
BB = Berat Badan (kg)
TB = Tinggi Badan (m)
Dari hasil perhitungan tersebut dapat diklasifikasikan status
gizinya sebagai berikut:

Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi berdasarkan IMT


Kategori IMT
Kekurangan berat badan tingkat
Kurus berat < 17,0
Kekurangan berat badan tingkat
ringan 17,0 – 18,4
Normal 18,5 – 25,0
Kelebihan berat badan tingkat
Gemuk ringan 25,1 – 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
Sumber: Depkes, 2011; Supariasa, dkk, 2014.

Jika seseorang termasuk kategori :

7
1) IMT < 17,0: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan
kekurangan berat badan tingkat berat atau Kurang Energi
Kronis (KEK) berat.
2) IMT 17,0 – 18,4: keadaan orang tersebut disebut kurus
dengan kekurangan berat badan tingkat ringan atau KEK
ringan (Depkes, 2011).
Menurut Supariasa, dkk (2014), pengukuran LLA
pada kelompok Wanita Usia Subur (usia 15 – 45 tahun)
adalah salah satu deteksi dini yang mudah untuk
mengetahui kelompok berisiko Kekurangan Energi Kronis
(KEK). Ambang batas LLA WUS dengan risiko KEK di
Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila LLA < 23,5 cm atau
dibagian merah pita LLA, artinya wanita tersebut
mempunyai risiko KEK, dan diperkirakan akan melahirkan
berat bayi lahir rendah (BBLR), BBLR mempunyai risiko
kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan, dan
perkembangan anak (Supariasa, dkk, 2014).
b. Pemberian imunisasi
Pemberian imunisasi dilakukan dalam upaya pencegahan dan
perlindungan terhadap penyakit tetanus, sehingga akan memiliki
kekebalan seumur hidup untuk melindungi ibu dan bayi terhadap
penyakit tetanus. Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT)
dilakukan untuk mencapai status T5 hasil pemberian imunisasi
dasar dan lanjutan. Status T5 sebagaimana dimaksud ditujukkan
agar wanita usia subur memiliki kekebalan penuh. Dalam hal status
imunisasi belum mencapai status T5 saat pemberian imunisasi
dasar dan lanjutan, maka pemberian imunisasi tetanus toxoid dapat
dilakukan saat yang bersangkutan menjadi calon pengantin.

Tabel 2.2 Perlindungan Status Imunisasi TT


Status
Interval Pemberian Lama Perlindungan
TT

8
Langkah awal pembentukan
TT 1 kekebalan tubuhterhadap penyakit
Tetanus
TT II 4 minggu setelah TT 1 3 tahun
TT III 6 bulan setelah TT II 5 tahun
TT IV 1 tahun setelah TT III 10 tahun
TT V 1 tahun setelah TT IV > 25 tahun *)

Sumber: Kemenkes, 2017

c. Suplementasi gizi
Peningkatan status gizi calon pengantin terutama perempuan
melalui penanggulangan KEK (Kekurangan Energi Kronis) dan
anemia gizi besi, serta defisiensi asam folat. Dilaksanakan dalam
bentuk pemberian edukasi gizi seimbang dan tablet tambah darah.
d. Konseling/Konsultasi kesehatan pranikah
Konseling pranikah dikenal dengan sebutan pendidikan
pranikah, konseling edukatif pranikah, terapi pranikah, maupun
program persiapan pernikahan. Konseling pranikah merupakan
suatu proses konseling yang diberikan kepada calon pasangan
untuk mengenal, memahami dan menerima agar mereka siap secara
lahir dan batin sebelum memutuskan untuk menempuh suatu
perkawinan (Triningtyas, dkk, 2017).
Bimbingan konseling pra nikah merupakan kegiatan yang
diselenggarakan kepada pihak-pihak yang belum menikah,
sehubungan dengan rencana pernikahannya. Pihak-pihak tersebut
datang ke konselor untuk membuat keputusannya agar lebih
mantap dan dapat melakukan penyesuaian di kemudian hari secara
baik . Konseling pernikahan atau yang biasa disebut marriage
counseling merupakan upaya membantu pasangan calon pengantin.
Konselig pernikahan ini dilakukan oleh konselor yang professional.
Tujuannya agar mereka dapat berkembang dan mampu
memecahkan masalah yang dihadapinya melalui cara-cara yang

9
saling menghargai, toleransi, dan komunikasi, agar dapat tercapai
motivasi berkeluarga, perkembangan, kemandirian, dan
kesejahteraan seluruh anggota keluarganya.
Konseling pernikahan juga disebut dengan terapi untuk
pasangan yang akan menikah. Terapi tersebut digunakan untuk
membantu pasangan agar saling memahami, dapat memecahkan
masalah dan konflik secara sehat, saling menghargai perbedaan,
dan dapat meningkatkan komunikasi yang baik . Bimbingan
konseling pra nikah mempunyai objek yaitu calon pasangan suami
istri dan anggota keluarga calon suami istri. Calon suami istri atau
lebih tepatnya pasangan laki-laki dan perempuan yang dalam
perkembangan hidupnya baik secara fisik maupun psikis sudah
siap dan sepakat untuk menjalin hubungan ke jenjang yang lebih
serius (pernikahan). Anggota keluarga calon suami istri yaitu
individu-individu yang mempunyai hubungan keluarga dekat, baik
dari pihak suami maupun istri.

B. Konsep Dasar Persiapan menjadi Orang Tua


1. Pengertian orang tua
Orang tua terdiri dari ayah, ibu serta saudara adik dan kakak. Orang tua
atau biasa disebut juga dengan keluarga, atau yang identik dengan orang yang
membimbing anak dalam lingkungan keluarga. Meskipun orang tua pada dasarnya
dibagi menjadi tiga, yaitu orang tua kandung, orang tua asuh, dan orang tua tiri.
Tetapi yang kesemuanya itu dalam bab ini diartikan sebagai keluarga. Sedangkan
pengertian keluarga adalah suatu ikatan laki‐laki dengan perempuan berdasarkan
hukum dan undang‐undang perkawinan yang sah.
Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan
merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk
sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh

10
dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang
menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Perencanaan menjadi orang tua
Untuk perencanaan mejadi orang tua, maka para calon orang tua wajib
mempersiapkan diri meraka masing-masing dengan cara sebagai berikut:
a. Persiapan fisik
Persiapan fisik penting untuk perencanaan menjadi orang tua.
Perbanyak olah raga dan mengkonsumsimakanan dan minuman yang
bergizi tinggi. Himbauan berlaku bagi calon ayah dan ibu. Perokok
aktif dan pasif dapat membuat janin mengalami gangguan
pertumbuhan. Asap rokok yang terhisap oleh calon ibu dapat
mengambat suplai oksigen, sehingga resiko janin prematur menjadi
lebih tinggi. Minuman beralkohol membuat calon ibu menghadapi
resiko keguguran kandungan karena kandungan menjadi melemah.
Sedangkan para pria, kadar alkohol yang tinggi membuat jumlah
sel sperma sedikit jumlahnya sehingga tidak cukup untuk
pembuahan.
b. Persiapan psikologis
Bagi calon ayah dan ibu, proses kehamilan hingga melahirkan akan
menjadi pengalaman yang luar biasa akan dirasakan ketika pasangan
suami istri menjadi orangtua. Jadi sebelum memiliki anak sebaiknya
didikusikan perubahan dan tantangan hidup yang akan dialami
sehingga calon orang tua telah siap dengan segala kemungkinan yang
akan terjadi.
c. Persiapan finansial
Selain dua hal diatas persiapan finansial memang bukan segalanya.
Namun faktor ini bisa dikatakan paling penting. Persiapan yang
dimaksud adalah perencanaan keungan untuk mencukupi keperluan
anak sejak masih berada dalam kandungan hingga lahir. Kelahiran
seorang bayi berarti pertambahan biaya tetap bagi sebuah keluarga,

11
yang secara tetap akan meningkat seiring kebutuhan pertumbuhan
anak.
Orang tua adalah penentu kehidupan anak selanjutnya dan orang
tualah yang yang memiliki tanggung jawab untuk mendidik anak
agar baik dalam hal kepribadian, sosialisasi, penyesuaian dan
pengendalian diri, kemampuan berpikir dan lain hal yang kelak
akan menentukan keberhasilan dan kemandirian anak yang juga
menentukan keberhasilan anak saat menjadi orang tua.
3. Peranan orang tua
Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan
membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan
anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat, sedangkan pengertian orang tua
diatas, tidak lepas dari pengertian keluarga, karena orang tua merupakan bagian
keluarga besar yang sebagian telah tergantikan oleh keluarga inti yang terdiri dari
ayah, ibu dan anak-anaknya. Fungsi orang tua sebagai edukasi, reproduksi dan
pengawasan.
Menurut Gunarsa (dikutip dari Soerjono Soekanto, 2004) dalam keluarga
ideal (lengkap) maka ada dua individu yang memainkan peranan penting yaitu
peran ayah dan peran ibu. Ada pun peranan orang tua secara umum yaitu sebagai
berikut:
a. Peranan mendidik anak
Orang tua merupakan guru pertama dalam mendidik anak. Hal itu
dapat dilihat dari perkembangan anak mulai dari bayi, belajar
berjalan, hingga mampu berjalan. Sebagaimana kita ketahui bahwa
pendidikan itu dapat dilaksanakan dimana saja, baik di lingkungan
keluarga, sekolah, maupun dalam lingkungan masyarakat.
Pendidikan bukan hanya ada di Sekolah saja, tetapi pendidikan itu
bisa membimbing dan mengarahkan anak kepada norma-norma
agama dan pengarahan yang baik dari orang tua terhadap anak
sejak usia dini. Harapannya setelah dewasa nanti segala
tindakannya akan selalu didasari oleh nilai-nilai agama.

12
Oleh karena itu, sebagai orang tua wajib memberikan pendidikan
kepada anaknya. Orang tua kaitannya dengan pendidikan anak
adalah sebagai pendidikan utama, maka dari itu tanggung jawab
orang tua terhadap pendidikan anak diantaranya memberikan
dorongan atau motivasi, baik itu kasih sayang, tanggung jawab
moral, tanggung jawab kesejahteraan anak, baik lahir maupun
batin.
b. Peranan mengasuh anak
Mengasuh anak sudah kewajiban orang tua dari semenjak anak
dilahirkan. Pengasuhan menuntut sejumlah keterampilan
interpersonal dan keterlibatan emosional, meskipun demikian tidak
banyak pendidikan normal yang mengajarkan bagaimana cara
melakukan tugas ini. sebagian besar orang tua mempelajari praktik
pengasuhan dari orang tuanya sendiri. Ada beberapa hal yang
diterima dan ada pula yang tidak. Sayangnya, ketika metode-
metode pengasuhan yang diturunkan dari suatu generasi ke
generasi berikutnya, praktik yang baik maupun yang tidak baik
masih terus dipertahankan. Dalam usaha pembentukan kepribadian
pada anak perlu adanya pola asuh. Pola asuh orang tua merupakan
perilaku yang diterapkan pada anak danbersifat relatif konsisten.
Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak, dari segi negatif
maupun positif, dimana seorang anak akan beradaptasi dengan
lingkungannya, sehingga dapat menanamkan sikap disiplin dan
mandiri.
Menurut Chabib Thoha (1996), pola asuh orang tua adalah
suatu cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam mendidik
anak sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak.
Adapun Hurlock (1999) membagi bentuk pola asuh orang
tua menjadi 3 macam yaitu:
1) Pola asuh demokratis

13
Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang
memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak
ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan
pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari
tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran.
Orang tua tipe ini pula bersikap realistis terhadap
kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang
melampaui kemampuan anak. Orang tua tipe ini pula
memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan
melakukan suatu tindakan, dan pendekatannya kepada
anak bersifat hangat.
2) Pola asuh otoriter
Pola asuh ini cenderung menetapkan standar yang
mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan
ancaman-ancaman. Orang tua tipe ini cenderung
memaksa, memerintah, menghukum. Apabila anak tidak
mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka
orang tua tipe ini tidak segan menghukum anak. Orang tua
tipe ini pula tidak kenal kompromi dan dalam komunikasi
biasanya bersifat
satu arah. Orang tua tipe ini tidak memerlukan umpan
balik dari anaknya untuk mengerti mengenai anaknya.
3) Pola asuh permisif
Pola asuh ini memberikan pola asuh yang sangat
longgar. Memberikan kesempatan kepada anaknya
untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang
cukup darinya. Orang tua cenderung tidak menegur
atau memperingatkan anaknya apabila anak sedang
dalam bahaya dan sangat sedikit bimbingan yang
diberikan oleh mereka. Namun orang tua tipe ini

14
biasanya bersifat hangat, sehingga seringkali disukai
oleh anak.
Selaras dengan penjelasan Hurlock, Baumrind
mengemukakan dampak atau pengaruh pola asuh anak,
sebagai berikut:
1) Pola asuh demokratis akan menghasilakan karakteristik
anak-anak yang mandiri, dapat mengontrol diri,
mempunyai hubungan baik dengan teman, mampu
menghadapi stres, mempunyai minat terhadap hal-hal
baru dan kooperatif terhadap orang lain.
2) Pola asuh otoriter akan menghasilkan karakteristik anak
yang penakut, pendiam, tertutup, tidak beriinisiatif,
gemar menentang, suka melanggar norma,
berkepribadian lemah,dan cemas.
3) Pola asuh permisif akan menghasilkan karakteristik
anak yang agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri,
mau menang sendiri, dan kurang percaya diri.
b Peranan membimbing anak
Orang tua memegang peranan penting untuk memberikan
bimbingan dan latihan bagaimana belajar dengan benar, juga
strategi belajar yang tepat. Selain perlu mengembangkan
kecakapan di bidang akademik, anak juga perlu
mengembangkan kecakapan lain yang berhubungan dengan
kemampuan sosialnya dan pembentukan dirinya. Bagaimana
menjadi anak yang mandiri, bertanggung jawab, berdisiplin
tinggi, mempunyai
motivasi yang tinggi, mampu bekerja dengan cekatan dan
banyak lagi pelajaran yang sebaiknya didapat anak untuk
menjalani kehidupannya. Ini adalah bagian dari keterampilan
belajar yang harus dikuasai anak, yang sayangnya hanya
terdapat sedikit sekali pembelajaran tersebut di sekolah.

15
Orang tua berperan untuk membimbing anaknya agar
mampu mengembangkan segala kemampuannya. Serta,
orang tua harus menerima bakat dan kemampuan yang ada
pada anak. Tetapi tidak berarti harus menerima anak apa
adanya. Supaya kemampuannya berkembang, orang tua
harus menciptakan ruang lingkup yang menggairahkan dan
merangsang. Yang harus dihindari ialah segala hal yang
menekan. Kemampuan anak harus dikembangkan, bukan
cita-cita orang tua dipaksakan kepada anak. Anak tetap
anak, dan anak harus dibiarkan tetap anak. Anak bukan
dewasa kecil yang perlu dibesarkan melainkan anak yang
harus didewasakan. Jadi, jelas bahwa bimbingan harus
tegas, namun dengan sabar dan pengertian. Selain itu,
bimbingan harus didasarkan atas kepercayaan kepada anak,
bukan atas kecurigaan. Oleh karena itu, bimbingan dari
orang tua harus selalu menyesuaikan diri dengan keadaan
anak.
Ada pun peranan orang tua secara khusus yaitu sebagai
berikut:
a. Peran ibu
1) Memenuhi kebutuhan biologis dan fsik
2) Merawat dan mengurus keluarga dengan sabar dan
kasih sayang
3) Mendidik, mengatur dan mengendalikan anak
4) Menjadi contoh dan teladan bagi anak
b. Peran ayah
1) Ayah sebagai suami yang penuh pengertian dan
memberi rasa aman bagi keluarga
2) Ayah berpartisipasi dalam mendidik anak
3) Ayah sebagai pelindung atau tokoh yang tegas,
bijaksana, mengasihi keluarga dan sebagai pencari
nafkah.

16
B Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan pada Calon Pengantin dengan
Perencanan Kehamilan
1 Pengkajian
Data Subjektif
a Biodata / Identitas
Hal utama yang penting dikaji pada pasangan prakonsepsi antara lain;
1. Umur
Perempuan
Umur reproduksi sehat dan aman adalah umur 20-35 tahun
(Prawirohardjo, dkk, 2016). Pada umur < 20 tahun, fisiologis alat
reproduksi belum sepenuhnya matang dan psikologis masih belum
stabil akibatnya meningkatkan risiko mengalami penyulit saat
hamil. Sedangkan pada umur > 35 tahun, fungsi alat reproduksi
dan organ lainnya sudah menurun, apalagi wanita yang hamil
pertama pada usia ini, memiliki risiko lebih tinggi untuk
mengalami preeklampsia.
Laki-laki
Kesuburan pria ini diawali saat memasuki usia pubertas ditandai
dengan perkembangan organ reproduksi pria, ratarata umur 12
tahun. Perkembangan organ reproduksi pria mencapai keadaan
stabil umur 20 tahun. Tingkat kesuburan akan bertambah sesuai
dengan pertambahan umur dan akan mencapai puncaknya pada
umur 25 tahun. Setelah usia 25 tahun kesuburan pria mulai
menurun secara perlahan-lahan, dimana keadaan ini disebabkan
karena perubahan bentuk dan faal organ reproduksi. Semakin tua
usia seseorang maka kesuburan juga menjadi berkurang. Usia laki-

17
laki ≥ 40 tahun semakin meningkatkan risiko kelainan baik fisik
maupun psikis pada keturunananya (McGrath, dkk, 2014).
2. Alamat
Kondisi lingkungan tempat tinggal ikut memberikan pengaruh
terhadap kesehatan istri dan suami pada masa
prakonsepsi.vBeberapa penelitian menyebutkan bahwa perempuan
yg bekerja di lingkungan pertanian lebih sering mengalami abortus
spontan dan kasus Stillbirth (lahir mati) lebih sering dijumpai
diantara perempuan yang bertempat tinggal dekat tempat aplikasi
karbamat pada trimester II (Winardi, 2016).
3. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan jembatan untuk memperoleh uang dalam
rangka memenuhi kebutuhan hidup dan untuk mendapatkan tempat
pelayanan kesehatan yang diinginkan. Pendapatan seseorang
berpengaruh terhadap kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan
hidup, salah satunya adalah kebutuhan nutrisi. Kondisi nutrisi yang
kurang baik dapat menyebabkan terjadinya anemia pada ibu hamil,
gangguan pertumbuhan janin dalam uterus, BBLR, dan premature.
4. Riwayat menstruasi
Hal utama yang perlu dikaji adalah menarche, siklus menstruasi
dan gangguan menstruasi. Menarche adalah menstruasi pertama
kali yang merupakan tahap kematangan organ-organ seksual
perempuan dan tanda siklus masa subur telah mulai, Siklus
menstruasi dan gangguan mentruasi dapat mempengaruhi masa
subur (Yusuf, dkk, 2014).
1) Usia menarche: umumnya remaja wanita mengalami
menarche usia 12-16 tahun. Siklus menstruasi: siklus
menstruasi merupakan waktu sejak hari pertama menstruasi
sampai datangnya menstruasi periode berikutnya. Siklus
menstruasi pada wanita normal berkisar antara 21-32 hari

18
dan hanya 10-15% yang memiliki siklus menstruasi 28 hari
(Proverawati & Misaroh,2009)
3) Lama menstruasi: normalnya menstruasi berlangsung 3-7
hari sedangkan menurut Proverawati & Misaroh (2009)
lama mestruasi berlangsung selama 3-5 hari dan ada juga
yang 7-8 hari
4) Keluhan saat haid: umumnya mengeluh nyeri haid/
dismenorea
5) Pengeluaran sekret: keputihan normal adalah tidak berbau,
berwarna putih, dan tidak gatal apabila berbau, berwarna,
dan gatal dicurigai adanya kemungkinan infeksi alat genital.
(Saifuddin, 2014)
5. Riwayat kesehatan klien
1) Hipertensi
Penyakit hipertensi diakaitkan dengan peningkatan
persalinan prematur dan retardasi pertumbuhan intrauterin
serta insiden mortalitas perinatal yang lenih tinggi. Penyakit
ini juga merupakan salah satu penyebab kematian ibu yang
paling sering. Tekanan darah harus distabilkan sebelum
konsepsi dan kemudian dipantau ketat selama masa
kehamilan. Sebagian besar wanita dengan hipertensi kronis
dapat mengharapkan kelahiran seorang bayi yang normal
dan sehat. Sasaran utama pada periode prakonsepsi ialah
menghindarai penggunaan penghambat ACE dan antogonis
reseptor angiotensin. Wanita harus diberi pendidikan
kesehatan tentang risiko pereeklampsia dan hambatan
pertumbuhan janin (Varney, 2014). Pada laki-laki tekanan
darah tinggi dapat menyebabkan masalah gangguan ereksi
baik secara langsung maupun karena efek samping obat.

2) Diabetes Melitus (DM)

19
Telah terbukti adanya suatu hubungan antara hiperglikemia
pada sekitar waktu konsepsi dengan kelainan pembentukan
organ, terutama tuba nueral, jantung, dan ginjal. Komplikasi
yang dapat timbul selama masa kehamilan meliputi
preeklamsia, polihidramnion, dan persalinan prematur. Oleh
karena itu, wanita yang menderita diabetes melitus perlu
mendapat konseling dan memantau disbetesnya dengan
cermat, baik sebelum masa prakonsepsi maupun sepanjang
masa usia subur (Varney, 2014; Prawirhardjo, 2018).
3) Penyakit ginjal
Pada perempuan sebelum konsepsi, terdapat perubahan
adaptif ginjal untuk mempersiapkan kehamilan. Pada fase
luteal setiap siklus menstruasi, aliran darah ke ginjal dan
laju filtrasi glomerulus (LFG) meningkat hingga 10-20%.
Jika kehamilan terjadi, perubahan hemodinamik ini terus
berlanjut. Pada pertengahan trimester kedua, aliran darah ke
ginjal meningkat hingga 70-80% jika dibandingkan wanita
tidak hamil, menyebabkan peningkatan LFG hingga 55%.
(Wicaksono, dkk, 2017). Pada laki-laki gagal ginjal kronis,
terjadi kegagalan dalam pembuangan limbah tubuh. Hal ini
dapat mempengaruhi kualitas sperma dan kesuburan.
4) Asma
Wanita dengan riwayat asma saat hamil dapat berkurang
gejalanya atau bertambah keparahannya. Untuk
menghindari bertambah parahnya penyakit, hindarilah
kemungkinan terjadinya infeksi pernapasan dan upayakan
tekanan emosional tetap stabil (Agustina, 2015). Asma juga
merupakan salah satu penyakit yang dapat diturunkan secara
genetik.
5) Anemia dan thalassemia

20
Pada perempuan dengan riwayat penyakit anemia atau
thalassemia akan bertambah buruk saat kehamilan. Pada
kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu
peningkatan produksi eritropoetin. Akibatnya, volume
plasma bertambah dan sel darah merah (eritrosit)
meningkat. Namun, peningkatan volume plasma terjadi
dalam proporsi

21
yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan
eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi haemoglobin
(Hb) akibat hemodilusi. (Prawirohardjo, 2010). Pada lak-laki
terapi androgen pada anemia dapat meningkatkan produksi
eritropoetin namun dapat menimbulkan gejala prostatisme atau
pertumbuhan yang cepat dari ca prostat.
6) Hemofilia
Hemofilia A (defisiensi faktor VIII) dan Hemofilia B
(defisiensi faktor IX) diwariskan secara X-linked recessive.
Perempuan dari keluarga penderita hemofilia umumnya
adalah pembawa (carrier) yang asimptomatik. Namun 10-
20% perempuan pembawa dapat beresiko terhadap
komplikasi perdarahan yang bermakna karena penurunan
faktor VIII atau IX di bawah jumlah minimal untuk
mempertahankan keseimbangan hemostatik. Hemofilia
dapat menyebabkan infertilitas, namun sejumlah kecil
penderita mungkin mempunyai cukup folikel-folikel untuk
hamil. (Prawirohardjo, 2010) Pada laki-laki dengan
Hemofilia lebih sering terjadi, gejala perdarahan dalam
waktu terus menerus dan lebih cepat karena darah tidak
dapat menggumpal tanpa pengobatan. Hal tersebut dapat
mengganggu saat berhubungan seksual dan dapat
menurunkan penyakit hemofilia pada keturunannya
7) Jantung
Penyakit jantung pada kehamilan akan mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan.
Kehamilan dapat memperberat penyakit jantung.
Kemungkinan timbulnya payah jantung (dekompensasi cordis)
pun dapat terjadi. Pada ibu hamil yang rentan terhadap
gangguan jantung, stres pada perubahan fisiologis normal
dapat mencetuskan dekompensasi jantung. Tanda dan gejala
penyakit jantung (palpitasii, frekuensi jantung sangat cepat,

22
sesak napas ketika beraktivitas, dispnea, dan nyeri dada) harus
dapat diketahui agar dapat dilakukan penatalaksaan yang tepat.
Pada laki-laki penyakit arteri koroner dapat menyebabkan
masalah dengan ereksi. Hal ini bisa disebabkan karena
terjadinya pengerasan pembuluh darah penis dan jantung.
8) Hepatitis
Hepatitis dapat terjadi pada setiap wanita atau pasangan dan
mempunyai pengaruh buruk bagi janin dan ibu saat terjadi
kehamilan. Pengaruhnya dalam kehamilan dapat dalam
bentuk keguguran atau persalinan prematuritas dan
kematian janin dalam rahim. (Prawiroharjo, 2016)
9) IMS
Infeksi menular seksual adalah infeksi yang disebabkan oleg
bakteri, virus, parasit, atau jamur yang penularannya
terutama melalui hubungan seksual dari seseorang yang
terinfeksi kepada mitra seksualnya. Infeksi menular
sekusual merupakan salah satu penyebab Infeksi Saluran
Reproduksi (ISR). IMS seperti gonore, klamidiasis, sifilis,
trikomoniasis, herpes genitalis, kondiloma akuminata,
bacterial vaginosis, dan infeksi HIV.
10) TORCH
Toksoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes
Simpleks. Kelima jenis penyakit yang disebutkan di atas
merupakan penyakit yang dapat menjangkiti pria maupun
wanita dan dapat berpengaruh burukpada janin yang
dikandung. Toksoplasmosis merupakan infeksi yang
disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma gondii.
Penyakit ini sering diperoleh dari tanah atau kotoran kucing
yang terinfeksi toksoplasma, atau memakan daging dari
hewan terinfeksi yang belum matang sempurna. Gejala yang

23
sering muncul meliputi: demam, nyeri otot, kelelahan, dan
pembengkakan kelenjar limfe.
Wanita yang dalam usia reproduksinya bila terkena
toxoplasmosis dapat menimbulkan aborsi dan gangguan
fertilitas. Janin bisa terinfeksi melalui saluran plasenta. Infeksi
parasit ini bisa menyebabkan keguguran atau cacat bawaan
seperti kerusakan pada otak dan fungsi mata (Prawirohardjo,
2016).
6. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit pada keluarga dapat menurun karena faktor
genetik, dan bisa menular kepada klien. Riwayat penyakit keluarga
memegang peran penting dalam mengkaji kondisi medis yang
diwariskan dan kelainan gen tunggal. Beberapa jenis kanker,
penyakit arteri koroner, diabetes melitus tipe 2, depresi, dan
trombofilia merupakan penyakit yang memiliki tendensi familial
dan dapat berpengaruh pada kesehatan reproduksi wanita dan laki-
laki (Varney, 2014).
7. Riwayat imunisasi
Skrining status imunisasi perlu dilakukan pada calon ibu terutama
imuniasai TT. Indonesia merupakan salah satu negara yang belum
dapat mengeliminasi tetanus 100% sehingga status imunisasi
ibu/calon ibu harus selalu diskrining (Kemenkes RI, 2017).
Status imunisasi lain yang perlu diskrining yaitu hepatitis B, HPV,
TORCH/ Rubella, dan imunisasi penyakit lainnya yang memiliki
prevalensi tinggi di daerah tempat tinggal caon pengantin wanita dan
laki-laki.
8. Riwayat kontrasepsi
Penggunaan kontrasepsi berhubungan dengan masa kembalinya
kesuburan pada perempuan. Organ reproduksi memerlukan waktu
untuk pemulihan setelah lepas/berhenti dari pemakaian
kontrasepsi. Hal ini seperti diungkapkan oleh Handayani, dkk

24
(2015), bahwa lama kembalinya kesuburan dari wanita pasca
menggunakan KB suntik 3 bulan adalah 6 bulan dan yang paling
lama adalah 13 bulan.
9. Riwayat obstetri yang lalu
Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas terdahulu yang berkaitan
dengan morbiditas dan masalah-masalah lain adalah signifikan dan
perlu digali dengan cermat untuk menghasilkan riwayat yang
akurat sebelum memberikan nasihat tentang konsepsi.
1) Paritas
Menurut Forney A dan E. W. Whitenhorne, paritas yang
aman untuk tidak terjadinya komplikasi pada saat persalinan
yaitu dengan jumlah melahirkan 1-2 kali (Manuaba, 2010).
Paritas lebih dari 3 memiliki besar risiko 3 kali untuk
mengalami komplikasi persalinan. Bahaya yang dapat
terjadi pada ibu yang pernah melahirkan 4 kali atau lebih
yakni antara lain: kelainan letak, persalinan letak lintang:
robekan rahim pada kelainan letak lintang; persalinan lama;
perdarahan pasca persalinan (Rochjati, 2011).
2) Jumlah anak
Persalinan yang pertama sekali (primipara) biasanya
mempunyai risiko relatif tinggi terhadap ibu dan anak,
kemudian risiko ini menurun pada paritas kedua dan ketiga,
dan akan meningkat lagi pada paritas keempat dan
seterusnya.
3) Jarak kehamilan
Jarak kelahiran optimal adalah antara 2 tahun sampai
dengan 5 tahun. Menurut anjuran yang dikeluarkan oleh
badan koordinasi keluarga berencana (BKKBN) jarak
kelahiran yang ideal adalah 2 tahun (BKKBN, 2017).
4) Riwayat komplikasi

25
Riwayat kehamilan dan persalinan yang buruk sebelumnya
merupakan salah satu penyebab komplikasi obstetrik yang
tidak langsung. Termasuk riwayat obstetrik sebelumnya yang
buruk meliputi abortus, partus prematur, IUFD, perdarahan
postpartum, riwayat pre eklamsia, riwayat kehamilan mola
hidatidosa, perdarahan antepartum, gemeli, hidramnion,
riwayat persalinan dengan tindakan. Seorang ibu yang pernah
mengalami komplikasi pada kehamilan atau persalinan yang
sebelumnya berisiko akan mengalami komplikasi pada
kehamilan atau persalinan berikkutnya (Manuaba, 2010).

10. Pola fungsional kesehatan


1) Nutrisi
Widyakarya Nasional Pangan Gizi VI (WKNPG VI)
menganjurkan angka kecukupan gizi (AKG) energi untuk
remaja dan dewasa muda perempuan 2000-2200 kkal,
sedangkan untuk laki-laki antara 2400-2800 kkal setiap
hari. Kekurangan nutrisi akan berdampak pada penurunan
fungsi reproduksi.
2) Aktivitas
Apa saja aktivitas yang dilakukan ibu, kelelahan dapat
mempengaruhi sistem hormonal. Aktivitas fisik dapat
memicu penurunan sirkulasi hormone seksual. Berdasarkan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor
PER.13/MEN/X/2011 Tahun 2011 Bab 1, Pasal 1,
Ayat 8: ”Nilai Ambang Batas” yang selanjutnya disingkat
NAB adalah standar faktor bahaya di tempat kerja sebagai
kadar/intensitas rata-rata tertimbang waktu (time weighted
average) yang dapat diterima tenaga kerja tanpa
mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam
pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam
sehari atau 40 jam seminggu.

26
3) Personal hygiene
Personal hygiene yang buruk dapat menimbulkan infeksi
pada organ reproduksi (Kemenkes, 2015). Mengganti
pakaian dalam 2 kali sehari, tidak menggunakan pakaian
dalam yang ketat dan berbahan non sintetik. Saat
menstruasi normalnya ganti pembalut maksimal 4 jam
sekali atau sesering mungkin (Kemenkes RI, 2015).
Menggunakan air bersih saat mencuci vagina dari arah
depan ke belakang dan tidak perlu sering menggunakan
sabun khusus pembersih vagina ataupun obat semprot
pewangi vagina (Fitriyah, 2014).
4) Istirahat
Otak dan sistem tubuh dapat bekerja dalam tingkat berbeda
dalam melakukan suatu aktivitas. Tubuh memerlukan
istirahat yang cukup, artinya tidak kurang dan lebih.
Ketidakseimbangan istirahat/tidur, misalnya kurang
istirahat, dapat menyebabkan tubuh mudah terserang
penyakit. Tidur/istirahat pada malam hari sangat baik
dilakukan sekitar 7- 8 jam dan istirahat siang sekitar 2 jam
(Latifah, dkk, 2002a; Varney, 2007).
5) Pola kebiasaan
Seorang perokok pasif akan memiliki risiko yang sama
dengan perokok aktif. Hampir semua komplikasi pada
plasenta dapat ditimbulkan oleh rokok, seperti abortus,
solusio plasenta, infusiensi plasenta, plasenta previa dan
BBLR. Selain itu dapat menyebabkan dampak buruk bagi
janin antara lain SIDS (sindroma kematian bayi mendadak),
penyakit paru kronis, asma, otitis media (Prawirohardjo,
2016). Konsumsi jamu-jamuan yang belum jelas
komposisinya dapat membahayakan janin dan ibu. Satu hal
yang menjadi perhatian medis adalah kemungkinan

27
mengendapnya material jamu pada air ketuban. Air ketuban
yang tercampur dengan residu jamu membuat air ketuban
menjadi keruh dan menyebabkan bayi hipoksia sehingga
mengganggu saluran napas janin. Memiliki binatang
peliharaan seperti kucing dapat menyebabkan penyakit
toxoplasmosis.
11. Riwayat pernikahan
Mengetahui riwayat pernikahan dulu dan berapa lama usia
pernikahan, alasan berpisah. Tujuannya mengetahui jumlah
pasangan sebelumnya dan hubungan dengan pasangan sebelumnya
yang dapat mempengaruhi hubungannya dengan pasangan
sekarang.
12. Riwayat psikososial budaya dan spiritual
Kondisi psikologis individu yang perlu di kaji saat
premarital psychological screening antara lain : kepercayaan diri
kedua pihak sebelum membangun sebuah keluarga, kemandirian
masing-masing calon dalam memenuhi kebutuhan hidup sahari-
hari misal bekerja atau kendaraan dan tempat tinggal pribadi, tidak
lagi selalu bergantung pada orang tua, kemampuan komunikasi
antara kedua belah pihak yang dapat membantu menyelesaikan
persoalan dalam rumah tangga serta penentuan pengambil
keputusan dalam keluarga, efek masa lalu yang belum terselesaikan
harus dapat dikomunikasikan secara terbuka antara kedua pihak.
Selain itu hubungan antara kedua pihak keluarga, seberapa jauh
keluarga besar dapat menerima atas pernikahan tersebut
(Kemenkes, 2015).
Keadaan budaya dan spiritual kedua pihak, perkawainan antar
budaya atau ras akan menimbulkan masalah-masalah dan isu-isu yang
spesifik, misalnya tentang perbedaan dalam mengekspresikan cinta
dan keintiman, cara berkomunikasi, keyakinan beragama, komitmen
dan sikap yang mengarah pada perkawinan itu sendiri, nilai-nilai

28
kultural yang disampaikan oleh orangtua sejak kecil dan pola
pengasuhan anak (Imanda, 2016).
Data Objektif
a. Pemeriksaan umum
1) Tanda-tanda vital, normal jika:
a) Tekanan Darah
Bertujuan untuk menilai adaya gangguan pada sistem
kardiovaskuler. Normal 100/60-140/90 mmHg
b) Nadi
Pemeriksaan nadi disertai pemeriksaan jantung untuk mengetahui
pulsus defisit (denyut jantung yang tidak cukup kuat untuk
menimbulkan denyut nadi sehingga denyut jantung lebih tinggi dari
denyut nadi). Dilakukan pula pemeriksaan frekuensi nadi. Kondisi
takikardi (denyut jantung lebih cepat dari kecepatan normal), dapat
dijumpai pada keadaan hipertermia, aktivitas tinggi, kecemasan,
gagal jantung, dehidrasi, dll. Normal antara 80-110 x/menit.
c) Suhu
Digunakan untuk menilai keseimbangan suhu tubuh serta
membantu menentukan diagnosis penyakit. Normal antara
36,0°C-37,0°C.
d) Respirasi
Bertujuan untuk menilai frekuensi pernapasan, irama,
kedalaman, dan tipe/ pola pernapasan. Pernafasan normal antara
18-24 kali per menit. Antropometri
e) Berat badan
Apabila klien yang datang untuk mendapat konseling
prakonsepsi mengalami amenore dan berat badannya
dibawah normal, ia harus diindikasikan untuk
meningkatkan asupan kalori. Sebaliknya, apabila ia
mengalami obesitas, ia harus dianjurkan untuk
mengurangi asupan kalori supaya berat badannya

29
turun sampai rentang normal pada saat konsepsi,
karena obesitas dalam masa kehamilan meningkatkan
resiko preeklampsia dan gangguan tromboembolisme.
Wanita juga harus dianjurkan untuk meningkatkan
asupan asam folat sebesar 400 mg per hari
(Kemenkes, 2015; Varney, 2014). Mempertahankan
status nutrisi yang baik, mencapai berat badan ideal,
mengontrol gangguan makan, dan mengembangkan
kebiasaan diet nutrisi yang seimbang, dapat
membantu mempertahankan kesehatan sistem
reproduksi.
f) Tinggi badan
TB yang normal yaitu >145cm. Pada calon ibu
yang memiliki TB <145cm (low high) akan
meningkatkan resiko panggul sempit.
Ukuran BB dan TB digunakan juga untuk
menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan
rumus :

Indeks Massa Tubuh =

Dengan klasifikasi:
Kategori 2
Keterangan IMT (kg/m )
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4
Normal 18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
Obesitas Kelas 1 30-34,9
Obesitas kelas 2 35-39,9
Obesitas ekstrem (kelas 3) > 40
(sumber : Depkes RI, 2011; Varney, 2014)
g) Lingkar lengan atas (LiLA)
Ukuran LiLA normal yaitu >23,5cm. Jika < 23,5
cm merupakan indikator Ibu kurang gizi

30
sehingga beresiko untuk melahirkan BBLR
(Maryam, 2016).
b. Pemeriksaan fisik
1) Wajah
Keadaan muka pucat merupakan salah satu tanda anemia (Mariana,
dkk, 2013). Sedangkan oedem pada muka bisa menunjukkan
adanya masalah serius jika muncul dan tidak hilang setelah
beristirahat dan diikuti dengan keluhan fisik yang lain
(Prawirohadjo, 2016).

2) Leher
Pembengkakan kelenjar getah bening merupakan tanda adanya
infeksi pada klien. Pembengkakan vena jugularis untuk mengetahui
adanya kelainan jantung, dan kelenjar tiroid untuk menyingkirkan
penyakit Graves dan mencegah tirotoksikosis.
3) Payudara
Tidak terdapat benjolan/masa yang abnormal.
4) Abdomen
Menilai ada tidaknya massa abnormal dan ada tidaknya nyeri
tekan.
5) Genitalia
Tidak terdapat tanda-tanda IMS seperti bintil-bintil berisi cairan,
lecet, kutil seperti jengger ayam pada daerah vulva dan vagina.
Tidak terdapat tanda-tanda keputihan patologis
6) Ekstremtas
Tidak ada odema, CRT < 2 detik, akral hangat, pergerakan bebas
(Sugiarto, dkk, 2017).

c. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
1) Albumin

31
Untuk menyngkirkan proteinuria (yang dapat mengindikasikan
pielonefritis atau penyakit ginjal kronis)
2) Reduksi urin
Untuk menyingkirkan glikosuria (yang dapat dikaitkan dengan
diabetes melitus).
3) Hemoglobin
Apabila kadar Hb rendah, penyebabnya harus dipastikan dan
diberikan terapi yang tepat. Hb juga dapat dideteksi dari sampel
darah.
4) Golongan darah dan rhesus
5) HbsAg
6) HIV/AIDS
7) IMS (Sifilis)
2. Pemeriksaan tambahan jika diperlukan: TORCH, USG, pemeriksaan
gigi, tes sperma, tes tuberculosis.
2. Perumusan diagnosis dan masalah Diagnosis
Pasangan usia subur dengan perencanaan pernikahan dan kehamilan
Keluhan dan masalah
Masalah yang sering muncul pada klien prakonsepsi adalah kurang
pengetahuan mengenai persiapan kehamilan (prakonsepsi).
Kebutuhan
Konseling persiapan kesehatan prakonsepsi untuk pasangan.
3. Diagnosa dan masalah potensial
Tidak ada.
4. Kebutuhan tindakan segera
Tidak ada
5. Perencanaan
Rencana asuhan dibuat sesuai dengan masalah yang ditemukan dalam
pengkajian, meliputi:
a. Jelaskan hasil pemeriksaan

32
R/ menjelaskan hasil pemeriksaan dengan bahasa yang mudah
dimengerti sangat penting agar calon ayah dan ibu memahami
kondisinya dan dapat mengambil keputusan terkait dengan masalah
yang dihadapi
b. Berikan KIE tentang kesehatan reproduksi, persiapan pernikahan, dan
persiapan kehamilan sesuai panduan konseling calon pengantin yang
telah ditentukan oleh Kemenkes (2014)
R/ meningkatkan pengetahuan pasangan tentang kesehatan reproduksi
dan prakonsepsi.
c. Anjuran untuk banyak mengkonsumsi makanan atau suplemen asam
folat untuk prakonsepsi.
R/ Disarankan mengkonsumsi asam folat minimal 1 bulan sebelum
hamil agar indung telur yang dihasilkan berkualitas. Selain itu asam
folat mampu menurunkan resiko gangguan metabolisme DNA yang
bisa saja terjadi (CDC, 2006).
6. Implementasi

Pelaksanaan asuhan kebidanan dilakukan berdasarkan perencanaan yang


telah disusun sebelumnya dengan harapan mencapai tujuan sesuai kriteria
yang telah ditetapkan.
7. Evaluasi
Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan dari tujuan asuhan yang
diberikan dapat berupa evaluasi tindakan dan evaluasi proses. Kriteria
hasil:
a. Calon ayah dan ibu (calon pengantin) dapat menjelaskan kembali
mengenai penjelasan yang diberikan mengenai hasil pemeriksaannya.

b. Calon ayah dan ibu (calon pengantin) dapat menjelaskan kembali hasil
konseling yang diberikan mengenai persiapan kehamilan.

DAFTAR PUSTAKA

33
American Society for Reproductive Medicine. 2012. Age and Fertility. Alabama:
American Society for Reproductive Medicine.
Bener,A., Al-Mulla, M., Clarke, A. 2014. Premarital Screening and Genetic
Counseling Program : Studies From an Endogamous Population.
International Journal of Applied and Basic Medical Research.
BKKBN. 2014. Modul pengajaran mempersiapkan kehamilan yang sehat.
BKKBN dan UMM. Diakses dari http://dp2m.umm.ac. id/files/
file/informasi%20progra%20insentif%20ristek/modul
%20pengajaran%20menjaga%20 kehamila%20sehat.pdf. di akses
tanggal 31 januari jam 16.00 WIB
BKKBN. 2016. Pedoman Pelayanan KB dalam Jaminan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: BKKBN.
BKKBN.2017. BKKBN: Usia Pernikahan Ideal 21 – 25 Tahun. Diunduh di
https://www.bkkbn.go.id/detailpost/bkkbn-usia-pernikahan-
ideal-21-25-tahun. di akses tanggal 31 januari jam 16.00 WIB
Depkes. 2011. Petunjuk Teknis Pemantauan Status Gizi Orang Dewasa dengan
Indeks Massa Tubuh (IMT). Jakarta: Depkes RI.
Hawkins, A. J., dkk. 2015. Is Couple and Relationship Education Effective for
Love Income Participants? A Meta-Analytic Study. Journal of
Family Psychology. 29 (1): 59 – 68.
Idrissi, K. E., dkk. 2015. Effecr of Physical Activity on Sex Hormones in
Women: A Systematic Review and Meta-Analysis of randomize
Controlled Trials. Breast Cancer Research. 17 (139): 4 – 11.
Imanda, R. Desvita. 2016. Menjalani Pernikahan antar Ras. Vol.5, No.2. Jurnal
Empati. Pp.378-384
Indarwati, 2017. Journal of Maternal and Child Health: Analysis of Factors
Influencing Female Infertility , 2(2): 150-161
Kemenkes. 2015. Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Calon Pengantin.

Jakarta: Kemenkes RI.

34
. 2016. Buku Panduan Germas (Gerakan Masyarakan Hidup
Sehat). Jakarta: Kemenkes RI.
. 2017. Buku Saku Bagi Penyuluh Pernikahan Kesehatan
Reproduksi Calon Pengantin: Menuju Keluarga Sehat.
Jakarta: Kementrian Kesehatan dan Kementerian Agama.
. 2018. Pentingnya Pemeriksaan Pra Nikah. Jakarta:
Kementrian Kesehatan dan Kementerian Agama.
Kurniawan, L. B. 2016. Patofisiologi, Skrining, dan Diagnosis Laboratorium
Diabetes Melitus Gestasional. CDK-246. 43 (11): 811 – 813.
Maryam, S. 2016. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Salemba Medika.
McGrath, J.J., dkk. 2014. A Comprehensive Assessment of Parental Age and
Psychiatric Disorders. JAMA Psychiatry. 7 (3): 301 – 309.
Adeyemo, A. A., & Bello, O. O. (2021). Preconception care: What women know,
think and do.  African Journal of Medical and Healt
Sciences, 20(2), 18-26.
Khan, N. N., Boyle, J. A., Lang, A. Y., & Harrison, C. L. (2019). Preconception
health attitudes and behaviours of women: a qualitative
investigation. Nutrients, 11(7), 1490.
Rita, R. S. (2020, December). THE EFFECT OF PREMARITAL EDUCATION
ON READINESS FOR THE FIRST PREGNANCY OF BRIDES IN RELIGIOUS

AFFAIRS OFFICE LUBUK BEGALUNG, PADANG. In 1st Annual


Conference of Midwifery (pp. 123-130). Sciendo.
Zulfahera, Z., Harahap, H., Nurlisis, N., Dewi, O., & Harnani, Y.(2021)
Implementation of reproductive health service program for brides-
to-be in Pekanbaru City.

35

Anda mungkin juga menyukai