Anda di halaman 1dari 33

FARMAKOLOGI SISTEM SARAF

PUSAT
28 April 2022
Silfani, S.Farm., Apt
Patologi Sistem Saraf Pusat
1. Epilepsi
2. Pain/Nyeri
3. Parkinson
4. Migrain
EPILEPSI
Epilepsi merupakan manifestasi gangguan fungsi otak dengan
berbagai etiologi, dengan gejala tunggal yang khas yaitu
kejang berulang akibat lepasnya muatan listrik neuron otak secara
berlebihan dan tidak teratur, berlangsung mendadak dan
sementara, dengan atau tanpa perubahan kesadaran, dan bukan
disebabkan oleh suatu penyakit otak akut.

Tidak semua kejang merupakan manifestasi epilepsi


Misal: kejang demam, kejang akibat infeksi otak, kejang akibat tumor
otak.

Jika kelainan ini tidak ditangani dengan baik, maka dapat berkembang
menyebabkan timbulnya epilepsi di kemudian hari.
Cara kerja Sel Saraf (neuron)
Mekanisme Terjadinya Kejang (Konvulsi)
Konvulsi terjadi akibat naiknya keterangsangan neuron.

Pendudukan reseptor NMDA oleh glutamat (neurotransmiter


eksitasi) menyebabkan peningkatan masuknya ion Na+, Ca+, dan
keluarnya ion K+, menyebabkan sel menjadi ter-depolarisasi.
Depolarisasi penting dalam penerusan potensial aksi sepanjang sel
saraf.

Sel yang terdepolariasi akan di-repolarisasi kembali oleh


neurotransmiter inhibisi.

Konvulsi terjadi karena depolarisasi membran sel yang berlebih


akibat meningkatnya neurotransmiter eksitasi atau turunnya
neurotransmiter inhibisi atau gagalnya sinaps inhibitorik.
TERAPI
Disebut sebagai Antikonvulsi dan Obat Anti Epilepsi (OAE)

Prinsip mekanisme kerja OAE:


1. Inhibisi kanal Na+ pada sel akson
Contoh: Phenytoin, Carbamazepin, Valproat, Felbamat
2. Inhibisi kanal Ca2+ tipe T pada neuron talamus
Contoh: Etosuksimid, Valproat, Clonazepam
3. Meningkatkan neurotransmiter inhibisi GABA
a. Langsung pada komplek GABA dan komplek Cl- : Benzodiazepin,
Barbiturat
b. Menghambat degradasi GABA: Vigabatrin, Valproat, Gabapentin
4. Menurunkan neurotransmiter eksitasi glutamat
a. Memblok reseptor NMDA: Felbamat, Valproat
b. Menghambat pelepasan glutamat: Phenytoin, Lamotrigin,
Phenobarbital
- Tujuan terapi untuk meminimalkan kerusakan
neurologik permanen dan kematian.
- Obat anti epilepsi (OAE) dimulai dengan monoterapi.
- OAE dimulai dengan dosis rendah, dan dinaikkan
bertahap hingga dosis efektif tercapai atau hingga
timbul efek samping.
- Bila dengan OAE pertama tidak dapat mengontrol
bangkitan/kejang, maka ditambah terapi OAE kedua.
- Antikonvulsi pada epilepsi biasanya digunakan
seumur hidup. Dalam beberapa kasus, antikonvulsi
dihentikan jika dalam 3-5 bulan terakhir tidak lagi
terjadi serangan kejang.
1. Phenytoin
Bekerja dengan menstabilisasi membran neuronal dengan
menurunkan aliran ion Na+
Phenytoin memberi efek sedasi minimal dan tidak
menimbulkan efek adiksi.

Phenytoin merupakan obat dengan indeks terapi sempit,


10-20 μg/mL.
Jika kadar dalam darah < dari 10 μg  tidak berefek
Jika kadar dalam darah > 20 μg  toksik
Perlu pemantauan kadar obat dalam darah.

Kontraindikasi pada wanita hamil:


Efek teratogenik pada janin
2. Carbamazepine
Memblok kanal Na+, mengakibatkan terhambatnya
influks ion Na+ ke dalam membran, menghambat
terjadinya depolarisasi terus-menerus pada sel neuron.

3. Okskarbazepin
Merupakan analog keto carbamazepine.
Okskarbazepin merupakan Prodrug, yang di dalam
tubuh diubah menjadi bentuk aktif. Mekanisme kerja
sama dengan carbamazepine. Efek samping lebih
ringan dibanding phenytoin dan carbamazepine
4. Phenobarbital
Meningkatkan aktivitas reseptor GABA,
menurunkan konduktan Na+, K+, dan
menurunkan influks Ca+.

Phenobarbital tidak memberi efek teratogenik


dibanding phenytoin, tetapi phenobarbital
memberi efek sedasi umum dan toleransi serta
menimbulkan gangguan perilaku pada anak-
anak.
5. Asam Valproat
Asam Valproat meningkatkan GABA dengan menghambat
degradasi GABA atau mengaktivasi sintesis GABA.

6. Benzodiazepin
Bekerja dengan meningkatkan efek GABA. Contoh:
clonazepam, clorazepat, diazepam
Penggunaan jangka panjang menyebabkan toleransi,
sehingga golongan benzodiazepin hanya digunakan
sebagai antikonvulsan jangka pendek. Obat antikonvulsi
lain seperti phenytoin, phenobarbital perlu diberikan
segera untuk menggantikan benzodiazepin.
PAIN/NYERI
Menurut International Association The Study of Pain (IASP),
Nyeri adalah
Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun
potensial, atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan
tersebut.

Nyeri merupakan anugrah yang besar.


“Pain is alarm protection tell us
that something wrong in our body”
Jenis-jenis Nyeri
Jenis Nyeri Definisi Pengobatan
Nyeri Akut Nyeri terjadi mendadak dan Nyeri ringan: non-narkotik
memberikan respon terhadap Nyeri sedang: kombinasi non-narkotik dan
pengobatan narkotik
Nyeri berat: narkotik
Nyeri kronik Nyeri menetap selama lebih dari 6 Kombinasi asetosal dan kodein narkotik
bulan dan sulit untuk diobati atau lemah (tramadol dan kodein), atau
dikendalikan Kombinasi parasetamol dan kodein narkotik
kuat (morfin)

Nyeri Nyeri dari daerah permukaan seperti Nyeri ringan: non narkotik
superfisial kulit dan selaput mukosa Nyeri sedang: kombinasi obat analgesik
narkotik dan non-narkotik

Nyeri visceral Nyeri dari otot polos dan organ Obat-obat narkotik
(nyeri dalam)

Nyeri Nyeri dari otot rangka, ligament dan Obat-obat non-narkotik


somatic sendi
Obat-obat antinyeri disebut Analgetik:
1. Analgetik narkotik
2. Analgetik non-narkotik

Skala nyeri
Terapi untuk Nyeri  Three Step Ladder WHO

Adjuvant analgetics: antidepresan, anticonvulsant, vitamin, suplemen lain


1. Analgetik Non-narkotik
Analgetik non-narkotik tidak bersifat adiktif dan kurang
kuat dibandingkan dengan analgesik narkotik.
Analgetik non-narkotik disebut analgetik perifer karena
merintangi terbentuknya rangsangan pada reseptor
nyeri perifer.
Efektif untuk nyeri tumpul, nyeri inflamasi, nyeri otot,
derajat ringan sampai sedang.

Kebanyakan analgetik non-narkotik menurunkan suhu


tubuh yang meningkat  efek antipiretik
Mekanisme kerja Analgetik non-narkotik

Prostaglandin (PGE2 , PGF2, PGD2)


PGE2 menimbulkan hiperalgesia nosiseptor pada tempat jaringan yang terluka
menyebabkan inflamasi dan nyeri.
Gejala inflamasi:
- Kalor (demam)
- Rubor (kemerahan)
- Tumor (bengkak)
- Dolor (nyeri)
- Functio laesa (kegagalan fungsi)

Obat-obat golongan analgetika non-narkotik:


1. Paracetamol
2. Ibuprofen
3. Aspirin
4. Asam Mefenamat
Efek samping analgetik non-narkotik:
1. Iritasi lambung
Menghambat pembentukan prostaglandin yang bersifat
menghambat sekresi asam lambung dan prostasiklin yang
merangsang sekresi mukus pelindung mukosa lambung
2. Gangguan fungsi trombosit
Menghambat pembentukan tromboksan, sehingga
memperpanjang waktu perdarahan.
3. Nefropati analgesik
Menghambat pembentukan prostaglandin sehingga menyebabkan
vasokontriksi di ginjal, penurunan aliran darah ke ginjal, penurunan
kecepatan filtrasi glomerulus, sehingga resiko kerusakan ginjal.
4. Hipersensitivitas
2. Analgetik Narkotik
Didalam tubuh kita memiliki opioid alami (opioid endogen)
yaitu endorphin dan enchephaline, yang berfungsi
memberikan efek antinyeri dan perasaan bahagia.

Analgetik narkotik disebut opioida, yaitu obat yang daya


kerjanya meniru opioid endogen dengan memperpanjang
aktivasi reseptor-reseptor opioid.

Analgetik narkotik bekerja terutama pada reseptor opioid khas


di sistem saraf pusat, hingga persepsi nyeri dan reseptor
emotional terhadap nyeri dikurangi.
Analgesik Narkotik

Opioid Endogen Opioid Eksogen


di Otak (tanaman Opium)

- Endorphin - Morfin
- Enchephaline - Heroin
- Petidine
- Fentanyl
- Metadon
- Hydromorfon
- Oksikodon
- Remifentanil

- Strong analgetic
- Strong Analgetic
- Feeling Happiness
- Feeling Euphoria
Ditusuk pedang dan jarum besar, pasti ada
kerusakan jaringan. Tapi ekspresi mereka
tidak menunjukkan nyeri. Mengapa???

Mampu mengeluarkan Endorpine


dari otaknya
Mujizat manusia adalah otak kita. Otak kita
membedakan kita dengan orang lain.
- Otak adalah pabrik farmasi yang tidak ada
tandingannya di dunia
- Segala macam obat dapat dibuat dan disimpan di
otak manusia
- Ada 2 hormon yang amat sangat penting dalam
kehidupan kita:
1. Hormon Endorphin
Hormon kebahagiaan: rasa bahagia/nyaman, memperlambat
penuaan, meningkatkan imunitas.
2. Hormon Nor-Adrenalin
Hormon dari racun ular, dilepaskan kalau kita merasa cemas, takut
atau marah, memicu kita lebih mudah sakit, cepat tua.
Ada 4 reseptor opioid dalam tubuh:
1. Reseptor μ (mu)  analgesik selektif endorphin, agonis
morfin pendudukannya dapat menyebabkan euforia,
depresi nafas, miosisi, penurunan motilitas saluran cerna.
2. Reseptor κ (kappa)  analgesik selektif dinorfin, spinal,
agonis pentazosin, pendudukannya menyebabkan
ketagihan-sedasi-miosis-depresi nafas lebih ringan dari
pada agonis μ
3. Reseptor δ (delta)  enkafelin, analgetik sumsum tulang
belakang, efek emosi
4. Reseptor σ  pendudukannya berefek psikotomimetik
dan disforia, halusinasi
Dalam keadaan nyeri, opioid endogen menduduki reseptornya
untuk mengurangi nyeri.
Apabila nyeri tidak tertanggulangi, dibutuhkan opioid eksogen
(analgesik narkotik)
Analgetik narkotik bekerja dengan menduduki sisa nosiseptor
yang belum diduduki opioid endogen.

Dalam penggunaan kronis terjadi:


- Stimulasi pembentukan reseptor baru
- Penghambatan produksi opioid endogen di ujung saraf otak

Untuk memperoleh efek yang anti nyeri yang sama, semua


reseptor harus diduduki, untuk itu dosis perlu dinaikkan.
 Akibatnya terjadi TOLERANSI dan ADIKSI (ketagihan)
Efek samping:
1. Supresi SSP: sedasi, depresi pernafasan, hipotermi,
perubahan suasana jiwa, mual muntah, penurunan aktivitas
mental dan motoris
2. Saluran Cerna: obstipasi, kontraksi sfingter kandung empedu
3. Saluran Urogenital: retensi urin, waktu persalinan
diperpanjang
4. Saluran Nafas: bronkokontriksi
5. Sistem Sirkulasi: vasodilatasi, hipotensi, bradikardia
6. Histamin liberator: urticaria dan gatal
7. Resiko adiksi
8. Bila henti, timbul gejala abstinensi (sakau)
(menguap, berkeringat hebat, air mata mengalir, tidur gelisah, merasa
kedinginan, muntah, diare, takikardia, midriasis, tremor, kejang otot,
reaksi psikis hebat (gelisah, mudah marah, khawatir mati)
Analgetik
narkotik
Antagonis Narkotik
1. Nalokson
2. Naltrekson
3. Nalofrin
Obat-obat ini digunakan sebagai antidotum pada
overdosis narkotik karena mengantagonis reseptor-
reseptor opioid dalam tubuh.

Dalam 20 tahun terakhir, dikembangkan produk


campuran agonis dan antagonis, diharapkan untuk
mengurangi penyalahgunaan narkotika.
Program Terapi Rumatan Metadon

Merupakan program untuk membantu pasien adiksi narkoba untuk melepaskan


kecanduan dari heroin dan narkotik lainnya.

Metadon adalah narkotik yang lebih sedikit mengakibatkan ketergantungan dari


pada narkotik yang digantikannya.

Metadon diserap baik melalui organ pencernaan, jadi diberikan oral.


T1/2 = 24 jam
Efek analgesik dirasakan setelah 30-60 menit
Konsentrasi puncak setelah 1-2 jam
Metadone tidak segera menimbulkan perasaan euforia sebagaimana
heroin/morfin.

Metadone dilepas dari lokasi ikatan ekstra vaskular ke plasma secara perlahan,
sehingga penghentian penggunaannya tidak langsung memberi gejala putus obat.
Tahapan pemberian Metadon
1. Tahap Inisiasi
20-30 mg metadon untuk 3 hari pertama
2. Tahap Stabilisasi
Dosis ditingkatkan decara bertahap hingga mencapai dosis rumatan,
yaitu ditingkatkan 5-10 mg tiap 3-5 hari.
3. Tahap Rumatan
Dosis rata-rata 60-120 mg per hari. Dosis dipantau dan disesuaikan
setiap hari secara teratur bergantung kondisi pasien. Tahap Rumatan
berlangsung bertahun-tahun hingga perilaku pasien stabil baik dalam
bidang pekerjaan, emosi dan sosial.
4. Tahap Penghentian
Jika pasien sudah dalam keadaan stabil, metadon diberhentikan secara
bertahap. Penurunan dosis maksimal 10% setiap 2 minggu. Jika
keadaan emosi pasien menjadi tidak stabil, dosis dapat dinaikkan
kembali.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai