Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN STAGE BAYI BARU


LAHIR

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Stage Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir

DISUSUN OLEH:

YULIYANI

P1337424820275

PRODI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN SEMARANG


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2021

i
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan yang berjudul “Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir di
Wilayah Kerja Puskesmas Blora”. Telah disahkan dan disetujui untuk memenuhi
laporan Praktik Kebidanan Stage Bayi Baru Lahir, Prodi Profesi Kebidanan Semarang.

Semarang, Agustus 2021

Pembimbing Klinik Praktikan

Sri Endarti, S.ST Yuliyani


NIP. 19690718 198903 2 005 NIM. P1337424820275

Mengetahui
Pembimbing Institusi

Listianing Eko M, S.SiT, M.Tr.Keb


NIP. 19820925 200812 2 0002

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan seluruh alam atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis akhirnya dapat menyelesaikan laporan ilmiah ini. Laporan ilmiah ini
ditulis untuk penugasan praktik klinik kebidanan fisiologis dan untuk menambah
pengetahuan tentang asuhan kebidanan bayi baru lahir fisiologis.
Penulisan laporan ilmiah ini dapat terselesaikan atas bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Marsum, BE, S.Pd, MHP, sebagai Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Semarang.
2. Sri Rahayu, SKp, Ns. S.Tr.Keb, M.Kes, sebagai Ketua Jurusan Kebidanan
Semarang Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang
3. Ida Ariyanti, S.SiT, M.Kes, sebagai Ketua Program Studi Profesi Kebidanan
Semarang Politekniknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang.
4. Listianing Eko M, S.SiT, M.Tr.Keb sebagai Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingan dalam penyusunan laporan ilmiah stage persalinan ini.
5. Sri Endarti, SST sebagai Clinical Instructure (CI) lahan praktik Puskesmas
Blora Kabupaten Blora.
Penulis berharap agar setelah membaca laporan ilmiah kasus ini, para
pembaca mendapatkan pengetahuan yang lebih baik.
Mengingat proses penulisan laporan ilmiah ini penulis merasa masih jauh dari
kesempurnaan, maka penulis selalu membuka diri untuk menerima berbagai masukan
dan kritikan agar nanti laporan ilmiah ini menjadi berguna dan bermanfaat.

Blora, Agustus 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................... 4
D. Manfaat Penulisan.................................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN TEORI.......................................................................................... 7
A. Tinjauan Teori............................................................................................................ 7

1. Pengertian............................................................................................................... 7

2. Ciri – Ciri Bayi Baru Lahir................................................................................... 7

3. Adaptasi Fisiologi BBL......................................................................................... 9

4. Tahapan BBL....................................................................................................... 14

5. Pelayanan Kesehatan Neonatus.......................................................................... 15

6. Penatalaksanaan................................................................................................... 15

B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan........................................................................ 22

BAB III TINJAUAN KASUS.......................................................................................... 27


BAB IV PEMBAHASAN................................................................................................. 38
BAB V PENUTUP............................................................................................................. 43
A. Kesimpulan............................................................................................................... 43
B. Saran.......................................................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 45

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan World Health Organization (WHO) secara global Angka

Kematian Bayi 19 per 1000 KH. Angka ini masih cukup jauh dari target SDGs

(Sustainable Development Goals) yang menargetkan pada tahun 2030 yatu

AKB 12 per 1000 kelahiran hidup (WHO, 2015).

Faktor penyebab kematian bayi di Indonesia berdasarkan hasil Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan bahwa, penyebab kematian

terbanyak pada kelompok bayi 0-6 dominasi oleh gangguan/kelainan

pernafasan (35,9%), prematuritas (32,4%) dan sepsis (12%). Dilain pihak

faktor ibu yang berkontribusi terhadap lahir mati dan kematian bayi diusia 0-6

hari adalah Hipertensi Maternal (23,6%), komplikasi kehamilan dan kelahiran

(17,5%), ketuban pecah dini dan perdarahan antepartum masing-masing

(12,5%). Penyebab utama kematian bayi pada kelompok 7-28 hari yaitu

Sepsis (20,5%), malformasi kongenital (18,1%) dan pnemonia (15,4%). Dan

penyebab utama kematian bayi pada kelompok 29 hari – 11 bulan yaitu Diare

(31,4%), pnemonia (23,8) dan meningitis/ensefalitis (9,3%), sedangkan

cakupan KN 1 : 77,31% ( Kemenkes, 2015).

Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017

menunjukkan AKN sebesar 15 per 1.000 kelahiran hidup, AKB 24 per 1.000

kelahiran hidup, dan AKABA 32 per 1.000 kelahiran hidup (Gambar 5.22).

Meskipun demikian, angka kematian neonatus, bayi, dan balita diharapkan

akan terus mengalami penurunan. Intervensi yang dapat mendukung

kelangsungan hidup anak ditujukan untuk dapat menurunkan AKN menjadi

1
2

10 per 1000 kelahiran hidup dan AKB menjadi 16 per 1000 kelahiran hidup di

tahun 2024. Sementara, sesuai dengan Target Pembangunan Berkelanjutan,

AKABA diharapkan dapat mencapai angka 18,8 per 1000 kelahiran hidup di

tahun 2030.

Upaya kesehatan anak yang dimaksud dalam Permenkes Nomor 25

Tahun 2014 dilakukan melalui pelayanan kesehatan janin dalan kandungan,

kesehatan bayi baru lahir, kesehatan bayi, anak balita, dan prasekolah,

kesehatan anak usia sekolah dan remaja, dan perlindungan kesehatan anak.

Hal ini sejalan dengan target global sebagaimana terdapat dalam Sustainable

Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)

serta Global Nutrition Target 2025. Adapun pada Global Nutrition Target

2025, diharapkan agar pada tahun 2025 terjadi penurunan jumlah anak balita

yang stunting sebanyak 40,00 persen.k sekolah, dan pelayanan kesehatan

peduli remaja.

Ditinjau dari pertumbuhan dan perkembangan bayi, periode neonatal

merupakan periode yang paling kritis. Pencegahan asfiksia, mempertahankan

suhu tubuh bayi terutama pada bayi berat lahir rendah, pemotongan dan

perawatan tali pusat, pemberian air susu ibu (ASI) dalam usaha menurunkan

angka kematian oleh karena diare, pencegahan terhadap infeksi, pemantauan

kenaikan berat badan dan stimulasi psikologis merupakan tugas pokok bagi

petugas kesehatan bayi dan anak. Neonatus pada minggu-minggu pertama

sangat dipengaruhi oleh kondisi ibu pada waktu ibu hamil dan melahirkan.

(JNPK – KR, 2017).

IMD merupakan salah satu program pemerintah dalam menurunkan

AKB. IMD dimulai dengan adanya kontak kulit antara ibu dan bayi yang baru
3

lahir kemudian dilanjutkan dengan pemberian ASI. Bagi bayi, menyusui

mempunyai peran penting, kehangatan saat menyusu menurunkan risiko

kematian bayi karena hipotermia (kedinginan), menunjang pertumbuhan,

kesehatan, dan kelangsungan hidup bayi karena ASI kaya dengan zat gizi dan

antibody. Adapun dampak yang dapat terjadi jika tidak dilakukan IMD pada

bayi baru lahir yaitu AKB oleh hipotermia akan meningkat, karena bayi baru

lahir kehilangan panas empat kali lebih besar dari pada orang dewasa,

sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan suhu.

Bidan menerapkan ilmu kebidanan yang dimiliki saat memberikan

asuhan kebidanan kepada klien dengan menggunakan manajemen kebidanan.

Manajemen kebidanan merupakan pendekatan yang digunakan bidan sebagai

metode pemecahan masalah secara sistematis berdasarkan prinsip proses

manajemen kebidanan, yang dimulai dari proses pengumpulan data dan

pengkajian, analisa data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi di setiap asuhan kebidanan yang diberikan kepada klien (Mufdlilah,

Hidayat A dan Kharimaturrahmah I, 2012).

Pengelolaan Bayi Baru Lahir di Puskesmas Blora yaitu dengan

memberikan asuhan kebidanan yang komprehensif diantaranya melakukan

penilaian awal, pencegahan kehilangan panas, pemotongan dan perawatan tali

pusat, pencegahan perdarahan dengan memberikan vitamin K, pencegahan

infeksi mata dengan memberikan salep mata atau tetes mata pada kedua mata

bayi, pemberian imunisasi, anamnesis dan pemeriksaan fisik.


4

B. Rumusan Masalah

Bagaimana Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Fisiologis pada By. Ny. R di

Ruang Bersalin Puskesmas Blora?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mendapatkan gambaran secara nyata dan mengembangkan pola pikir

ilmiah dalam memberikan asuhan kebidanan pada kasus bayi baru lahir

(fisiologis) melalui penerapan manajemen kebidanan dengan metode 7

langkah varney.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan identifikasi dan analisis data dasar Bayi Baru Lahir

Fisiologis pada By.Ny.R di Ruang Bersalin Puskesmas Blora

b. Mampu menentukan dan merumuskan diagnosa/masalah aktual Bayi

Baru Lahir Fisiologis pada By.Ny.R di Ruang Bersalin Puskesmas Blora

c. Mampu menentukan dan merumuskan diagnosa/masalah potensial Bayi

Baru Lahir Fisiologis pada By.Ny.R di Ruang Bersalin Puskesmas Blora

d. Mampu melaksanakan indentifikasi perlunya tindakan segera dan

kolaborasi Bayi Baru Lahir Fisiologis pada By.Ny.R di Ruang Bersalin

Puskesmas Blora

e. Mampu menentukan rencana tindakan asuhan kebidanan Bayi Baru

Lahir Fisiologis pada By.Ny.Rdi Ruang Bersalin Puskesmas Blora

f. Mampu melaksanakan tindakan asuhan kebidanan Bayi Baru Lahir

Fisiologis pada By.Ny.Rdi Ruang Bersalin Puskesmas Blora


5

g. Mampu melaksanakan evaluasi tindakan asuhan kebidanan Bayi Baru

Lahir Fisiologis pada By.Ny.Rdi Ruang Bersalin Puskesmas Blora

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Pasien

Mendapatkan asuhan kebidanan bayi baru lahir normal sesuai dengan

kebutuhan selama periode kunjungan neonatal I sampai dengan III.

2. Bagi Mahasiswa

Mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan pengalaman nyata

dalam memberikan asuhan kebidanan bayi baru lahir fisiologis dengan

menerapkan manajemen Varney.

3. Bagi Institusi

Meningkatkan proses belajar mengajar dan sebagai referensi mahasiswa

khususnya asuhan kebidanan bayi baru lahir fisiologis dengan manajemen

kebidanan 7 langkah Varney.

4. Bagi Puskesmas

Tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan dapat memberikan asuhan kebidanan

bayi baru lahir fisiologis yang tepat dan sesuai kebutuhan, sehingga mampu

meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas melalui kepuasan keluarga pasien.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori Medis

1. Pengertian

Bayi baru lahir atau neonatus adalah masa kehidupan neonatus pertama

di luar rahim sampai dengan usia 28 hari dimana terjadi perubahan yang

sangat besar dari kehidupan di dalam rahim menjadi di luar rahim. Pada masa

ini terjadi pematangan organ hampir di semua sistem (Cunningham, 2012).

Bayi baru lahir (BBL) normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37-

42 mingguatau 294 hari dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000

gram, bayi baru lahir (newborn atau neonatus) adalah bayi yang baru di

lahirkan sampai dengan usia empat minggu (Wahyuni, 2012).

Bayi “cukup bulan” adalah bayi yang dilahirkan setelah usia kehamilan

genap mencapai 37 minggu dan sebelum usia kehamilan genap mencapai 41

minggu (Williamson, 2014).

Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang baru berusia 0 – 28 hari dan

memerlukan penyesuaian fisiologis agar mampu beradaptasi dengan

lingkungan luar/ekstrauterine (Marmi dan Rahardjo K, 2015).

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru lahir pada usia kehamilan

genap 37-41 minggu, dengan presentasi belakang kepala atau letak sungsang

yang melewati vagina tanpa memakai alat. (Tando, 2016).

2. Ciri – ciri Bayi Baru Lahir

Ciri-ciri bayi baru lahir normal adalah lahir aterm antara 37 – 42

minggu, berat badan 2500 – 4000 gram, panjang lahir 48 – 52 cm. lingkar

dada 30 – 38 cm, lingkar kepala 33 – 35 cm, lingkar lengan 11 – 12 cm,

frekuensi denyut jantung 120 – 160 kali/menit, kulit kemerah-merahan dan

6
7

licin karena jaringan subkutan yang cukup, rambut lanugo tidak terlihat dan

rambut kepala biasanya telah sempurna, kuku agak panjang dan lemas, nilai

APGAR >7, gerakan aktif, bayi langsung menangis kuat, genetalia pada laki-

laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada skrotum dan penis

yang berlubang sedangkan genetalia pada perempuan kematangan ditandai

dengan vagina dan uterus yang berlubang labia mayora menutup labia minora,

refleks rooting (mencari putting susu) terbentuk dengan baik, refleks sucking

sudah terbentuk dengan baik, refleks grasping sudah baik, eliminasi baik, urin

dan meconium keluar dalam 24 jam pertama (Rohan, 2013).

Sedangkan menurut Tando (2016), ciri ciri bayi baru lahir normal yaitu :

a. Berat badan 2.500-4.000 gram.

b. Panjang badan 48-52.

c. Lingkar dada 30-38.

d. Lingkar kepala 33-35.

e. Frekuensi jantung 120-160 kali/menit.

f. Pernapasan ±40-60 kali/menit.

g. Kulit kemerah-merahan dan lici karena jaringan subkutan cukup.

h. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala baisanya telah sempurna.

i. Kuku agak panjang dan lemas.

j. Genitalia: pada perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora,

dan pada laki-laki, testis sudah turun dan skrotum sudah ada.

k. Refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.

l. Refleks Moro atau gerak memeluk jikadikagetkan sudah baik.

m. Refleks grap atau menggenggam sudah baik.

n. Eliminasi baik, mekonium keluar dalam 24 jam pertama, mekonium

berwarna hitam kecoklatan


8

Nilai APGAR Score Bayi Baru Lahir

Skor 0 1 2
Appearance Pucat Badan merah, Seluruh tubuh
(warna kulit) ekstremitas biru kemerah merahan
Pulse (denyut Tidak ada Kurang dari 100 Diatas 100
jantung)
Grimace (reaksi Tidak ada Sedikit gerakan Menangis, batuk
rangsangan) bersin
Activity (tonus Lumpuh Ekstremitas Gerakan aktif
otot) sedikit fleksi
Respiration (usaha Tidak ada Lemah, tidak Menangis kuat
nafas) teratur
Sumber : Sofian A (2012).

3. Adaptasi Fisiologi Bayi Baru Lahir

Adaptasi bayi baru lahir adalah proses penyesuaian fungsional neonatus

darikehidupan didalam uterus ke kehidupan diluar uterus.Beberapa perubahan

fisiologi yang dialami bayi baru lahir antara lain yaitu :

a. Sistem Pernafasan

Masa yang paling kritis pada bayi baru lahir adalah ketika harus

mengatasi resistensi paru pada saat pernapasan yang pertama kali.Pada

umur kehamilan 34-36 minggu struktur paru-paru matang, artinya paru-

paru sudah bisa mengembangkan sistem alveoli. Selama dalam uterus,

janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta.Setelah bayi

lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi (Marmi dan Rahardjo

K, 2015).

Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam 30 detik

sesudah kelahiran. Pernapasan ini timbul sebagai akibat aktivitas normal

sistem saraf pusat dan perifer yang dibantu oleh beberapa rangsangan

lainnya. Frekuensi pernapasan bayi baru lahir berkisar 30-60 kali/menit

(Sondakh, 2017).
9

Perkembangan Sistem Pernafasan Sesuai Umur Kehamilan

Umur Kehamilan Perkembangan

24 hari Bakal paru-paru terbentuk


26-28 hari Dua bronchi membesar
6 minggu Di bentuk segmen bronkus
12 minggu Differensial lobus
24 minggu Di bentuk alveolus
28 minggu Di bentuk surfaktan
34-36 minggu Maturasi struktur (paru-paru dapat mengembangkan
sistem alveolidan tidak mengempis lagi)
Sumber : (Marmi dan Rahardjo K, 2015).

Struktur matang ranting paru-paru sudah bisa mengembangkan

sistem alveoli. Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari

pertukaran gas melalui plasenta.Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus

melalui paru- paru bayi. Rangsangan gerakan pernapasan pertama :

1) Tekanan mekanik dari torak sewaktu melalui jalan lahir (stimulasi

mekanik)

2) Penurunan Pa02 dan peningkatan PaC02 merangsang kemoreseptor

yangterletak disinus karotikus (stimulasi kimiawi)

3) Rangsangan dingin didaerah muka dan perubahan suhu didalam

uterus(stimulasi sensorik) (Indrayani, 2013).

Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit

pertama sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan

tekanan alveoli, selain adanya surfaktan yang dengan menarik nafas dan

mengeluarkan nafas dengan merintih sehingga tertahan di dalam.

Respirasi pada neonatus biasanya pernafasan diafragmatik dan abdominal,

sedangkan frekuensi dan dalam tarikan belum teratur. Apabila surfaktan

berkurang, maka alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku sehingga terjadi
10

atelektasis, dalam keadaan anoksia neonatus masih dapat mempertahankan

hidupnya karena adannya kelanjutan metabolisme anaerobik.

b. Sirkulasi Darah

Pada masa fetus darah dari plasenta melalui vena umbilikalis

sebagian ke hati, sebagian langsung ke serambi kiri jantung, kemudian ke

bilik kiri jantung. Dari bilik kiri darah di pompa melalui aorta ke seluruh

tubuh.Dari bilik kanan darah di pompa sebagian ke paru dan sebagian

melalui duktus arteriosus ke aorta.Setelah bayi lahir, paru akan

berkembang mengakibatkan tekanan-tekanan arteriol dalam paru

menurun.

Tekanan dalam jantung kiri lebih besar dari pada tekanan jantung

kanan yang mengakibatkan menutupnya foramen ovale secara

fungsional.Hal ini terjadi pada jam-jam pertama setelah kelahiran. Oleh

karena tekanan dalam paru turun dan tekanan dalam aorta desenden naik

dan karena rangsangan biokimia (pa02 yang naik), duktus arteriosus akan

berobliterasi, ini terjadi pada hari pertama.Aliran darah paru pada hari

pertama ialah 4-5 liter per menit / m2.Aliran darah sistolik pada hari

pertama rendah yaitu 1.96 liter/menit/m2 karena penutupan duktus

arteriosus (Indrayani, 2013).

c. Metabolisme

Luas permukaan tubuh neonatus, relatif lebih luas dari orang dewasa

sehingga metabolisme basal per kg BB akan lebih besar, sehingga BBL

harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru sehingga energi

diperoleh dari metabolisme karbohidrat dan lemak. Pada jam-jam pertama

energi didapatkan dari perubahan karbohidrat. Pada hari kedua, energi

berasal dari pembakaran lemak. Setelah mendapat suhu <pada hari


11

keenam, energi 60% di dapatkan dari lemak dan 40% dari karbohidrat

(Indrayani, 2013).

Sesaat sesudah lahir, bila bayi dibiarkan dalam suhu ruangan 25 ºC,

maka bayi akan kehilangan panas melalui evaporasi, konveksi, konduksi,

dan radiasi. Suhu lingkungan yang tidak baik akanmenyebabkan bayi

menderita hipotermi dan trauma dingin (cold injury) (Sondakh, 2017).

d. Keseimbangan Air dan Fungsi Ginjal

Tubuh bayi baru lahir relatif mengandung lebih banyak air dan kadar

natrium relatif lebih besar dari kalium karena ruangan ekstraseluler luas.

Fungsi ginjal belum sempurna karena:

1) Jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa

2) Tidak seimbang antara luas permukaan glomerulus dan volume tubulus

proksimal

3) Aliran darah ginjal (renal blood flow) pada neonatus relatif kurang bila

dibandingkan dengan orang dewasa (Indrayani, 2013).

Sebagian besar bayi berkemih dalam 24 jam pertama setelah lahir

dan 2-6 kali sehari pada 1-2 hari pertama, setelah itu mereka berkemih 5-

20 kali dalam 24 jam (Sondakh, 2017).

e. Imunoglobulin

Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga

menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem

imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang

didapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang

berfungsi mencegah atau meminimalkan infeksi. Berikut beberapa contoh

kekebalan alami: perlindungan dari membran mukosa, fungsi saringan

saluran nafas, pembentukan koloni mikroba dikulit dan usus, perlindungan

kimia oleh lingkungan asam lambung (Walyani dan Purwoastuti, 2015).


12

Bayi baru lahir tidak dapat membatasi organisme penyerang dipintu

masuk. Imaturitas jumlah sistem pelindung secara signifikan

meningkatkan resiko infeksi pada periode bayi baru lahir (Sondakh, 2017).

f. Truktus Digestivus

Truktus digestivenus relatif lebih berat dan lebih panjang

dibandingkan dengan orang dewasa.Pada neonatus traktus digestivenus

mengandung zat yang berwarna hitam kehijauan yang terdiri dari

mukopolisakarida dan disebut meconium. Pengeluaran mekonium

biasanya dalam 10 jam pertama dan 4 hari biasanya tinja sudah berbentuk

dan berwarna biasa. Enzim dalam traktus digestivenus biasanya sudah

terdapat pada neonatus kecuali amilase pankreas.Bayi sudah ada refleks

hisap dan menelan, sehingga pada bayi lahir sudah bisa minum ASI.

Gumoh sering terjadi akibat dari hubungan oesofagus bawah dengan

lambung belum sempurna, dan kapasitas dari lambung juga terbatas yaitu

< 30 cc (Indrayani, 2013).

Kadar gula darah tali pusat 65mg/100mL akan menurun menjadi

50mg/100 mL dalam waktu 2 jam sesudah lahir, energi tambahan yang

diperlukan neonatus pada jam-jam pertama sesudah lahir diambil dari

hasil metabolisme asam lemak sehingga kadar gula akan mencapai

120mg/100mL (Sondakh, 2017).

g. Hati

Fungsi hati janin dalam kandungan dan segera setelah lahir masih

dalam keadaan matur (belum matang), hal ini dibuktikan dengan

ketidakseimbangan hepar untuk menghilangkan bekas penghancuran

dalam peredaran darah (Rahardjo dan Marmi, 2015).

Setelah segera lahir, hati menunjukkan perubahan kimia dan

morfologis, yaitu kenaikan kadar protein dan penurunan kadar lemak dan
13

glikogen. Sel hemopoetik juga mulai berkurang walaupun memakan

waktu yang lama. Enzim hati belum aktif benar pada waktu bayi baru

lahir, daya detoksifikasihati pada neonatus juga belum

sempurna,contohnya peberian obat kloramfenikol dengan dosis lebih dari

50 mg/kgBB/hari dapat menimbulkan grey baby syndrome (Indrayani,

2013).

Dan selama periode neontaus, hati memproduksi zat yang essensial

untuk pembekuan darah. Hati juga mengontrol jumlah bilirubin tak

terkonjugasi yang bersirkulasi, pigmen berasal dari hemoglobin dan

dilepaskan bersamaan dengan pemecahan sel-sel darah merah (Sondakh,

2017).

h. Sistem Neurologis

Sistem neurologis bayi secara anatomik atau fisiologis belum

berkembang sempurna. Bayi baru lahir menunjukkan gerakan-gerakan

tidak terkoordinasi, pengaturan suhu yang labil, kontrol otot yang buruk,

mudah terkejut, dan tremor pada ekstremitas (Sondakh, 2017).

4. Tahapan Bayi Baru Lahir

a. Tahap I

Terjadi segera setelah lahir, Selama menit - menit pertama kelahiran. Pada

tahap ini digunakan sistem skoring apgar untuk fisik dan scoring gray

untukinteraksi bayi dan ibu.

b. Tahap II

Di sebut transisional reaktivitas. Pada tahap II dilakukan pengkajian selama

24 jam pertama terhadap adanya perubahan perilaku.

c. Tahap III

Disebut tahap periodik, pengkajian dilakukan setelah 24 jampertama yang

meliputi pemeriksaan seluruh tubuh.


14

(Saleha, 2012)

5. Pelayanan Kesehatan Neonatus

Pelayanan kesehatan neonatus menurut Kemenkes RI (2015) adalah

pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan

kepada neonates sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari

setelah lahir.

a. Kunjungan neonatus ke-1 (KN I) dilakukan 6-48 jam setelah lahir,

dilakukan pemeriksaan pernapasan, warna kulit gerakan aktif atau tidak,

ditimbang, ukur panjang badan, lingkar lengan, lingkar dada, pemberian

salep mata, vitamin K1, Hepatitis B, perawatan tali pusat dan pencegahan

kehilangan panas bayi.

b. Kunjungan neonatus ke-2 (KN 2) dilakukan pada hari ke-3 sampai hari ke-

7 setelah lahir, pemeriksaan fisik, melakukan perawatan tali pusat,

pemberian ASI eksklusif, personal hygiene, pola istirahat, keamanan dan

tanda-tanda bahaya.

c. Kunjungan neonatus ke-3 (KN 3) dilakukan pada hari ke-8 sampai hari ke-

28 setalah lahir, dilakukan pemeriksaan pertumbuhan dengan berat badan,

tinggi badan dan nutrisinya.

6. Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan

Asuhan bayi baru lahir adalah menjaga bayi agar tetap hangat,

membersihkan saluran nafas, mengeringkan tubuh bayi (kecuali telapak

tangan), memantau tanda bahaya, memotong dan mengikat tali pusat,

melakukan IMD, memberikan suntikan vitamin K1, memberi salep mata

antibiotik pada kedua mata, memberi immunisasi Hepatitis B, serta

melakukan pemeriksaan fisik (Syaputra Lyndon, 2014)


15

a. Pencegahan Infeksi

Bayi lahir sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh

paparan atau kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan

berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir. Sebelum menangani

bayi, pastikan penolong persalinan telah menerapkan upaya pencegahan

infeksi, antara lain:

1) Cuci tangan secara efektif sebelum bersentuhan dengan bayi.

2) Gunakan sarung tangan yang bersih pada saat menangani bayi yang

belum dimandikan.

3) Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem,

gunting, penghisap lender Delee dan benang tali pusat telah

didesinfeksi tingkat tinggi atau steril. Gunakan bola karet yang baru

dan bersih jika akan melakukan penghisapan lendir dengan alat

tersebut (jangan bola karet penghisap yang sama untuk lebih dari satu

bayi).

4) Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan

untuk bayi sudah dalam keadaan bersih. Demikian pula halnya

timbangan, pita pengukur, thermometer, stetoskop, dan benda-benda

lain yang akanbersentuhan dengan bayi. Dokumentasi dan cuci setiap

kali setelah digunakan.

b. Penilaian

Segera setelah lahir, lakukan penilaian awal pada bayi baru lahir:

1) Apakah bayi bernapas atau menangis kuat tanpa kesulitan ?

2) Apakah bayi bergerak aktif ?

3) Bagaimana warna kulit, apakah berwarna kemerahan ataukah ada

sianosis?
16

c. Perlindungan Termal (Termoregulasi)

Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme

menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk

mendapatkan kembali suhu tubuhnya.Oleh karena itu, upaya pencegahan

kehilangan panas merupakan prioritas utama dan berkewajiban untuk

meminimalkan kehilangan panas pada bayi baru lahir. Suhu tubuh normal

pada neonatus adalah 36,5-37,5 oC melalui pengukuran di aksila dan

rektum, jika nilainya turun dibawah 36,5 oC maka bayi mengalami

hipotermia (Rahardjo dam Marmi, 2015).

1) Mekanisme kehilangan panas

Mekanisme pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir belum

berfungsi sempurna, untuk itu perlu dilakukan upaya pencegahan

kehilangan panas dari tubuh bayi karena bayi beresiko mengalami

hipotermia.Bayi dengan hipotermia sangat rentan terhadap kesakitan

dan kematian. Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya

dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan di selimuti

walaupun di dalam ruangan yang relatif hangat.

2) Proses Adaptasi

Dalam proses adaptasi kehilangan panas, bayi mengalami :

a) Stress pada BBL menyebabkan hipotermia

b) BBL mudah kehilangan panas

c) Bayi menggunakan timbunan lemak coklat untuk meningkatkan

suhu tubuhnya

d) Lemak coklat terbatas sehingga apabila habis akan menyebabkan

adanya stress dingin.


17

3) Mencegah kehilangan panas

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kehilangan panas dari

tubuh bayi adalah:

a) Keringkan bayi secara seksama

Pastikan tubuh bayi dikeringkan segera setelah bayi lahir untuk

mencegah kehilangan panas secara evaporasi.Selain untuk

menjaga kehangatan tubuh bayi, mengeringkan dengan menyeka

tubuh bayi juga merupakan rangsangan taktil yang dapat

merangsang pernafasan bayi.

b) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat

Bayi yang di selimuti kain yang sudah basah dapat terjadi

kehilangan panas secara konduksi.Untuk itu setelah mengeringkan

tubuh bayi, ganti kain tersebut dengan selimut atau kain yang

bersih, kering dan hangat.

c) Tutup bagian kepala bayi

Bagian kepala bayi merupakan permukaan yang relatif luas dan

cepat kehilangan panas.Untuk itu tutupi bagian kepala bayi agar

bayi tidak kehilangan panas.

d) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya

Selain untuk memperkuat jalinan kasih sayang ibu dan bayi,

kontak kulit antara ibu dan bayi akan menjaga kehangatan tubuh

bayi. Untuk itu anjurkan ibu untuk memeluk bayinya.

e) Perhatikan cara menimbang bayi atau jangan segera memandikan

bayi baru lahir

(1) Menimbang bayi tanpa alas timbangan dapat menyebabkan

bayi mengalami kehilangan panas secara konduksi. Jangan


18

biarkan bayi ditimbang telanjang. Gunakan selimut atau kain

bersih.

(2) Bayi baru lahir rentan mengalami hipotermi untuk itu tunda

memandikan bayi hingga 6 jam setelah lahir.

(a) Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat

Jangan tempatkan bayi di ruang ber-AC. Tempatkan bayi

bersama ibu (rooming in).Jika menggunakan AC, jaga

suhu ruangan agar tetap hangat.

(b) Jangan segera memandikan bayi baru lahir

Bayi baru lahir akan cepat dan mudah kehilangan panas

karena sistem pengaturan panas di dalam tubunya belum

sempurna. Bayi sebaiknya di mandikan minimal enam jam

setelah lahir. Memandikan bayi dalam beberapa jam

pertama setelah lahir dapat menyebabkan hipotermia yang

sangat membahayakan kesehatan bayi baru lahir

(Indrayani, 2013).

4) Merawat Tali Pusat

Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu dinilai sudah stabil maka

lakukan pengikatan tali pusat atau jepit dengan klem plastik tali pusat

(bila tersedia).

a) Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke

dalam larutan klorin 0,5% untuk membersihkan darah dan sekresi

lainnya.

b) Bilas tangan dengan air DTT

c) Keringkan dengan handuk atau kain yang bersih dan kering.

d) Ikat tali pusat dengan jarak sekitar 1 cm dari pusat bayi.

Gunakan benang atau klem plastik penjepit tali pusat


19

DTT atau steril. Ikat kuat dengan simpul mati atau

kuncikan penjepit plastik tali pusat

e) Lepaskan semua klem penjepit tali pusat dan rendam

dalam larutan klorin 0,5%

f) Bungkus tali pusat yang sudah di ikat dengan kasa steril.

5) Pemberian ASI

Rangsangan hisapan bayi pada puting susu ibu akan diteruskan

oleh serabut syaraf ke hipofise anterior untuk mengeluarkan hormone

prolaktin. Prolaktin akan mempengaruhi kelenjar ASI untuk

memproduksi ASI di alveoli. Semakin sering bayi menghisap puting

susu maka akan semakin banyak prolaktin dan ASI yang di produksi.

Penerapan inisiasi menyusui dini (IMD) akan memberikan

dampak positif bagi bayi, antara lain menjalin / memperkuat ikatan

emosional antara ibu dan bayi melalui kolostrum, merangsang

kontraksi uterus, dan lain sebagainya. Melihat begitu unggulnya ASI,

maka sangat disayangkan bahwa di Indonesia pada kenyataannya

penggunaan ASI belum seperti yang dianjurkan.Pemberian ASI yang

dianjurkan adalah sebagai berikut:

a) ASI eksklusif selama 6 bulan karena ASI saja dapat memenuhi

100% kebutuhan bayi.

b) Dari 6-12 bulan ASI masih merupakan makanan utama bayi

karena dapat memenuhi 60-79% kebutuhan bayi dan perlu

ditambahkan makanan pendamping ASI berupa makanan lumat

sampai lunak sesuai dengan usia bayi.

c) Diatas 12 bulan ASI saja hanya memenuhi sekitar 30% kebutuhan

bayi dan makanan padat sudah menjadi makanan utama. Namun,


20

ASI tetap dianjurkan pemberiannya sampai paling kurang 2 tahun

untuk manfaat lainnya

(Saifuddin, 2014)

6) Pencegahan Infeksi pada mata

Pencegahan infeksi mata dapat diberikan kepada bayi baru lahir.

Pencegahan infeksi tersebut di lakukan dengan menggunakan salep

mata tetrasiklin 1%. Salep antibiotika tersebut harus diberikan dalam

waktu satu jam setelah kelahiran. Upaya profilaksis infeksi mata tidak

efektif jika diberikan lebih dari satu jam setelah kelahiran (Indrayani,

2013).

7) Profilaksis perdarahan pada bayi baru lahir

Semua bayi baru lahir harus segera diberikan vitamin K1 injeksi

1 mg intramuskuler di paha kiri sesegera mungkin untuk mencegah

perdarahan pada bayi baru lahir akibatdefesiensi vitamin K yang dapat

dialami oleh sebagian bayi baru lahir.

8) Pemberian imunisasi hepatitis B

Imunisasi hepatitis B bermanfaat untuk mencegah terjadinya

infeksi disebabkan oleh virus Hepatitis B terhadap bayi (Saifuddin

AB, 2014).Terdapat 2 jadwal pemberian imunisasi Hepatitis B. jadwal

pertama, imunisasi hepatitis B sebanyak 3 kali pemberian, yaitu usia 0

hari (segera setelah lahir menggunakan uniject), 1 dan 6 bulan. Jadwal

kedua, imunisasi hepatitis B sebanyak 4 kali pemberian, yaitu pada 0

hari (segera setelah lahir) dan DPT+ Hepatitis B pada 2, 3 dan 4 bulan

usia bayi (Indrayani, 2013).


21

B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan

Manajemen kebidanan merupakan metode atau bentuk pendekatan yang

digunakan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan sehingga langkah-

langkah kebidanan merupakan alur pikir bidan dalam pemecahan masalah atau

pengambilan keputusan klinis. Asuhan kebidanan yang diberikan harus dicatat

secara benar, sederhana, jelas dan logis sehingga perlu metode

pendokumentasian. Metode pendokumentasian yang digunakan dalam asuhan

kebidanan adalah dengan SOAP yaitu Subjektif, Objektif, Assessment, dan

Planning (Handayani, 2012).

1. Langkah I : Pengumpulan data dasar

Pengumpulan data dasar yang lengkap untuk menilai yang menyangkut

keadaan bayi yang meliputi riwayat kesehatan bayi, pemeriksaan fisik,

pemeriksaan laboratorium serta laporan keterangan tambahan lain yang

berhubungan dengan kondisi klien. Data tersebut didapatkan melalui

wawancara dengan orang tua atau keluarga klien dan bidan penolong

persalinan. Pengkajian dilakukan dengan mempelajari hasil anamnesis riwayat

hamil, riwayat persalinan dan riwayat keluarga, menilai skor APGAR,

melakukan resusitasi neonatus, perawatan tali pusat, pemeriksaan fisik dan

observasi, dan rawat gabung (Marmi dan Rahardjo K, 2015).

Pada kasus bayi baru lahir kemungkinan anamnesa yang didapatkan atau

data subjektif adalah bayi lahir normal di tolong oleh bidan, segera menangis,

usia kehamilan 37 minggu- 42 minggu, bayi berjenis kelamin perempuan atau

laki-laki dengan berat badan 2500-4000 gram dan keadaan ibu dan bayi sehat.

Hal ini didukung oleh penelitian Fitriyani, dkk (2020) tentang Factors of

Birth Wight Newborn: Mid Upper-Arm Circumference, Haemoglobin, Weight

Gain Pregnancy yang menunjukkan bahwa lebih dari sebagian responden

(58,7%) menunjukkan penambahan berat badan tidak sesuai/ lebih rendah dari
22

standar indeks massa tubuh. Hal ini menunjukkan bahwa kecukupan gizi ibu

selama hamil kurang yang dapat berdampak pada ibu maupun janin yang

dilahirkan. Hasil penelitian dengan uji regresi logistik ganda menunjukkan

bahwa dari variabel ukuran LILA, Kadar hemoglobin dan penambahan berat

badan selama kehamilan yang berhubungan dengan berat lahir bayi yang

menunjukkan hubungan yang paling signifikan terhadap berat bayi lahir

adalah kadar hemoglobin dengan p=0,007 dengan kekuatan hubungan yang

baik (OR:25) yang berarti bahwa ibu hamil yang mengalami anemia memiliki

risiko 25 kali lebih besar untuk melahirkan bayi dengan berat lahir rendah

dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak mengalami anemia.

Data objektif menurut Dwienda, dkk (2014) bayi baru lahir normal

adalah berat badan 2500-4000 gram, panjang badan 48-52 cm, lingkar dada

30-38 cm, lingkar kepala 33-35 cm, frekuensi jantung 120- 160x/menit,

pernapasan 40-60x/menit, kulit kemerah-merahan, rambut kepala biasanya

telah sempurna, genetalia jika perempuan labia mayora sudah menutupi labia

minora sedangkan pada laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah ada, daerah

mulut terbentuk dengan baik, eliminasi baik, mekonium berwarna hitam

kecoklatan.

Pengkajian fisik BBL untuk memperoleh data dasar yang merupakan

bagian dari prosedur perawatan bayi segera setelah lahir. Pemeriksaan fisik

luar pada bayi baru lahir dimulai secara head to toe dari kepala sampai kaki.

Tujuannya untuk mendeteksi dini adanya kelainan pada bayi dengan

melakukan pengukuran antropometri bayi meliputi berat badan, panjang

badan, lingkar kepala dan lingkar dada (Marmi dan Rahardjo K, 2015).

2. Langkah II : Interpretasi data dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah

berdasarkan intervensi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.


23

Diagnosis adalah hasil analisa dan perumusan masalah yang diputuskan dalam

menegakkan diagnosa bidan dengan menggunakan pengetahuan sebagai dasar

atau arahan untuk mengambil tindakan.

Penampilan dan perilaku BBL dapat mendukung penegakan diagnosa

diantaranya adalah ukuran tubuh, warna kulit, lemak tebal, bentuk kepala,

ubun – ubun, rambut lanugo, sensiti terhadap terang, aktifitas atau gerakan

aktif dan kaki tangan pucat dan dingin (Marmi dan Rahardjo K, 2015). Data

dasar yang dikumpulkan kemudian dianalisa untuk dijadikan sebagai diagnosa

atau masalah. diagnosa pada bayi baru lahir disertai dengan kebutuhan BBL

yaitu menjaga kehangatan bayi, perawatan tali pusat, pemberian vitamin K,

inisiasi menyusui dini, pemberian profilaksis mata dan cara memandikan bayi

dengan benar (Prawirohardjo S, 2011).

3. Langkah III : Mengidentifikasi diagnosis potensial/ masalah potensial dan

mengantisipasi penanganannya.

Mengidentifikasi adanya diagnosis atau masalah potensial yang

mungkin terjadi berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi.

Masalah yang mungkin timbul dari bayi baru lahir adalah dapat mengalami

gangguan pernapasan dan hipotermia.

4. Langkah IV : Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penangan segera

Mengindentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter

melakukan konsultasi atau penanganan segera bersama anggota tim kesehatan

lain sesuai kondisi bayi.

5. Langkah V : Merencanakan Asuhan yang komprehensif dan menyeluruh

Asuhan pada bayi baru lahir 1 jam pertama diperlukan tindakan

selanjutnya terhadap ibu maupun keluarga yang lain dalam menjaga bayi

dalam keadaan yang stabil. Menjaga kehangatan bayi harus dilakukan, karena

proses adaptasi intrauterine ke lingkungan luar akan menyebabkan bayi


24

mengalami kehilangan panas baik melalui konduksi, konveksi, evaporasi

ataupun radiasi. Segera setelah bayi lahir, dilakukan penanganan awal dan

tindakan resusitasi neonatus untuk membersihkan jalan nafas bayi

(Prawirohardjo S, 2011).

Bayi baru lahir segera langsung dilakukan inisiasi menyusui dini dengan

meletakkan pada dada ibu untuk skin to skin contact sehingga bayi merasa

hangat dan mampu mencari puting susu ibu. Dilakukan perawatan tali pusat

agar tetap kering untuk mengurangi insidensi infeksi pada neonatus. Bayi baru

lahir diberikan salep mata dan injeksi vitamin K, dilanjutkan dengan

pengukuran berat badan bayi serta memandikan bayi (Prawirohardjo S, 2011).

Hal ini didukung oleh penelitian Nancy Olii dan Tumarthony Hiola

(2020) tentang Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini Terhadap Perubahan Suhu

Tubuh Bayi Baru Lahir. Hasil penelitian menunjukkan suhu tubuh rata-rata

bayi yang tidak dilakukan inisiasi menyusu dini adalah 36,30C sedangkan

pada bayi baru lahir yang dilakukan inisiasi menyusu dini suhu tubuh rata-rata

adalah 36,90C hal tersebut menggambarkan bahwa adanya perbedaan suhu

pada bayi baru lahir pada bayi yang tidak dilakukan inisiasi menyusu dini

dengan suhu bayi baru lahir yang dilakukan inisiasi menyusu dini. Hasil uji t-

independent menunjukkan perbedaan rata-rata suhu tubuh bayi baru lahir

kelompok kontrol dan kelompok intervensi adalah 0,60 C.

6. Langkah VI : Melaksanakan perencanaan dan penatalaksanaan

Penanganan bayi baru lahir dengan tujuan utama perawatan bayi segera

sesudah lahir dengan membersihkan jalan nafas, memotong dan merawat tali

pusat, mempertahankan suhu tubuh bayi, identifikasi dan pencegahan infeksi.

Pemantauan bayi baru lahir dilakukan untuk mengetahui aktivitas bayi normal

dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan asuhan

dan tindak lanjut. Pada 1 jam pertama, bidan melakukan tindakan asuhan
25

melalui cara mempertahankan suhu tubuh bayi agar tidak terjadi hipotermia

dan pemantauan keadaan umum bayi (Prawirohardjo S, 2011).

Inisiasi Menyusui Dini (IMD) memiliki manfaat bagi bayi untuk

mengendalikan suhu tubuh bayi agar tidak terjadi hipotermia. IMD dilakukan

minimal satu jam segera setelah bayi lahir untuk mencapai keberhasilan

menyusui dini. Terdapat lima tahapan IMD yaitu tahap pertama terjadi pada

waktu 30 – 45 menit. Tahap ini merupakan masa penyesuaian keadaan bayi

dari dalam kandungan ke luar kandungan dan dasar pertumbuhan dari rasa

aman yang dirasakan bayi terhadap lingkungannya. Tahap kedua pada waktu

45-60 menit, dimana bayi menggunakan mulut seperti ingin minum dan

mencium bau yang sama antara ketuban dan payudara ibu. Tahap ketiga bayi

mulai mengeluarkan air liur, selanjutnya mulai bergerak ke payudara dan

tahap terakhir bayi akan mulai menyusu dan melekat baik pada ibu (Muchtar,

dkk., 2015).

7. Langkah VII : Evaluasi

Evaluasi tindakan asuhan yang diberikan melalui pemantauan bayi baru

lahir, memberikan manfaat dalam mencegah komplikasi atau masalah pada

neonatus. Hasil dari pelaksanaan yaitu suhu tubuh bayi, tanda – tanda vital

terpantau baik, injeksi vitamin telah diberikan, pemberian profilaksis mata

telah dilakukan dan pakaian yang hangat dan kering akan menghindarkan bayi

dari kedinginan. Bidan dengan segera mencatat hasil pantauan sebagai bentuk

kerjasama tim dalam perawatan bayi baru lahir (Prawirohardjo S, 2011).


26

BAB III

TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN
Tanggal : 17 Agustus 2021
Waktu : 12.00
Tempat : Ruang Bersalin Puskesmas Blora
IDENTITAS
a. Identitas bayi
Nama : By.Ny.R
Tanggal/ Jam lahir : 17 Agustus 2021/ Jam 11.00
Jenis Kelamin : Laki - laki
b. Identitas orang tua
Identitas Ibu Identitas Ayah

Nama : Ny. R Nama : Tn. B

Umur : 23 Tahun Umur : 25 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh

Suku Bangsa : Jawa Suku Bangsa : Jawa

Alamat : Blora Alamat : Blora

II. DATA SUBYEKTIF


1. Riwayat kehamilan ibu
a. Umur kehamilan : 40 minggu
b. Riwayat penyakit dalam hamil :Tidak ada
c. Kebiasaan selama hamil :
Merokok : Ibu mengatakan tidak pernah dan tidak sedang
merokok
Konsumsi alkohol : Ibu mengatakan tidak pernah dan tidak sedang
mengonsumsi alkohol
27

Jamu-jamuan, narkoba, maupun obat-obatan bebas:Ibu mengatakan tidak


pernah dan tidak sedang minum jamu, narkoba maupun obat-obatan
bebas.
d. Riwayat Natal :
Tanggal lahir : 17 Agustus 2021
BB : 3300 gram
PB : 50 cm
Jenis Kelamin : Laki - laki
Tunggal/ Gemelli : Tunggal
Lama persalinan kala I, kala II : Kala I ± 7 jam, kala II 20 menit
Komplikasi persalinan: tidak ada
e. Riwayat Perinatal : Penilaian Apgar Score
Appearance Pulse Grimace Activity Respiratory Score

1 Menit 1 2 2 2 2 9

5 Menit ke-1 1 2 2 2 2 9

5 Menit ke-2 2 2 2 2 2 10

2. Pola kebiasaan sehari-hari


a. Pola Nutrisi : Ibu mengatakan bayi belum minum ASI
b. Pola Eliminasi : Ibu mengatakan bayi sudah BAB 1 x (mekonium),
BAK belum
c. Pola Istirahat : Ibu mengatakan bayi sering tidur (dominan tidur)
d. Pola aktifitas : Ibu mengatakan bayi terjaga, menangis, menyusu
kuat, pergerakan tangan dan kaki kuat.

III. DATA OBYEKTIF


1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Vital sign : N = 110X/mnt
RR = 40X/mnt
S = 370 C
28

Pengukuran antropometri :
BB : 3300 gram
PB : 50 cm
Lingkar Kepala : 33cm
Lingkar dada : 32 cm
Lingkar lengan : 11cm
2. Status Present
Kepala : Mesochepal, tidak terdapat caput succedaneum, tidak ada
cephal hematoma, tulang Sutura belum menutup.
Mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
Hidung : Simetris, tidak ada secret, tulang lunak sudah terbentuk.
Mulut : Simetris, tidak ada labioscisis dan labiopalatoscisis.
Telinga : Simetris, bersih, tulang lunak sudah terbentuk.
Leher : Tidak ada trauma pada leher.
Dada : Simetris, tidak ada retraksi, pernapasan teratur.
Pulmo/COR : Tidak ada wheezing dan stridor, tidak ada suara ronkhi.
Abdomen : Tidak ada omfalokel dan gastroskizis, tali pusat terbungkus
kasa.
Genetalia : Labia mayora menutupi labia minora, uretra berlubang, tidak
ada kelainan.
Punggung : Tidak ada pembengkakan/cekungan, tidak ada spina bifida.
Anus : Berlubang.
Ekstremitas : Simetris, jumlah jemari lengkap tangan dan kaki,tidak odema,
tidak ada kelainan, pergerakan aktif.
Kulit : Kemerahan ada vernik caseosa, tidak ada bercak mongol.
Reflek :
Rooting reflek : + (kuat), pada saat pipi bayi disentuh maka bayi
akan menoleh kearah datangnya rangsangan dan
membuka mulut untuk menemukan putting ibu.
Sucking reflek : + (kuat), pada saat jari dimasukkan kedalam mulut
bayi, ia akan mengembalikan respon menghisap
dengan mulut dan lidahnya.
Grasp reflek : + (kuat), pada saat meletakkan jari ditelapak tangan
bayi, maka ia akan memegang erat dan kuat
29

Moro reflek : + (kuat), pada saat bayi dikejutkan maka bayi akan
melebarkan tangan dan jari-jarinya kemudian
lengannya akan turun kembali dan mengepalkan jari-
jarinya.
Tonic neck reflek : + (kuat), pada saat kepala bayi dimiringkan kesisi
yang berlawanan maka bayi akan memperpanjang
lengan dan kaki ke sisi tersebut dan meregangkan
lengan dan kakinya kesisi berlawanan.
Babinski reflek : + (kuat), pada saat kaki bayi disentuh dari tumit
hingga kejarinya maka jari kakinya akan
mengembangkan.

IV. ANALISA
By. Ny. R Umur 1 Jam Jenis Kelamin Laki - laki Fase Tidur.
Masalah : Tidak ada masalah.
Kebutuhan :
 Kehangatan tubuh bayi.
 Pemberian Vit K1
 Perawatan tali pusat
 Pemberian salep mata
 Pemberian ASI

V. PENATALAKSANAAN Tanggal : 17 Agustus 2021 Jam 12.30


1. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan.
Hasil : Ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Memberikan penjelasan ibu dan keluarga bahwa bayi akan diberikan
suntikan Vit K1yang disuntikkan pada paha kiri 1/3 atas anterolateal yg
berguna untuk mencegah perdarahan
Hasil : ibu dan keluarga mengetahui dan bersedia jika bayinya di imunisasi
Vit K1
3. Menyuntikkan Vit K1 pada paha kiri 1//3 atas anterolateral
Hasil : imunisasi Vit K1 pada paha kiri atas sudah diberikan
4. Membungkus tali pusat dengan kasa steril
Hasil: tali pusat sudah terbungkus dengan kasa
30

5. Menjaga kehangatan bayi dengan memakaikan pakaian bayi dan


menggedong bayi dengan kain
Hasil : Bayi sudah digedong dengan kain
6. Memberikan salep mata
Hasil: bayi sudah di berikan salep mata
7. Mengajari ibu cara menyusui bayi
Hasil: bayi menyusu dengan baik
8. Menganjurkan ibu untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya yaitu
dengan memberikan ASI eksklusif saja secara on demand, jika ASI belum
keluar tetap menyusui bayi karena hal tersebut dapat merangsang ASI ibu
Hasil : ibu mengerti dan memberikan ASI kepada bayinya.
31

CATATAN PERKEMBANGAN I

PENGKAJIAN

Tanggal 17 Agustus 2021 jam 17.00 WIB

S Ibu mengatakan bayi sudah bisa menetek dengan baik sejak


1 jam setelah lahir
O Keadaan umum : baik
Kesadaran : Composmentis
- Tanda-tanda vital :
N : 140 x/menit
T : 37ºC RR : 70x/menit
A By. Ny. R, Umur 6 Jam Jenis Kelamin Laki – laki Fase
Reaktifitas II
Masalah : Tidak ada masalah
Kebutuhan :
a. Pemberian imunisasi HB 0
b. Pemberian ASI
c. Lingkungan yang bersih, kering, dan hangat
d. Menjaga kebersihan bayi saat BAB dan BAK
e. Perawatan tali pusat agar tidak terjadi infeksi
P 1. Memberitahukan kepada ibu dan keluarga hasil
pemeriksaan dan bayi baru lahir dalam keadaan sehat.
Hasil : Ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan
dan keadaan bayi baru lahir sehat.
2. Memberitahu ibu bayinya mau di imunisasi Hb0 untuk
mencegah agar tidak terkena penyakit hepatitis
Hasil: Ibu bersedia bayinya di imunisasi Hb0
3. Memberikan imunisasi HB 0 untuk mencegah terjadinya
hepatitis pada bayi.
Hasil: Imunisasi telah diberikan
4. Menjaga kehangatan bayi yaitu dengan menutupi kepala
bayi dan membedong bayi dan menyelimuti bayi agar
bayi tidak terjadi hipotermi.
Hasil: Kehangatan bayi terjaga
5. Memberikan bayi pada ibu lagi dan Menganjurkan ibu
32

untuk menyusui bayinya sesering mungkin setiap 1 jam


sekali.
Hasil : Ibu sudah menyusui bayinya setiap 1 jam sekali
6. Mendokumentasikan kegiatan
Hasil: Kegiatan sudah didokumentasikan

CATATAN PERKEMBANGAN II
33

PENGKAJIAN
Tanggal 19 Agustus 2021 jam 09.00 WIB
S Ibu mengatakan bayi dalam keadaan sehat, bayi menyusu
dengan baik
Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola nutrisi : bayi menyusu setiap saat tanpa dijadwal
b. Pola eliminasi: bayi BAB 2x per hari, BAK 10x per
hari , warna jernih, bau khas
c. Pola istirahat : bayi tidur setiap saat, bangun hanya
karena lapar dan BAK/BAB
d. Pola aktivitas: bayi bergerak aktif dan sesekali menangis
kuat
O Keadaan umum : baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital :
N : 140 x/menit
T : 37ºC
RR : 83 x/menit
BB : 3000 gram
A By. Ny. R umur 3 hari neonatus normal
Masalah : Tidak ada masalah
Kebutuhan :
a. Lingkungan yang bersih, kering, dan hangat
b. Pemberian ASI
c. Kebutuhan nutrisi ibu dan bayi
P 1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu meliputi
keadaan umum, tanda- tanda vital bayi, BB dan
memberitahukan bahwa bayi dalam keadaan sehat dan
normal.
Hasil : Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan pada
bayi
2. Memberitahu ibu dan keluarga untuk selalu menjaga
kehangatan bayi
Hasil : Ibu dan keluarga bersedia mengikuti anjuran
34

3. Memberitahu ibu tentang perawatan bayi sehari – hari


diantaranya memberikan ASI saja sesuai keinginan bayi
setiap 2 – 3 jam, menjaga kehangatan dan kenyamanan
bayi, selalu memantau keadaaan bayi dan harus waspada
dengan tanda bahaya bayi baru lahir termasuk
pernafasan, suhu tubuh, warna kulit dan apabila bayi
mengalami tanda bahaya segera bawa ke pelayanan
kesehatan.
Hasil : ibu telah mengerti tentang perawatan bayi sehari
- hari
4. Mengkaji nutrisi pada bayi dengan cara menyusukan
bayi ke ibu.
Hasil : Bayi dapat menyusu dengan aktif dan baik,
seluruh areola masuk ke mulut bayi dan dagu
bayi menempel pada payudara ibu.
5. Mendokumentasikan asuhan yang sudah dilakukan di
dalam buku KIA.
Hasil : pendokumentasian sudah dilakukan
35

CATATAN PERKEMBANGAN III

PENGKAJIAN
Tanggal 24 Agustus 2021 jam 08.00 WIB
S Ibu mengatakan bahwa keadaan bayi baik, aktivitas dan
gerakan bayi aktif setiap hari, bayi menyusu dengan baik
setiap hari tanpa dijadwal dengan ASI saja.
Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola nutrisi : bayi menyusu sesering mungkin dan
hanya diberi ASI saja
b. Pola eliminasi : bayi BAB 3x/hari, warna
kuning, konsistensi lembek dan BAK 10 x/hari, warna
kuning jernih, bau khas. Tidak ada keluhan
c. Pola istirahat : bayi tidur + 15 jam/hari dan
lebih banyak begadang pada malam hari
d. Pola aktivitas : bayi bergerak aktif dan
sesekali menangis kuat
O Keadaan umum : baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital :
N : 120 x/menit
T : 37ºC
RR : 83 x/menit
BB : 3200 gram
A By. Ny. R umur 7 hari neonatus normal
Masalah : Tidak ada masalah
Kebutuhan :
a. Lingkungan yang bersih, kering, dan hangat
b. Pemberian ASI dan Tanda Bayi Cukup ASI
c. Konseling ASI Eksklusif
d. Konseling Imunisasi bayi usia 1 bulan pertama
P 1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu meliputi
keadaan umum, tanda- tanda vital bayi, BB dan
memberitahukan bahwa bayi dalam keadaan sehat dan
normal.
36

Hasil : Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan pada


bayi
2. Memberitahu ibu dan keluarga untuk selalu menjaga
kehangatan bayi.
Hasil : ibu dan keluarga telah bersedia mengikuti
anjuran
3. Menjelaskan kepada ibu tentang tanda bayi cukup ASI
yaitu ditandai dengan peningkatan berat badan sesuai
kurva pertumbuhan.
Hasil : ibu mengerti dengan penjelasan
4. Memastikan kembali agar ibu tetap menyusui bayinya
secara on demand (sesuai keinginan bayi)
Hasil : ibu bersedia melakukannya
5. Menganjurkan kepada ibu untuk ASI eksklusif selama 6
bulan penuh kepada bayinya tanpa tambahan makanan
apapun
Hasil : ibu bersedia melakukannya
6. Menganjurkan ibu untuk mengimunisasikan bayinya saat
usia bayi 1 bulan untuk mendapatkan imunisasi BCG di
posyandu atau puskesmas terdekat
Hasil : ibu besedia untuk mengimunisasikan bayinya
saat usia 1 bulan dan seterusnya
7. Mendokumentasikan asuhan yang sudah dilakukan di
dalam buku KIA
Hasil : pendokumentasian sudah dilakukan
37

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini, akan dibahas bagaimana kesenjangan antara teori bayi baru lahir

dengan kasus yang didapat. Pelaksanaan asuhan kebidanan bayi baru lahir sudah

sesuai dengan teori yang ada. Dimulai dari pengkajian hingga penatalaksanaan bayi

baru lahir. Untuk memperoleh data subyektif dilakukan pengkajian dengan anamnesa

dengan orangtua bayi. Selain itu, untuk memperoleh data obyektifnya dilakukan

berbagai pemeriksaan mulai dari keadaan umum, suhu, heart-rate, respiratory-rate,

apgar score , reflek pada bayi, BB, PB, LK, LD, LILA dan yang lainnya.

Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan, penulis akan membandingkan

Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir antara teori dengan yang terjadi dilapangan

atau lahan praktek. Pada teori, pengkajian harus ada tanggal, waktu dan tempat.

Harus adanya tanggal dan waktu agar pembaca mengerti kapan dilaksanakan

pengkajian tersebut dan data tersebut baru atau tidak. Sedangkan untuk tempatnya,

agar pembaca tahu pengkajian tersebut dilaksanakan dimana. Dalam praktek,

pengkajian sudah sesuai dengan teori. Pada bagian Identitas terbagi menjadi identitas

bayi dan Identitas orang tua. Identitas bayi terdiri dari Nama, tanggal / jam lahir dan

jenis kelamin. Untuk nama bayi dikaji agar mengetahui identitas bayi dan

meminimalisir terjadinya kesalahan. Sedangkan tanggal / jam lahir ditulis untuk

mengetahui kapan bayi tersebut itu lahir dan menentukan umur dari bayi tersebut.

Penulisan identitas bayi sudah sesuai dengan teori.

Pada data subjektif terdapat riwayat kehamilan ibu yang berisi umur

kehamilan, riwayat penyakit dalam hamil, kebiasaan selama hamil seperti merokok,

konsumsi alcohol, jamu-jamuan, narkoba, maupun obat-obatan bebas. Umur

kehamilan dikaji agar mengetahui apakah bayi baru lahir ini sudah cukup umur atau

belum. Karena jika lahir premature maka perlu perawatan yang lebih steril. Riwayat
38

penyakit dalam hamil dikaji untuk mengetahui keadaan ibu saat hamil sehat atau

tidak dan masih ada atau tidak sampai sekarang. Kebiasaan selama hamil seperti

merokok, konsumsi alcohol, jamu-jamuan, narkoba, maupun obat-obatan bebas dikaji

agar mengetahui kebiasaan kebiasaan ibu yang mungkin saat ini masih ada dan harus

di hilangkan karena bisa menimbulkan penyakit untuk diri sendiri dan orang lain

terutama bayi baru lahirnya. Riwayat natal tanggal lahir, BB, PB, Jenis kelamin,

Tunggal/Gemeli, lama persalinan kala I, kala II, dan komplikasi persalinan. Tanggal

lahir sebelumnya sudah ada pada bagian identitas. Berat badan dikaji untuk

mengetahui seterusnya apakah berat badan bayi baru lahir naik baik atau tidak.

Panjang badan bayi dikaji untuk mengetahui pertumbuhan bayi kelak dan bisa di

sinkronkan dengan berat badan bayi. Jenis kelamin sudah dikaji pada pengkajian.

Tunggal atau gemeli untuk mengetahui bayi tersebut lahir tunggal atau memiliki

kembaran. Lama persalinan kala I, kala II di kaji untuk mengetahui seberapa lama

persalinan ibu saat mengandung bayi ini. Komplikasi persalinan dikaji untuk

mengetahui ada atau tidak komplikasi yang terjadi saat persalinan.

Riwayat perinatal persalinan Apgar Score berbentuk tabel yang berisi waktu 1

menit, 5 menit pertama dan 5 menit kedua. Kepanjangan dari Appearance,Pulse,

Grimace, Activity, Respiratory dan Score. Ini di gunakan untuk menilai keadaan bayi

baru lahir dan bisa menentukan tingkat asfiksia yang mungkin ada pada bayi baru

lahir. Penilaiannya dilakukan pada 1 menit pertama, kemudian 5 menit pertama dan 5

menit kedua. Berikut ini adalah hasil APGAR Score yang dikaji oleh penulis. Dari

hasil pengkajian APGAR Score tersebut yaiu 9-9-10 dikatakan bayi tersebut tidak

asfiksia.

Pola kebiasaan sehari-hari berisi pola nutrisi, pola eliminasi, pola istirahat, dan

pola aktivitas antara pengkajian dilapangan dengan teori sudah sesuai. D ata objektif

berisi Pemeriksaan umum terdiri dari KU,Kesadaran, vital sign (N, RR dan S),

pengukuran antropometri (PB, BB, lingkar kepala, lingkar dada, dan lingkar lengan).
39

Pemeriksaan umum dikaji agar mengetahui bagaimana keadaan bayi saat itu.

Pemeriksaan umum sudah sesuai dengan teori. Status present terdiri dari pemeriksaan

head to toe (dari kepala sampai kaki). Ini dikaji untuk mengetahui keadaan bayi mulai

dari kepala sampai kaki. Status present sudah sesuai dengan teori.

Refleks-refleks bayi baru lahir yaitu Rooting reflek yaitu keadaan pada saat

pipi bayi disentuh maka bayi akan menoleh kearah datangnya rangsangan dan

membuka mulut untuk menemukan putting ibu. Sucking reflek yaitu keadaan pada

saat jari dimasukkan kedalam mulut bayi, ia akan mengembalikan respon menghisap

dengan mulut dan lidahnya. Grasp reflek yaitu keadaan pada saat meletakkan jari

ditelapak tangan bayi, maka ia akan memegang erat dan kuat. Moro reflek yaitu

keadaan pada saat bayi dikejutkan maka bayi akan melebarkan tangan dan jari-jarinya

kemudian lengannya akan turun kembali dan mengepalkan jari-jarinya. Tonic neck

reflek yaitu keadaan pada saat kepala bayi dimiringkan kesisi yang berlawanan maka

bayi akan memperpanjang lengan dan kaki ke sisi tersebut dan meregangkan lengan

dan kakinya kesisi berlawanan. Babinski reflek yaitu keadaan pada saat kaki bayi

disentuh dari tumit hingga kejarinya maka jari kakinya akan mengembangkan.

Pengkajian pada bagian ini antara yang dilapangan dengan teori sudah sesuai.

Pada bagian analisa terdiri dari analisa, masalah dan kebutuhan. Pada Asuhan

kebidanan pada Bayi Baru Lahir ini memiliki analisa sebagai berikut :

Analisa : By.Ny. R Umur 1 Jam Jenis Kelamin Laki – laki fase Tidur

Masalah : Tidak ada masalah.

Kebutuhan : Kehangatan tubuh bayi.

Pada bagian analisa antara teori dengan praktik sudah sesuai.

Untuk penatalaksanaan harus ada tanggal, jam dilaksanakan tindakan tersebut

dan hasil dari dilakukannya tindakan tersebut. Antara teori dengan praktik sebagian

besar sudah sesuai hanya saja penyampaian informasi tentang stimulasi tumbuh
40

kembang pada ibu dirasa masih kurang. Untuk penulisan penatalaksanaan ini sudah

sesuai dengan teori manajemen Varney.

Asuhan bayi baru lahir berikutnya yaitu pemberian salep mata eritromisin.

Pemberian antibiotik ini terbukti mencegah terjadinya konjungtivitis atau infeksi mata

bayi akibat proses persalinan normal. Menurut teori yang dikemukakan oleh

Prawirohardjo (2011), konjungtivitis bayi baru lahir terjadi pada bayi dengan ibu

yang menderita penyakit menular seksual seperti gonorea dan klamidia. Namun,

kejadian ini sebagian besar muncul pada 2 minggu pertama kehidupan bayi. Hal ini

telah sesuai dengan teori Prawirohardjo (2011), bayi baru lahir diberikan salep mata

dan injeksi vitamin K, dilanjutkan dengan penimbangan berat badan dan memandikan

bayi.

Pengukuran berat badan dan panjang badan bayi baru lahir perlu diketahui

oleh pihak keluarga dan tenaga kesehatan. Hal ini dilakukan agar kedua pihak dapat

mengetahui kondisi bayi normal dan sehat. Menurut Prawirohardjo (2011),

pengukuran panjang badan tidak perlu rutin dilakukan karena tidak banyak

berpengaruh terhadap asuhan bayi baru lahir. Selanjutnya, By. Ny. Rumur 1 jam tidak

segera dimandikan. Apabila bayi dimandikan segera setelah lahir, maka akan

mengakibatkan bayi mengalami hipotermia atau kedinginan. Hal ini sesuai dengan

teori Prawirohardjo (2011), bayi baru lahir akan mengalami kehilangan panas melalui

konduksi, konveksi, radiasi dan evaporasi. Sehingga, untuk mencegah terjadinya

mekanisme tersebut, diperlukan suhu ruang yang hangat ketika bayi akan dimandikan

yaitu > 250C.

Pada saat menyuntikkan HB 0 diperlukan peralatan Injeksi HB 0 dan kapas

DTT jangan menggunakan kapas alkohol. Sebelum melakukan penyuntikan jangan

lupa mengkunci tempat injeksi yang akan digunakan dengan merekatkan. Melakukan

desinfektan pada bagian 1/3 paha kanan atas yang akan disuntikkan. Setelah itu

menyuntikkan HB 0 pada paha bayi baru lahir. Dan jangan lupa membuang spuit
41

tersebut dan kapas sesuai dengan tempatnya seperti spuit dibuang di safety box.

Untuk catatan perkembangan penulis mengambil asuhan pada bayi baru lahir umur

2jam dan 6 jam. Secara garis besar semua pengkajian dari awal sampai

penatalaksanaan sudah sesuai antara teori dengan yang ada dilapangan.

Asuhan pada kunjungan neonatal ke II dan III ibu mengatakan tidak ada

keluhan pada bayinya. Bidan melakukan pemantauan tumbuh kembang bayi,

memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang pemenuhan kebutuhan

gizi bayi melalui ASI dan cara menyusui yang baik. Hal ini telah dilakukan bidan

dalam melakukan pemantauan tumbuh kembang bayi meliputi pengukuran

antropometri dan pemeriksaan tanda – tanda vital bayi. Pengukuran antropometri

dengan mengukur berat badan dan panjang badan, penulis tidak melakukan

pengukuran lingkar kepala, dada dan lengan bayi.


42

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan asuhan kebidanan bayi baru lahir fisiologis pada By. Ny. R

didapatkan kesimpulan bahwa :

1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data dasar melalui anamnesa secara

menyeluruh pada bayi baru lahir meliputi anamnesa dan pemeriksaan fisik

2. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa pada bayi baru lahir melalui

anamnesa yang telah dilakukan dan melakukan rencana asuhan yang akan

diberikan sesuai masalah/ kebutuhan

3. Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan bayi baru lahir pada By.

Ny. R selama periode kunjungan neonatal I - III berlangsung normal dan tidak

ada komplikasi.

4. Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan berkelanjutan melalui 3

kali intervensi bayi baru lahir yaitu 6 jam, 3 hari dan 7 hari dengan

penatalaksanaan sesuai kebutuhan

5. Secara keseluruhan asuhan bayi baru lahir fisiologis pada By. Ny. R tidak

memiliki kesenjangan antara teori dan kenyataan pada saat pengkajian,

perencanaan tindakan maupun penatalaksanaan asuhan kebidanan.

B. Saran

1. Bagi Pasien

Pasien sebaiknya lebih meningkatkan kunjungan hamil, bersalin, nifas sampai

dengan berakhirnya kunjungan neonatal jika ada keluhan yang dirasakan,

untuk deteksi dini terjadinya penyulit atau komplikasi dan segera

mendapatkan penanganan lebih lanjut. Serta menerapkan pendidikan


43

kesehatan yang telah diberikan oleh pemeriksa, untuk kesehatan ibu maupun

bayinya.

2. Bagi Mahasiswa

Mahasiswa sebaiknya memberikan asuhan sesuai dengan kebutuhan klien,

seperti memberikan pendidikan kesehatan secara lengkap tentang cara

menyusui yang benar, tanda bahaya bayi baru lahir, ASI Eksklusif serta

melakukan pemeriksaan tumbuh kembang sehingga asuhan yang diberikan

lebih optimal.

3. Bagi Institusi

Institusi pendidikan dapat lebih meningkatkan kualitas pengetahuan

mahasiswa dengan menjadikan laporan kasus kebidanan bayi baru lahir

sebagai bahan referensi tentang asuhan kebidanan bayi baru lahir fisiologis.

4. Bagi Puskesmas

Tenaga kesehatan di Puskesmas menambah wawasan dengan pengetahuan

yang baru, dalam memberikan asuhan kebidanan bayi baru lahir fisiologis

sesuai perkembangan teori terbaru.


44

DAFTAR PUSTAKA

Ai Nurasiah, S., & dkk. Asuhan Persalinan Normal Bagi Bidan. Bandung: PT Refika
Aditama; 2012.

Anita Lockhart RN. MSN, Dr. Lyndon Saputra. Asuhan Kebidanan Neonatus Normal
dan Patologis. Tangerang : Binarupa Aksara; 2014.

Anwar, Saifuddin. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Yogyakarta : Pustaka Pelajar; 2014.
Baety, Aprilia Nurul, Kehamilan dan Persalinan Panduan Praktik
Pemeriksaan.Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012

Cunningham F.G. Obstetri Williams Edisi 23 Vol 1. Jakarta : EGC; 2012.

Dwienda, dkk. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi/Balita dan Anak Prasekolah Untuk
Para Bidan. Yogyakarta: Deepublish; 2014.

Fitriyani, Risqi Dewi Aisyah, Suparni. Factors of Birth Wight Newborn: Mid Upper-
Arm Circumference, Haemoglobin, Weight Gain Pregnancy. Jurnal Kebidanan
Vol 10 No 1, 60-66 Tahun 2020, p-ISSN : 2089-7669;e-ISSN:2621-2870 :
http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/link.

Handayani, Desi. Buku Ajar Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: CV. Trans Info
Media; 2012.
Ilmiah, Widia Shofa. Asuhan Persalinan Normal. Yogyakarta : Nuha Medika; 2015.
Indah, Firdayanti, N. Manajemen Asuhan Kebidanan Internatal Pada Ny “N” Dengan
Usia Kehamilan Pretern Di RSUD Syekh Yusuf Gowa. Jurnal Widwifery, Vol
1 No 1 Tahun 2019.

Indrayani, D. Asuhan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: Trans Info Media;
2013.

JNPK-KR. Asuhan Persalinan Normal. (Adriaansz G, ed). Jakarta : Jaringan Nasional


Pelatihan Klinik; 2017.

Kemenkes RI. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Jakarta : Pusat Data dan
informasi Kemenkes RI; 2015

Lailiyana SKM, Ani Laila, SST, Isrowiyatun Daiyah, SST, & Ari Susanti, SST. Buku
Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Jakarta : EGC; 2012.

Marmi. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas “Puerperium Care”. Yogyakarta :


Penerbit Pustaka Pelajar; 2014.

Mufdlilah, Hidayat A dan Kharimaturrahmah I. Konsep Kebidanan Edisi Revisi.


Yogyakarta : Nuha Medika; 2012.
45

Nancy Olii, Tumathony Hiola. Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini Terhadap Penurunan
Suhu Tubuh Bayi Baru Lahir. Jurnal Ilmiah Bidan : ISSN : 2339 1731 (print),
2581-1029 (online), Volume 7 Nomor 2. Januari – Juni 2020.

Nugroho T, Nurrezki, Warnaliza D dan Wilis. Buku Ajar Askeb 1 Kehamilan.


Yogyakarta: Nuha Medika; 2014.

Prawirohardjo S. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan


Neonatal. Jakarta : PT Bina pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2011.

Purwoastuti E, dan Walyani ES. Panduan Materi Kesehatan Reproduksi Dan


Keluarga Berencana. Yogyakarta : Pustaka Baru Press; 2015.

Rahardjo, K & Marmi. Asuhan Neonatus Bayi, Balita Dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta :Pustaka Pelajar; 2015.

Reeder, S.J., Martin L.L & Koniak-Griffin, D. Keperawatan Maternitas : Kesehatan


Wanita, Bayi & Keluarga, Volume 2 Edisi 18. Jakarta : EGC; 2014.

Rohan HH., dan Siyoto S. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Nuha
Medika; 2013.

Romauli, Suryati. Buku Ajar Askeb I Konsep dasar Asuhan Kehamilan. Yogyakarta:
Nuha Medika, 2011.
Saifuddin,AB. Buku Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2014.

Saleha, S. Asuhan Kebidanan Neonates, Bayi Dan Balita. Makassar : Alauddin


University Press; 2012.

Sofian A. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetric, Obstetric Fisiologi, Obstetric Patologi,


Edisi 3, Jilid 1. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2012.
Sondakh Jenny J.S. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir. Jakarta :
Erlangga; 2017.

Sulistyawati, A dan Nugraheny, E. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin. Jakarta :


Salemba Medika; 2013.
Sutanto, Andina Vita dan Fitriana, Yuni. Asuhan Pada Kehamilan. Yogyakarta ;
Pustaka Baru; 2018

Tando, Naomy Marie. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Jakarta :
EGC; 2016.

Tresnawati, Frisca. Asuhan Kebidanan. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya, 2013.

Wahyuni,S. Asuhan Neonatus, Bayi Dan Balita. Penuntun Belajar Praktik Klinik.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2012.

Walyani, ES & Purwoastuti Th. Endang. Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi
Baru Lahir. Yogyakarta; 2015.
46

Williamson,A & Crozier K. Buku Ajar Asuhan Neonatus. Devi Yulianti (alih bahasa)
dan Sari Isnaeni (editor edisi bahasa Indonesia). Jakarta: Buku Kedokteran
EGC; 2013.

Anda mungkin juga menyukai