OLEH:
DEAN PRATAMA PUTRA
1701053
HARI PRATIKUM:
SABTU 22-05-2021
DOSEN PEMBIMBING:
Apt, NOVIA SINATA, M.Si
ASISTEN DOSEN :
Analgesik
Nyeri merupakan suatu keadaan yang tidak nyaman dan menyiksa bagi
penderitanya, namun terkadang nyeri dapat digunakan sebagai tanda adanya
kerusakan jaringan. Inflamasi merupakan manifestasi dari terjadinya kerusakan
jaringan, dimana nyeri merupakan salah satu gejalanya karena dipandang merugikan
maka inflamasi memerlukan obat untuk mengendalikannya.
Obat analgetik atau biasa disebut obat penghilang atau setidaknya mengurangi
rasa nyeri yang hebat pada tubuh seperti patah tulang dan penyakit kanker kronis.
Obat analgesik adalah obat yang mempunyai efek menghilangkan atau
mengurangi nyeri tanpa disertai hilangnya kesadaran atau fungsi sensorik lainnya.
Obat analgesik bekerja dengan meningkatkan ambang nyeri, mempengaruhi emosi
(sehingga mempengaruhi persepsi nyeri), menimbulkan sedasi atau sopor (sehingga
nilai ambang nyeri naik) atau mengubah persepsi modalitas nyeri.
Analgetika merupakan suatu senyawa atau obat yang dipergunakan untuk
mengurangi rasa sakit atau nyeri (diakibatkan oleh berbagai rangsangan pada tubuh
misalnya rangsangan mekanis, kimiawi dan fisis sehingga menimbulkan kerusakan
pada jaringan yang memicu pelepasan mediator nyeri seperti brodikinin dan
prostaglandin yang akhirnya mengaktivasi reseptor nyeri di saraf perifer dan
diteruskan ke otak) yang secara umum dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu
analgetika non narkotik (seperti: asetosat, parasetamol) dan analgetika narkotik
(seperti : morfin).
Terkadang, nyeri dapat berarti perasaan emosional yang tidak nyaman dan
berkaitan dengan ancaman seperti kerusakan pada jaringan karena pada dasarnya rasa
nyeri merupakan suatu gejala, serta isyarat bahaya tentang adanya gangguan pada
tubuh umumnya dan jaringan khususnya. Meskipun terbilang ampuh, jenis obat ini
umumnya dapat menimbulkan ketergantungan pada pemakai untuk mengurangi atau
meredakan rasa sakit atau nyeri tersebut maka banyak digunakan obat-obat analgetik
(seperti parasetamol, asam mefenamat dan antalgin) yang bekerja dengan memblokir
pelepasan mediator nyeri sehingga reseptor nyeri tidak menerima rangsang nyeri.
Terdapat perbedaan mencolok antara analgetika dengan anastetika umum yaitu
meskipun sama-sama berfungsi sebagai zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa
nyeri. Namun, analgetika bekerja tanpa menghilangkan kesadaraan. Nyeri sendiri
terjadi akibat rangsangan mekanis, kimiawi, atau fisis yang memicu pelepasan
mediator nyeri. Intensitas rangsangan terendah saat seseorang merasakan nyeri
dinamakan ambang nyeri (Tjay, 2002).
Analgetika yang bekerja perifer atau kecil memiliki kerja antipiretik dan juga
komponen kerja antiflogistika dengan pengecualian turunan asetilanilida (Anonim,
2005).
Nyeri ringan dapat ditangani dengan obat perifer (parasetamol, asetosal,
mefenamat atau aminofenazon). Untuk nyeri sedang dapat ditambahkan kofein dan
kodein. Nyeri yang disertai pembengkakan sebaiknya diobati dengan suatu
analgetikum antiradang (aminofenazon, mefenaminat dan nifluminat). Nyeri yang
hebat perlu ditanggulangi dengan morfin. Obat terakhir yang disebut dapat
menimbulkan ketagihan dan menimbulkan efek samping sentral yang merugikan
(Tjay, 2002).
Kombinasi dari 2 analgetik sangat sering digunakan karena terjadi efek
potensial misalnya kofein dan kodein khususnya dalam sediaan parasetamol dan
asetosal.
Berdasarkan kerja farmakologisnya, analgetika dibagi dalam dua kelompok
besar yaitu:
1. Obat Analgetik Narkotik
Obat Analgetik Narkotik merupakan kelompok obat yang memiliki sifat opium atau
morfin. Analgetika narkotik, khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat,
seperti pada fractura dan kanker. Meskipun memperlihatkan berbagai efek
farmakodinamik yang lain, golongan obat ini terutama digunakan untuk meredakan
atau menghilangkan rasa nyeri yang hebat. Meskipun terbilang ampuh, jenis obat ini
umumnya dapat menimbulkan ketergantungan pada pemakai.
Analgesik opioid merupakan kelompok obat yang memiliki sifat-sifat seperti opium
atau morfin. Golongan obat ini terutama digunakan untuk meredakan atau
menghilangkan rasa nyeri. Tetap semua analgesic opioid menimbulkan
adiksi/ketergantungan, maka usaha untuk mendapatkan suatu analgesic yang ideal
masih tetap diteruskan dengan tujuan mendapatkan analgesic yang sama kuat dengan
morfin tanpa bahaya adiksi. Ada 3 golongan obat ini yaitu :
- Obat yang berasal dari opium-morfin,
- Senyawa semisintetik morfin, dan
- Senyawa sintetik yang berefek seperti morfin.
Mekanisme kerja: menduduki reseptor opioid (agonis opioid), bertindak seperti opioid
endogen. Yang termasuk opioid endongen adalah: endorfin dan enkephalin.
Efek dari opioid:
- Respiratory paralisis: hati-hati dalam penggunaan karena dapat menyebabkan
kematian karena respirasi dapat tertekan.
- Menginduksi pusat muntah (emesis).
- Supresi pusat batuk (antitusif): kodein
- Menurunkan motilitas GI tract: sebagai obat antidiare, yaitu loperamid.
- Meningkatkan efek miosis pada mata .
- Menimbulkan reaksi alergi: urtikaria (jarang terjadi).
- Mempengaruhi mood.
- Menimbulkan ketergantungan: karena reseptor dapat berkembang.
Hal penting dari opioid:
- Dapat diberikan berbagai rute obat: oral, injeksi, inhalasi, dermal.
- Antagonis morfin (misalnya nalokson dan naltrekson): digunakan apabila
terjadi keracunan morfin.
- Rawan penyalahgunaan, sehingga regulatory obat diatur.
Obat selain morfin:
Meperidin dan petidin: struktur berbeda dengan morfin, diperoleh dari sintetik.
Methadon: potensi analgesik mirip dengan morfin, tetapi sedikit menginduksi euforia.
Fentanil: struktur mirip meperidin, efek analgesik 100x morfin, diberikan jika memerlukan anastesi
kerja cepat, dan digunakan secara parenteral.
Heroin: merupakan turunan morfin, diperoleh dari proses diasetilasi morfin, potensi 3x morfin,
bukan merupakan obat, sering terjadi penyalahgunaan.
Kodein: efek analgesik ringan, berfungsi sebagai antitusif.
Oksikodon, propoksiten.
Buprenorfin: parsial agonis, mempunyai efek seperti morfin tetapi efek ketergantungannya kurang,
sering digunakan untuk penderita kecanduan morfin.
Tramadol: analgesik sentral dan efek depresi pernapasan kurang.
Demam
Seseorang dikatakan demam jika suhu tubuh diatas suhu normal. Hal ini tentu pernah dialami setiap
orang di dalam hidupnya, entah itu saat masih kanak-kanak atau setelah dewasa.Suhu tubuh dikendalikan oleh
bagian otak yang dinamakan hipothalamus. Hipothalamus mengatur suhu dengan cara menyeimbangkan
produksi panas dari otot dan hati dengan melepaskan panas dari kulit dan paru. Walapun hipothalamus mampu
mempertahankan perbedaan suhu dalam nilai relatif sempit, suhu tubuh bervariasi dalam sehari. Saat suhu
tubuh berada diatas normal, maka terjadilah demam yang ditandai oleh kenaikan set-point hipothalamus. Suhu
tubuh mengikuti irama sirkardian, suhu pada dini hari rendah dan suhutertinggi terjadi pada pukul 16.00
-18.00. Tidak ada nilai tunggal suhu tubuh untuk penetapan demam karena perbedaan suhu di berbagai tempat
di tubuh. Kisaran suhutubuh yang diterima di seluruh dunia untuk demam adalah sebagai berikut :Suhu rektal
atau anus diatas 38ºSuhu oral atau mulut diatas 37,5ºC
Prosedur Kerja
a. Analgetic
a. Mencit putih di timbang dan dicatat beratnya.
b. Hitung VAO nya.
c. Siapkan jarum suntik oral, isi dengan larutan asetosal yang telah disiapkan
d. Suntikkan kepada mencit secara oral.
e. Diamkan selama 30 menit.
f. Setelah 30 menit, suntikkan penginduksi Asam Asetat 1% sebanyak 0,1 ml kepada mencit tadi secara
intra peritonial.
g. Amati geliatan Mencit.
h. Hitung geliatan Mencit setiap 10 menit, amati geliatan sampai 60 menit.
b. Antipiretik
a. Semua hewan yang digunakan ditimbang dan periksa temperature dasar tubuhnya.
b. 2.Hitung dosis yang diperlukan untuk hewan.
c. 3.Suntikkan suspense ragindalam air suling secara intravena brachial.
d. 15 menit kemudian, hewan-hewan disuntik secara ip dengan suspense obat. Untuk kelompok 1
berikan asetosal, kelompok 2 berikan parasetamol dan kelompok 3 berikan antalgin. Untuk
kelompok 4 adalah kelompok kontrol yang hanya diberi air suling.
e. Catat suhu rectum pada menit ke 5, 10, 15, 30, 60, dan 120 setelah penyuntikkan ragi.
f. Tabelkan hasil saudara dan buat grafik hubungan antara waktu dan temperature tubuh hewan.
g. Bandingkan grafik hasil kelompok saudara dengan kelompok lain.
h. Hitung persen proteksi.
i. Bahaslah hasil saudara dan ambil kesimpulan percobaan.
IV. Hasil
Hasil Praktikum Analgetik dan Antipiretik
Hasil Analgetik
No Perlakuan 5’ 10’ 15’ 20’ 25’ 30’ 35’ 40’ 45’ 50’ 55’ 60’
1 NaCMC 1% 37 30 24 25 23 18 15 13 12 8 3 0
2 Asetosal 100 23 25 19 16 17 9 11 9 4 2 2 0
mg/kgbb
3 Asetosal 200 26 20 18 16 17 10 6 6 7 8 1 0
mg/kgbb
4 Antalgin 100 22 20 15 16 13 17 15 9 6 4 2 0
mg/kgbb
5 Antalgin 200 24 18 19 12 17 15 7 5 1 2 0 0
mg/kgbb
6 Asam mefenamat 22 17 12 16 15 14 6 7 4 2 0 0
100 mg/kgbb
7 Asam mefenamat 27 17 19 14 10 7 3 0 0 1 0 0
200 mg/kgbb
Hasil Antipiretik
No Perlakuan T0 T demam T 15 T 30 T 45 T 60
1 Kontrol NaCMC 1% 36,2°C 38,4°C 38,4°C 38,3°C 38,2°C 38°C
2 Antalgin 100 mg/kg 36,4°C 38,5°C 38,1°C 37,7°C 37,3°C 36,8°C
3 Antalgin 200 mg/kg 36,4°C 38,6°C 38°C 37,5°C 37°C 36,6°C
4 Ibuprofen 100 mg/kg 36,5°C 38,7°C 38,2°C 37,8°C 37,3°C 36,8°C
5 Ibuprofen 200 mg/kg 36,3°C 38,4°C 37,8°C 37,3°C 36,9°C 36,6°C
6 Paracetamol 100 mg/kg 36,5°C 38,4°C 38°C 37,6°C 37,2°C 36,7°C
7 Paracetamol 200 mg/kg 36,4°C 38,7°C 38,3°C 37,8°C 37,2°C 36,5°C
Pada percobaan ini, terjadi perbedaan hasil pada beberapa kelompok. Hal ini
mungkin disebabkan beberapa hal, antara lain perlakuan pada mencit saat percobaan
yang berbeda-beda. Karena stres dapat dialami oleh mencit dan dapat berpengaruh
pada suhu tubuhnya. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi hasil percobaan ini
adalah termometer yang digunakan Pada pada bagian rectal, pada saat memasukkan
thermometer tidak pas / tidak masuk kedalam rectalnya. Kemudian kurangnya waktu
bagi mencit untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar yang memungkinkan
pengaruh terhadap hasil pengamatan.
Pada grafik hasil % proteksi, menunjukkan antalgin dosis 100 mg/kgbb
memberikan hasil % proteksi yang bagus. Hal ini dapat dilihat pada kenaikan grafik
dan memberikan hasil yang positif. Pada dosis ini obat bekerja memberikan efek pada
menit ke5 (t5) setelah suhu demam. Naik dan turunnya suhu tersebut dikarenakan
tidak diberinya antipiretik dan kemungkinan dipengaruhi oleh factor stress dari luar.
Sedangkan pada paracetamol yang seharusnya bagus dan cepat memberikan efek
terlihat pada dosis 100 mg/kg bb setelah penyuntikan pepton akan mengalami
kenaikan suhu dan setelah diberi paracetamol secara oral suhunya semakin menurun
dari 37,5 menjadi 36,5 hal ini bisa saja dipengaruhi karena kesalahan pengerjaan,
sehingga % proteksi yang didapat, grafiknya menunjukkan hasil yang negative.
Pada kelompok – kelompok lain juga begitu pada asetosal 100 mg/kgbb memberikan
hasil yang salah karena suhu sesudah disuntikkan dengan pepton malah semakin
menurun suhu demamnya dibandingkan suhu sebelum demam sehingga % proteksi
yang didapat juga memeberikan hasil yang sama negative.
VI. KESIMPULAN
Analgetik atau penghalang rasa nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri
tanpa menghilangkan kesadaran.
Prinsip pengujian efek analgetik secara eksperimental pada hewan percobaan adalah mengukur
kemampuan obat untuk menghilangkan atau mencegah kesadaran sensasi nyeri yang ditimbulkan
secara eksperimental, yang timbul dengan cara-cara fisik ataupun cara-cara kimia.
Ada lima klasifikasi dan jenis nyeri:
Nyeri akut, yang dapat ringan, sedang, atau berat
Nyeri kronik
Nyeri superfisial
Nyeri somatik (tulang, otot rangkam dan sendi)
Nyeri viseral, atau nyeri dalam.
Larutan pepton 10 % dapat meningkatkan suhu tubuh mencit dan disuntikkan secara intra
peritonial sebagai penginduksi untuk merangsang agar terjadi peningkatan suhu tubuh dari
hewan coba. setelah itu, suhu rektal kembali di ukur lalu masing-masing diberi obat peroral
yakni antalgin, paracetamol, asetosal dan Na. CMC sebagai kontrol. Kemudian diukur suhu
rektal kembali untuk melihat efek antipiretik dari obat yang digunakan pada menit
Semakin tinggi dosis maka efek terapi obat semakin lama. Hubungan dosis-respon adalah
berbading lurus dengan intensitas efek obatnya. Semakin besar dosis yang diberikan
semakin cepat obat memberikan efek, karena obat yang didistribusikan lebih banyak
sehingga banyak obat yang menduduki reseptor. Namun, obat yang dosisnya terlalu besar
dapat mendekati atau malah telah berubah menjadi toksik didalam tubuh, sedangkan dosis
obat yang terlalu kecil tidak akan memberikan efek terapi yang berarti, karena obat yang
didistribusikan terlalu sedikit sehingga tidak cukup banyak menduduki reseptor yang ada.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Lubis,Y.,(1993),PENGANTARFARMAKOLOGI,PT.Pustaka
Mutchler, Ernst. 1991. Dinamika Obat. Edisi Kelima. Bandung: Penerbit ITB.
Sloane, Ethel. 2004. Farmakologi untuk Pemula. Jakarta : EGC.Indonesia
lampiran
mencit dimasukkan didalam tempatnya untuk menunggu 15 menit setelah diberi perlakuan
PERTANYAAN
a. ANTIPIRETIK
1. jelaskan tempat pengaturan temperature tubuh di otak
2. bagaimana mekanisme kerja obat antipiretik? kemukakan efek samping yang dapat
muncul akibat penggunaannya
jawaban
Pusat pengataruran suhu terdapat di hipotalamus otak. Ketika suhu tubuh meningkat dia atas
normal, hipotalamus akan mengerimkan pesan ke kelenjar keringat untuk meningkatkan
sekresi keringat. Di saat yang sama, hipotalamus mengirimkan pesan ke otot dinding pembuluh
darah di kulit, yang menyebabkan pembuluh darah melebar, akibatnya semakin banyak darah
yang beredar di kulit membawa panas ke permukaan tubuh. Kulit bertindak sebagai radiator
panas, yang memungkinkan panas beradiasi dari permukaan tubuh ke lingkungan.
Pada saat kondisi panas, tubuh akan membuang panas ke lingkungan. Ada empat cara
membuang panas tubuh, yaitu konveksi, konduksi, radiasi dan evaporasi.
Proses mekanismenya adalah sebagai berikut:
1. Kelenjar keringat mensekresikan keringat. Di tubuh mnusia, terdapat sekitar 2,5 juta
kelenjar keringat. Keringat mengalir di saluran keringat, melalui pori-pori keringat
menuju permukaan kulit. Keringat yang membawa panas akan menguap ke lingkungan.
Ini merupakan proses membuang panas melalui proses evaporasi. Evaporasi dari
permukaan kulit menurunkan suhu tubuh.
2. Rambut di kulit rebah untuk mencegah rambut memerangkap panas. Rambut yang rebah
ini meniingkatkan aliran udara sehingga meningkatkan pembuangan panas, melalui
konveksi.
3. Dinding pembuluh darah arteri relaksasi sehingga arteri melebar. Dengan demikian, aliran
darah melalui arteri meningkat. Aliran darah arteri ke permukaan kulit akan
meningkatkan pembuangan panas tubuh melalui konveksi dan konduksi.
2. Cara kerjanya yaitu dengan cara menghambat produksi prostaglandin di hipotalamus anterior
yang meningkat sebagai respon adanya pirogen endogen (zat hormon penyebab demam
dalam tubuh),sehingga jika dihambat maka suhu tubuh akan tetap stabil.
penggunaan obat-obatan antipiretik tak luput dari beberapa efek samping. Efek samping
antipiretik yang sering terjadi adalah tekanan darah rendah dan adanya gangguan pada fungsi
hati dan ginjal.
Efek samping antipiretik yang juga sering terjadi adalah oliguria dan retensi garam dan air.
Di samping itu, penggunaan obat antipiretik juga bisa menimbulkan efek samping berupa
gangguan saluran cerna.
Fungsi hati dan ginjal bisa terganggu pada beberapa kasus pengguna obat antipiretik. Inilah
salah satu alasan mengapa orang yang memiliki gangguan fungsi hati dan ginjal tidak bisa
menggunakan obat antipiretik.
Orang-orang yang memiliki riwayat alergi terhadap kandungan bahan aktif dari obat-obatan
antipiretik bisa mengalami reaksi alergi. Adapun beberapa tanda reaksi alergi yang bisa
muncul seperti gatal-gatal, ruam, pusing, mual muntah, sesak napas, dan nyeri ulu hati.
Hentikanlah penggunaan obat antipiretik jika Anda mengalami efek samping yang telah
disebutkan. Segeralah mencari bantuan medis agar efek samping antipiretik dapat diatasi
sehingga tidak berkembang menjadi lebih parah.
b. ANALGETIK
1. Kemukakan beberapa implikasi praktis dari hasil pengamatan saudara
? Jawab:
Implikasinya pada mencit yang telah diberikan obat antalgin dosis 200 mg/Kg BB pada
waktu diberi induksinya geliatan yang terjadi sedikit dari pada mencit yang diberikan
asetosal 200mg/Kg karena efek analgesik antalgin lebih kuat dari pada asetosal.
2.Rumuskan dari pengamatan saudara beberapa parameter untuk pengujian efek analgetik?
Jawab:
Parameter yang digunakan pada pengamatan kali ini ketahanan mencit menahan nyeri saat di
berikan asam asetat dan seberapa cepat hilangnya nyeri saat di berikan obat analgetika.