Anda di halaman 1dari 70

MAKALAH

PENDIDIKAN DALAM KEPERAWATAN

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas

Dosen Pengampu : Tri Ardhayani,S.Kep.,Ners.,MKM

Disusun oleh :

Adrianne Martha Mangempis /1440121010

Dea Siti Aisyah /144012100

Fenisa Alviana Farista /1440121003

Rima Rismayanti /1440121015

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

INSTITUT KESEHATAN IMMANUEL

BANDUNG

2023
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya. Adapun judul dari makalah ini adalah “Konsep Bayi Baru Lahir
Normal dan Asuhan Keperawatan Pada Bayi Baru Lahir”.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata
kuliah Keperawatan Maternitas yang telah memberikan tugas kepada kami. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam
pembuatan makalah ini.

Kami sadar masih banyak kekurangan didalam penyusunan makalah ini,


karena keterbatasan pengetahuan serta pengalaman kami. Untuk itu kami begitu
mengharapkan kritik dan saran serta pengalaman kami. Untuk itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini.

Bandung, 19 Maret 2023

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Tujuan...........................................................................................................5
1. Tujuan Umum............................................................................................5
2. Tujuan Khusus...........................................................................................6
D. Manfaat.........................................................................................................6
E. Sistematika Penulisan...................................................................................7
F. Metode Penulisan..........................................................................................7
BAB II......................................................................................................................8
TINJAUAN TEORITIS...........................................................................................8
A. Pengertian Perinatologi dan Neonatologi.....................................................8
B. Bounding Attachment.................................................................................10
C. Inisiasi Menyusui Dini (IMD).....................................................................11
D. Rooming in..................................................................................................13
E. Adaptasi BBL dan Intra-uterine ke ekstra-uterine......................................15
F. Tindakan dan prosedur yang segera dilakukan pada bayi baru lahir..........16
G. APGAR Score.............................................................................................19
H. Nutrisi dan Cairan.......................................................................................20
I. Antropometri Bayi Baru Lahir (BBL)........................................................24
BAB III..................................................................................................................27
PEMBAHASAN KASUS......................................................................................27
A. Pengertian....................................................................................................27
B. Anatomi Fisiologi.......................................................................................27

2
C. Etiologi........................................................................................................30
BAB IV..................................................................................................................67
PENUTUP..............................................................................................................67
A. Kesimpulan.................................................................................................67
B. Saran............................................................................................................68
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................68

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu indikator dalam menilai derajat kesehatan masyarakat
adalah AKI (Angka Kematian Ibu) dan AKB (Angka kematian Bayi).
Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan jumlah kematian bayi (0-1bulan)
per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB
menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang
berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan
antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan KB,
serta kondisi lingkungan dan sosial ekonomi. Apabila AKB di suatu
wilayah tinggi, berarti status kesehatan di wilayah tersebut rendah (Profil
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah , 2012 ).

Menurut Depkes RI (2007), bayi baru lahir normal adalah bayi


yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan
berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram. Bayi baru lahir mengalami
perubahan lingkungan dalam uterus ke luar uterus , maka bayi
memerlukan penyesuaian fisiologik seperti perubahan metabolik,
pernafasan dan sirkulasi agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-
baiknya. Bayi Baru Lahir memerlukan asuhan yang segera, cepat, tepat,
aman dan bersih. Sebagian besar proses persalinan terfokus pada ibu,
tetapi sehubungan dengan proses pengeluaran hasil kehamilan (bayi) maka
penatalaksanaan persalinan baru dikatakan berhasil jika ibu dan bayinya
dalam kondisi yang optimal. Oleh karena itu, perlu kontribusi dari perawat
terkait dengan pemberian asuhan segera setelah bayi lahir.

Beberapa penyebab kematian bayi baru lahir (BBL) yang


terbanyak disebabkan oleh kegawatdaruratan dan penyulit pada neonatus,
trauma lahir, kelainan kongenital dan hyperbilirubin. Selain itu, kurang

4
baiknya penanganan bayi baru lahir juga akan menyebabkan kelainan-
kelainan yang akan mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian.
Misalnya sebagai akibat hipotermi pada bayi baru lahir yang dapat
mengakibatkan cold stress yang selanjutnya dapat mengakibatkan
hipoksemia atau hipoglikemia dan mengakibatkan kerusakan otak. Contoh
lain misalnya kurang baiknya pembersihan jalan nafas waktu lahir dapat
menyebabkan masuknya cairan 3 lambung ke paru-paru yang
mengakibatkan kesulitan pernafasan, kekurangan zat asam, dan apabila hal
ini berlangsung terlalu lama dapat menimbun perdarahan otak, kerusakan
otak dan kemudian keterlambatan tumbuh kembang. Dan yang tidak kalah
penting adalah pencegahan terhadap infeksi yang dapat terjadi melalui tali
pusat pada waktu pemotongan tali pusat (Prawirohardjo, 2006).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dibuat suatu rumusan
masalah diantaranya ,yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan Bayi Baru Lahir ?
2. Bagaimana anatomi fisiologi dari Bayi Baru Lahir ?
3. Bagaimana etiologi dari Bayi Baru Lahir ?
4. Bagaimana patofisiologi pada Bayi Baru Lahir ?
5. Bagaimana penatalaksanaan pada Bayi Baru Lahir ?
6. Apa saja pemeriksaan diagnostic pada Bayi baru Lahir ?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum
Menjelaskan konsep bayi baru lahir normal dan dapat melakukan
asuhan keperawatan pada bayi baru lahir.

2. Tujuan Khusus
a. Mampu memberikan asuhan keperawatan kepada bayi baru lahir
dengan memperhatikan asuhan keperawatan bio-psiko-sosial-

5
kultural dan spiritual yang menjamin keselamatan klien (patient
safety) sesuai standar keperawatan.
b. Mampu memilih dan menggunakan peralatan dalam memberikan
asuhan keperawatan maternitas sesuai standar.
c. Mampu mengumpulkan data, menyusun, mendokumentasikan dan
menyajikan informasi asuhan keperawatan maternitas.

D. Manfaat
1. Bagi penulis
a. Meningkatkan dan menambah pengetahuan tentang asuhan
keperawatan bayi baru lahir.
b. Menambah keterampilan mahasiswa dalam menerapkan
manajemen keperawatan bayi baru lahir
2. Bagi institusi pendidikan
a. Sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan bagi mahasiswa
Diploma III Keperawatan khususnya yang berkaiatan dengan bayi
baru lahir
b. Menjadi kerangka acuan untuk melakukan studi kasus lebih lanjut
dan sebagai wahana dalam pengembangan diri dalam bidang
kognitif maupun keterampilan dalam pemberian asuhan
keperawatan pada bayi baru lahir
3. Tenaga kesehatan
Sebagai referensi oleh tenaga kesehatan khususnya perawat untuk
memberikan asuhan keperawatan pada bayi baru lahir.

E. Sistematika Penulisan
Untuk mendapat gambaran secara singkat dan menyeluruh
mengenai makalah ini, maka penulis memberikan sistematika uraian
sebagai berikut:
1. BAB I : Pendahuluan, berisi latar belakang, tujuan

6
penulisan, rumusan masalah, sistematika
penulisan dan metode penulisan.
2. BAB II : Tinjauan Teoritis
3. BAB III : Penutup, berisikan tentang kesimpulan dan
saran.

F. Metode Penulisan
Dalam melakukan penulisan ini ada beberapa metode yang dilakukan yaitu
:
1. Metode Deskripsi
Metode penelitian yang digunakan untuk menggambarkan masalah
yang terjadi pada masa sekarang atau yang sedang berlangsung,
bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang terjadi sebagaimana
mestinya.
2. Sumber dan Jenis Data
Data-data yang dipergunakan dalam penyusunan makalah ini berasal
dari berbagai literatur kepustakaan yang berkaitan dengan
permasalahan mengenai konsep bayi baru lahir. Beberapa jenis
referensi utama yang digunakan adalah jurnal imiah edisi online, dan
artikel ilmiah yang bersumber dari internet. Jenis data yang diperoleh
variatif, bersifat kualitatif maupun kuantitatif.

7
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Perinatologi dan Neonatologi

Perinatologi merupakan bagian dari ilmu kedokteran yang fokus


mendalami kehidupan janin-bayi sejak umur kehamilan 20 minggu - 28
hari setelah lahir (periode perinatal).Tujuan ilmu ini adalah menekan
kematian maternal, melahirkan anak yang sempurna
secara mental dan fisik dengan bantuan teknologi yang semakin
berkembang.

Masalah perinatologi dapat terjadi pada ibu maupun bayi.


Beberapa masalah yang biasanya dialami oleh ibu diantaranya pertama
masalah fisik, fisik ibu untuk menghadapi kehamilan perlu diperhatikan
sebab dikhawatirkan ibu memilikipenyakit keturunan atau infeksi selama
kehamilan yang nantinya akan mempengaruhi janin. Kedua adalah mental,
ibu perlu mempersiapkan mental dengan baik menghadapi kehamilan
hingga kelahiran seperti keyakinan, kepercayaan diri, dan ikhtiar berupa
doa. Ketiga adalah dokter kandungan, selama kehamilan ibu perlu
mempersiapkan dokter kandungan dalam upaya pemantauan
perkembangan janin sampai pada kelahiran.Terakhir persiapan tempat
kelahiran, mendekati hari kelahiran ibu dan keluarga perlu mempersiapkan
segala kebutuhan seperti tempat dan administrasi sehingga mempermudah
ibu ketika ibu memerlukan tindakan medis.

Selain itu, beberapa permasalahan yang dapat dialami bayi


diantaranya berat badan bayi rendah (Bayi Berat Lahir Rendah kurang dari
2500 gram) atau masuk kategori sangat rendah dengan berat kurang dari
1500 gram, posisi bayi yang tidak seharusnya, kelainan fisik yang
mungkin terjadi, tali pusat, dan Cairan Amniotik (AF) atau

8
cairan ketuban adalah cairan yang mengelilingi janin, pada usia 11 minggu
cairan ketuban hampir seluruhnya berupa urine janin.

Neonatologi adalah subspesialisasi pediatri yang terdiri dari


perawatan medis pada bayi yang baru lahir, terutama bayi baru lahir yang
sakit atau prematur. Neonatologi adalah spesialisasi yang berbasis
di rumah sakit, dan biasanya dipraktikkan di instalasi perawatan intensif
neonatal (NICU). Pasien utama neonatologi adalah bayi baru lahir yang
sakit atau memerlukan perawatan medis khusus karena kelahiran prematur,
berat badan lahir rendah, hambatan pertumbuhan intrauterin, malformasi
kongenital (cacat lahir), sepsis, hipoplasia paru atau asfiksia perinatal.

Instalasi Neonatus/Perinatologi merupakan salah satu unit yang


memberikan pelayanan kesehatan bagi semua bayi baru lahir, pelayanan
diberikan pada usia 0 – 28 hari terutama bayi dengan risiko tinggi.

B. Bounding Attachment

Bounding adalah proses pembentukan sedangkan attachment


(membangun ikatan) jadi bounding attachment adalah sebuah peningkatan
hubungan kasih sayang dengan keterikatan batin antara orangtua dan bayi.
Hal ini merupakan proses dimana sebagai hasil dari suatu interaksi terus-
menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat saling mencintai
memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling membutuhkan.
Bonding attachment terjadi pada kola IV, dimana diadakan kontak
antara ibu-ayah-anak dan berada dalam ikatan kasih.
Menurut Brazelton (1978), bonding merupakan suatu ketertarikan
mutual pertama antar individu, misalnya antara orang tua dan anak, saat
pertama kali mereka bertemu. Attachment adalah suatu perasaan
menyayangi atau loyalitas yang mengikat individu dengan individu lain.
Sedangkan menurut Nelson dan May (1996). Attachment
merupakan ikatan antara individu meliputi pencurahan perhatian serta
adanya hubungan emosi dan fisik yang akrab.

9
Menurut Klaus, Kenell (1992). Bonding attachment bersifat unik,
spesifik, dan bertahan lama. Mereka juga menambahkan bahwa ikatan
orang tua terhadap anaknya dapat terus berlanjut bahkan selamanya walau
dipisah oleh jarak dan waktu dan tanda-tanda keberadaan secara fisik tidak
terlihat.
Menurut Saxton dan Pelikan, (1995).Bounding adalah suatu
langkah untuk mengungkapkan perasaan afeksi (kasih sayang) oleh ibu
kepada bayinya segera setelah lahir. Attachment adalah interaksi antara ibu
dan bayi secara spesifik sepanjang waktu. Maternal Neonatal
Health/Bounding attachment adalah kontak dini secara langsung antara ibu
dan bayi setelah proses persalinan, dimulai pada kala III sampai dengan
post partum.

C. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

Menurut Depkes 2010 dalam Maryunani (2012) menyatakan


bahwa Inisiasi Menyusu Dini merupakan proses dimana bayi mulai
menyusu sendiri segera setelah lahir. Pada satu jam pertama bayi harus
disusukan pada ibunya, bukan untuk pemberian nutrisi saja melainkan
untuk belajar menyusu atau membiasakan menghisap puting susu dan
mempersiapkan ibu agar mulai memproduksi ASI kolostrum.
Manfaat Inisiasi Menyusu Dini Menurut Anik Maryunani (2012)
manfaat Inisiasi Menyusu Dini dapat dijelaskan secara umum dan khusus
yaitu:
Manfaat Inisiasi Menyusu Dini Secara Umum :
1. Mencegah hipotermia karena dada ibu menghangatkan bayi dengan
tepat selama bayi merangkak mencari payudara.
2. Bayi dan ibu menjadi lebih tenang, tidak stres, pernapasan dan detak
jantung lebih stabil, dikarenakan oleh kontak antara kulit ibu dan bayi.
3. Imunisiasi Dini. Mengecap dan menjilat permukaan kulit ibu sebelum
mulai mengisap puting adalah cara alami bayi mengumpulkan bakteri-

10
bakteri baik yang ia perlukan untuk membangun sistem kekebalan
tubuhnya.

Manfaat Inisiasi Menyusu Dini Secara Khusus

1. Manfaat untuk Ibu


a. Meningkatkan hubungan khusus ibu dan bayi
b. Merangsang kontraksi otot rahim sehingga mengurangi resiko
perdarahan sesudah melahirkan
c. Memperbesar peluang ibu untuk memantapkan dan
melanjutkan kegiatan menyusui selama masa bayi
d. Mengurangi stres ibu setelah melahirkan
e. Mencegah kehamilan
f. Menjaga kesehatan ibu

2. Manfaat untuk Bayi


a. Mempertahankan suhu bayi tetap hangat
b. Menenangkan ibu dan bayi serta meregulasi pernafasan dan
detak jantung
c. Kolonisasi bakteri dan usus bayi dengan bakteri badan ibu
yang normal (bakteri yang berbahaya dan menjadikan tempat
yang baik bagi bakteri yang menguntungkan) dan
mempercepat pengeluaran kolostrum sebagai antibody bayi.
3. Manfaat secara Psikologis
a. Adanya ikatan emosi (emotional bonding)
b. Hubungan ibu – bayi lebih erat dan penuh kasih sayang.
c. Ibu merasa lebih bahagia.
d. Bayi lebih jarang menangis.
e. Ibu berperilaku lebih peka (affectionately).
f. Lebih jarang menyiksa bayi (child abused).
g. Perkembangan: anak menunjukkan uji kepintaran yang lebih
baik di kemudian hari.

11
Langkah – Langkah Inisiasi Menyusu Dini Menurut Anik
Maryunani (2012) langkah – langkah Inisiasi Menyusu Dini dapat
dilakukan pada persalinan spontan maupun seksio sesar bahkan dapat juga
pada bayi yang lahir kembar dan prematur. Langkah – langkahnya adalah
sebagai berikut :

1. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu di kamar bersalin.


Dalam menolong ibu melahirkan disarankan untuk mengurangi/tidak
menggunakan obat kimiawi.
2. Bayi lahir, segera dikeringkan secepatnya terutama kepala, kecuali
tangan, tanpa menghilangkan vernix mulut dan hidung bayi
dibersihkan, tali pusat diikat.
3. Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, bayi ditengkurapkan di dada –
perut ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu dan mata bayi
setinggi puting susu. Keduanya diselimuti, bayi dapat diberi topi.
4. Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi. Biarkan bayi
mencari puting sendiri.

D. Rooming in
1. Pengertian
Rawat gabung adalah membiarkan ibu dan bayinya bersama terus
menerus. Pada rawat gabung / rooming-in bayi diletakkan di box bayi
yang berada di dekat ranjang ibu sehingga mudah terjangkau. Ada satu
istilah lain, bedding-in, yaitu bayi dan ibu berada bersama-sama di
ranjang ibu.
2. Manfaat rawat gabung
a. Mempercepat mantapnya dan terus terlaksananya proses menyusui.
b. Dengan rawat gabung ibu dapat memberi ASI sedini mungkin, juga
lebih mudah memberikan ASI. Adanya kontak terus menerus
antara ibu dan bayinya memungkinkan ibu segera mengenali tanda-
tanda bayinya ingin minum sehingga ibu/bayi dapat
menyusui/menyusu on demand. Ibu yang melakukan rawat gabung

12
menghasilkan ASI yang lebih banyak, lebih dini, menyusui lebih
lama, dan lebih besar kemungkinannya menyusui eksklusif
dibandingkan ibu yang tidak melakukan rawat gabung.
c. Memungkinkan proses bonding
d. Rawat gabung akan meningkatkan ikatan batin antara ibu dan
bayinya. Makin banyak waktu ibu bersama bayinya, makin cepat
mereka saling mengenal. Ibu siap memberikan respon setiap saat.
Rawat gabung juga menurunkan hormon stres pada ibu dan bayi.
e. Menurunkan biaya
f. Pihak rumah sakit dapat menekan biaya karena tidak perlu
membangun dan memelihara ruang bayi sehat, tidak perlu
mengeluarkan gaji untuk petugas ruang bayi sehat, juga biaya yang
harus dikeluarkan bila bayi menjadi sakit dapat dikurangi. Turn
over lebih cepat.
g. Peralatan minimal
Bila dilakukan bedding-in maka akan mengurangi pembelian boks
bayi. Tidak memerlukan botol susu.
h. Tidak ada tambahan tenaga
Tidak perlu menambah tenaga untuk ruang bayi sehat, karena
untuk rawat gabung dapat memanfaatkan tenaga yang sudah ada di
ruang nifas.
i. Menurunkan infeksi
Adanya kontak kulit dengan kulit antara bayi dan ibunya
memungkinkan bayi terpapar pada bakteri-bakteri normal pada
kulit ibu, yang dapat melindungi bayi terhadap kumankuman
berbahaya. Kolostrum yang mengandung banyak antibodi, yang
segera didapat bayi, juga melindungi bayi terhadap penyakit
infeksi.
Keuntungan untuk bayi
a. Bayi yang dirawat gabung akan lebih jarang menangis, lebih
mudah ditenangkan, lebih banyak tidur. Mereka minum lebih

13
banyak dan berat badannya lebih cepat naik. Ikterus lebih jarang
terjadi. Bayi juga lebih hangat karena berada dalam kontak terus
menerus dengan kulit ibunya.
b. Melatih keterampilan ibu merawat bayinya sendiri
Tindakan perawatan bayi yang dilakukan di dekat ibunya akan
membantu ibu untuk melatih ketrampilan merawat bayinya
sendiri, sehingga pada saat pulang ibu sudah tidak canggung lagi
merawat bayinya. Hal ini dapat meningkatkan rasa percaya diri
ibu.

E. Adaptasi BBL dan Intra-uterine ke ekstra-uterine

Beberapa saat dan beberapa jam pertama kehidupan ekstrauterine


adalah salah satu masa yang paling dinamis dari seluruh siklus kehidupan.
Pada saat lahir, bayi baru lahir berpindah dari ketergantungan total ke
kemandirian fisiologis. Proses perubahan yang rumit ini dikenal sebagai
periode transisi I. Perubahan Pernafasan Sistem pernafasan adalah sistem
yang paling tertantang ketika perubahan dari lingkungan intrauterine ke
lingkungan ekstrauterine, bayi baru lahir harus segera mulai bernafas
begitu lahir ke dunia. Organ yang bertanggung jawab untuk oksigenasi
janin sebelum bayi lahir adalah plasenta. Janin mengembangkan otot-otot
yang diperlukan untuk bernafas dan menunjukkan gerakan bernafas
sepanjang trimester kedua dan ketiga. Alveoli berkembang sepanjang
gestasi, begitu juga dengan kemampuan janin untuk menghasilkan
surfaktan, fosfolipid yang mengurangi tegangan permukaan pada tempat
pertemuan antara udara-alveoli. Ruang interstitial sangat tipis sehingga
memungkinkan kontak maksimum antara kapiler dan alveoli untuk
pertukaran udara.Janin cukup bulan mengalami penurunan cairan paru
pada hari-hari sebelum persalinan dan selama persalinan. Itu terjadi
sebagai respons terhadap peningkatan hormon stress dan terhadap
peningkatan protein plasma yang bersirkulasi. Pada saat lahir hingga 35%
cairan paru janin hilang.Upaya mengambil nafas pertama dapat sedikit

14
dibantu dengan penekanan toraks yang terjadi pada menit-menit terakhir
kehidupan janin. Tekanan yang tinggi pada toraks ketika janinmelalui
vagina tiba-tiba hilang ketika bayi lahir. Cairan yang mengisi mulut dan
trakea keluar sebagian dan udara mulai mengisi saluran trakea.
Beberapa perubahan fisiologis pada transisi fetal neonatal antara lain
adalah :
a. Sebelum lahir, paru terisi cairan dan oksigen yang dipasok oleh
plasenta. Pembuluh darah yang memasok dan mengaliri paru
mengalami kontraksi sehingga sebagian besar darahdari sisi kanan
jantung melewati paru dan mengalir melalui duktus arteriosus menuju
aorta
b. Sesaat sebelum lahir dan selama persalinan, produksi cairan paru
berkurang
c. Selama menuruni jalan lahir, dada bayi tertekan dan sejumlah cairan
paru keluarmelalui trakea
d. Sejumlah rangsangan (stimulus) baik yang bersifat termal, kimiawi,
maupun taktil memulai terjadinya pernafasan
e. Tarikan nafas pertama biasanya terjadi dalam beberapa detik pasca
lahir. Tekanan intratoraks yang tinggi diperlukan untuk mencapai hal
ini. Sebagian besar cairan paru terserap ke dalam aliran darah atau
limfatik dalam beberapa menit setelah lahir
f. Pengisian udara ke dalam paru disertai dengan peningkatan tegangan
oksigen arterial, aliran darah arteri pulmonalis meningkat dan
resistensi vaskuler pulmonal kemudian turung. Penjepitan tali pusat
menghilangkan sirkulasi plasenta yang memiliki resistensi rendah.
Keadaan ini menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler perifer dan
peningkatan tekanandarah sistemikh. Terdapat penutupan fungsional
duktus arteriosus akibat penurunan resistensi vaskular pulmonal dan
peningkatan resistensi vaskular sistemik.

15
F. Tindakan dan prosedur yang segera dilakukan pada bayi baru lahir
1. Sedot lendir
Saat bayi baru lahir, dokter atau tim medis akan segera menyedot atau
mengisap mulut serta hidungnya menggunakan alat khusus untuk
membersihkan lendir dan cairan ketuban agar ia dapat bernapas
sendiri.
Setelah itu, tubuh bayi juga akan dibersihkan dari sisa-sisa lendir yang
menempel di tubuhnya dan dikeringkan menggunakan kain lembut.
Bayi yang baru lahir tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikan
suhu tubuh mereka dengan baik, jadi sangat penting untuk memastikan
bayi Anda tetap hangat dan kering.
2. Tes APGAR
Bersamaan dengan proses pengisapan dan pengeringan bayi, dilakukan
pula tes APGAR. Tes ini dilakukan guna menilai keadaan bayi pada
menit pertama dan menit kelima setelah tali pusat dipotong. Penilaian
dilakukan berdasarkan denyut jantung, pernapasan, tonus otot, refleks
gerak, dan warna kulit.
Nilai APGAR berkisar dari 0 sampai 10. Bayi yang mendapatkan nilai
di atas 7, umumnya bayi dianggap sehat. Sebagian besar bayi
mendapat nilai 8 atau 9. Jika bayi Anda baik-baik saja, bayi akan
ditunjukkan sebentar pada sang ibu dan kemudian dokter akan
dilakukan perawatan lanjutan untuknya. Namun, jika bayi Anda
mendapatkan hasil tes APGAR yang rendah, dokter akan segera
mencari tahu penyebabnya akan segera dilakukan pengujian lebih
lanjut hingga masalah bisa teratasi.
3. Ditimbang dan diukur panjangnya
Kurang dari setengah jam pasca dilahirkan, bayi umumnya akan segera
ditimbang berat badannya. Ini dilakukan guna mencegah pengukuran
yang tidak tepat akibat penguapan cairan pada tubuh bayi yang terjadi
karena perubahan suhu.

16
Berbeda dengan pengukuran berat badan lahir yang harus dilakukan
segera, pengukuran tinggi badan dan lingkar kepala justru tidak harus
dilakukan pada saat itu juga. Jadi, tenaga ahli medis mungkin dapat
mengukur tinggi badan serta lingkar kepala bayi beberapa jam
kemudian.
4. Inisiasi Menyusu Dini
Setelah memastikan keadaan bayi baik-baik saja, proses selanjutnya
adalah inisiasi menyusu dini (IMD). IMD adalah pemberian ASI
segera setelah bayi dilahirkan, biasanya dalam waktu 30 menit sampai
satu jam setelah bayi lahir. Prosedur ini dilakukan dengan cara
meletakkan bayi di dada ibu di mana bayi dibiarkan dalam keadaan
telanjang sehingga terjadi interaksi dari kulit ke kulit atau skin to skin
contact. Kemudian, bayi dibiarkan mencari sendiri dan mendekati
puting susu ibu untuk melakukan proses menyusui pertama kali.
Selama proses ini berlangsung, disarankan untuk tidak membantu bayi,
atau sengaja mendorong bayi mendekati puting ibu. Biarkan
keseluruhan proses interaksi antara ibu dan bayi yang baru lahir
berjalan secara alami. Proses inisiasi menyusui dini dapat berlangsung
selama bayi masih mengisap puting ibu dan akan selesai sendiri ketika
bayi melepaskan isapan dari puting ibu.
5. Dioleskan salep mata
Bayi Anda juga umumnya akan diberikan salep mata antibiotik untuk
mencegah infeksi mata dari jalan lahir. Prosedur ini umumnya dapat
ditunda hingga satu jam, sehingga Anda punya kesempatan untuk
menyusui terlebih dahulu. Dulu salep mata yang digunakan
mengandung zat perak nitrat. Sayangnya, salep mata dengan
kandungan senyawa tersebut justru membuat mata bayi panas.
Sebagai gantinya, dokter menggunakan eritromisin yang jauh lebih
aman dibanding perak nitrat. Meski untuk mencegah terjadinya infeksi
di jalan lahir, prosedur ini juga biasanya dilakukan pada bayi yang
lahir dari operasi caesar.

17
6. Pemberian vitamin K1 dan vaksin hepatitis B
Sistem pembekuan darah bayi yang baru lahir masih belum sempurna
sehingga meningkatkan risiko mengalami perdarahan setelah
dilahirkan.
7. Dimandikan
Setelah suhu bayi stabil setidaknya selama beberapa jam, seorang
perawat akan memandikan bayi menggunakan air hangat suam-suam
kuku. Biasanya, proses memandikan bayi ini akan memakan waktu
yang sedikit agak lama karena bekas lapisan lemak yang menempel
pada kulit bayi sulit untuk dibersihkan. Terutama apabila lapisan
lemaknya cukup tebal. Bayi kemudian akan dikeringkan dan
dipakaikan pakaian serta dibedong guna memastikan tubuhnya hangat.
8. Cap telapak kaki
Sebelum bayi keluar dari ruang bersalin, perawat akan melakukan cap
telapak kaki sebagai identitas bayi, agar tidak tertukar. Sebagian besar
rumah sakit dan klinik bersalin akan membuat dua salinan cap telapak
kaki. Satu untuk arsip rumah sakit dan yang lainnya untuk dokumen
pribadi keluarga. Prinsip penanganan PBL.

G. APGAR Score

Inti dari dilakukannya tes Apgar score ini adalah untuk memberi
tahu dokter seberapa baik kondisi bayi baru lahir beralih ke kehidupan di
luar rahim.

Mengutip Journal of Clinical Epidemiology, terlepas dari kemajuan


teknologi modern, Apgar score tetap menjadi alat terbaik untuk
mengidentifikasi kondisi bayi baru lahir.

Berikut merupakan tabel kondisi bayi baru lahir yang dapat diketahui
melalui tes skor Apgar:

18
Warna Kulit (Appereance)

 Nilai 0: Seluruhnya biru


 Nilai 1: Warna kulit tubuh normal merah muda, tetapi tangan dan
kaki kebiruan (akrosianosis)
 Nilai 2: Warna kulit tubuh, tangan, dan kaki normal merah muda.
Tidak ada sianosis.

Denyut Jantung (Pulse)

 Nilai 0: Tidak ada


 Nilai 1: <100 kali/menit
 Nilai 2: >100 kali/menit

Respons Refleks (Grimance)

 Nilai 0: Tidak ada respons terhadap stimulasi


 Nilai 1: Menangis lemah/ meringis saat distimulasi
 Nilai 2: Bersin/meringis/batuk saat stimulasi saluran napas

Tonus Otot (Activity)

 Nilai 0: Lemah/tidak ada gerakan


 Nilai 1: Sedikit gerakan
 Nilai 2: Bergerak aktif

Pernapasan (Respiration)

 Nilai 0: Tidak ada


 Nilai 1: Lemah/tidak teratur
 Nilai 2: Menangis kuat, pernapasan baik dan teratur

Jika total Apgar score berada pada angka 7-10, dapat dikatakan bahwa
kondisinya normal dan tidak membutuhkan perhatian medis lebih lanjut.

19
H. Nutrisi dan Cairan

Untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal


bayi baru lahir harus mendapat cairan dan elektrolit, kalori (karbohidrat,
protein, lemak), vitamin dan mineral yang sesuai dengan kebutuhan.

1. Energi
Umumnya bayi baru lahir untuk dapat tumbuh memerlukan kalori 50-
60 kkal/kg BB/hari (to maintain weight) dan 100-200 kkal/kg BB/hari
(to induce weight-gain).
2. Karbohidrat
Sumber utama karbohidrat berasal dari glukosa. Untuk mencegah
terjadinya hipoglikemia, kebutuhan yang diperlukan untuk bayi cukup
bulan adalah 6-8 mg/kg BB/menit dan bayi kurang bulan adalah 4
mg/kg BB/menit, dapat ditingkatkan 0,5-1 mg/kg BB/menit setiap hari
sampai 12-14 mg/kg BB/menit dalam 5-7 hari. Kebutuhan akan
meningkat pada keadaan stress (misalnya : sepsis, hipotermia) atau
bayi dengan ibu Diabetes Mellitus.
3. Protein
Pemberian protein biasanya dimulai dalam 48 jam pemberian nutrisi
parenteral dan diberikan dalam bentuk asam amino sintetik. Dosis
yang dianjurkan adalah sebagai berikut :
a. Neonatus dengan BB < 1000 g Pemberian awal dengan 0,5-1 g/kg
BB/hari, kemudian ditingkatkan lagi 0,25-0,5 g/kg BB/hari sampai
mencapai 2,5-3,5 g/kg BB/hari dan asam amino 2-2,5 g/kg
BB/hari.
b. b. Neonatus dengan BB > 1000 g Pemberian awal dengan dosis 1
g/kg BB/hari, kemudian ditingkatkan 1 g/kg BB/hari sampai
mencapai 1,5-3,5 g/kg BB/hari.
4. Asam amino
a. Mencegah katabolisme asam amino

20
b. Pengenalan yang cepat melalui TPN memberikan keseimbangan
nitogen yang positif
c. Menurunkan frekuensi dan tingkat keparahan dari hiperglikemia
neonatal dengan merangsang sekresi insulin endogen dan
merangsang pertumbuhan meningkatkan pelepasan insulin dan
insuline-like growth factor
5. Lemak
Pemberian lemak dapat menggunakan emulsi lemak 10% yang
mengandung 10 g trigliserida dan 1,1 kkal/ml atau 20% yang
mengandung 20 g trigliserida dan 2 kkal/ml. Kebutuhan lemak pada
pemberian NPT adalah sebagai berikut :
a. Nonatus dengan BB < 1000 g Pemberian awal 0,5 g/kg BB/hari,
kemudian ditingkatkan 0,25-0,5 g/kg BB/hari sampai mencapai 2-
2,5 g/kg BB/hari.
b. Neonatus dengan BB > 1000 g Pemberian awal di mulai dengan
dosis 1 g/kg BB/hari, kemudian ditingkatkan 1 g/kg BB/hari
sampai mencapai 3 g/kg BB/hari.

Untuk perkembangan otak diperlukan asam lemak rantai panjang


seperti asam linoleat dan asam arakhidonat. Pada bayi kurang bulan
dan Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) sering defisiensi asam
lemak. Manifestasi klinis defisiensi asam lemak antara lain :
dermatitis, pertumbuhan rambut yang buruk, trombositopenia, gagal
tumbuh dan mudah terjadi infeksi.

Pada pemberian lemak, harus dilakukan monitoring terhadap kadar


trigliserida darah, pemberian harus dikurangi jika kadar trigliserida >
150 mg/dl. Hati-hati pemberian lemak pada bayi dengan penyakit
paru atau hati.

Pemberian infus lemak harus di hentikan, jika terjadi :


a. Sepsis

21
b. Trombositopenia (< 50.000/mm3 )
c. Asidosis (pH < 7,25)
d. Hiperbilirubinemia

6. Vitamin dan mineral


Dapat diberikan multivitamin intravena yang berisi gabungan
vitamin yang larut dalam lemak dan air. Sediaan yang hanya larut
dalam air, dapat ditambahkan pada larutan glukosa dan yang larut
dalam lemak, dapat ditambahkan pada larutan lemak.
Pemberian vitamin A dapat diberikan sejak awal, karena
vitamin A penting untuk pertumbuhan jaringan, sintesa protein,
diferensiasi epitel dan juga diduga dapat mengurangi insidensi
displasia bronkopulmonal. Pemberian vitamin B12 setelah bayi
berusia bayi berusia 1 bulan.

Walaupun unsur mineral didalam tubuh jumlahnya sangat


sedikit (< 0,01%), tetapi diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan. The American Society for Clinical Nutrition
menganjurkan pemberian unsur kelumit setelah pemberian NPT
selama 4 minggu, tetapi seng (zinc) dapat diberikan lebih awal.

7. Cairan

Tabel 1 : Kebutuhan cairan inisial pada neonates

Berat Badan Jumlah cairan (ml/kg BB/ hari)


(kg)
<24 jam 24-28 jam >48 jam

<1,0 100-150 120-150 140-190


1,0-1,5 80-100 100-120 120-160
>1,5 60-80 80-120 120-160

8. Elektrolit

22
Tabel 2 : Kebutuhan elektrolit yang dianjurkan pada neonates

Elektrolit Dosis harian yang dianjurkan (meq/kg/BB)


Kalium 1-4
Natrium 2-5
Klorida 1-5
Kalsium 3-4
Magnesium 0,3-0,5
Fosfor 1-2 mmol/kg

I. Antropometri Bayi Baru Lahir (BBL)

Parameter pengukuran antropometrik sering digunakan untuk


status gizi antara lain adalah berat badan, tinggi atau panjang badan,
lingkar kepala, lingkar dada, lapisan lemak di bawah kulit, lingkar lengan
atas, dan lain-lain. Dalam penggunaan antropometri sebagai pengukuran
status gizi, perlu dipahami terkait konsep dasar pertumbuhan (Wiyono,
2016).
1. Antropometri Sebagai Indikator Status Gizi
Status gizi dan indikator status gizi, keduanya mempunyai
definisi berbeda. Status gizi adalah kondisi yang ditimbulkan oleh
keseimbangan antara asupan gizi dan kebutuhan tubuh, sementara
indikator status gizi tidak hanya mencerminkan asupan gizi tetapi juga
terkait dengan pengaruh gizi eksternal, misalnya aktivitas atau penyakit.
Sehingga, indikator status gizi dikategorikan sensitif namun tidak selalu
spesifik (Nurlinda, 2014).
Antropometri digunakan sebagai indikator status gizi karena beberapa
alasan yakni sebagai berikut.
a. Agar pertumbuhan anak berlangsung baik diperlukan gizi seimbang
antara kebutuhan dengan asupan gizinya.
b. Gizi yang tidak seimbang dapat menyebabkan gangguan
pertumbuhan.

23
c. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat,
sebaliknya kelebihan gizi dapat menimbulkan kegemukan dan
gangguan metabolisme tubuh (Supariasa, 2016).

2. Parameter Pengukuran Antropometri pada Bayi Baru Lahir


Beberapa parameter antropometri yang umumnya diukur pada tubuh
manusia dalam menentukan status gizi yakni berat badan, tinggi badan,
lingkar dada, lingkar kepala, lingkar lengan atas, dan ukuran lainnya.
Hasil ukur antropometri tersebut selanjutnya dirujukkan pada standar
atau rujukan pertumbuhan manusia (Nagmoti, 2015).

a. Berat Badan
Berat badan merupakan komposisi pengukuran ukuran total
tubuh, yakni menggambarkan jumlah lemak, protein, air, dan
mineral yang terdapat di dalam tubuh.

b. Tinggi Badan atau Panjang Badan


Tinggi atau panjang badan merupakan satuan tinggi atau panjang
dari pangkal kaki sampai ujung kepala. Tinggi badan atau panjang
badan menggambarkan keadaan ukuran skeletal sebagai
manifestasi dari asupan gizi. Sehingga tinggi atau panjang badan
digunakan sebagai parameter antropometri untuk menggambarkan
pertumbuhan linier.
Panjang badan bayi baru lahir normal adalah 48-52 cm.
Pengukuran pada anak 0-2 tahun menggunakan ukuran panjang
badan, sedangkan untuk anak lebih dari 2 tahun menggunakan
microtoise.

c. Lingkar kepala
Untuk mengetahui pertumbuhan otak dipakai lingkar kepala.
Lingkar kepala pada bayi dan anak menggambarkan volume

24
intrakranial. Meskipun tidak sepenuhnya mencerminkan volume
otak. Pengukuran ini adalah prediktor terbaik untuk mengetahui
perkembangan saraf anak dan pertumbuhan otak secara
keseluruhan (Wiyono, 2016).
Lingkar kepala lahir normal adalah kisaran pada 32-37 cm. Sesuai
dengan rujukan Centers for Disease Control and Prevention (CDC)
2000, lingkar kepala ideal bayi baru lahir laki-laki adalah 36 cm,
bertambah pada umur 3 bulan mencapai 41 cm. Sedangkan ukuran
lingkar kepala ideal bayi perempuan adalah 35 cm, meningkat
menjadi 40 cm pada umur 3 bulan. Pada umur 4-6 bulan akan
meningkat 1 cm per bulan, dan pada usia 6-12 bulan 0,5 cm
bertambah per bulan (Supariasa, 2016).

Lingkar kepala diukur dengan cara melingkarkan pita pengukur


melalui bagian paling menonjol di bagian belakang kepala
(protuberantia occipitalis) ke dahi (glabella). Saat pengukuran
lingkar kepala, sisi pita yang menunjukkan centimeter terletak di
bagian dalam guna tidak meningkatkan kemungkinan subjektivitas
dari pengukur. Selanjutnya sesuaikan dengan standar pertumbuhan
lingkar kepala (Harjatmo, 2017).

d. Lingkar Dada
Menimbang bayi baru lahir adalah metode terbaik untuk deteksi
dini berat bayi lahir rendah / BBLR. Tetapi, tidak selamanya
tersedia alat penimbangan yang akurat tersedia di lapangan,
sehingga pengukuran Lingkar Dada (LiDa) segera setelah
kelahiran bayi dilakukan. Lingkar ini dapat digunakan sebagai
pengganti hasil ukur berat lahir dalam mendeteksi BBLR. Ambang
batas lingkar dada normal pada bayi baru lahir adalah 30 – 38 cm
(Harjatmo, 2017).

25
26
BAB III

PEMBAHASAN KASUS

A. Pengertian
Pengetian bayi baru lahir (BBL) Bayi baru lahir normal adalah
merupakan bayi yang lahir dari usia kehamilan genap antara 37 minggu
sampai dengan 42 minggu dengan berat badan lahir antara 2500 gram
sampai 4000 gram (Noordiati, 2018). Pada BBL atau neonatus adalah
dimana pada kelahiran bayi pada usia 0 sampai dengan 28 hari tersebut,
dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan di dalam rahim
menuju luar rahim dan terjadi pematangan pada sistem organ (Kemenkes
RI, 2020).

B. Anatomi Fisiologi
1. Sistem Pernapasan
Perkembangan system pulmoner, keadaan yang mempercepat proses
maturasi paru-paru.
a. Taksemia
b. Hipertensi
c. Diabetes Berat
d. Infeksi
e. Ketuban Pecah dini
f. Insufisiensi plasenta
Keadaan diatas akan mengakibatkan stress berat pada janin,hal ini
dapat menimbulkan rangsangan untuk pematangan paru-paru.
2. Jantung dan Sirkulasi darah
Di dalam rahim darah yang kaya oksigen dan nutrisi dari plasenta
masuk ke dalam tubuh janin melalui vena umblikalis,sebagian besar
masuk ke vena inferior melalui duktus venosusaranti.
Ketika janin dilahirkan segera setelah bayi menghirup udara dan
menangis kuat. Dengan demikian paru-paru akan

27
mengembang,tekanan paru-paru mengecil dan darah mengalir ke paru-
paru dengan demikian duktus botali tidak berfungsi lagi, foramen
ovale akan menutup.
Penutupan foramen oval terjadi karena adanya pemotongan dan
pengikatan tali pusat sebagai berikut:
a. Sirkulasi plasenta berhenti,aliran darah ke atrium kanan
menurun, sehingga tekanan jantungmenurun, tekanan rendah di
aorta hilang sehingga tekanan jantung kiri meningkat.
b. Asistensi pada paru-paru dan aliran darah ke paru-paru
meningkat, hal ini menyebabkan tekananventrikel kiri
meningkat.
c. Saluran Pencernaan
Pada kehamilan 4 bulan pencernaan telah cukup terbentuk dan
telah menelan air ketuban dalam jumlah yang cukup
banyak,absorbs air ketuban terjadi melalui mukosa saluran
pencernaan,janin minum air ketuban dapat di buktikan dengan
adanya mekonium.
d. Hepar
Hepar janin pada kehamilan empat bulan mempunyai peranan
dalam metabolisme hidratarang,dan glikogen mulai di simpan
didalam hepar,setelah bayi lahir simpanan glikogen
cepatterpakai,vitamin A dan B juga di simpan di dalam hepar.
e. Metabolisme
Dibandingkan dengan ukuran tubuhnya,luas permukaan tubuh
neonatus lebih besar dari padaorang dewasa,sehingga
metabolism perkilogram berat janinnya lebih besar.
f. Produksi Panas
Pada Neonatus apabila mengalami hipotermi bayi mengadakan
penyesuaian suhu terutama dengan cara NSR (Non Sheviring
Thermogenesis) yaitu dengan cara pembakaran cadangan

28
lemak (Lewat coklat)yang memberikan lebih banyak energy
dari pada lemak biasa.
g. Kelenjar Endokrin
Selama dalam uterus,janin mendapatkan hormone dari ibunya.
Pada kehamilan sepuluh minggu,ketika tropin telah ditemukan
dalam hipofisis janin,hormon ini diperlukan untuk
mempertahankan grandula suprarenalis janin. Pada neonates
kadang-kadang hormone dari ibunya masih berfungsi
pengaruhnya dapat dilihat misal pada bayi laki-laki atau
perempuan adanya pembesaran kelenjar air susu atau kadang-
kadang adanya pengeluaran darah dari vaginayang menyerupai
haid pada bayi perempuan.
h. Keseimbangan Air dan Fungsi Ginjal
Glomerulus di ginjal mulai dibentuk pada janin pada umur 8
minggu,jumlah pada kehamilan 28minggu diperkirakan
350.000 dan akhir kehamilan diperkirakan 820.000 ginjal janin
mulai berfungsi pada usia kehamilan 3 bulan.
i. Susunan Saraf
Jika janin pada kehamilan 10 minggu di lahirkan hidup maka
dapat dilihat bahwa janin tersebutdapat mengadakan gerakan
spontan. Gerakan menelan pada janin baru terjadi pada
kehamilan 4 bulan sedangkan gerakan menghisapterjadi pada
kehamilan 6 bulan.
j. Imunologi
Pada system imunolgi terdapat beberapa jenis imunologi (suatu
protein yang mengandung zat antibody) diantaranya adalah
imunoglobulingmma G (Ig G). Pada neonates hanya terdapat Ig
G dibentuk banyak pada bulan ke 2 setelah bayi dilahirkan. Ig
G Pada janin berasal dari ibunya melalui plasenta.

29
C. Etiologi
Menurut Pantiawati (2010) penyebab terbanyak terjadinya Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR) adalah kelahiran prematur. Menurut Prawirohardjo
(2009), persalinan prematur merupakan kelainan proses yang
multifaktorial. Kombinasi keadaan obstetrik, dan faktor medik mempunyai
pengaruh terhadap terjadinya persalinan prematur. Kadang hanya resiko
tunggal dijumpai seperti distensi yang berlebihan uterus, ketuban pecah
dini, atau trauma. Banyak kasus persalinan prematur sebagai akibat proses
patogenik yang merupakan mediator biokimia yang mempunyai dampak
terjadinya kontraksi rahim dan perubahan serviks.
Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR) dapat disebabkan oleh beberapa faktor
(Pantiawati, 2010)¸antara lain :
1. Faktor ibu
a. Penyakit, antara lain toksemia gravidarum, perdarahan
antepartum, trauma fisik dan psikologis, nefritis akut, dan
diabetes militus.
b. Usia ibu : usia <20 tahun dan usia > 35 tahun, serta
multigravidarum yang jarak kelahirannya terlalu dekat.
c. Keadaan sosial : golongan ekonomi yang rendah, perkawainan
yang tidak sah.
d. Sebab lain : ibu yang perokok, ibu peminum alkohol, dan ibu
pecandu narkotika.
2. Faktor janin : hidromnion, kehamilan ganda dan kelainan kromosom
3. Faktor lingkungan : tempat tinggal daratan tinggi, radiasi dan zat-zat
racun.

Menurut Saleha (2012), berikut adalah tanda dan gejala bayi lahir normal
adalah
1. Berat badan 2500 -4000 gram.
2. Panjang badan lahir 48-52 cm.
3. Lingkar dada 30-38.

30
4. Lingkar kepala 33-35.
5. Frekuensi jantung 180 denyut/menit,kemudian menurun sampai 120-
140 denyut/menit.
6. Pernafasan pada beberapa menit pertama cepat, kira - kira 80
kali/menit, kemudian menurun setelah tenang kira - kira 40 kali/menit.
7. Kulit kemerah - merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup
terbentuk dan diliputi verniks kaseosa.
8. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna.
9. Kuku agak panjang dan lemas.
10. Genetalia : labia mayora sudah menutupi labia minora (pada
perempuan), testis sudah turun (pada laki-laki).
11. Refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik. 12.Refleks
moro sudah baik, jika terkejut bayi akan memperlihatkan 13.Gerakan
tangan seperti memeluk.
12. Eliminasi baik urine dan mekonium akan keluar dalam 24 jam
pertama.

D. Patofisiologi
Segera setelah lahir, BBL harus beradaptasi dari keadaan yang
sangat tergantung menjadi mandiri secara fisiologis. Banyak perubahan
yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan
internal (dalam kandungan Ibu) yang hangat dan segala kebutuhannya
terpenuhi (O2 dan nutrisi) ke lingkungan eksternal (diluar kandungan ibu)
yang dingin dan segala kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain
untuk memenuhinya.

Saat ini bayi tersebut harus mendapat oksigen melalui sistem


sirkulasi pernafasannya sendiri yang baru, mendapatkan nutrisi oral untuk
mempertahankan kadar gula yang cukup, mengatur suhu tubuh dan
melawan setiap penyakit. Periode adaptasi terhadap kehidupan di luar
rahim disebut Periode Transisi. Periode ini berlangsung hingga 1 bulan

31
atau lebih setelah kelahiran untuk beberapa sistem tubuh. Transisi yang
paling nyata dan cepat terjadi adalah pada sistem pernafasan dan sirkulasi,
sistem termoregulasi, dan dalam kemampuan mengambil serta
menggunakan glukosa.
Perubahan Sistem Pernafasan.
Dua faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi :
1. Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar
rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak.
2. Tekanan terhadap rongga dada yang terjadi karena kompresi paruparu
selama persalinan yang merangsang masuknya udara kedalam paru-
paru secara mekanis (Varney, 551-552).
Interaksi antara sistem pernafasan, kardiovaskuler dan susunan syaraf
pusat menimbulkan pernafasan yang teratur dan berkesinambungan serta
denyut yang diperlukan untuk kehidupan.
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :
1. Mengeluarkan cairan dalam paru-paru.
2. Mengembangkan jaringan alveolus dalam paru-paru untuk pertama
kali.

Perubahan Dalam Sistem Peredaran Darah.


Setelah lahir darah bayi harus melewati paru untuk mengambil O2 dan
mengantarkannya ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik guna
mendukung kehidupan luar rahim harus terjadi 2 perubahan besar :
1. Penutupan foramen ovale pada atrium jantung.
2. Penutupan ductus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta.
Oksigen menyebabkan sistem pembuluh darah mengubah tekanan dengan
cara mengurangi dan meningkatkan resistensinya hingga mengubah aliran
darah.

E. Penatalaksanaan
Asuhan Bayi Baru Lahir

32
1. Menjaga bayi agar tetap hangat. Langkah awal dalam menjaga bayi
tetap hangat adalah dengan menyelimuti bayi sesegera mungkin
sesudah lahir, tunda memandikan bayi selama 6 jam atau sampai bayi
stabil untuk mencegah hipotermi.
2. Membersihkan saluran napas dengan menghisap lendir yang ada di
mulut dan hidung (jika diperlukan). Tindkaan ini juga dilakukan
sekaligus dengan penilaian APGAR skor menit pertama. Bayi normal
akan menangis spontan segera setelah lahir. Apabila bayi tidak
langsung menangis, jalan napas segera dibersihkan.
3. Mengeringkan tubuh bayi dari cairan ketuban dengan menggunakan
kain atau handuk yang kering, bersih dan halus. Dikeringkan mulai
dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan lembut tanpa
menghilangkan verniks. Verniks akan membantu menyamankan dan
menghangatkan bayi. Setelah dikeringkan, selimuti bayi dengan kain
kering untuk menunggu 2 menit sebelum tali pusat diklem, Hindari
mengeringkan punggung tangan bayi. Bau cairan amnion pada tangan
bayi membantu bayi mencari putting ibunya yang berbau sama.
4. Memotong dan mengikat tali pusat dengan teknik aseptik dan
antiseptik. Tindakan ini dilakukan untuk menilai APGAR skor menit
kelima.
Cara pemotongan dan pengikatan tali pusat adalah sebagai berikut :
a. Klem, potong dan ikat tali pusat dua menit pasca bayi lahir.
Penyuntikan oksitosin dilakukan pada ibu sebelum tali pusat
dipotong (oksotosin IU intramuscular)
b. Melakukan penjepitan ke-I tali pusat dengan klem logam DTT 3
cm dari dinding perut (pangkal pusat) bayi, dari titik jepitan tekan
tali pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat kea rah
ibu (agar darah tidak terpancar pada saat dilakukan pemotongan
tali pusat). Lakukan penjepitan ke-2 dengan jarak 2 cm dari tempat
jepitan ke-1 ke arah ibu.

33
c. Pegang tali pusat diantara kedua klem tersebut, satu tangan
menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang
lain memotong tali pusat diantara kedua klem tersebut dengan
menggunakan gunting DTT (steril)
d. Mengikat tali pusat dengan benang DTT pada satu sisi, kemudian
lingkarkan kembali benang tersebut dan ikat dengan simpul kunci
pada sisi lainnya.
e. Melepaskan klem penjepit tali pusat dan masukkan ke dalam
larutan klorin 0,5%
f. Meletakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk upaya inisisasi
menyusui dini.
5. Melakukan IMD, dimulai sedini mungkin, eksklusif selama 6 bulan
dilanjutkan sampai 2 tahun dengan makanan pendamping ASI sejak
usia 6 bulan. Pemberian ASI pertama kali dapat dilakukan setelah
mengikat tali pusat. Langkah IMD pada bayi baru lahir adalah lakukan
kontak kulit ibu dengan kulit bayi selama paling sedikit satu jam dan
biarkan bayi mencari dan menemukan putting dan mulai menyusui.
6. Memberikan identitas diri segera setelah IMD, berupa gelang
pengenal tersebut berisi identitas nama ibu dan ayah, tanggal, jam
lahir, dan jenis kelamin.
7. Memberikan suntikan Vitamin K1. Karena sistem pembekuan darah
pada bayi baru lahir belum sempurna, semua bayi baru lahir beresiko
mengalami perdarahan. Untuk mencegah terjadinya perdarahan pada
semua bayi baru lahir, terutama bayi BBLR diberikan suntikan
vitamin K1 (phytomenadione) sebanyak 1 mg dosis tunggal, intra
muscular pada anterolateral paha kiri. Suntikan vit K1 dilakukan
setelah proses IMD dan sebelum pemberian imunisasi Hepatitis B
8. Memberi salep mata antibiotik pada kedua mata untuk mencegah
terjadinya infeksi pada mata.Salep ini sebaiknya diberikan 1 jam
setelah lahir.

34
9. Menberikan imunisasi Hepatitis B pertama (HB-O) diberikan 1-2 jam
setelah pemberian vitamin K1 secara intramuscular. Imunisasi
Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B terhadap
bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi. Imunisasi Hepatitis B harus
diberikan pada bayi usia 0-7 hari.
10. Melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir untuk mengetahui
apakah terdapat kelainan yang perlu mendapat tindakan segera serta
kelainan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan
kelahiran. Memeriksa secara sistematis head to toe (dari kepala hingga
jari kaki).
a. Kepala: pemeriksaan terhadap ukuran, bentuk, sutura
menutup/melebar adanya caput succedaneum, cepal hepatoma.
b. Mata: pemeriksaan terhadap perdarahan, subkonjungtiva, dan
tanda-tanda infeksi
c. Hidung dan mulut: pemeriksaan terhadap labioskisis,
labiopalatoskisis dan reflex isap
d. Telinga: pemeriksaan terhadap kelainan daun telinga dan bentuk
telinga.
e. Leher: perumahan terhadap serumen atau simetris.
f. Dada: pemeriksaan terhadap bentuk, pernapasan dan ada tidaknya
retraksi
g. Abdomen: pemeriksaan terhadap membuncit (pembesaran hati,
limpa, tumor).
h. Tali pusat: pemeriksaan terhadap perdarahan jumlah darah pada
tali pusat, warna dan besar tali pusat, hernia di tali pusat atau
selangkangan.
i. Alat kelamin: untuk laki-laki, apakah testis berada dalam
skrotum, penis berlubang pada ujung, pada wanita vagina
berlubang dan apakah labia mayora menutupi labio minora.
j. Anus: tidak terdapat atresia ani

35
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Sel Darah Putih 18000/mm
2. Neutropil meningkat sampai /mm hari pertama setelah lahir (menurun
bila ada sepsis)
3. Hemoglobin 15-20g/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan
anemia)
4. Hematokrit 43%-61% (peningkatan 65% atau lebih menandakan
polisitemia, penurunan kadar gula menunjukan anemia/hemoraghi
prenatal)
5. Bilirubin total 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan 8 mg/dl 1-2 hari
dan 12 mg/dl pada 3-5 hari.
6. Detrosik:Tetes glukosa selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-
rata mg/dl,meningkat mg/dl pada hari ke 3

G. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Apgar
Pemeriksaan Apgar atau Apgar score dapat dilakukan segera setelah
bayi baru lahir. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan warna kulit,
detak jantung, refleks dan kekuatan otot, serta pernapasan bayi. Apgar
score tergolong baik jika nilainya lebih dari 7.
2. Pemeriksaan usia gestasional, lingkar kepala, dan berat badan
Pemeriksaan usia gestasional dilakukan menggunakan penilaian new
Ballard score, dengan tujuan untuk mengetahui apakah bayi terlahir
prematur atau sudah cukup bulan.
3. Pemeriksaan antropometri
Pemeriksaan ini termasuk penghitungan berat badan, panjang
badan, lingkar kepala, bentuk kepala, leher, mata, hidung, dan telinga
bayi. Pemeriksaan ini penting dilakukan untuk mendeteksi apakah
terdapat kelainan pada bentuk kepala atau anggota tubuh bayi baru
lahir.
4. Pemeriksaan mulut

36
Pemeriksaan fisik bayi baru lahir selanjutnya adalah pemeriksaan
mulut, yang meliputi pemeriksaan gusi dan langit-langit mulut.
Pemeriksaan ini penting dilakukan untuk mendeteksi kelainan,
seperti bibir sumbing.
5. Pemeriksaan jantung dan paru
Dalam pemeriksaan ini, dokter akan menggunakan stetoskop untuk
mengetahui apakah detak dan suara jantung bayi dalam kondisi normal
atau sebaliknya. Begitu juga dengan pemeriksaan paru, dokter akan
memeriksa laju pernapasan, pola pernapasan, dan mengevaluasi fungsi
pernapasan bayi.
6. Pemeriksaan perut dan kelamin
Pemeriksaan perut bayi meliputi bentuk, lingkar perut, dan
pemeriksaan organ-organ di dalam perut seperti hati, lambung, dan
usus hingga lubang anus. Pemeriksaan tali pusat bayi juga termasuk
dalam pemeriksaan fisik ini.
Sementara pada pemeriksaan organ kelamin, dokter akan memastikan
saluran kencing terbuka dan berada di lokasi yang tepat. Dokter juga
akan mengevaluasi testis dalam kantong zakar, serta bentuk labia dan
cairan yang keluar dari vagina bayi.
7. Pemeriksaan tulang belakang
Ini juga merupakan salah satu pemeriksaan fisik bayi baru lahir yang
penting dilakukan. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah bayi
Anda memiliki kelainan, seperti spina bifida atau cacat tabung saraf.
8. Pemeriksaan tangan dan kaki
Dokter akan memeriksa denyut nadi di setiap lengan bayi, serta
memastikan tangan dan kakinya dapat bergerak dengan optimal dan
memiliki ukuran berikut jumlah jari-jari yang normal.
9. Pemeriksaan pendengaran
Pemeriksaan pendengaran bertujuan untuk mendeteksi ada atau
tidaknya gangguan pendengaran. Untuk mengetahui hal ini, dokter

37
akan menggunakan alat berupa otoacoustic emissions (OAE)
atau automated auditory brainstem response (AABR).
10. Pemeriksaan hipotiroid kongenital
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi apakah bayi mengalami
hipotiroid bawaan. Pemeriksaan ini dilakukan saat bayi berusia 48–72
jam dengan pengambilan sampel darah untuk memeriksa kadar
hormon thyroid stimulating hormone (TSH).

H. Rencana Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas
b. Pengkajian terhadap factor resiko
1) Maternal : Usia, riwayat kesehatan yang lalu, perkembangan
social dan riwayat pekerjaan.
2) Obsetrik : Parity, periode, kondisi kehamilan terakhir
3) Perinatal : Antenatal, informasi prenatal maternal health
(DM,jantung)
4) Intra Partum event :
a) Usia gestasi : Lebih dari 34 minggu sampai dengan 42
minggu.
b) Lama dan karakteristik persalinan : Persalinan lama pada
kala I dan II KPD 24 jam.
c) Kondisi ibu : Hipo/Hiper tensi progsif perdarahan, infeksi.
d) Keadaan yang mengidentifikasi fetal disstres HR lebih dari
120 x sampai dengan 140 x / menit.
e) Penggunaan analgesic
f) Metode meahirkan : Sectio Caesaria, Forsep, Vakum
c. Pengkajian Fisik
1) Eksternal : Perhatikan warna, bercak warna , kuku, lipatan pada
telapak kaki, periksa potensi hidung dengan menutup sebelah
lubang hidung sambil mengobservasi pernafasan dan perubahan

38
kulit.
2) Dada
Palpasi untuk mencari detak jantung yang terkencang, auskultasi
untuk menghitung denyut jantung, perhatikan bunyi nafas pada
setiap dada.
a) Abdomen : Verifikasi adanya abdomen yang berbentuk
seperti kubam atau tidak ada anomaly, perhatikan jumlah
pembuluh darah pada tali pusat.
b) Neurologis : Periksa tonus otot dan reaksi reflex.
d. Pemeriksaan Penunjang
e. Nilai APGAR
f. Pengkajian
1) Aktivitas/Istirahat
Status sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama, bayi
tampak semi koma saat tidur ; meringis atau tersenyum adalah
bukti tidur dengan gerakan mata cepat, tidur sehari rata-rata 20
jam..

2) Pernapasan dan Peredaran Darah


Bayi normal mulai bernapas 30 detik sesudah lahir, untuk menilai
status kesehatan bayi dalam kaitannya dengan pernapasan dan
peredaran darah dapat digunakan metode APGAR Score. Namun
secara praktis dapat dilihat dari frekuensi denyut jantung dan
pernapasan serta wajah, ekstremitas dan seluruh tubuh, frekwensi
denyut jantung bayi normal berkisar antara 120-140 kali/menit
(12 jam pertama setelah kelahiran), dapat berfluktuasi dari 70-100
kali/menit (tidur) sampai 180 kali/menit (menangis).

Pernapasan bayi normal berkisar antara 30-60 kali/menit warna


ekstremitas, wajah dan seluruh tubuh bayi adalah
kemerahan.Tekanan darah sistolik bayi baru lahir 78 dan tekanan
diastolik rata-rata 42, tekanan darah berbeda dari hari ke hari

39
selama bulan pertama kelahiran. Tekanan darah sistolik bayi
sering menurun (sekitar 15 mmHg) selama satu jam pertama
setelah lahir. Menangis dan bergerak biasanya menyebabkan
peningkatan tekanan darah sistolik.

3) Suhu Tubuh
Suhu inti tubuh bayi biasanya berkisar antara 36,50C-
370C.Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan pada aksila atau
pada rektal.

4) Kulit
Kulit neonatus yang cukup bulan biasanya halus, lembut dan
padat dengan sedikit pengelupasan, terutama pada telapak tangan,
kaki dan selangkangan.Kulit biasanya dilapisi dengan zat lemak
berwarna putih kekuningan terutama di daerah lipatan dan bahu
yang disebut verniks kaseosa.

5) Keadaan dan Kelengkapan Ekstremitas


Dilihat apakah ada cacat bawaan berupa kelainan bentuk, kelainan
jumlah atau tidak sama sekali pada semua anggota tubuh dari
ujung rambut sampai ujung kaki juga lubang anus (rektal) dan
jenis kelamin.

6) Tali Pusar
Pada tali pusat terdapat dua arteri dan satu vena
umbilikalis.Keadaan tali pusat harus kering, tidak ada perdarahan,
tidak ada kemerahan di sekitarnya.

7) Refleks
Beberapa refleks yang terdapat pada bayi :

a) Refleks moro (refleks terkejut). Bila diberi rangsangan yang


mengagetkan akan terjadi refleks lengan dan tangan terbuka.

40
b) Refleks menggenggam (palmer graps). Bila telapak tangan
dirangsang akan memberi reaksi seperti menggenggam.
Plantar graps, bila telapak kaki dirangsang akan memberi
reaksi.
c) Refleks berjalan (stepping). Bila kakinya ditekankan pada
bidang datang atau diangkat akan bergerak seperti berjalan.
d) Refleks mencari (rooting). Bila pipi bayi disentuh akan
menoleh kepalanya ke sisi yang disentuh itu mencari puting
susu.
e) Refleks menghisap (sucking). Bila memasukan sesuatu ke
dalam mulut bayi akan membuat gerakan menghisap.
8) Berat Badan
Pada hari kedua dan ketiga bayi mengalami berat badan
fisiologis.Namun harus waspada jangan sampai melampaui 10%
dari berat badan lahir.Berat badan lahir normal adalah 2500
sampai 4000 gram.

9) Mekonium
Mekonium adalah feces bayi yang berupa pasta kental berwarna
gelap hitam kehijauan dan lengket. Mekonium akan mulai keluar
dalam 24 jam pertama.

10) Antropometri
Dilakukan pengukuran lingkar kepala, lingkar dada, lingkar
lengan atas dan panjang badan dengan menggunakan
pitapengukur. Lingkar kepala fronto-occipitalis 34cm,
suboksipito-bregmantika 32cm, mento occipitalis 35cm. Lingkar
dada normal 32-34 cm. Lingkar lengan atas normal 10-11 cm.
Panjang badan normal 48-50 cm.

11) Seksualitas

41
Genetalia wanita ; Labia vagina agak kemerahan atau edema,
tanda vagina/himen dapat terlihat, rabas mukosa putih (smegma)
atau rabas berdarah sedikit mungkin ada.

Genetalia pria ; Testis turun, skrotum tertutup dengan rugae,


fimosis biasa terjadi.

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa yang mungkin terjadi pada bayi baru lahir adalah :
a. Ketidakefektifan pola nafas
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
c. Hipertermia
d. Hipotermia
e. Resiko infeksi
f. Resiko Cedera
g. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

3. Intervensi keperawatan
a. Diagnosa 1: Ketidakefektifan pola nafas
Tujuan : Dalam waktu 1x24 jam setelah dilakukan intervensi
keperawatan pola nafas BBL kembali efektif. Kriteria hasil:
1) Kemudahan bernafas dan kedalaman inspirasi
2) Ekspansi dada simetris
3) Tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan
4) Tidak ada bunyi nafas tambahan
5) Nafas pendek tidak ada
Intervensi
1) Observasi adanya pucat dan sianosis Sianosis menunjukkan
adanya gangguan pada pernafasan BBL
2) Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan usaha respirasi
Mengetahui perkembangan kondisi BBL
3) Auskultasi bunyi nafas, perhatikan area penurunan/tidak

42
adanya ventilasi dan adanya bunyi nafas tambahan
Mengetahui adanya kelainan dalam pernafasan BBL
4) Lakukan pengisapan sesuai dengan kebutuhan untuk
membersihkan sekresi Secret yang menumpuk dapat
mengakibatkan ketidakefektifan pola nafas Kolaborasi:
Berikan Non re-breathing mask dengan oksigen Memenuhi
kebutuhan oksigen BBL.

b. Diagnosa 2: Ketidakefektifan bersihan jalan nafas


Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24
jam BBL menunjukkan keefektifan jalan nafas. Kriteria hasil :
1) BBL mudah untuk bernafas
2) Kegelisahan, sianosis, dan dispnea tidak ada
3) RR dalam batas normal
Intervensi :
1) Kaji keefektifan pemberian oksigen dan perawatan yang lain
2) Auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk
mengetahui adanya penurunan atau tidak adanya ventilasi dan
adanya bunyi tambahan
3) Pantau status oksigen BBL Jika SaO < 80% mengindikasikan
adanya ketidakefektifan jalan nafas
4) Jelaskan pada BBL dan keluarga tentang penggunaan
peralatan: O2, suction, inhalasi
5) Lakukan fisioterapi dada sesuai kebutuhan Kolaborasi:
Berikan udara/oksigen yang telah dihumidifikasi

c. Diagnosa 3 : Hipertermia
Tujuan: Dalam waktu 1x24 jam setelah dilakukan intervensi
keperawatan hipertermia tidak terjadi. Kriteria hasil :
1) Suhu tubuh dalam rentang normal
2) Nadi dan RR dalam rentang normal

43
3) Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing,
merasa nyaman
Intervensi :
1) Pantau suhu paling sedikit setiap 2 jam, sesuai kebutuhan
Suhu tubuh bayi baru lahir mudah mengalami penurunan
2) Monitor warna dan suhu kulit
3) Monitor tekanan darah, nadi dan RR
4) Monitor penurunan tingkat kesadaran
5) Monitor WBC, Hb, dan Hct
6) Monitor intake dan output
7) Berikan anti piretik
8) Lakukan tapid sponge
9) Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh
10) Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
11) Tingkatkan sirkulasi udara
d. Diagnosa 4 : Hipotermia
Tujuan: Dalam waktu 1x24 jam setelah dilakukan intervensi
keperawatan hipotermia tidak terjadi. Kriteria hasil :
1) BBL menunjukkan termoregulasi neonates (keseimbangan
antara panas yang dihasilkan, peningkatan panas, dan
kehilangan panas selama periode neonatus)
Intervensi :
1) Pantau suhu paling sedikit setiap 2 jam, sesuai kebutuhan
Suhu tubuh bayi baru lahir mudah mengalami penurunan
2) Pantau suhu bayi lahir sampai stabil Suhu tubuh bayi baru
lahir mudah mengalami penurunan
3) Ajarkan indikasi hipotermia dan tindakan kedaruratan yang
diperlukan sesuai dengan kebutuhan
4) Pemahaman tentang kondisi hipotermi dapat mencegah
terjadinya hipotermi
5) Selimuti bayi segera setelah dilahirkan

44
6) Mencegah kehilangan panas
7) Gunakan tutup kepala pada bayi baru lahir
8) Mencegah kehilangan panas
9) Tempatkan bayi baru lahir dalam incubator atau dibawah
penghangat sesuai kebutuhan
10) Menjaga suhu tubuh agar tetap hangat

e. Diagnosa 5 : Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka


pada tali pusat
Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24
jam resiko infeksi tidak menjadi aktual. Kriteria hasil :
1) BBL bebas dari tanda dan gejala infeksi
2) Jumlah leukosit dalam batas normal
3) Status imun, gastrointestinal, genitourinaria dalam batas
normal
Intervensi :
1) Pantau tanda/gejala infeksi (missal.suhu tubuh, denyut
jantung, pembuangan, penampilan luka, sekresi, penampilan
urin, suhu kulit, lesi kulit, keletihan, malaise)
2) Mengetahui tanda infeksi secara dini memungkinkan
pencegahan terhadap infeksi dan mengurangi keparahan
infeksi yg mungkin sudah terjadi
3) Kaji faktor yg meningkatkan serangan infeksi (missal.usia
lanjut, tanggap imun rendah, dan malnutrisi)
4) Faktor pemberat dapat mengakibatkan infeksi berkembang
leboh cepat
5) Pantau hasil laboratorium (DPL, hitung granulosit absolut,
hasil-hasil yg berbeda, protein serum, dan albumin)
6) Perubahan hasil laboratorium mengidentifikasikan adanya
infeksi
7) Ajarkan keluarga BBL teknik mencuci tangan yg benar

45
8) Cuci tangan dengan benar dapat mencegah transmisi
organism
9) Ajarkan kepada keluarga BBL tanda/gejala infeksi dan kapan
harus melaporkannya ke pusat kesehatan
10) Perubahan hasil laboratorium dapat mengindikasikan adanya
infeks
11) Berikan terapi antibiotic bila diperlukan

f. Diagnosa 6 : Resiko Cedera


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
pasien tidak mengalami cedera.Kriteria hasil : Pasien terbebas
dari cedera

Intervensi :
1) Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
2) Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan
kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit
terdahulu pasien
3) Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya
memindahkan perabotan)
4) Menempatkan bayi di box bayi
5) Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
6) Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah dijangkau
keluarga pasien.
7) Membatasi pengunjung
8) Menganjurkan keluarga agar menemani pasien
9) Mengontrol lingkungan dari kebisingan
10) Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan

g. Diagnosa 7 : Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh berhubungan dengan refleks hisap tidak adekuat.

46
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi.Kriteria hasil:
1) Penurunan BB tidak lebih dari 10% BB lahir.
2) Intake dan output makanan seimbang.
3) Tidak ada tanda-tanda hipoglikemi.

Intervensi :

1) Timbang BB setiap hari.


2) Auskultasi bising usus, perhatikan adanya distensi abdomen.
3) Anjurkan ibu untuk menyusui pada payudara secara
bergantian 5-10 menit.
4) Lakukan pemberian makanan tambahan.
5) Observasi bayi terhadap adanya indikasi masalah dalm
pemberianmakanan (tersedak, menolak makanan, produksi
mukosa meningkat).

4. Implementasi keperawatan
Komponen pada tahap implementasi adalah :
a. Tindakan keperawatan mandiri
Tindakan keperawatan mandiri dilakukan tanpa pesanan dokter.
Tindakan keperawatan mandiri ini ditetapkan dengan standar
praktek American Nurses Associatioin (1973) dan kebijakan
institusi perawatan kesehatan.
b. Tindakan keperawatan kolaboratif
Tindakan keperawatan kolaborasi diimpelementasikan bila
perawat bekerja dengan anggota tim perawat kesehatan yang lain
dalam membuat keputusan bersama yang bertujuan untuk
mengatasi masalah klien.
c. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap
tindakan keperawatan. Dokumentasi merupakan pernyataan dari
kejadian/identitas yang otentik dengan mempertahankan catatan-

47
catatan yang tertulis. Dokumentasi merupakan wahana untuk
komunikasi dan suatu profesional ke profesional lainnya tentang
kasus klien. Dokumen klien merupakan bukti tindakan
keperawatan mandiri dan kolaborasi yang diimplementasikan oleh
perawat dan perubahan-perubahan pada kondisi klien. Frekuensi
dokumentasi tergantung pada kondisi klien dan terapi yang
diberikan idealnya therapi dilakukan setiap shift. Rekam medis
klien merupakan
d. Dokumentasi yang legal, rekam medis tersebut diterima di
pengadilan. Pada tuntutan mal praktik, catatan perawatan
memberikan bukti tindakan perawat. Perawat harus melindungi
catatan tersebut dari pembaca yang tidak berhak seperti
pengunjung. Tanda tangan perawat di akhiri catatan perawat
merupakan akuntabilitas terhadap isi catatan. Mengubah dokumen
legal tersebut merupakan suatu kejahatan adalah tidak bisa di
teruma untuk menghapus tulisan pada catatan menggunakan tipe
x, penghapusan tinta atau lainnya.

5. Evaluasi keperawatan
Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil-hasil yang diamati
dengan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.
Kemampuan yang harus dimiliki perawat pada tahap ini adalah
memahami respon terhadap intervensi keperawatan. Kemampuan
mengembalikan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta
kemampuan dalam menghubungkan tindakan-tindakan keperawatan
pada kriteria hasil. Pada tahap evaluasi ini terdiri 2 kegiatan yaitu:
a. Evaluasi formasi menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat
memberikan intervensi dengan respon segera.
b. Evaluasi sumatif merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan
analisis status klien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang
direncanakan pada tahap perencanaan. Disamping itu, evaluasi

48
juga sebagai alat ukur suatu tujuan yang mempunyai kriteria
tettentu yang membuktikan apakah tujuan tercapai, tidak tercapai
atau tercapai sebagian.
1) Tujuan Tercapai
Tujuan dikatakan teracapai bila klien telah menunjukkan
perubahan kemajuan yang sesuai dengan keiteria yang telah
ditetapkan
2) Tujuan tercapai sebagian
Tujuan ini dikatakan tercapai sebagian apabila tujuan tidak
tercapai secara keseluruhan sehingga masih perlu dicari
berbagai masalah atau penyebabnya, seperti klien dapat
makan sendiri tetapi masih merasa mual, setelah makan
bahkan kadang-kadang muntah.
3) Tujuan tidak tercapai
Dikatakan tidak tercapai apabila tidak menunjukkan adanya
perubahan kearah kemajuan sebagaimana kriteria yang
diharapkan.
Evaluasi sumatif masing-masing diagnosa keperawatan secara
teori adalah:
a) Pola nafas efektif
b) Bersihan jalan nafas efektif
c) Hipertermi tidak terjadi
d) Hipotermia tidak terjadi
e) Bayi aman
f) Infeksi tidak terjadi
g) Nutrisi seimbang

49
I. Asuhan Keperawatan Bayi Baru Lahir

KASUS
Ny. T, P2A0, usia 29 tahun, terinfeksi Covid-19 dan sedang dirawat di
Rumah Sakit Darurat Wisma Atelt, baru saja melahirkan seorang bayi
laki-laki secara spontan dengan berat badan 3100 gram, panjang 50 cm.
Saat bayi dilahirkan terdapat verniks kaseosa, warna kulit kemerahan,
tangan dan kulit terlihat sedikit sianosis (akrosianosis), dan terdapat
lanugo yang tipis di daerah muka, bahu dan punggung. APGAR skor 8 dan
9 . Setelah bayi dibersihkan dan dikeringkan, kemudian perawat
melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif kepada bayi Ny. S;
pemeriksaan fisik bayi baru lahir dan memberikan vaksin Hepatitis B dan
Vitamin K. Setelah proses persalinan dan Ny. T dilakukan observasi
selama 2 jam post partum, Ny T mengatakan sangat cemas dan takut
anaknya tertular Covid-19. Ny. T juga bertanya kepada perawat bagaimana
proses memberikan ASI dengan kondisinya yang mengalami Covid-19.
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien

Nama : Bayi Ny. T


Tanggal lahir : 02 januari 2022
Jenis Kelamin : laki-laki
Agama : islam
Suku / bangsa : Sunda
No. medrek : 100632
Tanggal masuk RS : 04 Januari 2022 Pukul: 10.20 WIB
Tanggal pengkajian : 05 Januari 2022 Pukul: 09.05 WIB
Alamat : Kp. Durian Rt 09/ Rw 10

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama ibu : Ny. T

50
Umur : 30 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Kp. Durian Rt 09/ Rw 10

Nama ayah : Tn. A


Umur : 40 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Karayawan Swasta
Alamat : Kp. Durian Rt 09/Rw 10
c. Riwayat kesehatan
1) Keluhan Utama
Seorang bayi laki-laki lahir spontan dari ibu yang terpapar
covid-19
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada tanggal 03 januari 2022 dilakukan pengkajian
terhadap Bayi Ny.T dengan berat badan 3100 gram, tinggi
badan 50 cm, dengan APGAR 8-9, dilahirkan dari ibu yang
terkonfimasi terkena Covid-19.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Keluarga bayi mengatakan ini kelahiran anak kedua.
Sebelumnya pada anak pertama melahirkan secara spontan
juga..
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga klien mengatakan tidak memiliki penyakit
turunan. Seperti DM, thalasemia dll.
d. Riwayat kehamilan sekarang
1) Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan yang pertama dan
tidak pernah keguguran.
HPHT : 18 Juni 2021

51
HPL : 31 Januari 2022
Umur kehamilan : 37 +5 minggu

2) Ibu melakukan ANC sebanyak 7 kali


Trimester I : ANC 2 kali
Keluhan : mual, muntah, pusing
Nasehat : makan sedikit tapi sering
Trimester II : ANC 2 kali
Keluhan : pusing
Nasehat : makan makanan bergizi ct: sayuran
hijau, buah-
buahan dan istirahat yang cukup
Trimester III : ANC 3 kali
Keluhan : sering BAK dan pegal-pegal bagian
pinggang
Tempat ANC : Bidan
Kenaikan BB : 10kg

e. Riwayat persalinan sekarang


1) Kala I
Mulai pukul 23.00 sampai 04.00 WIB
DJJ : 150x/menit
Ketuban pecah jam 04.00 WIB warna jernih
2) Kala II
Jenis persalinan spontan normal dengan presentasi kepala dan
di tolong oleh Bidan. Bayi lahir pukul 04.00 WIB bayi
menangis kuat, gerakan aktif dan warna kulit kemerahan, anus
(+), cacat bawaan (-).
BB : 3100 gram
PB : 50 cm
LK : 31 cm

52
LD : 30 cm
JK : laki-laki
3) Kala III
Plasenta lahir spontan jam 05.10 WIB lengkap dengan berat
500 gram dan panjang tali pusat 50cm.
4) Kala IV
Dilakukan pemantauan jam 05.10 WIB hingga 2jam berikutnya
dengan perdarahan 150cc, TFU 2 jari dibawah pusat.
5) Lama Persalinan
Kala I : 4 jam 30 menit
Kala II : 15 menit
Kala III : 10 menit
Kala IV : 2 jam
Jumlah 8 jam 55 menit

1 5
APGAR SCORE menit Menit
A: Appearancecolour (warna kulit) 2 2
P: Pulse/Heart rate (frekuensi jantung) 2 2
G: Grimace (reaksi terhadap rangsang) 2 2
A: Activity (tonus otot) 1 2
R: Respiration (usaha nafas) 1 1
Jumlah 8 9
f. Riwayat kehamilan, persalinan nifas yang lalu
Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan yang pertama dan belum
pernah mengalami keguguran.
g. Riwayat penyakit dalam keluarga
Ibu mengatakan di dalam keluarganya tidak ada yang menderita
penyakit menular seperti Hepatitis, TBC, menurun seperti
Hipertensi, Asma, DM dan menahun seperti jantung.

53
h. Kebutuhan Dasar
1) Nutrisi
Makan/minum : ASI
Jenis : ASI colostrum
Porsi : On Demand
Cara pemberian : menyusu langsung ke puting susu ibu
setelah bayi dibersihkan

Keluhan : ASI belum keluar dengan lancar

2) Eliminasi
BAK : pertama kali tanggal 28 Maret 2021 jam
07. 15 WIB
Warna : kuning jernih
Bau : khas urin
Jumlah : 1x ganti popok
BAB : pertama kali tanggal 28 Maret 2021 Jam
06.15WIB
Warna : hijau kehitaman
Bau : khas meconium
Jumlah : 1x ganti popok
Konsistensi : lembek

3) Istirahat
Tidur : bayi dapat tidur nyenyak 1jam
Keluhan : tidak ada

i. Data Objektif
1) Keadaan umum : baik
Vital Sign
S : 36.0 oC

54
RR : 46x/menit
N : 136x/menit

2) Antropometri
BB : 3100 gram PB : 50 cm
LD : 31cm LK : 30 cm

3) Pemeriksaan Fisik
a) Kepala : bentuk kepala mesochepal, tidak ada caput
sucedanum, dan cepal hematoma, rambut merata UUB
lunak.
b) Muka : bersih, bentuk simetris, tidak odema, terdapat
lanugo tipis
c) Mata : simetris, conjungtiva merah muda, sklera putih, ada
reflek berkedip
d) Hidung : bersih, simetris, tidak ada pernafasan cuping
hidung
e) Mulut : warna merah muda, bibir normal, lidah bersih
f) Telinga : bersih, simetris, tidak ada serumen abnormal
g) Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar limfe, tyroid
h) Dada : simetris, tidak ada retraksi dinding dada,
pernafasan teratur
i) Abdomen: bentuk bulat, tidak ada perdarahan sekitar
talipusat
j) Genetalia: kulit menutupi gland penis, ada lubang
uretra,testis sudah turun pada skrotum
k) Ekstremitas
Atas : simetris, tidak ada odema, jumlah jari
lengkap
Bawah : simetris, tidak ada odema, jumlah jari
lengkap

55
l) Anus: ada, tidak ada kelainan pada anus

j. Pemeriksaan Neurologis
1) Reflek Rooting : terdapat reflek mencari puting susu saat
diberi rangsangan dengan kelingking di dekat mulut
2) Reflek Sucking : terdapat reflek mengisap saat bayi menyusu
3) Reflek Swallowing: terdapat reflek menelan saan bayi minum
ASI
4) Reflek Moro : terdapat reaksi akan memeluk karena
terdapat rangsangan seperti mengubah posisi bayi tiba-tiba
5) Reflek Tonic neck: terdapat reaksi perubahan posisi kepala bila
kepala dimiringkan ke satu sisi
6) Reflek Gaspring : terdapat reaksi menggenggam ketika jari
diletakan tangan bayi
7) Reflek Babinski : terdapat reaksi menggerakkan kaki saat
telapak kaki bayi diberi goresan dari bawah ke atas

k. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal : 28 Maret 2021
Jam : 04.30 WIB

Diagnosa
Bayi Ny. T umur 2 jam neonatus normal, cukup bulan sesuai dengan
masa kehamilan.
Data Dasar
a. Data Subjektif
Ibu mengatakan telah melahirkan anaknya dengan normal pada
tanggal 28 Maret 2022 WIB.
b. Data Objektif
Keadaan umum : baik

56
Kesadaran : composmentis
Vital Sign
Suhu : 36,0oC
Nadi : 140x/menit
Respirasi : 44x/menit
Apgar Score : 1 menit 8; 5 menit 9; 10 menit 10
Antropometri
BB : 3100 gram
PB : 50 cm
LD : 31 cm
LK : 30 cm
Warna kulit : kemerahan, terlihat sedikit sianosis
(akrosianosis)
Tali pusat : masih basah
Cacat bawaan : tidak ada
Anus : berlubang

c. Masalah
Terdapat verniks kaseosa
Terdapat sianosis (akrosianosis)

Analisa Data

No Data Etiologi Masalah Kperawatan


1. DS : BBL Resiko terjadinya
Ibu mengatakan perubahan suhu
bahwa dia tubuh :
terkonfirmasi Perbedaan suhu Hipotermi/hypotremi
positif covid-19 tubuh dalam
DO : perut ibu dan
S : 37.8 oC lingkungan luar
RR : 46x/menit

57
N : 136x/menit
Klien merasa Adanya faktor
kedinginan kondisi, radiasi
dan evaporasi

Resiko
terjadinya
perubahan suhu
tubuh

2. DS : kekhawatiran Anxietas/kecemasan
Pasien terhadap anaknya
mengatakan yang baru lahir
sangat cemas
dan takut anak
Ansietas
yang baru
dilahirkannya
tertular covid-
19

DO :
-Pasien tampak
gelisah
-Klien tampak
pucat
- Klien bertanya
kepada perawat
tentang pemberian

58
ASI dengan
kondisinya yang
tertular covid-19

2. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko hipertermi berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh
b. Anxietas Berhubungan dengan kekhawatiran terhadap anaknya
yang baru lahir

59
3. Intervensi

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1 Resiko Perubahan suhu Setelah dilakukan tindakan Mengatur temperature : 1.untuk mengetahui
tubuh: keperawatan selama 3X 24 jam 1.Monitor temperatur klien sampai temperature pasien
hipotermi/hypertermi diharapkan klien terhindar dari stabil secara intensif
yang berhubungan ketidak-seimbangan suhu tubuh 2.Monitor nadi, pernafasan 2. untuk mengetahui
dengan lingkungan dengan Kriteria hasil : 3. Monitor warna kult keadaan umum pasien
yang baru (udara luar) Termoregulasi Neonatus 4. Monitor tanda dan gejala hipotermi / 3. untuk mengetahui
dan penurunan jumlah - Suhu 36,5-37,5˚ C hipertermi perubahan warna kulit
lemak subcutan. - RR : 30-60 X/menit 5.Perhatikan keadekuatan intake cairan pasien
- HR 120-140 X/menit 6. Pertahankan panas suhu tubuh bayi 4. untuk mengetahui
- Warna kulit merah muda (missal : segera ganti pakaian jika secara dini sehingga
- Tidak ada distress respirasi basah) mencegah kejang
- Hidrasi adekuat 7. Bungkus bayi dengan segera setelah berkenaan dengan
- Tidak menggigil lahir untuk mencegah kehilangan perubahan fungsi yang
- Bayi tidak letargi panas disebabkan hipotermi
8. Jelaskan kepada keluarga tanda dan dan hipertermi membuat
gejala hipotermi / hipertermi bayi cenderung merasa
9 Letakkan bayi setelah lahir di bawah stress karena kedinginan
lampu sorot / sumber panas 5.pemantauan
10. Jelaskan kepada keluarga cara keseimbangan cairan
untuk mencegah kehilangan panas / didalam tubuh pasien
mencegah panas bayi berlebih 6.untuk menurunkan
11 Tempatkan bayi di atas kasur dan kehilangan panas
berikan selimut dan ganti popok bila melalui evaporasi
basah 7. untuk mencegah
kehilangan panas pada
bayi
8. agar keluarga dapat
mengetahui, mengerti
dan mencegah
tanda&gejala
hipotermi/hipertermi
9.untuk
mempertahankan suhu
tubuh bayi agar tetap
stabil

61
10. agar keluarga dapat
mengerti cara mencegah
kehilangan
panas/mencegah panas
bayi berlebihan
11. agar bayi merasa
nyaman
2 1. Anxietas A. Ansietascontrol Penurunan ansietas dan 1. agar klien merasa
Berhubungan B. Mekanisme koping Dengan peningkatan koping: nyaman dan rileks
dengan ketentuan berikut (skala 1-5 : 1. Tenangkan klien 2. Membantu
kekhawatiran tidak pernah, jarang, kadang- 2. Berusaha memahami keadaan klien menurunkan rasa cemas
terhadap kadang, sering, selalu) : 3. Berikan informasi tentang keadaan klien
anaknya yang Indikator: bayi klien 3. agar klien mengetahui
baru lahir 1. Menunjukkan fleksibilitas 4. Kaji tingkat ansietas dan reaksi fisik keadaan bayinya
Tertular Covid peran pada tingkat ansietas 4. Mengetahui kondisi
19 2. Keluarga menunjukkan 5. Gunakan pendekatan dan sentuhan klien
fleksibilitas peran para 6. Temani klien untuk mendukung 5. membina hubungan
anggotanya keamanan dan rasa takut saling percaya klien
3. Melibatkan anggota keluarga 7. Instruksikan kemampuan klien dengan perawat

62
dalam membuat keputusan untuk menggunakan teknik relaksasi 6. mengurangi rasa takut
4. Mengekspresikan perasaan pasien
dan kebebasan emosional 7. mengetahui
5. Menunjukkan strategi kemampuan klien untuk
penurunan ansietas melakukan teknik
relaksasi

63
4. Implementasi dan Evaluasi

Hari/ Jam Implementasi Diagnosa Jam Evaluasi Paraf


tanggal
Jumat,01- 08.0 - Mengobservasi TTV : DX 1 13.0 S : Ibu mengatakan bahwa dia Fenisa
02-22 0 S : 37.0 oC 0 terkonfirmasi positif covid-19
RR : 30x/menit O:
N : 110x/menit S : 37,0 oC
RR : 19x/menit
-Observasi suhu tubuh klien N : 85x/menit
09.0 setiap harinya
0 A : masalah teratasi

-Memantau suhu tubuh klien P : intervensi dihentikan


09.3 -Memantau warna kulit klien
0
-Mengobservasi cairan yang
10.0 masuk ke dalam tubuh pasien
0
-memberikan edukasi kepada
10.3 keluar klien tentang penurunan
0 dan kenaikan suhu tubuh klien

-memberikan tempat untuk bayi


10.5 baru lahir dan letakan di dibawah
0 lampu sorot/ sumber panas

64
-memeberikan edukasi kepada
keluarga klien cara untuk
11.1 mencegah kehilangan panas /
5 mencegah panas bayi berlebih

-menyimpan dan tempatkan bayi


11.3 di atas kasur dan berikan selimut
0 dan ganti popok bila basah

DX 2 S : Pasien mengatakan sudah Dea


tidak cemas
-memberikan tempat atau
lingkungan yang nyaman untuk O:
11.5 klien
5 -Pasien tampak tidak gelisah
-Klien tidak pucat
-memberikan motivasi untuk klien
A : masalah teratasi
-memberitahu informasi
mengenai keadaan bayi klien P : intervensi dihentikan
12.3
0 -mengobservasi tingkat ansietas
dan reaksi fisik pada tingkat
ansietas
12.5
5 -membina hubungan saling
percaya denga klien

65
13.1
0 -memberikan motivasi kepada
klien supaya segera pulih

13.3 -membantu klien untuk


0 melakukan teknik relaksasi

13.4
0

13.5
0

14.0
0

66
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir
di masa pandemi COVID-19 diselenggarakan dengan mempertimbangkan
pencegahan penularan virus corona baik bagi ibu, bayi maupun tenaga
kesehatan. Pembatasan kunjungan pemeriksaan ANC dan PNC diimbangi
dengan tele komunikasi antara tenaga kesehatan dan ibu secara perorangan
maupun dengan menyelenggarakan Kelas Ibu secara online. Tenaga
kesehatan harus memperkuat kemampuan ibu dan keluarga untuk
memahami Buku KIA untuk mengenali tanda bahaya dan menerapkan
perawatan selama kehamilan dan pasca persalinan dalam kehidupan
sehari-hari.

Pelayanan kesehatan ibu dan bayi tetap harus berkualitas.


Pelayanan ANC terpadu, Asuhan Persalinan Normal, Penanganan
Kegawatdaruatan di FKTP maupun di FKRTL harus sesuai standar
ditambah dengan standar pencegahan penularan COVID-19. Mungkin
tidak semua FKTP dan FKRTL saat ini siap dalam memenuhi standar
sarana, prasarana, SDM dan Alat Pelindung Diri. Oleh karena itu Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota yang difasilitasi Dinas Kesehatan Provinsi
harus membuat pemetaan fasyankes yang siap dalam pelayanan ibu dan
bayi baru lahir. Beberapa FKTP (Puskesmas, Praktik Mandiri Bidan dan
Klinik) yang selama ini memberikan pelayanan ANC, persalinan dan PNC
dapat berkolaborasi dan menyatukan sumber daya di fasyankes yang
ditunjuk.

67
B. Saran
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota diharapkan dapat melakukan
pencatatan, monitoring dan pelaporan cakupan pelayanan KIA esensial
termasuk jumlah ibu dan bayi yang memiliki status ODP, PDP dan
terkonfirmasi COVID-19 positif. Diharapkan dengan menerapkan
pedoman ini, maka kesehatan ibu, bayi dan tenaga kesehatan tetap dapat
terjaga.

68
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Abu, dan Rohani, Akhmad. 2011. Asuhan Pada Masa Persalinan.
Jakarta: Salemba Medika

Anna., R. 2015. Asuhan Keperawatan Maternitas. Yogyakarta : PT. Pustaka Baru

Dewi, Vivian Nanny Lia.2010.Asuhan Neonatus bayi dan Anak


Balita.Jakarta:Salemba Medika

Indriyani,D.(2013). Keperawatan maternitas pada Area Perawatan


Antenatal.Yogyakarta:GrahaIlmu

Johnson, Joyce Y.2014. Keperawatan MaternitasY. Johnson;diterjemahkanoleh:


Diana kurnia S. Yogyaka Ahmad, Abu, dan Rohani, Akhmad. 2011. Asuhan
Pada Masa Persalinan. Jakarta: Salemba Medika

Mitayani.2011. Asuhan keperawatan Maternitas. Jakarta.Salembamedika

69

Anda mungkin juga menyukai